• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA ASUH PADA KELUARGA MIGRAN ASAL SUMATERA UTARA:Studi Kasus terhadap Keluarga Migran yang Berprofesi Sebagai Supir Angkutan Umum di Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLA ASUH PADA KELUARGA MIGRAN ASAL SUMATERA UTARA:Studi Kasus terhadap Keluarga Migran yang Berprofesi Sebagai Supir Angkutan Umum di Bandung."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

POLA ASUH PADA KELUARGA MIGRAN ASAL SUMATERA UTARA (Studi Kasus terhadap Keluarga Migran yang Berprofesi Sebagai Supir

Angkutan Umum di Bandung)

SKRIPSI

diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sosiologi

Oleh

Anijar Hapni Siregar NIM 1000514

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOLSIOLOGI FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

(2)

Asal Sumatera Utara

(Studi Kasus terhadap Keluarga

Migran yang Berprofesi sebagai

Supir Angkutan Umum di

Bandung)

Oleh

Anijar Hapni Siregar

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Anijar Hapni Siregar 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... vi DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C. Rumusan Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

D. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

E. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

F. Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined. BABII KAJIANPUSTAKA

A. Konsep Pendidikan Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

B. Konsep Migrasi ... Error! Bookmark not defined.

C. Masyarakat Bandung (Sunda) ... Error! Bookmark not defined.

D. Masyarakat Sumatera Utara (Batak) ... Error! Bookmark not defined.

E. Konsep Pola Asuh... Error! Bookmark not defined.

F. Pola Hubungan Orang tua-Anak (sikap atau perlakuan orang tua terhadap

anak) ... Error! Bookmark not defined.

G. Akulturasi (percampuran budaya) ... Error! Bookmark not defined.

H. Asimilasi ... Error! Bookmark not defined.

I. Konsep Interaksi Sosial ... Error! Bookmark not defined.

J. Interaksionisme Simbolik... Error! Bookmark not defined.

K. Hubungan Interpersonal ... Error! Bookmark not defined.

(5)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C. Data dan Sumber Data ... Error! Bookmark not defined.

D. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

E. Penyusunan Alat Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

F. Prosedur Pengumpul Data ... Error! Bookmark not defined.

G. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

2. Profil Keluarga Objek ... Error! Bookmark not defined.

B. Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.

1. Pola asuh dalam keluarga migran asal Sumatera Utara yang berprofesi

sebagai supir angkutan umum ... Error! Bookmark not defined.

2. Apakah keluarga migran masih menggunakan budaya asal atau sudah

menggunakan budaya Sunda? ... Error! Bookmark not defined.

3. Adakah pengaruh budaya dominan dalam pendidikan keluarga

migran? ... Error! Bookmark not defined. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... Error! Bookmark not defined.

B. Rekomendasi ... Error! Bookmark not defined.

1. Bagi Keluarga Migran ... Error! Bookmark not defined.

2. Bagi Kebutuhan Pendidikan Secara UmumError! Bookmark not defined.

3. Bagi Masyarakat Sunda ... Error! Bookmark not defined.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku: ... Error! Bookmark not defined.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat-Surat

Lampiran 2 Lembar Bimbingan Penulisan Skripsi

Lampiran 3 Pedoman Wawancara dan Pedoman Observasi

Lampiran 4 Hasil Wawancara

Lampiran 5 Analisis Teori

(7)

ABSTRAK

POLA ASUH PADA KELUARGA MIGRAN ASAL SUMATERA UTARA (STUDI KASUS TERHADAP KELUARGA MIGRAN YANG BERPROFESI SEBAGAI ANGKUTAN UMUM DI BANDUNG)

Anijar Hapni Siregar

Sebagai manusia yang hidup dan tinggal di dalam lingkungan masyarakat, sudah tentu harus dapat beradaptasi, berinteraksi serta berkomunikasi dengan baik di lingkungannya. Komunikasi, interaksi serta adaptasi yang baik, dapat dipelajari didalam pendidikan keluarga, terkait pola pengasuhan didalam keluarga tersebut. Penelitian ini dilakukan di kota Bandung, yakni pada keluarga migran asal Sumatera Utara yang berprofesi sebagai supir angkutan umum. Tujuan penelitian ini adalah untuk: mengetahui bagaimana pendidikan yang terjadi di lingkungan migran asal Sumatera Utara yang berprofesi sebagai supir angkutan umum di Bandung, mengetahui apakah keluarga di lingkungan migran asal Sumatera Utara yang berprofesi sebagai supir angkutan umum di Bandung tetap menggunakan budayanya atau sudah menggunakan budaya sunda dan mengetahui ada tidaknya pengaruh budaya dalam pendidikan keluarga di lingkungan migran asal Sumatera Utara yang berprofesi sebagai supir angkutan umum di Bandung.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dianalisis secara kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa: observasi/pengamatan, wawancara,studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua keluarga yakni keluarga 2 dan keluarga 4 menerapkan pola pengasuhan yang melalaikan (neglectful parenting), sedangkan keluarga 1 menggunakan pola pengasuhan yang memanjakan (indulgent parenting), adapun keluarga 3 menggunakan pola pengasuhan otoritatif (authoritatif parenting).Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa informan (keluarga migran) tetap menggunakan budaya asalnya, namun sedikit banyaknya sudah mulai menggunakan budaya Sunda (memadupadankan). Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh budaya pada pendidikan dalam keluarga migran. Rekomendasi ditujukan kepada berbagai pihak diantaranya bagi: keluarga migran, masyarakat Sunda dan peneliti selanjutnya.

(8)

ABSTRACK

POLA ASUH PADA KELUARGA MIGRAN ASAL SUMATERA UTARA (STUDI KASUS TERHADAP KELUARGA MIGRAN YANG BERPROFESI SEBAGAI ANGKUTAN UMUM DI BANDUNG)

Anijar Hapni Siregar

As human beings who live in the society, certainly have to be able to adapt, interact and communicate well in their environment. Communication, the interaction and adaptation can be studied in education family, related to the pattern of parenting in the family. This research was conducted in the city of Bandung, on migrant families in North Sumatra who work as public transport drivers.The purpose of this research is to find out how education: occur in the neighborhood of North Sumatera migrant driver whose profession as public transport in Bandung knowing if migrant family environment of North Sumatera driver whose profession as public transport in Bandung continue to use -- or already know the whereabouts of Sunda culture and cultural influence in education in the family migrant of North Sumatera driver whose profession as public transport in Bandung. This research is a descriptive study that was analyzed qualitatively, with data collection techniques include: Observation, interview the study of documentation and thestudy of librarianship. The results showed that two families, namely family2 and 4 apply negligent parenting pattern, while family1 uses indulgent parenting pattern, and family3 uses authoritative parenting pattern. Based on the research conducted, it can be seen that the informants (the migrant families) still use their native culture, but few have started to use some Sundanese culture (combining). It can be concluded that the influence of culture on the education of migrant families. Recommendations aimed at various parties to: family, such as migran society Sundanese and researchers next.

Keywords: Parenting pattern, migrant family, public transporatation drivers,

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keragaman etnis, suku, bahasa,

budaya, gender, agama dan lain sebagainya, sehingga Indonesia dikenal dan

disebut sebagai masyarakat multikultural. Ridwan dan Malihah (2011, hlm. 50) mengemukakan bahwa: “Inti dari multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa ataupun agama”. Seperti yang kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk (multikultural), yang

mengandung unsur-unsur kemajemukan berupa ciri fisik, ciri sosial dan ciri

budaya.

Di Indonesia sendiri khususnya pada masyarakat Sumatera Utara dan

masyarakat Bandung sudah tentu mengandung unsur-unsur tersebut, misalnya:

ciri fisik seperti bentuk tubuh, bentuk hidung, warna kulit, bentuk wajah dan

lain-lain jelas berbeda, untuk masyarakat Bandung warna kulit cenderung putih

kemudian wajah untuk wanita biasanya cantik/ayu (geulis) dan wajah untuk pria

biasanya ganteng (kasep). Sedangkan masyarakat Sumatera Utara untuk segi

wajah bisa dikatakan sangar dan warna kulit yang cenderung berwarna coklat.

Sedangkan untuk ciri sosialnya, masyarakat Bandung menganut sistem

kekerabatan bilateral yakni: sistem kekerabatan ditarik dari garis ayah dan ibu

secara bersamaan dengan sistem perkawinan endogami, sedangkan masyarakat

Sumatera Utara menganut sistem kekerabatan unilateral patrilineal dimana garis

keturunan ditarik dari garis ayah, dengan sistem perkawinan eksogami. Begitu

juga dengan ciri budaya yang tentunya berbeda, dimana bahasa, sistem ekonomi,

sistem sosial, sistem pengetahuan, teknologi, kesenian juga agama antara

(10)

Dengan mengetahui bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat

yang multikultural, yakni memiliki banyak perbedaan antara masyarakat satu

(11)

3

memiliki sikap toleran yakni: bisa menghargai dan menghormati manusia lainnya

dengan segala perbedaan yang terdapat didalam masyarakat, tempat dimana kita

hidup, tanpa mementingkan perbedaan baik dari etnis, suku, bahasa, budaya,

gender dan agama. Akan tetapi perbedaan tersebut sering menimbulkan

ketegangan hubungan antaranggota masyarakat yang disebabkan oleh

ketidaksesuaian keinginan masyarakat dengan perbedaan etnis, suku, bahasa,

budaya, gender, agama dan lain sebagainya di dalam masyarakat.

Dalam kehidupan, kita tidak pernah lepas dari masyarakat. Sebagaimana

Ridwan dan Malihah (2011, hlm. 31) mengemukakan bahwa, “Menurut

kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk yang bermasyarakat”,

dalam hal ini, manusia selalu hidup bersama manusia lainnya, dimana dalam diri

manusia ada dorongan untuk berinteraksi dengan manusia lain, dan interaksi

tersebut akan berhasil dilakukan apabila setiap manusia hidup dengan

mengesampingkan setiap perbedaan yang ada, serta memahami cara-cara

beradaptasi dengan benar sesuai dengan keinginan manusia lainnya, juga sesuai

dengan bahasa yang digunakan dalam masyarakat tersebut untuk membantu

mempermudah berkomunikasi antar individu satu dengan individu lain.

Sebagai manusia yang hidup dan tinggal dalam lingkungan masyarakat,

sudah tentu harus dapat berkomunikasi, berinteraksi serta beradaptasi, baik antara

etnis, suku, bahasa, budaya, gender, agama dan lain-lain didalam masyarakat,

karena jika tidak manusia atauindividu tersebut tidak akan bisa bertahan hidup

didalam masyarakat. Komunikasi, interaksi serta adaptasi, baik antara etnis, suku,

bahasa, budaya, gender serta agama yang berbeda dapat dipelajari di dalam

pendidikan keluarga. Pendidikan keluarga merupakan salah satu cara yang dapat

digunakan untuk bertahan hidup dengan mempelajari dan mengajarkan keluarga

agar dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan hidup atau tempat tinggalnya,

yang notabene berbeda etnis, suku, bahasa, budaya, gender dan agamanya.

Permasalahan dalam penelitian ini yaitu mengenai pendidikan keluarga di

lingkungan migran asal Sumatera Utara yang berprofesi sebagai supir angkutan

(12)

Bermigrasi dari Sumatera Utara ke Bandung tentunya akan menimbulkan

kesulitan dalam beradaptasi, berinteraksi serta berkomunikasi, karena memiliki

banyak perbedaan, terutama dari ciri-ciri masyarakat atau keluarga migran yang

berasal dari Sumatera Utara tersebut. Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat

Sumatera Utara terkenal dengan masyarakat perantau yang berbicara agak kasar

dengan watak yang juga terkenal keras serta berwajah sangar (biasanya wajah

disebut menyeramkan), sering terlihat berantakan (tidak rapih), biasanya suka

melakukan hal sesuka hatinya, pemarah dan sebagainya yang jelas-jelas berbeda

dengan masyarakat Sunda di Bandung, yakni berbicara lemah lembut, berwatak

halus (baik), berwajah manis (tidak menyeramkan/sangar), rapih dan juga bersih

serta jarang marah.

Perbedaan ciri atau karakter tersebut sangat rentan menyebabkan kesulitan

dalam beradaptasi, apalagi dengan karakter masyarakat Sunda yang lemah lembut

sedangkan masyarakat Sumatera Utara yakni keluarga migran, memiliki sifat yang

keras serta pemarah, menyebabkan banyak opini atau pandangan masyarakat

Sunda mengenai sikap masyarakat Sumatera Utara yang menakutkan sehingga

sebisa mungkin masyarakat Bandung menghindari adanya kontak dan komunikasi

dengan keluarga migran, juga sikap masyarakat Sumatera Utara yang melakukan

hal dengan sesukanya/sesuka hatinya, seperti: memotong jalan di lampu merah,

meminta bayaran (ongkos) lebih dan sebagainya membuat masyarakat Sumatera

Utara itu sendiri sulit untuk beradaptasi, karena sebagai masyarakat minoritas di

daerah orang lain (mayoritas) ingin berbuat semaunya sudah pasti tidak akan

diterima oleh masyarakat mayoritas tersebut. Contoh lain kesulitan beradaptasi

yaitu dari segi bahasa yang berbeda yang sering menimbulkan perbedaan

pendapat yang juga sering menjadi pemicu konflik, dimana masyarakat sunda sebagai masyarakat mayoritas dengan perilaku “bullying” nya yang suka membuli orang lain karena perbedaan bahasa juga budaya yang aneh menurut mereka,

membuat masyarakat Sumatera Utara memperlihatkan sikap pemarahnya sehingga

konflik pun terjadi yang otomatis akan menyebabkan adanya kesulitan dalam

(13)

5

menganggap budayanya lebih baik daripada budaya masyarakat lain juga rentan

menyebabkan sulitnya beradaptasi, untuk mengkaji hal tersebut, makaperlu

dilakukan penelitian terhadap keluarga migran asal Sumatera Utara.

Bermigrasi dari Sumatera Utara ke kota Bandung sudah tentu mengharuskan

pekerja atau keluarga migran dapat beradaptasi dengan masyarakat Sunda yang

ada di Bandung, agar pekerja atau keluarga migran tersebut dapat dengan mudah

berinteraksi dengan masyarakat, sehingga dapat menjamin pekerjaannya akan

lancar dan dapat hidup dengan baik di lingkungannya yang baru.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1990, hlm. 1) mengemukakan

bahwa, “Dengan terbatasnya pemilikan lahan dan lapangan kerja di desa

mendorong penduduk mencari tambahan penghasilan di luar sektor pertanian”.

Salah satunya adalah mencari pekerjaan di kota atau di luar daerah tempat

tinggalnya. Faktanya, dalam penelitian ini pekerja atau keluarga migran yang

berprofesi sebagai supir angkutan umum bermigrasi ke kota Bandung untuk

mencari penghasilan agar dapat bertahan hidup, untuk itu pekerja atau keluarga

migran asal Sumatera Utara harus memiliki cara agar dapat beradaptasi,

berinteraksi serta berkomunikasi dengan masyarakat Sunda.

Salah satu cara agar keluarga migran dapat beradaptasi, berinteraksi serta

berkomunikasi dengan mudah didalam masyarakat Sunda adalah dengan

menerapkan pola pengasuhan yang tepat didalam pendidikan keluarga migran asal

Sumatera Utara tersebut. Disini, keluarga dituntut untuk mampu mengajarkan

anak (mendidik anak) agar dapat beradaptasi dengan lingkungannya dengan cara

mengajarkan anak bagaimana sopan santun, saling menghargai, menghormati dan

sebagainya dengan memadupadankan pengajaran atau didikan dengan nilai-nilai

budaya yang baik, diterima dan berlaku di masyarakat serta dijadikan sebagai

kebiasaan dalam keluarga.

Pada penelitian ini, penulis memilih keluarga migran yang berprofesi

sebagai supir angkutan umum, dikarenakan penulis tertarik meneliti mengapa

masyarakat Sumatera Utara rela pergi jauh merantau meninggalkan kampung

(14)

umum. Menurut pendapat Saptanto, S., Lindawati., dan Zulham, A (2011, hlm.

22) bahwa, Terjadinya mobilitas migran dari desa pesisir ke daerah tujuan migrasi

banyak ditentukanoleh keterikatan migran dengan struktur sosial ekonomi di

daerah asal migrasi. Asumsi penulis adalah keluarga migran memilih bermigrasi

disebabkan karena mata pencaharian di daerah Sumatera Utara yang notabene

adalah sebagai petani, dimana sudah tentu pekerjaan tersebut mengharuskan

pekerjanya untuk berkotor-kotoran (tidak seperti pekerja kantoran atau lainnya),

berhadapan dengan terik matahari langsung serta berpenghasilan kurang

mencukupi, kecuali untuk orang-orang yang memiliki lahan atau kebun yang luas.

Hal tersebut selaras dengan pendapat Saptanto, S., Lindawati., dan Zulham, A

(2011, hlm. 22) bahwa,

Pertama, jikaketerikatan terhadap struktur sosial ekonomi desanya sangat kuat maka migrasi itu tidak terjadi. Kedua, jika keterikatan migran terhadap struktur sosial ekonomi desa semakin menipis dan dengan daerah tujuan migrasi sangat kuat, maka mobilitas tersebut akan terhenti dan muncullah migran permanen. Ketiga, jika kebutuhan migran di desa pesisir kurang terpenuhi dan ikatan penduduk terhadap struktur sosial ekonomi desa pesisir sangat kuat maka terjadilah migrasi dari desa pesisir ke daerah tujuan migrasi.

Dilihat dari faktor pendorong maupun faktor penarik migrasi menurut

Lembaga Demografi FEUI (2007, hlm. 118) yakni sebagai berikut: faktor

pendorong migrasi; 1) makin berkurangnya sumber-sumber alam, 2)

menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal, 3) adanya tekanan atau

diskriminasi politik, agama maupun suku di daerah asal, 4) tidak cocok lagi

dengan adat,/budaya/kepercayaan di tempat asal, 5) alasan pekerjaan atau

perkawinan dan 6) bencana alam. Kemudian faktor penarik migrasi yaitu; 1)

adanya rasa superior di tempat baru, atau kesempatan memasuki lapangan

pekerjaan yang cocok, 2) kesempatan memperoleh pendapatan yang lebih baik, 3)

kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, 4) keadaan lingkungan dan

kehidupan yang menyenangkan seperti iklim, perumahan, lingkungan alam dan

lain-lain, 5) tarikan dari orang yang diharapkan sebagai tempat berlindung, 6)

adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat hiburan, pusat kebudayaan sebagai

(15)

7

Jawaban dari pertanyaan penulis mengenai alasan keluarga migran untuk

merantau jauh meninggalkan kampung halaman, rata-rata dari empat keluarga

yang menjadi informan adalah dari faktor penarik migrasi yakni: kesempatan

memperoleh pendapatan yang lebih baik (dalam arti bahwa ketertarikan keluaga

migran terhadap struktur sosial ekonomi daerah asalnya semakin menipis),

kemudian keadaan lingkungan yang menyenangkan, tarikan dari orang yang

diharapkan sebagai tempat berlindung dan juga keinginan untuk lepas dari

pekerjaan atau mata pencaharian di daerah asal yang notabene sebagai petani, baik

petani kelapa sawit, petani karet, maupun petani padi dan sayur ataupun buah.

Jawaban tersebut dapat menjelaskan bahwa keluarga migran bermigrasi

disebabakan oleh keinginan untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik,

terbukti setelah penulis melakukan penelitian bahwa tidak sedikit dari keluarga

migran asal Sumatera Utara yang berhasil dengan bekerja sebagai supir angkutan

umum, dimana supir-supir tersebut telah memiliki minimal satu buah angkutan

umum (angkot), yang penghasilannya cukup besar bila dibandingkan dengan

penghasilan seorang petani, apalagi hanya sebagai buruh tani saja. Kemudian hal

ini diperkuat dengan pendapat beberapa informan saat penulis melakukan studi

pendahuluan di terminal Ledeng dan Dago, yakni sebagai berikut:Kebanyakan

orang Sumatera Utara yang menjadi supir angkutan umum itu berhasil neng,

rata-rata dari mereka sudah memiliki angkutan umum milik pribadi, ada yang memiliki

satu buah angkutan umum bahkan ada yang memiliki empat buah, kemudian

mereka memberikan angkutan umum milik mereka kepada masyarakat Sunda,

dengan perjanjian setoran perhari-nya, untuk angkutan umum Cicaheum-Ledeng

rata-rata pemiliknya adalah orang Sumatera Utara neng, begitu juga dengan

angkutan umum Kalapa-Dago, sehingga orang Sumatera Utara yang menjadi supir

angkutan umum di Bandung bisa dikatakan sukses (Komunikasi personal, 25

Oktober 2013).

Dari pemaparan diatas, jelas terlihat bahwa terdapat perbedaan -perbedaan

antara masyarakat Sumatera Utara (batak) dan masyarakat Bandung (sunda), baik

(16)

Perbedaan tersebut kemudian menjadi suatu masalah dalam terlaksananya

interaksi yang baik didalam masyarakat, karena perbedaan etnis, suku, bahasa,

budaya dan agama antara masyarakat sunda dan keluarga migran itu sendiri

tentunya akan menyebabkan berbagai masalah di dalam lingkungan kehidupan

masyarakat sunda dan keluarga migran tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa

perbedaan, terutama perbedaan bahasa akan mempersulit kita dalam

berkomunikasi dengan orang lain karena kita tidak dapat mengerti apa maksud

dari perkataan yang diucapkan oleh lawan bicara kita. Begitu juga dengan budaya

yang jelas berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya, yang

memungkinkan untuk terjadinya saling ejek antar kebudayaan, saling merasa

kebudayaan sendiri lebih baik dan lain sebagainya, yang kesemuanya dapat

menimbulkan konflik, sehingga berpengaruh terhadap interaksi dan adaptasi di

dalam masyarakat.

Masyarakat Sunda sebagai masyarakat mayoritas di kota Bandung pasti

akan lebih dominan dalam segala aktivitas dari pada masyarakat

minoritas/pendatang yakni keluarga migran asal Sumatera Utara yang ada di

Bandung, sehingga masyarakat minoritas yakni keluarga migran harus dapat

meleburkan diri atau berbaur dengan masyarakat mayoritas yakni masyarakat

Sunda di Bandung. Melebur yang dimaksud disini yakni dapat menyesuaikan diri

dalam lingkungan baru dengan cara beradaptasi, berkomunikasi dan berinteraksi.

Interaksi dapat terjadi karena adanya kontak dan komunikasi. Kontak dan

komunikasi ini tidak dapat lepas dari kehidupan sehari-hari terutama dalam hal

pekerjaan, dimana sebagai pekerja khususnya pekerja migran yang berprofesi

sebagai supir angkutan umum tidak akan dapat terlepas dari kontak dan

komunikasi dengan masyarakat, begitu juga dengan keluarga di lingkungan

migran tersebut, tidak akan dapat terlepas dari kontak dan komunikasi dengan

masyarakat Sunda di Bandung.

Dalam diri seseorang terdapat tiga faktor pendorong terjadinya interaksi,

diantaranya adalah dorongan sebagai makhluk sosial, dorongan memenuhi

(17)

9

Dorongan untuk memenuhi kebutuhan yang dimaksud disini yaitu manusia satu

dapat berinteraksi dengan manusia lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,

dalam hal ini yaitu keluarga migran asal Sumatera Utara yang berprofesi sebagai

supir angkutan umum harus dapat berinteraksi dengan masyarakat Sunda di kota

Bandung untuk dapat bertahan hidup meskipun berbeda etnis.Dua etnis yang

berbeda tentunya akan sulit untuk beradaptasi dan berinteraksi terutama pada

keluarga migran asal Sumatera Utara dengan masyarakat Sunda di Bandung,

maka dari itu keluarga migran asal Sumatera Utara harus dapat meleburkan diri

pada masyarakat Sunda di Bandung, karena dengan meleburkan diri maka

keluarga migran dapat beradaptasi, berkomunikasi dan berinteraksi tanpa merasa

daerah baru tempat mereka tinggal tersebut adalah daerah yang benar-benar asing,

sehingga keluarga migran dapat hidup seperti sebelumnya di daerah asal mereka.

Yang tidak kalah penting adalah bagaimana pendidikan yang ada didalam

keluarga migran, terkait pola pengasuhannya, yang merupakan salah satu cara

untuk mempermudah beradaptasi, berkomunikasi serta berinteraksi didalam

masyarakat.

Hal inilah yang menjadi landasan penulis untuk meneliti dan juga penulis

tertarik untuk mengetahui bagaimana pendidikan keluarga di lingkungan migran

asal Sumatera Utara yang ada di Bandung, untuk itu penulis melihat perlu adanya

penelitian dengan pengkajian secara khusus mengenai pendidikan keluarga di

lingkungan migran asal Sumatera Utara yang ada di Bandung, yakni dengan judul

penelitian:“Pola Asuh Pada Keluarga Migran Asal Sumatera Utara” (Studi

Kasus terhadap Keluarga Migran yang Berprofesi Sebagai Supir Angkutan Umum

di Bandung).

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian, dapat ditarik beberapa permasalahan

diantaranya:

1. Berdasarkan pengalaman pribadi peneliti, yang mengalami kesulitan dalam

(18)

yang berbeda budaya, suku, bahasa, agama dan sebagainya, apalagi bila

masyarakat tidak memiliki sikap toleransi antar sesama, menyebabkan

masyarakat satu sulit untuk bertahan dalam masyarakat lainnya.

2. Pola asuh yang diterapkan orang tua memiliki dampak terhadap kemampuan

anak dalam beradaptasi, berinteraksi dan berkomunikasi, apabila pola asuh

yang diterapkan salah, maka perilaku dan tingkahlaku anak akan salah juga,

terutama sangat berdampak terhadap perilaku dan tingkahlaku anak dalam

beradaptasi, berinteraksi dan berkomunikasi didalam masyarakat.

3. Perbedaan karakter antara masyarakat Sumatera Utara yang memiliki

karakter keras dan pemarah dengan karakter masyarakat Bandung (Sunda)

yang lemah lembut menyebabkan masyarakat Sumatera Utara sulit untuk

beradaptasi, berinteraksi dan berkomunikasi didalam masyarakat Bandung,

khususnya keluarga migran.

4. Perbedaan karakter yang disebabkan oleh perbedaan pola pengasuhan,

menyebabkan masyarakat sulit untuk menyesuaikan diri, terlebih lagi

terhadap anak yang diasuh dengan pola pengasuhan yang melalaikan dan

memanjakan.

5. Masyarakat minoritas yakni keluarga migran yang melakukan sesuatu

sesuka hatinya, seperti: berbicara keras, meminta uang (ongkos) lebih, serta

pemarah menyebabkan masyarakat mayoritas memberikan stereotipe

negatif bahkan menolak beradaptasi, berinteraksi serta berkomunikasi

dengan keluarga migran.

C. Rumusan Masalah Penelitian

“Perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan identifikasi

masalah dan pembatasan masalah” (Usman, 2009, hlm. 27). Berdasarkan latar

belakang masalah serta identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas maka

(19)

11

1. Bagaimana pola asuh yang terjadi dalam keluarga migran asal Sumatera

Utara yang berprofesi sebagai supir angkutan umum di Bandung?

2. Apakah keluarga di lingkungan migran asal Sumatera utara yang berprofesi

sebagai supir angkutan umum di Bandung tetap menggunakan budayanya

atau sudah menggunakan budaya sunda?

3. Adakah pengaruh budaya dominan dalam pendidikan keluarga di

lingkungan migran asal Sumatera Utara yang berprofesi sebagai supir

angkutan umum di Bandung?

D. Tujuan Penelitian

Menurut Riduwan (2009, hlm. 6) “Tujuan penelitian merupakan keinginan -keinginan penelitian atas hasil penelitian dengan mengetengahkan

indikator-indikator apa yang hendak ditemukan dalam penelitian, terutama yang berkaitan

dengan variabel-variabel”. Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

pendidikan keluarga migran asal Sumatera Utara yang ada di Bandung (studi

kasus terhadap keluarga migran asal Sumatera Utara yang berprofesi sebagai supir

angkutan umum di Bandung).

2. Tujuan Khusus

Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk:

a. Mengetahui bagaimana pola asuh yang terjadi di lingkungan migran asal

Sumatera utara yang berprofesi sebagai supir angkutan umum di Bandung.

b. Mengetahui apakah keluarga di lingkungan migran asal Sumatera Utara

yang berprofesi sebagai supir angkutan umum di Bandung tetap

menggunakan budayanya atau sudah menggunakan budaya sunda.

c. Mengetahui ada tidaknya pengaruh budaya dalam pendidikan keluarga di

lingkungan migran asal Sumatera Utara yang berprofesi sebagai supir

(20)

E. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi berupa konsep

pendidikan dalam keluarga di lingkungan migran asal Sumatera Utara yang

berprofesi sebagai supir angkutan umum di Bandung, khususnya dalam lingkup

etnis, suku, bahasa, budaya dan agama yang berbeda mengingat Indonesia sebagai

negara yang memiliki etnis, suku, bahasa, budaya dan agama yang beraneka

ragam, sehingga sebagai masyarakat tidak merasakan kesulitan dalam beradaptasi

dengan masyarakat. Serta diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian sejenis

terkait pendidikan keluaraga di lingkungan migran. Juga diharapkan dapat

dijadikan sumber bacaan dalam dunia pendidikan terkait perluasan ilmu

pengetahuan.

2. Secara Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada:

a. Peneliti

Sebagai suatu pembelajaran dalam rangka terjun langsung meneliti dan

memberikan solusi kepada masyarakat untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang

telah diajarkan dalam pembelajaran dikelas, serta sebagai warga masyarakat dapat

berpartisipasi dalam menangani masalah yang ada didalam masyarakat itu sendiri,

juga untuk memperkaya pengetahuan penulis dan dijadikan sebagai sumber

penilaian untuk kelulusan dalam menempuh Strata satu (S1) penulis.

b. Keluarga Migran

Mengetahui bagaimana pola asuh dalam keluarga yang seharusnya

diterapkan/dilakukan di dalam lingkungan keluarga migran sehingga dapat

diterima didalam masyarakat, baik dalam etnis, suku, bahasa, budaya dan agama

yang berbeda, dan juga untuk memudahkan keluarga migran agar dapat bertahan

dalam masyarakat terutama untuk menjalankan profesinya sebagai supir angkutan

umum dan dapat memenuhi keinginan masyarakat tempat keluarga migran

tersebut tinggal. Dalam arti keluarga migran dapat diterima dalam lingkungan

(21)

13

c. Masyarakat Sunda

Bebas berinteraksi dengan keluarga migran sesuai keinginannya, tanpa

harus khawatir dengan adanya perbedaan yang mengakibatkan ketidaknyamanan

dan kekhawatiran pada saat berinteraksi dengan keluarga migran yang ada di

lingkungannya.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dilakukannya penelitian,

identifikasi masalah, perumusan masalah yang akan diteliti, tujuan dilakukannya

penelitian, manfaat dilakukannya penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II Kajian Teoritis

Pada bab ini memuat mengenai konsep pendidikan keluarga yakni mengenai

arti keluarga, peran dan fungsi keluarga, arti pendidikan, pentingnya pendidikan,

pengertian pendidikan keluarga, tujuan pendidikan keluarga, faktor yang

mempengaruhi lingkungan keluarga dan keluarga sebagai alam pendidikan

pertama (dasar), kemudian konsep Migrasi, masyarakat Bandung (Sunda),

masyarakat Sumatera Utara (Batak), konsep pola asuh yakni: pengertian pola asuh

dan jenis-jenis pola asuh, pola hubungan orang tua-anak (sikap atau perlakuan

orang tua terhadap anak), Akulturasi, Asimilasi, konsep interaksi sosial yakni:

latar belakang interaksi sosial, pengertian interaksi dan interaksi sosial,

dasar-dasar interaksi sosial, bentuk-bentuk interaksi sosial, faktor-faktor yang

mempengaruhi interaksi sosial, tahap-tahap interaksi sosial, teori interaksi sosial,

interaksionisme simbolik, hubungan interpersonal dan adaptasi sosial.

(22)

Pada bab ini memuat mengenai pendekatan dan metode penelitian, lokasi

penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, penyusunan alat, prosedur

pengumpul data dan analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam bab ini memuat mengenai hasil penelitian berupa: gambaran umum

lokasi penelitian, deskripsi subjek penelitian, profil keluarga objek dan deskripsi

hasil penelitian, serta pembahasan

Bab V Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini penulis akan menarik kesimpulan dari penelitian yang

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan kegiatan pencarian data, penyelidikan dan percobaan

dalam suatu bidang tertentu yang dimaksudkan dan dilakukan untuk mendapatkan

fakta-fakta dan prinsip-prinsip baru dan pengertian baru mengenai suatu masalah

yang diteliti. Menurut Sugiyono (2008, hlm. 2), Metode penelitian pada dasarnya

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri

keilmuan, yaitu: rasional, empiris dan sistematis. Metode penelitian dianggap

sebagai seperangkat pendekatan yang menyeluruh untuk mengumpulkan data dan

menganalisis masalah-masalah tertentu mencakup teknik dan alat (Mikkelsen,

2001, hlm. 313).

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif, dimana data yang dikumpulkan berasal dari naskah wawancara, catatan,

dokumen pribadi, memo, gambar dan lain sebagianya selain data yang berupa

angka-angka atau prosedur statistik yang diperoleh langsung dari informan guna

memahami situasi sosial, peristiwa, peran dan interaksi. Moleong (2007, hlm. 6)

mengemukakan bahwa, Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah

Usman dan Akbar (2009, hlm. 78) mengemukakan bahwa “Metode

kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi

tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri”.

Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini

(24)

mencocokkan antara reliatas empirik dengan teori yang berlaku dengan

menggunakan metode deskriptif”, yakni mencocokkan antara kenyataan yang ada

dalam lokasi penelitian dengan teori-teori yang digunakan.

Sementara itu metode atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang

bersifat menggambarkan atau melukiskan sesuatu hal dalam arti yang sebenarnya

yaitu berupa foto-foto atau gambar-gambar yang dapat menjelaskan hasil

penelitian serta dapat pula berarti menjelaskan dengan kata-kata. Menurut

pendapat Whitney (dalam Nazir, 2003, hlm. 16), “Metode deskriptif adalah

pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat”. Penelitian deskriptif mempelajari

masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam

masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk hubungan-hubungan,

kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang

berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar (2009, hlm. 130)

bahwa:

Penelitian deskriptif kualitatif diuraikan dengan kata-kata menurut pendapat responden, apa adanya sesuai dengan pertanyaan penelitiannya, kemudian dianalisis pula dengan kata-kata apa yang melatarbelakangi responden berperilaku (berpikir, berperasaan dan bertindak). Minimal ada tiga hal yang digambarkan dalam penelitian kualitatif yaitu karakteristik pelaku, kegiatan atau kejadian yang terjadi selama penelitian dan keadaan lingkungan atau karakteristik tempat penelitian berlangsung.

Dalam penelitian ini penulis akan menggambarkan atau melukiskan data

hasil temuan di lapangan dengan sebenarnya yang ditemukan oleh penulis terkait

pendapat informan.

B. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini berada di kota Bandung, Jawa Barat, kota

tempat tinggal peneliti Kota Bandung adalah kota yang sangat jauh dari Sumatera

Utara, yakni terdapat pada pulau yang berbeda. Di kota Bandung juga terdapat

(25)

57

Utara. Masyarakat Bandung terkenal dengan suku Sunda dengan karakteristik

(ciri) yang khas, yakni: lemah lembut, ramah, anggun, lembut dalam bertutur kata

dan sebagainya.

Di kota Bandung, terdapat banyak masyarakat Sumatera Utara (keluarga

migran) khususnya pada keluarga migran asal Sumatera Utara yang berprofesi

sebagai supir angkutan umum, namun yang akan diteliti adalah keluarga migran

yang tinggal di jalan Dago, jalan Dago Timur, di jalan Taman Sari dan jalan

Kiaracondong, serta di terminal-terminal tempat atau trayek keluarga migran

bekerja, yakni: Kalapa-Dago, Cicaheum-Ledeng dan Margahayu-Ledeng,

tempat-tempat tersebutlah yang kemudian menjadi lokasi pada penelitian ini.

C. Data dan Sumber Data

Sumber data adalah hal berupa benda, orang atau tempat dimana penelitian

dilakukan. Adapun sumber data yang diambil dalam penelitian ini yaitu keluarga

migran asal Sumatera Utara yang berprofesi sebagai supir angkutan umum yang

ada di Bandung, yakni meliputi: Ayah (supir angkutan umum), ibu (istri) dan juga

anak.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dilakukan untuk

mengumpulkan data yang dapat membantu menjawab atau memecahkan masalah

penelitian.

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam mengumpulkan data.

Teknik tersebut memiliki fungsi yang berbeda dan digunakan sesuai dengan

tujuan penelitian dan jenis data yang ingin didapatkan serta keadaan subjek

penelitian. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana pola asuh pada

keluarga migran asal Sumatera Utara yang ada di Bandung. Data penelitian ini

diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi.

(26)

Tabel 3.1

Teknik pengumpulan data

Sumber: Teknik Pengumpulan Data Penulis Tahun 2013-2014

1. Observasi/Pengamatan

Observasi atau pengamatan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk

mengetahui fakta dari suatu kegiatan atau peristiwa yang diamati dari jarak yang

dekat, yang berguna untuk mendapatkan informasi terkait penelitian yang

dilakukan.

Teknik Pengumpulan Data Aspek Sumber Data

Observasi/Pengamatan Aktivitas keluarga migran

atau pekerja migran asal

Sumatera Utara

Pekerja Migran asal Sumatera

Utara yang berprofesi sebgai

supir angkutan umum yang ada

Keluarga migran atau Pekerja

migran asal Sumatera Utara

yang berprofesi sebagai supir

angkutan umum yang ada di

Keluarga migran atau pekerja

migran asal Sumatera Utara

yang berprofesi sebagai supir

angkutan umum yang ada di

Bandung

Studi Kepustakaan Mengenai konsep migran

(27)

59

Menurut Sugiyono (2008, hlm. 145), Observasi sebagai teknik pengumpulan

data mempunya ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik lain, kalau

wawancara dan kuisioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi

tidak terbatas pada orang, tetapi juga pada objek-objek alam yang lain.

“Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala gejela yang diteliti” (Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2009, hlm. 52).

Metode ini dilakukan dengan maksud untukmelihat dan mengamati keadaan di

lapangan secara langsung dan sengaja diadakan oleh peneliti dengan

menggunakan alat indra khususnya mata untuk memperoleh gambaran yang lebih

luas mengenai masalah yang sedang diteliti dan juga dapat melihat bagaimana

kejadian yang berlangsung di lapangan.

Dalam penelitian ini observasi difokuskan pada aktivitas keluarga migran

atau pekerja migran asal Sumatera Utara yang berprofesi sebagai supir angkutan

umum yang ada di Bandung, dengan menggunakan alat pengumpul data yang

dapat berupa rekaman, gambar serta catatan berkala yang didapatkan saat

penelitian dilakukan.

Lebih lanjut Moleong (2002, hlm. 125) menjelaskan mengenai observasi

atau pengamatan, yakni:

a. Pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian dan perilaku lain.

b. Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagai yang dilihat oleh subjek, menangkap arti fenomena dari segi pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan aturan para subjek pada keadaan waktu tersebut.

c. Pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek.

2. Wawancara

Teknik wawancara dilakukan untuk melengkapi data dengan cara bertanya

langsung atau tatap muka dengan informan, yang dalam penelitian ini adalah

keluarga migran asal Sumatera Utara yang berprofesi sebagai supir angkutan

umum di kota Bandung.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak,

(28)

diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu.

(Basrowi dan Suwandi, 2008, hlm. 127). Usman dan Akbar (2009, hlm. 55)

mengemukakan bahwa “Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau

lebih secara langsung”.

Metode interview adalah sebuah dialog atau tanya jawab yang dilakukan

dua orang atau lebih yaitu pewawancara dan terwawancara (narasumber)

dilakukan secara berhadap-hadapan (face to face) (Hanitijo, 1994, hlm. 57).

Wawancara dilakukan dengan cara bertanya kepada keluarga migran atau

pekerja migran asal Sumatera Utara yang berprofesi sebagai supir angkutan umum

mengenai pola asuh dalam keluarga di lingkungan migran, juga mengenai apakah

keluarga migran menggunakan budaya asal migran atau budaya Sunda, serta

mengenai ada tidaknya pengaruh budaya dalam pendidikan keluarga migran yang

ada di Bandung.

3. Studi Dokumentasi

“Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen” (Usman dan Akbar, 2009, hlm. 69).

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah mengumpulkan data yang

sudah tersedia dalam catatan dokumen, yakni dapat berupa catatan buku, majalah,

surat, notulen, agenda dan lain-lain, yang dimaksudkan untuk memperoleh data

secara tertulis untuk melengkapi data penelitian.

Dalam penelitian ini yakni seluruh aktivitas keluarga migran asal Sumatera

Utara yang ada di Bandung, baik ayah, ibu dan juga anak.

4. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan cara memperoleh informasi melalui sumber

acuan yang dapat berupa teori atau konsep yang berhubungan dengan penelitian

yang akan dilakukan, baik teori atau konsep yang bersumber dari buku, majalah,

jurnal, artikel, dokumen dan lain-lain yang terkait dengan masalah yang akan

diteliti. Dilakukan untuk mendapatkan informasi teoritis yang berhubungan

(29)

61

Teknik ini digunakan karena peneliti memerlukan teori-teori yang dapat

mendukung terlaksananya penelitian ini. Teori-teori ini bisa didapatkan dari

sumber kepustakaan yakni buku, majalah, jurnal dan lain-lain, dengan teknik ini

peneliti akan mendapatkan informasi dan data yang berupa teori-teori,

pengertian-pengertian serta uraian-uraian menurut para ahli yang berhubungan dengan data

yang diperlukan dalam penelitian ini.

E. Penyusunan Alat Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian diperlukan penyusunan alat untuk mempermudah

penelitian. Adapun penyusunan alat pengumpul data pada penelitian ini

dijabarkan sebagai berikut:

1. Penyusunan kisi-kisi penelitian

Penelitian dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang dijabarkan

kedalam pertanyaan agar memudahkan dalam alat pengumpulan data.

2. Penyusunan alat pengumpul data

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah observasi/pengamatan dan

wawancara kepada keluarga migran asal Sumatera Utara. Penggunaan teknik

observasi/pengamatan dilakukan untuk melihat kedaan dilapangan secara dekat

dan langsung.

3. Penyusunan pedoman wawancara

Sebelum melakukan wawancara perlu disusun pedoman wawancara yang

bertujuan untuk mempermudah penulis melakukan wawancara dengan adanya

patokan pertanyaan yang masih bisa bertambah sewaktu-waktu, sehingga

wawancara yang dilakukan terarah. Adapun pedoman wawancara adalah daftar

pertanyaan yang akan ditanyakan kepada responden mengenai penelitian yang

dilakukan.

4. Penyusunan pedoman observasi

Pedoman observasi perlu disusun sebelum peneliti terjun kelapangan untuk

melakukan penelitian. Hal ini dilakukan agar kedatangan penulis kelapangan

(30)

F. Prosedur Pengumpul Data

Dalam penelitian diperlukan adanya suatu alat pengumpul data yang

dilakukan dengan maksud untuk memperoleh data/informasi yang valid dengan

alat yang tepat dan akurat. Adapun penelitian ini menggunakan teknik wawancara

dan observasi/pengamatan sebagai alat pengumpul data yang utama selain studi

kepustakaan dan studi dokumentasi. Untuk pengumpulan data sendiri diperlukan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan mencakup: studi pendahuluan, pembuatan proposal dan

lain-lain yang diperlukan dalam penelitian. Dalam tahap persiapan penulis

mempersiapkan pedoman-pedoman yang akan digunakan juga hal lain yang

sekiranya diperlukan, misal: alat tulis, perekam suara dan lain-lain yang akan

digunakan untuk mempermudah penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan tahap yang harus dilakukan peneliti untuk

mendapatkan informasi seputar pertanyaan penelitian yang terdapat dalam

pedoman wawancara yang telah dirancang sebelumnya dan sesuai dengan tujuan

penelitian. Setelah semua data diperoleh kemudian dilanjutkan dengan analisis

data.

G. Analisis Data

Analisis data menurut Patton (dalam Basrowi dan Suwandi, 2008, hlm. 91)

adalah „Proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,

kategori, dan satuan uraian dasar‟.

1. Analisis Data Kualitatif

Ada berbagai teknik analisa data menurut para ahli. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan teknik analisis data versi Miles dan Huberman. Miles dan

Huberman (dalam Usman dan Akbar, 2009, hlm. 85-88) mengemukakan bahwa

(31)

63

a. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul

dari catatan-catatan lapangan. Pada langkah reduksi data ini dipilih data yang relevan dengan penelitian. Data yang tidak relevan dapat dibuang, dan jika diperlukan penulis dapat menambahkan data baru sehingga data yang terkumpul dapat diverifikasi.

b. Penyajian Data

Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Pada langkah ini penulis mendeskripsikan data hasil temuan di lapangan, untuk bisa ditarik kesimpulan.

c. Penarikan Kesimpulan Atau Verifikasi

Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah langkah akhir dalam analisis data kualitatif versi Miles dan Huberman. Setelah data dideskripsikan selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dari hasil dari pelaksanaan yang telah dilakukan dan juga dilakukan verifikasi, baik dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh subjek tempat penelitian itu dilaksanakan.

Miles dan Huberman(dalam Usman dan Akbar, 2009, hlm.

88)menggambarkan keterkaitan ketiga kegiatan reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan atau verifikasi yang dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut

ini:

Gambar 3.1

Model interaktif (Miles dan Huberman, 1994)

Pengumpulan Data

Penyajian data

(32)

Sumber: Buku Metodelogi Penelitian Sosial

2. Interpretasi Data

Menurut Usman dan Akbar (2009, hlm. 98-99), Laporan penelitian kualitatif

dikatakan ilmiah jika persyaratan kredibilitas, transferabilitas, dan dependabilitas

atau konfirmabilitasnya sudah terpenuhi.

a. Kredibilitas

Kredibilitas adalah kesesuaian antara konsep peneliti dengan konsep responden. Agar kredibilitas terpenuhi, maka waktu yang digunakan penelitian harus cukup lama; pengamatan yang terus-menerus; mengadakan triangulasi, yaitu memeriksakan kebenaran data yang telah diperolehnya kepada pihak-pihak lain yang dapat dipercaya; mendiskusikannya dengan teman seprofesi; menggunakan alat-alat bantu dalam mengumpulkan data, seperti: tape recorder, tustel, video dan sebagainya; menggunakan member check, yaitu memeriksa kembali informasi responden dengan mengadakan pertanyaan ulang atau mengumpulkan sejumlah responden untuk dimintai pendapatnya tentang data yang telah dikumpulkan.

b. Transferabilitas

Transferabilitasialah apabila hasil penelitian kualitatif itu dapat digunakan atau diterapkan pada kasus atau situasi lainnya. Dalam penelitian kualitatif biasanya bekerja dengan sampel yang kecil mengakibatkan sangat sukar untuk mengadakan generalisasi sepenuhnya yang dapat dipercaya.

c. Dependabilitas dan Konfirmabilitas

(33)
(34)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV berikut ini, penulis akan memaparkan temuan hasil

penelitian/deskripsi hasil penelitian dan pembahasan (analisis) hasil penelitian.

Penelitian ini sendiri mengemukakan mengenai bagaimana pola asuh pada

keluarga migran asal Sumatera Utara di kota Bandung, terkait cara beradaptasi,

berinteraksi serta berkomunikasi dengan masyarakat Sunda yang ada di Bandung,

dimana suku serta budayanya jelas berbeda dengan keluarga migran. Penulis

melakukan penelitian pada empat keluarga, yakni dua keluarga yang dimana

suami dan istri berasal dari Sumatera Utara serta dua keluarga dimana suami

berasal dari Sumatera Utara sedangkan istri berasal dari Bandung.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis, dapat

diketahui bahwa pola asuh yang digunakan orang tua didalam keluarga akan

mempermudah anak dalam beradaptasi, berinteraksi maupun berkomunikasi di

dalam lingkungannya, namun memang tidak dapat dihindari, bahwa rasa

kesukuan dan budaya migran kemudian diketahui mulai pudar, apalagi pada diri

anak yang dalam kesehariannya berinteraksi dengan orang yang berbeda suku,

bahasa serta budayanya.

Hasil penelitian ini diperoleh oleh penulis dengan melakukan pengamatan

atau observasi mengenai kegiatan sehari-hari yang berlangsung dalam lingkungan

keluarga migran, serta wawancara yang langsung dilakukan oleh penulis, baik di

tempat kerja keluarga migran yakni pada trayek-trayek khusus supir angkutan

umum maupun di rumah keluarga migran (informan). Penulis juga melakukan

penelitian khusus kepada keluarga migran yakni supir angkutan umum terkait cara

berkomunikasinya dengan penumpang, yang langsung penulis amati dengan cara

penulis menjadi penumpang yang ikut berkeliling (sesuai trayek) saat supir

angkutan umum sedang bekerja, adapun yang akan dibahas dalam bab IV ini

(35)

66

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah kota Bandung, kemudian dipilih sesuai

trayek angkutan umum yakni: Cicaheum-Ledeng, Kalapa-Dago, dan

Margahayu-Ledeng. Setelah dipilih kemudian didapatkan lokasi penelitian, yakni Terminal

Dago, Terminal Ledeng, dan Terminal Margahayu. Penulis melakukan penelitian

di lokasi-lokasi tersebut dan juga di rumah informan penelitian, yakni: di jalan

Taman Sari, jalan Dago Timur, sekitaran Terminal Dago dan jalan Kiaracondong.

Disini, penulis langsung bertemu dengan keluarga informan yakni: istri dan

anak-anak dari keluarga migran yang berprofesi sebagai supir angkutan umum.

2. Profil Keluarga Objek

Data yang diperoleh dari informan dalam penelitian ini banyak didapatkan

melalui wawancara dan observasi. Informan yang diwawancarai dalam penelitian

ini sebanyak empat keluarga, dengan kode Keluarga 1 yakni untuk keluarga

informan yang bertempat tinggal di jalan Dago Timur, Keluarga 2 yakni untuk

keluarga informan yang bertempat tinggal di jalan Dago, Keluarga 3 yakniuntuk

keluarga informan yang bertempat tinggal di jalan Kiaracondong dan Keluarga 4

yakni untuk keluarga informan yang bertempat tinggal di jalan Taman Sari.

Dibawah ini akan dipaparkan mengenai karakteristik informan penelitian, yakni

mengenai: usia informan, pendidikan terakhir, pekerjaan, jumlah anak serta lama

tinggal di Bandung untuk masing-masing keluarga informan.

Berikut ini merupakan tabel mengenai latar belakang informan yang telah

(36)
(37)

68

Sumber: Wawancara Personal tahun 2013

a. Keluarga 1

1) Profil Keluarga 1

Identitas Informan

Ayah/Suami : Samsir Siregar

Usia : 37 Tahun

Pekerjaan : Supir Angkutan Umum

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SD

Ibu/Istri : Ismawarni Hasibuan

Usia : 32 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SMP

Jumlah Anak : 2 Orang

Anak Pertama : Tina Siregar

Usia : 10 Tahun

Anak Kedua : Jefry Siregar

Usia : 5 Tahun

Suku Bangsa : Batak

Alamat : Jalan Dago Timur

Bapak 1 adalah supir angkutan umum dengan tingkat pendidikan terakhir

Sekolah Dasar (SD), yang berasal dari Hutagodang, Sumatera Utara. Memiliki

tiga buah angkutan umum yang berpendapatan RP 300.000/hari. Bapak 1 menjadi

supir angkutan umum (angkot) pada jalur atau trayek Kalapa-Dago, biasanya

bapak 1 bekerja mulai pukul 09.00-11.00 kemudian dilanjutkan pada pukul

14.00-05.00. Adapun saat bapak 1 beristirahat dan berhenti bekerja maka angkot

(38)

kepada mahasiswa yang ingin mencari uang. Sedangkan dua angkot lainnya telah

dipercayakan kepada dua orang yang dapat bekerja tetap, yang

bersungguh-sungguh dan membutuhkan, yakni orang yang sudah berkeluarga.

Ibu 1 adalah seorang ibu rumah tangga dengan latar pendidikan terakhir

Sekolah Menengah Pertama (SMP), sejak menikah dan tinggal di Bandung hanya

menjadi ibu rumah tangga, apalagi setelah memiliki anak, bapak dan ibu 1 sepakat

bahwa ibu 1 hanya akan tinggal di rumah untuk mengasuh kedua anak mereka,

menjadi ibu rumah tangga yang baik saja.Keluarga 1 tinggal di jalan Dago Timur,

Kota Bandung. Adapun kondisi rumah terlihat sederhana, namun untuk fasilitas di

dalam rumah sudah mencukupi, seperti: Motor, Televisi, Kulkas, Mesin cuci,

DVD, berbagai jenis Mainan Anak dan lain-lain yang mencerminkan bahwa

keluarga 1 merupakan keluarga berkecukupan.

Kehidupan bertetangga keluarga 1 bisa dikatakan cukup baik, hal ini dapat

disimpulkan melalui survey dari penelitian yang dilakukan, bahwa keluarga 1

dalam berinteraksi dengan lingkungan atau tetangga cukup baik, apalagi dengan

keluarga tetangga yang juga keluarga perantauan yakni dari Palembang, membuat

keluarga 1 memiliki hubungan yang baik karena merasa senasib sepenanggungan,

sama rasa dan sebagainya. Juga untuk lingkungan tempat tinggal secara umumnya

dapat dilihat bahwa interaksi juga berjalan dengan baik dan lancar, dimana ibu 1

yang juga sudah lumayan lancar dalam berbahasa Sunda dan mengetahui serta

menghargai yang namanya suatu budaya membuat ibu 1 nyaman dalam

berinteraksi serta berkomunikasi, namun memang ibu 1 mengakui bahwa saat

pertama kali tinggal di Bandung ada sedikit rasa canggung, baik dalam

beradaptasi, berinteraksi maupun berkomunikasi, apalagi dengan menggunakan

bahasa Sunda yang tentu berbeda dengan bahasa asal keluarga tersebut, tetapi

lambat laun sudah tidak ada masalah. Yang perlu ditekankan menurut ibu

keluarga 1 adalah belajar dan memahami budaya masing-masing orang didalam

suatu masyarakat. Hal ini untuk mempermudah kita sendiri agardengan mudah

dapat diterima di dalam masyarakat tersebut. Untuk bapak 1 juga sama, walau

(39)

70

bergaul dengan lingkungannya mengikuti acara perkumpulan di lingkungan

seperti: hajatan, melayat jika ada yang meninggal, shalat berjamaah (di mesjid)

dan lain-lain. Hubungan bertetangga terjalin tanpa ada masalah ataupun

keributan-keributan baik dalam skala kecil mapun besar.

Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara secara langsung dengan

keluarga migran yang berprofesi sebagai supir angkutan umum, terkait alasan

merantau ke Bandung dan menjadi supir angkutan umum. Berikut ini adalah hasil

wawancara mengenai alasan keluarga 1 merantau ke kota Bandung dan menjadi

supir angkutan umum: “Bapak (udak) sudah lama tinggal di Bandung, sebelum

menikah dengan ibu (nanguda). Udak berani ke Bandung karena ada seseorang

(kerabat) yang juga merantau ke Bandung, kemudian udakpun nekat ke Bandung,

saat pertama di Bandung atau mulai udak di Bandung kerjaan udak memang

sudah menjadi supir angkutan umum. Karena tau sendiri lah, apalah yang bisa

dikerjakan udak? Sekolah pun cuma SD saja nya. Alasan utama udak ke Bandung

saat masih muda (remaja) dulu adalah ingin melihat bagaimana sih kota Bandung

itu, dan juga ingin pergi keluar daerah karena udak merasa bosan tinggal

dikampung, apalagi jaman dahulu kampung udak sangat kuno, jauh dari

keindahan, hidup seperti di hutan. Setelah dewasa udak kembali ke kampung

halaman dan disuruh menikah oleh orang tua, lalu udak pun menikah dengan

nanguda-mu (ibu kamu). Setelah beberapa bulan menikah udakpun mengajak

nanguda-mu untuk pindah ke Bandung, dan menetaplah kami di Bandung. Udak

berpikir akan lebih hidup jika udak bekerja di Bandung, udak bisa bekerja keras

mencari uang dan bisa memiliki 3 buah angkot yang kalau diperkirakan hasilnya

perbulan melebihi penghasilan PNS. Udak melihat peluang di Bandung akan lebih

besar daripada di kampung halaman, juga karena udak kurang suka bertani

sehingga udak memilih untuk kembali lagi ke Bandung bersama nanguda-mu.

Kalau nanguda ke Bandung ya untuk mengikuti udak(suami)”.

2) Temuan Hasil penelitian/ deskripsi hasil penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data mengenai: bagaimana pola asuh

(40)

angkutan umum, apakah keluarga migran masih menggunakan budayanya atau

sudah menggunakan budaya Sunda dan adakah pengaruh budaya dominan dalam

pendidikan keluarag migran asal Sumatera Utara yang berprofesi sebagai supir

angkutan umum. Dibawah ini akan dipaparkan mengenai temuan hasil penelitian

yang telah dilakukan, untuk masing-masing pertanyaan penelitian.

a) Bagaimana pola asuh dalam keluarga migran yang berprofesi sebagai supir angkutan umum?

Keluarga 1 mengatakan bahwa pola yang diterapkan dalam keluarga salah,

sehingga sekarang anak dari keluarga 1 tidak bisa melakukan apa-apa (tertinggal

dari teman-teman seusianya, dimana untuk anak seusia kelas 5 SD mandi sendiri

saja sulit, karena anak terlalu manja). Sesuai dengan pernyataan Palupi dan

Wrastari (2013, hlm. 5) bahwapola asuh permissive indulgent (memanjakan)

membawa dampak yang burukdalam pencapaian prestasi belajar seorang

anakdibandingkan dengan pola asuh authoritative (demokratis) dan pola asuh

authoritarian (otoriter).

Sejak kecil, anak dari keluarga 1 memang sudah sangat di manjakan.

Mengingat bahwa anak tersebut adalah anak pertama dari keluarga 1, dimana

keluarga 1 baru pertama menjadi orangtua, yang hidup jauh dari orang tua-nya

(kakek dan nenek, anak dari keluarga 1) ataupun keluarga yang ada di Sumatera

Utara, sehingga tidak ada yang mengajarkan atau membimbing keluarga 1 untuk

mendidik dan mengasuh anaknya. Dalam keluarga 1, karena suami (ayah) sibuk

bekerja sedangkan ibu hanya menjadi ibu rumah tangga, maka ibulah yang paling

berperan dalam mengasuh anak, dan ibu dari keluarga 1 mengakui bahwa dalam

mendidik anaknya dia hanya memanjakan anak. Sehingga anak cenderung tidak

mandiri, kurang percaya diri, ingin selalu dibantu oleh ibunya dalam melakukan

aktivitas apapun, baik mandi, makan, mengenakan seragam sekolah dan

sebagainya. Dari penelitian dapat diketahui bahwa keluarga 1 menerapkan pola

pengasuhan yang memanjakan (Indulgent parenting).

Keluarga 1 mengakui bahwa keluarga tersebut tidak memahami mengenai

(41)

72

di dalam keluarganya. Hal ini diperjelas dengan pernyataan keluarga 1 ketika

diwawancarai oleh penulis, yakni: Sebenarnya kami tidak memahami mengenai

pola asuh yang baik untuk diterapkan dalam mengasuh anak di dalam keluarga,

namun kami mengakui bahwa pola pengasuhan yang kami terapkan kepada anak

adalah pola pengasuhan yang salah, sehingga perkembangan anak terhambat, yang

dsebabakan oleh rasa kasih sayang yang berlebihan yang kami berikan sebagai

orang tua yang baru memiliki anak, yang juga harus membimbing anak tanpa

bimbingan dari orang tua kami yang jauh di kampung halaman. (wawancara

personal dengan keluarga 1).

b) Apakah keluarga migran masih menggunakan budayanya atau sudah menggunakan budaya Sunda?

Keluarga 1, yakni kepala keluarga (ayah) sebagai supir angkutan umum

mengakui agak lemah dalam berbahasa. Bapak 1 mengakui karena memang faktor

usia dan juga lingkungan tempat kerja yang dominan berasal dari Sumatera Utara

membuat bapak 1 sulit untuk memahami bahasa Sunda, sehingga bapak 1 hanya

menggunakan bahasa asalnya, begitu juga di rumah, dalam berkomunikasi dengan

istri seringnya menggunakan bahasa asal, namun dalam berkomunikasi dengan

anak-anaknya keluarga 1 menggunakan bahasa Indonesia. Adapun untuk ibu dari

keluarga 1 sudah sering menggunakan bahasa Sunda di lingkungan tempat

tinggalnya, sesekali ibu 1 juga menggunakan bahasa Sunda dalam berkomunikasi

dengan anak-anaknya, misalnya seperti: ade mah malas makan, jangan gitu atuh,

dan sebagainya.

c) Adakah pengaruh budaya dominan dalam pendidikan keluarga di lingkungan migran?

Dalam pendidikan keluarga di lingkungan migran terdapat pengaruh

budaya, dimana pengaruh budaya tersebut merupakan cerminan dari budaya asal

ibu yang intensitas komunikasinya lebih sering dari pada ayah.

Pada keluarga 1, dimana budaya asal ibu adalah budaya batak, maka

pendidikan dalam keluarga cenderung menggunakan budaya batak itu sendiri,

(42)

misal: hormat kepada yang lebih tua dan lain-lain. Untuk budaya batak sendiri

yakni dalam mendidik anak-anaknya memegang tinggi prinsip (hasangapon dan

hamoraon) yang artinya mengejar posisi tinggi dan kesuksesan, sehingga pada

suku batak orang tua selalu mendidik anaknya untuk tetap bekerja keras serta

pantang menyerah, tidak peduli apapun yang dikatakan orang lain kita tidak boleh

jatuh (down). Pada intinya, dalam mengasuh anak baik dari suku Batak, Sunda,

Jawa, Minang atau suku apapun, yang paling baik adalah memberikan contoh atau

mengaplikasikan hal-hal yang positif kepada anak, misalnya: mencontohkan kerja

keras, jika ingin mengajarkan anakagar mau bekerja keras, bukan hanya di

ucapkan bahwa anak harus bekerja keras tetapi orang tua sendiri tidak bekerja

keras. Juga yang paling penting mencontohkan perilaku yang baik serta

tingkahlaku yang baik agar anak bisa melihat dan meniru orang tuanya untuk

berperilaku dan bertingkahlaku yang baik pula.

b. Keluarga 2

1) Profil Keluarga 2

Identitas Informan

Ayah/Suami : Ridwan Effendi Nasution

Usia : 35 Tahun

Pekerjaan : Supir angkutan Umum

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SMP

Ibu/Istri : Risa Maliwana

Usia : 30 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SMA

Jumlah Anak : 3 Orang

Anak Pertama : Riza Pratama Nasution

Gambar

Tabel 3.1
Gambar 3.1
Tabel karakteristik informan penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Responden juga memiliki persepsi yang tidak baik (kurang etis) terhadap keengganan berbagi pengetahuan dan penimbunan (menyimpan) pengetahuan untuk dirinya sendiri..

pihak pemerintah untuk mencabut syarat tersebut, karena untuk membuka kota Banyumas dari jalur trem akan memakan biaya yang sangat besar, sementara keuntungan

Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa inflasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap return saham perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

[r]

Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari kuesioner siswa kelas XII SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 4, dan SMAN 5 Medan dengan jumlah sampel 235 responden.. Dari

Merupakan kegiatan untuk memenuhi perencanaan pembangunan melalui musyawarah perencanaan pembangunan nagari dan kecamatan untuk 1 tahun dengan jumlah pagu anggaran

Untuk menganalisis fungsi partikel dalam pembentukan phrasal verbs digunakan teori Heaton (1985:114) yang menyatakan bahwa terdapat 5 fungsi yang ditemukan dalam pembentukan

dengan prestasi akademik pada anak Sekolah Menengah Pertama Santo Thomas