RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM
PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM PEMBELAJARAN PENCAK SILAT
TERHADAP HASIL BELAJAR (KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR) SISWA SMPN 2 JATIWANGI
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Konsentrasi Pendidikan Olahraga
Oleh
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO
1201322
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pengaruh Model
Pengajaran Tanggung Jawab Pribadi dan Sosial (Teaching Personal and Social
Responsibility-TPSR) dalam Pembelajaran Pencak Silat terhadap Hasil Belajar
(Kognitif, Afektif, dan Psikomotor) Siswa SMPN 2 Jatiwangi” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau dalam klaim dari pihak terhadap karya saya.
Bandung, Oktober 2014
Yang membuat pernyataan,
Rajip Mustafillah Rusdiyanto
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO
PENGARUH MODEL TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM PEMBELAJARAN PENCAK SILAT TERHADAP HASIL BELAJAR (KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR) SISWA SMPN 2
JATIWANGI
Disetujui dan Disahkan Oleh Pembimbing:
Pembimbing I
Dr. H. R. Boyke Mulyana, M.Pd NIP. 196210231989031001
Pembimbing II
Dr. Mulyana, M.Pd NIP. 197108041998021001
Mengetahui,
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM
PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TEACHING PERSONAL AND SOCIAL RESPONSIBILITY-TPSR) DALAM PEMBELAJARAN PENCAK SILAT TERHADAP HASIL
BELAJAR (KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTOR) SISWA SMPN 2 JATIWANGI
Rajip Mustafillah R.
Abstrak
Hasil belajar yang diharapkan meliputi tiga aspek yaitu psikomotor, kognitif dan afektif, karena ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Apabila salah satu dari ketiga aspek yang diharapkan tidak tercapai, dikhawatirkan akan terjadinya ketidakseimbangan. Metode yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan nonequivalent control
group design dilakukan di SMP Negeri 2 Jatiwangi Kabupaten Majalengka. Siswa
yang terlibat sebagai partisispan sebanyak 50 siswa SMP Negeri 2 Jatiwangi yang mengikuti ekstrakurikuler pencak silat. Dari 50 siswa dibagi menjadi dua kelompok eksperimen sebanyak 25 siswa dan kelompok kontrol sebanyak 25 siswa dengan menggunakan random assignment. Kelompok kontrol mendapat model pembelajaran konvensional sedangkan kelompok eksperimen mendapat model TPSR dengan frekuensi 3 kali per minggu selama enam minggu dengan durasi setiap pertemuan 2 x 45 menit. Pembelajaran ini dilakukan pada kegiatan ekstrakurikuler pencak silat dari tanggal 17 Mei- 28 Juni 2014. Instrumen yang digunakan adalah (1) tes objektif pilihan ganda untuk mengukur aspek kognitif, (2) angket untuk mengukur aspek afektif, dan (3) tes keterampilan gerak dasar pencak silat untuk mengukur aspek psikomotor. Analisis data menggunakan
Independent sample-test dengan taraf signifikansi sebesar 0,05. Hasil penelitian
abstract
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM DAFTAR ISI
halaman
LEMBAR PENGESAHAN . . . I
KATA-KATA MUTIARA . . .
PERNYATAAN . . .
Ii
Iii
ABSTRAK . . . Iv
KATA PENGANTAR . . . V
UCAPAN TERIMAKASIH Vi
DAFTAR ISI . . . . Viii
DAFTAR TABEL . . . . X
DAFTAR GAMBAR . . . . Xi
DAFTAR LAMPIRAN . . . .. Xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian . . .
B. Identifikasi Masalah Penelitian. . .
C. Rumusan Masalah Penelitian . . .
D. Tujuan Penelitian. . .
E. Manfaat Penelitian. . .
1
6
7
8
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Belajar . . .
B. Teaching Personal and Social Responsibility. . .
1. Pengertian TPSR. . . .
2. Konsep Model TPSR dalam Pembelajaran Penjas . . .
3. Hal yang harus Diperhatikan Dalam Pengajaran TPSR . . .
4. Hasil Belajar Model TPSR. . .
C. Hasil Belajar. . . .. . .
D. Pencak Silat di Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani . . . .
E. Penelitian yang Relevan . . .
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM F. Kerangka Pikir. . .
G. Hipotesis . . .
32
35
39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling . . .
B. Desain Penelitian . . . .
C. Metode Penelitian . . .
D. Definisi Operasional . . .
E. Instrumen Penelitian . . .
F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas . . .
G. Teknik Pengumpulan Data. . . . . .
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data. . .
I. Limitasi Penelitian . . .
41
42
45
46
49
58
63
64
65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian . . .
B. Pengujian Hipotesis . . .
C. Diskusi Hasil Penelitian . . .
66
71
75
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan. . .
B. Rekomendasi . . .
82
82
DAFTAR PUSTAKA . . . 84
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM DAFTAR TABEL Tabel halaman 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8
Program Pembelajaran Pencak Silat . . . .. . .
Skenario Pembelajaran TPSR . . .
Taksonomi Pendidikan Bloom . . .
Definisi Konseptual Operasional dan Indikator Sikap Tanggung Jawab . .
Rubrik Penilaian Unjuk Kerja . . .
Data Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Sikap Tanggung Jawab . . . . . .
Data Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Kognitif Pencak Silat . . .
Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku Aspek Kognitif . . .
Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku Aspek Afektif . . .
Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku Aspek Psikomotor . . .
Uji Normalitas Data . . .
Uji Homogenitas (Levene’s Test) . . .
Analisis Independent Sample T-test Kognitif Siswa. . .
Analisis Independent Sample T-test Afektif Siswa . . .
Analisis Independent Sample T-test Psikomotor Siswa . . .
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM DAFTAR LAMPIRAN
halaman
LAMPIRAN A: PROGRAM PEMBELAJARAN
1. Jadwal Pembelajaran
2. Rencana Program Pembelajaran
89
90
LAMPIRAN B: INSTRUMEN, DATA DAN HASIL PENGHITUNGAN
1. Instrumen Aspek kognitif . . .
2. Instrumen Aspek Afektif . . .
3. Instrumen Aspek Psikomotor . . .
4. Hasil Uji Coba Instrumen Aspek Kognitif . . .
5. Hasil Uji Coba Instrumen Aspek Afektif . . .
6. Data Pretest Aspek Kognitif Kelompok Eksperimen . . .
7. Data Posttest Aspek Kognitif Kelompok Eksperimen . . .
8. Data Pretest Aspek Afektif Kelompok Eksperimen . . .
9. Data Posttest Aspek Afektif Kelompok Eksperimen . . .
10.Data Pretest Aspek Psikomotor Kelompok Eksperimen . . .
123
125
127
128
139
146
147
148
149
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
PENGARUH MODEL PENGAJARAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN SOSIAL (TPSR) DALAM 11.Data Posttest Aspek Psikomotor Kelompok Eksperimen . . .
12.Data Pretest Aspek Kognitif Kelompok Kontrol . . .
13.Data Posttest Aspek Kognitif Kelompok Kontrol . . .
14.Data Pretest Aspek Afektif Kelompok Kontrol . . .
15.Data Posttest Aspek Afektif Kelompok Kontrol . . .
16.Data Pretest Aspek Psikomotor Kelompok Kontrol . . .
17.Data Posttest Aspek Psikomotor Kelompok Kontrol . . .
18.Uji Data Statistik . . .
151
152
153
154
155
156
157
158
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses mendidik melalui aktivitas fisik
untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani atau penjas merupakan
cabang ilmu yang dalam penerapannya banyak melibatkan aktivitas fisik. Aktivitas
fisik yang diterapkan di dalam pembelajaran penjas bertujuan untuk meningkatkan
aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Penjas bertujuan menggali potensi
siswa sesuai dengan muatan yang tercantum dalam kurikulum 2013. Menurut
kurikulum 2013 penjas di sekolah harus memberikan dampak terhadap perubahan
kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Ketiga aspek tersebut diharapkan oleh
kurikulum 2013 (PPPPTK Penjas dan BK Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,
2013, hlm. 141) yang menjelaskan bahwa:
Penjas harus mengarahkan para siswa kepada 1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; 2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan 3) warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.
Kedudukan penjas sebagai media yang bertujuan untuk mengaktualisasikan
seluruh potensi siswa yang berupa cipta, rasa, dan karya. Penjas dalam pengertian ini
merupakan kegiatan gerak tubuh untuk meningkatkan keterampilan motorik serta
nilai-nilai fungsional yang mencakup aspek kognitif dan afektif.
Penjas merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah maka dari itu tujuan
pembelajaran penjas haruslah sesuai dengan pengertian pendidikan. Undang-undang
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Melalui penjas, siswa diharapkan dapat tumbuh dan berkembang secara sehat,
dan segar jasmaninya, serta dapat berkembang kepribadiannya agar lebih harmonis.
Penjas telah menjadi bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan
maksud untuk mengubah perilaku siswa. Hasil belajar yang telah dimiliki siswa
merupakan gambaran perilaku siswa berupa kemampuan kognitif, afektif dan
keterampilan gerak.
Secara lebih spesifik rumusan tujuan penjas dijabarkan ke dalam pendidikan
kesehatan, menurut Giriwijoyo (2012, hlm. 76) bahwa “pendidikan jasmani olahraga
di sekolah mengemban tiga misi yaitu satu diantaranya pendidikan jasmani dengan
sasarannya domain kognitif, afektif, dan psikomotor dalam pengertian yang luas dan
bersifat mendasar”. Penjas di sekolah sarat dengan aktivitas fisik (aspek psikomotor), begitu juga perkembangan aspek kognitif dan afektif siswa merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan satu sama lainnya yang berupa hasil belajar. Hasil belajar
tersebut diharapkan menjadi kesatuan yang utuh sehingga terbentuk peserta didik
yang sadar kesehatan, kebugaran, dan keterampilan sosial dalam mempersiapkan
kehidupan dimasa yang akan datang.
Guru berperan penting dalam meningkatkan hasil belajar di sekolah. Proses
pembelajaran ini sangat berhubungan erat dengan tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh
guru untuk siswanya. Pembelajaran yang diberikan guru kepada siswa dimaksudkan
untuk mencapai tujuan yakni untuk memfasilitasi siswa dalam belajar, sehingga guru
mampu merubah setiap siswa melalui proses belajar mengajar dengan metode
pembelajaran yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Tujuan dari proses
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
afektif, dan psikomotor. Melalui model pengajaran tanggung jawab pribadi dan sosial
(teaching personal and social responsibility-TPSR) diharapkan dapat mencapai hasil
belajar dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Harapan dari tujuan pendidikan dalam aspek kognitif yang terkandung di dalam
pembelajaran penjas memiliki pengertian bahwa di dalam proses belajar mengajar
siswa tidak hanya dituntut untuk dapat melakukan keterampilan gerak saja melainkan
dapat mengetahui dan memahami suatu keterampilan gerak. Hasil wawancara
sementara guru SMPN 2 Jatiwangi, masih mengalami kesulitan dalam memilih model
pembelajaran yang mengembangkan aspek kognitif. Siswa yang memiliki prilaku
negatif seperti sering mengganggu teman menjadi alasan yang membuat guru
kesulitan dalam menerapkan kognitif siswa. guru hanya menerapkan gaya komando
untuk mengajarkan aspek psikomotor sehingga aspek kognitif kurang diperhatiakan.
Aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir dalam hal kemampuan
mengingat dan kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode, atau prosedur
yang dipelajari untuk memecahkan masalah gerak. Menurut Budiman (2009, hlm. 49)
mengungkapkan bahwa “teori yang mendasari gaya komando adalah teori belajar stimulus-respons. Guru sebagai pemberi stimulus (perangsang) dan siswa
meresponsnya (reaksi, perilaku)”. Itu artinya bahwa jika guru memberikan stimulus
secara berulang-ulang maka siswa akan terbiasa dengan stimulus yang diberikan oleh
guru. Gaya komando lebih cocok untuk mengembangkan keterampilan gerak, kurang
cocok untuk pengembangan kognitif siswa. Kemampuan kognitif dapat diberikan
melalui sebuah proses, ada proses dalam sebuah pembelajaran maka akan muncul
proses berfikir terhadap sebuah masalah. Proses kognitif dapat diartikan sebagai
perilaku yang diperbuat oleh siswa sebagai dampak dari pengetahuan yang berupa isi
dari pembelajaran yang diberikan oleh guru kapada siswanya (Anderson, dkk, 2010,
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
Harapan dari tujuan pendidikan dalam aspek afektif terkandung dalam
pembelajaran penjas yang memiliki pengertian bahwa di dalam proses belajar
mengajar siswa mampu bertanggung jawab untuk dirinya sendiri, masyarakat dan
Tuhan YME (Mulyana, 2013, hlm. 107). Bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri
adalah siswa dapat mengoptimalisasikan diri untuk dapat belajar serta memahami isi
dari pembelajaran. Bertanggung jawab terhadap orang lain dan lingkungannya, siswa
mampu untuk menjaga kenyamanan kelas dan lingkungan sekitar hal itu dikarenakan
kenyamanan yang dirasakan oleh siswa lain adalah dampak dari perilaku siswa itu
sendiri. Bertanggung jawab terhadap Tuhan YME, manusia adalah makhluk
ciptaan-Nya yang dituntut untuk beribadah dengan cara melakukan segala perintah dan
menjauhi perbuatan yang dilarang-Nya.
Aspek afektif merupakan nilai plus dari penjas, karena selain siswa tidak hanya
dikembangkan aspek kognitif dan psikomotor saja, namun penjas memberikan
peluang untuk mengembangkan karakter. Pembelajaran penjas sebagai media yang
paling tepat untuk menanamkan berbagai perilaku baik. Husdarta (2010, hlm. 155)
menjelaskan bahwa “pendidikan jasmani atau olahraga memiliki posisi strategis
dalam mendukung perkembangan moral peserta didik”. Generasi muda unggul harus
memiliki sesuatu yang dapat diunggulkan sehingga akan memberikan perubahan
dalam kehidupannya. Proses perubahan sikap siswa haruslah dilakukan secara
berkesinambungan, agar siswa dapat mengingat dan menerapkannya di lingkungan
sekolah dan menjadi sebuah kebiasaan yang akan digunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
Harapan dari tujuan pendidikan dalam aspek psikomotor adalah usaha untuk
memberikan pengalaman gerak serta membiasakan diri untuk terus bergerak, karena
ciri-ciri makhluk hidup adalah bergerak. Dari kegiatan yang dilakukan secara
berulang-ulang diharapkan aktivitas gerak menjadi sebuah gaya hidup. Aktivitas fisik
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
kemudian dapat diimplementasikan di kehidupan sehari-hari serta menjadikan
olahraga sebagai sebuah kebutuhan.
Pentingnya kebiasaan bergerak adalah untuk mencapai taraf kesehatan dimasa
yang akan datang, sesuai dengan konsep WHO bahwa seseorang dikatakan sehat jika
orang tersebut memiliki sejahtera jasmani, rohani dan sosial bukan hanya bebas dari
penyakit, cacat ataupun kekurangan lainnya.
Hasil belajar yang mencakup tiga aspek sudah tentu menjadi harapan guru
sebagai tujuan dari pendidikan. Untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan, guru
harus mampu menggunakan model pembelajaran untuk mengoptimalkan potensi
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran penjas di sekolah. Dampak dari
pembelajaran penjas tidak instan dan memerlukan waktu yang terus menerus
sehingga siswa terbiasa dengan lingkungan yang telah di rencanakan oleh guru untuk
mencapai hasil belajar. Suherman (2009, hlm. 9) mengungkapkan bahwa “... program pendidikan jasmani yang ada sekarang berusaha memperkenalkan anak didik pada
dunia yang ada sekarang dan juga sekaligus mempersiapkan anak didik untuk hidup
dalam dunia yang belum pasti di masa yang akan datang”.
Pada kurikulum 2013 tidak hanya ketuntasan belajar yang tinggi berupa nilai,
namun diharapkan perilaku itu sendiri yang dihasilkan dari sebuah pendidikan secara
sadar dan terencana sehingga terciptalah pendidikan karakter. Untuk itu kemampuan
guru dalam memilah dan memilih model pembelajaran yang tepat untuk menerapkan
harapan-harapan guru yang tertuang di dalam tujuan pembelajaran penjas.
Dalam mencapai tujuan pendidikan diperlukan sebuah model pembelajaran yang
dapat mengembangkan sikap tanggung jawab serta menciptakan suasana belajar yang
kondusif, sehingga menimbulkan gairah siswa untuk bergerak dalam aktivitas
jasamani. Dalam upaya untuk mengembangakan perilaku tanggung jawab tersebut
dibutuhkan pengajaran yang menjadi rutinitas dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
tersebut diperkuat oleh Hellison (2003, hlm. 7) yang mengungkapkan bahwa “past and present sport, excercise, and physical education leaders have often claimed that a number of personal and social benefits result from participation in physical activities”. Inti dari kalimat tersebut mengatakan bahwa aktivitas fisik dapat memberikan manfaat terhadap kepribadian sosial siswa di masa lalu sampai pada
masa yang akan datang.
Untuk menunjang pembelajaran penjas dalam mengembangkan sikap tanggung
jawab digunakan konsep tahapan perkembangan aspek prilaku (level of affective
development) yang dikembangkan Hellison. Model TPSR telah terbukti mampu
mengembangkan afektif siswa. Hal ini di dukung oleh hasil penelitian yang dilakukan
Escarti, dkk (2011) bahwa model TPSR dapat meningkatkan sikap tanggung jawab.
Berdasarkan pertimbangan itulah, penulis mencoba menetapkan rencana untuk
melakukan penelitian mengenai Pengaruh Penerapan Model Pengajaran Tanggung
Jawab Pribadi dan Sosial (TPSR) dalam Pembelajaran Pencak Silat terhadap Hasil
Belajar (Kognitif, Afektif dan Psikomotor) Siswa di SMPN 2 Jatiwangi.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Permasalah muncul karena keragu-raguan penulis terhadap pengaruh model
TPSR terhadap hasil belajar (kognitif, afektif, dan psikomotor). Apakah model TPSR
berbeda dengan model konvensional terhadap hasil belajar aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor. Tuntutan kurikulum 2013 adalah hasil belajar yang mencakup aspek
kognitif, afektif, psikomotor. Aktivitas fisik di dalam penjas diharapkan dapat
menumbuhkan kecintaan dalam berolahraga dan kemudian dapat diimplementasikan
di kehidupan sehari-hari serta menjadikan olahraga sebagai sebuah kebutuhan.
Pentingnya kebiasaan bergerak adalah untuk mencapai taraf kesehatan dimasa yang
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
tersebut memiliki sejahtera jasmani, rohani, dan sosial bukan hanya bebas dari
penyakit, cacat ataupun kekurangan lainnya.
1. Penjas telah menjadi bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan
maksud untuk mengubah perilaku siswa. Hasil belajar yang telah dimiliki siswa
merupakan gambaran perilaku siswa berupa kemampuan kognitif, afektif, dan
keterampilan gerak. Harapan dari tujuan pendidikan dalam aspek kognitif yang
terkandung di dalam pembelajaran penjas memiliki pengertian bahwa di dalam
proses belajar mengajar siswa tidak hanya dituntut untuk dapat melakukan
keterampilan gerak, juga dapat mengetahui dan memahami suatu keterampilan
gerak.
2. Model TPSR telah terbukti mampu mengembangkan afektif siswa. Hal ini di
dukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Escarti, dkk (2011) bahwa model
TPSR dapat meningkatkan sikap tanggung jawab. Bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri adalah siswa dapat mengoptimalisasikan diri untuk dapat belajar
serta memahami isi dari pembelajaran. Bertanggung jawab terhadap orang lain
dan lingkungannya, siswa mampu untuk menjaga kenyamanan kelas dan
lingkungan sekitar hal itu dikarenakan kenyamanan yang dirasakan oleh siswa
lain adalah dampak dari perilaku siswa itu sendiri.
3. Hasil belajar yang mencakup tiga aspek sudah tentu menjadi harapan guru
sebagai tujuan dari pendidikan. Untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan,
guru harus mampu menggunakan model pembelajaran untuk mengoptimalkan
potensi siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran penjas di sekolah. Pemilihan
model TPSR diharapkan dapat mencapai aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Hal ini menjadi alasan bahwa hasil pembelajaran tidak ditentukan oleh nilai-nilai
yang sempurna namun kualitas dari hasil pembelajaran. Model TPSR membantu
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka diajukan sebuah
pertanyaan yaitu:
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan kognitif antara siswa yang mendapatkan
model TPSR dan konvensional dalam pembelajaran pencak silat di SMPN 2
Jatiwangi?
2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan afektif antara siswa yang mendapatkan
model TPSR dan konvensional dalam pembelajaran pencak silat di SMPN 2
Jatiwangi?
3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan psikomotor antara siswa yang
mendapatkan model TPSR dan konvensional dalam pembelajaran pencak silat di
SMPN 2 Jatiwangi?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini bermaksud untuk menggali informasi tentang berbagi aspek
yang terkait dengan sikap tanggung jawab sosial siswa SMPN 2 Jatiwangi di dalam
penerapan model teaching personal and social responsibility. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan kognitif antara siswa
yang mendapatkan model TPSR dan konvensional dalam pembelajaran pencak
silat di SMPN 2 Jatiwangi.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan afektif antara siswa
yang mendapatkan model TPSR dan konvensional dalam pembelajaran pencak
silat di SMPN 2 Jatiwangi.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan psikomotor antara
siswa yang mendapatkan model TPSR dan konvensional dalam pembelajaran
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
E. Manfaat Penelitian
Pada era globalisasi ini banyak keluarga mengalami tekanan ekonomi yang kuat,
anak-anak memiliki kemudahan dalam mengakses teknologi informasi yang
mendorong perilaku negatif, memburuknya taraf kesehatan dan karakter telah
memudar. Sehingga tuntutan kepada sekolah untuk mencegah masalah perilaku
negatif dengan mempromosikan pengembangan tanggung jawab dengan
menggunakan model TPSR. Tujuan mengadakan penelitian tentang model TPSR
dalam pengembangan tanggung jawab diharapkan siswa dapat memiliki sikap
diantaranya adalah saling menghargai sesama siswa, memiliki sikap jujur, memiliki
sikap yang cooperative dengan sesama teman, melakukan sesuatu dengan
sungguh-sungguh dan patuh terhadap segala sesuatu menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena
itu, penelitian ini akan bermanfaat secara:
1. Teoretis
Penelitian ini mendukung penerapan TPSR dalam mengembangkan tanggung
jawab siswa. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam pengembangan keilmuan
dan sebagai bahan referensi kepada berbagai pihak yang berkepentingan dalam
mengembangkan keilmuan pendidikan jasmani dan olahraga.
2. Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi penerapan TPSR di
sekolah yang dapat berpengaruh terhadap pengembangan siswa SMP khususnya
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian akan dilaksanakan di SMPN 2 jatiwangi yang berada di
Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi penelitian tersebut
didasarkan atas beberapa pertimbangan yaitu: (1) penulis bekerja di sekolah tersebut;
(2) pihak kepala sekolah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di sekolah
tersebut; (3) guru pembina ekstrakurikuler memberikan ijin untuk melakukan
penelitian di sekolah tersebut; (4) jumlah populasi siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler pencak silat yang cukup banyak. Oleh sebab itu demi kelancaran
pelaksanaan penelitian tersebut peneliti memilih SMPN 2 Jatiwangi..
2. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi di
SMPN 2 Jatiwangi sebagai populasi target. Jumlah keseluruhan yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian ini
mengungkapkan beberapa alasan dalam menetapkan siswa-siswi SMPN 2 Jatiwangi
sebagai populasi penelitian yaitu sebagai berikut: (1) SMPN 2 Jatiwangi memiliki
program pengembangan diri pencak silat dan merupakan salah satu sekolah yang
memiliki pengembangan diri pencak silat dan ekstrakurikuler pencak silat di
Kecamatan Jatiwangi; (2) selain pengembangan diri pencak silat, sekolah tersebut
memiliki ekstrakurikuler pencak silat yang tidak sedikit jumlahnya yaitu 50 siswa; (3)
karakteristik siswa SMPN 2 Jatiwangi sangat mendukung dalam upaya menanamkan
sikap tanggung jawab dalam pembelajaran TPSR. Lickona (1994) dalam Mulyana
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
menengah pertama berada pada fase golden rule yaitu dimana siswa sudah mengerti
baik dan buruk, bisa melakukan kebaikan, dan menerima tanggung jawab”.
Sehubungan dengan ketiga alasan tersebut maka penelitian ini telah menetapkan
siswa-siswi SMPN 2 Jatiwangi sebagai populasinya.
3. Sampel dan Teknik Sampling Penelitian
Penelititan ini menggunakan Nonequivalent control group design dengan teknik
purposive sampling. Dengan pertimbangan bahwa sampel penelitian adalah siswa
yang mengikuti ekstrakurikuler pencak silat, hal ini sesuai dengan karakteristik
sampel yang akan diteliti yaitu pembelajaran pencak silat. Jumlah siswa-siswi yang
mengikuti ekstrakurikuler pencak silat di SMPN 2 Jatiwangi berjumlah 50 siswa,
Mulyana (2012, hlm. 128) yang mengutip dari Cochran (1991) mengungkapkan
bahwa “di dalam menentukan jumlah sampel, tidak ada satupun kaidah yang dapat
digunakan secara meyakinkan”. Sampel yang diambil adalah kelompok yang telah ada atau telah terbentuk. Kemudian sampel 50 dibagi menjadi dua kelompok dengan
menggunakan teknik random assignment. Kelompok eksperimen dengan jumlah 25
orang siswa dan kelompok kontrol dengan jumlah siswa 25 orang siswa.
B. Desain Penelitian
Desain yang digunakan adalah quasi eksperimental design yaitu menggunakan
Nonequivalent control group design hampir sama dengan pretest-posttest control group design dengan ketentuan bahwa desain ini kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen sampelnya tidak dipilih secara random. Penentuan desain penelitian ini
dikarenakan masing-masing kelompok ditentukan sesuai dengan karakteristik,
kelompok mana sebagai eksperimen dan kontrol sehingga karakteristik dalam
persyaratan bagi desain eksperimen sejati yang tidak terpenuhi maka digunakan
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
konvensional sebagai variabel independen sedangkan hasil belajar merupakan
variabel dependen.
� � � � �
Gambar 3.1
Nonequivalent Control Group Design
Sugiyono, (2013, hlm.116)
Pada desain ini kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan penerapan model
TPSR, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan atau dengan pembelajaran
model konvensional. Dalam penentuan kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan
secara random assignment. Setelah terbentuk kelompok maka langkah selanjutnya
adalah memberikan pretest terhadap masing-masing kelompok.
1. Pretest
Pretest dilakukan untuk mengetahui kondisi awal sehingga kondisi akhir dapat
diketahui sesuai dengan desain yang digunakan. Setelah terkumpul data hasil pretest,
masing-masing kelompok diberikan perlakuan. Pretest aspek kognitif dan aspek
afektif dilakukan dengan cara pengisian angket. Aspek psikomotor dengan test
keterampilan gerak pencak silat yang di test oleh tiga orang penguji, hal ini dilakukan
untuk mendapatkan derajat objektifitas.
2. Treatment
Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen diberikan model
pembelajaran TPSR. Program pembelajaran tersebut akan dilaksanakan tiga kali
dalam seminggu. Penelitian ini dilaksanakan selama 16 kali pertemuan yang
dilaksanakan 3 kali seminggu, jadi penelitian dilakukan kurang lebih selama 5 sampai
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
program pembelajaran yang akan dilakukan selama 16 pertemuan yaitu dapat di lihat
pada Tabel 3.1 halaman 44.
Tabel 3.1
Program Pembelajaran Pencak Silat
Pertemuan Materi Durasi
1 dan 2 Persiapan serangan
Pola langkah 2x45 menit
3 dan 4 Serangan tengan (pukulan)
Serangan tungkai (tendangan depan) 2x45 menit
5 dan 6 Serangan tungkai (tendangan samping)
Serangan tungkai (tendangan sabit) 2x45 menit
7 dan 8 Serangan tungkai (tendangan belakang)
Serangan tungkai (sapuan rebah depan) 2x45 menit
9 dan 10 Serangan tungkai (sapuan rebah belakang)
Serangan tungkai (guntingan) 2x45 menit
11 dan 12 Belaan (tangkisan)
Belaan (hindaran) 2x45 menit
13 dan 14 Belaan (elakan)
Kombinsai serang bela (satu pola serangan) 2x45 menit
15 dan 16 Kombinasi serang bela (dua pola serangan)
Kombinasi serang bela (empat pola serangan) 2x45 menit
Tabel 3.2
Strategi Pembelajaran TPSR
Hellison, D dan Walsh, D (2002, hlm.293)
Lesson Format
Rencana Pembelajaran
Counseling
time
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014 Awareness
talk
Mengarahkan siswa kedalam situasi pembelajaran dan menempatkan siswa didalam lima tingkatan tanggung jawab
Lesson Selama aktivitas gerak berlangsung, guru mengarahkan siswa
kedalam lima tingkatan
Guru memberikan instruksi langsung dalam setiap aktivitas gerak yang dilakukan oleh siswa
Guru memberikan siswa kedalam situasi pembelajaran baik itu
yang mudah dilakukan dan yang cukup sulit dilakukan
Memberikan penguatan terhadap berbagai masalah yang
dihadapi baik individu maupun kelompok Group
meeting
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan berbagai macam hal baik itu kendala atau pun harapan dari apa yang mereka lakukan dalam aktivitas gerak
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mendiskusikan berbagai macam konflik atau masalah yang terjadi baik itu yang dihadapi oleh individu atau kelompok Reflection
time
Sebelum siswa meninggalkan aktivitas fisik, guru memberikan kesempatan untuk mengevaluasi sikap siswa, niat, dan perilaku dalam kaitannya dengan tingkatan tanggung jawab.
3. Post test
Post test dilakukan setelah pertemuan terakhir, hasil dari post test dapat
berbentuk data angka yang kemudian diolah sehingga akan dapat diperoleh
kesimpulan dari penelitian yang akan dicocokkan dengan teori yang telah dikaji.
Posttest aspek kognitif dan aspek afektif dilakukan dengan cara pengisian angket.
Aspek psikomotor dengan test keterampilan gerak pencak silat yang di test oleh tiga
orang penguji, hal ini dilakukan untuk mendapatkan derajat objektifitas
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan model TPSR
dalam pembelajaran pencak silat terhadap hasil belajar siswa, hal itu menunjukkan
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
dalam model TPSR yang dapat memberikan dampak positif terhadap perilaku
tanggung jawab siswa, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode kuantitatif. Terdapatnya sebab akibat yang menyebabkan perubahan perilaku
maka metode kuantitatif sangat cocok digunakan dalam penelitian ini.
Suatu permasalahan yang dihadapi oleh peneliti adalah meneliti tentang pengaruh
penerapan model Teaching Personal and Social Responsibility (TPSR) dalam
pembelajaran pencak silat terhadap hasil belajar siswa harus dilakukan dengan
metode penelitian kuantitatif atau eksperimen. Penelitian ini dilakukan bertujuan
untuk menjawab masalah yang dihadapi peneliti. Masalah yang diakibatkan karena
terjadinya penyimpangan dari apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi
sebenarnya yang diakibatkan oleh sesuatu hal. Data yang diperoleh dari hasil di
lapangan berupa angka-angka, sehingga digunakanlah metode penelitian eksperimen.
D. Definisi Operasional
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pengaruh model TPSR terhadap hasil
belajar yang mencakup tiga aspek yaitu: aspek kognitif, aspek afektif dan aspek
psikomotor. Aspek kognitif memaparkan tentang bagaimana model TPSR
berpengaruh terhadap perkembangan kognitif siswa. Aspek afektif dalam penelitian
ini berbicara tentang perkembangan sikap tanggung jawab dari hasil penerapan model
TPSR. Aspek psikomotor merupakan hasil dari penerapan model terhadap
keterampilan gerak pencak silat sebagai media utama dalam penerapan model TPSR.
Maka penulis menjabarkan definisi operasional dari ketiga aspek tersebut sebagai
berikut:
1. Teaching personal and social responsibility models (TPSR)
Model TPSR digunakan dalam pembentukan sikap tanggung jawab siswa,
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
This model was designed by Hellison (1985, 2003) as an alternative approach to physical activity programming whose objective is to teach personal and social responsibility to urban youth often placed at risk due to social circumstances such as poverty, violence, drugs and family problems.
Hellison mendesain model TPSR sebagai pendekatan alternatif dalam program
aktivitas jasmani disekolah untuk mengatasi masalah yang terjadi di kaum urban
dalam hal kekerasan, obat-obatan dan masalah keluarga.
Hassandra (2010, hlm. 276) mengungkapkan bahwa “The TPSR model postulates
five levels of behavior with respect to responsibility: irresponsibility, respect, participation, self-direction, and caring”. Model TPSR memiliki lima tingkatan,
yaitu tingkat tidak betanggung jawab, tingkat sikap respek terhadap lingkungan,
tingkat partisipasi dalam pembelajaran, tingkat bertanggung jawab pada diri sendiri
dan tingkat bertanggung jawab terhadap teman sebaya.
Hellison (2003) dalam Li, Weidong dkk (2008, hlm. 168) mengungkapkan
bahwa “teaching personal and social responsibility model (TPSR) is a well -established approach that uses physical activity as a vehicle to promote positive
youth development among urban youth”.
Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model TPSR digunakan
sebagai strategi pembelajaran dalam meningkatkan perilaku positif. Pengembangan
sikap tanggung jawab siswa dalam skenario pembelajaran merupakan salah satu
tujuan dari model TPSR yang digambarkan dalam setiap tingkatan. Lickona dalam
Hellison (2003, hlm19) menyarankan untuk menggunakan model TPSR dalam
mengembangkan kepribadian dan tanggung jawab sosial sebagai mana dijelaskan
“that’s why I often use terms like self-control, self motivation, and self direction in the
levels and sublevels”.
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
Hasil belajar merupakan pencapaian yang diraih seseorang melalui berbagai
pengalaman belajar. Teori Bloom mengemukakan terdapat tiga hasil belajar, yaitu:
hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor. Komarudin (2011, hlm. 165)
mengungkapkan bahwa hasil belajar “... adalah perubahan perilaku siswa yang
diakibatkan oleh pengalaman belajarnya yang meliputi kemampuan dalam domain
kognitif, afektif, psikomotor, dan kebugaran jasmani ...”.
Aspek kognitif adalah salah satu hasil yang harus dicapai dalam pembelajaran.
Menurut Ormrod, JE (2009, hlm 270) “proses-proses kognitif adalah hal-hal spesifik yang dilakukan para pembelajar secara mental ketika mereka berusaha menafsirkan
dan mengingat apa yang mereka lihat, dengar dan pelajari”. Dari proses-proses kognitif memberikan dampak yang cukup besar terhadap apa yang dipelajari oleh
siswa dan diingat oleh siswa.
Aspek afektif adalah pencapaian dalam hal keterampilan sosial siswa melalui
pengalaman belajar yang tersusun secara sistematis. Aspek afektif dalam penelitian
ini adalah tanggung jawab siswa sebagai hasil dari pembelajaran. Berliana (1998)
yang dikutip dari Hellison (1995, hlm. 1):
Faktor yang menyebabkan rendahnya sikap siswa dalam bertanggung jawab akibat karena guru menganggap bahwa perilaku bertanggung jawab dapat muncul dengan sendirinya, perilaku bertanggung jawab dapat dikembangkan dengan cara dibina dan perubahannya harus direncanakan dan dilaksanakan oleh pendidik.
Menurut Lickona (2012, hlm. 106) “tanggung jawab adalah sisi aktif dari moral”.
Selanjutnya Lickona (2012, hlm. 106) menambahkan “tanggung jawab termasuk
menjaga diri dan orang lain, memenuhi kewajiban, berkontribusi terhadap masyarakat
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
Tanggung jawab (responsibility) adalah kemampuan untuk memberikan respon, atau reaksi secara cakap. Tanggung jawab dicirikan antara lain dengan melakukan apa yang telah disepakati dengan sungguh-sungguh; mengakui kesalahan yang dilakukan tanpa alasan; memberikan yang terbaik atas apa yang dilakukan.
Hasil belajar aspek psikomotor lebih kepada aplikasi dari pengetahuan yang telah
diperoleh. Menurut Lutan (2005, hlm. 102) mengatakan bahwa “perilaku motorik
adalah suatu istilah generik atau istilah yang bersifat umum yang mencakup istilah
belajar motorik (motor learning), penampilan (performance), dan kontrol motorik
(motor control)”. Pengertian tersebut mengungkapkan bahwa perubahan yang terjadi
pada perilaku seseorang yang dapat diamati yang ditampilkan oleh seluruh anggota
tubuh yang dikontrol oleh syaraf.
Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas dapat ditarik kesimpulan,
bahwa hasil belajar yang diharapkan adalah keterampilan gerak siswa yang dapat
diraih siswa karena adanya pengalaman belajar yang didukung oleh keterampilan
kognitif siswa sehingga menimbulkan keterampilan gerak termasuk keterampilan
siswa dalam bersosialisasi dengan teman sebaya dan lingkungan sekitarnya.
3. Pencak Silat
Pencak silat Menurut Mulyana (2013, hlm 89) mengutip dari IPSI (1994) “suatu
kesatuan dengan empat rupa catur tunggal seperti tercermin dalam senjata trisula pada
lambang IPSI, yang ketiga ujungnya melambangkan unsur seni, beladiri dan
olahraga, dan gagangnya mewakili unsur mental mental-spiritual”.
Teknik dasar pencak silat meliputi sikap, kuda-kuda, dan sikap pasang. Sebagai
mana yang diungkapkan oleh Mulyana (2013, hlm 111) “dalam mempelajari pencak
silat, yang sangat penting kita perhatikan adalah tentang kuda-kuda, sikap pasang,
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
Tendangan merupakan suatu teknik gerakan untuk memulai serangan.
Notosoejitno (1997, hlm. 68) mengungkapkan bahwa:
Pengertian serangan dalam pencak silat adalah teknik untuk merebut inisiatif lawan dan atau membuat lawan tidak dapat melakukan serangan atau belaan, dan semua itu dilaksanakan secara taktis (sesuai dengan kondisi, situasi, saat, kebutuhan dan keperluannya)
Menurut Notosoejitno (1997, hlm. 68) “pukulan merupakan teknik serangan yang
dilakukan dengan menggunakan tangan dan lengan sebagai komponen penyerangan”.
Selanjutnnya Notosoejitno (1997, hlm. 71) “tendangan merupakan teknik dan taktik
serangan yang dilaksanakan dengan menggunakan tungkai dan kaki sebagai
komponen penyerangan.
E. Instrumen Penelitian
Pada dasarnya, setiap melakukan sebuah penelitian maka kita akan melakukan
sebuah laporan dari apa yang telah kita teliti. Tentu dalam penelitian ini tidak akan
mencapai hasil jika tidak memiliki patokan. Maka dari itu diperlukan alat ukur untuk
melihat hasil dari penelitian, sehingga apa yang diharapkan dari hasil penelitian dapat
maksimal. Alat ukur dalam suatu rangkaian penelitian sering juga disebut instrumen
penelitian yang digunakan untuk mengukur dari yang akan diteliti. Sugiyono (2012,
hlm. 148) mengatakan bahwa “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”.
1. Instrumen aspek kognitif
Instrumen untuk mengukur domain kognitif terkait dengan pengetahuan siswa
pada materi yang diajarkan dalam SK dan KD (standar kompetisi dan kompetensi
dasar). Untuk menilai tingkat penguasaan siswa pada domain kognitif, digunakan tes
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
Aspek kognitif adalah hasil belajar yang menuntut siswa tidak hanya mengetahui
pencak silat, namun memahami nilai-nilai apa yang terkandung di dalamnya serta
mengembangkan keterampilan kognitif diantaranya: menafsirkan, mencontohkan,
mengaplikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan
tentang pencak silat. Tabel 3.3 (halaman 52) definisi operasional aspek kognitif
menurut Teori Bloom:
Tabel 3.3
Taksonomi Pendidikan Bloom
(dalam Anderson, LW, 2010, hlm 100-102)
Kategori dan proses
kognitif
Definisi dan contoh Konteks dalam pembelajaran
pencak silat
Mengingat Mengambil pengetahuan
dari memori jangka
panjang
Siswa mampu mengingat
keterampilan gerak pencak
silat
Memahami Mengkonstruksi makna
dari materi pembelajaran,
termasuk apa yang
diucapkan, ditulis, dan
digambarkan
Siswa mampu memahami
keterampilan gerak pencak
silat
Mengaplikasikan Menerapkan atau
menggunakan suatu
prosedur dalam keadaan
tertentu
Siswa mampu
mengaplikasikan keterampilan
gerak pencak silat
Menganalisis Memecah-mecah materi
jadi bagian-bagian
Siswa mampu menganalisis
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
penyusunan dan
menentukan
hubungan-hubungan antara bagian
itu dan hubungan antara
bagian-bagian tersebut
dan keseluruhan struktur
atau tujuan
silat
Mengevaluasi Mengambil keputusan
berdasarkan
kriteria/standar
Siswa mampu mengevaluasi
keterampilan gerak pencak
silat
Mencipta Memadukan
bagian-bagian untuk membentuk
sesuatu yang baru dan
koheren atau untuk
membuat suatu produk
yang orisinal
Siswa mampu mencipta
keterampilan gerak pencak
silat
2. Instrumen aspek afektif
Instrumen yang digunakan untuk mengukur aspek afektif siswa adalah skala
sikap dengan indikator yang diungkap terkait dengan sikap tanggung jawab yang
terkandung dalam model pembelajaran TPSR.
Aspek afektif dalam penelitian ini adalah sikap tanggung jawab siswa, hal ini
sesuai dengan tujuan peneliti untuk mengetahui pengaruh model teaching personal
and social responsibility. Sikap bertanggung jawab menurut Hellison (2003, hlm. 17)
terdiri dari lima tingkatan. Berikut adalah uraian mengenai lima tingkatan sikap
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
(a) Irresponsibility, pada level ini anak tidak mampu bertanggung jawab atas perilaku yang diperbuatnya dan biasanya anak suka mengganggu orang lain dan suka mengejek, menekan orang lain, atau mengganggu orang lain secara fisik; (b)
Self-Control, pada level ini anak terlibat dalam aktivitas belajar tetapi sangat
minim sekali. Anak tidak menolak untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh gurunya, tanpa mengganggu orang lain. Akan tetapi pada tahap ini anak kelihatannya dalam melakukan aktivitasnya tanpa dibarengi usaha yang sungguh-sungguh. (c) Involvement, anak didik pada level ini secara aktif terlibat dalam proses belajar. mereka bekerja keras, emnghindari bentrokan dengan orang lain dan secara sadar tertarik untuk belajar dan untuk meningkatkan kemampuannya; (d) Self responsibility, pada level ini anak didik didororng untuk mulai bertanggung jawab atas belajarnya. Artinya dalam kondisi demikian anak belajar tanpa harus diawasi oleh gurunya. Disamping itu siswa sudah mampu membuat keputusan tentang apa yang harus dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya; (e) Carring, pada level ini anak tidak hanya bekerja sama tapi sudah mempunyai keinginan untuk membantu teman lain dalam belajar.
Berdasarkan definisi konseptual yang diuraikan diatas, maka skala sikap untuk
[image:34.612.107.533.476.675.2]mengukur sikap bertanggung jawab adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Definisi Konseptual, Definisi Operasional, dan Indikator Sikap Bertanggung Jawab dalam Konteks PBM Pendidikan Jasmani
Mulyana (2012, hlm. 133)
Variabel Sub variabel Indikator Bentuk
pertanyaan
Tanggung jawab Peduli terhadap
diri sendiri dan
orang lain
Mengatasi
kelemahan diri
Peduli terhadap
sesama;menunda
kepentingan sediri
Memandang
semua orang sama
Pertanyaan
mengenai
kepedulian
terhadap diri
sendri dan orang
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
derajat nya
Mempu berempati
Mengakui
kesalahan dengan
ikhlas
Menjalankan
kewajiban
dengan baik
Mentaati aturan
Mendahulukan
kepentingan
kelompok
Melakukan apa
yang telah
disepakati dengan
sungguh-sungguh
Pertanyaan
mengenai
sikapnya dalam
menjalankan
kewajiban
Berkontribusi
terhadap
komunitas atau
masyarakat
Tenggang rasa
Kemampuan
menilai
Mampu
mengendalikan
diri
Dapat dipercaya
Pertanyaan
mengenai
kebiasaan
membina
pergaulan ke
arah yang positif
Memberi arah
dan pertolongan
dalam usaha
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
lain penderitaan orang
lain
Kesiapan diri
melakukan sesuatu
orang lain
Melakukan
sesuatu perbuatan
untuk
membangun
lingkungan yang
baik
Menjaga kesehatan
lingkungan
Kemampuan
mengatakan yang
sebenarnya
Keinginan
menularkan
pengetahuan
Mengutamakan
kinerja
3. Instrumen Aspek Psikomotor
Instrumen aspek psikomotor yang digunakan yaitu dalam keterampilan gerak
pencak silat adalah sebagai berikut: (1) tendangan sabit, (2) tendangan depan, (3)
tendangan samping/T, (4) pukulan. Tabel 3.6 merupakan gambaran definisi
konseptual, definisi operasional, dan indikator keterampilan gerak dalam pencak silat.
Menurut Notosoejitno (1997, hlm. 71) menjelaskan bahwa “tendangan merupakan teknik dan taktik serangan yang dilaksanakan dengan menggunakan tungkai dan kaki
sebagai komponen penyerangan”, bentuk tendangan menurut Notosoejitno (1997,
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
Tendangan Sabit adalah tendangan yang dilaksanakan dengan menggunakan sebelah kaki dan tungkai, lintasannya dari samping dan kenaannya pada punggung kaki. (Notosoejitno, 1997, hlm. 71)
Tendangan depan adalah tendangan yang dilaksanakan dengan menggunakan
sebelah kaki dan tungkai, sikap tubuh tegak, lintasannya lurus kedepan dan kenaannya pada ujung telapak kaki (Notosoejitno, 1997, hlm. 71)
Tendangan samping adalah tendangan yang dilaksanakan dengan
menggunakan sebelah kaki dan tungkai, lintasannya lurus kedepan dan kenaannya pada telapak kaki atau tepi telapak kaki (Notosoejitno, 1997, hlm. 71)
Menurut Notosoejitno (1997, hlm. 68) menjelaskan bahwa “pukulan merupakan
teknik serangan yang dilakukan dengan menggunakan tangan dan lengan sebagai
komponen penyerang”, bentuk pukulan menurut Notosoejitno (1997, hlm. 70) adalah
sebagai berikut:
Pukulan depan adalah pukulan yang dilaksanakan dengan sebelah tangan dan
lengan, lintasannya lurus kedepan dan kenaannya pada ujung jari-jari tangan
merapat, punggung tangan terbuka yang melemas, buku-buku jari tangan
[image:37.612.112.530.502.651.2]merapat, buku jari tengah atau kepalan tangan (Notosoejitno, 1997, hlm. 70).
Tabel 3.5
Rubrik Penilaian Unjuk Kerja
Indikator
keterampilan
Spesifikasi keterampilan Kualitas gerak
1 2 3
Tendangan sabit Sikap pasang awal
Lintasan kaki dari samping
Impact kaki bagian punggung kaki
Sikap pasang akhir setelah tendangan
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014 Tendangan
depan
Sikap pasang awal
Lintasan lurus kedepan
Impact kaki bagian telapak kaki
Sikap pasang akhir setelah tendangan
depan
Tendangan
samping
Sikap pasang awal
Lintasan lurus ke depan
Impact kaki bagian bawah kaki/telapak
kaki
Sikap pasang akhir setelah tendangan
samping
Pukulan depan Sikap pasang
Lintasan lurus kedepan
Impact ujung jari-jari tangan merapat atau
kepalan tangan
Posisi pasang setelah pukulan
Jumlah
Saifudin Azwar (2007) dalam Mulyana (2012, hlm. 134) menganjurkan langkah-langkah penyusunan instrumen adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi konsep kognitif, tanggung jawab dan psikomotor b. Menyusun definisi operasional indikator dari ketiga aspek
c. Membuat penskalaan dan pemilihan format stimulus
d. Penyusunan butir tes
e. Melakukan uji coba instrumen
f. Menganalisis butir tes g. Menyeleksi butir tes
h. Pengujian reliabilitas butir tes i. Validitas butir tes
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
Langkah awal dalam penyusunan instrumen penelitian adalah melakukan
identifikasi konsep dengan mendefinisikan setiap konsep yang didukung oleh teori.
Kemudian konsep yang didefinisikan dan dijabarkan lebih spesifik untuk membatasi
variabel agar menghindari peluasan makna.
Langkah berikutnya adalah definisi operasional setiap aspek yang akan diungkap
secara lebih konkrit dalam bentuk indikator-indikator kognitif, sikap tanggung jawab,
dan keterampilan gerak pencak silat.
Dalam penulisan butir skala tanggung jawab, penulis menggunakan rating scale,
karena rating scale lebih fleksibel dalam penggunaan skala sikap dan juga fenomena
lainnya. Setelah butir instrumen tersusun maka penulis me review kembali butir tes
agar tidak terjadi pernyataan yang memiliki dua arti atau pernyataan yang bentuknya
sama.
Langkah selanjutnya peneliti menguji butir soal tersebut kepada siswa kelas
siswa SMPN 2 Rajagaluh. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah butir tes
mudah dipahami oleh siswa dan sebagai bahan evaluasi dari kualitas butir tes secara
statistik (Mulyana, 2012). Untuk menguji keterampilan gerak siswa dalam
pembelajaran pencak silat ada beberapa hal yang harus diuji cobakan yaitu:
tendangan depan, tendangan samping, tendangan sabit, dan pukulan lurus. Untuk
menguji kognitif siswa tercantum dalam SK dan KD sekolah tingkat SMP/sederajat.
Setelah didapat data, langkah selanjutnya adalah menganalisis data yang telah
didapat untuk menyeleksi butir tes yang tidak memenuhi persyaratan sebagai butir tes
yang baik. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki dan mengevaluasi butir tes yang
telah disusun.
Setelah dianalisis, langkah selanjutnya menguji reliabilitas butir tes. Hal ini
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
memuaskan, maka akan dilakukan penyusunan kembali sampai butir tes yang
memenuhi syarat didapat.
Setelah dilakukan uji reliabilitas, langkah selanjutnya dilakukan uji validitas.
Pengujian ini meliputi digunakan dua cara yaitu validitas internal dan validitas
eksternal. Jika sudah didapat reliabilitas dan validitas maka soal itu dapat di
digunakan dalam penelitian.
F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Isntrumen yang telah disusun selanjutnya di uji validitas dan reliabilitas. Berikut
adalah langkah-langkah pelaksanaan uji coba instrumen sebgai berikut:
1. Konsultasi
2. Uji coba instrumen aspek kognitif (pencak silat)
3. Uji coba instrumen aspek afektif (tanggung jawab)
Setelah kuesioner itu di uji reliabilitas dan validitasnya telah teruji, barulah
kuesioner tersebut dapat dijadikan sebuah alat pengumpul data yang diperoleh dari
sampel penelitian. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 177-183) terdapat tiga cara dalam
melakukan pengujian validas yaitu (1) pengujian validitas konstrak, (2) pengujian
validitas isi, (3) pengujian validitas eksternal. Pengujian validitas konstrak yang bisa
juga dikatakan validitas yang di sah kan oleh ahli dalam bidang instrumen yang akan
dibuat. Pengujian validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi dari
instrumen yang dibuat dengan materi atau teori yang telah ada, apakah sesuai atau
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
digunakan. Pengujian validitas eksternal menurut Sugiyono (2013, hlm. 183)
mengatakan bahwa “validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta
empiris yang terjadi di lapangan”.
Untuk menentukan reliabilitas dari instrumen, peneliti menggunakan teknik
internal consistency yaitu dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (split half).
Rumus Spearman Brown yaitu:
�� = +����
Keterangan:
�� = reliabilitas internal seluruh instrumen
��= korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua
Hasil dari perhitungan validitas dan reliabilitas dengan menggunakan Microsoft
excel 2007 diperoleh hasil seperti yang tertera pada tabel 3.6 halaman 59.
Tabel 3.6
Data Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Tanggung Jawab
No. Soal Rxy r Tabel Keterangan
1 0,92 1,761 Tidak valid
2 5,02 1,761 Valid
3 -2,38 1,761 Tidak valid
4 3,14 1,761 Valid
5 1,85 1,761 Valid
6 -0,78 1,761 Tidak valid
7 2,52 1,761 Valid
8 5,02 1,761 Valid
9 2,52 1,761 Valid
10 2,52 1,761 Valid
11 2,85 1,761 Valid
12 5,65 1,761 Valid
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
14 7,57 1,761 Valid
15 -1,32 1,761 Tidak valid
16 3,57 1,761 Valid
17 -0,78 1,761 Tidak valid
18 9,33 1,761 Valid
19 1,32 1,761 Tidak valid
20 2,00 1,761 Valid
21 2,53 1,761 Valid
22 0,78 1,761 Tidak valid
23 3,01 1,761 Valid
24 2,10 1,761 Valid
25 2,09 1,761 Valid
26 0,78 1,761 Tidak valid
27 2,09 1,761 Valid
28 2,84 1,761 Valid
29 2,84 1,761 Valid
30 3,01 1,761 Valid
31 -3,57 1,761 Tidak valid
32 2,18 1,761 Valid
33 0,78 1,761 Tidak valid
34 9,33 1,761 Valid
35 6,39 1,761 Valid
36 2,52 1,761 Valid
37 3,57 1,761 Valid
38 3,09 1,761 Valid
39 1,59 1,761 Tidak valid
40 2,83 1,761 Valid
41 6,65 1,761 Valid
42 2,38 1,761 Valid
43 2,74 1,761 Valid
44 2,52 1,761 Valid
45 1,59 1,761 Tidak valid
46 2,76 1,761 Valid
47 2,10 1,761 Valid
48 1,59 1,761 Tidak valid
49 2,67 1,761 Valid
50 6,38 1,761 Valid
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
52 2,09 1,761 Valid
Dari tabel 3.9 di atas diketahui bahwa dari 52 butir soal yang diuji cobakan
terdapat 38 butir soal yang valid dan 14 butir soal yang tidak valid. Berdasarkan hasil
pengujian rumus Spearman Brown menunjukkan tingkat reiabilitas butir angket
sebesar 0,56 yang termasuk kriteria sedang. Sedangkan berdasarkan hasil uji
signifikansi korelasi 3,145 > t tabel 1,761, kesimpulannya bahwa korelasi tersebut
signifikan.
[image:43.612.144.502.317.670.2]
Tabel 3.7
Data Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Kognitif Pencak Silat
No. Soal Rxy r Tabel Keterangan
1 1,00 1,761 Tidak valid
2 1,65 1,761 Tidak valid
3 3,38 1,761 Valid
4 -3,73 1,761 Tidak valid
5 2,74 1,761 Valid
6 5,64 1,761 Valid
7 1,65 1,761 Tidak valid
8 2,74 1,761 Valid
9 1,86 1,761 Valid
10 -2,52 1,761 Tidak valid
11 0,78 1,761 Tidak valid
12 -2,52 1,761 Tidak valid
13 2,52 1,761 Valid
14 2,52 1,761 Valid
15 1,65 1,761 Tidak valid
16 3,38 1,761 Valid
17 2,52 1,761 Valid
18 -2,73 1,761 Tidak valid
19 4,37 1,761 Valid
20 3,38 1,761 Valid
21 1,65 1,761 Tidak valid
22 1,65 1,761 Tidak valid
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
24 -1,65 1,761 Tidak valid
25 4,37 1,761 Valid
26 1,65 1,761 Tidak valid
27 1,65 1,761 Tidak valid
28 -1,65 1,761 Tidak valid
29 5,64 1,761 Valid
30 -4,37 1,761 Tidak valid
31 2,52 1,761 Valid
32 1,59 1,761 Tidak valid
33 4,37 1,761 Valid
34 1,00 1,761 Tidak valid
35 1,65 1,761 Tidak valid
36 0,78 1,761 Tidak valid
37 3,57 1,761 Valid
38 3,38 1,761 Valid
39 4,37 1,761 Valid
40 -0,84 1,761 Tidak valid
41 5,64 1,761 Valid
42 -5,64 1,761 Tidak valid
43 2,52 1,761 Valid
44 0,84 1,761 Tidak valid
45 3,38 1,761 Valid
46 -0,78 1,761 Tidak valid
47 -1,65 1,761 Tidak valid
48 -1,65 1,761 Tidak valid
49 1,65 1,761 Tidak valid
50 1,86 1,761 Valid
51 -2,52 1,761 Tidak valid
52 5,64 1,761 Valid
53 0,78 1,761 Tidak valid
54 3,38 1,761 Valid
55 2,73 1,761 Valid
56 11,57 1,761 Valid
57 1,65 1,761 Tidak valid
58 -1,65 1,761 Tidak valid
59 1,86 1,761 Valid
60 3,38 1,761 Valid
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
62 2,52 1,761 Valid
63 -1,65 1,761 Tidak valid
64 4,37 1,761 Valid
65 -1,65 1,761 Tidak valid
66 1,65 1,761 Tidak valid
67 5,64 1,761 Valid
68 5,01 1,761 Valid
69 1,65 1,761 Tidak valid
70 7,01 1,761 Valid
71 5,01 1,761 Valid
72 1,86 1,761 Valid
73 -1,65 1,761 Tidak valid
74 1,65 1,761 Tidak valid
75 -1,65 1,761 Tidak valid
76 4,375 1,761 Valid
77 -1,65 1,761 Tidak valid
78 1,65 1,761 Tidak valid
Dari tabel 4.0 di atas dapat diketahui bahwa dari 78 butir soal yang diuji cobakan
terdapat 36 butir soal yang dinyatakan valid dan 42 butir soal tidak dinyatakan tidak
valid. Berdasarkan hasil pengujian rumus Spearman Brown menunjukkan tingkat
reliabilitas butir angket sebesar 0,904 yang termasuk kriteria sangat tinggi.
Sedangkan berdasarkan hasil uji signifikansi korelasi 12,467 > t tabel 1,761,
kesimpulannya bahwa korelasi tersebut signifikan.
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik yang akan
digunakan dalam mengumpulkan data sehingga sekumpulan data yang didapat oleh
peneliti diharapkan dapat menjawab apa yang menjadi permasalahan dalam penelitian
ini.
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
Tes tulis digunakan dalam memperoleh data aspek kognitif, adapun tes tulis
tersebut berbentuk benar salah. Peneliti menggunakan tes tulis untuk mengetahui
secara mendalam apa yang didapat dari responden. Peneliti akan menggunakan tes
tulis ini dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang menyangkut kognitif siswa
dalam pembelajaran pencak silat. Adapun teknik pengumpulan data pada instrumen
kognitif adalah sebagai berikut:
Soal tes diberikan kepada sampel penelitian pada saat sebelum diberikan perlakuan.
Soal dikerjakan selama 20 menit.
Soal dikumpulkan.
Peneliti melakukan pemeriksaan soal.
Skor yang dihasilkan merupakan data penelitian dari aspek kognitif siswa.
2. Kuesioner (angket)
Kuesioner dalam penelitian ini akan dibuat sesuai dengan indikator yang telah
diungkapkan. Masing-masing indikator akan dibuat dua buah pertanyaan yang
mengarah kepada yang positif dan dua buah pertanyaan yang mengarah pada yang
negatif sehingga akan didapat empat buah pertanyaan atau pernyataan dalam
masing-masing indikator. Setelah mendapatkan item pertanyaan, kemudian akan dilakukan
uji validitas dan uji reliabilitas instrumen yang kemudian akan didapat alat ukur
angket yang validitas dan reliabilitas butir soalnya akan diberikan kepada responden
pada saat pre test dan post test.
Skala yang digunakan adalah rating scale, karena rating scale dalam
penggunaannya lebih fleksibel. Cocok digunakan untuk mengukur skala sikap dan
mengukur berbagai persepsi lainnya. Adapun teknik pengumpulan data pada
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
Soal tes diberikan kepada sampel penelitian pada saat sebelum diberikan perlakuan.
Soal dikerjakan selama 20 menit.
Soal dikumpulkan.
Peneliti melakukan pemeriksaan soal.
Skor yang dihasilkan merupakan data penelitian dari aspek kognitif siswa.
3. Tes Keterampilan Gerak
Tes keterampilan gerak digunakan dalam memperoleh data aspek psikomotor.
Peneliti menggunakan tes keterampilan gerak pencak silat untuk mengetahui secara
mendalam apa yang didapat dari responden. Peneliti akan menggunakan tes
keterampilan gerak dengan memberikan sejumlah keterampilan gerak dasar dalam
pencak silat. Adapun teknik pengumpulan data pada instrumen keterampilan gerak
pencak silat adalah sebagai berikut:
Peneliti menyiapkan saran dan prasarana yang diperlukan untuk
melaksanakan tes keterampilan gerak pencak silat.
Sampel di persilahkan untuk mempraktekkan keterampilan gerak pencak silat.
Tes dilakukan secara bergiliran sesuai absensi siswa.
Penilaian dilakukan oleh tiga penilia.
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul dari hasil pengukuran pada saat post test, selanjutnya
dianalisis menggunakan metode statistik. Sebelum pengujian hipotesis, terlebih
dahulu dilakukan pengujian persyaratan analisis yang meliputi pengujian normalitas
distribusi skor (Uji Shapiro Wilk’s) dan pengujian homogenitas varians dengan menggunakan (Uji Levene).
Teknik pengolahan data dan analisis data untuk menguji hipotesis digunakan
RAJIP MUSTAFILLAH RUSDIYANTO, 2014
menghitung pengujian signifikansi perbedaan rata-rata dalam bentuk data skala
interval atau rasio. Pengujiannya menggunakan taraf signifikansi α = 0,05.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Н�: µ . =µ . dan Н : µ . >µ .
2. Н�: µ . =µ . dan Н : µ . >µ .
3. Н�: µ . =µ . dan Н : µ . >µ .
Keterangan:
1. µ . = rata-rata hasil belajar aspek kognitif dengan model TPSR
2. µ . = rata-rata hasil belajar aspek kognitif dengan model konvensional
3. neµ . = rata-rata hasil belajar aspek afektif dengan model TPSR
4. µ . = rata-rata hasil belajar aspek afektif dengan model konvensional
5. µ . = rata-rata hasil belajar aspek psikomotor dengan model TPSR
6. µ . = rata-rata hasil belajar aspek psikomotor dengan model konvensional
I. Limitasi Penelitian
Pada setiap penelitian, pasti terdapat keterbatasan baik pada validitas ekternal
maupun internal. Pada penelitian ini limitasi yang muncul pada analisis data yang
seharusnya menggunakan analisis covarian (ancova), artinya ancova digunakan untuk
meningkatkan pre