• Tidak ada hasil yang ditemukan

INFLASI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "INFLASI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (2)"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

INFLASI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah: Ekonomi Islam Dosen Pengampu : Agus Arwani, M. Ag

IAIN PEKALONGAN

Disusun oleh:

1. Qonita Zuhdiyana (2013116352) 2. Nurul Hidayatus S (2013116353) 3. Faula Arina (2013116359) 4. Nailam Shofa (2013116381)

KELAS D

(2)

TAHUN AKADEMIK 2017/2018 KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan anugerah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “INFLASI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam tidak lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di hari akhir kelak. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada seluruh sumber yang telah memberikan kami ilmu dasar mengenai materi yang akan kami sampaikan dalam makalah ini.

Meskipun kami berupaya untuk membuat makalah ini sempurna, namun tentu masih terdapat kelemahan dan banyak perbaikan. Untuk itu, kami selaku penulis membuka bagi pembaca untuk memberikan saran lanjutan sebagai bentuk perbaikan.

Semoga makalah ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya, maupun bagi pembacanya.

Pekalongan, 5 Desember 2017

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI...iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN...iv

ABSTRAK...v

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Tujuan Makalah ...2

BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Konsep dan Definisi Inflasi ...3

2.2 Sejarah Inflasi ...5

2.3 Penyebab Inflasi ...8

2.4 Indikator Inflasi ...14

2.5 Kebijakan Ekonomi Konvensional dalam Mengatasi Inflasi ...16

2.6 Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Islam ...18

2.7 Kebjakan Ekonomi Islam dalam Inflasi ...23

BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan...27

(4)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Kami menyatakan dengan bersungguh-sungguh bahwa makalah dengan judul: “Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Islam”

Yang dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Islam semester ganjil tahun 2017 merupakan karya dan pemikiran kami sendiri, dan bukan hasil plagiat. Apabila terdapat karya orang lain, maka kami akan mencantumkan sumber yang jelas.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan atas pernyataan ini maka kami bersedia menerima sanksi yang berlaku sesuai dengan peraturan yang berlaku di Institut Agama Islam Negeri Pekalongan.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Pekalongan, 5 Desember 2017

Penulis Penulis Penulis Penulis

(5)

ABSTRAK

Inflasi dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit uang terhadap suatu komoditas. Secara umum penyebab terjadinya inflasi adalah; natural inflationdi akibatkan oleh turunnya Penawaran Agregatif atau naiknya Permintaan Agregatif yang disebabkan oleh sebab-sebab alamiah dan manusia tidak mempunyai kendali dalam mencegahnya, misalkan inflasi karena terjadi paceklik, dan naiknya daya beli masyarakat secara riil. Inflasi juga dapat disebabkan oleh human error inflation misalnya corruption and bad administration, excessive tax, dan excessive seignorage.

Fenomena moneter ini berakibat buruk pada perekonomian karena menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, distorsi harga, merusak output, meruntuhkan efiensi dan investasi produktif dan menimbulkan ketidak-adilan serta ketegangan sosial. Ekonomi Islam menawarkan solusi untuk mengatasi inflasi diantaranya reformasi terhadap system moneter, menghubungkan antara kuantitas peredaran uang dengan kuantitas produksi, mengarahkan belanja dan melarang sikap berlebihan, mencegah pemenimbunan barang komoditas dan meningkatkan produksi. Solusi lain yang diterapkan untuk mengatasi inflasi adalah dengan menerapkan fiscal policy yang diantaranyamemaksimalkan penghimpunan zakat serta pengoptimalan pemanfaatan zakat, mengenakan biaya atas dana yang menganggur (cost of idle fund), dan menggunakan prinsip bagi hasil pada setiap transaksi atau segala jenis usaha dan meninggalkan bunga.

(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan ekonomi di Indonesia saat ini adalah inflasi. Kebijakan pemerintah yang saat ini sudah ditentukan masih belum bisa menangani itu semua. Padahal jika Indonesia mau merubah sistem perekonomiannya menjadi syariah maka pemerintah akan lebih fokus terhadap kesejahteraan rakyat tanpa memikirkan lagi inflasi. Hal ini telah dibuktikan pada awal tahun 1997, terjadi krisis ekonomi di Indonesia yang berdampak besar terhadap goncangan lembaga perbankan yang berakhir likuidasi pada sejumlah bank, Bank Islam yaitu Bank Muamalat malah bertambah semakin pesat. Selanjutnya pada tahun 1998, sistem perbankan Islam dan gerakan ekonomi Islam di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat. Selain itu sistem ekonomi Syariah kian tumbuh dan berkembang tidak hanya di negara-negara Islam tapi juga negara-negara barat. Realitanya 75 negara di dunia telah mempraktekkan sistem ekonomi dan keuangan Islam, baik di Asia, Eropa, Amerika maupun Australia. Mereka berpendapat bahwa dalam ekonomi Islam memiliki beberapa unsur yang diperlukan orang-orang saat ini, tidak hanya materi bahkan kebutuhan rohani saat ini menjadi alasan orang-orang meninggalkan kapitalisme.

(7)

menciptakan stabilitas nilai uang sedangkan Mim yaitu tidak ada spekulasi yang jika dihubungkan larangan terhadap riba merupakan unsur ibadah.

1.2 Rumusan masalah

Makalah berjudul “Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Islam” ini selain dibuat sebagai bentuk pemenuhan tugas mata kuliah Ekonomi Islam juga terkait dengan bidang ekonomi terutama dalam pembahasan inflasi. Maka rumusan masalah yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan inflasi? 2. Bagaimana sejarah terjadinya inflasi? 3. Apa penyebab timbulnya inflasi? 4. Apa saja indikator inflasi?

5. Bagaimana kebijakan ekonomi konvesional dalam mengatasi inflasi? 6. Bagaimana inflasi dalam perspektif ekonomi islam?

7. Bagaimana kebijakan ekonomi islam dalam mengatasi inflasi?

1.3 Tujuan Makalah

1. Mengetahui arti dari inflasi.

2. Mengetahui sejarah terjadina inflasi. 3. Mengetahui penyebab timbulnya inflasi. 4. Mengetahui indikator-indikator inflasi.

5. Mengetahui kebijakan ekonomi konvesional dalam mengatasi inflasi. 6. Mengetahui arti inflasi dalam perspektif ekonomi islam.

(8)

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Definisi Inflasi

Inflasi merupakan salah satu masalah dalam perekonomian yang selalu dihadapi setiap negara. Namun, buruknya masalah inflasi ini akan berbeda dari satu wilayah ke wilayah lainnya, dan berbeda pula dari Negara satu ke Negara lainnya. Tingkat inflasi biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai dimana buruknya permasalahan ekonomi yang dihadapi suatu negara.Dalam perekonomian yang sedang tumbuh, inflasi yang rendah tingkatnnya biasa dinamakan inflasi merayap-yaitu sekitar 2 hingga 4 persen, biasanya tidak dapat dielakkan. Namun tingkat inflasi yang mencaai 10 persen atau lebih akan menjadi suatu permasalahan yang serius. Bahkan pada kondisi peperangan atau ketidakstabilan politik, inflasi dapat mencapai tingkat yang sangat tinggi, bisa mencapai beberapa ratus bahkan beberapa ribu persen.Kenaikanharga seperti ini dinamakan dengan hiper inflasi, dan ini pernah dialamiIndonesia yang mengalami tingkat inflasi sebesar 600 persen.1

Dalam banyak literature disebutkan bahwa inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga umum secara terus menerus dari suatu perekonomian.Sedangkan menurut Rahardja dan Manurung, mengatakan bahwa inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan berlangsung secara terus menerus.2Sedangkan menurut Sukirno, inflasi yaitu kenaikan dalam harga barang dan jasa yang terjadi karena permintaan pasar bertambah lebih besar dibadingkan dengan penawaran barang di pasar.3 Dengan kata lain, terlalu banyak uang yang memburu barang yang terlalu sedikit. Dari dua definisi di atas inflasi adalah suatu kondisi dimana terjadi kenaikan harga. Sementara kondisi dimana terjadi penurunan harga dinamakan dengan deflasi.

1 Al-Arif, M. Nur Rianto, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syari’ah, Bandung: Alfabeta,2010, hlm. 85.

2 Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Makroekonomi, Jakarta: LPFE-UI, 2004, hlm. 155.

(9)

Dari pengertian tersebut, dapat dianalisis bahwa telah dikatakan inflasi jika:4 1. Terjadi kenaikan harga

Inflasi memberikan makna bahwa telah terjadi suatu kenaikan harga bila dibandingkan dengan tingkat harga pada periode sebelumnya.Misalkan, bulan lalu harga satu kilogram gula adalah RP 10.000, dan bulan ini telah terjadi kenaikan harga satu kilogram gula menjadi Rp 11.000.berarti harga satu kilogram telah mengalami kenaikan harga sebesar Rp 1.000/kg.

2. Bersifat umum

Belum dapat dikatakan sebagai inflasi jika kenaikan harga hanya terjadi pada suatu komoditas dan kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum naik.Misalkan harga buah manga di Jakarta apabila sedang tidak musimdapat mencapai Rp 10.000 per kilogram.Namun jika sedang musimnya dapat dibeli hanya dengan harga Rp 5.000-Rp 7.000 per kilogram. Jadi harga manga pada periode tertentu akan mengalami kenaikan harga, namun kenaikan harga tersebut tidak menimbulkan inflasi karena harga komoditas lain tidak naik.

Namun hal yang berbeda akan terjadi apabila yang naik adalah harga bahan bakar minyak (BBM). Untuk kasus di Indoesia, setiap terjadi kenaikan harga BBM, maka harga-harga komoditas lain turut naik. Karena BBM merupakan komoditas strategis sebab memiliki efek berantai yang dapat menyebabkan kenaikan harga pada komoditas lain.

3. Berlangsung terus menerus

Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum memunculkan inflasi jika hanya terjadi sesaat, misalkan terjadi kenaikan harga hari ini dibandingkan hari sebelumnya, namun keesokan hari harga sudah kembali turun/stabil. Biasanya perhitungan inflasi dalam rentang waktu minimal bulanan. Sebab dalam satu bulan akan terlihat kenaikan harga bersifat umum dan terus-menerus. Rentang waktu lain adalah triwulan, semester dua tahunan.

(10)

Inflasi biasanya menunjuk pada harga-harga konsumen, biasanya diekspresikan sebagai persentase perubahan angka indeks. Tingkat harga yang melambung sampai 100% atau lebih dalam setahun (hiperinflasi), menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap mata uang. Hal ini menyebabkan masyarakat lebih menyukai menyimpan kekayaannya dalam bentuk asset seperti emas, property atau asset lainnya yang diperkirakan tidak akan mengalami penurunan nilai di masa yang akan datang. Inflasi tidak terlalu bahaya apabila bisa diprediksikan karena setiap orang akan mempertimbangkan prospek harga yang lebih tinggi di masa yang akan dating dalam pengambilan keputusan.

Namun dalam kenyataanya, inflasi tidak bisa diprediksikan, berarti orang-orang seringkali dikagetkan dengan kenaikan harga. Hal ini mengurangi efisiensi ekonomi karena orang akan mengambil risiko yang lebih sedikit untuk meminimalkan peluang kerugian akibat kejutan harga. Semakin cepat kenaikan inflasi, semakin sulit untuk memprediksikan inflasi di masa yang akan datang. Sebagian besar para ahli ekonomi berpendapat bahwa perekonomian akan berjalan efisien apabila tingkat inflasi rendah. Idealnya, kebijakan ekonomi makro harus bertujuan menstabilkan harga-harga. Sejumlah ekonom berpendapat bahwa tingkat inflasi yang rendah merupakan hal yang baik apabila itu terjadi akibat dari inovasi. Produk-produk baru yang diperkenalkan pada harga tinggi, akan jatuh dengan cepat karena persaingan.

(11)

2.2 Sejarah Inflasi

Emas memberikan “nilai” pada suatu mata uang dan juga akseptabilitas (tingkat penerimaan masyarakat) di tempat lain. Dalam hal ini, perekonomian Kerajaan Byzantium menjadi sejarah kemunculan inflasi. Byzantium berusaha keras untuk mengumpulkan emas dengan melakukan ekspor komoditasnya sebanyak mungkin ke negara-negara lain dan mencegah impor dari negara lain agar dapat mengumpulkan uang emas sebanyak-banyaknya. Tetapi yang terjadi pada akhirnya orang-orang harus makan, membeli pakaian, mengeluarkan biaya transportasi, serta juga menikmati hidup sehingga mereka akan membelanjakan uang (kekayaan) yang dikumpulkannya tadi, sehingga akhirnya hal tersebut justru menaikan tingkat harga komoditasnya sendiri. Spanyol setelah era “conquistadores” juga mengalami hal yang sama, begitu juga dengan Inggris setelah perang dengan Napoleon (Napoleon war). Pada masa kontemporer saat ini, terutama setelah era kapitalis dimulai, masalah yang sama tetap menjadi perdebatan para ekonom dan otoritas keuangan. Nama-nama seperti Adam Smith, David Ricardo, J.M. Keynes, Andrew Jackson, William Jennings Bryan, Charles Gaulle, Milton Friedman, dan Allan Greenspan terlibat dalam masalah yang sama.5

Dinar di Negara-negara Arab ataupun mata uang Negara-negara Eropa seperti Inggris, Perancis, Spanyol, Italia, Swdeia, dan Rusia bahkan Amerika, semuanya mengalami apa yang dinamakan inflasi. Awal inflasi mata uang dinar dimulai bahkan pada saat ketika Irak sedang mengalami masa puncak kejayaannya.Coinage debasement dan inflasi ikut mendahului perkembangan yang cepat dari peminjaman uang (pertumbuhan kredit) serta perbankan, khususnya di Italia yang merupakan “motor” pertumbuhan lebih lanjut dari perekonomian.Inflasi acap kali berbentuk kenaikan tingkat harga secara gradual daripada ledakan kekacauan ekonomi.Resolusi harga di eropa terjadi sepanjang beberapa abad, pola kenaikan tingkat harga pertama kali tampak di Italia dan Jerman sekitar tahu 1470 (mengikuti wabah black dead pada tahun 1349).Kemudian, seperti penyakit yang sangat menular.Inflasi menyerang eropa

(12)

dalam beberapa tahapan; dimulai dari Inggris dan perancis pada tahun 1480-an, meluas ke semenanjung Iberia pada decade selanjutnya dan menyerang eropa timur pada tahun 1500-an. Kenaikan tingkat harga sangat cepat pada bahan-bahan mentah terutama makanan. Di Inggris hanya kayu, ternak, dan biji-bijian meningkat lima sampai tujuh kali lipat pada tahun 1480 sampai tahun 1650, sementara itu barang manufaktur harganya meningkat sebesar tiga kali lipat. Kenaikan sebesar 700% selama 170 tahun itu jika dihitung secara compound

hanya sebesar 1,2% pertahunnya. Akan tetapi di lain sisi, ganji hanya meningkat kurang dari 0,5% pertahunnya, sehingga masyarakat sangat mengalami goncangan akibat tekanan inflasi. Daya beli uang dan gaji pekerja menurun dengan tingkat yang dianggap sangat mencemaskan.

Tidak ada satu sebab utama yang dapat “disalahkan” dalam inflasi. Semuanya adalah akibat gabungan dari penurunan produksi pertanian, pajak yang berlebihan, depopulasi, manipulasi pasar, high labor cost, pengangguran, kemewaha yang berlebihan, dan sebab-sebab yang lainnya, seperti perang yang berkepanjangan, embargo, dan pemogokan pekerja. Adapun negara Eropa yang dianggap bertahan dengan sukses menghadapi inflasi adalh Inggris.Akan tetapi, hal itu terjadi pada masa-masa perekonomiannya dianggap terbelakang dibandingkan dengan negara-negara eropa lainnya.Paham “Financial Rectitude” walaupun banyak dikagumi, tidak pernah menjadi jalan untuk mencapai kemakmuran. Setelah pertumbuhan pesat (pendanaan kredit) dan simpanan bank akibat kebutuhan pembiayaan perang dengan Napoleon dan kemudian untuk pembiayaan Perang Dunia I, Inggris terpaksa menghentikan konvertibilitas antara steerling dengan emas serta juga obsesinya terhadap penciptaan “superior-quality money” karena terjadi deflasi yang drastic yang diikuti gangguan social yang sangat serius. Keputusan untuk kembali ke standar emas pada 1925, yang mendahului beberapa kebijakan yang “mencekik” perekonomian, akhirnya diakhiri pada 1931. Penderitaan dan kesengsaraan yang terjadi cukup buruk, akan tetapi Inggris tidak pernah kembali ke standar emas dan menciptakan “superior-quality money” yang dianggap merupakan sumber kemakmuran dan menjadi kebanggaan selama beberapa abad.6

(13)

Lebih baru ketika Inggris memutuskan keluar dari European Monetary Union

(EMU) pada tahun 1992 dan membiarkan mata uangnya mengalami depresiasi, ekspor melonjak naik dan perekonomian tumbuh, sedangkan Negara EMU yang lainnya mengalami stagnasi. Selain Inggris, Perancis juga mengalami permasalahan antara emas-nilai mata uang-inflasi. Michael Chevalier (seorang ekonom Perancis pada abad ke-19) dalam karangannya “On the Probable Fall in the Value of Gold: The Commercial and Social Consequences Which May Ensue, and the Measures Which It Invites” pada tahun 1859 menyebutkan bahwa pertambahan penawaran emas akibat diketemukannya tambang-tambang emas baru di California, Australia, dan Afrika Selatan akan mengakibatkan turunnya harga emas relative dibandingkan perak yang kemudian akan membawa pada turunnya nilai riil emas (inflasi) atau naiknya tingkat harga seluruh barang kecuali emas. Diketahui nahwa ada hubungan yang besar antara kenaikan produksi emas dengan kenaikan tingkat inflasi di Perancis pada tahun 1870. Hal ini sesuai dengan penelitian Jean Bodin pada tahun 1568 yang meneliti bahwa meningkatnya jumlah emas dan perak berhubungan erat dengan meningkatnya tingkat harga-harga secara umum.

(14)

2.3 Penyebab Inflasi

Meurut Sukirno bahwa berdasarka pada sumber atau penyebab atas kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk yaitu:7 1. Inflasi Tarikan Permintaan (demand pull inflation)

Yaitu inflasi yang terjadi karena terjadinya kenaikan permintaan atas suatu komoditas.Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian yang berkembang pesat.Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi dalam mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini yang akan menimbulkan inflasi, karena terlalu banyak uang yang beredar. Seperti yang telah dipelajari dalam mikroekonomi, bahwa apabila jumlah permintaan meningkat, sementara disisi lain penawaran tetap maka akan terjadi kenaikan harga. Kenaikan permintaan inilah yang dapat memicu terjadinya inflasi.

2. Inflasi desakan biaya (cost push inflation)

Yaitu inflasi yang terjadi karena adanya kenaikan biaya produksi. Pada saat krisis ekonomi 1997, ketika banyak industry di Indonesia bahan bakunya terlalu bergantung kepada bahan baku impor sehingga ketika terjadi penurunan nilai mata uang rupiah maka akan berpengaruh terhadap kenaikan biaya produksi. Implikasi selanjutnya dari kenaikan biaya produksi adalah kenaikan harga kepada konsumen.

3. Inflasi Diimpor (Imported Inflation)

Yaitu inflasi yang disebabkan oleh terjadinya inflasi di luar negeri. Inflasi ini terjadi apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga memiliki peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran di perusahaan-perusahaan. Contohnya kenaikan harga bahan baku bagi industri di dalam negeri yang diimpor dari luar negeri, sehingga apabila harga bahan baku tersebut naik maka kenaikan harganya dapat menyebabkan kenaikan harga pula di dalam negeri.

(15)

Kemudian adapula pembagian inflasi berdasarkan penyebabnya menurut Adiwarman A.Karim, yakni:8

1. Natural Inflation dan Human Error Inflation. Sesuai dengan namanya,

natural inflation adalah inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah dan manusia tidak mempunyai kekuasaan dalam mencegahnya, misalkan inflasi karena terjadi paceklik. Sedangkan, human error inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. 2. Actual/anticipated/expected Inflation dan Unanticipated/unexpected

Inflation. Pada expected inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi. Sedangkan pada unexpected inflation tingkat suku bunga pinjaman nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek infalsi.

3. Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation. Demand Pull Inflation

diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi permintaan agregat dari barang dan jasa pada suatu perekonomian. Cost Push Inflation

adalah inflasi yang terjadi karena adanya perubahan-perubahan pada sisi penawaran agregat dari barang dan jasa pada suatu perekonomian.

4. Spiralling Inflation, inflasi jenis ini adalah infalsi yang diakibatkan oleh infalsi yang terjadi sebelumnya, dimana inflasi yang sebelumnya itu terjadi sebagai akibat dari inflasi yang terjadi sebelumnya lagi dan begitu seterusnya. 5. Imported Inflasi dan Domestin Inflation. Imported Inflation bisa dikatakan

adalah inflasi di negara lain yang ikut dialami oleh suatu negara karena harus menjadi price taker-pengikut harga-dalam pasar perdagangan internasional.

Domestin Inflation bisa dikatakan inflasi yang hanya terjadi di dalam negeri suatu negara yang tidak begitu mempengaruhi negara-negara lainnya.

Studi tentang penyebab inflasi di Indonesia telah banyak dilakukan, antara lain oleh Boorman (1975), Djiwandono (1980), Nasution (1983), Ahmad (1985), dan

(16)

Ikhsan (1991). Namun, pada umumnya dari studi di atas menunjukkan bahwa penyebab inflasi di Indonesia ada 2 macam, yaitu Inflasi yang Diimpor dan

Deficit dalam Anggaran Pemerintah Belanja Negara (APBN). Penyebab inflasi lainnya menurut Sadono Sukirno adalah kenaikan harga-harga barang yang diimpor, penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh pertambahan produksi dan penawaran barang, serta terjadinya kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang kurang bertanggungjawab.

Adapun penyebab lain dari inflasi antara lain uang yang beredar lebih besar daripada jumlah barang yang beredar, sehingga permintaan akan barang mengalami kenaikan, maka dengan sendirinya produsen akan menaikkan harga barang dan apabila kondisi seperti ini dibiarkan maka akan terjadi inflasi.9

Beberapa kelompok besar dari inflasi adalah :

1. Policy Induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi moneter yang juga bisa merefleksikan defisit anggaran yang berlebihan dan cara pembiaannya.

2. Cosh-Push Inflation, disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya yang bisa terjadi walaupun pada saat tingkat pengangguran tinggi dan tingkat pengunaan kapasitas produksi rendah.

3. Demand-Pull Inflation, disebabkan oleh permintaan agregat yang berlebihan yang mendorong kenaikan tingkat harga umum. Kenaikan permintaan agregat akan menyebabkan harga yang naik, karena permintaan naik sementara penawaran tetap secara mikro ekonomi akan menyebabkan harga-harga menjadi naik.

4. Innertial Inflation, cenderung untuk berlanjut pada tingkat yang sama sampai kejadian ekonomi yang menyebabkan berubah. Jika inflasi terus bertahan, dan tingkat ini diantisipasi dalam bentuk kontrak finansial dan upah, kenaikan inflasi akan terus berlanjut.

Menurut Paul A.Samuel Son seperti sebuah penyakit, inflasi dapat digolongkan menurut tingkat keparahannya yaitu Sebagai berikut:10

1. Moderate Inflation

9 Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, Jakarta, Kencana, 2008, hlm.176.

(17)

Karakteristiknya adalah kenaikan tingkat harga yang lambat, umumnya dikenal dengan inflasi satu digit. Pada tingkat inflasi seperti ini masyarakat masih mau untuk memegang uang dan menyimpan kekayaannnya dalam bentuk uang daripdada dalam bentuk aset riil.

2. Gallloping Inflation

Inflasi pada tingkat ini terjadi pada tingkatan 20% sampai dengan 200% pertahun. Pada tingkatan inflasi seperti ini orang hanya mau memegang uang seperlunya saja, sedangkan kekayaan disimpan dalam bentuk aset-aset riil. Masyarakat akan menumpuk barang-barang, membeli properti. Pasar uang akan mengalami penyusutan dan pendanaan akan dialokasikan melalui cara-cara selain dari tingkat bunga serta orang tidak akan mau memberikan pinjaman kecuali dengan tingkat bunga yang sangat tinggi.

3. Hyper Inflation

Inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi yaitu beberapa ratus persen sampai dengan beberapa ribu persen hanya dalam waktu singkat. Walaupun sepertinya banyak negara yang perekonomiannya dapat bertahan menghadapi Galloping Inflation, tetapi tidak akan pernah ada pemerintahan yang dapat bertahan pada kondisi Hyper Inflation.

Inflasi memiliki beberapa dampak buruk terhadap individu dan masyarakat menurut Prathama Rahardja dan Manurung yaitu:11

1. Menurunnya tingkat kesejahteraan masyakakat

Inflasi menyebabkan daya beli masyarakat menjadi berkurang atau malah semakin rendah, apalagi bagi orang-orang yang berpendapatan tetap, kenaikan upah tidak secepat kenaikan harga-harga, maka inflasi ini akan menurunkan upah riil setiap individu yang berpendapatan tetap, seperti pegawai negeri sipil ataupun karyawan.

2. Memperburuk distribusi pendapatan

(18)

Bagi masyarakat yang berpendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan nilai riil dari pendapatannya dan pemilik kekayaan dalam bentuk uang akan mengalami penurunan juga. Akan tetapi, bagi pemilik kekayaan tetap seperti tanah atau bangunan tetap mempertahankan atau justru menambah nilai riil kekayaannya. Dengan demikian inflasi akan menyebabkan pembagian pendapatan diantara golongan yang berpendapatan tetap dengan para pemilik kekayaan tetap akan semakin tidak merata.

3. Terganggunya stabilitas ekonomi

Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan merusak pergerakan atas kondisi di masa depan (ekspetasi) para pelaku ekonomi. Sehingga hal ini akan mengacaukan stabilitas dalam perekonomian suatu negara, karena akan memunculkan perilaku spekulasi dari masyarakat

Selain dampak di atas, dampak lainnya dirasakan pula oleh para penabung, oleh kreditur atau debitur, dan oleh produsen. Dampak inflasi bagi para penabung ini menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang yang ditabung semakin menurun. Penabung akan mampu menghasilkan bunga atau bagi hasil, tetapi jika tingkat inflasi terjadi masih di atas tingkat bunga yang diterima oleh penabung, tetap saja nilai mata uang yang diterima oleh penabung akan menurn. Bila orang sudah enggan menabung, maka dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang, karena berkembangnya dunia usaha membutuhkan dana dari masyarakat yang disimpan di Bank.

(19)

inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya-inflasi yang terjadi karena kenaikan biaya produksi (Cosh Push Inflation). Sedangkan dampak inflasi bagi perekonomian secara keseluruhan, misalnya prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan semakin memburuk, inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan merusak rencana jangka panjang para pelaku ekonomi. Inflasi jika tidak cepat ditangani, maka akan susah untuk dikendalikan, inflasi cenderung akan bertambah cepat.

Sementara bagi perekonomian nasional, inflasi dapat berdampak kepada beberapa hal, diantaranya adalah:12

1. Investasi berkurang 2. Mendorong tingkat bunga

3. Mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif 4. Menimbulkan kegagalan pelaksanaan pembangunan

5. Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa yang akan datang 6. Menyebabkan daya saing produk nasional berkurang

7. Menimbulkan defisit neraca pembayaran

8. Merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat, dan 9. Meningkatnya jumlah pengangguran

Selain itu, inflasi juga mengakibatkan masalah-masalah yang berhubungan dengan akuntansi seperti:13

1. Apakan penilaian terhadapaset tetap dan aset lancar dilakukan dengan metode biaya histories atau metode biaya aktual?

2. Pemeliharaan modal riil dengan melakukan isolasi keuntungan inflasioner. 3. Inflasi menyebabkan dibutuhkannya koreksi dan rekonsiliasi operasi (index)

untuk mendapatkan kebutuhan perbandingan waktu dan tempat.

12Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, diakses pada 20 November 2017.

(20)

2.4 Indikator Inflasi

Ada beberapa indikator makroekonomi yang digunakan untuk mengetahui lau inflasi selama suatu periode tertentu, yaitu:14

1. Index Harga Konsumen (Consumer Price Index)

Index Harga Konsumen (IHK) adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu. Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu. Masing-masing harga barang dan jasa tersebut diberi bobot (weighted) berdasarkan tingkat keutamaannya. Barang dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot yang paling besar. Di Indonesia, perhitungan IHK dilakukan dengan mempertimbangkan sekitar beberapa ratus komoditas pokok. Untuk lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya, perhitungan IHK dilakukan dengan melihat perkembangan regional, yaitu dengan mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar terutama ibukota provinsi-provinsi di Indonesia. Adapun rumus perhitungan IHK adalah sebagai berikut:

Inflasi = (IHK−IHK−1)

IHK−1

x 100 %

Dilihat dari cakupan komoditas yang dihitung IHK kurang mencerminkan tingkat inflasi yang sebenarnya. Tetapi IHK sangat berguna karena menggambarkan besarnya kenaikan biaya hidup bagi konsumen, sebeb IHK memasukkan komoditas-komoditas yang relevan (pokok) yang biasanya dikonsumsi masyarakat.

2. Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index)

Jika IHK melihat inflasi dari sisi konsumen, maka indeks harga perdagangan besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh karena itu, IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga produsen (producen price Index). IHPB menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen pada berbagai tingkat

(21)

produksi. Prinsip menghitung inflasi berdasarkan data IHPB adalah sama dengan cara berdasarkan IHK, yaitu :

Inflasi = (IHPB−IHPB−1)

IHPB−1 x 100%

3. Indeks Harga Implisit (GDP Deflator)

Meskipun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan gambaran laju inflasi yang sangat terbatas. Sebab , dilihat dari metode penghitungannya, kedua indikator tersebut hanya melingkupi beberapa puluh kota saja. Padahal dalam kenyataannya jenis barang dan jasa yang diproduksi atau dikonsumsi dalam sebuah perekonomian dapat mencapai ribuan, puluhan ribu bahkan mungkin ratusan ribu jenis, melainkan seluruh pelosok wilayah. Untuk mendapatkan gambaran inflasi yang paling mewakili keadaan sebenarnya, ekonomi menggunakan indeks berdasarkan IHI dilakukan dengan menghitung perubahan angka indeks.

Inflasi = (IHIIHI−1)

IHI x 100%

2.5 Kebijakan Ekonomi Konvesional dalam Mengatasi Inflasi

(22)

1. Kebijakan Fiskal

Ada dua kebijakan fiskal yang bisa dilaksanakan oleh pemerintah untuk menekan tingkat inflasi, yaitu :

a. Meningkatkan Pajak15

Jika ada penambahan pendapatan masyarakat dengan naiknya jumlahuang beredar, setiap penambahan pendapatan masyarakat Rp.10.00, jika diikuti dengan pajak 20% (MPC masyarakat diasumsikan 0,8), maka penambahan pendapatan Rp.10.00 akan menambah konsumsi Rp.6,4 lebih kceil bila di bandingkan dengan tidak adanya penambahan pajak yaitu Rp.8,00. Maka tinggi pajak yang dikenakan pemerintah terhadap pendapatan, maka semakin kecil konsumsi masyarakat. Dengan naiknya pajak yang di kenakan pemerintah terhadap pendapatan masyarakat akan dapat menekan tingkat konsumsi.

b. Mengurangi Pengeluaran Pemerintah16

Kebijakan yang akan di laksanakan adalah dalam bentuk mengurangi pengeluaran pemerintah, langkah ini menimbulkan efek yang cepat dalam mengurangi pengeluaran dalam perekonomian. Maka untuk menerangkan tentang efek dari kebijakan fiskal dalam mengatasi inflasi perlu di bedakan dalam dua keadaan, yaitu pertama keadaan dimana inflasi berlaku tanpa kontrol pemerintah, kedua inflasi yang di atasi kebijakan fiskal.

Jika inflasi dalam kondisi tanpa kontrol pemerintah, pengeluaran agregat akan mengalami kenaikan sehingga akan menimbulkan efek pada pendapatan nasional yang meningkat, begitu pula dengan tingkat harga yang mengalami peningkatan. Maka dari itu diperoleh tingkat pengangguran yang sanagat rendah. Dan jika dilihat kondisi kedua yaitu inflasi di atasi melalui kebijakan fiskal, maka akan terwujud kesempatan kerja penuh dan harga-harga tidak mengalami kenaikan yang terlalu tinggi, hal ini dapat dilihat dari kebijaan pemerintah yang mencoba mengatasi dengan cara mengurangi pengeluaran,

15 Mulia Nasution, Ekonomi Moneter: Uang dan Bank, Jakarta: Penerbit Djambatan, 1998, hlm. 225

(23)

sehingga menyebabkan agregat meningkat dan keseimbangan pendapatan nasional mencapaikesempatan kerja penuh.

2. Kebijakan Moneter

Kebijakan Moneter ialah peraturan dan ketentuan yang dikluarkan oleh otoritas moneter (bank sentral) untuk mengendalikan jumlah uang beredar. Agar ekonomi tumbuh lebih cepat,bank sentral bisa memberikan lebih banyak kredit kepada sistem perbankan melalui operasi pasar terbuka,atau bank sentral menurunkan pesyaratan cadangan dari bank-bank atau menurunkan tingkat diskonto, yang harus dibayar oleh bank jika hendak meminjam dari bank sentral. Akan tetapi, apabila ekonomi tumbuh terlalu cepat dan inflasi menjadi masalah yang semakin besar, maka bank sentral dapat melakukan operasi pasar terbuka (open market operations), menarik uang dari sistem perbankan, menaikkan persyaratan cadangan minimum (reserve requirment), atau menaikkan tingkat diskonto (interest or discount rate), sehingga dengan demikian akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Instrumen kebijakan moneter lain berkisar dari kebijakan kredit selektif sampai moral suasion, suatau kebijakan yang sederhana, tetapi sering sangat efektif.

Menaikkan suku bunga bank melalui bank sentral akan meningkatkan minat masyarakat untuk menabung, dengan naiknya suku bunga yang disebabkan naiknya suku bunga bank sentral akan menyebabkan permintaan uang untuk investasi akan berkurang. Maksud menaikkan suku bunga ini adalah untuk menarik uang yang beredar dalam masyarakat. Setelah uang tujuan produktif , sehingga penambahan uang yang beredar dapat diimbangi dengan penambahan produksi barang, sehingga sektor riil pun dapat berkembang.

(24)

menurun tajam. Indonesia pernah menerapkan kebijakan ini pada akhir tahun 1990 dan hasilnya terlihat dimana menurunnya tingkat inflasi pada tahun 1992.

2.6 Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Islam

Ekonomi islam merupakan ikhtiar pencairan sistem ekonomi yang lebih baik setelah ekonomi kapitalis gagal total. Bisa di bayankan betapa tidak adilnya, betapa pincangnya akibat sistem kapitalis yang berlaku skarang ini, yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin. Selain itu, dalam pelaksanaannya, ekonomi kapitalis banyak menimbulkan permasalahan. Pertama, ketidakadilan dalam berbagai macam kegiatan yang tercermin dalam ketidakmerataan pembagian pendapatan masyarakat. Kedua, ketidakstabilan dari sistem ekonomi yang ada saat ini menimbulkan berbagai gejolak dalam kegiatannya.17

Dalam ekonomi Islam tidak di kenal dengan inflasi, karena mata uang yang dipakai adalah dinar dan dirham, yang mana mempunyai nilai yang stabildan di benarkan oleh islam, namun dinar dan dirham di sini adalah dalam artian yang sebenarnya yaitu yang dalam bentuk emas maupun perak bukan dinar-dirham yang sekadar nama. Adiwarman Karim mengatakan bahwa Syekh an-Nabhani memberikan beberapa alasan mengapa mata uang yang sesuai itu adalah dengan menggunakan emas. Ketika Islam melarang praktik penimbunan harta, Islam hanya mengkhususkan larangan tersebut untuk emas dan perak, padahal harta itu mencakup semua barang yang bisa di jadikan kekayaan.

1. Islam telah mengaitkan emas dan perak dengan hukum yang baku dan tidak berubah-ubah , ketika islam mewajibkan diyat, maka yang dijadikan sebagai ukurannya adalah dalam bentuk emas.

2. Rasulullah SAW telah menetapkan emas dan perak sebagai mata uang dan beliau menjadikan hanya emas dan perak sebagai standar uang.

3. Ketika Allah SWT mewajibkan zakat uang, Allah telah mewajibkan zakat tersebut dengan nisab emas dan perak.

(25)

4. Hukum-hukum tentang pertukaran mata uang yang terjadi dalam transaksi uang hanya di lakukan dengan emas dan perak, begitu pun dengan transaksi lainnya hanya di nyatakan dengan emas dan perak.

Penurunan nilai dinar atau dirham memang masih mungkin terjadi, yaitu ketika nilai emas yang menopang nilai nominal dinar itu mengalami penurunan. Diantaranya akibat di ketemukannya emas dalam jumlah yang besar di suatu negara, tapi keadaan ini kecil sekali kemungkinannya. Atau kondisi terjadinya defisit anggaran pada pemerintahan Islam. Kondisi defisit anggaran pernah terjadipada zaman Rsulullah dan ini hanya terjadi satu kali yaitu sebelum perang Hunain.

Menurut para ekonomi Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena:18

1. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang,terutama terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit penghitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan aset keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga telah mengakibatkan terjadinya inflasi kembali, atau dengan kata lain”self feeding inflation”

2. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat (turunnya marginal propensity to save). Hal ini berakibat pada menurunnya dana pembiayaan yang akan di salurkan.

3. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama pembelanjaan untuk berang-barang non-primer dan barang-barang mewah (naiknya marginal propensity to consume)

4. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan kekayaan (hoarding) seperti pada aset property yaitu tanah dan bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah produktif seperti pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya.

(26)

Ekonomi Islam Taqiuddin Ahmad ibn Al-Maqrizi (1364 M - 1441 M), yang merupakan salah satu murid ari Ibn Khaldun, menggolongkan inflasi dalam dua golongan yaitu:19

1. Natural Inflation

Sesuai dengan namanya, inflasi jenis ini di akibatkan oleh sebab-sebab alamiah di mana orang tidak mempunyai kendali atasnya (dalam hal mencegah). Ibn Al-Maqrizi mangatakan bahwa inflasi ini adalah inflasi yang di akibatkan oleh turunnya Penawaran Agregatif (AS) atau naiknya Permintaan Agregatif (AD). Maka natural inflation akan dapat di bedakan berdasarkan penyebabnya manjadi dua golongan yaitu sebagai berikut :

a. Akibat uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak, dimana ekspor naik sedangkan impor turun sehingga nilai ekspor bersih sangat besar,maka mengakibatkan naiknya Permintaan Agregat (AD). Hal ini pernah terjadi pada masa pemerintahan khalifah umar ibn Khattab r.a. Pada masa itu kafilah pedagang yang menjual barangnya di luar negeri membeli barang-barang yang mereka jual (positive net export). Adanya positive net export akan menjadikan keuntungan, keuntungan yang berupa kelebihan uang tersebut akan dibawa masuk ke Madinah sehingga pendapatan dan daya beli masyarakat akan naik. Naik nya Permintaan Agregatif, atau grafik dilukiskan sebagai kurva AD yang bergeser ke kanan,akan mengakibatkan naiknya tingkat harga secara keseluruhan .

Apa yang dilakukan oleh khalifah Umar Ibn Khattab r.a untuk mengatasi permasalahan tersebut? Beliau melarang penduduk Madinah untuk membeli barang-barang atau komoditi selama 2 hari berturut-turut. Akibatnya adalah turunnya Permintaan Agregatif (AD) dalam perekonomian.Setelah pelarangan tersebut berakhir maka tingkat harga kembali normal.

b. Akibat dari turunnya tingkat produksi (Agregate Supply [AS]) karena terjadinya paceklik, perang, ataupun embargo atau boikot. Hal ini pernah terjadi pula pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Khattab yaitu pada saat terjadi paceklik yang mengakibatkan kelangkaan gandum, atau dapat

(27)

digambarkan pada grafik kurva AS bergeser ke kiri, yang kemudian mengakibatkan naiknya tingkat harga-harga. Apa yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab r.a. terhadap permasalahan ini? Beliau melakukan impor gandum dari Fustat–Mesir sehingga penawaran Agregatif (AS) barang di pasar kembali naik yang kemudian berakibat pada turunnya tingkat harga-harga.

Jadi inflasi yang terjadi karena sebab-sebab yang alamiah, atau murni karena tarikan permintaan dan penawaran, maka pemerintah tidak perlu khawatir. Karena solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menstabilkan baik permintaan agregat maupun penawaran agregat pada kondisi semula sebelum terjadinya kenaikan harga atau inflasi.

2. Human Error Inflation

Selain dari penyebab-penyebab yang dimaksud pada natural inflation, maka inflasi-inflasi yang disebabkan oleh hal-hal lainnya dapat digolongkan sebagai

human error inflation atau false inflation. Human error inflation dikatakan sebagai inflasi yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan dari manusia itu sendiri. Human error inflation dapat dikelompokkan menurut penyebab-penyebabnya sebagai berikut:20

a. Korupsi dan administrasi yang buruk.

Korupsi akan menaikkan tingkat harga, karena produsen harus menaikkan harga jual pada produksinya untuk menutupi biaya-biaya “siluman” yang telah mereka bayarkan. Birokrasi perijinan yang berbelit-belit, dimana hanya untuk pengurusan suatu izin harus melalui beberapa instansi, hal ini tentu akan menambah biaya produksi dari produsen dan berakibat pada kenaikan harga. Hal yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menghilangkan korupsi dan melakukan reformasi birokrasi.

Jika menggunakan pendekatan kepada permintaan agregat (AD) dan penawaran agregat (AS), maka korupsi dan administrasi yang buruk akan menyebabkan kontraksi pada kurva penawaran agregat, yang menyebabkan

(28)

terjadinya kenaikan harga. Selain menyebabkan inefisiensi alokasi sumber daya dan ekonomi biaya tinggi, korupsi dan administrasi yang buruk akan dapat menyebabkan perekonomian terpuruk.

Inflasi yang disebabkan korupsi dan administrasi yang buruk.

b. Pajak yang berlebihan (excessive tax)

Efek yang ditimbulkan oleh pengenaan pajak yang berlebihan pada perekonomian akan memberikan pengaruh yang sama dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh korupsi dan administrasi yang buruk yaitu terjadinya kontraksi pada kurva penawaran agregat. Jika dilihat lebih lanjut, pajak yang berlebihan mengakibatkan pada efficiency loss atau dead weight loss. Ini termasuk masalah pula dalam perekonomian di Indonesia, terutama pasca penerapan otonomi daerah, dimana setiap daerah memiliki kebijakan tersendiri dalam menggali sektor-sektor yang dapat dijadikan sebagai obyek untuk meningkatkan pendapatan asli daerah.

c. Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan (excessive seignorage).

(29)

dibiayai oleh percetakan uang. Namun Karena berlebihan hal ini dapat menyebabkan terjadinya inflasi.

2.7 Kebijakan ekonomi Islam dalam Inflasi 1. Kebijakan Fiskal

Dalam pemikiran islam menurut An-Nabahan pemerintah merupakan lembaga formal yang mewujudkan dan memberikan pelayanan terbaik kepada rakyatnya. Pemerintah mempunyai kewajiban untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, salah satunya yaitu tanggung jawab terhadap perekonomian diantaranya mengawasi faktor utama penggerak perekonomian.21

Majid mengatakan bahwa untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, pemerintah Islam menggunakan dua kebijakan, yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kebijakan tersebut telah dipraktikkan sejak zaman Rasullulah dan Khulafaur Rosyidin kemudian dikembangkan oleh para ulama. Tujuan dari kebijakan fiskal dalam Islam adalah untuk menciptakan stabilitas ekonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan pendapatan, ditambah tujuan lain yang terkandung dalam aturan Islam.22

Dalam mencapai tujuan pembangunan ekonomi ada beberapa instrumen yang bisa digunakan, yaitu :

a. Memaksimalkan penghimpunan zakat serta pengoptimalan pemanfaatan zakat. Pemaksimalan penghimpunan zakat dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam kegiatan yang bertujuan dalam menjamin stabilitas ekonomi. Hal ini ditempuh apabila diasumsikan suatu perekonomian dalam kondisi full employment, maka kenaikan permintaan agregat tidak akan menimbulkan kenaikan pada pendapatan riil nasional.

b. Mengenakan biaya atas dana yang menganggur (cost of idle fund), hal ini agarmendorong masyarakat untuk menginvestasikan dananya tidak hanya melalui tabungan dan deposito tetapi diarahkan pada penciptaan pertumbuhan

21 M. Faruq An-Nababan, Sistem Ekonomi Islam: Pilihan Setelah Kegagalan Sistem Kapitalis dan Sosialis, Yogyakarta: UII Pers, 2000, hlm. 59

(30)

sektor riil. Dengan adanya biaya, maka setiap masyarakat dituntut untuk menginvestasikan dana yang mereka miliki tersebut.

c. Menggunakan prinsip bagi hasil pada setiap transaksi atau segala jenis usaha dan meninggalkan bunga. Pada sistem bagi hasil segala pihak yang terlibat akan membagi keuntungan dan kerugian bersama sesuai proporsi modalnya masing-masing, dengan demikian segala bentuk transaksi baik itu sektor rumah tangga, swasta maupun pemerintah semua dapat menjalankan prinsip bagi hasil tanpa menggunakan bunga.

2. Kebijakan Moneter23

Pada zaman Rasulullah dan Khulafaur Rosyidin kebijakan moneter dilaksanakantanpa menggunakan instrumen bunga sama sekali. Dalam perekonomian kapitalis tingkat bunga seringkali berfluktuasi, yang sengaja hanya disimpanpun akan terus menerus berubah. Penghapusan bunga dan kewajiban membayar zakat sebesar 2.5% per tahun tidak hanya dapat meminimalisasi permintaan spekulatif akan uang maupun penyimpanan uang yang diakibatkan oleh tingkat bunga, melainkan juga memberikan stabilitas yang lebih tinggi terhadap permintaan uang. Preferensi likuiditas yang muncul dari motif spekulasi oleh karenanya tidak penting dalam perekonomian Islam. Variable yang harus diformulasikan dalam kerangka kebijakan moneter Islam adalah stok uang, bukan tingkat suku bunga bank. Dalam sistem ekonomi Islam, bank sentral harus mengarahkan kebijakan moneternya untuk membiayai pertumbuhan potensial dalam output jangka menengah dan jangka panjang demi mencapai harga yang stabil dan tujuan-tujuan sosio-ekonomi Islam.

Dalam perekonomian Islam, untuk menjaga stabilitas tingkat harga ada beberapa hal yang dilarang yaitu:

a. Permintaan yang tidak riil. Permintaan uang hanya untuk keperluan transaksi dan berjaga-jaga.

b. Penimbunan mata uang.

(31)

c. Transaksi tallaqi rukban. Yaitu mencegat penjual dari kampung atau daerah pinggiran di luar kota untuk dijual kembali di pusat kota demi mendapatkan keuntungan dari ketidakpastian harga.

d. Transaksi kali bi kali. Yaitu transaksi tidak tunai, transaksi tunai diperbolehkan namun transaksi future tanpa ada barangnya adalah dilarang. e. Segala bentuk riba.

Dalam kerangka strategi mekanik bagi kebijakan moneter, menurut Chapra yang tidak hanya membantu pengaturan penawaran uang sesuai dengan permintaan riil tetapi juga membantu memenuhi kebutuhan untuk menutup defisit asli pemerintah dan juga sekaligus mencapai tujuan-tujuan lain masyarakat Islam. Mekanik tersebut harus mencakup beberapa elemen, diantaranya:24

a. Target pertumbuhan pada M dan M0

Secara berkala bank sentral harus menetapkan pertumbuhan penawaran uang (M) sesuai dengan sasaran ekonomi nasional, termasuk pertumbuhan ekonomi yang dapat dipertahankan dan stabillitas dalam nilai uang.

b. Public share of demand deposit

Dalam jumlah tertentu (kondisi normal) demand deposit bank-bank komersil maksimum sampai 25% harus diserahkan kepada pemerintah untuk mebiayai proyek-proyek yang secara sosial menguntungkan.

c. Statutory reserve requirement

Bank-bank komersil harus memiliki cadangan dalam jumlah tertentu yaitu 10%-20% dari demand deposit mereka dengan bank sentral. Begitu pula sebaliknya dengan bank sentral. Statutory reserve requirement membantu memberikan jaminan atas deposit juga sekaligus membantu penyediaan likuiditas yang memadai bagi bank.

(32)

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Inflasi adalah suatu kondisi dimana terjadi kenaikan harga harga umum secara terus menerus dari suatu perekonomian. Semantara kondisi dimana terjadi penurunan harga dinamakan dengan deflasi. Dalam perspektif islam inflasi diartikan sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit uang terhadap suatu komoditas.

Perekonomian Kerajaan Byzantium menjadi sejarah kemunculan inflasi. Byzantium berusaha keras untuk mengumpulkan emas dengan melakukan ekspor komoditasnya sebanyak mungkin dan mencegah impor agar dapat mengumpulkan uang emas sebanyak-banyaknya.Tetapi karena kebutuhan dasar manusia harus dipenuhi untuk mempertahankan hidup sehingga masyarakat membelanjakan uang (kekayaan) yang dikumpulkan yang pada akhirnya justru menaikan tingkat harga komoditasnya sendiri.Awal inflasi mata uang dinar dimulai bahkan pada saat ketika Irak sedang mengalami masa puncak kejayaannya. Coinage debasement

dan inflasi ikut mendahului perkembangan yang cepat dari peminjaman uang (pertumbuhan kredit) serta sektor perbankan.

Berdasarkan pada sumber atau penyebab atas kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk yaitu demand pull inflation, cost push inflation, andimported inflation. Sedangkan dalam perspektif islam, inflasi berdasarkan penyebabnya dikelompokkan menjadi dua yakni

natural inflationdan human error inflation.

(33)

Terdapat dua macam kebijakan yang digunakan untuk mengatasi inflasi konvensional yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Ekonomi Islam menawarkan solusi untuk mengatasi inflasi diantaranya reformasi terhadap sistem moneter dengan meniadakan segala bentuk interest dan menerapkan fiscal policy

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Al- Arif, M. Nur Rianto. Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah. 2010. Bandung. Alfabeta

Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2004. Pengantar Makroekonomi. Jakarta. LPFE-UI.

Sukirno, sadono.2002. Makroekonomi Suatu Pengantar. Jakarta. Rajawali Pers. A.Karim, Adiwarman. 2007. Ekonomi Makro Islam. Jakarta. Rajawali Pers. Huda,Nurul. 2008.Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis. Jakarta. Kencana. Samuelson,Paul A. 1992. Economics 14thed. New York. McGraw Hill.

Rafiq al-Masri. 1996. a paper submitted in the Second Workshop on Inflation: Inflation and Its Impact on Societies – The Islamic Solution. Kuala Lumpur.

Nasution, Mulia. 1998. Ekonomi Moneter: Uang dan Bank.Jakarta. Penerbit Djambatan.

An-Nababan, M. Faruq. 2000. Sistem Ekonomi Islam: Pilihan Setelah Kegagalan Sistem Kapitalis dan Sosialis. Yogyakarta. UII Pers.

M. Nazori, Majid. 2003. Pemikiran Ekonomi Islam Abu Yusuf Relevasinya dengan Ekonomi Kekinian. Yogyakarta. Pusat Studi Ekonomi Islam (PSEI) Sekolah Tinggi Ilmu Syariah.

M. Chapra,Umer. 1997.Al-Qur’an Menuju Sistem Moneter yang Adil (terj), Yogyakarta. Dana Bhakti Prima Yasa.

(35)

HASIL DISKUSI

1. Rahma Amalia (2013115325) dari Kelompok 1 Pertanyaan :

Apakah inflasi termasuk fenomena moneter? Jelaskan! Jawab :

Ya, inflasi termasuk fenomena moneter, karena inflasi berakibat buruk pada perekonomian yang menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, distorsi harga, meruntuhkan efiensi dan investasi produktif serta menimbulkan ketidak-adilan juga ketegangan sosial.

2. Nia Rizkiana (2013116049) dari Kelompok 2 Pertanyaan :

Apakah ada dampak positif dari inflasi? Jawab :

Ada, beberapa dampak posiif dari terjadinya inflasi :

 Peredaran atau perputaran barang lebih cepat.

 Produksi barang-barang bertambah, karena keuntungan pengusaha bertambah.

 Kesempatan bekerja bertambah, karena terjadi tambahan investasi.

 Pendapatan nominal bertambah, tetapi nilai riilnya berkurang, karena kenaikan pendapatan rendah.

3. Jannatul Firda (2013116053) dari Kelompok 3 Pertanyaan :

(36)

Jawab :

Inflasi diimpor itu sendiri adalah inflasi yang disebabkan oleh terjadinya inflasi di luar negeri. Misalkan kenaikan harga bahan baku bagi industri di dalam negeri yang diimpor dari luar negeri, sehingga apabila harga bahan baku tersebut naik maka kenaikan harganya dapat menyebabkan kenaikan harga pula di dalam negeri.

4. Amalia (2013116060) dari Kelompok 4 Pertanyaan :

Apa yang dimaksud dengan stok uang dan bagaimana mekanismenya? Jawab :

Uang disini adalah sekumpulan aset yang dapat digunakan untuk melakukan transaksi. Dan stok uang dalam Islam memiliki perbedaan, yaitu uang dalam Islam adalah uang yang hanya berfungsi sebagai alat tukar, bukan suatu komoditas yang bisa diperjualbelikan dengan kelebihan, baik secara on the spot maupun bukan.

Dan mekanisme sebagai berikut :

a. Target pertumbuhan pada M dan M0

Secara berkala bank sentral harus menetapkan pertumbuhan penawaran uang (M) sesuai dengan sasaran ekonomi nasional, termasuk pertumbuhan ekonomi yang dapat dipertahankan dan stabillitas dalam nilai uang.

b. Public share of demand deposit

Dalam jumlah tertentu (kondisi normal) demand deposit bank-bank komersil maksimum sampai 25% harus diserahkan kepada pemerintah untuk mebiayai proyek-proyek yang secara sosial menguntungkan.

c. Statutory reserve requirement

(37)

5. Rofiatul Amaliyah (2013116349) dari Kelompok 5 Pertanyaan :

Jelaskan tentang turunnya marginal propensity to seve dan naiknya marginal propensity to consume!

Jawab :

 Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat (turunnya marginal propensity to save). Hal ini berakibat pada menurunnya dana pembiayaan yang akan di salurkan.

 Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama pembelanjaan untuk berang-barang non-primer dan barang-barang mewah (naiknya

marginal propensity to consume)

6. Rizky Kurnianingsih (2013116179) dari Kelompok 6 Pertanyaan :

Solusi apa yang dilakukan untuk mengatasi inflasi? Jawab :

Solusi mengatasi inflasi dalam Islam yaitu dengan menggunakan dua kebijakan, yaitu :

 Kebijakan Fiskal

a.Memaksimalkan penghimpunan zakat serta pengoptimalan pemanfaatan zakat. Pemaksimalan penghimpunan zakat dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam kegiatan yang bertujuan dalam menjamin stabilitas ekonomi. Hal ini ditempuh apabila diasumsikan suatu perekonomian dalam kondisi full employment, maka kenaikan permintaan agregat tidak akan menimbulkan kenaikan pada pendapatan riil nasional.

(38)

setiap masyarakat dituntut untuk menginvestasikan dana yang mereka miliki tersebut.

c.Menggunakan prinsip bagi hasil pada setiap transaksi atau segala jenis usaha dan meninggalkan bunga. Pada sistem bagi hasil segala pihak yang terlibat akan membagi keuntungan dan kerugian bersama sesuai proporsi modalnya masing-masing, dengan demikian segala bentuk transaksi baik itu sektor rumah tangga, swasta maupun pemerintah semua dapat menjalankan prinsip bagi hasil tanpa menggunakan bunga.

 Kebijakan Moneter

Pada zaman Rasulullah dan Khulafaur Rosyidin kebijakan moneter dilaksanakantanpa menggunakan instrumen bunga sama sekali. Dalam perekonomian kapitalis tingkat bunga seringkali berfluktuasi, yang sengaja hanya disimpanpun akan terus menerus berubah. Penghapusan bunga dan kewajiban membayar zakat sebesar 2.5% per tahun tidak hanya dapat meminimalisasi permintaan spekulatif akan uang maupun penyimpanan uang yang diakibatkan oleh tingkat bunga, melainkan juga memberikan stabilitas yang lebih tinggi terhadap permintaan uang. Preferensi likuiditas yang muncul dari motif spekulasi oleh karenanya tidak penting dalam perekonomian Islam. Variable yang harus diformulasikan dalam kerangka kebijakan moneter Islam adalah stok uang, bukan tingkat suku bunga bank. Dalam sistem ekonomi Islam, bank sentral harus mengarahkan kebijakan moneternya untuk membiayai pertumbuhan potensial dalam output jangka menengah dan jangka panjang demi mencapai harga yang stabil dan tujuan-tujuan sosio-ekonomi Islam.

7. Ratnasari (2013116216) dari Kelompok 7 Pertanyaan :

(39)

Yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi inflasi diimpor yaitu dengan menekan ataupun membatasi barang-barang yang dibeli atau diimpor dari luar negeri, sehingga kenaikan harga-harga yang terjadi di luar negeri tidak akan menyebabkan kenaikan harga-harga di dalam negeri.

8. Ira Ristia (2013116278) dari Kelompok 8 Pertanyaan :

Jelaskan macam-macam kebijakan moneter dalam Ekonomi Konvensional! Jawab :

Kebijakan Moneter ialah peraturan dan ketentuan yang dikluarkan oleh otoritas moneter (bank sentral) untuk mengendalikan jumlah uang beredar. Agar ekonomi tumbuh lebih cepat,bank sentral bisa memberikan lebih banyak kredit kepada sistem perbankan melalui operasi pasar terbuka,atau bank sentral menurunkan pesyaratan cadangan dari bank-bank atau menurunkan tingkat diskonto, yang harus dibayar oleh bank jika hendak meminjam dari bank sentral. Akan tetapi, apabila ekonomi tumbuh terlalu cepat dan inflasi menjadi masalah yang semakin besar, maka bank sentral dapat melakukan operasi pasar terbuka (open market operations), menarik uang dari sistem perbankan, menaikkan persyaratan cadangan minimum (reserve requirment), atau menaikkan tingkat diskonto (interest or discount rate), sehingga dengan demikian akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Instrumen kebijakan moneter lain berkisar dari kebijakan kredit selektif sampai moral suasion, suatau kebijakan yang sederhana, tetapi sering sangat efektif.

(40)

Dalam kondisi inflasi, pemerintah dapat pula menerapkan kebijakan uang ketat (right money policy) yang merupakan salah satu kebijakan ampuh untuk mengatasi terjadinya inflasi. Karena kebijakan ini mempengaruhi seluruh sektor perekonomian, dengan tindakan ini seluruh sektor ekonomi akan mengalami kemacetan dalam menjalankan aktivitasnya, namun tingkat inflasi pun dapat menurun tajam. Indonesia pernah menerapkan kebijakan ini pada akhir tahun 1990 dan hasilnya terlihat dimana menurunnya tingkat inflasi pada tahun 1992.

9. Putri Kurnia (2013116084) dari Kelompok 9 Pertanyaan :

Bagaimana inflasi dapat memberikan penerimaan terhadap pemerintah? Jawab :

Melalui pajak lah pemerintah dapat menerima pendapatan dari terjadinya inflasi, dimana pajak merupakan salah satu kebijakan fiskal dalam ekonomi konvensional dalam mengatasi inflasi.

10. Asya Azizah (2013116289) dari Kelompok 10 Pertanyaan :

Jelaskan dampak-dampak buruk inflasi dalam perekonomian Islam! Jawab :

 Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang,terutama terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit penghitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan aset keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga telah mengakibatkan terjadinya inflasi kembali, atau dengan kata lain”self feeding inflation”

(41)

 Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama pembelanjaan untuk berang-barang non-primer dan barang-barang mewah (naiknya

marginal propensity to consume).

 Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu

penumpukan kekayaan (hoarding) seperti pada aset property yaitu tanah dan bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah produktif seperti pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya.

11. Umi Salamah (2013116332) dari Kelompok 11 Pertanyaan :

Menurut kelompok Anda, lebih efektif mana antara kebijakan ekonomi konvensional dan Islam dalam mengatasi inflasi?

Jawab :

Referensi

Dokumen terkait

pemeliharaan SDM. Termasuk dalam hal ini adalah merencanakan karir bagi para karyawan. 2) Fungsi pengorganisasian, yaitu menyusun suatu organisasi dengan

Praktikan yang terkena sanksi gugur modul wajib mengganti praktikum pada hari lain dengan nilai modul tetap 0. Waktu pengganti

Kemenarikan dalam penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran yang digunakan dengan menggunakan LKS berbasis scientific approach dalam pembelajaran IPA kelas

ANALISIS KUALITAS PRODUK DAN LABEL HALAL PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN KOSMETIK WARDAH (Study Kasus Mahasiswa UIN Walisongo Semarang periode 2016).. Terimakasih atas partisipasi anda

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,.. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

resminya dalam menyikapi konflik LTS, yakni Indonesia menegaskan akan tetap pada posisi sebagai penengah negara-negara yang berkonflik atau bersengketa atas kawasan itu.Indonesia

penelitian mengungkapkan bahwa kesemua dimensi ini sangat mempengaruhi nasabah untuk memilih atau memutuskan menggunakan jasa keuangan bank syariah karena melalui

Karakteristik Pembelajaran CTL adalah : kerjasama, saling menunjang, menyenangkan, idak membosankan, belajar dnegan bergairah, pembelajaran terintegrasi,