ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MENPENGARUHI
PERMINTAAN KOMPOS DARI TANDAN KOSONG KELAPA
SAWIT OLEH PERUSAHAAN PERKEBUNAN SAWIT DI
KABUPATEN ACEH TAMIANG
TESIS
Oleh :
Julaina
107039006/MAG
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MENPENGARUHI
PERMINTAAN KOMPOS DARI TANDAN KOSONG KELAPA
SAWIT OLEH PERUSAHAAN PERKEBUNAN SAWIT DI
KABUPATEN ACEH TAMIANG
TESIS
Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar
Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Oleh :
Julaina
107039006/MAG
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul
:Analisis Faktor -Faktor yang Penpengaruhi
Permintaan Kompos dari Tandan Kosong
Kelapa Sawit oleh Perusahaan Perkebunan
Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang
Nama
: Julaina
NIM
: 107039006
Program Studi : Magister Agribisnis
Menyetujui
Komisi Pembimbing,
(
Ir. Diana Chalil, MSi, Ph.D) (Dr.Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec)
Ketua
Anggota
Ketua Program Studi, Dekan,
Telah diuji dan dinyatakan
LULUS
di
depan tim penguji pada selasa,
20 Mei 2014
Panitia Penguji
Ketua
:
Ir. Diana chalil, MSi, Ph.D
Anggota : 1. Dr.Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec
2.
Dr. Ir. Tavi Supriana, MS
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :
ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MENPENGARUHI
PERMINTAAN KOMPOS DARI TANDAN KOSONG KELAPA
SAWIT OLEH PERUSAHAAN PERKEBUNAN SAWIT DI
KABUPATEN ACEH TAMIANG
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber – sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, 20 Mei 2014 Yang membuat pernyataan,
Julaina
Dipersembahkan kepada :
ABSTRAK
JULAINA. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kompos dari Tandan Kosong Kelapa Sawit oleh Perusahan Perkebunan Sawit di
Kabupaten Aceh Tamiang (Di bawah bimbingan Ir. DIANA CHALIL, MSi, PhD sebagai ketua dan Dr. Ir. SATIA NEGARA LUBIS, M.Ec sebagai anggota).
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2013. Produksi pupuk anorganik dan organik oleh industri pupuk yang ada di Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan pupuk perusahaan kelapa sawit. Salah satu alternatif yang diambil perusahaan perkebunan kelapa sawit adalah dengan memanfaatkan limbah padat dari hasil pengolahan buah sawit yaitu tandan kosong kelapa sawit untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. TKKS merupakan salah satu jenis limbah padat yang paling banyak dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit yaitu sekitar 22 – 23% dari total tandan buah segar (TBS) yang diolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit oleh perusahan perkebunan kelapa sawit dan menganalisis pengaruh harga kompos TKKS, harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS, dan luas lahan aplikasi terhadap jumlah permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit oleh perusahaan perkebunan sawit di Kabupataten Aceh Tamiang. Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data bulanan dari tahun 2002-2012, dan data lainnya yang mendukung penelitian ini. Metode analisis yang digunakan adalah dengan pendekatan model regresi berganda.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara serempak faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan kompos TKKS oleh perusahan perkebunan sawit di Kabupaten Aceh Tamiang adalah harga kompos TKKS, harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS dan luas lahan aplikasi. Secara parsial perubahan harga kompos TKKS dan luas lahan aplikasi berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan kompos TKKS. Sedangkan perubahan harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS dan harga TBS secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan kompos TKKS oleh perusahan perkebunan sawit di Kabupaten Aceh Tamiang. Permintaan pupuk kompos TKKS oleh seluruh perusahan perkebunan sawit di Kabupaten Aceh Tamiang adalah sebesar 412.211.132 Kg/tahun. Permintaan kompos TKKS tiap tahunnya berfluktuasi dan cendrung semakin meningkat. Pada tahun 2002 rata- rata permintaan kompos TKKS adalah sebesar 3.146.410 Kg sedangkan pada tahun 2012 permintaan TKKS sudah mencapai 5.071.489 Kg. Dengan kata lain terjadi peningkatan permintaan kompos TKKS sebesara 61,18% dalam kurun waktu sebelas tahun.
ABSTRACT
JULAINA. Factor Analysis – The factors affecting the demands of compost made of empty bunch palm fruit in the palm plantation company in District Aceh Tamiang (under supervisor Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D as first advisor and Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec as second advisor)
This research was conducted in 2013. The production of organic and inorganic fertilizers in Indonesia does not fulfill the need of fertilizers in palm plantations. An alternative established by palm plantation company is by utilizing solid compost heap from palm fruit processing; the empty bunches of palm processing. TKKS (empty bunches of palm fruits) is one of solid waste produced a lot by palm company, about 22-23% of total amount of fresh bunches (TBS) which are processed. The goals of this research are to find out the compost demands TKKS compost in palm plantation company. Also, we want to analyze the effects of TKKS compost’s prize, organic fertilizer prize, the amount
production of TBS and the area of applied land to the demand of TKKS compost in palm plantation company in District Aceh Tamiang. The data which are used are secondary data; monthly data from 2002 until 2012 and the other data supporting this research. The method which is used is multivariable regression.
The results of analysis shows that the factor simultaneously affecting the demand of TKKS compost in palm plantation companies in Aceh Tamiang are the prize of TKKS compost, the prize of organic fertilizers, the amount production of TBS and the area of applied land. Partially, the prize of TKKS compost, the amount of TBS production and the area of applied land significantly affect the compost TKKS demand. Whereas, the prize of inorganic fertilizer does not significantly affect TKKS compost demand in palm plantation company in District Aceh Tamiang. The demand of TKKS compost fertilizer in all palm plantation company in Aceh Tamiang is 412.211.132 Kg/ha/year. There is a fluctuation in the demand of TKKS compost in every year and it tends to increase. In 2002, the average of TKKS compost demand is 3.146.410 kg, and in 2012 the demand is 5. 017. 489. In other words, there is an increase of 61,18 % in compost demanding within 11 years.
RIWAYAT HIDUP
JULAINA, , lahir di Lancok ulim, Kecamatan Pandrah, Kabupaten Bireun
pada tanggal 16 Prebruari 1974 dari Bapak Muhammad Jacoeb Ibrahim dan
Ibu Nur Ibadah. Penulis merupakan anak ke tiga dari lima bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1980 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri Pandrah Kandeh, Kabupaten
Bireun, Provinsi NAD, tamat tahun 1986.
2. Tahun 1986 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 1
Pandrah Kandeh, Kabupaten Bireun, Provinsi NAD, tamat tahun 1989.
3. Tahun 1989 masuk Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri Jeunieb ,
Kabupaten Bireun, Provinsi NAD, tamat tahun 1992.
4. Tahun 1992 diterima di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, tamat
tahun 1997.
5. Tahun 2010 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister Agribisnis
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini
dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Ir. Diana Chalil, MSi, PhD selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Bapak Dr.
Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
membantu penulis dalam penyusunan tesis ini.
Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua
dan seluruh keluarga yang telah mendorong dan memotivasi penulis untuk
menyelesaikan tesis ini. Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada seluruh estate meneger Perkebunan Kelapa sawit ,PKS, Kaour produksi,
diperusahaan perkebunan aceh tamiang, pegawai Dinas BPS ,Kehutanan dan
Perkebunana Propinsi NAD dan Kabupaten Aceh Tamiang dan kantor devisi serta
unit pengolahan Kompos dari TKKS, yang telah memberikan segala informasi
yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, Mei 2014
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Kegunaan Penelitian ... 5
II. TINJUAN PUSTAKA ... 6
2.1.Landasan Teori... 9
2.1.1. Teori Permintaan ... 9
2.1.2. Elastisitas Permintaan ... 11
2.2.Penelitian Terdahulu ... 12
2.3.Kerangka Pemikiran... 13
2.4.Hipotesis Penelitian ... 16
III. METODE PENELITIAN ... 17
3.1. Metode Pemilihan Lokasi ... 17
3.2. Metode Pengambilan Sampel ... 20
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 22
3.4. Metode Analisis Data ... 23
3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 27
3.5.1. Defenisi ... 27
3.5.2. Batasan Operasional... 29
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ………. 30
4.1. Luas dan Letak Geografis ... 30
4.2. Keadaan Penduduk ... 30
4.3. Pendapatan Domestik Regional Bruto ... 31
4.4. Penggunaan Lahan ... 33
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ………..……… 36
5.1. Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit yang Digunakan Perusahaan ………..……….... 36
5.2. Permintaan Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit oleh Perusahaan Perkebuan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang…………... 39
5.3. Hasil Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Permintaan Kompos dari Tandan Kosong Kelapa Sawit ... 43
5.3.1.Uji Asumsi Klasik……….………. 43
5.3.1.1. Normalitas...…... ... 44
5.3.1.2. Multikolonieritas ... .... 45
5.3.1.3. Autokorelasi... ... 45
5.3.1.4. Heteroskedastisitas... .... 46
5.3.2.Hasil Uji Hipotesis... .. 47
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan...53
6.2. Saran... 54
DAFTAR PUSTAKA... 55
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
1. Jumlah Produsen Pupuk Organik Indonesia ... 2
2. Luas Lahan Pertanian di Indonesia ... 3
3. Sentra Perkebunan Sawit di Provinsi Aceh. ... 17
4. Perkebunan Rakyat dan Perkebunan Besar Kelapa Sawit di Provinsi Aceh ... 19
5. Jumlah Perusahaan Kelapa Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang ... 20
6. Jumlah Populasi ... 22
7. Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin ... 31
8. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2012 ... 32
9. Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaannya di Kecamatan Aceh Tamiang... 33
10.Sarana dan Prasarana Kabupaten Aceh Tamiang ... 34
11.Permintaan Kompos TKKS oleh Perusahaan Perkebunan Sawit Kabupaten Aceh Tamiang Per Tahun ... 39
12.Hasil Uji One – Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 44
13.Collinearity Statistics ... 45
14.Durbin-Watson . ... 45
15.Uji Park . ... 47
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
1. Kurva Permintaan... 2
2. Skema Kerangka Konsep Penelitian ... 3
3. Pupuk Kompos dari TKKS Hasil Pengolahan TBS. ... 17
4. Pupuk Kompos TKKS yang Sudah Dipress ... 19
5. Pupuk Kompos TKKS yang Sudah Dipress dan Telah Disiram Limbah Cair dan Penambahan Bakteri ... 20
6. Permintaan Kompos Per Tahun Per Bulan ... 22
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Hal
1. Permintaan Kompos TKKS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan
Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2002 . ... 56
2. Permintaan Kompos TKKS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan
Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2003 ... 56
3. Permintaan Kompos TKKS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan
Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2004 . ... 57
4. Permintaan Kompos TKKS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan
Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2005 . ... 57
5. Permintaan Kompos TKKS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan
Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2006 ... 58
6. Permintaan Kompos TKKS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan
Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2007 ... 58
7. Permintaan Kompos TKKS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan
Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2008 ... 59
8. Permintaan Kompos TKKS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan
Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2009 ... 59
9. Permintaan Kompos TKKS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan
Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 ... 60
10.Permintaan Kompos TKKS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan
Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2011 ... 60
11.Permintaan Kompos TKKS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan
Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012 ... 61
12.Harga Kompos TKKS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2002 ... 61
13.Harga Kompos TKKS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2003 ... 62
14.Harga Kompos TKKS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
15.Harga Kompos TKKS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2005 ... 63
16.Harga Kompos TKKS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2006 ... 63
17.Harga Kompos TKKS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2007 ... 64
18.Harga Kompos TKKS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2008 ... 64
19.Harga Kompos TKKS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2009 ... 65
20.Harga Kompos TKKS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 ... 65
21.Harga Kompos TKKS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2011 ... 66
22.Harga Kompos TKKS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012 ... 66
23.Harga Pupuk Anorganik (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2002 ... 67
24.Harga Pupuk Anorganik (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2003 ... 67
25.Harga Pupuk Anorganik (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2004 ... 68
26.Harga Pupuk Anorganik (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2005 ... 68
27.Harga Pupuk Anorganik (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2006 ... 69
28.Harga Pupuk Anorganik (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2007 ... 69
29.Harga Pupuk Anorganik (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2008 ... 70
30.Harga Pupuk Anorganik (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
31.Harga Pupuk Anorganik (Rp) oleh Perusahaan PerkebunanSawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 ... 71
32.Harga Pupuk Anorganik (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2011 ... 71
33.Harga Pupuk Anorganik (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012 ... 72
34.Jumlah Produksi TBS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2002 ... 72
35.Jumlah Produksi TBS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2003 ... 73
36.Jumlah Produksi TBS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2004 ... 73
37.Jumlah Produksi TBS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2005 ... 74
38.Jumlah Produksi TBS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2006 ... 74
39.Jumlah Produksi TBS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2007 ... 75
40.Jumlah Produksi TBS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2008 ... 75
41.Jumlah Produksi TBS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2009 ... 76
42.Jumlah Produksi TBS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 ... 76
43.Jumlah Produksi TBS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2011 ... 77
44.Jumlah Produksi TBS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012 ... 77
45.Harga TBS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit di Kabupaten
Aceh Tamiang Tahun 2002 ... 78
46.Harga TBS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit di Kabupaten
47.Harga TBS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit di Kabupaten
Aceh Tamiang Tahun 2004 ... 79
48.Harga TBS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit di Kabupaten
ceh Tamiang Tahun 2005 ... 79
49.Harga TBS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit di Kabupaten
Aceh Tamiang Tahun 2006 ... 80
50.Harga TBS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit di Kabupaten
Aceh Tamiang Tahun 2007 ... 80
51.Harga TBS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit di Kabupaten
Aceh Tamiang Tahun 2008 ... 81
52.Harga TBS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit di Kabupaten
Aceh Tamiang Tahun 2009 ... 81
53.Harga TBS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit di Kabupaten
Aceh Tamiang Tahun 2010 ... 82
54.Harga TBS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit di Kabupaten
Aceh Tamiang Tahun 2011 ... 82 55.Harga TBS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit di Kabupaten
Aceh Tamiang Tahun 2012 ... 83
56.Luas Lahan Aplikas Kompos TKKS (Ha) oleh Perusahaan
Perkebunan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2002 ... 83
57.Luas Lahan Aplikas Kompos TKKS (Ha) oleh Perusahaan
Perkebunan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2003 ... 84
58.Luas Lahan Aplikas Kompos TKKS (Ha) oleh Perusahaan
Perkebunan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2004 ... 84
59.Luas Lahan Aplikas Kompos TKKS (Ha) oleh Perusahaan
Perkebunan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2005 ... 85
60.Luas Lahan Aplikas Kompos TKKS (Ha) oleh Perusahaan
Perkebunan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2006 ... 85
61.Luas Lahan Aplikas Kompos TKKS (Ha) oleh Perusahaan
Perkebunan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2007 ... 86
62.Luas Lahan Aplikas Kompos TKKS (Ha) oleh Perusahaan
63.Luas Lahan Aplikas Kompos TKKS (Ha) oleh Perusahaan
Perkebunan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2009 ... 87
64.Luas Lahan Aplikas Kompos TKKS (Ha) oleh Perusahaan
Perkebunan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 ... 87
65.Luas Lahan Aplikas Kompos TKKS (Ha) oleh Perusahaan
Perkebunan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2011 ... 88
66.Luas Lahan Aplikas Kompos TKKS (Ha) oleh Perusahaan
Perkebunan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012 ... 88
67.Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kompos TKKS
oleh Perusahan Perkebunan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang ... 89
68.Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 95
ABSTRAK
JULAINA. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kompos dari Tandan Kosong Kelapa Sawit oleh Perusahan Perkebunan Sawit di
Kabupaten Aceh Tamiang (Di bawah bimbingan Ir. DIANA CHALIL, MSi, PhD sebagai ketua dan Dr. Ir. SATIA NEGARA LUBIS, M.Ec sebagai anggota).
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2013. Produksi pupuk anorganik dan organik oleh industri pupuk yang ada di Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan pupuk perusahaan kelapa sawit. Salah satu alternatif yang diambil perusahaan perkebunan kelapa sawit adalah dengan memanfaatkan limbah padat dari hasil pengolahan buah sawit yaitu tandan kosong kelapa sawit untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. TKKS merupakan salah satu jenis limbah padat yang paling banyak dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit yaitu sekitar 22 – 23% dari total tandan buah segar (TBS) yang diolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit oleh perusahan perkebunan kelapa sawit dan menganalisis pengaruh harga kompos TKKS, harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS, dan luas lahan aplikasi terhadap jumlah permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit oleh perusahaan perkebunan sawit di Kabupataten Aceh Tamiang. Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data bulanan dari tahun 2002-2012, dan data lainnya yang mendukung penelitian ini. Metode analisis yang digunakan adalah dengan pendekatan model regresi berganda.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara serempak faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan kompos TKKS oleh perusahan perkebunan sawit di Kabupaten Aceh Tamiang adalah harga kompos TKKS, harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS dan luas lahan aplikasi. Secara parsial perubahan harga kompos TKKS dan luas lahan aplikasi berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan kompos TKKS. Sedangkan perubahan harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS dan harga TBS secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan kompos TKKS oleh perusahan perkebunan sawit di Kabupaten Aceh Tamiang. Permintaan pupuk kompos TKKS oleh seluruh perusahan perkebunan sawit di Kabupaten Aceh Tamiang adalah sebesar 412.211.132 Kg/tahun. Permintaan kompos TKKS tiap tahunnya berfluktuasi dan cendrung semakin meningkat. Pada tahun 2002 rata- rata permintaan kompos TKKS adalah sebesar 3.146.410 Kg sedangkan pada tahun 2012 permintaan TKKS sudah mencapai 5.071.489 Kg. Dengan kata lain terjadi peningkatan permintaan kompos TKKS sebesara 61,18% dalam kurun waktu sebelas tahun.
ABSTRACT
JULAINA. Factor Analysis – The factors affecting the demands of compost made of empty bunch palm fruit in the palm plantation company in District Aceh Tamiang (under supervisor Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D as first advisor and Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec as second advisor)
This research was conducted in 2013. The production of organic and inorganic fertilizers in Indonesia does not fulfill the need of fertilizers in palm plantations. An alternative established by palm plantation company is by utilizing solid compost heap from palm fruit processing; the empty bunches of palm processing. TKKS (empty bunches of palm fruits) is one of solid waste produced a lot by palm company, about 22-23% of total amount of fresh bunches (TBS) which are processed. The goals of this research are to find out the compost demands TKKS compost in palm plantation company. Also, we want to analyze the effects of TKKS compost’s prize, organic fertilizer prize, the amount
production of TBS and the area of applied land to the demand of TKKS compost in palm plantation company in District Aceh Tamiang. The data which are used are secondary data; monthly data from 2002 until 2012 and the other data supporting this research. The method which is used is multivariable regression.
The results of analysis shows that the factor simultaneously affecting the demand of TKKS compost in palm plantation companies in Aceh Tamiang are the prize of TKKS compost, the prize of organic fertilizers, the amount production of TBS and the area of applied land. Partially, the prize of TKKS compost, the amount of TBS production and the area of applied land significantly affect the compost TKKS demand. Whereas, the prize of inorganic fertilizer does not significantly affect TKKS compost demand in palm plantation company in District Aceh Tamiang. The demand of TKKS compost fertilizer in all palm plantation company in Aceh Tamiang is 412.211.132 Kg/ha/year. There is a fluctuation in the demand of TKKS compost in every year and it tends to increase. In 2002, the average of TKKS compost demand is 3.146.410 kg, and in 2012 the demand is 5. 017. 489. In other words, there is an increase of 61,18 % in compost demanding within 11 years.
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Indonesia kini memiliki 8,9 juta hektar perkebunan kelapa sawit, dari luas
tanaman tersebut rakyat memiliki 3,7 juta hektar, BUMN 616.575 hektar dan
perkebunan swasta sebesar 4,5 juta hektar. Sedangkan kebutuhan pupuk untuk
perkebunan kelapa sawit adalah rata – rata sebesar 750 kg/ha/tahun. Berarti
Indonesia membutuhkan pupuk sebesar 6,7 juta ton/tahun untuk memenuhi
kebutuhan perkebunan kelapa sawit (Departemen Pertanian RI, 2008).
Sedangkan data agro Indonesia menunjukkan kapasitas industri pupuk
nasional mencapai 8,0 juta ton. Namun realisasi produksi hanya 5,9 juta ton.
Tidak terpenuhinya kapasitas produksi tersebut karena industri pupuk kesulitan
mendapatkan pasokan gas (Agroindonesia, 2009).
Pemakaian pupuk kimia seperti urea, KCL, TSP dan ZA secara terus
menerus juga mengakibatkan menurunnya kandungan bahan organik dalam tanah.
Data yang pernah dilaporkan bahwa tanah di pulau jawa umumnya mengandung
bahan organik di bawah 2%. Sementara dari pusat penelitian tanah dan
agroklimatologi menunjukan 95% lahan pertanian di Indonesia mengandung
bahan organik kurang dari 1%. Pada hal batas minimum kandungan bahan organik
yang dianggap layak untuk lahan pertanian antara 4% - 5% (Musnamar, 2003).
Kebutuhan pupuk organik yang sangat besar untuk memperbaiki
kerusakan lahan pertanian di Indonesia tidak seimbang dengan jumlah industri
pupuk organik yang berkembang di Indonesia. Hal ini disebabkan pupuk organik
industry) sehingga jumlah produksi yang dihasilkan relatif kecil dan tidak
berkelanjutan (Harian Pikiran Rakyat, 2009).
Untuk mengetahui jumlah produsen pupuk organik yang beroperasi di
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1 yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Jumlah Produsen Pupuk Organik Indonesia
Produsen organik Jumlah
Perusahaan
Total produksi (Ton/Tahun)
Industri pupuk organik 44 440.000
PT. Pupuk (BUMN) 5 370.000
Total 49 810.000
Sumber: Harian Pikiran Rakyat, 2009
Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa jumlah total
produsen pupuk organik di Indonesia sebanyak 49 perusahaan. Industri pupuk
organik yang dikelola pihak swasta atau home industry sebanyak 44 perusahaan
dengan total produksi sebesar 440.000 ton/tahun dan industri pupuk yang
dikelola BUMN sebanyak 5 perusahaan antara lain PT. Pupuk Sriwijaya, PT
pupuk Kujang Cikampak, PT Pupuk Petrokimia Gersik, PT Pupuk Kalimantan
Timur dan PT Pupuk Iskandar Muda dengan total produksi sebesar 370.000
ton/tahun.
Bila dibandingkan dengan luas tanam yang ada di Indonesia maka
produksi pupuk organik tidak akan mampu memenuhi kebutuhan pupuk organik
Tabel 2. Luas Lahan Pertanian di Indonesia
Produsen organik Jumlah
(Ha)
Tanaman Pangan 12.900.000
Perkebunan
Ladang/Huma
11.800.000
5.300.000
Total 30.000.000
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, (2009)
Luas tanaman pangan di Indonesia sebesar 12,9 juta Ha dan luas
perkebunan yang ada di Indonesia sebesar 11,8 juta Ha sedangkan luas
ladang/huma sebesar 5,3 juta Ha. Jadi total luas lahan pertanian yang ada di
Indonesia sebesar 30 juta Ha.
Dari kedua tabel tersebut dapat kita lihat bahwa dengan produksi pupuk
organik sebesar 810.000 ton/ha tidak akan mampu memenuhi kebutuhan pupuk
organik di Indonesia yang luas lahan pertaniannya mencapai 30 juta Ha dimana
kebutuhan pupuk organik rata – rata 2 ton per hektar per tahun.
Produksi pupuk anorganik dan organik oleh industri pupuk yang ada di
Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan pupuk perusahaan kelapa sawit.
Sehingga salah satu alternatif yang diambil perusahaan perkebunan kelapa sawit
adalah dengan memanfaatkan limbah padat dari hasil pengolahan buah sawit yaitu
tandan kosong kelapa sawit untuk memenuhi kebutuhan tersebut. TKKS
merupakan salah satu jenis limbah padat yang paling banyak dihasilkan oleh
pabrik kelapa sawit adalah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yaitu sekitar 22 –
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik
ingin meneliti berapa besar permintaan kompos tandan kosong kelapa sawit dan
bagaimana pengaruh harga kompos tandan kosong kelapa sawit, harga pupuk
anorganik, jumlah produksi TBS, harga TBS serta luas lahan terhadap permintaan
kompos dari tandan kosong kelapa sawit.
1.2.Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah
1. Berapa besar permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit oleh
perkebunan kelapa sawit di daerah penelitian ?
2. Bagaimana pengaruh harga kompos dari tandan kosong kelapa sawit, harga
pupuk anorganik, jumlah produksi TBS, harga TBS dan luas lahan terhadap
jumlah permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit.
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini antara lain :
1. Untuk mengetahui permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit oleh
perusahan perkebunan kelapa sawit di daerah penelitian
2. Untuk mengetahui pengaruh harga kompos dari tandan kosong kelapa sawit,
harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS, Harga TBS dan luas lahan
terhadap jumlah permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit oleh
1.4. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi bagi perusahaan perkebunan sawit /pekebun sawit
dalam memilih pupuk yang akan digunakan.
2. Sebagai bahan informasi bagi produsen kompos dari tandan kosong kelapa
sawit sehingga dapat merencanakan supply kompos tandan kosong kelapa
sawit secara tepat.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian lainnya yang
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri
dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui
proses rekayasa. Bentuknya dapat berupa padat atau cair yang digunakan untuk
mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
(Sudirja, 2007).
Kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik. Pupuk tersebut adalah
hasil dekomposisi parsial, dipercepat secara artifisial dari campuran bahan-bahan
organik oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang
hangat, lembab, dan aerobik. Manfaat dari kompos dapat ditinjau dari berbagai
aspek, terdiri dari :
1. Aspek ekonomi, yaitu :
• Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
• Mengurangi volume/ukuran limbah
• Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
2. Aspek lingkungan, yaitu :
• Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
• Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
3. Aspek bagi tanah dan tanaman, yaitu :
• Meningkatkan kesuburan tanah
• Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
• Meningkatkan kapasitas serap air tanah
• Meningkatkan kualitas hasil panen
• Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
• Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
• Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
(Darnoko et al, 2006).
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan salah satu jenis limbah
padat yang dihasilkan dalam industri minyak sawit. Jumlah TKKS ini cukup besar
karena hampir sama dengan jumlah produksi minyak sawit mentah. Limbah
tersebut belum banyak dimanfaatkan secara optimal. Komponen terbesar dari
TKKS adalah selulosa (40-60 %), disamping komponen lain yang jumlahnya
lebih kecil seperti hemiselulosa (20-30 %), dan lignin (15-30 %). Salah satu
alternatif pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit adalah sebagai pupuk organik
dengan melakukan pengomposan (Fauzi et al, 2012).
Tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk
organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan
tanaman. Tandan kosong kelapa sawit mencapai 23 % dari jumlah pemanfaatan
limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif pupuk organik juga akan memberi
manfaat lain dari sisi ekonomi. Keunggulan kompos TKKS meliputi kandungan
kalium yang tinggi, tanpa penambahan strater dan bahan Kimia, memperkaya
unsur hara yang ada di dalam tanah, dan mampu memperbaiki sifat fisik, kimia
dan biologi. Selain itu kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang
menguntungkan antara lain:
2. Membantu kelarutan unsur – unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan
tanaman.
3. Bersifat homogen dan mengurangi resiko sebagai pembawa hama penyakit
tanaman.
4. Merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam
tanah
5. Dapat di aplikasikan dalam sembarang musim
Kompos tandan kosong kelapa sawit dapat digunakan untuk subtitusi
pupuk anorganik yang langka dan harganya mahal dipasaran. Tingginya harga dan
kelangkaan pupuk anorganik membuat perusahaan perkebunan kelapa sawit
mengurangi aplikasi pemupukan dan penggunaan pupuk kimia / anorganik dalam
jangka panjang telah mengurangi kadar organik dalam tanah sehingga
menyebabkan tanah menjadi berkurang kesuburannya. Perlu dilakukan perbaikan
lahan dengan menggunakan kompos janjang kelapa sawit sebagai substitusi pupuk
anorganik (pupuk kimia) yang dapat meningkatkan bahan organik dalam tanah
serta ramah lingkungan (Wardani, 2012).
Aplikasi 21/kg sampai dengan 60/ kg kompos janjang kelapa sawit dapat
meningkatkan hasil sawit berturut-turut hingga 24% dan 45% terhadap perlakuan
tanpa pupuk organik, sedangkan aplikasi pupuk kandang hanya dapat
meningkatkan hasil sebesar 7% terhadap perlakuan tiada pupuk organik
(Darnoko, 2006).
Biaya pemupukan dengan substitusi kompos TKKS dihitung sejak
investasi pabrik dan biaya operasional menghasilkan kompos serta biaya – biaya
tergantikan, biaya handling cost serta biaya tenaga kerja pemupukan.
Pengumpulan data sekunder meliputi produksi pupuk organik dan anorganik,
aspek bahan baku, biaya tetap dan biaya tidak tetap untuk memproduksi bahan
baku, biaya tetap dan biaya tidak tetap untuk memproduksi pupuk organik, biaya
mesin – mesin serta peralatan dan lain – lain. Bahwa skala produksi harus di
hitung berdasarkan kebutuhan penggunaan substitusi pupuk anorganik, maka
lebih dulu harus diketahui volume kebutuhannya (Setyorini, 2005).
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Permintaan
Permintaan konsumen didefinisikan sebagai kuantitas suatu barang tertentu
dimana seorang konsumen ingin dan mampu membelinya pada berbagai tingkat
harga, ceteris paribus. Hubungan permintaan tersebut hanya menunjukkan
hubungan secara teoritis antara harga dan kuantitas yang dibelinya per unit waktu,
ceteris paribus. Harga dan kuantitas berbanding terbalik, oleh karena itu kurva
permintaan berslope negatif. Hubungan terbalik ini kadang-kadang disebut hukum
permintaan (Sukirno, 2003).
Hukum permintaan menyatakan makin rendah harga suatu barang maka
makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi
harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut.
Sifat hubungan seperti itu disebabkan karena kenaikan harga menyebabkan para
pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti terhadap
barang yang mengalami kenaikan harga. Suatu barang dinamakan barang
pengganti kepada barang lain apabila ia dapat menggantikan fungsi barang lain
Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah
permintaan dan harga. Berdasarkan ciri hubungan antara permintaan dan harga
dapat dibuat grafik permintaan. Hubungan permintaan digambarkan pada
Gambar 1. Kuantitas adalah fungsi harga, tetapi harga secara konvensional
diletakkan pada sumbu vertikal dan kuantitas pada sumbu horisontal dari diagram
fungsi permintaan (dan penawaran).
Permintaan seseorang atau suatu masyarakat kepada suatu barang
ditentukan oleh banyak faktor. Faktor - faktor tersebut antara lain :
1. Harga barang itu sendiri.
2. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut.
3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata – rata masyarakat.
4. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat
5. Cita rasa masyarakat.
6. Jumlah penduduk.
7. Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang.
Pendapatan para pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan corak permintaan terhadap berbagai barang. Perubahan pendapatan D (demand= permintaan) Harga
(Rp)
[image:31.595.180.517.267.406.2]Kuantitas/Waktu
selalu menimbulkan perubahan terhadap permintaan berbagai jenis barang
(Sukirno, 2003).
Fungsi permintaan adalah permintaan yang dinyatakan dalam hubungan
matematis dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan fungsi
permintaan, maka kita dapat mengetahui hubungan antara variabel tidak bebas
(dependent variable) dan variabel-variabel bebas (independent variables).
Penjelasan dapat ditulis dalam bentuk persamaan matematis yang menjelaskan
hubungan antara tingkat permintaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan.
Dx = f(Px, Py, I)
Dimana :
Dx = Jumlah barang X yang diminta
Px = Harga barang X
Py = Harga barang Y
I = Pendapatan
(Rahardja dan Manurung, 2004).
2.1.2 Elastisitas Permintaan
Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit yang
dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang mempengaruhi (ceteris
paribus). Setidaknya ada tiga faktor penting yang mempengaruhi permintaan
terhadap suatu barang, yaitu harga barang itu sendiri, harga barang lain, dan
pendapatan. Elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang itu sendiri disebut
dengan harga barang lain disebut elastisitas silang (cross elasticity), dan bila
dikaitan dengan pendapatan disebut elastisitas pendapatan (income elasticity).
(Rahardja dan Manurung, 2004).
2.2. Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan
beberapa hasil penelitian terdahulu oleh peneliti yang pernah penulis baca
diantaranya:
Penelitian yang dilakukan oleh Roni Eka Putra (2007), berjudul analisis
faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan pupuk urea dan SP-36 di
Indonesia dengan menggunakan metode analisis regresi berganda, menyimpulkan
bahwa hasil analisis diketahui faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap
permintaan pupuk Urea yaitu; harga pupuk Urea, harga pupuk SP-36, harga
gabah, dan jumlah produksi padi dimana variabel-variabel ini mempunyai nilai
P-value yang lebih kecil dari taraf nyata 10 persen. Variabel luas lahan mempunyai
pengaruh signifikan terhadap permintaan pupuk Urea. Dan pada model
permintaan SP-36 dipengaruhi oleh tingkat harga pupuk Urea, harga pupuk SP-36,
harga gabah, dan jumlah produksi padi, sedangkan variabel luas lahan tidak
berpengaruh nyata pada selang kepercayaan yang digunakan.
Ishartanto (1996) dalam tesisnya yang berjudul analisis kelayakan
pendirian industri kompos tandan kosong kelapa sawit (TKKS) untuk
mensubstitusi penggunaan pupuk anorganik pada PT. Pecconina Baru di Sumatera
Selatan.Hasilnya: Pupuk organik mampu mensubsitusikan pupuk anorganik.
Eko Noviandi Ginting, dkk (2011) dalam jurnalnya yang berjudul
sawit di Ultisol. substitusi pupuk MoP dengan tandan kosong kelapa sawit
bertujuan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap sifat kimia tanah, kandungan
hara daun, indeks luas daun dan produksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa
aplikasi tandan kosong kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap sifat kimia tanah.
Aplikasi TKKS setara 25% dosis pupuk MoP standar kebun atau dapat
mensubstitusi pupuk MoP hingga 25% hingga peningkatan produksi
mencapai 11,7%.
2.3. Kerangka Pemikiran
Permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit adalah jumlah
kompos tandan kosong kelapa sawit yang diminta oleh perusahaan dan terjadi
transaksi pada berbagai tingkatan harga selama periode waktu tertentu. Kompos
janjang kelapa sawit akan mengembalikan kesuburan tanah. Tanah keras akan
menjadi lebih gembur, tanah miskin akan menjadi subur, tanah masam akan
menjadi lebih netral. Tanaman yang diberi kompos janjang kelapa sawit tumbuh
lebih subur dan kualitas panennya lebih baik daripada tanaman tanpa kompos.
Permintaan kompos tandan kosong kelapa sawit dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain harga pupuk anorganik, harga kompos tandan kosong
kelapa sawit itu sendiri, produksi TBS, harga TBS dan luas lahan aplikasi
pemupukan. Permintaan kompos janjang kelapa sawit diharapkan semakin
meningkat seiring dengan maraknya pertanian organik karena harga pupuk
anorganik semakin mahal dan langka.
Semakin tinggi harga pupuk anorganik, diharapkan perusahaan
perkebunan sawit beralih menggunakan pupuk kompos TKKS sehingga dapat
kosong kelapa sawit yang lebih murah sehingga dapat meningkatkan permintaan
kompos TKKS, dan pada akhirnya dapat menekan biaya produksi perkebunan
kelapa sawit dalam jangka panjang.
Produksi TBS yang tinggi akan menghasilkan limbah padat berupa TKKS
yang semakin besar, sehingga diharapkan dapat memenuhi ketersediaan TKKS
sebagai bahan baku untuk pembuatan kompos TKKS dalam rangka memenuhi
permintaan kompos TKKS. Dan semakin luasnya lahan aplikasi, permintaan
pupuk kompos TKKS akan semakin meningkat.
Dari pembahasan tersebut penulis ingin mengetahui seberapa besar
jumlah permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit, dan pengaruh harga
kompos tandan kosong kelapa sawit, harga pupuk anorganik, jumlah produksi
TBS, Harga TBS dan luas lahan terhadap jumlah permintaan kompos janjang
kelapa sawit oleh perusahaan perkebunan di daerah penelitian Kabupaten Aceh
Tamiang. Secara skematis kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat pada
Keterangan : Menyatakan pengaruh
Gambar 2. Skema kerangka konsep penelitian X2 : Harga pupuk
anorganik X1 : Harga kompos
tandan kosong kelapa sawit
X3 : Jumlah produksi TBS
Jumlah permintaan kompos tandan kosong
kelapa sawit oleh perusahaan sawit
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori – teori yang ada maka diperoleh hipotesis sebagai
berikut:
1. Ada pengaruh harga kompos dari tandan kosong kelapa sawit, harga pupuk
anorganik, jumlah produksi TBS, harga TBS dan luas lahan terhadap jumlah
III. METODE PENELITIAN
• Metode Pemilihan Lokasi
Penelitian dilakukan di Kabupaten Aceh Tamiang. Penentuan daerah
penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa
daerah ini merupakan salah satu sentra perkebunan. Kabupaten Aceh Tamiang
dalam luas komuditi kelapa sawit mendapatkan urutan keempat terbesar dari 8
kabupaten sentra, sehingga banyak perkebunan yang membutuhkan kompos dari
tandan kosong sawit dan ketersediaan bahan baku. Untuk lebih jelasnya daerah
[image:38.595.118.508.382.746.2]sentra perkebunan di Propinsi Aceh dapat lihat pada Tabel 3 dibawah ini:
Tabel 3. Sentra perkebunan di Provinsi Aceh
No Kabupaten/Sentra Kecamatan Luas (Ha) Jenis Komoditi
1. Aceh Barat 287.947
1.1 Kws. Perk. Setia Bakti. Dsk 29.256
Setia Bakti 15.000 Sawit
10.660 sawit,lain-lain
3.596 Karet
1.2 Kws. Perk.Kuala, dsk 14.761
14.000 Karet
761 Karet
1.3 Kws. Perk.Salang, dsk 123.372
Salang 2.700 Sawit
4.175 Karet
Kuala Darul Makmur 44.960 Sawit
Beutong 18.328 Sawit
Seunangan 27.214 sawit,lain-lain
892 Karet
Darul Makmur 25.103 sawit,lain2
1.4 Kws. Perk. Johan Pahlawan,dsk 75.062
Kawai 50.357 Sawit
Johan Pahlawan 24.120 Sawit
585 Karet
1.5 Kws. Perk. Teumon,dsk 21.450
Woyla 9.600 Sawit
Teumon 11.850 Sawit
1.6 Kws. Perk. Sampoiniet,dsk 5.946
Jaya 1.500 Sawit
4.446 karet,lain2
1.7 Kws. Perk. Tempah Selatan, dsk Tempah Selatan 18.100 Sawit
2. Aceh Selatan 179.157
2.1 Kws. Perk. Tamiang Hulu,dsk 71.146
Julok 24.288 Sawit
Tamiang Hulu 14.352 sawit, karet
10.300 Karet
Trumon 14.700 Sawit
Kuala Batu 7.506 Sawit
2.2 Kws. Perk. Simpang Kanan, dsk Simpang Kanan 41.712 Sawit 2.3 Kws. Perk. Simpang Kiri,dsk 66.299
Simpang Kiri 62.124 Sawit
Subulus Salam 4.175 Karet
Tabel 3. Lanjutan
No Kabupaten/Sentra Kecamatan Luas (Ha) Jenis Komoditi
3. Aceh Timur 173.413
3.1 Kws. Perk. Aceh Timur, dsk 50.996
Idi Rayeuk 3.875 sawit,karet Rantau Selamat 10.141 sawit,karet
407 Karet
Idi 3.000 sawit,karet
Peureulak 20.285 Sawit
619 Kelapa
Peureulak Selatan 3.600 Sawit
Juluk 4.900 Sawit
Geumpang 2.850 Sawit
1.319 Karet
3.2 Kws. Aceh Tamiang, dsk 108.574
Rantau 44.900 Sawit
Seruai 6.535 Sawit
Kejuruan Muda 27.579 sawit,karet Tamiang Hulu 17.807 sawit,karet
Bendahara 1.988 Sawit
Bandar pusaka 6.959
Sawit Karang Baru 2.806
3.3
Sawit
Kota Langsa ,dsk 13.843
Bireun Bayeum 2.065 sawit,karet
Langsa 5.922 sawit,karet
Langsa Barat 5.856 Sawit
4. Aceh Tenggara 19.000
4.1 Kws. Perk. Blangkejeureun,dsk 19.000
Lawe Alas 9.500 Sawit
Blangkejeureun 9.500 Sawit
5. Pidi 13.843
5,1 Kws. Perk. Bandar Baru,dsk 13.843
Bandar Baru 12.000 Sawit
Meureudu 1.583 Sawit
Tangse 260 lain-lain
6. Aceh Utara 62.006
6,1 Kws. Perk. Matang Kuli,dsk 18.086
Matang Kuli 14.473 sawit,kakao
Tanah Luas 1.300 Sawit
Lhok Sukon 2.313 sawit,karet,
6.2 Kws. Perk. Jeumpa, dsk 29.740
Jeumpa 25.600 Sawit
Peusangan 3.300 Sawit
840 Kelapa
6.3 Kws. Pewrk. Sawang, dsk Sawang 2.760 sawit,kakao 6.4 Kws. Perk.Samtalira Bayu, dsk 11.420
Kota Makmur 4.570 sawit,karet
Samtalira Bayu 6.850 Sawit
7. Aceh Tengah 1.600
7.1 Kws. Perk. Bandar, dsk Bandar/Tebang Gajah 1.600 Sawit
8 Aceh Besar 4.975
8.1 Kws. Perk. Seulimum, dsk Seulimum 4.975 Karet
TOTAL PROPINSI 747.041
Sumber : Peta Sentra Produksi Perkubunan Prov. Aceh 2009
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa ada empat sentra terbesar yaitu: Aceh
Barat dengan luas komuditi sawit: 287.947 Ha, Aceh Selatan dengan luas
Tamiang dengan luas komuditi: 108.574 Ha. Kabupaten Aceh Tamiang
merupakan salah satu sentra perkebunan yang luas komuditi sawitnya besar,
kawasan ini juga dikenal sebagai perkebunan kelapa sawit pertama di Provinsi
Aceh.
Ada 27 perusahaan swasta nasional dan asing yang melakukan operasinya
di Kabupaten Aceh Tamiang ini seperti PTPN I Semantok, Socfindo, PT. Sember
asih, PT.Parasawita, PT. Bahari lestari, PT. Betami dan lain – lain. Belum lagi
luas perkebunan rakyat yang terdapat dikawasan Kabupaten Aceh Tamiang
adalah nomor dua terluas dan perkebunan besar nomor tiga terbesar adalah
Kabupaten Aceh Tamiang dari semua Kabupaten yang terdapat di Provinsi Aceh,
Untuk lebih jelas perbandingan luas kebun rakyat dan perkebunan besar disetiap
[image:40.595.119.508.473.645.2]Kabupaten di Provinsi Aceh dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perkebunan Rakyat dan Perkebunan Besar Kelapa Sawit di Provinsi Aceh
No Kabupaten Perkebunan rakyat (Ha) Perkebunan besar (Ha)
1 Aceh Jaya 5.311 1.720
2 Aceh Barat 3.892 11.292
3 Nagan Raya 13.112 36.523
4 Aceh Barat Daya 1.256 4.968
5 Aceh Selatan 2.410 3.842
6 Aceh singkil 19.046 24.522
7 Aceh Tenggara 1.253 -
8 Aceh Tamiang 15.876 30.138
9 Aceh Timur 4.493 44.153
10 Aceh utara 14.834 14.353
11 Bireun 3.136 382
12 Pidie 81 10
13 Aceh Besar 1.140 -
Total 85.840 171.903
Sumber: Peta Lokasi Pekebunan Besar dan Perkebunan Rakyat Kelapa Sawit di Provinsi Aceh 2012
Dari Tabel 4 dapat kita lihat luas perkebunan rakyat di Kabupaten Aceh
Tamiang adalah 15.874 Ha, dan merupakan peringkat kedua tersebesar di Provinsi
dan merupakan peringkat ketiga di Provinsi Aceh. Adapun pertimbangan lain
dalam pemilihan lokasi Kabupaten Aceh Tamiang sebagai lokasi penelitian adalah
akses peneliti terhadap perusahaan – perusahaan perkebunan di Kabupaten Aceh
Tamiang lebih mudah, baik dari segi jarak tempuh dan akses untuk mendapatkan
data yang dibutuhkan.
3.2. Metode Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perkebunan kelapa sawit
[image:41.595.118.511.390.705.2]yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah perusahaan kelapa sawit di Kabupaten Aceh Tamiang
NO Nama Perusahaan Luas tanam (Ha)
Luas panen (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas ( Ton/ha)
1 PT. Pati Sari 545,10 276,86 5.976.870 21.588
2 PT. Nilam Wangi 978,05 621,52 9.024.940 14.521
3 PT. PD. Pati Pantai Kiara 920,15 788,16 2.530.279 3.210
4 PT. Seumadam 616,99 412,79 7.454.708
5
18.059
PT. Desa Jaya 876,20 696,80 5.555.308 7.973
6 PT. Alur Gantung 642,30 292,80 2.758.157
7
9.420
PT. Mustika Prima Lestari Indah 314,04 150,00 1.316.930
8
8.780
PT. Simpang Kiri 2.654,00 2.370,00 37.310.300 15.743
9 PT. Sisirau 1.977,30 1.135,60 21.220.000 18.686
10 PT. Bahruni 667,70 317,43 4.651.217 14.653
11 PT. PN I Pulo Tiga 4.794,00 3.557,00 31.991.170 8.994
12 PT. PPP 1.398,43 1.283,00 24.655.550
13
19.217
PT. Srikuala 812,63 807,62 11.342.620 14.045
14 PT. Bukit Safa 665,00 315,00 1.510.908 4.797
15 PT. Betami 841,24 279,81 1.909.040
16
6.823
PT. Para Sawita 4.203,64 3.658,51 31.608.690
17
8.640
PT. Wajar Corpora - - 2.370.020 -
Tabel 5. Lanjutan
NO Nama Perusahaan Luas tanam Luas panen Produksi Produktivitas
18 PT. Darma Agung 1.583,32 1.339,59 15.933.930 11.895
19 PT. Surya Mata Ie 861,44 559,82 7.349.100
20
13.128
PT. Sumber Asih 3.288,25 2.667,13 32.393.230
21
12.145
PT. Puga Co 393,41 391,40 5.372.260 13.726
22 PT. Tenggulun Raya 509,93 517,16 7.864.620 15.207
23 PT. Sinar Kaloy - - - -
24 PT. Socfindo 3.544,24 3.394,13 78.246.290 23.053
25 PT. Rongoh Mas Lestari 317,50 212,50 2.802.469 13.188
26 PT. PN I Seumantoh - - 15.070.410 -
27 PT. Darma Sawita Nusantara 2.501,00 310,00 2.779.242 8.965
JUMLAH 35.905,86 26.354,63 370.998.258 14.077
Sumber :Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah perusahaan perkebunan kelapa
sawit yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang adalah sebanyak 27 perusahaan
dengan luas tanam sebesar 35.905,86 Ha. Tanaman menghasilkan sebesar
26.354,63 Ha dengan produksi sebesar 370.998.258 ton. Dari Tabel 4 juga dapat
dilihat bahwa 3 perusahaan kelapa sawit tidak tersedia data luas tanamnya, maka
total populasi yang digunakan menjadi 24 perusahaan.
Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah stratified
proportional sampling berdasarkan luas lahan yaitu strata I perusahaan kelapa
sawit dengan luas tanam kecil (< 1000 Ha), strata II perusahaan kelapa sawit
dengan luas tanam sedang (1000 - 2000 Ha), strata III perusahaan dengan luas
tanam besar (>2000 Ha). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah time
series yaitu data bulanan dari tahun 2002 – 2012 dari 8 perusahan dengan total
Pembagian strata dilakukan untuk mendapatkan representative dan
[image:43.595.114.512.180.261.2]heterogenitas populasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Populasi
Strata Luas tanam Jumlah populasi Jumlah sampel
I II III
<1000 Ha 1000 – 2000 Ha >2000 Ha
15 Perusahaan 3 Perusahaan 6 Perusahaan
5 Perusahaan 1 Perusahaan 2 Perusahaan
Jumlah total 24 Perusahaan 8 Perusahaan
Sumber :Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012
Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa jumlah populasi sampel adalah 24
perusahaan, dari 24 perusahan diambil 8 perusahaan berdasarkan izin yang
diperoleh dari perusahan yaitu PT. Betami, PT. Seumadam, PT. Alur Gantung,
PT. Mustika Prima Lestari Indah, dan PT. Surya Mata Ie untuk mewakili strata I,
PT. PPP untuk mewakili strata II dan PT. Sumber Asih, PT. Para Sawita untuk
mewakili strata III. (Amirin, 1990).
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data sekunder. Data
sekunder yang dibutuhkan antara lain harga kompos tandan kosong kelapa sawit
yang dibeli perusahaan kelapa sawit, harga pupuk anorganik yang dibeli
perusahaan kelapa sawit, luas lahan aplikasi kompos dari tandan kosong kelapa
sawit pada perusahaan kelapa sawit, jumlah permintaan kompos dari tandan
kosong kelapa sawit yang diaplikasikan, jumlah produksi tandan buah segar yang
diperoleh perusahaan kelapa sawit, dan data harga TBS. Semua data tersebut
diatas adalah data bulanan dari tahun 2002 sampai dengan 2012 serta data lainnya
lembaga dan perusahaan kelapa sawit seperti pada perusahaan PT. Sumber Asih,
PT. Para Sawita, PT.PPP, PT. Betami, PT. Seumadam, PT. Alur Gantung, PT.
Mustika Prima Lestari Indah, dan PT. Surya Mata Ie, Dinas Pertanian, BPS serta
literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.4. Metode Analisis Data
Untuk Masalah 1 digunakan analisis deskriptif dengan menggambarkan
kurva permintaan kompos tandan kosong kelapa sawit perusahaan perkebunan
kelapa sawit dan besarnya permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit
untuk masing – masing perusahaan berdasarkan tingkatan harga dalam beberapa
periode waktu yaitu tahun 2002 – 2012 oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit
di daerah penelitian. Analisis dilakukan berdasarkan informasi, dan data yang
diperoleh dari masing – masing perusahaan di Kabupaten Aceh Tamiang.
Untuk masalah 2 pada hipotesis (1), dianalisis dengan metode OLS
(Ordinary Least Square) dengan menggunakan model penduga regresi linear
berganda, serta dengan alat bantu SPSS. Regresi linear berganda adalah bentuk
hubungan atau pengaruh dari dua atau lebih variabel babas (X) dengan variabel
terikat (Y). Persamaan model regresi berganda dapat ditulis sebagai berikut :
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + μi
Keterangan :
Y = Jumlah permintaan kompos tandan kosong kelapa sawit (Kg)
X1 = Harga kompos tandan kosong kelapa sawit (Rp/Kg)
X2 = Harga pupuk anorganik (Rp/Kg)
X4 = Harga TBS (Rp/Kg)
X5 = Luas lahan aplikasi kompos dari tandan kosong kelapa sawit (Ha)
a = Koefisien intercept
b1,b2,b3,b4,b5 = Koefisien regresi (parameter yang dicari)
μi = Error term
(Nachrowi dan usman, 2005).
Untuk mengetahui apakah harga kompos tandan kosong kelapa sawit (X1),
harga pupuk anorganik (X2), jumlah produksi TBS (X3), harga TBS (X4) dan luas
lahan (X5) secara serempak berpengaruh nyata atau tidak terhadap jumlah
permintaan kompos (Y) maka digunakan uji F.
Hipotesisi yang digunakan adalah :
H0 = 0 : Tidak ada pengaruh variabel harga kompos tandan kosong kelapa sawit,
harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS, harga TBS dan luas
lahan terhadap jumlah permintaan kompos (Y).
H1≠ 0 : Ada pengaruh variabel harga kompos tandan kosong kelapa sawit,
harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS, harga TBS dan luas
lahan terhadap jumlah permintaan pupuk kompos (Y).
Jika : F-hitung > Ftabel maka terima H1, tolak H0
F-hitung < Ftabel maka terima H0, tolak H1
Untuk mengetahui apakah harga kompos, harga pupuk anorganik, jumlah
produksi TBS, harga TBS dan luas lahan secara parsial berpengaruh nyata atau
tidak terhadap jumlah permintaan kompos (Y) maka digunakan uji –t.
Hipotesisi yang digunakan adalah :
H1≠ 0 : Ada pengaruh variabel Xi terhadap jumlah permintaan kompos (Y)
Jika : t hitung > ttabel atau -t hitung < - ttabel maka terima H1, tolak H0
t hitung < ttabel atau -t hitung > - ttabel maka terima H0, tolak H1
Uji Asumsi Klasik :
Model regresi linier berganda (multiple regression) dapat disebut sebagai
model yang baik jika model tersebut memenuhi beberapa asumsi yang disebut
dengan asumsi klasik. Ada empat uji asumsi yang harus dilakukan terhadap suatu
model regresi tersebut yaitu :
1. Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal. Cara yang digunakan adalah analisis grafik
(normal P-P plot). Cara untuk melihat normalitas residual adalah melihat grafik
histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus
diagonal dan plotting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika
distribusi residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya
akan mengikuti garis diagonalnya.
Untuk melihat normalitas residual juga dapat digunakan Uji one sample
Kolmogorov- Smirno yaitu membandingkan fungsi distribusi kumulatif dari
pengamatan dengan fungsi distribusi kumulatif teoritis. Hipotesis yang diajukan
adalah :
H0 : Disribusi ui (residual) tidak berbeda nyata dengan distribusi normal atau
H1 : Distribusi ui (residual) berbeda nyata dengan distribusi normal atau residual
tidak berdistribusi normal
Jika data berdistribusi normal maka hipotesis yang diterima adalah H0. Dengan
demikian nilai signifikansi harus lebih besar dari α0,05.
2. Multikolinieritas
Multikolinearitas pada dasarnya adalah adanya hubungan linear yang
sempurna (mendekati sempurna) antara beberapa atau semua variable independen.
Multikolinieritas dapat dilihat dari:
- Nilai koefisien korelasi antara variabel bebas ≥ 0,8
- Apabila secara serempak variabel berpengaruh nyata tetapi secara parsial lebih
banyak variabel yang tidak nyata.
3. Autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan variabel gangguan pada waktu tertentu
berkorelasi dengan variabel yang pada periode lain, dengan kata lain variable
gangguan tidak random. Penyebab adanya autokorelasi adalah kesalahan
menetukan model, memasukkan variabel yang penting dan penggunaan lagi pada
model. Akibat adanya autokorelasi adalah parameter yang diestimasi menjadi bias
dan variannya minimum, sehingga tidak efisien (Gujarati, 2003).
Cara yang digunakan untuk mendeteksi gejala autokorelasi dalam
penelitian ini yaitu uji Durbin -Watson (DW test). Uji Durbin-Watson dilakukan
dengan membandingkan nilai Durbin-Watson dari hasil perhitungan dengan nilai
Durbin-Watson tabel. Nilai Durbin-Watson tabel diperoleh dengan melihat pada
Kriteria pengujian;
Bila d < dL → tolak H0
Berarti ada autokorelasi yang positif atau kecenderungannya ρ = 1
Bila dL ≤ d ≤ dU → kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa
Bila dU ≤ d ≤ 4 - dU → terima H0
Artinya tidak ada autokorelasi positif maupun negatif
Bila 4 - dU ≤ d ≤ 4 – dL → kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa
Bila d > 4 - dL → tolak H0
Berarti ada autokorelasi yang negatif atau kecenderungannya ρ = -1
4. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi bila variansnya tidak konstan, sehingga
seakan-akan ada beberapa kelompok data yang mempunyai besaran eror yang
berbeda-beda sehingga bila diplotkan dengan nilai Ŷi akan membentuk suatu pola.
Heteroskedastisitas dapat dilihat dengan metode grafik yaitu memplotkan ui2 dan
Ŷi. Heteroskedastisitas akan terdeteksi bila plot menunjukkan pola yang
sistematis (Gujarati, 2003).
3.5. Definisi dan Batas Operasional
Untuk menghindari kesalah pahaman mengenai pengertian tentang
istilah–istilah yang terdapat dalam penelitian, maka dibuat definisi dan batas
operasional sebagai berikut :
3.5.1. Definisi
1. Tandan kosong kelapa sawit merupakan salah satu jenis limbah padat yang
a. Hasil pengolahan TBS langsung diaplikasikan ke lapangan.
b. Tandan kosong Kelapa sawit dipres langsung diaplikasikan dilapangan.
c. Kompos dari tandan kosang sawit adalah TKKS yang sudah dipres dan
diolah menjadi kompos dengan perlakuan penyiram air limbah yang telah
dikembangkan bakteri dengan batas waktu tertentu.
2. Permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit adalah Permintaan
efektif, yaitu permintaan terhadap kompos dari TKKS yang disertai daya beli
dan melakukan transaksi oleh perusahaan kelapa sawit.
3. Jumlah permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit adalah
banyaknya kompos yang dibeli perusahaan pada tiap jadwal aplikasi
pemupukan.
4. Suatu barang dinamakan barang pengganti kepada barang lain apabila ia
dapat menggantikan fungsi barang lain tersebut.
5. Barang komplementer adalah suatu barang yang dikonsumsi bersama – sama
dengan barang lain.
6. Daya substitusi kompos dari tandan kosong kelapa sawit adalah besar
kemampuan kompos dari tandan kosong kelapa sawit menggantikan pupuk
anorganik.
7. Luas lahan adalah lahan yang digunakan perusahaan perkebunan yang
ditanami kelapa sawit dan lahan tersebut diaplikasikan kompos tandan kosong
dari kelapa sawit.
8. Pupuk anorganik adalah pupuk yang digunakan oleh perusahaan perkebunan
9. Produksi TBS adalah hasil produksi buah segar dari kebun kelapa sawit pada
suatu perusahaan yang limbah padatnya dijadikan bahan baku untuk
pembuatan kompos TKKS.
10.Harga TBS adalah harga rata – rata dari pembelian TBS yang pada dasarnya
berimplikasi terhadap harga bahan baku pembuatan kompos TKKS di
Kabupaten Aceh Tamiang.
3.5.2. Batas Operasional
1. Penelitian dilakukan di Kabupaten Aceh Tamiang.
2. Penelitian dilakukan pada tahun 2013.
3. Penelitian dilakukan di PT. Betami, PT. Seumadam, PT. Alur Gantung, PT.
Mustika Prima Lestari Indah, PT. Surya Mata Ie, PT. PPP, PT. Sumber Asih,
PT. Para Sawita yang berada di Kabupaten Aceh Tamiang.
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan kompos dari tandan
kosong kelapa sawit yang ingin diteliti adalah harga kompos dari tandan
kosong kelapa sawit, harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS, harga
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1.. Luas dan Letak Geogarafis
Kabupaten Aceh Tamiang sebelum pemekaran bagian dari Kabupaten
Aceh Timur, secara geografis terbentang pada posisi 03 derajat 53 - 04 derajat 32
LU sampai 97 derajat – 98 derajat BT dengan batas adminitrasi sebagai berikut:
- Sebelah utara dengan Selat Malaka dan Kota Langsa
- Sebelah selatan dengan Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
- Sebelah timur dengan Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
- Sebelah barat dengan kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Gayo Lulues.
Kabupaten Aceh Tamiang terdiri dari 12 kecamatan, 27 mukim 1
kelurahan, 213 desa dan 701 dusun yang secara keseluruhan mempunyai luas
1956,72 km2 atau 195.672 hektar. Produksi komuditas perkebunan kabupaten
aceh tamiang karena di daerah ini terdapat perusahaan besar yang bergerak
dibidang perkebunan kelapa sawit yaitu 27 perusahaan.
Sedang perkebunan sawit seluas 146.851,00 Ha yang tersebar di 12
kecamatan. Perkebunan karet 13.385 Ha, kelapa 262 Ha, pinang 543 Ha, lada 15,5
Ha, sagu 14,2 Ha, aren 71 Ha, nilam 36 Ha kunyit 34 Ha jahe 30 Ha dan daerah
Kabupaten Aceh Tamiang juga disebut sebagai salah satu sentral perkebunan
sawit dan karet.
4.2.. Keadaan Penduduk
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah penduduk Kabupaten Aceh
Tabel 7. Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang menurut Kecamatan, Jenis Kelamin
No Kecamatan Laki-Laki
(Jiwa)
Perempuan (Jiwa)
Jumlah (Jiwa)
Rasio Jenis Kelamin
1 Tamiang Hulu 9.202 8.785 17.987 105
2 Bandar Pusaka 6.157 5.865 12.022 105
3 Kejuruan Muda 16.484 16.440 32.924 100
4 Tenggulun 8.810 8.103 16.913 109
5 Rantau 17.048 17.003 34.051 100
6 Kota Kuala Simpang 9.526 9.163 18.689 104
7 Seruway 12.261 12.230 24.491 100
8 Bendahara 9.621 9.608 19.229 100
9 Banda Mulia 5.644 5.389 11.033 105
10 Karang Baru 8.907 18.644 37.551 101
11 Sekerak 3.131 3.118 6.249 100
12 Manyak Payed 15.190 14.796 29.986 103
Aceh Tamiang 121.981 129.144 261.125 102
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012
Penduduk Kabupaten Aceh Tamaing berjumlah 261.125 jiwa terdiri dari
121.981 jiwa laki – laki dan 129.144 jiwa yang tersebar disetiap kecamatan yang
ada di Kabupaten Aceh Tamiang. Tabel 6 menunjukan bahwa jumlah penduduk
terbanyak terdapat pada Kecamatan Karang Baru yakni 37.551 jiwa dan yang
terendah adalah Kecamatan Sekerak yaitu sebesar 6.249 jiwa. Dari data tersebut
dapat diketahui bahwa rata - rata rasio jenis kelamin di Kabupaten Aceh Tamiang
sebesar 102 yang berarti jumlah penduduk laki – laki 1,02% lebih banyak
dibandingkan jumlah penduduk perempuan, sehingga dapat diketahui bahwa
jumlah penduduk laki – laki di Kabupaten Aceh Tamiang lebih besar dari pada
jumlah penduduk perempuan.
4.3.Pendapatan Domestik Regional Bruto
Perekonomian suatu daerah terbentuk dari berbagai macam kegiatan
ekonomi yang terjadi di daerah tersebut. Kegiatan ekonomi yang terdapat di suatu
pengelompokan kegiatan ekonomi dalam sembilan sektor akan dapat digambarkan
sektor yang mempengaruhi pembentukan PDRB suatu daerah. Struktur ekonomi
pada suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peranan sektor-sektor ekonomi
dalam menghasilkan barang dan jasa. Struktur ekonomi dapat digambarkan dari
distribusi PDRB atas dasar harga berlaku yang dirinci menurut