ABSTRAK
Efektivitas Penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE) untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif Siswa.Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya perkembangan kognitif siswa serta kegiatan pembelajaran yang masih konvensional pada lingkup perkembangan konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penggunaan APE untuk meningkatkan perkembangan kognitif siswa secara efektif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan untuk menemukan rumusan langkah-langkah penggunaan APE untuk meningkatkan perkembangan kognitif siswa secara efektif. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kab. Subang sebanyak 32 orang yang terbagi ke dalam dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kontrol. Data hasil penelitian diperoleh dari instrumen penilaian pengamatan dengan didukung data observasi terhadap guru dan siswa. Hasil analisis data mendapatkan temuan bahwa penggunaan APE efektif untuk meningkatkan perkembangan kognitif siswa. Hal ini berdasarkan hasil pengolahan data yang menyatakan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen diperoleh 26.06 sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol diperoleh 17.81. Perhitungan uji Independent Sample Test (t-test) diperoleh t-hitung 10.036 pada taraf kepercayaan α 0,05 sedangkan t-tabel 1.697, sehingga t-hitung >t-tabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE) efektif untuk meningkatkan perkembangan kognitif siswa pada lingkup perkembangan konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf di kelas B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kabupaten Subang. Saran dan rekomendasi penelitian ini ditujukan bagi guru kelas B Taman Kanak-Kanak untuk dapat menjadikan APE sebagai salah satu alternatif mengatasi problematika dalam kegiatan pembelajaran pada lingkup perkembangan konsep bilangan, lambang bilangan, dan huruf. Selain itu bagi peneliti yang hendak melakukan penelitian yang serumpun, penelitian ini diharapkan dijadikan bahan telaah untuk dikembangkan menjadi penelitian yang lebih sempurna sehingga kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada penelitian ini tidak terjadi pada penelitian selanjutnya.
Astriana Rahma, 2014
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIFSISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
The Effectiveness of Educative Games Tool Utilization to Increase Student’s Cognitive Development. The background of this study are the low-cognitive student of development and the traditional learning processes in the scope of the numeric concept development, symbol of number and letter. The research question of the study is how the use of educative games tool effect to increase the cognitive student of development. The study uses quantitative research methodology, specifically employing experimental and designing research study. It is the experiment in purpose to prove the effectiveness of using educative games tool empirically in increasing the cognitive student of development. There are 32 students, divided into two classes which are experimental and control class. The data are obtained from the instrument of scoring observation, supported by the data observation towards the students and teachers. It is achieved that the use of educative games tool is effective to increase the cognitive student of development. It is based on data processing stating the average score of experimental class are 26.06 whilst the average score of control class are 17.81. The Independent Simple Test (T-Test) results t-score 10.036 in toleranceα 0,05 while t-table 1.697. It is concluded that t-hitung> t-table, meaning educative games tool is effective in increasing the cognitive student of development in the scope of the numeric concept development, symbol of number and letters.Advice and recommendations of this study is intended for classroom teachers B to make educative games tool as an alternative to overcome the problems in learning activities in the scope of the development of the concept of numbers, symbols, numbers, and letters. In addition to researchers who want to conduct research that is closely allied, this study is expected to be used as material to be developed into a research study of a more perfect that the deficiencies found in this study does not occur in subsequent studies.
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai kondisi pendidikan anak usia dini secara
global.Kemudian ditelaah menjadi lebih terfokus ke dalam fenomena-fenomena
yang sedang dialami oleh lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini di
lingkungan sekitar. Pada klimaksnya ditemukan permasalahan yang dihadapi pada
lembaga pendidikan anak usia dini di Kabupaten Subang, sehingga pada akhir bab
didapatkan prioritas permasalahan yang menjadi topik utama pada penelitian ini.
Keseluruhannya dideskripsikan lebih terperinci pada Latar Belakang Masalah,
Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Pertanyaan
Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian yang terdiri dari Manfaat
Teoritik dan Manfaat Praktis.
A.Latar Belakang Masalah
Gaung tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia dini di Indonesia
baru muncul selaras dengan terjadinya perubahan pada hampir seluruh aspek
kehidupan di Negeri ini atau secara umum orang mengistilahkan dengan
sebutan reformasi. Tuntutan reformasi dari masyarakat yang mulai melek
terhadap kondisi nyata bangsanya terjadi pada seluruh sendi kehidupan Bangsa.
Pada tatanan praktik, ternyata tuntunan reformasi ini pun terjadi pada bidang
pendidikan, khususnya pada tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Setiap anak bangsa dari orang tua, birokrat, peserta didik serta masyarakat
secara umum mulai sampai pada suatu kesadaran tentang pentingnya
pendidikan bagi anak usia dini. Terdapat beberapa alasan yang memperkuat
pemikiran tersebut, pertama laporan hasil analisis Tim Education For All(EFA)
Indonesia tahun 2000 yang berpangkal di Departemen Pendidikan Nasional
disebutkan bahwa pada tahun 2000, dari sekitar 26 juta anak di Indonesia usia
0-6 tahun, lebih dari 80% belum mendapatkan layanan pendidikan anak usia
dini. Khususnya anak usia 4-6 tahun yang berjumlah 12 juta, baru sekitar 2 juta
Astriana Rahma, 2014
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIFSISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Masa usia dini adalah periode kritis dalam perkembangan anak. Kajian
neurologi menunjukkan bahwa pada saat lahir otak bayi membawa potensi
sekitar 100 milyar yang pada proses berikutnya sel-sel dalam otak tersebut
berkembang dengan begitu pesat dengan menghasilkan bertriliyun-triliyun
sambungan antar neuron. Agar mencapai perkembangan optimal, sambungan
ini harus diperkuat melalui berbagai rangsangan psikososial, karena
sambungan yang tidak diperkuat akan mengalami atropi(penyusutan) dan
musnah. Inilah yang pada akhirnya akan mempengaruhi kecerdasan anak.
Sekitar 50% kapabilitas kecerdasan manusia terjadi ketika anak berumur
4 tahun, 80% telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik
kulminasi ketika anak berumur 18 tahun. Hal ini berarti bahwa pada
perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya
dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya, dan
selanjutnya perkembangan otak akan mengalami stagnasi. Itulah sebabnya
periode ini dinamakan usia emas (golden age) dan setelah perkembangan ini
lewat, maka berapapun kapabilitas kecerdasan yang dicapai individu, tidak
akan mengalami peningkatan lagi atau dengan kata lain tidak akan memiliki
kebermaknaan. Ditinjau dari sisi lain, periode ini disebut juga masa yang
paling penting dalam kehidupan individu karena merupakan waktu bagi anak
untuk mulai mengenal sekolah, usia awal berkelompok, usia menjelajah, usia
bertanya, usia meniru dan usia kreatif, serta usia bermain.
Selain pertumbuhan dan perkembangan fisik motorik, perkembangan
spiritual, moral, sosial, emosional, intelektual, dan bahasa juga berlangsung
amat pesat pada masa emas ini. Oleh karena itu, jika ingin mengembangkan
bangsa yang cerdas, beriman dan bertakwa, serta berbudi luhur harus dimulai
sejak dini. Itulah sebabnya negara-negara maju sangat serius mengembangkan
dan menangani manajemen pendidikan anak usia dini. PAUD tidak dianggap
lagi sebagai pelengkap, tetapi sama pentingnya dengan pendidikan dasar,
menengah, maupun pendidikan tinggi. Dalam hal ini, pendidikan anak usia dini
ditujukan untuk membimbing dan mengembangkan potensi setiap anak agar
Pada hakikatnya, belajar berlangsung sepanjang hayat dan dilakukan
sejak usia dini. Dalam kerangka inilah pentingnya PAUD untuk
mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini, terutama pada usia emas
(the golden age), yaitu pendidikan yang ditunjukkan bagi anak sejak lahir
hingga usia enam tahun. Maka dari itu, pendidikan anak usia dini menjadi
suatu keharusan. PAUD menjadi sangat penting mengingat potensi kecerdasan
dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia dini. Hal ini
penting, mengingat bahwa periode ini hanya datang sekali serta tidak dapat
diulang lagi sehingga stimulasi dini melalui pendidikan sangat diperlukan.
Akibat konsekuensi dari cukup urgennya fase anak usia dini tersebut,
maka kegiatan pembelajaran pun sejatinya dilakukan secara menyenangkan
dengan memegang prinsip pembelajaran di Taman Kanak-Kanak yaitu belajar
sambil bermain. Kesenangan yang diperoleh melalui bermain memungkinkan
anak belajar tanpa tekanan, sehingga di samping motoriknya, kecerdasan anak
lainnya seperti intelektual, sosial-emosional, bahas, dan kognitifakan ikut
berkembang.
Menurut Howard Gardner dalam Rachmani (2003:18), kecerdasan anak
bukan hanya berdasarkan pada skor standar semata, melainkan dengan ukuran
kemampuan yang diuraikan sebagai berikut :
1. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan individu
2. Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan, dan
3. Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau memberikan penghargaan dalam budaya seseorang.
Lebih lanjut, menurut Gardnertidak ada anak bodoh, yang ada anak yang
menonjol pada satu atau beberapa jenis kecerdasan. Dengan demikian dalam
menilai dan menstimulasi kecerdasan anak, orangtua dan gurunya senantiasa
dengan jeli dan cermat merancang sebuah strategi khusus. Salah satu lembaga
pendidikan awal bagi anak untuk mengembangkan kecerdasannya adalah
pendidikan anak usia dini, baik formal maupun non formal. Pendidikan anak
Astriana Rahma, 2014
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIFSISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
membantu anak meletakkan dasar ke arah pengembangan sikap, pengetahuan,
keterampilan dan daya cipta yang diperlukan anak dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan
selanjutnya.
Sejalan dengan pemikiran di atas, UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.
Respon positif yang ditunjukkan masyarakat terhadap Undang-Undang
tersebut adalah dengan didirikannya berbagai jenis pelayanan sesuai dengan
kondisi dan kemampuan yang ada, baik melalui jalur formal maupun
nonformal. Pada kurikulum 2004 dengan standar kompetensi ditegaskan bahwa
tujuan pendidikan pada anak usia dini adalah membantu anak didik
mengembangkan berbagai potensi, baik psikis dan fisik yang meliputi moral
dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik,
kemandirian maupun seni untuk siap memasuki pendidikan dasar.
Berpijak pada pendapat Howard Gardner yang menyatakan bahwa
kecerdasan anak bukan hanya berdasarkan pada skor standar semata,
melainkan dapat berdasarkan pada kemampuan untuk menyelesaikan masalah
yang terjadi dalam kehidupan individu, maka penelitian ini juga berdasarkan
hal urgensinitas tersebut.
Sejalan dengan pentingnya perkembangan kognitif di atas, seyogyanya
ditunjang oleh hasil kemampuan kognitif yang baik pula pada tatanan
praktiknya di sekolah-sekolah. Fenomena mengenai kurang memuaskannya
hasil kemampuan kognitif pun terjadi pada siswa kelas B Taman Kanak-Kanak
Negeri Pembina Kabupaten Subang. Rendahnya perolehan hasil kemampuan
kognitif siswa dapat dilihat pada laporan hasil belajar tahun ajaran 2012/2013
Kanak-Kanak menggunakan kriteria penilaian BB (Belum Berkembang), MB
(Mulai Berkembang), BSH (Berkembang Sesuai Harapan) dan BSB
(Berkembang Sangat Baik). Perolehan data ini menunjukkan bahwa rata-rata
kemampuan kognitif siswa belum berkembang dengan baik.
Sesuai dengan tuntutan dan kondisi yang ada, selayaknya masalah ini
tidak serta merta hanya menjadi topik saja dan tidak ada solusinya. Perlu
dilakukan upaya perbaikan untuk mencari solusi dari problematika
pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. Berdasar pada observasi pendahuluan
yang telah dilakukan sebelumnya, lembaga PAUD yang menjadi tempat
penelitian belum begitu memanfaatkan penggunaan APE sebagai media yang
dapat memudahkan pencapaian indikator pada berbagai aspek perkembangan,
khususnya pada perkembangan kemampuan kognitif.
Didasarkan pada kondisi tersebut, ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk dijadikan pilihan solusi atas masalah pembelajaran di Taman
Kanak-Kanakdalam rangka meningkatkan kemampuan kognitif siswa, yaitu :
1. Penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan tingkat pencapaian
perkembangannya, dan atau
2. Penggunaan alat permainan edukatif sebagai media yang dapat digunakan
pada kegiatan pembelajarannya untuk memudahkan mencapai indikator.
Berdasar pada karakteristik siswa usia 5-6 tahun yang dapat mengeksplor
kecerdasannya melalui kegiatan belajar sambil bermain dan bermain seraya
belajar, maka pada penelitian ini lebih memfokuskan pada penggunaan Alat
Permainan Edukatif (APE) pada kegiatan pembelajaran guna memudahkan
siswa dalam mencapai indikator pada lingkup perkembangan kognitif.
B.Identifikasi Masalah
Didasarkan pada kondisi lapangan yang telah dipaparkan pada latar
belakang, maka fokus permasalahannya adalah rendahnya tingkat pencapaian
perkembangan kognitif siswa. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhinyaantara lain :
Astriana Rahma, 2014
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIFSISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Sarana dan prasarana yang kurang memadai;
3. Iklim belajar terhadap kegiatan pembelajaran di kelas;
4. Belum pahamnya tenaga pendidik maupun masyarakat sekitar tentang
pentingnya penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE) dalam setiap
kegiatan pembelajaran, sehingga berpengaruh terhadap pencapaian
indikator.
C.Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, diperoleh
gambaran kemungkinan-kemungkinan penyebab munculnya permasalahan.
Namun menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan, maka peneliti
memandang perlu memberi batasan masalah secara jelas dan terfokus.
Masalah yang menjadi objek penelitian dibatasi padaperkembangan
kemampuan kognitif siswa pada lingkup perkembangan kognitif yang masih
kurang, sehingga memerlukan media pembelajaran berupa Alat Permainan
Edukatif (APE) agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan lebih
mudah.Berdasar pada standar tingkat pencapaian perkembangan anak menurut
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional/Permendiknas No.58 Tahun 2009,
bahwa terdapat tiga lingkup perkembangan pada bidang kognitif usia 5-6 tahun
atau setara dengan kelas B yang meliputi pengetahuan umum dan sains; konsep
bentuk, warna, ukuran dan pola; serta konsep bilangan, lambang bilangan dan
huruf. Mengingat efisiensi dan efektivitas peneliti, fokus pada penelitian ini
akan terpusat pada satu lingkup perkembangan saja, yaitu pada konsep
bilangan, lambang bilangan dan huruf. Lingkup perkembangan ini terdiri dari 3
tingkat pencapaian perkembangan yaitu menyebutkan lambang bilangan 1-20,
mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan, serta mengenal berbagai
macam lambang huruf vokal dan konsonan. Masing-masing tingkat pencapaian
perkembangan akan dijabarkan menjadi indikator-indikator yang nantinya akan
digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian. Jumlah keseluruhan
indikator mencapai 8 item. Kegiatan penelitian ini dilakukan di 2 kelas yaitu
Alat Permainan Edukatif (APE) yang digunakan adalah alat peraga yang
tersedia di lapangan, namun penggunaannya belum maksimal. Penggunaan
APE yang berbeda pada setiap indikatornya akan menjadikan pembelajaran
yang dilakukan lebih beragam, sehingga dibutuhkan (APE) lebih banyak lagi.
Berbeda halnya dengan pembelajaran konvensional yang penggunaan APE nya
terbatas seperti buku lembar kerja siswa dan papan tulis. Alat peraga yang
digunakan pada penelitian ini, telah melalui persetujuan dari ahli media/expert
judgement. Hal ini dilakukan selain sebagai prosedur mutlak dalam sebuah
penelitian, juga dimaksudkan untuk memperkuat keabsahan penggunaan media
yang digunakan.
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang ditetapkan di atas, maka
permasalahan umum dalam penelitian ini adalah‘Bagaimana penggunaan Alat
Permainan Edukatif (APE) dalam meningkatkan perkembangan kognitif siswa
secara efektif?’.
Adapun rumusan masalah khusus pada penelitian ini dijabarkan sebagai
berikut:
1. Bagaimana penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE) dalam
meningkatkan perkembangan kognitif siswa di kelas B pada tingkat
pencapaian perkembangan menyebutkan lambang bilangan 1-20 secara
efektif?;
2. Bagaimana penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE) dalam
meningkatkan perkembangan kognitif siswa di kelas B pada tingkat
pencapaian perkembangan mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan
secara efektif?;
3. Bagaimana penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE) dalam
meningkatkan perkembangan kognitif siswa di kelas B pada tingkat
pencapaian perkembangan mengenal berbagai macam lambang huruf vokal
Astriana Rahma, 2014
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIFSISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E.Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana persiapan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Alat
Permainan Edukatif (APE)?;
2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Alat
Permainan Edukatif (APE)?;
3. Bagaimana evaluasi kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Alat
Permainan Edukatif (APE)?.
F. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menemukan rumusan
mengenai langkah-langkah penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE) dalam
meningkatkan perkembangan kognitif siswa secara efektif.
Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui secara empiris mengenai efektivitas penggunaan Alat
Permainan Edukatif (APE) dalam meningkatkan perkembangan kognitif
siswa di kelas B pada tingkat pencapaian perkembangan menyebutkan
lambang bilangan 1-20.
2. Mengetahui secara empiris mengenaiefektivitas penggunaan Alat Permainan
Edukatif (APE) dalam meningkatkan perkembangan kognitif siswa di kelas
B pada tingkat pencapaian mencocokkan bilangan dengan lambang
bilangan.
3. Mengetahui secara empiris mengenaiefektivitas penggunaan Alat Permainan
Edukatif (APE) dalam meningkatkan perkembangan kognitif siswa di kelas
B pada tingkat pencapaian perkembangan mengenal berbagai macam
lambang huruf vokal dan konsonan.
G.Manfaat Hasil Penelitian
Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
untuk lebih memahami tentang peranan Alat Permainan Edukatif (APE) dalam
meningkatkan perkembangan kognitif siswa pada rentang usia anak 5-6 tahun.
Dimana, pada masa usia emas (golden age) ini, 50% kapabilitas kecerdasan
manusia berkembang secara optimal.
Lebih luas secara umumnya, penelitian ini diharapkan dapat diterapkan
pada ruang lingkup perkembangan lainnya pada jenjang pendidikan anak usia
dini, seperti nilai-nilai agama dan moral, fisik (motorik kasar dan motorik
halus), bahasa, maupun sosial emosional.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru Kelas B Taman Kanak-Kanak. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi
problematika pada kegiatan pembelajaran lingkup perkembangan konsep
bilangan, lambang bilangan dan huruf.
b. Bagi peneliti yang hendak melakukan kegiatan yang serumpun. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan telaah untuk
dikembangkan menjadi penelitian yang lebih sempurna.
c. Bagi orang tua. Orang tua yang memiliki anak dengan rentang usia 5-6
tahun, untuk berdiskusi dengan guru di sekolah mengenai perkembangan
belajarnya, sehingga perlakuan orang tua di rumah sejalan dengan
Astriana Rahma, 2014
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIFSISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III membahas secara rinci tentang metode penelitian yang digunakan
pada penelitian ini, mencakup Pendekatan Penelitian, Desain Penelitian, Lokasi,
Populasi dan Sampel Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Pengembangan
Instrumen, Teknik Analisis Data, dan Prosedur Penelitian.
A.PendekatanPenelitian
Metode penelitian merupakan suatu hal yang penting dalam sebuah
penelitian. Menurut Mohammad Ali (1985: 21) “Metode penelitian merupakan
suatu cara untuk memperoleh pengetahuan atau memecahkan suatu
permasalahan yang dihadapi, pada dasarnya merupakan metode ilmiah atau
scientific method”. Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti, maka
pendekatan penelitian yang akan digunakan adalah penelitian kuantitatif dan
metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian
pretest-posttest control group.Hal ini didukung oleh pendapat W.H.
Wermeister dalam Mohammad Ali (1985: 130) yang menyatakan „Eksperimen
merupakan modifikasi kondisi yang dilakukan secara sengaja dan terkontrol
dalam menentukan peristiwa atau kejadian, serta pengamatan terhadap
perubahan yang terjadi pada peristiwa itu sendiri.‟
Penggunaan metode kuasi eksperimen bertujuan untuk memperoleh
informasi yang merupakan perkiraan bagi peneliti yang dapat diperoleh melalui
eksperimen sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk
mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan.Metode kuasi
eksperimen digunakan mengingat karakteristik variabel peneliti yang bersifat
ingin mengetahui dan memperoleh informasi terhadap suatumedia yang
diterapkan, yaitu bagaimana penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE)
untuk meningkatkan perkembangan kognitif siswa secara efektif. Pendekatan
Astriana Rahma, 2014
mengukur indikator-indikator variabel sehingga dapat diperoleh gambaran
umum beserta kesimpulan atas permasalahan yang diteliti.
B.Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada dua kelompok siswa yaitu kelompok
eksperimen yang menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) dan kelompok
kontrol yang pembelajarannya tidak menggunakan APE. Variabel penelitian
ini terdiri dua jenis, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Penggunaan APE
dalam pembelajaran ditempatkan sebagai variabel bebas, sedangkan
perkembangan kognitif siswa ditempatkan sebagai variabel terikat.
Penilaian dilakukan pada saat sebelum, selama kegiatan pembelajaran
berlangsung dan setelahnya. Kesimpulan hasil akhir pembelajaran baik pada
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol, akan menjadi indikator
terhadap keberhasilan tujuan pendidikan. Mengingat karakteristik siswa TK
yang belum dapat membaca dengan sempurna dan kegiatan pembelajaran
masih dilakukan setara dengan bermain, maka instrumen yang akan digunakan
adalah skala penilaian pengamatan kegiatan belajar berupa obserasi penilaian
berdasarkan expert judgement guru TK beserta pembimbing penyusunan
penelitian ini.
Padadesaininisubjekkelompoktidakdilakukansecara random,
misalnyaeksperimen di suatukelompoktertentudengansiswa yang
telahadaatausebagaimanaadanya.Desain yang
digunakandalampenelitianiniadalahpretest - postest control group.
Baikpadakelompokeksperimenmaupunkelompokkontrolmasing-masingtidakdipilihsecara random atauacak.
Tabel 3.1 DesainPenelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O3 - O4
Sumber Creswell (2012:242)
Astriana Rahma, 2014
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIFSISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu O1 : Preteseksperimen O3 : Preteskontrol O2 : Posteseksperimen O4 : Posteskontrol
Baik pada keleompok eksperimen maupun kelompok kontrol, akan
diberikan pretest untuk mengetahui keadaan awal siswa pada masing-masing
kelas. Hasil pretest yang baik adalahapabila nilai kelompok kelas eksperimen
tidak berbeda secara signifikan. Kemudian kedua kelas diberikan perlakuan
yang berbeda. Setelah diberikan perlakuan, kemudian diberikan posttest,
hasilnya akan dibandingkan dengan skor pretest, sehingga diperoleh gain atau
selisih antara skor pretest dan posttest.Pada pembelajaran yang berlangsung
baik pada kelas eksperimen maupun kontrol, guru bertindak sebagaimana
biasanya, mengingat karakteristik dari siswa TK adalah masih memerlukan
bimbingan dalam setiap aktivitasnya.
C.Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi yang digunakan pada penelitian ini adalah TK Negeri Pembina
Kabupaten Subang. TK Negeri Pembina disebut juga TK percontohan. TK
yang beralamat di Jalan Perumnas Raya No.4 Kelurahan Karanganyar
Kecamatan/Kabupaten Subang ini memiliki luas tanah seluas 146 m²
dengan luas bangunan 526 m².TK Negeri Pembina Subang didirikan pada
28 April 1994 dengan No. SK Penegerian Kep. Mendiknas
No.0260/O/1994. Saat ini TK Negeri Pembina Subang dikepalai oleh Rini
Lestari, S.Pd. TK ini memiliki Visi Unggul dalam pelayanan anak usia dini
dan Misi (1) Mengembangkan Pendidikan Anak Usia Dini dan (2) Membina
Taman Kanak-Kanak disekitarnya.
Keseluruhanjumlah peserta didik pada Tahun Ajaran 2013/2014
berjumlah 73 orang terdiri dari 34 orang kelas A dan 39 orang kelas B.
Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Subang memiliki satu orang kepala
sekolah, delapan orang tenaga pendidik dan dua orang tenaga kependidikan.
Astriana Rahma, 2014
prasarana yang tidak sedikit. Sumber bantuan diterima dari Kabupaten
maupun Propinsi guna menunjang kegiatan pembelajaran.
2. Populasi Penelitian
Menurut James H. McMillan dan Sally Schumacher (2001: 169)
bahwa “A population is a group of elements or cases, whether individuals, objects, or events, that conform to spesific criteria and which we intend to
generalize the result of the research”. Dari pernyataan tersebut, dijelaskan
bahwa populasi adalah sekelompok elemen atau kasus, baik itu individual,
objek atau peristiwa yang berhubungan dengan kriteria spesifik dan
merupakan sesuatu yang menjadi target generalisasi dari hasil penelitian
kita.
Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Sugiyono (2008: 80) yang
menyatakan „Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya‟.Penentuan subjek populasi diputuskan sepenuhnya oleh peneliti yang akan melaksanakan kegiatan penelitian. Pengambilan
keputusan populasi tersebut, harus berdasarkan alasan yang kuat mengapa
penelitian itu perlu dilakukan di tempat populasi yang dipilih.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti telah melakukan studi pendahuluan
terhadap subjek terkait yang selanjutnya akan dilaksanakan penelitian di
tempat tersebut, bahwasannya peneliti memutuskan untuk melaksanakan
penelitian di TK Negeri Pembina Kabupaten Subang kelas B yang terdiri
dari kelas B1 dan B2. Hal krusial yang terjadi di sana adalah belum
tercapainya target aspek perkembangan kognitif di kelas B. Sehingga
diharapkan peneliti akan memberikan kontribusi untuk permasalahanyang
sedang terjadi di sekolah tersebut, yaitu dengan melakukan penelitian
dengan memanfaatkan media APE pada kegiatan pembelajaran aspek
Astriana Rahma, 2014
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIFSISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mengklasifikasikan
karakteristik semua yang ada pada populasi itu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Berdasarkan hal
tersebut maka sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar
representatif (mewakili).
Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Nonprobability samplingdengan bentuk sampel jenuh. Sampling jenuh
merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil,
misalnya populasi berjumlah kurang dari 30 orang.
Salah satu ciri dari penelitian kuasi eksperimen adalah tidak dilakukan
penugasan secara acak dan menggunakan kelompok yang sudah ada (intact
group) maka peneliti mengambil sampel dalam bentuk kelompok tidak
mengambil sampel secara individu. Alasannya karena apabila pengambilan
sampel secara individu dikhawatirkan situasi kelompok sampel menjadi
tidak alami. Berdasarkanpendapatdi atas, makaditetapkan2kelas yang
terdapat dikelasBTK Negeri Pembina Kabupaten Subangsebagaisampelpada
penelitian ini.Kelas B ini terdiridari kelas B1 untuk kelas kontrol dan kelas
B2 untuk kelas eksperimen.
D.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data sangat penting dilaksanakan karena data yang
diperoleh dari lapangan melalui instrumen penelitian, diolah dan dianalisa agar
hasilnya dapat dipergunakan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan serta
memecahkan masalah penelitian.Adapun teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data yakni melalui tes penilaian pengamatan.Penilaian
pengamatandigunakan untuk mengukur kemampuan subjek penelitian dalam
Astriana Rahma, 2014
Teknik pengumpulan data pada penelitianini berbeda dengan teknik
pengumpulan data pada metode eksperimen yang umum dilakukan. Perbedaan
yang jelas tertera pada subjek penelitiannya. Jika pada umumnya penelitian
metode eksperimen dilakukan pada jenjang sekolah dasar hingga perguruan
tinggi, maka pada penelitian ini subjeknya adalah siswa Taman Kanak-Kanak.
Seperti yang kita ketahui bahwa, karakteristik dari siswa TK adalah masih
memiliki keterbatasan dalam membaca dan menulis, sehingga tes yang akan
diberikan pasti akan berbeda dengan tes-tes yang pada umumnya digunakan.
Ada duateknik yang digunakandalampengumpulan data padapenelitianini,
yaitu: penilaian pengamatan, danobservasi.
1. Penilaian pengamatan
Maksud dari penilaian pengamatan pada penelitian ini adalah
kemampuan hasil belajar siswa yang akan dilihat sebelum, selama dan
setelah kegiatan kegiatan pembelajaran berlangsung dengan mengamati
prosesnya kemudian hasilnya akan diterjemahkan ke dalam sebuah format
penilaian yang telah disediakan. Penilaian pengamatan ini dilakukan oleh
guru sebelum (pretest) dan sesudah (postest) kegiatan pembelajaran
dilakukan. Kegiatan penilaian pengamatan ini dilakukan baik pada
kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol.
Penilaian pengamatan yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa
indikator-indikator yang dikembangkan dalam bentuk
pernyataan-pernyataan kemudian diisi dalam bentuk checklist dengan 4 skala penilaian
dengan kriteria BB (Belum Berkembang) bernilai 1, MB (Mulai
Berkembang) bernilai 2, BSH (Berkembang Sesuai Harapan) bernilai 3, dan
BSB (Berkembang Sangat Baik) bernilai 4. Adapun langkah–langkah
penyusunan instrumen yang digunakandalampenelitianiniadalah :
a. Menetapkan aspek perkembangan kognitif beserta tingkat
pencapaiannya;
Astriana Rahma, 2014
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIFSISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Menyusun rencana pelaksanaan harian (RKH) pembelajaran berdasarkan
silabus yang telah ditetapkan;
d. Menyusun kisi–kisi instrumen penelitian dengan pokok bahasan yang
telah ditetapkan sebelumnya;
e. Melakukan ujicoba instrumen kepada siswa diluar sampel;
f. Menganalisis instrumen hasil ujicoba;
g. Menggunakan soal yang valid pada subjek penelitian.
2. Observasi
Selainpenilaian pengamatan, pada penelitian ini juga menggunakan
teknik pengumpulan data observasi. Menurut Sugiyono (2008: 203)
„Observasi digunakan apabila penelitian berkenaan dengan perilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati
tidak terlalu besar‟. Penggunaan observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain.
Bentuk observasi dalam penelitian ini adalah observasi nonpartisipan.
Maksudnya adalah peneliti tidak terlibat langsung dalam penelitian dan
hanya sebagai pengamat independen. Tugas peneliti adalah mencatat,
menganalisis, dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan terhadap perilaku
siswa dan guru pada saat pelaksanaan pembelajaran.
Observasi nonpartisipan dalam penelitian ini kemudian akan diurai ke
dalam bentuk-bentuk pernyataan yang terstruktur dan dirancang secara
sistematis tentang apa yang akan diamati selama penelitian berlangsung,
kapan dan dimana tempatnya serta variabel apa yang akan diteliti sehingga
jenis ini termasuk pada kategori observasi terstruktur.
Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini dirancang
berdasarkan langkah-langkah proses pembelajaran yang tercantum dalam
RKH. Format penyajian data hasil observasi disajikan dalam bentuk tabel
untuk memudahkan dalam interpretasinya. Interpretasi untuk data
oberservasi adalah: kriteria nilai 4 (sangat baik), 3 (baik), 2 (cukup), dan 1
Astriana Rahma, 2014
E.Pengembangan Instrumen
Instrumen penelitian merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
suatu penelitian. Menurut Sudjana dan Ibrahim (2001: 97) “…instrumen
sebagai alat pengukur data harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian
rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya.” Instrumen yang dirancang harus sesuai dengan kebutuhan penelitian kita. Maka dari itu,
instrumen yang dikembangkan harus dengan persetujuan orang-orang yang ahli
dibidangnya, sehingga instrumen itu dapat menjadi alat yang tepat untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Instrumen yang dikembangkan, bertujuan untuk melihat sejauhmana
daya serap atau kemampuan subjek penelitian sebagai hasil dari eksperimen
yang telah dilakukan. Mengacu pada UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, standar penilaian pada PAUD adalah proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan tingkat pencapaian
perkembangan anak yang mencakup 5 hal penting yaitu teknik penilaian,
lingkup, proses, pengelolaan hasil dan tindak lanjut. Teknik penilaian yang
dapat digunakan di PAUD meliputi pengamatan, penugasan, unjuk kerja,
pencatatan anekdot, percakapan/dialog, laporan orang tua, dan dokumentasi
hasil karya anak (portofolio), serta deskripsi profil anak. Berdasar hal tersebut,
untuk mengetahui perubahan pencapaian perkembangan kognitif anak dalam
penelitian ini, maka peneliti menggunakan standar penilaian pengamatan.
1. Kisi-kisi Instrumen
Kisi-Kisi Penilaian Kemampuan Kognitif Siswa Kelas B Taman Kanak-Kanak Sekolah : Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kabupaten Subang
Semester : Genap (2)
Kelas : B
Bentuk : Penilaian pengamatan
Standar Kompetensi : Mampu memahami konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf
Tabel 3.2
Astriana Rahma, 2014
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIFSISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tingkat Pencapaian
1. Membilang (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) sampai 20
1
3 2. Membuat urutan bilangan 1-20 dengan benda-benda 2
3. Meniru lambang bilangan 1-20 3
Mencocokkan 2. Mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan 5
Mengenal berbagai macam lambang huruf vokal dan konsonan
1. Pengenalan huruf vokal dan konsonan 6
3
2. Mengenal lambang bilangan 1-20 7
3. Meniru berbagai lambang huruf vokal dan konsonan 8
J U M L A H 8
2. Pengujian Instrumen
a. Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui apakah tes yang
digunakan dalam penelitian ini dapat atau tidak dapat mengukur tingkat
ketepatan tes yaitu mengukur apa yang seharusnya diukur, yang
digunakan dalam pengambilan data adalah validitas yang dihubungkan
dengan kriteria.Instrumen dikatakan valid apabila mempunyai validitas
yang tinggi. Validitas suatu tes erat kaitannya dengan tujuan penggunaan
tes tersebut. Namun, tidak ada validitas yang berlaku secara umum.
Artinya, jika suatu tes dapat memberikan informasi yang sesuai dan dapat
digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, maka tes itu valid untuk
tujuan tersebut. Untuk mengetahui validitas alat ukur dilakukan dengan
menggunakan teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh
Pearson, adapun rumus untuk menguji validitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Astriana Rahma, 2014
∑Y : Skor responden.
(∑Y) : Kuadrat responden.
∑XY : Hasil kali skor X dan Y untuk setiap responden. Untuk menafsirkan koefisien korelasi dapat menggunakan kriteria
sebagai berikut:
Zainal Arifin(2009:257)
Setelah diperoleh hasil validitas tersebut kemudian diuji juga
tingkat signifikansinya dengan menggunakan rumus :
r
Dimana jika thitung > ttabel pada taraf signifikansi 0,05 dengan dk= n-2, maka soal ini dikatakan valid.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas soal dimaksudkan untuk melihat keajegan atau
kekonsistenan soal dalam mengukur respon siswa sebenarnya.
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian instrumen dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah
baik.
Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil
yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau
kesempatan yang berbeda. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui
apakah suatu tes dapat diteliti dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria 0,81 – 1,00 sangat tinggi
Astriana Rahma, 2014
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIFSISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang telah ditetapkan. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
rumus Spearman Brown sebagai berikut:
rnn : korelasi antara skor-skor setiap belahan tes. r12 : koefisien reabilitas yang sudah disesuaikan.
n : panjang tes yang selalu sama dengan 2 karena seluruh tes = 2x
2 1
.
Sebagaitolakkoefisienreliabilitas,
digunakankualifikasisebagaiberikutArikunto (2005:75):
Antara 0,800 sampaidengan 1,00 : sangattinggi Antara 0,600 sampaidengan 0,800 : Tinggi Antara 0,400 sampaidengan 0,600 : Cukup Antara 0,200 sampaidengan 0,400 : Rendah Antara 0,00 sampaidengan 0,200 : sangatrendah
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Normalitas
Ujinormalitasmerupakansalahsatucarauntukmemeriksakeabsahan/nor
malitassampel. MenurutSomantridanMuhidin (2006: 289) “ujinormalitas
data pentingdiketahuiberkaitandenganketetapanpemilihanujistatistik yang
akandigunakan”.Jikaternyatadistribusi data tidak normal,
makadilanjutkandenganmenggunakanstatistikaparametrik.
DalamhalinimenggunakanujiAnova Test.
Kriteria pengujiannya adalah jika nilai Sig. (Signifikasi) atau nilai
probalitas > 0,05 maka distribusi adalah normal. Uji normalitas distribusi
data peningkatan kemampuan kognitif siswa dengan menggunakan One
Sample Kolmogorov Test.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ditujukan untuk menguji kesamaan beberapa bagian
Astriana Rahma, 2014
dilakukan untuk melihat sama tidaknya varian-varian data peningkatan
kemampuan kognitif siswa untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen
dengan Levene Test. Uji Levene Test akan muncul bersamaan dengan hasil
uji beda rata-rata atau uji-t. Kriteria pengujiannya adalah apabila nilai Sig.
(signifikansi) atau nilai probalitas < 0,05 maka data berasal dari
populasi-populasi yang mempunyai varians tidak sama, sedangkan jika nilai Sig.
(signifikansi) atau nilai probalitas > 0,05 maka data berasal dari populasi –
populasi yang mempunyai varians yang sama.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus uji-t. Uji t adalah
salah satu uji yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan yang signifikan dari dua buah mean sampel (dua buah variabel
yang dikomparasikan).
Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
rumus uji-t independen dua arah (t-test independent). Uji ini digunakan
untuk menguji kesamaan rata-rata dari 2 populasi yang bersifat independen,
dimana peneliti tidak memiliki informasi mengenai ragam populasi.
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus uji-t independen
dua arah (t-test independent)untuk menguji signifikansi perbedaan rata-rata
(mean) yang terdapat pada pengolahan data SPSS versi 18. Uji hipotesis
dalam penelitian ini yaitu membandingkan gain skor posttest dengan pretest
antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Penelitian ini menggunakan uji dua ekor. Oleh karena itu, daerah
penolakan hipotesis terdapat pada daerah negatif dan positif dengan batas
ttabel. Untuk menguji tingkat signifikansi perbedaan skor kemampuan
kognitif siswa, dilakukan secara statistik dengan menggunakan uji statistik
parametik Independent Samples Test jika sebaran data terdistribusi normal
dan homogen. Dengan kriteria pengujian: jika t-hitung > t-tabel maka H1
diterima pada taraf signifikansi (α = 0,05) dan derajat kebebasan dk = (n1 +
Astriana Rahma, 2014
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIFSISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berdasarkan rumusan masalah khusus yang diajukan pada BAB I sebagai
berikut :
a. Untuk rumusan masalah pertama hipotesisnya adalah:
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran
yang menggunakan APE dengan pembelajaran yang tidak
menggunakan APE dalam meningkatkan perkembangan
kognitif siswa pada tingkat pencapaian perkembangan
menyebutkan lambang bilangan 1-20.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran yang
menggunakan APE dengan pembelajaran yang tidak
menggunakan APE dalam meningkatkan perkembangan
kognitif siswa pada tingkat pencapaian perkembangan
menyebutkan lambang bilangan 1-20.
b. Untuk rumusan masalah kedua, hipotesisnya adalah:
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran
yang menggunakan APE dengan pembelajaran yang tidak
menggunakan APE dalam meningkatkan perkembangan
kognitif siswa pada tingkat pencapaian perkembangan
mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran yang
menggunakan APE dengan pembelajaran yang tidak
menggunakan APE dalam meningkatkan perkembangan
kognitif siswa pada tingkat pencapaian perkembangan
mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan.
c. Untuk rumusan masalah ketiga, hipotesisnya adalah:
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran
yang menggunakan APE dengan pembelajaran yang tidak
menggunakan APE dalam meningkatkan perkembangan
Astriana Rahma, 2014
mengenal berbagai macam lambang huruf vokal dan konsonan.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran yang
menggunakan APE dengan pembelajaran yang tidak
menggunakan APE dalam meningkatkan perkembangan
kognitif siswa pada tingkat pencapaian perkembangan
mengenal berbagai macam lambang huruf vokal dan konsonan.
d. Untuk rumusan masalah umum, hipotesisnya adalah:
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran yang menggunakan APE dengan pembelajaran yang tidak menggunakan APE dalam meningkatkan perkembangan kognitif siswa.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran yang menggunakan APE dengan pembelajaran yang tidak menggunakan APE dalam meningkatkan perkembangan kognitif siswa.
G.Prosedur Penelitian
Dibawah ini akan dideskripsikan bagaimana tahapan-tahapan yang telah
dilaksanakan dalam penelitian.
Langkah 1. Memilih Masalah
Langkah 2. Studi Pendahuluan
Langkah 3. Mermuskan Masalah
Langkah 4. Merumuskan Anggapan Dasar
Langkah 5. Memilih Pendekatan
Astriana Rahma, 2014
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIFSISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Bagan 3.1
Bagan Arus Kegiatan Penelitian
Langkah 7. Menentukan dan Menyusun Instrumen
Langkah 8. Mengumpulkan Data
Langkah 9. Analisis Data
Langkah 10. Menarik Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, Ishak dan Darmawan, Deni. (2013). Teknologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Anam, Saiful. (2007). Jangan Meremehkan Taman Kanak-Kanak. Taman Yang
Paling Indah. Solo: PT Wangsa Jatra Lestari
Anderson,et al. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. New York: David McKay Company
Ali, M. (1985). Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi.
Bandung:Angkasa.
Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Arikunto, Suharsimi. (2003).Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan: Jakarta Bumi Aksara
________________. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta
Arsyad, Azhar. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Asmani, Jamal Ma’mur. (2009). PAUD. Manajemen Strategi Pendidikan Anak Usia Dini. Memahami Sistem Kelembagaan, Metode Pengajaran, Kurikulum, Ketrampilan, dan Pelatihan-Pelatihannya. Jogjakarta: Diva Press
Creswell, John W. (2012). Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed¸ Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Depdiknas. (2004). Modul Sosialisasi PADUKonsep Dasar Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta: Depdiknas
________. (2003). Modul Pembuatan dan Penggunaan APE (Alat Permainan
Edukatif) Anak Usia 0-3 Tahun. Jakarta: Depdiknas
Astriana Rahma, 2014
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIFSISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
_________. (2007). Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Kognitif Di
Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas
_________. (2006). Pedoman Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas
________. (2006). Pedoman Pembuatan dan Pemanfaatan Alat Peraga di Taman
Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas
________. (2006). Standarisasi Alat Peraga/Bermain Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. (2007). Penggunaan APE Generik dan
Alat Edukatif. Panduan Pembuatan dan Penggunaan Alat Permainan Edukatif.
Bandung: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
Fadlilah, Muhammad. (2012).Desain Pembelajaran PAUD. Tinjauan Teoritik dan
Praktik. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Faisal, S. (1982). Metode Penelitian dan Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Hastuti. (2012).Psikologi Perkembangan Anak. Yogyakarta: Tugu
McMillan, James H. Dan Schumacher, Sally. (2001). Fifth Edition Research in
Education A Conceptual Introduction. Longman.
Mulyasa, E. (2012). Manajemen PAUD. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Oliva, P. F. dan Gordon, W. R. (2013). Developing the Curriculum. (edisi kedelapan). USA: Pearson Education, Inc.
Rusman. (2008).Manajemen Kurikulum, Jakarta: Rajawali Press.
Sadiman, Arief., dkk. (2009). Media Pendidikan. Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Somantri, Ating dkk. (2006). Aplikasi Statistika Dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia
Sudono, Anggani. (2010). Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: PT Grasindo
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif,
kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suryabrata, Sumadi. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Syaodih, N. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda
Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI
Wahyudin, Uyu dan Agustin, M. (2011). Penilaian Perkembangan Anak Usia
Dini. Panduan untuk Guru, Tutor, Fasilitator, dan Pengelola Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: PT Refika Aditama