• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH PBV, ROE, PER, NILAI TUKAR DOLLAR AS DAN INFLASI TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN CONSUMER GOODS YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2001-2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH PBV, ROE, PER, NILAI TUKAR DOLLAR AS DAN INFLASI TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN CONSUMER GOODS YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2001-2010"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH PBV, ROE, PER, NILAI TUKAR DOLLAR AS DAN INFLASI TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN

CONSUMER GOODS YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2001-2010

Oleh

SASI NGATI NINGRUM

Investasi yang dapat digunakan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang adalah Pasar Modal. Pasar modal yang efisien dapat tercermin dari

informasi yang relevan, dimana informasi relevan tersebut dapat diperoleh dari kinerja fundamental keuangan emiten (PBV, ROE, PER, Nilai Tukar Dollar As dan Inflasi).

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh signifikan PBV, ROE, PER, Nilai Tukar Dollar As dan Inflasi Terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hipotesis yang diajukan adalah diduga adanya pengaruh PBV, ROE, PER, nilai tukar dollar as, dan tingkat inflasi terhadap harga saham sektor consumer goods di bursa efek indonesia periode 2001-2010.

Hasil analisis uji F, terdapat hubungan yang bersifat pengaruh antara PBV, ROE, PER, Nilai Tukar dan Inflasi secara serentak terhadap harga saham sektor consumer goods di bursa efek indonesia periode 2001-2011. Hasil uji t,

menunjukkan PBV, ROE, PER, Nilai Tukar dan Inflasi secara parsial berpengaruh terhadap harga saham sektor consumer goods di bursa efek indonesia. Koefisien determinasi (R2= 0,434 atau 43,4%) yang artinya variabel bebas (PBV, ROE, PER, Nilai Tukar dan Inflasi) hanya 43,4% menjelaskan harga saham dan 56,6% dijelaskan oleh faktor lainnya.

(2)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Investasi merupakan suatu cara untuk mewujudkan harapan dalam memperoleh

keuntungan di masa yang akan datang. Hal ini juga di dukung dengan jenis

investasi yang beragam, dengan banyaknya jenis investasi tentu akan memberikan

beragam pilihan bagi investor untuk melakukan investasi pada jenis pilihan

investasi yang mereka minati.

Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan

untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Secara umum dapat dikatakan

bahwa investasi adalah suatu aktivitas penempatan modal untuk tujuan

memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Oleh karena itu investasi

dapat dikatakan sebagai suatu cara yang banyak digunakan untuk memperoleh

keuntungan yang ada di masa yang akan datang. Hakim (2002:30)

Investasi pada umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Investasi pada Financial Assets

Investasi pada financial assets dilakukan di pasar uang dan pasar modal. Investasi

pada pasar uang biasanya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat

berharga pasar uang dan lainnya. Sedangkan investasi pada pasar modal biasanya

(3)

2. Investasi pada Real Assets

Investasi pada real asset diwujudkan dalam bentuk pembelian asset-asset real dan

produktif, biasanya berupa pendirian sebuah pabrik, pembuatan pertambangan,

pembuatan perkebunan dan investasi real asset lainnya.

Sebagai salah satu jenis investasi yang dapat digunakan untuk memperoleh

keuntungan di masa yang akan datang adalah Pasar Modal. Pasar Modal adalah

pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang

bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik

yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

Husnan (2001:1 )

Pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga

sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Lebih lanjut

Husnan (2001:1) inefisiensi terjadi ketika harga saham tidak secara penuh

mencerminkan informasi yang tersedia mempengaruhi harga.

Beberapa informasi yang relevan dibutuhkan oleh para investor dalam melakukan

pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Informasi akan pasar modal

yang efisien dicerminkan oleh informasi relevan. Pasar modal yang efisien dapat

tercermin dari informasi yang relevan, dimana informasi relevan tersebut dapat

diperoleh dari kinerja fundamental keuangan emiten dan kondisi makro ekonomi.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Permana (2009) faktor yang dapat

mempengaruhi ekspektasi harga saham yang biasanya dipertimbangkan oleh

(4)

menghasilkan laba, pergerakan suku bunga bank, tingkat inflasi, kurs nilai tukar

mata uang, serta kondisi sosial politik suatu negara.

Kinerja fundamental emiten merupakan sebuah pencerminan akan efektifitas dan

efisiensi sebuah perusahaan dalam mencapai sasarannya. Dalam melakukan

investasi dalam bentuk saham diperlukan analisis untuk mengukur nilai saham,

yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental berkaitan

dengan penilaian kinerja perusahaan, tentang efektifitas dan efisiensi perusahaan

dalam mencapai sasarannya. Analisis tersebut diperlukan investor untuk

memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai

dari faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang

akan datang dan menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh

taksiran harga saham. Hal ini dapat dijadikan sebagai cara untuk meminimalisir

resiko yang akan ditanggung oleh Investor.

Investor dapat menggunakan analisis fundamental untuk mengetahui tingkat

efisiensi investasi pada sebuah perusahaan melalui ROE( Return On Equity).

Analisis akan ROE( Return On Equity) sangat diperlukan, hal ini berkaitan dengan

kemampuan fundamental dalam perusahaan menghasilkan laba. Kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba sangat berkaitan dengan prospek perusahaan

di masa yang akan datang, khususnya perusahaan yang mempunyai prospek

bagus, misalnya perusahaan Consumer Goods yang merupakan perusahaan

dengan ROE(Return On Equity) rata-rata 40% hingga 60%.

(5)

ROE(Return On Equity) dengan rata-rata yang baik disebabkan karena perusahaan Consumer Goods merupakan perusahaan yang menjaga profitabilitasnya melalui kekuatan merek dan loyalitas pelanggan. Dampak dari kekuatan merek dan

loyalitas pelanggan ini terhadap profitabilitas perusahaan akan berjangka panjang.

Sangat sulit bagi pesaing untuk menyaingi profitabilitas perusahaan dengan

kekuatannya dari merek dan pelanggan. Investor akan tetap memiliki keyakinan

yang tinggi terhadap perusahaan ini untuk bertahan dalam situasi ekonomi yang

buruk. (www.Marketing.co.id.)

Faktor fundamental keuangan lainnya yang sering dikaitkan dalam analisis adalah

PBV(Price Book Value), dan PER(Price Earning Ratio) dalam mempengaruhi perubahan harga saham suatu perusahaan. Samsul (2006:171 ). Pemilihan

faktor-faktor fundamental ini berdasarkan pada penelitian-penlitian terdahulu. Pada

penelitian Kusumawardani (2010) menyatakan bahwa EPS, PER, ROE, DER,

ROA berpengaruh terhadap harga saham. Penelitian yang sejenis juga pernah

dilakukan sebelumnya oleh Nirohito (2009) berkesimpulan EPS, BVPS, ROA,

DPR berpengaruh pada harga saham. Di tahun yang sama Wulandari (2009)

dalam penelitiannya menyatakan bahwa EPS, PER, BVPS, ROI, PBV, DER

memiliki pengaruh terhadap harga saham.

Analisis fundamental memang sudah mampu untuk dijadikan sebagai alat untuk

menganalisi kinerja saham bagi investor meski belum secara sepenuhnya. Oleh

karena itu diperlukan analisis akan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja

(6)

Risiko pasar merupakan salah satu kondisi di luar kinerja perusahaan yang juga

mempengaruhi harga saham. Risiko pasar merupakan risiko sistematik yang tidak

dapat dihilangkan melalui diversifikasi karena risiko sistematisk dipengaruhi oleh

faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Faktor-faktor

yang mempengaruhi resiko sistematik berupa tingkat bunga, kurs valuta asing dan

Inflasi. Jones (2004:127)

Nilai kekuatan suatu perekonomian dapat diukur dengan salah satu alat ukur, yaitu

berupa nilai tukar valuta asing. Seperti dalam sebuah penelitian yang dilakukan

oleh Maryanti (2009) Analisis Pengaruh Nilai Tingkat Bunga SBI (Sertifikat Bank

Indonesia), dan Nilai Kurs Dollar As Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) (Studi Pada Bursa Efek Jakarta) menunjukkan hasil bahwa nilai tingkat

bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia), dan nilai kurs dollar AS berpengaruh

terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG). Begitu juga keterkaitan antara

nilai kurs dengan harga saham, menurunnya kurs rupiah terhadap mata uang asing

khususnya dollar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar

modal. Sitinjak dan Kurniasari ( 2003).

Inflasi ditimbulkan oleh adanya kenaikan akan harga dari suatu barang, dengan

kata lain dapat dikatakan pula menurunnya nilai uang. Inflasi tentu akan sangat

berakibat pada profit perusahaan karena adanya kenaikan inflasi akan memicu

terjadinya kenaikan pembiayaan perusahaan akibat menurunnya daya beli dan

penurunan nilai asset perusahaan. Kenaikan pembiayaan akan memicu terjadinya

penurunan keuntungan dan mengakibatkan performa perusahaan terlihat kurang

(7)

arah penurunan, yang artinya menurunkan capital gain yang akan diperoleh oleh

investor di pasar modal. Keterkaitan inflasi dengan harga saham telah diteliti oleh

Raharjo (2010) dengan penelitian Pengaruh Inflasi , Nilai Kurs Rupiah, dan

Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham di Bursa Efek Indonesia

menunjukkan bahwa adanya pengaruh antara inflasi , nilai kurs rupiah, dan

tingkat suku bunga terhadap harga saham.

Menurunnya performa perusahaan berkaitan dengan penurunan profit biasanya

dipengaruhi oleh menurunnya daya beli masyarakat. Menurunnya daya beli

masyarakat merupakan akibat dari kenaikan harga, yang biasanya diakibatkan

oleh adanya inflasi. Hal ini juga dapat dikatakan bahwa inflasi merupakan

kenaikan harga. Seperti pendapat akan arti inflasi yang telah dikemukakan

Boediono (1994 : 155) definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari

harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus.

Meningkatnya harga barang kebutuhan masyarakat tentunya akan berakibat pada

konsumsi masyarakat akan barang kebutuhan. Menurunnya konsumsi masyarakat

akan barang kebutuhan akan memberikan efek keterkaitan pada perusahaan

penghasil barang pemenuh kebutuhan itu. Cara mengetahui faktor-faktor yang

berkaitan dengan fakta-fakta di atas dan berdasarkan latar belakang masalah yang

merujuk pada penelitian terdahulu yang dijelaskan maka peneliti tertarik untuk

menulis judul : “ANALISIS PENGARUH PBV, ROE, PER, NILAI TUKAR

DOLLAR AS DAN INFLASI TERHADAP HARGA SAHAM

(8)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka permasalahan yang akan

dibahas dalam studi kasus ini adalah :

Apakah ada pengaruh signifikan PBV, ROE, PER, Nilai Tukar Dollar As dan

Inflasi Terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2001-2010.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui pengaruh signifikan PBV, ROE, PER, Nilai Tukar Dollar As

dan Inflasi Terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia periode 2001-2010.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai sarana pendukung perkembangan ilmu pengetahuan Manajemen

Keuangan.

2. Sebagai masukan bagi Investor dalam mengambil keputusan investasinya

di Pasar Modal.

1.5 Kerangka Pemikiran

Pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga-harga

sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin efisien

(9)

Pada pasar modal yang efisisen akan sangat sulit (atau hampir tidak mungkin)

bagi investor untuk memperoleh keuntungan diatas normal secara konsisten

dengan melakukan perdagangan di pasar bursa.

Seringkali pasar saham menunjukkan harga yang sebenarnya akibat dari

persaingan para analis investasi. Foster (1986) menjelaskan bahwa adanya jumlah

analis keuangan yang banyak dan persaingan antar mereka, akan membuat harga

sekuritas “wajar”, dan mencerminkan semua informasi yang relevan. Harga yang

sebenarnya atau nilai sebenarmya adalah harga keseimbangan yang

mencerminkan semua informasi yang tersedia bagi para investor pada suatu titik

waktu tertentu.

Suatu analisis diperlukan sebagi cara memperkecil kemunkinan resiko investasi.

Pada pasar modal efisien, harga sekuritas dapat tercermin dari informasi yang ada,

dapat dikatakan juga sebagai efisiensi informasional. Seorang investor tentunya

memerlukan analisis informasi yang ada untuk memperoleh harga sekuritas

taksiran.

Analisis harga saham atau penilaian harga saham dapat menggunakan beberapa

analisis. Salah satunya analisis berdasarkan faktor fundamental. Analisis

fundamental merupakan metode analisis yang didasarkan pada fundamental

ekonomi suatu perusahaan. Ulupui ( 2009). Untuk mengukur fundamental

ekonomi perusahaan dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, yang

(10)

tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. Kemudian, setiap hasil dari rasio yang diukur

diinterpretasikan sehingga menjadi berarti bagi pengambil keputusan. Kasmir

(2008). Analisis fundamental memiliki faktor-faktor fundamental yang perlu

dianalisis untuk menganalisis harga saham, yaitu faktor fundamental internal dan

eksternal emiten.

Analisis fundamental internal emiten dapat dilakukan dengan menganalisis

rasio-rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas serta rasio-rasio pasar yang berpengaruh

terhadap rasio internal perusahaan. Selain itu juga diperlukan analisis fundamental

eksternal perusahaan, misalnya analisis inflasi, suku bunga dan nilai tukar yang

juga dapat digunakan untuk penilaian sekuritas.

Analisis fundamental internal emiten dapat dilakukan dengan menggunakan

variabel analisis yang mendukung dalam analisis investasi jangka panjang.

Analisis fundamental akan investasi jangka panjang dapat menggunakan

rasio-rasio solvabilitas, rentabilitas, dan rasio-rasio-rasio-rasio pasar . Rasio-rasio-rasio solvabilitas

berupa PBV merupakan alat ukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban perusahaan jangka panjangnya. Rasio-rasio rentabilitas berupa ROE

yang merupakan alat untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan ,asset, dan modal

saham tertentu. Rasio yang ke tiga berupa rasio pasar, dalam rasio pasar terdapat

alat analisis PER yang merupakan alat untuk mengukur harga pasar saham

perusahaan, relatif terhadap nilai bukunya. Analisis fundamental eksternal emiten

(11)

mempengaruhi harga suatu saham. Permana (2009) dalam penelitian analisis

pengaruh fundamental keuangan, tingkat bunga SBI dan tingkat inflasi terhadap

pergerakan saham menggunakan variabel-variabel ROE,EPS,BVPS,PBV, PER

,tingkat suku bunga SBI dan inflasi dalam penelitiannya. Penelitian yang

dilakukan oleh Raharjo (2010) dalam penelitian pengaruh inflasi, nilai kurs

rupiah, dan tingkat suku bunga terhadap harga saham di bursa efek indonesia

[image:11.612.171.493.267.442.2]

menggunakaan variabel nilai kurs sebagai salah satu variabelnya.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

1.6 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian serta

kerangka pemikiran yang telah dijelaskan sebelumnya, maka hipotesis yang

diajukan oleh penulis adalah :

Ha = Diduga Adanya Pengaruh PBV, ROE, PER, Nilai Tukar Dollar AS, dan Inflasi terhadap harga saham sektor consumer goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2001-2010.

Faktor fundamental : - PBV(Price book

Value) X1 - ROE (Return

On Equity) X2 - PER (Price

Earning Ratio) X3

- Nilai Tukar Dollar AS X4 - Inflasi X5

(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Investasi dan Teori Pasar Modal

Investasi yaitu aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber

yang dipakai untuk mengadakan modal barang pada saat ini. Barang modal

tersebut akan menghasilkan aliran produk di masa yang akan datang.

(kumpulanistilah.com).Sedangkan menurut Hakim (2003:30)Investasi

merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk

memperoleh keuntungan di masa mendatang. Secara umum dapat dikatakan

bahwa investasi adalah suatu aktivitas penempatan modal untuk tujuan

memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Oleh karena itu investasi

dapat dikatakan sebagai suatu cara yang banyak digunakan untuk memproleh

keuntungan yang ada di masa yang akan datang. Investasi pada umumnya

dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Investasi pada Financial Assets

Investasi pada financial assets dilakukan di pasar uang dan pasar modal. Investasi

pada pasar uang biasanya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat

berharga pasar uang dan lainnya. Sedangkan investasi pada pasar modal biasanya

(13)

2. Investasi pada Real Assets

Investasi pada real asset diwujudkan dalam bentuk pembelian asset-asset real dan

produktif, biasanya berupa pendirian sebuah pabrik, pembuatan pertambangan,

pembuatan perkebunan dan investasi real asset lainnya.

1. Pasar Modal

Pasar Modal menurut UU Republik Indonesia NO 8 Tahun 1995 memberikan

pengertian akan pasar modal yang lebih spesifik, Pasar Modal adalah kegiatan

yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan

publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi

yang berkaitan dengan efek. Anoraga (2008:47)

Pasar Modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas)

jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun

modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun

perusahaan swasta. Husnan (2001:1 )

Pengertian senada diungkapkan oleh Siamat (1995:365) sebagai berikut: “Pasar

Modal atau Capital Market adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka

panjang dan dalam arti sempit merupakan suatu tempat dalam pengertian fisik

yang terorganisasi dimana efek diperdagangkan.”

Pada umumnya surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal dapat

dibedakan menjadi surat berharga bersifat hutang dan surat berharga yang bersifat

pemilikan. Surat berharga yang bersifat hutang umumnya dikenal nama obligasi

(14)

jauh dapat juga didefinisikan bahwa obligasi adalah bukti pengakuan hutang dari

perusahaan, sedangkan saham adalah bukti penyertaan dari perusahaan. Usman

(1990:62)

Pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna

memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga

lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek. Sunariyah (2000 : 4).

2. Pasar Modal Efisien

Apabila para ahli ekonomi mengatakan bahwa pasar sekuritas efisien, mereka

tidak bermaksud mengatakan bahwa sistem pengarsipannya sangat mutakhir,

meja-mejanya bersih berkilat. Yang mereka maksudkan adalah bahwa informasi

yang relevan telah dicerminkan dalam harga-harga sekuritas tersebut. Secara

formal pasar modal yang efisien didefinisiskan sebagai pasar yang harga-harga

sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yag relevan. Semakin

cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal

tersebut. Dengan demikian akan sangat sulit (atau bahkan hampir tidak mungkin)

bagi para pemodal untuk memperoleh tingkat keuangan diatas normal secara

konsisten dengan melakukan transaksi di perdagangan bursa efek. Efisiensi dalam

artian ini sering juga disebut sebagai efisiensi informasional. Husnan (2001:246)

Persaingan antara para analisis investasi akan membuat pasar sekuritas setiap saat

menunjukkan harga yang sebenarnya. Foster (1986) menjelaskan bahwa adanya

jumlah analisis keuangan yang banyak dan persaingan antar mereka, akan

membuat harga sekuritas wajar, dan mencerminkan semua informasi yang

(15)

3. Harga Saham

Saham merupakan salah satu sekuritas yang diperdagangkan di BEI selain

obligasi dan sertifikat. Saham menurut Baridwan (1992 : 393) dalam Raharjo

adalah: ”Merupakan setoran sejumlah uang dari pemilik sebagai tanda bukti

kepemilikan yang diserahkan pada pihak -pihak yang mengelola setoran modal,

dan mempunyai hak sesuai dengan jenis saham yang dimiliki”

Harga saham menurut Anoraga (2008), adalah harga jual saham sebagai

konsekuensi dari posisi tawar antara penjual dan pembeli saham, sehingga nilai

pasar menunjukkan fluktuasi dari harga saham. Harga suatu saham dapat dibagi

menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Nominal price yaitu nilai yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap

lembar saham yang dikeluarkan.

2. Initial price yaitu harga sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa efek,

setelah bernegoisasi dengan peminjam emisi (underwriter), akan dijual

kepada masyarakat, setelah itu penjamin emisi juga membuka counter untuk

melakukan penjualan saham emiten.

3. Market price yaitu harga jual dari investor yang satu dengan investor yang

lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Dalam transaksi ini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin saham.

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah:

(16)

a. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan,

penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan, dan laporan

penjualan.

b. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman

yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.

c. Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of director

announcements), seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen, dan

struktur organisasi.

d. Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi

ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi, laporan

divestasi dan lainnya.

e. Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan

ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan usaha lainnya.

f. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negosiasi

baru, kontrak baru, pemogokan, dan lainnya.

g. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum

akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per share (EPS) dan

dividend per share (DPS), price earning ratio, net profit margin, return on

equity (ROE), dan lain-lain.

2. Faktor Ekstenal (Lingkungan Makro), diantaranya antara lain:

a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan

deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi

(17)

b. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan

terdapat perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan

terhadap manajernya.

c. Pengumuman industri sekuritas (securities annuoncements), seperti laporan

pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan,

pembatasan/penundaan trading.

d. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor

yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di

Bursa Efek suatu negara.

e. Berbagai isu baik dalam negeri maupun luar negeri.

2.1.2 Faktor-faktor Analisis Fundamental

Analisis fundamental menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari

keuangan perusahaan (misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan dan lain

sebagainya). Analisis fundamental merupakan analisis untuk menghitung nilai

intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan. Hartono (2009)

Model berdasarkan atas faktor-faktor fundamental mencoba memperkirakan harga

saham di masa yang akan datang dengan :

 Mengestimate faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di

masa yang akan datang.

 Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran

(18)

- PBV(Price book Value)

PBV(Price book Value)digunakan untuk menilai apakah suatu saham berada pada

posisisi undervalue atau overvalue. Sebuah saham dikatakan undervalue apabila

harga saham berada dibawah nilai buku, sedangkan nilai saham dikatakan

overvalue jika harga saham berada diatas nilai buku per saham. Semakin rendah

Price Book Value (PBV) rasionya berarti harga saham tersebut murah atau berada

dibawah harga. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus. Samsul (2006: 172 ) :

- ROE (Return On Equity)

ROE (Return On Equity) adalah mengukur seberapa banyak keuntungan yang

menjadi hak pemilik modal sendiri karena itu dipergunakan angka laba setelah

pajak. Angka modal sendiri juga sebaiknya dipergunakan angka rata-rata.

Houston and Brigham (2001)

- PER (Price Earning Ratio)

Pengertian Price Earning Ratio (PER), menurut Sulistyastuti (2005) “Price

Earning Ratio (PER) adalah ukuran kinerja saham yang didasarkan atas

perbandingan antara harga pasar saham terhadap pendapatan per lembar saham

(EPS)Earning Per Share,”. PER adalah mengukur jumlah uang yang akan dibayar

oleh investor untuk setiap rupiah pendapatan perusahaan. PER menunjukkan

tingkat kepercayaan investor terhadap masa depan perusahaan, hal ini dapat

(19)

pendapatan perusahaan. Semakin tinggi PER maka semakin besar kepercayaan

investor terhadap masa depan perusahaan.

- Nilai Tukar Dollar

Nilai kurs adalah suatu nilai tukar mata uang asing terhadap mata uang negara

lain. Nilai tukar tersebut sebenarnya merupakan semacam harga dalam bentuk

pertukaran tersebut. Demikian pula pertukaran antara dua mata uang yang berbeda

dimana akan terdapat perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang

tersebut. Perbandingan nilai inilah yang disebut kurs. Kurs valuta adalah harga

satu unit valuta yang ditunjukkan dalam valuta lain. Nilai tukar rupiah terhadap

dollar AS merupakan harga satu satuan dollar AS yang dinilai ke dalam satu

rupiah. Choi (1997:124)

Mankiw (2003: 123) mengemukakan bahwa kurs (exchange rate) antara dua

negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling

melakukan perdagangan.

Fungsi dari kebijakan sistem nilai tukar adalah untuk kestabilan pasar domestik,

fungsi ini untuk menjaga agar nilai tukar tidak dijadikan sebagai suatu alat yang

akan menambah atau mengurangi likuiditas masnyarakat dalam arti bahwa apabila

masyarakat menilai U$D murah (rupiah overvalued) maka mereka akan

memborong U$D dan juga sebaliknya. Ketidakstabilan pasar domestik yang

demikian dapat menimbulkan spekulatif seperti perkembangan pada awal krisis

(20)

ekonomi makro. Benny dan Doddy (1998). Nilai tukar dollar merupakan salah

satu faktor yang cukup berpengaruh terhadap naik turunnya harga saham. Jika

nilai kurs dollar tinggi maka investor akan lebih menyukai investasi dalam bentuk

dollar AS dibandingkan dengan investasi pada surat-surat berharga karena

investasi pada surat-surat berharga merupakan investasi jangka panjang.

Demikian pula sebaliknya, jika nilai tukar dollar As turun maka investor akan

lebih menyukai investasi pada surat-surat berharga sehingga akan mempengaruhi

nilai transaksi saham yang akan berpengaruh kepada harga saham. Namun nilai

tukar akan menjadi tidak memiliki sebuah pengaruh jika sebuah perusahaan dan

Investor sama-sama menerapkan nilai tukar yang sama pada analisisnya.

- Inflasi

Inflasi sering kali didefinisiskan kenaikan harga secara umum. Makin tinggi

kenaikan harga makin turun nilai uang. Definisi diatas memberikan makna bahwa,

kenaikan harga barang tertentu atau kenaikan harga karena sebuah peristiwa

ketidakstabilan kondisi ekonomi, seperti krisis akan berdampak pada inflasi.

Kuncoro (1998:46) adalah: kecenderungan dari harga untuk meningkat secara

umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang tidak dapat

disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau mengakibatkan

kenaikan kepada barang lainnya.

Menurut Boediono (1994 : 155) definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan

dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus- menerus. Kenaikan harga

dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi. Syarat adanya kecenderungan

(21)

karena, misalnya, musiman, menjelang hari raya, bencana, dan sebagainya, yang

sifatnya hanya sementara tidak disebut inflasi. Pengaruh fluktuasi inflasi akan

menjadi hilang ketika tingkat inflasi yang dipakai antara emiten dan investor

sama. Hanafi (2008:173).

2.2 Penelitian-penelitian Terdahulu.

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan beberapa faktor fundamental yang

dihubungkan dengan prediksi harga saham telah dilakukan oleh beberapa peneliti.

Pada umumnya penelitian tersebut meneliti mengenai karakteristik perusahaan

yang diduga memiliki hubungan dengan harga saham dalam laporan tahunan yang

merupakan sumber informasi penting bagi pemegang saham dalam menilai

kinerja perusahaan.

Skripsi :

1. Mardani (2008), berjudul Pengaruh Return On Investment (ROI) Dan

Dviden Per Share (DPS) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food And

Beverages Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ( Skripsi). Penelitian ini

menyimpulkan ROI dan DPS berpengaruh signifikan secara parsial terhadap

harga saham .

2. Indramaya (2011), dengan judul Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta

Asing, Inflasi dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Indeks Harga Saham

Sektoral (Skripsi). Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil dari uji

Secara serempak variabel perubahan nilai tukar rupiah/US$, perubahan inflasi

(22)

signifikan terhadap sektor Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Properti,

Infrastruktur, Keuangan dan Perdagangan. Namun Aneka Industri, Industri

Konsumsi dan Manufaktur ternyata dipengaruhi secara tidak signifikan oleh

variabel perubahan nilai tukar rupiah/US$, perubahan inflasi dan perubahan

tingkat suku bunga deposito secara serempak dikarenakan ketiga sektor

tersebut merupakan kumpulan industri yang mengolah atau memproduksi

barang kebutuhan pokok.

3. Rosyidah (2009), Penelitian berjudul Analisis Fundamental dan Risiko

Sistematis Terhadap Harga Saham (Studi Pada LQ 45 yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Th 2003/2007) (Skripsi). Hasil Penelitian menyatakan

secara simultan variabel independen (ROA, BV, PBV, DER, EPS, dan risiko

sistematis) berpengaruh terhadap harga saham. Namun Hanya ROA, PBV

dan EPS yang mempengaruhi harga saham secara parsial.

Jurnal :

1. Utami dan Rahayu (2003), dengan judul penelitian Peranan Profitabilitas,

Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar Dalam Mempengaruhi Pasar Modal

Indonesia Selama Krisis Ekonomi (Jurnal). Berkesimpulan : selama krisis

ekonomi terjadi di Indonesia, secara simultan terbukti bahwa

profitabilitas,suku bunga, inflasi, dan nilai tukar secara bersama-sama

mempengaruhi harga saham badan usaha secara signifikan namun hanya suku

bunga dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang berpengaruh

(23)

2. Harahap dan Pasaribu (2006), Berjudul Pengaruh Faktor Fundamental Dan

Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur

Yang Terdapat Di Bursa Efak Jakarta (Jurnal). Penelitian yang dilakukan

menghasilkan kesimpulan berupa faktor fundamental dan resiko sistematis

secara simultan mempengaruhi harga saham, namun secara parsial BVS dan

Beta saham yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

3. Permana dan Sularto (2008), dengan judul Analisis Pengaruh Fundamental

Keuangan, Tingkat Bunga SBI dan Tingkat Inflasi Terhadap Pergerakan

Harga Saham (Jurnal). Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah

Berdasarkan koefisien regresi, terbukti bahwa setiap variabel bebas

mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Rasio pendapatan harga, nilai

buku saham, pengembalian ekuitas, tingkat suku bunga SBI dan tingkat

inflasi mempunyai hubungan negatif terhadap harga saham.

4. Kesuma (2009), penelitian berjudul Analisis Faktor yang Mempengaruhi

Struktur Modal Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Real

Estate yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (Jurnal). Hasil penelitian

berupa Pertumbuhan penjualan, Struktur aktiva mempunyai pengaruh negatif

dan tidak signifikan terhadap harga saham. Profitabilitas mempunyai

pengaruh signifikan serta searah dengan harga saham dan signifikan terhadap

harga saham sedangkan Struktur modal mempunyai pengaruh tidak signifikan

dan searah dengan harga saham.

5. Penelitian Wulandari (2009), dengan judul Analisis Faktor Fundamental

(24)

Kesimpulan penelitian menyebutkan variasi harga saham dapat dijelaskan

dengan variabel idependen, meskipun hasil yang ada tidak berlaku secara

menyeluruh bagi setiap sampel penelitian.

6. Nurmalasari (2009), Penelitian berjudul Analisis Pengaruh Rasio

Profitabilitas Terhadap Harga Saham Emiten LQ 45 yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Tahun 2005-2008 (Jurnal), dengan hasil rasio keuangan yang

terdiri dari NPM, ROE, ROI dan EPS berpengaruh secara bersama-sama

terhadap harga saham.

7. Maryanti (2009), penelitian berjudul Analisis Pengaruh Nilai Tingkat Bunga

SBI dan Nilai Kurs Dollar AS Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) (Studi Pada Bursa Efek Jakarta) (Jurnal), Menyimpulkan Nilai tingkat

bunga SBI dan nilai kurs dollar AS berpengaruh terhadap Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG). Tingkat bunga SBI berpengaruh negatif terhadap

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

8. Nirohito (2009), dengan judul Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan

Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham pada Industri Properti dan Real

Estate di Bursa Efek Indonesia (Jurnal). Hasil kesimpulan yang diperoleh dari

penelitian ini adalah penelitian menunjukan bahwa secara simultan atau

bersama-sama semua faktor fundamental Earning per Share (EPS), Book

Value per Share (BVS), Return onAssets (ROA), Dividend Payout Ratio

(DPR) dan resiko sistematik (Beta) berpengaruh terhadap harga saham. Hasil

penelitian menunjukan bahwa secara parsial hanya variabel Return on Asset

(25)

9. Sari dan Indrayani (2009), dengan judul penelitian Analisis Pengaruh Earning

Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Return On Equity (ROE)

Terhadap Harga Saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2008

(Jurnal). Hasil penelitian menyebutkan secara simultan EPS,PER, dan ROE

memiliki pengaruh terhadap harga saham, namun secara simultan hanya ROE

saja yang memiliki pengaruh terhadap harga saham.

10.Kusumawardani (2010), dalam penelitian Analisis Pengaruh EPS, PER, ROE,

FL, DER, CR, ROA pada Harga Saham dan Dampaknya Terhadap Kinerja

Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bei Periode 2005 -2009 (Jurnal). Hasil

yang diperoleh berupa dari 7 variabel (EPS, PER, ROE, FL, DER, CR, dan

ROA ) yang digunakan dalam penelitian ini tidak semuanya berpengaruh

secara parsial pada harga saham. Variabel yang memiliki pengaruh pada

harga saham hanya variabel EPS, PER, ROE, DER, dan ROA.

11.Raharjo (2010), dengan judul Pengaruh Inflasi, Nilai Kurs Rupiah, dan

Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham di Bursa Efek Indonesia

(Jurnal). Penelitian yang dilakukan berkesimpulan bahwa : inflasi dan nilai

tukar berpengaruh positif sedangkan tingkat suku bunga berpengruh negatif

(26)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian

Objek penelitian ini adalah sektor consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2001-2010. Penelitian ini menggunakan PBV, ROE, dan PER

dari sektor consumer goods dan nilai tukar dollar As dan Inflasi sebagai variabel

bebasanya untuk diuji keterkaitannya terhadap harga saham perusahaan sektor

consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai variabel terikat.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, yaitu

pengumpulan data-data melalui dokumen-dokumen yang berkaitan dengan

penulisan skripsi ini.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tergolong dalam sektor

Consumer Goods periode 2001-2010 . Jumlah populasi dalam penelitian ini

sebanyak 37 perusahaan yang tercantum dalam lampiran 1.

Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

(27)

1998:326). Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut

:

1. Perusahaan yang tergabung di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan tergolong

dalam sektor Consumer Goods selama periode 2001 sampai dengan 2010

dimaksudkan agar jumlah data dapat memenuhi kriteria sampel penelitian.

2. Mempublikasikan laporan keuangan auditan secara konsisten dan lengkap dari

tahun 2001 sampai dengan 2010.

3. Perusahaan yang memiliki harga saham relatif stabil.

4. Periode laporan keuangan berakhir setiap 31 Desember.

Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, dari seluruh perusahaan yang tergabung

dalam sektor Consumer Goods, dengan menggunakan teknik Purposive

judgement Sampling, maka diperoleh sebanyak 6 perusahaan yang memenuhi

kriteria sebagai sampel penelitian yang tercantum dalam lampiran 1.

3.4 Definisi Operasional Variabel Pengukuran Rasio Keuangan.

Pengukuran rasio keuangan perusahaan yang tergabung dalam sektor consumer

goods periode2001-2010.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas :

1. Variabel Dependen

Variabel dependen dinyatakan dengan notasi Y yaitu harga pasar saham. Harga

pasar saham adalah nilai saham dipasar saham. Harga pasar saham penutupan

(28)

saham didefinisikan sebagai: ”The price at which stock sells in the market.”

Sedangkan, harga pasar saham adalah nilai pasar sekuritas yang dapat diperoleh

investor apabila investor menjual atau membeli saham, yang ditentukan

berdasarkan harga penutupan atau closing price di bursa pada hari yang

bersangkutan. Jadi, harga penutupan atau closing price merupakan harga saham

terakhir kali pada saat berpindah tangan di akhir perdagangan.

2. Variabel Independen

Penelitian ini menggunakan beberapa variabel independen , yaitu :

a. Analisis fundamental keuangan perusahaan, yaitu analisis yang berkaitan

dengan kinerja perusahaan khususnya kinerja keuangan perusahaan yang

diproxykan dengan rasio-rasio keuangan sebagai berikut :

1. Price Book Value (PBV)

Price Book Value (PBV) yaitu rasio ini digunakan untuk menilai apakah suatu

saham berada pada posisisi undervalue atau overvalue. Sebuah saham dikatakan

undervalue apabila harga saham berada dibawah nilai buku, sedangkan nilai

saham dikatan overvalue jika harga saham berada diatas nilai buku per saham.

Semakin rendah Price Book Value (PBV) rasionya berarti harga saham tersebut

murah atau berada dibawah harga rugi. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus.

(29)

2. Return On Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur kinerja manajemen

perusahaan dalam mengelola yang tersedia untuk menghasilkan laba. Semakin

besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan

sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi bermasalah semakin

kecil. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :

3. Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio (PER) , Menurut Sulistyastuti (2005) “Price Earning Ratio

(PER) adalah ukuran kinerja saham yang didasarkan atas perbandingan antara

harga pasar saham terhadap pendapatan per lembar saham (Earning Per Share)

EPS, PER adalah mengukur jumlah uang yang akan dibayar oleh investor untuk

setiap rupiah pendapatan perusahaan. PER menunjukkan tingkat kepercayaan

investor terhadap masa depan perusahaan, hal ini dapat dilihat dari jumlah uang

yang akan dibayar oleh investor untuk setiap rupiah pendapatan perusahaan.

Semakin tinggi PER maka semakin besar kepercayaan investor terhadap masa

depan perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :

4. Nilai Tukar

Nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke

dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, nilai

(30)

mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor

cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Jika nilai tukar dollar

tinggi maka investor akan lebih menyukai investasi dalam bentuk dollar AS

dibandingkan dengan investasi pada surat-surat berharga karena investasi pada

surat-surat berharga merupakan investasi jangka panjang.

5. Inflasi

Inflasi sering kali didefinisiskan kenaikan harga secara umum. Makin tinggi

kenaikan harga makin turun nilai uang. Definisi diatas memberikan makna bahwa,

kenaikan harga barang tertentu atau kenaikan harga karena sebuah peristiwa

ketidakstabilan kondisi ekonomi, seperti krisis akan berdampak pada inflasi.

3.5 Jenis dan Sumber Data

Seluruh data yang digunakan untuk mendukung model-model penelitian ini

menggunakan data sekunder. Sumber data penelitian ini adalah sumber eksternal

berupa laporan keuangan dan fact book tahunan yang diperoleh melalui Bursa

Efek Indonesia (BEI). Perhitungan Nilai tukar Dollar As dan Inflasi

menggunakan data yang diperoleh dari situs Bank Indonesia (BI).

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi yaitu

pengumpulan data yang disasarkan pada catatan yang telah dipublikasikan pada

situs Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchange (IDX) ,

ECFIN (Institute For Economic and Financial Research) dan Bank Indonesia (BI)

(31)

3.7 Model Analisis 3.7.1 Uji Asumsi Klasik

Pengujian terhadap penyimpangan asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari

uji normalitas, multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.

- Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2007), uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam

model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi

normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah apabila keduanya mempunyai

distribusi normal atau mendekati normal. Pada prinsipnya normalitas dapat

dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumber dari grafik normal

probability plot. Jika titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal maka data

tersebut berdistribusi normal.

Untuk mengetahui apakah suatu data tersebut normal atau tidak secara statistik

maka dilakukan uji normalitas menurut Kolmogorov-Smirnov dua arah atau

analisis grafis. Uji Kolmogorov-Smirnov dua arah menggunakan kepercayaan 5

persen. Dasar pengambilan keputusan normal atau tidaknya data yang akan

diolah adalah sebagai berikut:

a. Apabila hasil signifikansi lebih besar (>) dari 0,50 maka data terdistribusi

normal.

(32)

- Uji Multikolinearitas

Adanya multikolinearitas berarti terdapat korelasi linear diantara dua atau lebih

variabel independen. Akibat adanya multikolinearitas ini, maka akan sangat sulit

untuk memisahkan pengaruh masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependennya. Dengan adanya multikolinearitas, maka standar kesalahan

untuk masing-masing koefisien akan sangat besar, sehingga mengakibatkan nilai t

menjadi rendah. Akibat lainnya adalah pengaruh masing-masing variabel

independen tidak dapat dideteksi. Untuk mengetahui apakah ada korelasi diantara

variabel-variabel bebas dapat diketahui dengan melihat dari nilai tolerance dan

Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran tersebut menunjukkan setiap

variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Dalam

pengertian sederhana setiap variabel bebas menjadi variabel terikat dan diregres

terhadap variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas

yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bias lainnya. Jadi nilai

tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang sangat tinggi (karena VIF =

1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cut off yang

umum dipakai adalah tolerance 0,10 atau sama dengan VIF diatas 10. Setiap

peneliti harus menentukan tingkat kolineritas yang masih dapat diterima.

- Uji Autokorelasi

Autokorelasi akan terjadi apabila munculnya suatu data dipengaruhi oleh data

sebelumnya. Dengan kata lain, pengujian ini dimaksudkan untuk melihat adanya

(33)

Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat digunakan metode grafik

maupun uji Durbin Waston (DW). Pengambilan keputusan ada tidaknya

autokorelasi:

a. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du)

maka koefisien autokorelasinya sama dengan nol, berarti tidak ada

autokorelasi.

b. Bila nilai DW lebih rendah dari batas bawah atau lower bound (dl) maka

koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi

positif.

c. Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasinya lebih

kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif.

d. Bila nilai DW terletak antara batas atas (du) dan dibawah batas bawah (dl)

atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl) maka hasilnya tidak dapat

disimpulkan.

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi:

Hipotesis nol Jika

Tidak ada autokorelasi positif

Tidak ada autokorelasi positif

Tidak ada autokorelasi negatif

Tidak ada autokorelasi negatif

Tidak ada autokorelasi positif atau negatif

0 < d < dL

dL ≤ d ≤ dU

4 – dL< d < 4

4 – dU= d = 4 - dL

dU< d < 4 - dU

(34)

- Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat jarak kuadrat titi-titik sebaran terhadap

garis regresi. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik plot antara

nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID), ada

tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola

tertentu pada grafik scatter plot antara ZPRED dan SRESID di mana sumbu Y

adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual. Dasar analisisnya

adalah sebagai berikut :

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

- Uji-F

Selanjutnya dilakukan uji F untuk melihat kemaknaan dari hasil model regresi

tersebut.

Langkah–langkah yang dilakukan adalah (Gujarati, 1999):

a. Merumuskan Hipotesis (Ha)

Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen

(35)

b. Menentukan tingkat signifikansi yaitu sebesar 0.05 (α=0,05)

c. Membandingkan F hitung dengan F tabel

Nilai F hitung dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 1999):

dimana:

R2 = Koefisien Determinasi

K = Banyaknya koefisien regresi

N = Banyaknya Observasi

1. Bila F hitung < F tabel, variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen.

2. Bila F hitung > F tabel, variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh

terhadap variabel dependen.

d. Berdasarkan Probabilitas

Dengan menggunakan nilai probabilitas, Ha akan diterima jika probabilitas

(36)

e. Menentukan nilai koefisien determinasi, dimana koefisien ini menunjukkan

seberapa besar variabel independen pada model yang digunakan mampu

menjelaskan variabel dependennya.

- Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinansi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Koefisien determinasi dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 1999):

Nilai koefisien determinansi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen amat terbatas. Ghozali (2005). Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti

variabel–variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

- Uji-t

Ujit digunakan untuk membuktikan hipotesis penelitian yakni ada pengaruh

variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji t juga

digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh PBV, ROE, PER, Nilai Kurs

Dollar AS, dan Tingkat Inflasi terhadap harga saham sektor consumer goods yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu ujit ini digunakan untuk

menguji hipotesis. Langkah–langkah pengujian yang dilakukan adalah dengan

(37)

a. Merumuskan hipotesis (Ha)

Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

independen terhadap variabel dependen (harga saham) secara parsial.

b. Menentukan tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05

c. Membandingkan thitung dengan ttabel, Jika t hitung lebih besar dari t tabel maka

Ha diterima.

Nilai t hitung dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 1999):

1. Bila –ttabel < -thitung dan t hitung < t tabel, variabel bebas (independen) secara

individu tak berpengaruh terhadap variabel dependen.

2. Bila thitung > t tabel dan –t hitung < -t tabel, variabel bebas (independen)

secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen.

d. Berdasarkan probabilitas

Ha akan diterima jika nilai probabilitasnya kurang dari 0,05 (α)

e. Menentukan variabel independen mana yang mempunyai pengaruh paling

dominan terhadap variabel dependen. Hubungan ini dapat dilihat dari

(38)

3.7.2 Analisis Regesi Berganda

Regresi berganda adalah analisis regresi dengan menggunakan dua atau lebih

variabel bebas.

Dengan persamaan : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e Dimana:

Y adalah harga saham periode t

a adalah koefisien konstanta

b1-5 adalah koefisien regresi

X1 adalah PBV periode t

X2 adalah ROE periode t

X3 adalah PER periode t

X4 adalah Nilai Tukar Dollar AS periode t

X5 adalah Inflasi periode t

(39)

IV. PENUTUP

5.1 Simpulan

1. Berdasarkan hasil uji F H0 ditolak Maka dapat disimpulkan terdapat

pengaruh PBV, ROE, PER, Nilai Tukar dan Inflasi terhadap harga saham.

2. Variabel bebas PBV, ROE, PER, Nilai Tukar Dollar AS dan Inflasi secara

parsial memiliki pengaruh terhadap harga saham.

3. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel PBV, ROE, PER, Nilai

Tukar Dollar AS dan Inflasi berpengaruh terhadap Harga Saham. Ini

memperkuat dari tinjauan pustaka mengenai tingkat suku bunga SBI yang

telah diuraikan di bab II. Selain itu, hasil penelitian ini juga mendukung hasil

penelitian dari Kusumawardani (2010) yang mengemukakan bahwa PER dan

ROE berpengaruh terhadap harga saham. Penelitian Permana dan Sularto

(2008) menyatakan bahwa PBV dan Inflasi berpengaruh terhadap harga

saham, serta penelitian yang dilakukan Raharjo (2010) mengemukakan

bahwa Nilai Tukar Dollar AS juga terbukti signifikan mempengaruhi harga

(40)

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu :

1. Sampel yang digunakan terbatas hanya pada perusahaan sektor Consumer

Goods saja, sehingga perlu dilakukan pengguaan sampel yang lebih luas

untuk penelitian selanjutnya.

5.3 Saran

Berdasarkan simpulan tersebut di atas, penulis dapat memberi saran, sebagai

berikut :

1. Koefisien determinasi (adjusted R2) yang sebesar 43,4 persen menunjukkan

bahwa ada 56,6 persen variabel lain diluar variabel yang digunakan dalam

model yang dapat menjelaskan harga saham. Diharapkan penelitian yang

akan datang menggunakan variabel-variabel bebas diluar rasio keuangan

seperti kesempatan investasi, insider ownership, suku bunga SBI atau

variabel lainnya.

2. Bagi Para investor hendaknya berhati-hati terhadap rasio keuangan ketika

akan melakukan investasi di pasar modal. Perlu diperhatikan faktor lain

selain faktor fundamental. Investor perlu memperhatikan karakteristik dari

perusahaan yang mengeluarkan saham.

3. Bagi emiten, sebelum melakukan kebijakan harus mengkaji terlebih dahulu

faktor-faktor yang mempengaruhi naik turunnya harga saham sehingga tidak

(41)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR. ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Kerangka Pikiran ... 7

1.6. Hipotesis ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Landasan Teori ... 11

1.1.1 Pengertian Investasi dan Teori Pasar Modal ... 11

1.1.2 Faktor-faktor Analisis Fundamental ... 16

2.2 Penelitian-penelitian Terdahulu ... 20

III.

METODOLOGI PENELITIAN ... 25

3.1 Objek Penelitian ... 25

3.2 Metode Pengumpulan Data ... 25

3.3 Populasi dan sampel Penelitian ... 25

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 26

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 29

3.6 Teknik Pengumpulan Data. ... 29

3.7 Model Analisis ... 30

3.7.1 Uji Asumsi Klasik ... 30

3.7.2 Analisis Regesi Berganda ... 37

IV. PEMBAHASAN ... 38

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 38

4.2 Deskriptif Statistik Variabel Penelitian ... 39

(42)

4.3.1 Uji Asumsi Klasik ... 41

4.3.2 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 48

IV. PENUTUP ... 53

5.1 Simpulan ... 53

5.1 Keterbatasan Penelitian ... 54

5.2 Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA

(43)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

4.1. Hasil Analisis Deskriptif Data ... 39

4.2. Hasil Uji Normalitas ... 44

4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 45

4.4.Uji Durbin-Watson ... 46

4.5.Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 48

4.6 Hasil Uji F ... 49

4.7.Hasil R Square ... 49

(44)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.Kerangka Pemikiran ... 10

2.Grafik Histogram ... 42

3.Normal Probability Plot ... 43

(45)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1.

Daftar Perusahaan Sektor

Consumer Goods

2.

Data Variabel Bebas dan Harga Saham Sektor

Consumer Goods

3.

Hasil Uji Deskriptif

4.

Hasil Uji Asumsi Normalitas

5.

Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas

6.

Hasil Uji Autokorelasi

7.

Hasil Uji Heteroskedastisitas

8.

Hasi Uji F

9.

Hasil Uji R

2

10.

Hasil Uji t

11.

Tabel Durbin Watson (a=5%)

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

• Neraca perdagangan non migas bulan Februari 2017 mengalami surplus USD 2,5 miliar. sementara neraca migas defisit USD 1,2 miliar, menyebabkan neraca perdagangan secara total

Lestari melakukan analisis jumlah pengungkapan sukarela laporan keuangan tahunan perbankan syariah melalui website dengan hasil skor IFR bank syariah paling banyak jumlahnya pada

Asuransi Jiwa Bersama Bumiutera Syariah Banda Aceh agar dapat lebih hati-hati lagi terhadap pengambilan keputusan dalam menanggulangi risiko agar tidak terjadinya risiko

Penulis mencoba melakukan penelitian pencarian kembali dokumen dengan salah satu metode optimasi heuristik yaitu algoritma genetika dan memanfaatkan binary untuk pengkodean

Berdasarkan survei yang kami lakukan dugaan peyebab banjir yang terjadi di Perumhan Dharma Husada Indah Utara adalah tidak mampunya saluran sekunder Dharma Husada

Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar WUS tidak pernah melakukan pemeriksan IVA, walaupun sudah ada dukungan dari petugas kesehatan karena wanita usia

Jumlah penduduk Kabupaten Gresik hingga tahun 2013 yaitu 1.307.995 jiwa dimana wilayah dengan jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Menganti sebesar 118.888

Content of the tables should be written using CALIBRI 12 with after 6pt and the remarks of tables placed in the bottom with CALIBRI 12, single space and before 6pt..