ANALISIS PENGARUH PBV, ROE, PER, NILAI TUKAR DOLLAR AS DAN INFLASI TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN
CONSUMER GOODS YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2001-2010
Oleh
SASI NGATI NINGRUM
Investasi yang dapat digunakan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang adalah Pasar Modal. Pasar modal yang efisien dapat tercermin dari
informasi yang relevan, dimana informasi relevan tersebut dapat diperoleh dari kinerja fundamental keuangan emiten (PBV, ROE, PER, Nilai Tukar Dollar As dan Inflasi).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh signifikan PBV, ROE, PER, Nilai Tukar Dollar As dan Inflasi Terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hipotesis yang diajukan adalah diduga adanya pengaruh PBV, ROE, PER, nilai tukar dollar as, dan tingkat inflasi terhadap harga saham sektor consumer goods di bursa efek indonesia periode 2001-2010.
Hasil analisis uji F, terdapat hubungan yang bersifat pengaruh antara PBV, ROE, PER, Nilai Tukar dan Inflasi secara serentak terhadap harga saham sektor consumer goods di bursa efek indonesia periode 2001-2011. Hasil uji t,
menunjukkan PBV, ROE, PER, Nilai Tukar dan Inflasi secara parsial berpengaruh terhadap harga saham sektor consumer goods di bursa efek indonesia. Koefisien determinasi (R2= 0,434 atau 43,4%) yang artinya variabel bebas (PBV, ROE, PER, Nilai Tukar dan Inflasi) hanya 43,4% menjelaskan harga saham dan 56,6% dijelaskan oleh faktor lainnya.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Investasi merupakan suatu cara untuk mewujudkan harapan dalam memperoleh
keuntungan di masa yang akan datang. Hal ini juga di dukung dengan jenis
investasi yang beragam, dengan banyaknya jenis investasi tentu akan memberikan
beragam pilihan bagi investor untuk melakukan investasi pada jenis pilihan
investasi yang mereka minati.
Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan
untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Secara umum dapat dikatakan
bahwa investasi adalah suatu aktivitas penempatan modal untuk tujuan
memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Oleh karena itu investasi
dapat dikatakan sebagai suatu cara yang banyak digunakan untuk memperoleh
keuntungan yang ada di masa yang akan datang. Hakim (2002:30)
Investasi pada umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Investasi pada Financial Assets
Investasi pada financial assets dilakukan di pasar uang dan pasar modal. Investasi
pada pasar uang biasanya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat
berharga pasar uang dan lainnya. Sedangkan investasi pada pasar modal biasanya
2. Investasi pada Real Assets
Investasi pada real asset diwujudkan dalam bentuk pembelian asset-asset real dan
produktif, biasanya berupa pendirian sebuah pabrik, pembuatan pertambangan,
pembuatan perkebunan dan investasi real asset lainnya.
Sebagai salah satu jenis investasi yang dapat digunakan untuk memperoleh
keuntungan di masa yang akan datang adalah Pasar Modal. Pasar Modal adalah
pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang
bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik
yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.
Husnan (2001:1 )
Pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga
sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Lebih lanjut
Husnan (2001:1) inefisiensi terjadi ketika harga saham tidak secara penuh
mencerminkan informasi yang tersedia mempengaruhi harga.
Beberapa informasi yang relevan dibutuhkan oleh para investor dalam melakukan
pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Informasi akan pasar modal
yang efisien dicerminkan oleh informasi relevan. Pasar modal yang efisien dapat
tercermin dari informasi yang relevan, dimana informasi relevan tersebut dapat
diperoleh dari kinerja fundamental keuangan emiten dan kondisi makro ekonomi.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Permana (2009) faktor yang dapat
mempengaruhi ekspektasi harga saham yang biasanya dipertimbangkan oleh
menghasilkan laba, pergerakan suku bunga bank, tingkat inflasi, kurs nilai tukar
mata uang, serta kondisi sosial politik suatu negara.
Kinerja fundamental emiten merupakan sebuah pencerminan akan efektifitas dan
efisiensi sebuah perusahaan dalam mencapai sasarannya. Dalam melakukan
investasi dalam bentuk saham diperlukan analisis untuk mengukur nilai saham,
yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental berkaitan
dengan penilaian kinerja perusahaan, tentang efektifitas dan efisiensi perusahaan
dalam mencapai sasarannya. Analisis tersebut diperlukan investor untuk
memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai
dari faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang
akan datang dan menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh
taksiran harga saham. Hal ini dapat dijadikan sebagai cara untuk meminimalisir
resiko yang akan ditanggung oleh Investor.
Investor dapat menggunakan analisis fundamental untuk mengetahui tingkat
efisiensi investasi pada sebuah perusahaan melalui ROE( Return On Equity).
Analisis akan ROE( Return On Equity) sangat diperlukan, hal ini berkaitan dengan
kemampuan fundamental dalam perusahaan menghasilkan laba. Kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba sangat berkaitan dengan prospek perusahaan
di masa yang akan datang, khususnya perusahaan yang mempunyai prospek
bagus, misalnya perusahaan Consumer Goods yang merupakan perusahaan
dengan ROE(Return On Equity) rata-rata 40% hingga 60%.
ROE(Return On Equity) dengan rata-rata yang baik disebabkan karena perusahaan Consumer Goods merupakan perusahaan yang menjaga profitabilitasnya melalui kekuatan merek dan loyalitas pelanggan. Dampak dari kekuatan merek dan
loyalitas pelanggan ini terhadap profitabilitas perusahaan akan berjangka panjang.
Sangat sulit bagi pesaing untuk menyaingi profitabilitas perusahaan dengan
kekuatannya dari merek dan pelanggan. Investor akan tetap memiliki keyakinan
yang tinggi terhadap perusahaan ini untuk bertahan dalam situasi ekonomi yang
buruk. (www.Marketing.co.id.)
Faktor fundamental keuangan lainnya yang sering dikaitkan dalam analisis adalah
PBV(Price Book Value), dan PER(Price Earning Ratio) dalam mempengaruhi perubahan harga saham suatu perusahaan. Samsul (2006:171 ). Pemilihan
faktor-faktor fundamental ini berdasarkan pada penelitian-penlitian terdahulu. Pada
penelitian Kusumawardani (2010) menyatakan bahwa EPS, PER, ROE, DER,
ROA berpengaruh terhadap harga saham. Penelitian yang sejenis juga pernah
dilakukan sebelumnya oleh Nirohito (2009) berkesimpulan EPS, BVPS, ROA,
DPR berpengaruh pada harga saham. Di tahun yang sama Wulandari (2009)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa EPS, PER, BVPS, ROI, PBV, DER
memiliki pengaruh terhadap harga saham.
Analisis fundamental memang sudah mampu untuk dijadikan sebagai alat untuk
menganalisi kinerja saham bagi investor meski belum secara sepenuhnya. Oleh
karena itu diperlukan analisis akan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja
Risiko pasar merupakan salah satu kondisi di luar kinerja perusahaan yang juga
mempengaruhi harga saham. Risiko pasar merupakan risiko sistematik yang tidak
dapat dihilangkan melalui diversifikasi karena risiko sistematisk dipengaruhi oleh
faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi resiko sistematik berupa tingkat bunga, kurs valuta asing dan
Inflasi. Jones (2004:127)
Nilai kekuatan suatu perekonomian dapat diukur dengan salah satu alat ukur, yaitu
berupa nilai tukar valuta asing. Seperti dalam sebuah penelitian yang dilakukan
oleh Maryanti (2009) Analisis Pengaruh Nilai Tingkat Bunga SBI (Sertifikat Bank
Indonesia), dan Nilai Kurs Dollar As Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) (Studi Pada Bursa Efek Jakarta) menunjukkan hasil bahwa nilai tingkat
bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia), dan nilai kurs dollar AS berpengaruh
terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG). Begitu juga keterkaitan antara
nilai kurs dengan harga saham, menurunnya kurs rupiah terhadap mata uang asing
khususnya dollar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar
modal. Sitinjak dan Kurniasari ( 2003).
Inflasi ditimbulkan oleh adanya kenaikan akan harga dari suatu barang, dengan
kata lain dapat dikatakan pula menurunnya nilai uang. Inflasi tentu akan sangat
berakibat pada profit perusahaan karena adanya kenaikan inflasi akan memicu
terjadinya kenaikan pembiayaan perusahaan akibat menurunnya daya beli dan
penurunan nilai asset perusahaan. Kenaikan pembiayaan akan memicu terjadinya
penurunan keuntungan dan mengakibatkan performa perusahaan terlihat kurang
arah penurunan, yang artinya menurunkan capital gain yang akan diperoleh oleh
investor di pasar modal. Keterkaitan inflasi dengan harga saham telah diteliti oleh
Raharjo (2010) dengan penelitian Pengaruh Inflasi , Nilai Kurs Rupiah, dan
Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham di Bursa Efek Indonesia
menunjukkan bahwa adanya pengaruh antara inflasi , nilai kurs rupiah, dan
tingkat suku bunga terhadap harga saham.
Menurunnya performa perusahaan berkaitan dengan penurunan profit biasanya
dipengaruhi oleh menurunnya daya beli masyarakat. Menurunnya daya beli
masyarakat merupakan akibat dari kenaikan harga, yang biasanya diakibatkan
oleh adanya inflasi. Hal ini juga dapat dikatakan bahwa inflasi merupakan
kenaikan harga. Seperti pendapat akan arti inflasi yang telah dikemukakan
Boediono (1994 : 155) definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari
harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus.
Meningkatnya harga barang kebutuhan masyarakat tentunya akan berakibat pada
konsumsi masyarakat akan barang kebutuhan. Menurunnya konsumsi masyarakat
akan barang kebutuhan akan memberikan efek keterkaitan pada perusahaan
penghasil barang pemenuh kebutuhan itu. Cara mengetahui faktor-faktor yang
berkaitan dengan fakta-fakta di atas dan berdasarkan latar belakang masalah yang
merujuk pada penelitian terdahulu yang dijelaskan maka peneliti tertarik untuk
menulis judul : “ANALISIS PENGARUH PBV, ROE, PER, NILAI TUKAR
DOLLAR AS DAN INFLASI TERHADAP HARGA SAHAM
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka permasalahan yang akan
dibahas dalam studi kasus ini adalah :
Apakah ada pengaruh signifikan PBV, ROE, PER, Nilai Tukar Dollar As dan
Inflasi Terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2001-2010.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui pengaruh signifikan PBV, ROE, PER, Nilai Tukar Dollar As
dan Inflasi Terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2001-2010.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai sarana pendukung perkembangan ilmu pengetahuan Manajemen
Keuangan.
2. Sebagai masukan bagi Investor dalam mengambil keputusan investasinya
di Pasar Modal.
1.5 Kerangka Pemikiran
Pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga-harga
sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin efisien
Pada pasar modal yang efisisen akan sangat sulit (atau hampir tidak mungkin)
bagi investor untuk memperoleh keuntungan diatas normal secara konsisten
dengan melakukan perdagangan di pasar bursa.
Seringkali pasar saham menunjukkan harga yang sebenarnya akibat dari
persaingan para analis investasi. Foster (1986) menjelaskan bahwa adanya jumlah
analis keuangan yang banyak dan persaingan antar mereka, akan membuat harga
sekuritas “wajar”, dan mencerminkan semua informasi yang relevan. Harga yang
sebenarnya atau nilai sebenarmya adalah harga keseimbangan yang
mencerminkan semua informasi yang tersedia bagi para investor pada suatu titik
waktu tertentu.
Suatu analisis diperlukan sebagi cara memperkecil kemunkinan resiko investasi.
Pada pasar modal efisien, harga sekuritas dapat tercermin dari informasi yang ada,
dapat dikatakan juga sebagai efisiensi informasional. Seorang investor tentunya
memerlukan analisis informasi yang ada untuk memperoleh harga sekuritas
taksiran.
Analisis harga saham atau penilaian harga saham dapat menggunakan beberapa
analisis. Salah satunya analisis berdasarkan faktor fundamental. Analisis
fundamental merupakan metode analisis yang didasarkan pada fundamental
ekonomi suatu perusahaan. Ulupui ( 2009). Untuk mengukur fundamental
ekonomi perusahaan dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, yang
tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. Kemudian, setiap hasil dari rasio yang diukur
diinterpretasikan sehingga menjadi berarti bagi pengambil keputusan. Kasmir
(2008). Analisis fundamental memiliki faktor-faktor fundamental yang perlu
dianalisis untuk menganalisis harga saham, yaitu faktor fundamental internal dan
eksternal emiten.
Analisis fundamental internal emiten dapat dilakukan dengan menganalisis
rasio-rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas serta rasio-rasio pasar yang berpengaruh
terhadap rasio internal perusahaan. Selain itu juga diperlukan analisis fundamental
eksternal perusahaan, misalnya analisis inflasi, suku bunga dan nilai tukar yang
juga dapat digunakan untuk penilaian sekuritas.
Analisis fundamental internal emiten dapat dilakukan dengan menggunakan
variabel analisis yang mendukung dalam analisis investasi jangka panjang.
Analisis fundamental akan investasi jangka panjang dapat menggunakan
rasio-rasio solvabilitas, rentabilitas, dan rasio-rasio-rasio-rasio pasar . Rasio-rasio-rasio solvabilitas
berupa PBV merupakan alat ukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban perusahaan jangka panjangnya. Rasio-rasio rentabilitas berupa ROE
yang merupakan alat untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan ,asset, dan modal
saham tertentu. Rasio yang ke tiga berupa rasio pasar, dalam rasio pasar terdapat
alat analisis PER yang merupakan alat untuk mengukur harga pasar saham
perusahaan, relatif terhadap nilai bukunya. Analisis fundamental eksternal emiten
mempengaruhi harga suatu saham. Permana (2009) dalam penelitian analisis
pengaruh fundamental keuangan, tingkat bunga SBI dan tingkat inflasi terhadap
pergerakan saham menggunakan variabel-variabel ROE,EPS,BVPS,PBV, PER
,tingkat suku bunga SBI dan inflasi dalam penelitiannya. Penelitian yang
dilakukan oleh Raharjo (2010) dalam penelitian pengaruh inflasi, nilai kurs
rupiah, dan tingkat suku bunga terhadap harga saham di bursa efek indonesia
[image:11.612.171.493.267.442.2]menggunakaan variabel nilai kurs sebagai salah satu variabelnya.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
1.6 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian serta
kerangka pemikiran yang telah dijelaskan sebelumnya, maka hipotesis yang
diajukan oleh penulis adalah :
Ha = Diduga Adanya Pengaruh PBV, ROE, PER, Nilai Tukar Dollar AS, dan Inflasi terhadap harga saham sektor consumer goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2001-2010.
Faktor fundamental : - PBV(Price book
Value) X1 - ROE (Return
On Equity) X2 - PER (Price
Earning Ratio) X3
- Nilai Tukar Dollar AS X4 - Inflasi X5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Investasi dan Teori Pasar Modal
Investasi yaitu aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber
yang dipakai untuk mengadakan modal barang pada saat ini. Barang modal
tersebut akan menghasilkan aliran produk di masa yang akan datang.
(kumpulanistilah.com).Sedangkan menurut Hakim (2003:30)Investasi
merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk
memperoleh keuntungan di masa mendatang. Secara umum dapat dikatakan
bahwa investasi adalah suatu aktivitas penempatan modal untuk tujuan
memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Oleh karena itu investasi
dapat dikatakan sebagai suatu cara yang banyak digunakan untuk memproleh
keuntungan yang ada di masa yang akan datang. Investasi pada umumnya
dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Investasi pada Financial Assets
Investasi pada financial assets dilakukan di pasar uang dan pasar modal. Investasi
pada pasar uang biasanya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat
berharga pasar uang dan lainnya. Sedangkan investasi pada pasar modal biasanya
2. Investasi pada Real Assets
Investasi pada real asset diwujudkan dalam bentuk pembelian asset-asset real dan
produktif, biasanya berupa pendirian sebuah pabrik, pembuatan pertambangan,
pembuatan perkebunan dan investasi real asset lainnya.
1. Pasar Modal
Pasar Modal menurut UU Republik Indonesia NO 8 Tahun 1995 memberikan
pengertian akan pasar modal yang lebih spesifik, Pasar Modal adalah kegiatan
yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi
yang berkaitan dengan efek. Anoraga (2008:47)
Pasar Modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas)
jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun
modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun
perusahaan swasta. Husnan (2001:1 )
Pengertian senada diungkapkan oleh Siamat (1995:365) sebagai berikut: “Pasar
Modal atau Capital Market adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka
panjang dan dalam arti sempit merupakan suatu tempat dalam pengertian fisik
yang terorganisasi dimana efek diperdagangkan.”
Pada umumnya surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal dapat
dibedakan menjadi surat berharga bersifat hutang dan surat berharga yang bersifat
pemilikan. Surat berharga yang bersifat hutang umumnya dikenal nama obligasi
jauh dapat juga didefinisikan bahwa obligasi adalah bukti pengakuan hutang dari
perusahaan, sedangkan saham adalah bukti penyertaan dari perusahaan. Usman
(1990:62)
Pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna
memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga
lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek. Sunariyah (2000 : 4).
2. Pasar Modal Efisien
Apabila para ahli ekonomi mengatakan bahwa pasar sekuritas efisien, mereka
tidak bermaksud mengatakan bahwa sistem pengarsipannya sangat mutakhir,
meja-mejanya bersih berkilat. Yang mereka maksudkan adalah bahwa informasi
yang relevan telah dicerminkan dalam harga-harga sekuritas tersebut. Secara
formal pasar modal yang efisien didefinisiskan sebagai pasar yang harga-harga
sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yag relevan. Semakin
cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal
tersebut. Dengan demikian akan sangat sulit (atau bahkan hampir tidak mungkin)
bagi para pemodal untuk memperoleh tingkat keuangan diatas normal secara
konsisten dengan melakukan transaksi di perdagangan bursa efek. Efisiensi dalam
artian ini sering juga disebut sebagai efisiensi informasional. Husnan (2001:246)
Persaingan antara para analisis investasi akan membuat pasar sekuritas setiap saat
menunjukkan harga yang sebenarnya. Foster (1986) menjelaskan bahwa adanya
jumlah analisis keuangan yang banyak dan persaingan antar mereka, akan
membuat harga sekuritas wajar, dan mencerminkan semua informasi yang
3. Harga Saham
Saham merupakan salah satu sekuritas yang diperdagangkan di BEI selain
obligasi dan sertifikat. Saham menurut Baridwan (1992 : 393) dalam Raharjo
adalah: ”Merupakan setoran sejumlah uang dari pemilik sebagai tanda bukti
kepemilikan yang diserahkan pada pihak -pihak yang mengelola setoran modal,
dan mempunyai hak sesuai dengan jenis saham yang dimiliki”
Harga saham menurut Anoraga (2008), adalah harga jual saham sebagai
konsekuensi dari posisi tawar antara penjual dan pembeli saham, sehingga nilai
pasar menunjukkan fluktuasi dari harga saham. Harga suatu saham dapat dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Nominal price yaitu nilai yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap
lembar saham yang dikeluarkan.
2. Initial price yaitu harga sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa efek,
setelah bernegoisasi dengan peminjam emisi (underwriter), akan dijual
kepada masyarakat, setelah itu penjamin emisi juga membuka counter untuk
melakukan penjualan saham emiten.
3. Market price yaitu harga jual dari investor yang satu dengan investor yang
lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Dalam transaksi ini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin saham.
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah:
a. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan,
penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan, dan laporan
penjualan.
b. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman
yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.
c. Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of director
announcements), seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen, dan
struktur organisasi.
d. Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi
ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi, laporan
divestasi dan lainnya.
e. Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan
ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan usaha lainnya.
f. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negosiasi
baru, kontrak baru, pemogokan, dan lainnya.
g. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum
akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per share (EPS) dan
dividend per share (DPS), price earning ratio, net profit margin, return on
equity (ROE), dan lain-lain.
2. Faktor Ekstenal (Lingkungan Makro), diantaranya antara lain:
a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan
deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi
b. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan
terdapat perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan
terhadap manajernya.
c. Pengumuman industri sekuritas (securities annuoncements), seperti laporan
pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan,
pembatasan/penundaan trading.
d. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor
yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di
Bursa Efek suatu negara.
e. Berbagai isu baik dalam negeri maupun luar negeri.
2.1.2 Faktor-faktor Analisis Fundamental
Analisis fundamental menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari
keuangan perusahaan (misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan dan lain
sebagainya). Analisis fundamental merupakan analisis untuk menghitung nilai
intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan. Hartono (2009)
Model berdasarkan atas faktor-faktor fundamental mencoba memperkirakan harga
saham di masa yang akan datang dengan :
Mengestimate faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di
masa yang akan datang.
Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran
- PBV(Price book Value)
PBV(Price book Value)digunakan untuk menilai apakah suatu saham berada pada
posisisi undervalue atau overvalue. Sebuah saham dikatakan undervalue apabila
harga saham berada dibawah nilai buku, sedangkan nilai saham dikatakan
overvalue jika harga saham berada diatas nilai buku per saham. Semakin rendah
Price Book Value (PBV) rasionya berarti harga saham tersebut murah atau berada
dibawah harga. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus. Samsul (2006: 172 ) :
- ROE (Return On Equity)
ROE (Return On Equity) adalah mengukur seberapa banyak keuntungan yang
menjadi hak pemilik modal sendiri karena itu dipergunakan angka laba setelah
pajak. Angka modal sendiri juga sebaiknya dipergunakan angka rata-rata.
Houston and Brigham (2001)
- PER (Price Earning Ratio)
Pengertian Price Earning Ratio (PER), menurut Sulistyastuti (2005) “Price
Earning Ratio (PER) adalah ukuran kinerja saham yang didasarkan atas
perbandingan antara harga pasar saham terhadap pendapatan per lembar saham
(EPS)Earning Per Share,”. PER adalah mengukur jumlah uang yang akan dibayar
oleh investor untuk setiap rupiah pendapatan perusahaan. PER menunjukkan
tingkat kepercayaan investor terhadap masa depan perusahaan, hal ini dapat
pendapatan perusahaan. Semakin tinggi PER maka semakin besar kepercayaan
investor terhadap masa depan perusahaan.
- Nilai Tukar Dollar
Nilai kurs adalah suatu nilai tukar mata uang asing terhadap mata uang negara
lain. Nilai tukar tersebut sebenarnya merupakan semacam harga dalam bentuk
pertukaran tersebut. Demikian pula pertukaran antara dua mata uang yang berbeda
dimana akan terdapat perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang
tersebut. Perbandingan nilai inilah yang disebut kurs. Kurs valuta adalah harga
satu unit valuta yang ditunjukkan dalam valuta lain. Nilai tukar rupiah terhadap
dollar AS merupakan harga satu satuan dollar AS yang dinilai ke dalam satu
rupiah. Choi (1997:124)
Mankiw (2003: 123) mengemukakan bahwa kurs (exchange rate) antara dua
negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling
melakukan perdagangan.
Fungsi dari kebijakan sistem nilai tukar adalah untuk kestabilan pasar domestik,
fungsi ini untuk menjaga agar nilai tukar tidak dijadikan sebagai suatu alat yang
akan menambah atau mengurangi likuiditas masnyarakat dalam arti bahwa apabila
masyarakat menilai U$D murah (rupiah overvalued) maka mereka akan
memborong U$D dan juga sebaliknya. Ketidakstabilan pasar domestik yang
demikian dapat menimbulkan spekulatif seperti perkembangan pada awal krisis
ekonomi makro. Benny dan Doddy (1998). Nilai tukar dollar merupakan salah
satu faktor yang cukup berpengaruh terhadap naik turunnya harga saham. Jika
nilai kurs dollar tinggi maka investor akan lebih menyukai investasi dalam bentuk
dollar AS dibandingkan dengan investasi pada surat-surat berharga karena
investasi pada surat-surat berharga merupakan investasi jangka panjang.
Demikian pula sebaliknya, jika nilai tukar dollar As turun maka investor akan
lebih menyukai investasi pada surat-surat berharga sehingga akan mempengaruhi
nilai transaksi saham yang akan berpengaruh kepada harga saham. Namun nilai
tukar akan menjadi tidak memiliki sebuah pengaruh jika sebuah perusahaan dan
Investor sama-sama menerapkan nilai tukar yang sama pada analisisnya.
- Inflasi
Inflasi sering kali didefinisiskan kenaikan harga secara umum. Makin tinggi
kenaikan harga makin turun nilai uang. Definisi diatas memberikan makna bahwa,
kenaikan harga barang tertentu atau kenaikan harga karena sebuah peristiwa
ketidakstabilan kondisi ekonomi, seperti krisis akan berdampak pada inflasi.
Kuncoro (1998:46) adalah: kecenderungan dari harga untuk meningkat secara
umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang tidak dapat
disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau mengakibatkan
kenaikan kepada barang lainnya.
Menurut Boediono (1994 : 155) definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan
dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus- menerus. Kenaikan harga
dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi. Syarat adanya kecenderungan
karena, misalnya, musiman, menjelang hari raya, bencana, dan sebagainya, yang
sifatnya hanya sementara tidak disebut inflasi. Pengaruh fluktuasi inflasi akan
menjadi hilang ketika tingkat inflasi yang dipakai antara emiten dan investor
sama. Hanafi (2008:173).
2.2 Penelitian-penelitian Terdahulu.
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan beberapa faktor fundamental yang
dihubungkan dengan prediksi harga saham telah dilakukan oleh beberapa peneliti.
Pada umumnya penelitian tersebut meneliti mengenai karakteristik perusahaan
yang diduga memiliki hubungan dengan harga saham dalam laporan tahunan yang
merupakan sumber informasi penting bagi pemegang saham dalam menilai
kinerja perusahaan.
Skripsi :
1. Mardani (2008), berjudul Pengaruh Return On Investment (ROI) Dan
Dviden Per Share (DPS) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food And
Beverages Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ( Skripsi). Penelitian ini
menyimpulkan ROI dan DPS berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
harga saham .
2. Indramaya (2011), dengan judul Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta
Asing, Inflasi dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Indeks Harga Saham
Sektoral (Skripsi). Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil dari uji
Secara serempak variabel perubahan nilai tukar rupiah/US$, perubahan inflasi
signifikan terhadap sektor Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Properti,
Infrastruktur, Keuangan dan Perdagangan. Namun Aneka Industri, Industri
Konsumsi dan Manufaktur ternyata dipengaruhi secara tidak signifikan oleh
variabel perubahan nilai tukar rupiah/US$, perubahan inflasi dan perubahan
tingkat suku bunga deposito secara serempak dikarenakan ketiga sektor
tersebut merupakan kumpulan industri yang mengolah atau memproduksi
barang kebutuhan pokok.
3. Rosyidah (2009), Penelitian berjudul Analisis Fundamental dan Risiko
Sistematis Terhadap Harga Saham (Studi Pada LQ 45 yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Th 2003/2007) (Skripsi). Hasil Penelitian menyatakan
secara simultan variabel independen (ROA, BV, PBV, DER, EPS, dan risiko
sistematis) berpengaruh terhadap harga saham. Namun Hanya ROA, PBV
dan EPS yang mempengaruhi harga saham secara parsial.
Jurnal :
1. Utami dan Rahayu (2003), dengan judul penelitian Peranan Profitabilitas,
Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar Dalam Mempengaruhi Pasar Modal
Indonesia Selama Krisis Ekonomi (Jurnal). Berkesimpulan : selama krisis
ekonomi terjadi di Indonesia, secara simultan terbukti bahwa
profitabilitas,suku bunga, inflasi, dan nilai tukar secara bersama-sama
mempengaruhi harga saham badan usaha secara signifikan namun hanya suku
bunga dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang berpengaruh
2. Harahap dan Pasaribu (2006), Berjudul Pengaruh Faktor Fundamental Dan
Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdapat Di Bursa Efak Jakarta (Jurnal). Penelitian yang dilakukan
menghasilkan kesimpulan berupa faktor fundamental dan resiko sistematis
secara simultan mempengaruhi harga saham, namun secara parsial BVS dan
Beta saham yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
3. Permana dan Sularto (2008), dengan judul Analisis Pengaruh Fundamental
Keuangan, Tingkat Bunga SBI dan Tingkat Inflasi Terhadap Pergerakan
Harga Saham (Jurnal). Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah
Berdasarkan koefisien regresi, terbukti bahwa setiap variabel bebas
mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Rasio pendapatan harga, nilai
buku saham, pengembalian ekuitas, tingkat suku bunga SBI dan tingkat
inflasi mempunyai hubungan negatif terhadap harga saham.
4. Kesuma (2009), penelitian berjudul Analisis Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Real
Estate yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (Jurnal). Hasil penelitian
berupa Pertumbuhan penjualan, Struktur aktiva mempunyai pengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap harga saham. Profitabilitas mempunyai
pengaruh signifikan serta searah dengan harga saham dan signifikan terhadap
harga saham sedangkan Struktur modal mempunyai pengaruh tidak signifikan
dan searah dengan harga saham.
5. Penelitian Wulandari (2009), dengan judul Analisis Faktor Fundamental
Kesimpulan penelitian menyebutkan variasi harga saham dapat dijelaskan
dengan variabel idependen, meskipun hasil yang ada tidak berlaku secara
menyeluruh bagi setiap sampel penelitian.
6. Nurmalasari (2009), Penelitian berjudul Analisis Pengaruh Rasio
Profitabilitas Terhadap Harga Saham Emiten LQ 45 yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2005-2008 (Jurnal), dengan hasil rasio keuangan yang
terdiri dari NPM, ROE, ROI dan EPS berpengaruh secara bersama-sama
terhadap harga saham.
7. Maryanti (2009), penelitian berjudul Analisis Pengaruh Nilai Tingkat Bunga
SBI dan Nilai Kurs Dollar AS Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) (Studi Pada Bursa Efek Jakarta) (Jurnal), Menyimpulkan Nilai tingkat
bunga SBI dan nilai kurs dollar AS berpengaruh terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG). Tingkat bunga SBI berpengaruh negatif terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
8. Nirohito (2009), dengan judul Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan
Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham pada Industri Properti dan Real
Estate di Bursa Efek Indonesia (Jurnal). Hasil kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian ini adalah penelitian menunjukan bahwa secara simultan atau
bersama-sama semua faktor fundamental Earning per Share (EPS), Book
Value per Share (BVS), Return onAssets (ROA), Dividend Payout Ratio
(DPR) dan resiko sistematik (Beta) berpengaruh terhadap harga saham. Hasil
penelitian menunjukan bahwa secara parsial hanya variabel Return on Asset
9. Sari dan Indrayani (2009), dengan judul penelitian Analisis Pengaruh Earning
Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Return On Equity (ROE)
Terhadap Harga Saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2008
(Jurnal). Hasil penelitian menyebutkan secara simultan EPS,PER, dan ROE
memiliki pengaruh terhadap harga saham, namun secara simultan hanya ROE
saja yang memiliki pengaruh terhadap harga saham.
10.Kusumawardani (2010), dalam penelitian Analisis Pengaruh EPS, PER, ROE,
FL, DER, CR, ROA pada Harga Saham dan Dampaknya Terhadap Kinerja
Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bei Periode 2005 -2009 (Jurnal). Hasil
yang diperoleh berupa dari 7 variabel (EPS, PER, ROE, FL, DER, CR, dan
ROA ) yang digunakan dalam penelitian ini tidak semuanya berpengaruh
secara parsial pada harga saham. Variabel yang memiliki pengaruh pada
harga saham hanya variabel EPS, PER, ROE, DER, dan ROA.
11.Raharjo (2010), dengan judul Pengaruh Inflasi, Nilai Kurs Rupiah, dan
Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham di Bursa Efek Indonesia
(Jurnal). Penelitian yang dilakukan berkesimpulan bahwa : inflasi dan nilai
tukar berpengaruh positif sedangkan tingkat suku bunga berpengruh negatif
III. METODE PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian
Objek penelitian ini adalah sektor consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2001-2010. Penelitian ini menggunakan PBV, ROE, dan PER
dari sektor consumer goods dan nilai tukar dollar As dan Inflasi sebagai variabel
bebasanya untuk diuji keterkaitannya terhadap harga saham perusahaan sektor
consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai variabel terikat.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, yaitu
pengumpulan data-data melalui dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
penulisan skripsi ini.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tergolong dalam sektor
Consumer Goods periode 2001-2010 . Jumlah populasi dalam penelitian ini
sebanyak 37 perusahaan yang tercantum dalam lampiran 1.
Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
1998:326). Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut
:
1. Perusahaan yang tergabung di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan tergolong
dalam sektor Consumer Goods selama periode 2001 sampai dengan 2010
dimaksudkan agar jumlah data dapat memenuhi kriteria sampel penelitian.
2. Mempublikasikan laporan keuangan auditan secara konsisten dan lengkap dari
tahun 2001 sampai dengan 2010.
3. Perusahaan yang memiliki harga saham relatif stabil.
4. Periode laporan keuangan berakhir setiap 31 Desember.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, dari seluruh perusahaan yang tergabung
dalam sektor Consumer Goods, dengan menggunakan teknik Purposive
judgement Sampling, maka diperoleh sebanyak 6 perusahaan yang memenuhi
kriteria sebagai sampel penelitian yang tercantum dalam lampiran 1.
3.4 Definisi Operasional Variabel Pengukuran Rasio Keuangan.
Pengukuran rasio keuangan perusahaan yang tergabung dalam sektor consumer
goods periode2001-2010.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas :
1. Variabel Dependen
Variabel dependen dinyatakan dengan notasi Y yaitu harga pasar saham. Harga
pasar saham adalah nilai saham dipasar saham. Harga pasar saham penutupan
saham didefinisikan sebagai: ”The price at which stock sells in the market.”
Sedangkan, harga pasar saham adalah nilai pasar sekuritas yang dapat diperoleh
investor apabila investor menjual atau membeli saham, yang ditentukan
berdasarkan harga penutupan atau closing price di bursa pada hari yang
bersangkutan. Jadi, harga penutupan atau closing price merupakan harga saham
terakhir kali pada saat berpindah tangan di akhir perdagangan.
2. Variabel Independen
Penelitian ini menggunakan beberapa variabel independen , yaitu :
a. Analisis fundamental keuangan perusahaan, yaitu analisis yang berkaitan
dengan kinerja perusahaan khususnya kinerja keuangan perusahaan yang
diproxykan dengan rasio-rasio keuangan sebagai berikut :
1. Price Book Value (PBV)
Price Book Value (PBV) yaitu rasio ini digunakan untuk menilai apakah suatu
saham berada pada posisisi undervalue atau overvalue. Sebuah saham dikatakan
undervalue apabila harga saham berada dibawah nilai buku, sedangkan nilai
saham dikatan overvalue jika harga saham berada diatas nilai buku per saham.
Semakin rendah Price Book Value (PBV) rasionya berarti harga saham tersebut
murah atau berada dibawah harga rugi. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus.
2. Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur kinerja manajemen
perusahaan dalam mengelola yang tersedia untuk menghasilkan laba. Semakin
besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan
sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi bermasalah semakin
kecil. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
3. Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio (PER) , Menurut Sulistyastuti (2005) “Price Earning Ratio
(PER) adalah ukuran kinerja saham yang didasarkan atas perbandingan antara
harga pasar saham terhadap pendapatan per lembar saham (Earning Per Share)
EPS, PER adalah mengukur jumlah uang yang akan dibayar oleh investor untuk
setiap rupiah pendapatan perusahaan. PER menunjukkan tingkat kepercayaan
investor terhadap masa depan perusahaan, hal ini dapat dilihat dari jumlah uang
yang akan dibayar oleh investor untuk setiap rupiah pendapatan perusahaan.
Semakin tinggi PER maka semakin besar kepercayaan investor terhadap masa
depan perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
4. Nilai Tukar
Nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke
dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, nilai
mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor
cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Jika nilai tukar dollar
tinggi maka investor akan lebih menyukai investasi dalam bentuk dollar AS
dibandingkan dengan investasi pada surat-surat berharga karena investasi pada
surat-surat berharga merupakan investasi jangka panjang.
5. Inflasi
Inflasi sering kali didefinisiskan kenaikan harga secara umum. Makin tinggi
kenaikan harga makin turun nilai uang. Definisi diatas memberikan makna bahwa,
kenaikan harga barang tertentu atau kenaikan harga karena sebuah peristiwa
ketidakstabilan kondisi ekonomi, seperti krisis akan berdampak pada inflasi.
3.5 Jenis dan Sumber Data
Seluruh data yang digunakan untuk mendukung model-model penelitian ini
menggunakan data sekunder. Sumber data penelitian ini adalah sumber eksternal
berupa laporan keuangan dan fact book tahunan yang diperoleh melalui Bursa
Efek Indonesia (BEI). Perhitungan Nilai tukar Dollar As dan Inflasi
menggunakan data yang diperoleh dari situs Bank Indonesia (BI).
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi yaitu
pengumpulan data yang disasarkan pada catatan yang telah dipublikasikan pada
situs Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchange (IDX) ,
ECFIN (Institute For Economic and Financial Research) dan Bank Indonesia (BI)
3.7 Model Analisis 3.7.1 Uji Asumsi Klasik
Pengujian terhadap penyimpangan asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari
uji normalitas, multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.
- Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2007), uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah apabila keduanya mempunyai
distribusi normal atau mendekati normal. Pada prinsipnya normalitas dapat
dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumber dari grafik normal
probability plot. Jika titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal maka data
tersebut berdistribusi normal.
Untuk mengetahui apakah suatu data tersebut normal atau tidak secara statistik
maka dilakukan uji normalitas menurut Kolmogorov-Smirnov dua arah atau
analisis grafis. Uji Kolmogorov-Smirnov dua arah menggunakan kepercayaan 5
persen. Dasar pengambilan keputusan normal atau tidaknya data yang akan
diolah adalah sebagai berikut:
a. Apabila hasil signifikansi lebih besar (>) dari 0,50 maka data terdistribusi
normal.
- Uji Multikolinearitas
Adanya multikolinearitas berarti terdapat korelasi linear diantara dua atau lebih
variabel independen. Akibat adanya multikolinearitas ini, maka akan sangat sulit
untuk memisahkan pengaruh masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependennya. Dengan adanya multikolinearitas, maka standar kesalahan
untuk masing-masing koefisien akan sangat besar, sehingga mengakibatkan nilai t
menjadi rendah. Akibat lainnya adalah pengaruh masing-masing variabel
independen tidak dapat dideteksi. Untuk mengetahui apakah ada korelasi diantara
variabel-variabel bebas dapat diketahui dengan melihat dari nilai tolerance dan
Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran tersebut menunjukkan setiap
variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Dalam
pengertian sederhana setiap variabel bebas menjadi variabel terikat dan diregres
terhadap variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas
yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bias lainnya. Jadi nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang sangat tinggi (karena VIF =
1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cut off yang
umum dipakai adalah tolerance 0,10 atau sama dengan VIF diatas 10. Setiap
peneliti harus menentukan tingkat kolineritas yang masih dapat diterima.
- Uji Autokorelasi
Autokorelasi akan terjadi apabila munculnya suatu data dipengaruhi oleh data
sebelumnya. Dengan kata lain, pengujian ini dimaksudkan untuk melihat adanya
Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat digunakan metode grafik
maupun uji Durbin Waston (DW). Pengambilan keputusan ada tidaknya
autokorelasi:
a. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du)
maka koefisien autokorelasinya sama dengan nol, berarti tidak ada
autokorelasi.
b. Bila nilai DW lebih rendah dari batas bawah atau lower bound (dl) maka
koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi
positif.
c. Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasinya lebih
kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif.
d. Bila nilai DW terletak antara batas atas (du) dan dibawah batas bawah (dl)
atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl) maka hasilnya tidak dapat
disimpulkan.
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi:
Hipotesis nol Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi positif atau negatif
0 < d < dL
dL ≤ d ≤ dU
4 – dL< d < 4
4 – dU= d = 4 - dL
dU< d < 4 - dU
- Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat jarak kuadrat titi-titik sebaran terhadap
garis regresi. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik plot antara
nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID), ada
tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatter plot antara ZPRED dan SRESID di mana sumbu Y
adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual. Dasar analisisnya
adalah sebagai berikut :
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
- Uji-F
Selanjutnya dilakukan uji F untuk melihat kemaknaan dari hasil model regresi
tersebut.
Langkah–langkah yang dilakukan adalah (Gujarati, 1999):
a. Merumuskan Hipotesis (Ha)
Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen
b. Menentukan tingkat signifikansi yaitu sebesar 0.05 (α=0,05)
c. Membandingkan F hitung dengan F tabel
Nilai F hitung dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 1999):
dimana:
R2 = Koefisien Determinasi
K = Banyaknya koefisien regresi
N = Banyaknya Observasi
1. Bila F hitung < F tabel, variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
2. Bila F hitung > F tabel, variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen.
d. Berdasarkan Probabilitas
Dengan menggunakan nilai probabilitas, Ha akan diterima jika probabilitas
e. Menentukan nilai koefisien determinasi, dimana koefisien ini menunjukkan
seberapa besar variabel independen pada model yang digunakan mampu
menjelaskan variabel dependennya.
- Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinansi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Koefisien determinasi dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 1999):
Nilai koefisien determinansi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas. Ghozali (2005). Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti
variabel–variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
- Uji-t
Ujit digunakan untuk membuktikan hipotesis penelitian yakni ada pengaruh
variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji t juga
digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh PBV, ROE, PER, Nilai Kurs
Dollar AS, dan Tingkat Inflasi terhadap harga saham sektor consumer goods yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu ujit ini digunakan untuk
menguji hipotesis. Langkah–langkah pengujian yang dilakukan adalah dengan
a. Merumuskan hipotesis (Ha)
Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen (harga saham) secara parsial.
b. Menentukan tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05
c. Membandingkan thitung dengan ttabel, Jika t hitung lebih besar dari t tabel maka
Ha diterima.
Nilai t hitung dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 1999):
1. Bila –ttabel < -thitung dan t hitung < t tabel, variabel bebas (independen) secara
individu tak berpengaruh terhadap variabel dependen.
2. Bila thitung > t tabel dan –t hitung < -t tabel, variabel bebas (independen)
secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen.
d. Berdasarkan probabilitas
Ha akan diterima jika nilai probabilitasnya kurang dari 0,05 (α)
e. Menentukan variabel independen mana yang mempunyai pengaruh paling
dominan terhadap variabel dependen. Hubungan ini dapat dilihat dari
3.7.2 Analisis Regesi Berganda
Regresi berganda adalah analisis regresi dengan menggunakan dua atau lebih
variabel bebas.
Dengan persamaan : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e Dimana:
Y adalah harga saham periode t
a adalah koefisien konstanta
b1-5 adalah koefisien regresi
X1 adalah PBV periode t
X2 adalah ROE periode t
X3 adalah PER periode t
X4 adalah Nilai Tukar Dollar AS periode t
X5 adalah Inflasi periode t
IV. PENUTUP
5.1 Simpulan
1. Berdasarkan hasil uji F H0 ditolak Maka dapat disimpulkan terdapat
pengaruh PBV, ROE, PER, Nilai Tukar dan Inflasi terhadap harga saham.
2. Variabel bebas PBV, ROE, PER, Nilai Tukar Dollar AS dan Inflasi secara
parsial memiliki pengaruh terhadap harga saham.
3. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel PBV, ROE, PER, Nilai
Tukar Dollar AS dan Inflasi berpengaruh terhadap Harga Saham. Ini
memperkuat dari tinjauan pustaka mengenai tingkat suku bunga SBI yang
telah diuraikan di bab II. Selain itu, hasil penelitian ini juga mendukung hasil
penelitian dari Kusumawardani (2010) yang mengemukakan bahwa PER dan
ROE berpengaruh terhadap harga saham. Penelitian Permana dan Sularto
(2008) menyatakan bahwa PBV dan Inflasi berpengaruh terhadap harga
saham, serta penelitian yang dilakukan Raharjo (2010) mengemukakan
bahwa Nilai Tukar Dollar AS juga terbukti signifikan mempengaruhi harga
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu :
1. Sampel yang digunakan terbatas hanya pada perusahaan sektor Consumer
Goods saja, sehingga perlu dilakukan pengguaan sampel yang lebih luas
untuk penelitian selanjutnya.
5.3 Saran
Berdasarkan simpulan tersebut di atas, penulis dapat memberi saran, sebagai
berikut :
1. Koefisien determinasi (adjusted R2) yang sebesar 43,4 persen menunjukkan
bahwa ada 56,6 persen variabel lain diluar variabel yang digunakan dalam
model yang dapat menjelaskan harga saham. Diharapkan penelitian yang
akan datang menggunakan variabel-variabel bebas diluar rasio keuangan
seperti kesempatan investasi, insider ownership, suku bunga SBI atau
variabel lainnya.
2. Bagi Para investor hendaknya berhati-hati terhadap rasio keuangan ketika
akan melakukan investasi di pasar modal. Perlu diperhatikan faktor lain
selain faktor fundamental. Investor perlu memperhatikan karakteristik dari
perusahaan yang mengeluarkan saham.
3. Bagi emiten, sebelum melakukan kebijakan harus mengkaji terlebih dahulu
faktor-faktor yang mempengaruhi naik turunnya harga saham sehingga tidak
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR. ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
1.5. Kerangka Pikiran ... 7
1.6. Hipotesis ... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1. Landasan Teori ... 11
1.1.1 Pengertian Investasi dan Teori Pasar Modal ... 11
1.1.2 Faktor-faktor Analisis Fundamental ... 16
2.2 Penelitian-penelitian Terdahulu ... 20
III.
METODOLOGI PENELITIAN ... 25
3.1 Objek Penelitian ... 25
3.2 Metode Pengumpulan Data ... 25
3.3 Populasi dan sampel Penelitian ... 25
3.4 Definisi Operasional Variabel ... 26
3.5 Jenis dan Sumber Data ... 29
3.6 Teknik Pengumpulan Data. ... 29
3.7 Model Analisis ... 30
3.7.1 Uji Asumsi Klasik ... 30
3.7.2 Analisis Regesi Berganda ... 37
IV. PEMBAHASAN ... 38
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 38
4.2 Deskriptif Statistik Variabel Penelitian ... 39
4.3.1 Uji Asumsi Klasik ... 41
4.3.2 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 48
IV. PENUTUP ... 53
5.1 Simpulan ... 53
5.1 Keterbatasan Penelitian ... 54
5.2 Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
4.1. Hasil Analisis Deskriptif Data ... 39
4.2. Hasil Uji Normalitas ... 44
4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 45
4.4.Uji Durbin-Watson ... 46
4.5.Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 48
4.6 Hasil Uji F ... 49
4.7.Hasil R Square ... 49
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.Kerangka Pemikiran ... 10
2.Grafik Histogram ... 42
3.Normal Probability Plot ... 43
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1.
Daftar Perusahaan Sektor
Consumer Goods
2.
Data Variabel Bebas dan Harga Saham Sektor
Consumer Goods
3.
Hasil Uji Deskriptif
4.
Hasil Uji Asumsi Normalitas
5.
Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas
6.
Hasil Uji Autokorelasi
7.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
8.
Hasi Uji F
9.
Hasil Uji R
210.
Hasil Uji t
11.
Tabel Durbin Watson (a=5%)