MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MEMPERTAHANKAN KEARIFAN LOKAL
(Etnografi Pada Masyarakat Adat Kampung Cireundeu Kota Cimahi)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Megister Pendidikan Luar Sekolah Konsentrasi Pemberdayaan Masyarakat
Oleh:
EMA SUMIATI
1302690
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH SEKOLAH PASCASARJANA
MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MEMPERTAHANKAN KEARIFAN LOKAL
(Etnografi Pada Masyarakat Adat Kampung Cireundeu Kota Cimahi)
Oleh Ema Sumiati
S.Pd Universitas Pendidikan Indonesia, 2013
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Ema Sumiati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
EMA SUMIATI 1302690
MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MEMPERTAHANKAN KEARIFAN LOKAL
(Etnografi Pada Masyarakat Adat Kampung Cireundeu Kota Cimahi)
DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH PEMBIMBING,
Pembimbing,
Prof. Dr. H. Achmad Hufad, M.Ed NIP. 19550101 198101 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Perubahan sosial dan teknologi yang berkembang saat ini ternyata tidak memberikan pengaruh besar terhadap perubahan sosial budaya pada masyarakat adat Kampung Cireundeu. Meskipun daerah ini berada di wilayah perkotaan, akan tetapi masih mempertahankan nilai budaya dengan mematuhi dan menaatati tradisi leluhur, baik dalam tata cara kehidupan sosial, ekonomi, maupun dalam budaya. Atas dasar hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap pola kehidupan masyarakat, sistem perekomomian masyarakat, dan model pemberdayaan dalam mempertahakan kearifan lokal pada masyarakat adat Kampung Cireundeu.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi, yaitu metode yang memahami sudut pandang penduduk asli yang berhubungan dengan kehidupannya untuk mendapatkan pandangan mengenai dunianya. Analisis data dilakukan dengan melakukan analisis emik secara triangulasi dan analisis etik (interpretasi) berdasarkan analisis penulis yang dikaitkan dengan teori yang relevan.
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: 1) Pola kehidupan masyarakat yang saat ini terbentuk merupakan tahapan panjang yang disosialisasikan, diterapkan sejak kecil dan diwariskan, yang menjadi suatu kebutuhan mendasar untuk semua masyarakat adat Kampung Cireundeu. 2) Sistem perekonomian masyarakat dibangun atas prinsip pemenuhan kebutuhan dengan memberikan bekal untuk mampu bersaing dengan pihak luar, melalui upaya motivasi untuk mendapat prestasi terbaik. 3) Secara logic model,
pemberdayaan yang dilakukan oleh masyarakat adat Kampung Cireundeu menggunakan prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat. Prinsip tersebut atas dasar penggalian potensi yang dimiliki dengan memperkuat potensi ekonomi atau sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri, sehingga dapat mencegah dan melindungi masyarakat dari kesenjangan ekonomi.
ABSTRACT
The social and technological changes that developing this time infact don’t give big influence on the social culture changes in the indigenous peoples Cireundeu Village. Although this region is located in urban areas, but it still defends the value of cultural by obeying ancestor traditions, also social life manners, economics, even culture. Based on that, this research is purposed on doing analysis to society life pattern, society economies system, and the empowerment models in defending on local wisdom to indigenous peoples Cireundeu Village.
This research used a qualitative approach with the ethnographic method, it is method which understands the viewpoint of native society with is related to their life. to get a view of the world. The analysis was done by using emic analysis according to triangulation and etic analysis (interpretation) according to writers analysis which is realted to relevant theory.
Based on the results of processing and data analysis, we get reseach results those are: 1) ) Pattern of life Cireundeu society that formed today is formed through a long stage of socialization, inherited, and have been applied since childhood, which is becoming a fundamental need for all indigenous peoples in Cireundeu Village. 2) The economic system of villagers is built based on the principles of fulfilling the needs, by giving them abilities to compete with outsiders., through the efforts of motivation to get the best performance. 3) By Logic Model, empowerment of indigenous peoples Cireundeu Village using the principle of, by, and for the community, The principles on the basis of excavation potentials by strengthening the economic potential or the resources owned by the people themselves, so as to prevent and protect people from economic inequality.
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Struktur Organisasi ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A. Konsep Pemberdayaan Masyarakat ... 9
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ... 9
2. Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat ... 11
3. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ... 15
4. Lingkup dan Tahapan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat ... 16
5. Pendekatan Dan Strategi Pemberdayaan Masyarakat ... 17
6. Metode Pemberdayaan Masyarakat ... 22
7. Logic Model Program Development Frechtling ... 24
B. Konsep Nilai-Nilai Budaya ... 27
1. Pengertian Nilai ... 27
4. Unsur-Unsur Dan Kerangka Kebudayaan ... 32
C. Konsep Ketahanan Pangan Dan Kearifan Lokal ... 36
1. Pengertian Ketahanan Pangan ... 36
2. Pengertian Kearifan Lokal ... 39
3. Ciri-Ciri Kearifan Lokal ... 42
4. Pengertian Sistem Ekonomi ... 45
D. Konsep Masyarakat Adat Dan Adat istiadat ... 46
1. Pengertiaan Masyarakat Adat ... 46
2. Pengertian Adat Istiadat ... 50
E. Penelitian Terdahulu ... 51
F. Kerangka Berpikir ... 57
BAB III METODE PENELITIAN ... 61
A. Objek Dan Subjek Penelitian ... 61
1. Objek Penelitian ... 61
2. Subjek Penelitian ... 61
B. Tempat Penelitian ... 63
C. Metode Dan Teknik Penelitian ... 64
D. Teknik Pengumpulan Data ... 67
1. Teknik Observasi ... 67
2. Catatan Lapangan ... 67
3. Wawancara ... 69
4. Dokumentasi Penelitian ... 70
E. Analisi Data ... 71
1. Reduksi Data ... 71
2. Display Data ... 72
3. Conclusion Drawing/ Penarik Kesimpulan ... 72
4. Triangulasi ... 72
F. Desain Penelitian Dan Batasan Analisi Penelitian ... 73
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 75
1. Kondisi Geografis ... 75
2. Kondisi Demografis ... 77
3. Sejarah Kampung Cireundeu ... 79
4. Keadaan Objektif Kampung Creundeu ... 81
B. Temuan ... 88
1. Pola Kehidupan Masyarakat Adat Kampung Cireundeu Dalam Mempertahankan Kearifan Lokal Ditinjau Dari Aspek Etnografis ... 88
2. Kondisi Sistem Perekonomian Masyarakat Adat Kampung Cireundeu Dalam Mempertahankan Kearifan Lokal Ditinjau Dari Aspek Etnografis ... 107
3. Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Mempertahankan Kearifan Lokal Masyarakat Adat Kampung Cireundeu Ditinjau Dari Aspek Etnografis... 120
C. Pembahasan ... 136
1. Pola Kehidupan Masyarakat Adat Kampung Cireundeu Dalam Mempertahankan Kearifan Lokal Ditinjau Dari Aspek Etnografis .... 136
2. Kondisi Sistem Perekomomian Masyarakat Adat Kampung Cireundeu Dalam Mempertahankan Kearifan Lokal Ditinjau Dari Aspek Etnografis ... 150
3. Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Mempertahankan Kearifan Lokal Masyarakat Adat Kampung Cireundeu Ditinjau Dari Aspek Etnografis ... 157
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 168
A. Kesimpulan ... 168
B. Rekomendasi ... 169
DAFTAR PUSTAKA ... 171
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Swasembada Pangan Dengan Ketahanan Pangan ... 38
Tabel 3.1 Data Informan Masyarakat... 62
Tabel 4.1 Penggunaan Lahan Kampung Cireundeu ... 77
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Masyarakat Adat Kampung Cireundeu ... 78
Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Masyarakat Berdasarkan Pendidikan ... 97
Tabel 4.4 Pemanfaatan Waktu Sehari-hari Untuk Keluarga ... 98
Tabel 4.5 Jadwal Kesenian Masyarakat Adat Dii Kampung Cireundeu ... 103
Tabel 4.6 Mata Pencaharian Masyarakat Adat ... 103
Tabel 4.7 Hasil Pendapatan Petani Singkong ... 116
Tabel 4.8 Jenis Pelatihan Yang Sudah Dilaksanakan ... 130
Tabel 4.9 Data Kunjungan Tamu ... 132
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.13 Struktur Kepengurusan ... 93
Gambar 4.14 Silsilah Keluarga ... 96
Gambar 4.15 Kegiatan Nonoman Sehari-hari ... 100
Gambar 4.16 Peta Jurit Wengi ... 101
Gambar 4.17 Contoh Tulisan Sunda Kuno ... 102
Gambar 4.18 Struktur Bangun ... 106
Gambar 4.19 Kebun Singkong ... 110
Gambar 4.20 Proses Pengolahan Singkong Menjadi rasi ... 113
Gambar 4.21 Alur Pengolahan Singkong ... 114
Gambar 4.22 Proses Pengolahan Rasi ... 115
Gambar 4.23 Aneka Olahan Rasi ... 117
Gambar 4.24 Pendapatan Kelompok ... 118
Gambar 4.25 Beras Singkong dan Nasi Singkong ... 119
Gambar 4.26 Alur Peranan Masyarakat Adat ... 125
Gambar 4.27 Alur Peranan Masyarakat ... 125
Gambar 4.28 Pola Pemberian dan Penerimaan Informasi ... 126
Gambar 4.29 Pola Aktivitas ... 129
Gambar 4.30 Dampak Pemberdayaan Masyarakat ... 135
Gambar 4.32 Pola Kehidupan Mayarakat Adat ... 149
Gambar 4.33 Kondisi Sistem Ekonomi ... 156
Gambar 4.34 Proses Pemberdayaan Masyarakat ... 163
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-kisi Penelitian Lampiran 2 Instrumen Observasi Lampiran 3 Instrumen Wawancara
Lampiran 4 SK Pengangkatan Pembimbing Penulisan Tesis Lampiran 5 Surat Izin Penelitian
Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian PEMKOT Cimahi Lampiran 7 Buku Pengetahuan Menu Segala Singkong Lampiran 8 Power Point Sidang Tesis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Masalah kemiskinan, nampaknya sudah menjadi gejala umum di seluruh
dunia. Karena itulah, pemberantasan kemiskinan dimasukkan kedalam agenda pertama dari 8 agenda Millenium Development Goals (MDG’S) 1990-2015. Bagi Indonesia, upaya penanggulangan kemiskinan dewasa ini menjadi sangat penting
karena Bank Dunia telah menyimpulkan bahwa kemiskinan di negara kita bukan
sekedar 10-20% penduduk yang hidup dalam kemiskinan absolut (extreme
poverty), tetapi pada kenyataan lain yang membuktikan bahwa kurang lebih tiga
per lima atau 60% penduduk Indonesia saat ini hidup dibawah garis kemiskinan,
langkah yang dilakukan pemerintah hanya berfokus pada pencapaian target
kemiskinan saja, tidak memikirkan ketimpangan yang terjadi antara sosial
ekonomi maupun wilayah, berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) indikator
yang menunjukan ketimpangan sosial ekonomi, Indonesia pada tahun 2013
mencapai angka tertinggi di level 0,413 dan akan terus meningkat jika tidak
segera dilakukan langkah-langkah untuk mengupayakan tingkat dan pemerataan
kesejahteraan, yang harus dipikirkan adalah solusi yang tepat untuk membangun
masyarakat menjadi lebih mandiri dan sejahtera tidak bergantung dengan pihak
luar supaya tidak terjadi ketimpangan sosial.
Berdasarkan kenyataan diatas, maka Perlunya suatu terobosan dari
pemerintah atau masyarakat itu sendiri dalam menangguangi masalah kemiskinan
di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini. Maka dengan itu, perlunya suatu
pemberdayaan masyarakat yang muncul dari masyarakat, masyarakat yang
memilih keinginan (kebutuhan), kemudian merencanakan pembangunan,
mengelola proses sampai pada memeliharanya. Proses pemberdayaan seperti itu
akan membangun masyarakat yang mandiri, sesuai dengan teori yang bersifat
people centered, participatory, empowering an sustainamble (Chambers, 1995),
maka upaya pemberdayaan masyarakat semakin menjadi kebutuhan dalam setiap
upaya pembangunan masyarakat itu sendiri.
Upaya yang dilakukan dalam pemberdayaan, merupakan upaya untuk
2
sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan. Dengan kata lain, pemberdayaan adalah memampukan dan
memandirikan masyarakat. Sejalan dengan pemikiran-pemikiran tersebut,
Kindervatter (1979), memberi peran secara jelas tentang peran pemberdayaan
dalam rangka empowering process, peran pemberdayaan tidak saja mengubah
individu, tetapi juga kelompok, organisasi dan masyarakat. Pemberdayaan sebagai
proses mengandung arti luas, yakni mencakup meningkatan pengetahuan, sikap,
keterampilan dan pengembangan kemampuan lainnya ke arah kemandirian hidup.
Kindervatter (1979:13) menjelaskan bahwa; for the purposes of this study,
empowering is; people gaining an understanding of control over social, economic,
and/or political forces in order to improve their standing in society.
Maka dari itu, dengan pemberdayaan dapat memandirikian masyarakat,
dalam buku pemberdayaan Masyarakat menurut Mardikanto (2012:29) bahwa: “ pemberdayaan adalah sebuah proses agar setiap orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan dan mempengaruhi, kejaidan-kejaidan serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupan dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiaanya”.(Parsons, 1994).
Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa setiap proses pemberdayaan, perlunya
partisipasi masyarakat yang merupakan perwujudan dari kesadaran dan
kepedulian serta tanggung jawab masyarakat terhadap pentingnya pemberdayaan,
yang bertujuan untuk memperbaiki mutu hidup mereka. Artinya, melalui
partisipasi yang diberikan berarti benar-benar menyadari bahwa kegiatan
pemberdayaan bukan sekedar kewajiban yang harus dilaksanakan oleh aparat
(pemerintah) sendiri, tetapi juga menuntuk keterlibatan masyarakat sepenuhnya
untuk mencapai tujuan yang diharapkan bersama, terutama dukungan setiap
anggota keluarga dan tokoh masyrakat. Setiap kegitan partisipasi perlunya dukung
sangan kuat oleh keluarga, tokoh masyrakat dan lingkungan itu sendiri. Keluarga
dan tokoh masyarakat merupakan daya dukung proses pemberdayaan untuk
mensukseskan proses pemberdayaan.
3
memerlukan proses “penyadaran” baik penyadaran tentang keberadaanya, masalah-masalah yang dihadapi, kebutuhan untuk memecahkan masalah,
peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan, serta penyadaran tentang pilihan-pilihan yang
terbaik untuk diri sendiri dan masyarakatnya. Freire (1973) mengartikan
pemberdayaan bidang pendidikan merupakan praktik pembebasan diri dari
ketidaktahuan, tekanan-tekanan dan lain-lain. Hal ini membelenggu seseorang dan
kelompok masyarakat untuk memperbaiki kehidupannya. Pendidikan nonformal
sebagai pembebasan juga termasuk membebaskan diri dari sistem sekolah.
Pemberdayaan dalam bidang pendidikan juga berarti kemampuan dan keberanian
untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi, politik, maupun budaya untuk terus
menerus memperbaiki kehidupan.
Peran pendidikan nonformal sebagai proses pemberdayaan didalamnya
meliputi peningkatan dan perubahan sumberdaya manusia sehingga mampu
membangun masyarakat dan lingkungannya. La Belle (1976) mengartikan sebagai
strategi social change, sedangkan Coombs (1973:2) menyebutkan nonformal
education as a strategi for rural development.
Berdasarkan pernyataan La Belle, bahwa masyarakat yang mampu
membangun lingkungannya yaitu masyarakat yang sadar akan kebutuhannya
dengan menggali potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah tertentu serta
mempertahankan kearifan lokal yang ada di suatu wilayah dengan berbagai cara
dan teknik untuk menjadi suatu makanan pokok serta mengembangkan berbagai
olahan dari kearifan lokal yang dimiliki, salah satunya yang masih
mempertahankan kearifan lokal akan tradisi makan rasi (beras singkong) yaitu di
Kampung Cireundeu dengan segala keunikannya tidak saja dikenal oleh
lingkungan masyarakat Kota Cimahi, namun sudah dikenal luas karena
mempunyai ciri khas dalam kehidupan sehari-hari.
Seiring pernyataan di atas, dalam penelitian Suyastiri Ni Made (dalam
Jurnal Ekonomi Pembangunan volume 13 nomor 1, hal. 51-60, April 2008) judul “Diversifikasi Konsumsi Pangan Pokok Berbasis Potensi Lokal Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumahtangga Pedesaaan Di Kecamatan Semin
Kabupaten Gunung Kidul”. Dengan hasil penelitian bahwa: Upaya mewujudkan
4
tangga pedesaan di kecamatan Semin memanfaatkan sumberdaya lokal yaitu
dengan menggali potensi lokal yang berbasis non beras untuk memenuhi
kebutuhan pangannya. Hal ini ditunjukkan oleh adanya variasi dalam
pengkonsumsian pangan pokok yang berbasis potensi lokal. Pola diversifikasi
konsumsi pangan pokok yaitu beras, dan pangan pengganti beras seperti jagung
yang dalam pengkonsumsiannya mengikuti pola beras jagung, beras ketela pohon,
dan beras jagung, ketela pohon
Berdasarkan jurnal di atas, bahwa konsumsi pangan pokok berbasis potensi
lokal yang dilestarikan oleh suatu masyarakat dapat menjadi ciri khas atau
keunikan dari masyarakat tersebut. Hal ini ditentukan oleh latar belakang
kebudayaan yang dimiliki, kebiasaan tersebut berhubungan dengan aspek sosial
budaya, ekologi, ekonomi dan sistem kepercayaan masyarakat yang bersangkutan.
Masyarakat adat memandang alam dan dirinya sendiri secara utuh, termasuk
pelestarian, pemanfaatan yang tidak mengakibatkan hal-hal yang merugikan
masyarakat adat jaman sekarang dan masa yang akan datang. Keunikan yang
dimiliki oleh massyarakat adat Kampung Cireundeu menjadi daya tarik yang kuat
untuk dijadikan suatu model atau bahan penelitian yang dapat mendukung setiap
kampung atau desa lain dalam mempertahankan adat dan tradisi leluhur dengan
tidak mengkonsumsi nasi dari beras, melainkan dari beras singkong (Rasi) sebagai
makanan pokok sehari-hari.
Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa masyarakat menghasilkan suatu
kemandirian yang ditanamakan melalui proses sosialisasi dan enkulturasi, dalam
suatu model desa ekowisata dan ketahanan pangan yang dilakukan oleh suatu
masyarakat adat yang menjadi ciri khas dan keunikan tersendiri yang
membedakan antara masyarakat adat Kampung Cireundeu dengan masyakarat
kampung lain disekitarnya. Proses pemberdayaan tersebut ditanamkan dan
dipelihara melalui mekanisme sosialisasi budaya lokal dengan menggunakan
media keluarga, lembaga adat dan sistem sosial masyarakat.
Kampung Cireundeu yang terletak di Kelurahan Leuwigajah Kecamatan
5
Kampung Cireundeu tidak bergantung pada beras dan mempunyai misi
membangun desa yang mandiri dalam upaya meraih kesejahteraan dan
kemakmuran dengan meningkatkan perluasan dan pengembangan sektor “agrobisnis” dan “agroindustri” dengan memanfaatkan potensi lokal yang dimiliki dengan pola makan pokok beras singkong (rasi) sebagai makanan alternatif
pengganti beras, dengan harapan terwujud suatu kemandirian khususnya di
lingkungan keluarga umumnya dilingkungan masyarakat,.
Dengan adanya program pemberdayaan yang datang dari kalangan
akademisi bekerja sama dengan masyarakat sekitar, sebagai contoh dari UNPAD
yang memfasilitatori dalam memberdayaan masyarakat kearah agroindustri yang
bermulai dari berbagai pelatihan dan program pemberdayaan yang telah
dilaksanakan oleh pihak-pihak yang tertarik akan kemajuan Kampung Cireundeu,
maka dari berbagai pelatihan tersebut menghasilkan pengolahan diverifikasi
produk makanan yang berbahan dasar singkong diantaranya pembuatan rasi,
berbagai olahan kerupuk aci, opak singkong, kripik singkong, ranggining, aci
singkong, tape gendu, peyeum, peyeum mutiara, egg roll, berbagai olahan kue
basah (bolu singkong) serta dendeng kulit singkong.
Berdasarkan letak geografis dan kultur masyarakat yang mendominasi
dalam mempertahankan kebudayaan, maka yang paling memungkinknan untuk
mengkaji penelitian ini adalah dengan menggunakan studi etnografi karena
lingkungan masyarakat adat Kampung Cireundeu yang memiliki tingkah laku
sosial tersendiri yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Bukan hanya
itu saja dengan studi etnografi akan terungkap proses pemberdayaan masyarakat
dalam mempertahankan kearifan lokal pada masyarakat adat Kampung Cireundeu.
Menurut Spraley (2006:16) mengemukan bahwa dalam pengertian yang
paling umum etnografi memberikan sumbangan secara langsung dalam deskripsi
dan penjelasan keteraturan serta evaluasi dalam tingkah laku sosial manusia.
Banyak ilmu sosial yang memiliki tujuan yang lebih terbatas. Dalam studi tingkah
laku manapun, etnografi memiliki peranan yang penting.
Melalui metode etnografi inilah akan terungkap bagaimana proses
pemberdayaan masyarakat adat Kampung Cireundeu dalam mempertahankan
6
mempertahankan suatu nilai-nilai adat yang ditanamkan sejak nenek moyang.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik dengan merancang
model pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan kearifan lokal, studi
etnografi pada masyarakat adat Kampung Cireundeu.
B. Identifikasi Masalah Dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah sangat
diperlukan yang bertujuan untuk memperjelas permasalahan yang sedang diteliti.
Berdasarkan hal tersebut, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Masyarakat adat Kampung Cireundeu walaupun terletak diperkotaan tetapi
mampu mempertahankan nilai budaya, ekologi, ekonomi dan sistem
kepercayaan masyarakat sendiri dengan mempertahankan kearifan lokal
kampung tersebut yang masih dijaga keasliannya.
2. Terdapat keunikan dari masyarakat adat Kampung Cireundeu dibanding
dengan daerah lain, yaitu masih mematuhi dan menjalankan tradisi leluhur
dengan tidak mengkonsumsi nasi dari beras, melainkan dari beras singkong
(rasi) sebagai makanan pokok sehari-hari.
3. Proses pemberdayaan yang terus dikembangkan dengan berbagai pelatihan
yang telah dilaksanakan oleh pihak-pihak yang tertarik akan kemajuan
kampung Cireundeu, terutama dari UNPAD dan UPI untuk menghasilkan
inovasi baru dari bahan dasar singkong.
4. Masyarakat adat Kampung Cireundeung memanfaatkan setiap kearifan lokal
yang dimiliki dengan semaksimal mungkin menjadi berbagai olahan selain
beras singkong (Rasi) itu sendiri, yaitu berbagai olahan kerupuk aci, opak
singkong, kripik singkong, ranggining, aci singkong, tape gendu, peyeum,
peyeum mutiara, egg roll, berbagai olahan kue basah (bolu singkong) dan
dendeng kulit singkong.
5. Dengan masih banyak potensi lokal yang dimiliki oleh setiap daerah yang
tidak harus beras dan tidak akan mati kelaparan tanpa memakan beras itu
sendiri dan tidak akan adanya masyarakat miskin pada suatu desa atau
7
kemandirian yang ditanamakan melalui proses sosialisasi dan enkulturasi,
dalam suatu model desa ekowisata dan ketahanan pangan yang dilakukan oleh
suatu masyarakat adat yang menjadi ciri khas dan keunikan tersendiri yang
membedakan antara masyarakat adat Kampung Cireundeu dengan masyakarat
kampung lain.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dirumuskan masalah dalam
penelitian sebagai berikut: “Bagaimana model pemberdayaan masyarakat dalam
mempertahankan kearifan lokal pada masyarakat adat Kampung Cireundeu?".
Ada beberapa pertanyaan dari rumusan masalah dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pola kehidupan masyarakat adat Kampung Cireundeu dalam
mempertahankan kearifan lokal ditinjau dari aspek etnografis?
2. Bagaimana kondisi sistem perekomomian masyarakat adat Kampung
Cireundeu dalam mempertahankan kearifan lokal ditinjau dari aspek
etnografis?
3. Bagaimana model pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan kearifan
lokal pada masyarakat adat Kampung Cireundeu ditinjau dari aspek
etnografis?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh gambaran yang
jelas mengenai “Model pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan kearifan lokal pada masyarakat adat Kampung Cireundeu”. Berdasarkan tujuan umum tersebut, secara khusus tujuan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menggambarkan pola kehidupan masyarakat adat
Kampung Cireundeu dalam mempertahankan kearifan lokal ditinjau dari
aspek etnografis.
2. Untuk mengetahui dan menggambarkan kondisi sistem perekomomian
masyarakat adat Kampung Cireundeu dalam mempertahankan kearifan lokal
ditinjau dari aspek etnografis.
3. Untuk mengetahui dan menggambarkan model pemberdayaan masyarakat
dalam mempertahankan kearifan lokal pada masyarakat adat Kampung
8
D. Manfaat/ Signifikansi Penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu model
informal education yang memperkaya teori-teori pendidikan serta dapat
menjadi salah satu referensi untuk mengembangkan program Pendidikan Luar
Sekolah khususnya yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat menjadi
masyarkat lebih sejahtera dan mandiri.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pemikiran dalam
perbaikan setiap desa yang ada di Indonesia sehingga desa menjadi lebih
berdaya dapat bersaing dengan dunia luar dan tidak bergantung pada satu
bahan pokok saja, dalam menunjang kesejahteraan desa, dan hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi lembaga lain yang bergerak
dalam dunia pendidikan khususnya pada bidang pemberdayaan masyarakat.
E. Struktur Organisasi
Pendahuluan, didalamnya membahas Latar Belakang Penelitian,
Identifikasi dan Perumusan Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, dan Struktur Organisasi.
Konsep-konsep; penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang
yang diteliti, termasuk prosedur, subjek, dan temuannya; posisi
teoretis peneliti yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.
Prosedur Penelitian, berisi tentang uraian Metode Penelitian,
Teknik Pengumpulan Data, Prosedur Pengumpulan Data, Teknik
Pengolahan Data dan Analisis Data.
Deskripsi analisis data dari hasil penelitian tentang model
pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan kearifan lokal
study etnografi pada masyarakat adat Kampung Cireundeu,
pengolahan data hasil penelitian, serta pembahasan.
Kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan serta bahasan
implikasi/ rekomendasi terhadap Program Pemberdayaan
61
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek Dan Subjek Penelitian
1. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan hal yang menjadi titik perhatian dari suatu
penelitian. Titik perhatian tersebut berupa subtansi atau materi yang diteliti atau
dipecahkan permasalahannya menggunakan teori-teori yang bersangkutan yaitu
teori pemberdayaan masyarakat , nilai-nilai budaya dan kearifan lokal
Objek dari penelitian ini adalah semua aspek kehidupan masyarakat adat
yang dilihat dari nilai-nilai budaya yang ditanamkan. Dengan lebih spesifik lagi
pada gambaran tentang fenomena-fenomena yang ada pada masyarakat adat
Kampung Cireundeu. Alasan memilih objek adalah sebagai sumber data dalam
penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang
kehidupan masyarakat adat Kampung Cireundeu untuk mendapatkan model
pemberdayaan masyarakat. Sumber data pada penelitian ini adalah Sumber data
lisan dan sumber data tertulis. Data lisan diperoleh dari masyarakat adat yang
terlibat langsung yang mengikuti pola kehidupan tersebut, dan juga dari para
tokoh masyarakat yang mengetahui sejarah tradisi. Adapun data tertulis diperoleh
dari dokumen-dokumen yang dimiliki oleh pemerintah di wilayah penelitian
seperti profil kampung Cireundeu dan dokumentasi yang berupa gambar dan
video, juga beberapa arsip pemerintahan Kampung Cireundeu. Sumber data
tersebut dimanfaatkan untuk mendapatkan objek dalam penelitian ini yang berupa
aktivitas pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan kearifan lokal pada
masyarakat adat Kampung Cireundeu.
2. Subjek Penelitian
Moleong (2010:132) mendiskripsikan Subjek Penelitian sebagai informan,
yang artinya orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang
situasi dan kondisi tempat penelitian. Sejalan dengan definisi tersebut, Moeliono
(1993:862) mendeskripsikan subjek penelitian sebagai orang diamati sebagai
sasaran penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut peneliti mendeskrisikan
subjek penelitiannya adalah masyarakat adat sebagai pelaku yang
62
pengamatan atau informan pada penelitian yang diadakan oleh peneliti.
Spradley (2007:68) mengidentifikasikan lima persyaratan minimal untuk
memilih informan dengan baik, yaitu bahwa informan yang baik adalah informan
yang terenkulturasi penuh dengan kebudayaannya, terlibat secara langsung dalam
peristiwa kebudayaan yang diteliti, mengetahui secara detail mengenai suasana
kebudayaan yang tidak dikenal etnografer, mempunyai cukup waktu untuk
berpartisipasi dalam penelitian; dan informan yang selalu menggunakan bahasa
mereka untuk menggambarkan berbagai kejadian dan tindakan dengan cara yang
hampir tanpa analisis mengenai arti atau signifikansi dari kejadian dan tindakan
itu.
Sumber data pada penelitian ini adalah Sumber data lisan dan sumber data
tertulis. Data lisan diperoleh dari masyarakat adat yang terlibat langsung yang
mengikuti pola kehidupan tersebut, dan juga dari para tokoh masyarakat yang
mengetahui sejarah tradisi. Adapun data tertulis diperoleh dari dokumen-dokumen
yang dimiliki oleh pemerintah di wilayah penelitian seperti profil kampung
Cireundeu dan dokumentasi yang berupa gambar dan video, juga beberapa arsip
pemerintahan Kampung Cireundeu
Informan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah perwakilan
masyarakat adat yang memiliki pengetahuan mendalam mengenai tradisi yang
mereka lakukan yaitu pemuda (nonoman) sebanyak 2 orang dan ibu muda yang
produktif sebanyak 1 orang dan sesepuh Kampung Cireundeu yang memahami
Abah Asep Panitren (sesepuh) AA
Abah Widya Ais Pangampih AW
Kang Jajat Nonoman (ketua Rt 03) KJ
Kang Going Nonoman (pemuda) KG
Bu Neneng Bendahara Kelompok
Home Industri
63
B. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Kampung Cireundeu Rw 10 Kelurahan
Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi, dengan lebih spesifik lagi
pada masyarakat adat Kampung Cireundeu. Alasan peneliti memilih Kampung
Cireundeu sebagai tempat penelitian adalah di kampung Cireundeu masyarakat
yang mampu mempertahankan adat dan budayanya dalam mempertahankan
kearifan lokal yang ada dan tidak terpengaruh oleh gejolak sosial yang sering
terjadi, terutama mahalnya harga beras yang semakin hari semakin melambung
tinggi dan masyarakat adat Kampung Cireundeu tidak bergantung terhadap
pemerintah tetapi tidak anti terhadap bantuan pemerintah dan perkembangan
zaman saat ini.
Kampung Cireundeu terletak diperbatasan Kota Cimahi dengan Kabupaten
Bandung Barat tepatnya dengan kecamatan batujajar. Jarak dari Kampung
Cireundeu ke Kelurahan Leuwigajah +/_ 3 km dan 4 km ke Kecamatan CImahi
Selatan, serta 6 km ke Kota atau Pemerintah Kota Cimahi, dengan keadaan
topografi datar, bergelombang sampai berbukit.
Kampung Cireundeu dikelilingi oleh gunung Gajah Langu dan gunung
Jambul disebelah Utara, gunung Puncak Salam di sebelah Timur, gunung
Cimentang di sebelah Selatan serta Pasir Panji, TPA dan Gunung Kunci disebelah
Barat. Dari ketinggian Gunung Gajah Langu +/_ 890 meter dari permukaan laut.
Selayang pandang terlihat jelas panorama Kota Cimahi, Kota Bandung dan
Kabupaten Bandung yang berada pada cekungan dan hamparan telaga yang
terbentuk dari sejak jaman purba, bentangan hamparan keindahan alam tersebut
menarik sekali apabila pada gunung tersebut dibuatkan tempat
peristirahatan/bungalow/gazebo yang berarsitektur dan berstruktur pedesaaan
untuk menanti dan menjemput sang surya.
Kampung Cireundeu terletak di Kota Cimahi terletak diantara 10703’30’’-
1070 34’30’’ Bujur Timur dan 6050’00’’- 6’56’00’’ Lintang Selatan. Luas wilayah
Kota Cimahi sebesar 40,2 km2 menurut UU No. 9 Tahun 2001 dengan batas-batas
administratif Kota Cimahi sebagai berikut:
a. Sebelah utara : Kecamatan Parongpong, Kecamatan Cisaura, dan
64
b. Sebelah Timur : Kecamatan Sukasari, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan
Cicendo, dan Kecamatan Andir Kota Bandung.
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Marga Asih, Kecamatan Batujajar, Kbupaten
Bandung Barat dan Bandung Kulon, Kota Bandung
d. Sebelah Barat : Kecamatan Padalarang, Kecamatan Batujajar, dan
Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat.
C. Metode Penelitian
Metode adalah suatu proses, prinsip-prinsip dan prosedur yang digunakan
untuk mendekati masalah dan mencari jawaban. Dengan berdasarkan pada
pengertian tersebut dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Lincoln
dan Guba (1985:39) mengemukakan “penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan social yang secara fundamental bergantung kepada
pengamatan manusia pada kawasan sendiri dan berhubungan dengan orang-orang
tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya”. Dalam tradisi penelitian
kualitatif, Creswell (1998:5) mengklasifikasikan adanya lima tradisi studi
kualitatif, yaitu: penelitian biografi, fenomenologi, ground theory, study etnografi
dan study kasus.
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka penelitian ini
menggunakan pendekatan study etnografi pada seting emik yaitu dilihat dari sudut
pandang masyarakat adat Kampung Cireundeu kota Cimahi provinsi Jawa Barat
dan study literature. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif etnografi, mengingat dalam penelitian ini rumusannya
adalah mendeskripsikan dan memberikan eksplanasi secara detail fenomena
pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan kearifan lokal yang dapat
diperoleh dari partisipan penelitian secara alamiah.fenomena yang dimaksud
adalah berknenaan dengan pengetahuan, nilai-nilai, tradisi-tradisi atau
kebiasaan-kebiasaan, bahasa, praktek kehidupan sehari-hari (Goetz and Le Comte. 1984:3).
Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuam
utama aktivitas ini adalah untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut
pandang penduduk asli, sebagaimana dikemukakan oleh Bronislaw (1992:25
65
oleh karena itu penelitian etnografi melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia
orang yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berfikir, dan bertindak
dengaan cara yang berbeda. Jadi etnografi tidak hanya mempelajari masyarakat,
tetapi lebih dari itu belajar dari masyarakat (Spadrley 2007:4).
Menurut Atkinson and Hammersley (1983:208) ada empat ciri enografi,
yaitu; pertama, menekankan eksplorasi tentang hakikat suatu fenomena social
tertentu dan bukan menguji hipotesis tentang fenomena tersebut; kedua,
kecenderungan untuk bekerja dengan data yang tidak terstruktur yakni data yang
belum di-coding di saat pengumpulannya, berdasarkan seperangkat analisis
tertutup; ketiga investigasi terhadap sejumlah upacara, bahkan sangat mungkin
hanya satu upacara, namun dilakukan secara rinci; keempat analisis data
melibatkan penafsiran langsung terhadap makna dan fungsi tindakan manusia.
Hasil analisis ini umumnya mengambil bentuk deskripsi dan penjelasan verbal.
Alasan menggunakan metode etnografi adalah menurut Creswell (2010:20).
Etnografi merupakan salah satu strategi penelitian kualitatif yang didalamnya
peneliti menyelidiki suatu kelompok kebudayaan dilingkungan yang alamiah
dalam periode waktu yang cukup lama dalam pengumpulan data yang utama, data
observasi dan data wawancara. Proses penelitian fleksibel dan biasanya
berkembang sesuai kondisi dalam merespon kenyataan-kenyataan hidup yang
dijumpai dilapangan.
Tujuan penelitian etnografi adalah memperoleh gambaran umum mengenai
subjek penelitian. Penelitian ini menekankan pada aspek pemotretan pengalaman
individu-individu sehari-hari dengan cara mengobservasi dan mewawancarai
mereka dan individu-individu lain yang relevan (fraenkel & Wallen dalam
Creshwell:2010). Penelitian ini menggunakan metode etnografi untuk
mengungkapkan fakta pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan
kearifan lokal. Pemberdayaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu
momen kemandirian yaitu mandiri dengan mempertahankan kearifan lokal yang
akan dikaji secara mendalam. Adapun fakta dalam penelitian ini adalah
mengungkap proses pemberdayaan yang diangkat melalui nilai-nilai tradisi yang
masih mempertahankan kearifan lokal dengan mengkonsumsi nasi singkong
66
Penelitian etnografi melibatkan wawancara mendalam dan observasi terus
menerus pada para partisipan dalam situasi tertentu (Jacob, 1987). Penelitian ini
juga berusaha memperoleh gambaran menyeluruh untuk dapat menyikap
bagaimana manusia mendeskripsikan dan menstruktukan dunia (fraenkel &
wallen dalam Creswell, 2010:294). Prosedur pemecahan masalah yang dilakukan
dengan cara menggambarkan, melukiskan, keadaan objek penelitian (seseorang,
lebaga masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
tampak dan berusaha menemukan hubungannya satu dengan yang lain dalam
aspek-aspek yang diselidiki itu. Berdasarkan fakta dan hasil penelitiannya berupa
kata-kata, gambaran dan bukan angka yang menunjukan kuantitas.
Metode etnografi yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada metode
etnografi yang dikemukan oleh Spradley (2007:61) yang disebut dengan “Alur
Penelitian maju bertahap”, dengan langkah-langkahnya, yaitu: Menetapkan informan, Mewawancarai informan, Membuat catatan etnografis, Mengajukan
pertanyaan deskriptif, Melakukan analisi wawancara, Membuat analisi domain,
Mengajukan pertanyaan struktural, Membuat analisis taksonomi, Mengajukan
pertanyaan kontras, Membuat analisi komponen, Menemukan tema-tema budaya,
Menulis suatu etnografi
Alur penelitian maju bertahap diatas adalah suatu tahapan atau proses
dalam penelitian etnografi, setiap tahapan dilakukan secara bertahap terus
dilakukan hingga akhir penelitian. Akhir penelitian ditentukan sepenuhnya oleh
peneliti, hal ini karena dalam penelitian etnografi tidak dapat diperoleh hasil
penelitian yang sempurna, tidak dapat melaporkan pemberdayaan di wilayah
penelitiannya secara utuh dan menyeluruh.
D. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2011: 224) bahwa “Teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama
dari penelitian adalah mendapatkan data”. Penelitian pada intinya yaitu bertujuan untuk mendapatkan data yang sesuai serta dapat memenuhi standard data yang
67
observasi (pengamatan), catatan lapangan, wawancara, studi dokumentasi dan
triangulasi. Dalam penelitian ini terdapat beberapa karakteristik yang ditinjilkan:
pertama, peneliti bertindak sebagai alat peneliti utama (key instrument) dengan
melakukan wawancara sendiri kepada para informan dan pengumpulan bahan
yang berkaitan dengan objek penelitian dan peneliti terlibat aktif dalam proses
penelitian. Kedua, mencatat data-data dengan rinci yang berkaitan dengan
masalah yang sedang diteliti. Ketiga, melakukan triangulasi atau konfirmasi data.
Sedangkan studi literature yaitu menggunakan buku-buku yang relevan
dengan penelitian ini, antara lain: buku-buku yang menulis penelitian tentang
nilai-nilai tradisi yang dipertahankan di masyarakat adat Kampung Cireundeu.
1. Observasi (pengamatan)
Observasi merupakan salah satu cara pengumpulan data yang utama dalam
mengkaji suatu situasi yang dijadikan sebagai objek penelitian. Menurut Ngalim
Purwanto (Basrowi dan Suwandi, 2008: 93) ‘observasi ialah metode atau cara
-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan se-cara sistematis mengenai tingkah
laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung’.
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi secara langsung
dan tersamar yang digunakan untuk memperoleh data mengenai kondisi objektif
pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan kearifan lokal pada
masyarakat adat Kampung Cireundeu.
2. Catatan Lapangan
Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong 2007:209) “catatan lapangan
adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, diamati dan dipikirkan
dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian
kualitatif”. Dalam hal ini, peneliti membuat coretan dan catatan khusus berupa
kata-kata kucnci, pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan, gambaran dan
lain-lain tentang segala sesuatu peristiwa yang dilihat, didengar dan dialami
selama penelitian berlangsung. Kemudian diubah dalam catatan lengkap setelah
peneliti ada waktu untuk memaparkan secara lebih terperinci. Catatan ini
berfungsi sebagai data kongkrit yang dapat menunjang hipotesis kerja, penentu
68
Adapun catatan lapangan yang peneliti lakukan dengan secara akurat dan
terperinci, namun bukan berarti memasukkan semua data yang tidak berkaitan
Luas, supaya pembaca memahami situasi dijelaskan dan data dapat menyediakan
ikhtisar budaya atau pengaturan. Pada catatan lapangan ini Peneliti melakukan
lebih dari sekedar melakukan perekaman situasi sederhana saja.
Bentuk Catatan lapangan yang dilakukan peneliti menurut Moelong
(2001:154) bentuk catatan lapangan pada dasarnya adalah wajah catatan lapangan
yang terdiri dari halaman depan dan halaman-halaman berikutnya disertai
petunjuk paragraf dan baris tepi:
1) Halaman Pertama
Menurut Lexy J. Moleong (2001:154) pada halaman pertama setiap catatan
lapangan diberi judul informasi yang dijaring, waktu yang terdiri dari tanggal dan
jam dilakukannya pengamatan dan waktu menyusun catatan lapangan, tempat
dilaksanakannya pengamatan itu, dan diberi nomor urut sebagai bagian dari
seluruh perangkat catatan lapangan.
2) Alinea dan batas tepi
Alinea atau paragraf dalam catatan lapangan memegang peranan khusus
dalam kaitannya dengan analisis data. Oleh karena itu, setiap kali menuliskan satu
pokok persoalan, peneliti harus membuat alinea baru. Kemudian, batas tepi kanan
catatan lapangan harus diperlebar dari biasanya karena akan digunakan untuk
memberikan kode pada waktu analisis. Kode tersebut berupa nomor dan
judul-judul tertentu. Atas dasar pemberian kode dengan judul-judul-judul-judul tersebut dapat
diperkirakan berapa lembar batas tepi yang perlu disisakan. Menurut Idrus
(2007:93) mengenai bentuk catatan lapangan pada dasarnya belum ada
kesepakatan antar para ahli ethnografi tentang bagaimana bentuk catatan lapangan
yang baik. Namun demikian sebagai persiapan tentang isi catatan lapangan itu
harus memuat:
a. Judul atau tema yang ditulis
b. Menjelaskan tentang kapan aktivitas itu terjadi (jam, tanggal, hari).
c. Menyebutkan siapa yang terlibat dalam aktivitas itu (baik si pengamat maupun
69
Adapun Catatan Lapangan dalam penelitian ini, Moleong mengungkapkan
bahwa model suatu catatan lapangan membaginya ke dalam tiga macam, yakni
catatan pengamatan, catatan teori, dan catatan metodologi (2001:154-156).
Dalam penelitian ini menggunakan metode catatan pengamatan, yang
maksudnya adalah pernyataan tentang semua yang dialami yaitu yang dilihat dan
didengar dengan menceritakan siapa yang menyatakan atau melakukan apa dalam
situasi tertentu (Moleong, 2001:155). Catatan pengamatan dilakukan selama
tindakan berlangsung (Widyawati, 2008). Pernyataan tersebut tidak boleh berisi
penafsiran, hanya merupakan catatan sebagaimana adanya dan pernyataan yang
datanya sudah teruji kepercayaan dan keabsahannya.
Setiap catatan pengamatan mewakili peristiwa yang penting sebagai bagian
yang akan dimasukkan ke dalam proposisi yang akan disusun atau sebagai
kawasan suatu konteks atau situasi. Moleong (2001:155) menambahkan bahwa
catatan pengamatan merupakan catatan tentang siapa, apa, bilamana, di mana, dan
bagaiamana suatau kegiatan manusia. Hal itu menceritakan ”siapa mengatakan”
atau ”melakukan apa” dalam kondisi tertentu. Setiap catatan pengamatan
merupakan suatu kesatuan yang menunjukkan adanya satu datum atau sesuatu
yang sangat berkaitan atau menjelaskan peristiwa atau situasi yang ada pada
catatan pengamatan lainnya. Jika catatan pengamatan itu merupakan kutipan,
sebaiknya dikutip secara tepat.
3. Wawancara
Wawancara merupakan suatu percakapan yang diarahkan pada suatu
masalah tertentu. Sebagaimana menurut Moleong (2010: 186) “wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara bebas karena peneliti telah
mengetahui secara pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh, yaitu
mengenai pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan kearifan lokal pada
masyarakat adat Kampung Cireundeu.
Wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara mendalam
70
diperoleh jawaban yang labih khusus dan tepat. Apabila jawaban responden
kurang meyakinkan, maka perlu ditanyakan keterangan lebih lanjut, dan kalimat
yang disampaikan pun harus bersifat netral. Probing ini termasuk salah satu
bagian yang paling sulit dalam wawancara.
Wawancara mendalam merupakan wawancara pribadi, langsung, dan tidak
terstruktur dengan seorang subjek yang diselidiki oelh pewawancara yang sangat
terampil untuk menemukan latar belakang motivasi, kayakinan, sikap, dan
perasaan subjek terhadap satu topik.
Wawancara berlangsung antara 30 menit sampai dengan lebih dari satu jam.
Wawancara mendalam ini digunakan untuk mengungkap hal-hal yang
tersembunyi, yang sulit untuk diungkap dengan metode atau teknik pengukuran
lainnya.
Aspek-aspek wawancara mendalam yang direncanakan adalah
tujuan-tujuan, pertanyaan-pertanyaan, setting, dan reaksi terhadap
permasalahan-permasalahan khusus. Perencanaan semacam itu bisa memberikan kesiapan bagi
si pewawancara untuk semua kemungkinan-kemungkinan yang mungkin muncul
dalam proses wawancara. (Robert Kahn dan Charles Channel, 2003).
Peneliti melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi atau untuk
memberikan informasi. Akan tetapi, menganggap bahwa hubungan antar
pewawancara dan orang yang diwawancarai sama pentingnya dalam kebanyakan
situasi. Bahkan, sifat dasar hubungan tersebut bisa menentukan apakah informasi
tertentu telah disampaikan selama wawancara atau tidak. (Dr. Nurul Murtadho,
1992).
4. Dokumentasi Penelitian.
Sasaran dokumentasi pada penelitian ini adalah seluruh objek dan subjek
penelitian dan aktifitas atau kegiatan masyarakat yang penting dan berhubungan
dengan model pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan kearifan lokal
pada masyarakat adat Kampung Cireundeu.
Metode dokumentasi merupakan salah satu jenis metode yang sering
digunakan dalam metodologi penelitian sosial yang berkaitan dengan teknik
71
Conclusion Drawing/
Verification
Reduksi Display Triangulasi data
oleh lapangan ilmu sosial lainnya dalam metodologi penelitiannya, karena
sebagian besar fakta dan data sosial banyak tersimpan dalam bahan-bahan yang
berbentuk dokumenter.
Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia
atau human resources, melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi ada pula
sumber bukan manusia, non human resources, diantaranya dokumen, foto dan
bahan statistik. Dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini
berupa data kongkrit yang berupa catatan, foto, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Dokumentasi yang dikumpulkan
oleh peneliti menjadi suatu sumber data dalam setiap langkah penelitian.
E. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan
Huberman. Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011:246) mengemukakan bahwa:
Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display dan data conclusion drawing/ Verification.
Dalam aktifitas penelitian ini analisis data dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus, sehingga data yang diperlukan didapat dengan
sempurna.
Gambar 3.1Ilustrasi Analisis Data
a. Reduksi Data
Sugiyono (2011: 247) mengemukakan bahwa:
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Data reduksi merupakan langkah awal yang dilakukan pada saat
72
penelitian ini proses pemberdayaan masyarakat dengan harapan data yang
diperlukan dapat diperoleh dengan mudah dan terarah.
b. Display Data
Langkah selanjutnya dalam analisis data yaitu penyajian data (data
display). Data dispalay ini bersifat informatif yaitu memberikan pemahaman
secara detail. Penyajian data dilakukan setelah melakukan analisis reduksi data
yang disajikan dalam bentuk uraian singkat atau bagan dengan teks yang bersifat
naratif untuk memudahkan penyajian data yang terjadi dengan harapan data
tersebut dapat difahami dengan mudah oleh peneliti dalam mengungkapkan
penyajian data yang telah didapat dari hasil instrumen penelitian yang telah
digunakan. Data yang diperoleh mengenai model pemberdayaan masyarakat ini
disajikan peneliti dengan cara memisahkan indikator yang satu dengan yang
lainnya dengan tujuan bahasan yang diungkapkan dapat tersusun dengan baik dan
terarah.
c. Conclusion drawing/penarikan kesimpulan
Langkah terakhir dari analisis data ini adalah Conclusion drawing/penarikan
kesimpulan. Peneliti melakukan Conclusion drawing/ verification terhadap data
yang telah diperoleh dan disajikan mengenai model pemberdayaan masyarakat
dalam mempertahankan kearifan lokal pada peserta pelatihan kewirausahaan.
Penarikan kesimpulan ini berada di bab akhir yang disertai saran dan rekomendasi
pada permasalahan tersebut.
d. Triangulasi
Triangulasi merupakan proses pengumpulan data yang secara umum
berfungsi sebagai penguji kredibilitas data yang paling umum digunakan oleh
peneliti kualitatif. Menurut Sugiyono (2011: 241) mengatakan bahwa “Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada”. Berdasarkan
pendapat tersebut, peneliti memutuskan menggunakan teknik pengumpulan data
triangulasi ini dengan tujuan data yang dikumpulkan mengenai model
pemberdayaan masyarakat desa untuk mencapai desa mandiri ini sehingga dapat
73
F. Desain Penelitian dan Batasan Analisis Penelitian
Penelitian ini menggunakan tahapan penelitian prasurvei, pembuatan
rancangan penelitian, pelaksanaan penelitian, serta pelaporan hasil penelitian.
1) Pra Pelaksanaan
Pada kegiatan awal ini, penulis melakukan penjajakan awal di Kampung
Cireundeu, hal ini dilakukan guna mendapat pokok permasalahan yang ada
dilapangan untuk menjadi fokus penelitian. Pada tahapan ini pertama-tama
penulis menyelesaikan perizinan terhadap lembaga setempat dan menjelaskan
tujuan diadakan penelitian ini, selanjutnya melakukan wawancara awal
terhadap perwakilan masyarakat adat Kampung Cireundeu yaitu sesepuh yang
bernama Abah Widya. Pada tahap ini juga penulis menganalisis apakah fokus
permasalahan tersebut berkaitan dengan disiplin ilmu penulis atau tidak.
2) Pelaksanaan Penelitian (Lapangan)
Pada tahap ini, peneliti mempertimbangkan fokus kajian serta metode dan
pendekatan apa yang akan di lakukan dalam penelitian serta memahami dan
memasuki lapangan.
3) Pengolahan Data
Pengumpulan data siapa saja subjek yang akan menjadi narasumber dalam
penelitian. Pada tahapan ini penulis menyusun instrumen penelitian,
mengumpulkan data di lapangan, menganalisis data, mengadakan reduksi data
display data analisis, mengambil kesimpulan dan verifikasi, meningkatkan
keabsahan dan narasi hasil.
4) Pelaporan Hasil Penelitian
Tahap ini merupakan tahap akhir penyusunan hasil penelitian, setelah
berkonsultasi dengan pembimbing dan disetujui untuk diujikan, serta laporan
pun dibuat sesuai dengan outline yang berlaku di Universitas Pendidikan
Idonesia (UPI) Bandung.
Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki batasan untuk menjelaskan,
mengkaji dan mengeksplorasi hasil penelitian. Batasan tersebut bertujuan sebagai
fokus penelitian seperti yang dijelaskan pada sebelumnya yang telah disusun
kedalam batasan masalah. Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian, peneliti
74
Gambar 3.2 Alur dan Langkah Penelitian Sumber: Alur Penelitian Peneliti, 2015
1. Reduksi data display data analisis 2. Mengambil kesimpulan dan
verifikasi
3. Meningkatkan keabsahan 4. Narasi hasil
1. Bagaimana pola kehidupan masyarakat adat Kampung
Cireundeu dalam mempertahankan kearifan lokal di
tinjau dari aspek etnografis?
2. Bagaimana sistem objektif perekomomian masyarakat
adat Kampung Cireundeu dalam mempertahankan
kearifan lokal di tinjau dari aspek etnografis?
3. Bagaimana model Pemberdayaan masyarakat dalam
mempertahankan kearifan lokal masyarakat adat
Kampung Cireundeu di tinjau dari aspek etnografis? Sistem
perekonomian
168
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Pola kehidupan masyarakat adat kampung Cireundeu dalam mempertahankan
kearifan lokal, terbentuk dari suatu pola kebiasaan yang ditanamkan sejak
kecil melalui proses sosialisasi dan pewarisan nilai-nilai kearifan lokal, yang
menjadikan suatu kebutuhan mendasar untuk semua masyarakat adat kampung
Cireundeu dan menjadi suatu pola kehidupan dalam mempertahankan kearifan
lokal yang tidak bergantung terhadap gejolak sosial menjadikan masyarakat
harmonis, sejahtera dan mandiri.
2. Secara etnografi kondisi sistem perekonomian masyarakat adat Kampung
Cireundeu dalam mempertahankan kearifan lokal terlihat bahwa masyarakat
dibangun atas prinsip pemenuhan kebutuhan dengan memberikan bekal untuk
mampu bersaing dengan pihak luar, melalui upaya motivasi untuk mendapat
prestasi terbaik dan mampu untuk aktualisasi diri di era ekonomi kreatif saat
ini.
3. Secara etnografi Logic Model yang diperoleh berdasarkan hasil analisi peneliti
terhadap model pemberdayaan masyarakat adat Kampung Cireundeu bahwa
pemberdayaanmenggunakan prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat. Prinsip
tersebut atas dasar penggalian potensi yang dimiliki dengan memperkuat
potensi ekonomi atau sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri,
sehingga dapat mencegah dan melindungi masyarakat dari kesenjangan
ekonomi diperoleh bahwa masyarakat dapat menciptakan suasana iklim yang
menggali potensi masyarakat dengan memperkuat potensi ekonomi atau
sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri, serta dapat mencegah
dan melindungi masyarakat dari kesenjangan ekonomi serta menciptakan
kebersamaan dan kemitraaan antara yang sudah maju dengan yang belum
169
B. REKOMENDASI
Setelah mengkaji dan menggambarkan kenyataan yang dimunculkan dalam
penelitian dilapangan khususnya tentang pola kehidupan masyarakat adat
kampung Cireundeu, kondisi objektif perekonomian masyarat adat kampung
Cireundeu dan mendapatkan model pemberdayaan masyarakat dalam
mempertahankan kearifan lokal pada masyarakat adat Kampung Cireundeu,
berikut ini adalah rekomendasi penyusun untuk beberapa pihak terutama yang
berkaitan dengan dengan pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan
kearifan lokal.
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu model informal education
yang memperkaya teori-teori pendidikan serta dapat menjadi salah satu
referensi untuk mengembangkan program Pendidikan Luar Sekolah
khususnya yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat dalam
mempertahanakan kearifan lokal dengan menanamkan nilai-nilai budaya
lokal.
2. Pada hakikatnya, masalah kemiskinan, keterlantaran dan permasalah sosial
lainya adalah masalah yang terjdi dilingkungan masyarkat lokal. Untuk itu,
penanganan masalah sosial harus berbasiskan kebutuhan masyarakat atau
sering disebut dengan istilah “bottom-up” bukan “top-down” karena masyarakat yang paling tahu kondisi permasalahanya.
3. Keanekaragaman sistem sosial-budaya di Indonesia harus dipahami sebagai
potensi pemanfaatannya belum optimal dalam proses pembangunan
masyarakat, padahal sistem sosial-budaya lokal merupakan modal sosial
(sosial capital) yang besar yang telah tumbuh kembang secara turun-temurun
yang hingga kini masih kuat berakar dimasyarakat.
4. Strategi pemberdayaan masyarakat berbasis sistem sosial-budaya lokal dengan
mempertahankan kearifan lokal setiap daerah atau kampung tertentu yang
perlu diformulasikan secara tepat tanpa harus membuat pola-pola seragam
seperti pada masa order baru. Lebih lagi dikaitkan dengan keadaan ekonomi
Indonesai saaat ini, ketika Indonesia mengalami keterpurukan akibat krisis
170
5. Model pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan kearifan lokal akan
sangat mendukung program pemerintah pada tahun 2007 yang dicanangkan
oleh Dirjen PNFI pada saat itu yang dikenal dengan OKOP dan OCOP “satu
kampung satu produk atau satu kelompok satu produk” atau dalam bahasa lainnya “One Village One Product” dengan hasil adanya produk unggulan di pedesaaan dan perkotaan yang mampu memenuhi kebutuhan pasar dan
171
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, I. (2007) Aneka Metode Partisipasi Untuk Pembangunan Desa. Blogspot http://iagusta.blogspot.com/. Sosiolog Pedesaan Institut Pertanian Bogor. Di akses, 2 November 2007.
Anonim. (1994). Panduan Program Inpres Desa Tertinggal; Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional - Departemen Dalam Negeri.
Anonim. (1995). Pembinaan Program dan Pendampingan Pokmas IDT; Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional - Departemen Dalam Negeri.
Anonim. (1995). Kaji Tindak Program Inpres Desa Tertinggal Tahun Pertama,
Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,.
Arndt, Heinz W. (1987). Economic Development: The History of An Idea;
Chicago: The University of Chicago Press.
Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Azis, Iwan Jaya. (1996). Kesenjangan Antara Ekonomi Makro dan Gejala Mikro: Keterbatasan Ilmu Ekonomi. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta,
Ayatrohaedi. (1986). Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta. Dunia Pustaka Jaya.
Basrowi. dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Buchori, Mochtar. (1993) “Pengantar” Walter Fernandes dan Rajesh Tandon (eds.) Riset Partisipatoris- Riset Pembebasan. Penyunting: Wardaya dan Hardiman. Gramedia Pustaka Umum.
Cathart, R.S., and Larry A. Samovar, (1974). Small Group Communication : A Reader. New York : Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Chamala, R.S., (1995). Overview of Participative Action Approaches in Australian Land and Water Management. Dalam Chamala, S. and Keith, K. (eds), 1995. Participative Approaches for Landcare: Perspective, Policies, Program. Brisbane : Australian Academic Press.
172
Chambers, Robert. (1995). Poverty and Livelihoods: Whose Reality Counts? Uner Kirdar dan Leonard Silk (eds). People: From Impoverishment to Empowerment. New York. New Yoirk University Press.
Creswell, W, J. (2014). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta. Pustaka pelajar.
Effendy. (1998). Pengertian Keluarga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Fadhilah Amir. (2014). Budaya Pangan Anak Singkong Dalam Himpitan Modernisasi Pangan: Eksistensi Tradisi Kuliner Rasi (Beras Singkong) Komunitas Kampung Adat Cireundeu Leuwi Gajah Cimahi Selatan Jawa Barat” (dalan Jurnal Al-Tauras volume xx nomor 1, Januari.
Friedman, John. (1992). Empowerment The Politics of Alternative Development. Blackwell Publishers, Cambridge, USA.
Frechtling, A. (2007). Logic Modelling Program Evaluation. Hisrich, New York: Mc. Graw Hill.
Harrod, R.F. (1948). .An Essay in the Dynamic Theory, Economic Journal; London: Macmillan,
Hikmat, H. (2004). Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Penerbit Humoniora, Bandung.
Hufad Achmad. (2005). Sosialisasi dan Akulturasi Nilai-nilai Budaya Lokal (Kasus Pada Keluarga Inti Orang Menes di Banten. jurnal Mimbar UPI volume 4 nomor 2. Bandung.
Kartasasmita, Ginandjar. (1996). Pembangunan Untuk Rakyat - Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. Penerbit PT. Pustaka CIDESINDO, Jakarta.
Kartasasmita, Ginandjar. (15 April 1995). Pembangunan Menuju Bangsa yang Maju dan Mandiri: Sebuah Tinjauan Mengenai Berbagai Paradigma, Problematika, dan Peran Birokrasi dalam Pembangunan; Pidato Penerimaan Penganugerahan Gelar Doctor Honoris Causa Dalam Ilmu Administrasi Pembangunan dari Universitas Gajah Mada, Yogyakarta,
Kartasasmita, Ginandjar. (27 Mei 1995). Pemberdayaan Masyarakat: Sebuah Tinjauan Administrasi; Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Administrasi pada Fakultas Ilmu Administrasi Pemangunan Universitas Brawijaya; Malang.
173
Kartasasmita, Ginandjar. (1995). Ekonomi Rakyat: Memadukan Pertumbuhan Dan Pemerataaan. Jakarta. CISED.
Khairuddin. (2000). Pembangunan Masyarakat. Tinjauan Aspek: Sosiologi, Ekonomi dan Perencanaan. Liberty, Yogyakarta.
Jim Ife dan Frank Tesoriero. (2008). Community Development. Penerjemah Sastrawan Manulang dkk. Jogjakarta. Pustaka Pelajar.
Lipset dan Solari. (2001). Consensus and Conflict Essay In Poitics Sociology. New Jersey. Oxfort Univesity Press.
Mardikanto, Totok. (2012). Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik. Bandung. Alfabeta.
Muktasam, A. (2000). A Longitudinal Study of Group Roles in Indonesian Rural Development: An Analysis of Policy Formulation, Implementation and Learning Outcomes. The University of Queensland (Ph.D Thesis).
Moleong, L.J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Keraf, A.S (2010). Etika Lingkungan Hidup. Jakarta. Kompas
Kendrick, John W., (1976) .The Formation and Stocks of Total Capital; New York: Columbia University Press,
Keynes, John M., (1936). The General Theory of Employment, Interest, and Money; Harcourt: Brace and World.
Keraf, A.S. (2010). Etika Lingkungan Hidup. : Penerbit Buku Kompas. Jakarta
Khan, A.M. dan Krisnawati Suryanata. (1994). A Review of Participatory Reseach Techniques for National Resources Management. The Ford Foundation: Southeast Asia Regional Office. Jakarta.
.
Kirdar, Uner dan Leonard Silk (eds.), (1995). People: From Impoverishment to Empowerment. New York: New York University Press.
Kuncoro, Mudrajad. (2006). Ekonomika Pembangunan. Jakarta. Erlangga.
Korten, David C. (1984). People Centered Development ; West Harford: Kumarian Press,.