• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MEMPERTAHANKAN KEARIFAN LOKAL : Etnografi Pada Masyarakat Adat Kampung Cireundeu Kota Cimahi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MEMPERTAHANKAN KEARIFAN LOKAL : Etnografi Pada Masyarakat Adat Kampung Cireundeu Kota Cimahi."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MEMPERTAHANKAN KEARIFAN LOKAL

(Etnografi Pada Masyarakat Adat Kampung Cireundeu Kota Cimahi)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Megister Pendidikan Luar Sekolah Konsentrasi Pemberdayaan Masyarakat

Oleh:

EMA SUMIATI

1302690

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MEMPERTAHANKAN KEARIFAN LOKAL

(Etnografi Pada Masyarakat Adat Kampung Cireundeu Kota Cimahi)

Oleh Ema Sumiati

S.Pd Universitas Pendidikan Indonesia, 2013

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Ema Sumiati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

EMA SUMIATI 1302690

MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MEMPERTAHANKAN KEARIFAN LOKAL

(Etnografi Pada Masyarakat Adat Kampung Cireundeu Kota Cimahi)

DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH PEMBIMBING,

Pembimbing,

Prof. Dr. H. Achmad Hufad, M.Ed NIP. 19550101 198101 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

Perubahan sosial dan teknologi yang berkembang saat ini ternyata tidak memberikan pengaruh besar terhadap perubahan sosial budaya pada masyarakat adat Kampung Cireundeu. Meskipun daerah ini berada di wilayah perkotaan, akan tetapi masih mempertahankan nilai budaya dengan mematuhi dan menaatati tradisi leluhur, baik dalam tata cara kehidupan sosial, ekonomi, maupun dalam budaya. Atas dasar hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap pola kehidupan masyarakat, sistem perekomomian masyarakat, dan model pemberdayaan dalam mempertahakan kearifan lokal pada masyarakat adat Kampung Cireundeu.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi, yaitu metode yang memahami sudut pandang penduduk asli yang berhubungan dengan kehidupannya untuk mendapatkan pandangan mengenai dunianya. Analisis data dilakukan dengan melakukan analisis emik secara triangulasi dan analisis etik (interpretasi) berdasarkan analisis penulis yang dikaitkan dengan teori yang relevan.

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: 1) Pola kehidupan masyarakat yang saat ini terbentuk merupakan tahapan panjang yang disosialisasikan, diterapkan sejak kecil dan diwariskan, yang menjadi suatu kebutuhan mendasar untuk semua masyarakat adat Kampung Cireundeu. 2) Sistem perekonomian masyarakat dibangun atas prinsip pemenuhan kebutuhan dengan memberikan bekal untuk mampu bersaing dengan pihak luar, melalui upaya motivasi untuk mendapat prestasi terbaik. 3) Secara logic model,

pemberdayaan yang dilakukan oleh masyarakat adat Kampung Cireundeu menggunakan prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat. Prinsip tersebut atas dasar penggalian potensi yang dimiliki dengan memperkuat potensi ekonomi atau sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri, sehingga dapat mencegah dan melindungi masyarakat dari kesenjangan ekonomi.

(5)

ABSTRACT

The social and technological changes that developing this time infact don’t give big influence on the social culture changes in the indigenous peoples Cireundeu Village. Although this region is located in urban areas, but it still defends the value of cultural by obeying ancestor traditions, also social life manners, economics, even culture. Based on that, this research is purposed on doing analysis to society life pattern, society economies system, and the empowerment models in defending on local wisdom to indigenous peoples Cireundeu Village.

This research used a qualitative approach with the ethnographic method, it is method which understands the viewpoint of native society with is related to their life. to get a view of the world. The analysis was done by using emic analysis according to triangulation and etic analysis (interpretation) according to writers analysis which is realted to relevant theory.

Based on the results of processing and data analysis, we get reseach results those are: 1) ) Pattern of life Cireundeu society that formed today is formed through a long stage of socialization, inherited, and have been applied since childhood, which is becoming a fundamental need for all indigenous peoples in Cireundeu Village. 2) The economic system of villagers is built based on the principles of fulfilling the needs, by giving them abilities to compete with outsiders., through the efforts of motivation to get the best performance. 3) By Logic Model, empowerment of indigenous peoples Cireundeu Village using the principle of, by, and for the community, The principles on the basis of excavation potentials by strengthening the economic potential or the resources owned by the people themselves, so as to prevent and protect people from economic inequality.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Konsep Pemberdayaan Masyarakat ... 9

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ... 9

2. Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat ... 11

3. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ... 15

4. Lingkup dan Tahapan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat ... 16

5. Pendekatan Dan Strategi Pemberdayaan Masyarakat ... 17

6. Metode Pemberdayaan Masyarakat ... 22

7. Logic Model Program Development Frechtling ... 24

B. Konsep Nilai-Nilai Budaya ... 27

1. Pengertian Nilai ... 27

(7)

4. Unsur-Unsur Dan Kerangka Kebudayaan ... 32

C. Konsep Ketahanan Pangan Dan Kearifan Lokal ... 36

1. Pengertian Ketahanan Pangan ... 36

2. Pengertian Kearifan Lokal ... 39

3. Ciri-Ciri Kearifan Lokal ... 42

4. Pengertian Sistem Ekonomi ... 45

D. Konsep Masyarakat Adat Dan Adat istiadat ... 46

1. Pengertiaan Masyarakat Adat ... 46

2. Pengertian Adat Istiadat ... 50

E. Penelitian Terdahulu ... 51

F. Kerangka Berpikir ... 57

BAB III METODE PENELITIAN ... 61

A. Objek Dan Subjek Penelitian ... 61

1. Objek Penelitian ... 61

2. Subjek Penelitian ... 61

B. Tempat Penelitian ... 63

C. Metode Dan Teknik Penelitian ... 64

D. Teknik Pengumpulan Data ... 67

1. Teknik Observasi ... 67

2. Catatan Lapangan ... 67

3. Wawancara ... 69

4. Dokumentasi Penelitian ... 70

E. Analisi Data ... 71

1. Reduksi Data ... 71

2. Display Data ... 72

3. Conclusion Drawing/ Penarik Kesimpulan ... 72

4. Triangulasi ... 72

F. Desain Penelitian Dan Batasan Analisi Penelitian ... 73

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 75

(8)

1. Kondisi Geografis ... 75

2. Kondisi Demografis ... 77

3. Sejarah Kampung Cireundeu ... 79

4. Keadaan Objektif Kampung Creundeu ... 81

B. Temuan ... 88

1. Pola Kehidupan Masyarakat Adat Kampung Cireundeu Dalam Mempertahankan Kearifan Lokal Ditinjau Dari Aspek Etnografis ... 88

2. Kondisi Sistem Perekonomian Masyarakat Adat Kampung Cireundeu Dalam Mempertahankan Kearifan Lokal Ditinjau Dari Aspek Etnografis ... 107

3. Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Mempertahankan Kearifan Lokal Masyarakat Adat Kampung Cireundeu Ditinjau Dari Aspek Etnografis... 120

C. Pembahasan ... 136

1. Pola Kehidupan Masyarakat Adat Kampung Cireundeu Dalam Mempertahankan Kearifan Lokal Ditinjau Dari Aspek Etnografis .... 136

2. Kondisi Sistem Perekomomian Masyarakat Adat Kampung Cireundeu Dalam Mempertahankan Kearifan Lokal Ditinjau Dari Aspek Etnografis ... 150

3. Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Mempertahankan Kearifan Lokal Masyarakat Adat Kampung Cireundeu Ditinjau Dari Aspek Etnografis ... 157

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 168

A. Kesimpulan ... 168

B. Rekomendasi ... 169

DAFTAR PUSTAKA ... 171

LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Swasembada Pangan Dengan Ketahanan Pangan ... 38

Tabel 3.1 Data Informan Masyarakat... 62

Tabel 4.1 Penggunaan Lahan Kampung Cireundeu ... 77

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Masyarakat Adat Kampung Cireundeu ... 78

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Masyarakat Berdasarkan Pendidikan ... 97

Tabel 4.4 Pemanfaatan Waktu Sehari-hari Untuk Keluarga ... 98

Tabel 4.5 Jadwal Kesenian Masyarakat Adat Dii Kampung Cireundeu ... 103

Tabel 4.6 Mata Pencaharian Masyarakat Adat ... 103

Tabel 4.7 Hasil Pendapatan Petani Singkong ... 116

Tabel 4.8 Jenis Pelatihan Yang Sudah Dilaksanakan ... 130

Tabel 4.9 Data Kunjungan Tamu ... 132

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.13 Struktur Kepengurusan ... 93

Gambar 4.14 Silsilah Keluarga ... 96

Gambar 4.15 Kegiatan Nonoman Sehari-hari ... 100

Gambar 4.16 Peta Jurit Wengi ... 101

Gambar 4.17 Contoh Tulisan Sunda Kuno ... 102

Gambar 4.18 Struktur Bangun ... 106

Gambar 4.19 Kebun Singkong ... 110

Gambar 4.20 Proses Pengolahan Singkong Menjadi rasi ... 113

Gambar 4.21 Alur Pengolahan Singkong ... 114

Gambar 4.22 Proses Pengolahan Rasi ... 115

Gambar 4.23 Aneka Olahan Rasi ... 117

Gambar 4.24 Pendapatan Kelompok ... 118

Gambar 4.25 Beras Singkong dan Nasi Singkong ... 119

Gambar 4.26 Alur Peranan Masyarakat Adat ... 125

Gambar 4.27 Alur Peranan Masyarakat ... 125

Gambar 4.28 Pola Pemberian dan Penerimaan Informasi ... 126

Gambar 4.29 Pola Aktivitas ... 129

Gambar 4.30 Dampak Pemberdayaan Masyarakat ... 135

(11)

Gambar 4.32 Pola Kehidupan Mayarakat Adat ... 149

Gambar 4.33 Kondisi Sistem Ekonomi ... 156

Gambar 4.34 Proses Pemberdayaan Masyarakat ... 163

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Penelitian Lampiran 2 Instrumen Observasi Lampiran 3 Instrumen Wawancara

Lampiran 4 SK Pengangkatan Pembimbing Penulisan Tesis Lampiran 5 Surat Izin Penelitian

Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian PEMKOT Cimahi Lampiran 7 Buku Pengetahuan Menu Segala Singkong Lampiran 8 Power Point Sidang Tesis

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Masalah kemiskinan, nampaknya sudah menjadi gejala umum di seluruh

dunia. Karena itulah, pemberantasan kemiskinan dimasukkan kedalam agenda pertama dari 8 agenda Millenium Development Goals (MDG’S) 1990-2015. Bagi Indonesia, upaya penanggulangan kemiskinan dewasa ini menjadi sangat penting

karena Bank Dunia telah menyimpulkan bahwa kemiskinan di negara kita bukan

sekedar 10-20% penduduk yang hidup dalam kemiskinan absolut (extreme

poverty), tetapi pada kenyataan lain yang membuktikan bahwa kurang lebih tiga

per lima atau 60% penduduk Indonesia saat ini hidup dibawah garis kemiskinan,

langkah yang dilakukan pemerintah hanya berfokus pada pencapaian target

kemiskinan saja, tidak memikirkan ketimpangan yang terjadi antara sosial

ekonomi maupun wilayah, berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) indikator

yang menunjukan ketimpangan sosial ekonomi, Indonesia pada tahun 2013

mencapai angka tertinggi di level 0,413 dan akan terus meningkat jika tidak

segera dilakukan langkah-langkah untuk mengupayakan tingkat dan pemerataan

kesejahteraan, yang harus dipikirkan adalah solusi yang tepat untuk membangun

masyarakat menjadi lebih mandiri dan sejahtera tidak bergantung dengan pihak

luar supaya tidak terjadi ketimpangan sosial.

Berdasarkan kenyataan diatas, maka Perlunya suatu terobosan dari

pemerintah atau masyarakat itu sendiri dalam menangguangi masalah kemiskinan

di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini. Maka dengan itu, perlunya suatu

pemberdayaan masyarakat yang muncul dari masyarakat, masyarakat yang

memilih keinginan (kebutuhan), kemudian merencanakan pembangunan,

mengelola proses sampai pada memeliharanya. Proses pemberdayaan seperti itu

akan membangun masyarakat yang mandiri, sesuai dengan teori yang bersifat

people centered, participatory, empowering an sustainamble (Chambers, 1995),

maka upaya pemberdayaan masyarakat semakin menjadi kebutuhan dalam setiap

upaya pembangunan masyarakat itu sendiri.

Upaya yang dilakukan dalam pemberdayaan, merupakan upaya untuk

(14)

2

sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan

keterbelakangan. Dengan kata lain, pemberdayaan adalah memampukan dan

memandirikan masyarakat. Sejalan dengan pemikiran-pemikiran tersebut,

Kindervatter (1979), memberi peran secara jelas tentang peran pemberdayaan

dalam rangka empowering process, peran pemberdayaan tidak saja mengubah

individu, tetapi juga kelompok, organisasi dan masyarakat. Pemberdayaan sebagai

proses mengandung arti luas, yakni mencakup meningkatan pengetahuan, sikap,

keterampilan dan pengembangan kemampuan lainnya ke arah kemandirian hidup.

Kindervatter (1979:13) menjelaskan bahwa; for the purposes of this study,

empowering is; people gaining an understanding of control over social, economic,

and/or political forces in order to improve their standing in society.

Maka dari itu, dengan pemberdayaan dapat memandirikian masyarakat,

dalam buku pemberdayaan Masyarakat menurut Mardikanto (2012:29) bahwa: “ pemberdayaan adalah sebuah proses agar setiap orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan dan mempengaruhi, kejaidan-kejaidan serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupan dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiaanya”.(Parsons, 1994).

Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa setiap proses pemberdayaan, perlunya

partisipasi masyarakat yang merupakan perwujudan dari kesadaran dan

kepedulian serta tanggung jawab masyarakat terhadap pentingnya pemberdayaan,

yang bertujuan untuk memperbaiki mutu hidup mereka. Artinya, melalui

partisipasi yang diberikan berarti benar-benar menyadari bahwa kegiatan

pemberdayaan bukan sekedar kewajiban yang harus dilaksanakan oleh aparat

(pemerintah) sendiri, tetapi juga menuntuk keterlibatan masyarakat sepenuhnya

untuk mencapai tujuan yang diharapkan bersama, terutama dukungan setiap

anggota keluarga dan tokoh masyrakat. Setiap kegitan partisipasi perlunya dukung

sangan kuat oleh keluarga, tokoh masyrakat dan lingkungan itu sendiri. Keluarga

dan tokoh masyarakat merupakan daya dukung proses pemberdayaan untuk

mensukseskan proses pemberdayaan.

(15)

3

memerlukan proses “penyadaran” baik penyadaran tentang keberadaanya, masalah-masalah yang dihadapi, kebutuhan untuk memecahkan masalah,

peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan, serta penyadaran tentang pilihan-pilihan yang

terbaik untuk diri sendiri dan masyarakatnya. Freire (1973) mengartikan

pemberdayaan bidang pendidikan merupakan praktik pembebasan diri dari

ketidaktahuan, tekanan-tekanan dan lain-lain. Hal ini membelenggu seseorang dan

kelompok masyarakat untuk memperbaiki kehidupannya. Pendidikan nonformal

sebagai pembebasan juga termasuk membebaskan diri dari sistem sekolah.

Pemberdayaan dalam bidang pendidikan juga berarti kemampuan dan keberanian

untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi, politik, maupun budaya untuk terus

menerus memperbaiki kehidupan.

Peran pendidikan nonformal sebagai proses pemberdayaan didalamnya

meliputi peningkatan dan perubahan sumberdaya manusia sehingga mampu

membangun masyarakat dan lingkungannya. La Belle (1976) mengartikan sebagai

strategi social change, sedangkan Coombs (1973:2) menyebutkan nonformal

education as a strategi for rural development.

Berdasarkan pernyataan La Belle, bahwa masyarakat yang mampu

membangun lingkungannya yaitu masyarakat yang sadar akan kebutuhannya

dengan menggali potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah tertentu serta

mempertahankan kearifan lokal yang ada di suatu wilayah dengan berbagai cara

dan teknik untuk menjadi suatu makanan pokok serta mengembangkan berbagai

olahan dari kearifan lokal yang dimiliki, salah satunya yang masih

mempertahankan kearifan lokal akan tradisi makan rasi (beras singkong) yaitu di

Kampung Cireundeu dengan segala keunikannya tidak saja dikenal oleh

lingkungan masyarakat Kota Cimahi, namun sudah dikenal luas karena

mempunyai ciri khas dalam kehidupan sehari-hari.

Seiring pernyataan di atas, dalam penelitian Suyastiri Ni Made (dalam

Jurnal Ekonomi Pembangunan volume 13 nomor 1, hal. 51-60, April 2008) judul “Diversifikasi Konsumsi Pangan Pokok Berbasis Potensi Lokal Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumahtangga Pedesaaan Di Kecamatan Semin

Kabupaten Gunung Kidul”. Dengan hasil penelitian bahwa: Upaya mewujudkan

(16)

4

tangga pedesaan di kecamatan Semin memanfaatkan sumberdaya lokal yaitu

dengan menggali potensi lokal yang berbasis non beras untuk memenuhi

kebutuhan pangannya. Hal ini ditunjukkan oleh adanya variasi dalam

pengkonsumsian pangan pokok yang berbasis potensi lokal. Pola diversifikasi

konsumsi pangan pokok yaitu beras, dan pangan pengganti beras seperti jagung

yang dalam pengkonsumsiannya mengikuti pola beras jagung, beras ketela pohon,

dan beras jagung, ketela pohon

Berdasarkan jurnal di atas, bahwa konsumsi pangan pokok berbasis potensi

lokal yang dilestarikan oleh suatu masyarakat dapat menjadi ciri khas atau

keunikan dari masyarakat tersebut. Hal ini ditentukan oleh latar belakang

kebudayaan yang dimiliki, kebiasaan tersebut berhubungan dengan aspek sosial

budaya, ekologi, ekonomi dan sistem kepercayaan masyarakat yang bersangkutan.

Masyarakat adat memandang alam dan dirinya sendiri secara utuh, termasuk

pelestarian, pemanfaatan yang tidak mengakibatkan hal-hal yang merugikan

masyarakat adat jaman sekarang dan masa yang akan datang. Keunikan yang

dimiliki oleh massyarakat adat Kampung Cireundeu menjadi daya tarik yang kuat

untuk dijadikan suatu model atau bahan penelitian yang dapat mendukung setiap

kampung atau desa lain dalam mempertahankan adat dan tradisi leluhur dengan

tidak mengkonsumsi nasi dari beras, melainkan dari beras singkong (Rasi) sebagai

makanan pokok sehari-hari.

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa masyarakat menghasilkan suatu

kemandirian yang ditanamakan melalui proses sosialisasi dan enkulturasi, dalam

suatu model desa ekowisata dan ketahanan pangan yang dilakukan oleh suatu

masyarakat adat yang menjadi ciri khas dan keunikan tersendiri yang

membedakan antara masyarakat adat Kampung Cireundeu dengan masyakarat

kampung lain disekitarnya. Proses pemberdayaan tersebut ditanamkan dan

dipelihara melalui mekanisme sosialisasi budaya lokal dengan menggunakan

media keluarga, lembaga adat dan sistem sosial masyarakat.

Kampung Cireundeu yang terletak di Kelurahan Leuwigajah Kecamatan

(17)

5

Kampung Cireundeu tidak bergantung pada beras dan mempunyai misi

membangun desa yang mandiri dalam upaya meraih kesejahteraan dan

kemakmuran dengan meningkatkan perluasan dan pengembangan sektor “agrobisnis” dan “agroindustri” dengan memanfaatkan potensi lokal yang dimiliki dengan pola makan pokok beras singkong (rasi) sebagai makanan alternatif

pengganti beras, dengan harapan terwujud suatu kemandirian khususnya di

lingkungan keluarga umumnya dilingkungan masyarakat,.

Dengan adanya program pemberdayaan yang datang dari kalangan

akademisi bekerja sama dengan masyarakat sekitar, sebagai contoh dari UNPAD

yang memfasilitatori dalam memberdayaan masyarakat kearah agroindustri yang

bermulai dari berbagai pelatihan dan program pemberdayaan yang telah

dilaksanakan oleh pihak-pihak yang tertarik akan kemajuan Kampung Cireundeu,

maka dari berbagai pelatihan tersebut menghasilkan pengolahan diverifikasi

produk makanan yang berbahan dasar singkong diantaranya pembuatan rasi,

berbagai olahan kerupuk aci, opak singkong, kripik singkong, ranggining, aci

singkong, tape gendu, peyeum, peyeum mutiara, egg roll, berbagai olahan kue

basah (bolu singkong) serta dendeng kulit singkong.

Berdasarkan letak geografis dan kultur masyarakat yang mendominasi

dalam mempertahankan kebudayaan, maka yang paling memungkinknan untuk

mengkaji penelitian ini adalah dengan menggunakan studi etnografi karena

lingkungan masyarakat adat Kampung Cireundeu yang memiliki tingkah laku

sosial tersendiri yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Bukan hanya

itu saja dengan studi etnografi akan terungkap proses pemberdayaan masyarakat

dalam mempertahankan kearifan lokal pada masyarakat adat Kampung Cireundeu.

Menurut Spraley (2006:16) mengemukan bahwa dalam pengertian yang

paling umum etnografi memberikan sumbangan secara langsung dalam deskripsi

dan penjelasan keteraturan serta evaluasi dalam tingkah laku sosial manusia.

Banyak ilmu sosial yang memiliki tujuan yang lebih terbatas. Dalam studi tingkah

laku manapun, etnografi memiliki peranan yang penting.

Melalui metode etnografi inilah akan terungkap bagaimana proses

pemberdayaan masyarakat adat Kampung Cireundeu dalam mempertahankan

(18)

6

mempertahankan suatu nilai-nilai adat yang ditanamkan sejak nenek moyang.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik dengan merancang

model pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan kearifan lokal, studi

etnografi pada masyarakat adat Kampung Cireundeu.

B. Identifikasi Masalah Dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah sangat

diperlukan yang bertujuan untuk memperjelas permasalahan yang sedang diteliti.

Berdasarkan hal tersebut, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Masyarakat adat Kampung Cireundeu walaupun terletak diperkotaan tetapi

mampu mempertahankan nilai budaya, ekologi, ekonomi dan sistem

kepercayaan masyarakat sendiri dengan mempertahankan kearifan lokal

kampung tersebut yang masih dijaga keasliannya.

2. Terdapat keunikan dari masyarakat adat Kampung Cireundeu dibanding

dengan daerah lain, yaitu masih mematuhi dan menjalankan tradisi leluhur

dengan tidak mengkonsumsi nasi dari beras, melainkan dari beras singkong

(rasi) sebagai makanan pokok sehari-hari.

3. Proses pemberdayaan yang terus dikembangkan dengan berbagai pelatihan

yang telah dilaksanakan oleh pihak-pihak yang tertarik akan kemajuan

kampung Cireundeu, terutama dari UNPAD dan UPI untuk menghasilkan

inovasi baru dari bahan dasar singkong.

4. Masyarakat adat Kampung Cireundeung memanfaatkan setiap kearifan lokal

yang dimiliki dengan semaksimal mungkin menjadi berbagai olahan selain

beras singkong (Rasi) itu sendiri, yaitu berbagai olahan kerupuk aci, opak

singkong, kripik singkong, ranggining, aci singkong, tape gendu, peyeum,

peyeum mutiara, egg roll, berbagai olahan kue basah (bolu singkong) dan

dendeng kulit singkong.

5. Dengan masih banyak potensi lokal yang dimiliki oleh setiap daerah yang

tidak harus beras dan tidak akan mati kelaparan tanpa memakan beras itu

sendiri dan tidak akan adanya masyarakat miskin pada suatu desa atau

(19)

7

kemandirian yang ditanamakan melalui proses sosialisasi dan enkulturasi,

dalam suatu model desa ekowisata dan ketahanan pangan yang dilakukan oleh

suatu masyarakat adat yang menjadi ciri khas dan keunikan tersendiri yang

membedakan antara masyarakat adat Kampung Cireundeu dengan masyakarat

kampung lain.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dirumuskan masalah dalam

penelitian sebagai berikut: “Bagaimana model pemberdayaan masyarakat dalam

mempertahankan kearifan lokal pada masyarakat adat Kampung Cireundeu?".

Ada beberapa pertanyaan dari rumusan masalah dalam penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pola kehidupan masyarakat adat Kampung Cireundeu dalam

mempertahankan kearifan lokal ditinjau dari aspek etnografis?

2. Bagaimana kondisi sistem perekomomian masyarakat adat Kampung

Cireundeu dalam mempertahankan kearifan lokal ditinjau dari aspek

etnografis?

3. Bagaimana model pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan kearifan

lokal pada masyarakat adat Kampung Cireundeu ditinjau dari aspek

etnografis?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh gambaran yang

jelas mengenai “Model pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan kearifan lokal pada masyarakat adat Kampung Cireundeu”. Berdasarkan tujuan umum tersebut, secara khusus tujuan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menggambarkan pola kehidupan masyarakat adat

Kampung Cireundeu dalam mempertahankan kearifan lokal ditinjau dari

aspek etnografis.

2. Untuk mengetahui dan menggambarkan kondisi sistem perekomomian

masyarakat adat Kampung Cireundeu dalam mempertahankan kearifan lokal

ditinjau dari aspek etnografis.

3. Untuk mengetahui dan menggambarkan model pemberdayaan masyarakat

dalam mempertahankan kearifan lokal pada masyarakat adat Kampung

(20)

8

D. Manfaat/ Signifikansi Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu model

informal education yang memperkaya teori-teori pendidikan serta dapat

menjadi salah satu referensi untuk mengembangkan program Pendidikan Luar

Sekolah khususnya yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat menjadi

masyarkat lebih sejahtera dan mandiri.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pemikiran dalam

perbaikan setiap desa yang ada di Indonesia sehingga desa menjadi lebih

berdaya dapat bersaing dengan dunia luar dan tidak bergantung pada satu

bahan pokok saja, dalam menunjang kesejahteraan desa, dan hasil penelitian

ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi lembaga lain yang bergerak

dalam dunia pendidikan khususnya pada bidang pemberdayaan masyarakat.

E. Struktur Organisasi

Pendahuluan, didalamnya membahas Latar Belakang Penelitian,

Identifikasi dan Perumusan Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, dan Struktur Organisasi.

Konsep-konsep; penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang

yang diteliti, termasuk prosedur, subjek, dan temuannya; posisi

teoretis peneliti yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.

Prosedur Penelitian, berisi tentang uraian Metode Penelitian,

Teknik Pengumpulan Data, Prosedur Pengumpulan Data, Teknik

Pengolahan Data dan Analisis Data.

Deskripsi analisis data dari hasil penelitian tentang model

pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan kearifan lokal

study etnografi pada masyarakat adat Kampung Cireundeu,

pengolahan data hasil penelitian, serta pembahasan.

Kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan serta bahasan

implikasi/ rekomendasi terhadap Program Pemberdayaan

(21)

61

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Dan Subjek Penelitian

1. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan hal yang menjadi titik perhatian dari suatu

penelitian. Titik perhatian tersebut berupa subtansi atau materi yang diteliti atau

dipecahkan permasalahannya menggunakan teori-teori yang bersangkutan yaitu

teori pemberdayaan masyarakat , nilai-nilai budaya dan kearifan lokal

Objek dari penelitian ini adalah semua aspek kehidupan masyarakat adat

yang dilihat dari nilai-nilai budaya yang ditanamkan. Dengan lebih spesifik lagi

pada gambaran tentang fenomena-fenomena yang ada pada masyarakat adat

Kampung Cireundeu. Alasan memilih objek adalah sebagai sumber data dalam

penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang

kehidupan masyarakat adat Kampung Cireundeu untuk mendapatkan model

pemberdayaan masyarakat. Sumber data pada penelitian ini adalah Sumber data

lisan dan sumber data tertulis. Data lisan diperoleh dari masyarakat adat yang

terlibat langsung yang mengikuti pola kehidupan tersebut, dan juga dari para

tokoh masyarakat yang mengetahui sejarah tradisi. Adapun data tertulis diperoleh

dari dokumen-dokumen yang dimiliki oleh pemerintah di wilayah penelitian

seperti profil kampung Cireundeu dan dokumentasi yang berupa gambar dan

video, juga beberapa arsip pemerintahan Kampung Cireundeu. Sumber data

tersebut dimanfaatkan untuk mendapatkan objek dalam penelitian ini yang berupa

aktivitas pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan kearifan lokal pada

masyarakat adat Kampung Cireundeu.

2. Subjek Penelitian

Moleong (2010:132) mendiskripsikan Subjek Penelitian sebagai informan,

yang artinya orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang

situasi dan kondisi tempat penelitian. Sejalan dengan definisi tersebut, Moeliono

(1993:862) mendeskripsikan subjek penelitian sebagai orang diamati sebagai

sasaran penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut peneliti mendeskrisikan

subjek penelitiannya adalah masyarakat adat sebagai pelaku yang

(22)

62

pengamatan atau informan pada penelitian yang diadakan oleh peneliti.

Spradley (2007:68) mengidentifikasikan lima persyaratan minimal untuk

memilih informan dengan baik, yaitu bahwa informan yang baik adalah informan

yang terenkulturasi penuh dengan kebudayaannya, terlibat secara langsung dalam

peristiwa kebudayaan yang diteliti, mengetahui secara detail mengenai suasana

kebudayaan yang tidak dikenal etnografer, mempunyai cukup waktu untuk

berpartisipasi dalam penelitian; dan informan yang selalu menggunakan bahasa

mereka untuk menggambarkan berbagai kejadian dan tindakan dengan cara yang

hampir tanpa analisis mengenai arti atau signifikansi dari kejadian dan tindakan

itu.

Sumber data pada penelitian ini adalah Sumber data lisan dan sumber data

tertulis. Data lisan diperoleh dari masyarakat adat yang terlibat langsung yang

mengikuti pola kehidupan tersebut, dan juga dari para tokoh masyarakat yang

mengetahui sejarah tradisi. Adapun data tertulis diperoleh dari dokumen-dokumen

yang dimiliki oleh pemerintah di wilayah penelitian seperti profil kampung

Cireundeu dan dokumentasi yang berupa gambar dan video, juga beberapa arsip

pemerintahan Kampung Cireundeu

Informan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah perwakilan

masyarakat adat yang memiliki pengetahuan mendalam mengenai tradisi yang

mereka lakukan yaitu pemuda (nonoman) sebanyak 2 orang dan ibu muda yang

produktif sebanyak 1 orang dan sesepuh Kampung Cireundeu yang memahami

Abah Asep Panitren (sesepuh) AA

Abah Widya Ais Pangampih AW

Kang Jajat Nonoman (ketua Rt 03) KJ

Kang Going Nonoman (pemuda) KG

Bu Neneng Bendahara Kelompok

Home Industri

(23)

63

B. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Kampung Cireundeu Rw 10 Kelurahan

Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi, dengan lebih spesifik lagi

pada masyarakat adat Kampung Cireundeu. Alasan peneliti memilih Kampung

Cireundeu sebagai tempat penelitian adalah di kampung Cireundeu masyarakat

yang mampu mempertahankan adat dan budayanya dalam mempertahankan

kearifan lokal yang ada dan tidak terpengaruh oleh gejolak sosial yang sering

terjadi, terutama mahalnya harga beras yang semakin hari semakin melambung

tinggi dan masyarakat adat Kampung Cireundeu tidak bergantung terhadap

pemerintah tetapi tidak anti terhadap bantuan pemerintah dan perkembangan

zaman saat ini.

Kampung Cireundeu terletak diperbatasan Kota Cimahi dengan Kabupaten

Bandung Barat tepatnya dengan kecamatan batujajar. Jarak dari Kampung

Cireundeu ke Kelurahan Leuwigajah +/_ 3 km dan 4 km ke Kecamatan CImahi

Selatan, serta 6 km ke Kota atau Pemerintah Kota Cimahi, dengan keadaan

topografi datar, bergelombang sampai berbukit.

Kampung Cireundeu dikelilingi oleh gunung Gajah Langu dan gunung

Jambul disebelah Utara, gunung Puncak Salam di sebelah Timur, gunung

Cimentang di sebelah Selatan serta Pasir Panji, TPA dan Gunung Kunci disebelah

Barat. Dari ketinggian Gunung Gajah Langu +/_ 890 meter dari permukaan laut.

Selayang pandang terlihat jelas panorama Kota Cimahi, Kota Bandung dan

Kabupaten Bandung yang berada pada cekungan dan hamparan telaga yang

terbentuk dari sejak jaman purba, bentangan hamparan keindahan alam tersebut

menarik sekali apabila pada gunung tersebut dibuatkan tempat

peristirahatan/bungalow/gazebo yang berarsitektur dan berstruktur pedesaaan

untuk menanti dan menjemput sang surya.

Kampung Cireundeu terletak di Kota Cimahi terletak diantara 10703’30’’-

1070 34’30’’ Bujur Timur dan 6050’00’’- 6’56’00’’ Lintang Selatan. Luas wilayah

Kota Cimahi sebesar 40,2 km2 menurut UU No. 9 Tahun 2001 dengan batas-batas

administratif Kota Cimahi sebagai berikut:

a. Sebelah utara : Kecamatan Parongpong, Kecamatan Cisaura, dan

(24)

64

b. Sebelah Timur : Kecamatan Sukasari, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan

Cicendo, dan Kecamatan Andir Kota Bandung.

c. Sebelah Selatan : Kecamatan Marga Asih, Kecamatan Batujajar, Kbupaten

Bandung Barat dan Bandung Kulon, Kota Bandung

d. Sebelah Barat : Kecamatan Padalarang, Kecamatan Batujajar, dan

Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat.

C. Metode Penelitian

Metode adalah suatu proses, prinsip-prinsip dan prosedur yang digunakan

untuk mendekati masalah dan mencari jawaban. Dengan berdasarkan pada

pengertian tersebut dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Lincoln

dan Guba (1985:39) mengemukakan “penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan social yang secara fundamental bergantung kepada

pengamatan manusia pada kawasan sendiri dan berhubungan dengan orang-orang

tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya”. Dalam tradisi penelitian

kualitatif, Creswell (1998:5) mengklasifikasikan adanya lima tradisi studi

kualitatif, yaitu: penelitian biografi, fenomenologi, ground theory, study etnografi

dan study kasus.

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka penelitian ini

menggunakan pendekatan study etnografi pada seting emik yaitu dilihat dari sudut

pandang masyarakat adat Kampung Cireundeu kota Cimahi provinsi Jawa Barat

dan study literature. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif etnografi, mengingat dalam penelitian ini rumusannya

adalah mendeskripsikan dan memberikan eksplanasi secara detail fenomena

pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan kearifan lokal yang dapat

diperoleh dari partisipan penelitian secara alamiah.fenomena yang dimaksud

adalah berknenaan dengan pengetahuan, nilai-nilai, tradisi-tradisi atau

kebiasaan-kebiasaan, bahasa, praktek kehidupan sehari-hari (Goetz and Le Comte. 1984:3).

Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuam

utama aktivitas ini adalah untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut

pandang penduduk asli, sebagaimana dikemukakan oleh Bronislaw (1992:25

(25)

65

oleh karena itu penelitian etnografi melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia

orang yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berfikir, dan bertindak

dengaan cara yang berbeda. Jadi etnografi tidak hanya mempelajari masyarakat,

tetapi lebih dari itu belajar dari masyarakat (Spadrley 2007:4).

Menurut Atkinson and Hammersley (1983:208) ada empat ciri enografi,

yaitu; pertama, menekankan eksplorasi tentang hakikat suatu fenomena social

tertentu dan bukan menguji hipotesis tentang fenomena tersebut; kedua,

kecenderungan untuk bekerja dengan data yang tidak terstruktur yakni data yang

belum di-coding di saat pengumpulannya, berdasarkan seperangkat analisis

tertutup; ketiga investigasi terhadap sejumlah upacara, bahkan sangat mungkin

hanya satu upacara, namun dilakukan secara rinci; keempat analisis data

melibatkan penafsiran langsung terhadap makna dan fungsi tindakan manusia.

Hasil analisis ini umumnya mengambil bentuk deskripsi dan penjelasan verbal.

Alasan menggunakan metode etnografi adalah menurut Creswell (2010:20).

Etnografi merupakan salah satu strategi penelitian kualitatif yang didalamnya

peneliti menyelidiki suatu kelompok kebudayaan dilingkungan yang alamiah

dalam periode waktu yang cukup lama dalam pengumpulan data yang utama, data

observasi dan data wawancara. Proses penelitian fleksibel dan biasanya

berkembang sesuai kondisi dalam merespon kenyataan-kenyataan hidup yang

dijumpai dilapangan.

Tujuan penelitian etnografi adalah memperoleh gambaran umum mengenai

subjek penelitian. Penelitian ini menekankan pada aspek pemotretan pengalaman

individu-individu sehari-hari dengan cara mengobservasi dan mewawancarai

mereka dan individu-individu lain yang relevan (fraenkel & Wallen dalam

Creshwell:2010). Penelitian ini menggunakan metode etnografi untuk

mengungkapkan fakta pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan

kearifan lokal. Pemberdayaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu

momen kemandirian yaitu mandiri dengan mempertahankan kearifan lokal yang

akan dikaji secara mendalam. Adapun fakta dalam penelitian ini adalah

mengungkap proses pemberdayaan yang diangkat melalui nilai-nilai tradisi yang

masih mempertahankan kearifan lokal dengan mengkonsumsi nasi singkong

(26)

66

Penelitian etnografi melibatkan wawancara mendalam dan observasi terus

menerus pada para partisipan dalam situasi tertentu (Jacob, 1987). Penelitian ini

juga berusaha memperoleh gambaran menyeluruh untuk dapat menyikap

bagaimana manusia mendeskripsikan dan menstruktukan dunia (fraenkel &

wallen dalam Creswell, 2010:294). Prosedur pemecahan masalah yang dilakukan

dengan cara menggambarkan, melukiskan, keadaan objek penelitian (seseorang,

lebaga masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang

tampak dan berusaha menemukan hubungannya satu dengan yang lain dalam

aspek-aspek yang diselidiki itu. Berdasarkan fakta dan hasil penelitiannya berupa

kata-kata, gambaran dan bukan angka yang menunjukan kuantitas.

Metode etnografi yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada metode

etnografi yang dikemukan oleh Spradley (2007:61) yang disebut dengan “Alur

Penelitian maju bertahap”, dengan langkah-langkahnya, yaitu: Menetapkan informan, Mewawancarai informan, Membuat catatan etnografis, Mengajukan

pertanyaan deskriptif, Melakukan analisi wawancara, Membuat analisi domain,

Mengajukan pertanyaan struktural, Membuat analisis taksonomi, Mengajukan

pertanyaan kontras, Membuat analisi komponen, Menemukan tema-tema budaya,

Menulis suatu etnografi

Alur penelitian maju bertahap diatas adalah suatu tahapan atau proses

dalam penelitian etnografi, setiap tahapan dilakukan secara bertahap terus

dilakukan hingga akhir penelitian. Akhir penelitian ditentukan sepenuhnya oleh

peneliti, hal ini karena dalam penelitian etnografi tidak dapat diperoleh hasil

penelitian yang sempurna, tidak dapat melaporkan pemberdayaan di wilayah

penelitiannya secara utuh dan menyeluruh.

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2011: 224) bahwa “Teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama

dari penelitian adalah mendapatkan data”. Penelitian pada intinya yaitu bertujuan untuk mendapatkan data yang sesuai serta dapat memenuhi standard data yang

(27)

67

observasi (pengamatan), catatan lapangan, wawancara, studi dokumentasi dan

triangulasi. Dalam penelitian ini terdapat beberapa karakteristik yang ditinjilkan:

pertama, peneliti bertindak sebagai alat peneliti utama (key instrument) dengan

melakukan wawancara sendiri kepada para informan dan pengumpulan bahan

yang berkaitan dengan objek penelitian dan peneliti terlibat aktif dalam proses

penelitian. Kedua, mencatat data-data dengan rinci yang berkaitan dengan

masalah yang sedang diteliti. Ketiga, melakukan triangulasi atau konfirmasi data.

Sedangkan studi literature yaitu menggunakan buku-buku yang relevan

dengan penelitian ini, antara lain: buku-buku yang menulis penelitian tentang

nilai-nilai tradisi yang dipertahankan di masyarakat adat Kampung Cireundeu.

1. Observasi (pengamatan)

Observasi merupakan salah satu cara pengumpulan data yang utama dalam

mengkaji suatu situasi yang dijadikan sebagai objek penelitian. Menurut Ngalim

Purwanto (Basrowi dan Suwandi, 2008: 93) ‘observasi ialah metode atau cara

-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan se-cara sistematis mengenai tingkah

laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung’.

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi secara langsung

dan tersamar yang digunakan untuk memperoleh data mengenai kondisi objektif

pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan kearifan lokal pada

masyarakat adat Kampung Cireundeu.

2. Catatan Lapangan

Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong 2007:209) “catatan lapangan

adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, diamati dan dipikirkan

dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian

kualitatif”. Dalam hal ini, peneliti membuat coretan dan catatan khusus berupa

kata-kata kucnci, pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan, gambaran dan

lain-lain tentang segala sesuatu peristiwa yang dilihat, didengar dan dialami

selama penelitian berlangsung. Kemudian diubah dalam catatan lengkap setelah

peneliti ada waktu untuk memaparkan secara lebih terperinci. Catatan ini

berfungsi sebagai data kongkrit yang dapat menunjang hipotesis kerja, penentu

(28)

68

Adapun catatan lapangan yang peneliti lakukan dengan secara akurat dan

terperinci, namun bukan berarti memasukkan semua data yang tidak berkaitan

Luas, supaya pembaca memahami situasi dijelaskan dan data dapat menyediakan

ikhtisar budaya atau pengaturan. Pada catatan lapangan ini Peneliti melakukan

lebih dari sekedar melakukan perekaman situasi sederhana saja.

Bentuk Catatan lapangan yang dilakukan peneliti menurut Moelong

(2001:154) bentuk catatan lapangan pada dasarnya adalah wajah catatan lapangan

yang terdiri dari halaman depan dan halaman-halaman berikutnya disertai

petunjuk paragraf dan baris tepi:

1) Halaman Pertama

Menurut Lexy J. Moleong (2001:154) pada halaman pertama setiap catatan

lapangan diberi judul informasi yang dijaring, waktu yang terdiri dari tanggal dan

jam dilakukannya pengamatan dan waktu menyusun catatan lapangan, tempat

dilaksanakannya pengamatan itu, dan diberi nomor urut sebagai bagian dari

seluruh perangkat catatan lapangan.

2) Alinea dan batas tepi

Alinea atau paragraf dalam catatan lapangan memegang peranan khusus

dalam kaitannya dengan analisis data. Oleh karena itu, setiap kali menuliskan satu

pokok persoalan, peneliti harus membuat alinea baru. Kemudian, batas tepi kanan

catatan lapangan harus diperlebar dari biasanya karena akan digunakan untuk

memberikan kode pada waktu analisis. Kode tersebut berupa nomor dan

judul-judul tertentu. Atas dasar pemberian kode dengan judul-judul-judul-judul tersebut dapat

diperkirakan berapa lembar batas tepi yang perlu disisakan. Menurut Idrus

(2007:93) mengenai bentuk catatan lapangan pada dasarnya belum ada

kesepakatan antar para ahli ethnografi tentang bagaimana bentuk catatan lapangan

yang baik. Namun demikian sebagai persiapan tentang isi catatan lapangan itu

harus memuat:

a. Judul atau tema yang ditulis

b. Menjelaskan tentang kapan aktivitas itu terjadi (jam, tanggal, hari).

c. Menyebutkan siapa yang terlibat dalam aktivitas itu (baik si pengamat maupun

(29)

69

Adapun Catatan Lapangan dalam penelitian ini, Moleong mengungkapkan

bahwa model suatu catatan lapangan membaginya ke dalam tiga macam, yakni

catatan pengamatan, catatan teori, dan catatan metodologi (2001:154-156).

Dalam penelitian ini menggunakan metode catatan pengamatan, yang

maksudnya adalah pernyataan tentang semua yang dialami yaitu yang dilihat dan

didengar dengan menceritakan siapa yang menyatakan atau melakukan apa dalam

situasi tertentu (Moleong, 2001:155). Catatan pengamatan dilakukan selama

tindakan berlangsung (Widyawati, 2008). Pernyataan tersebut tidak boleh berisi

penafsiran, hanya merupakan catatan sebagaimana adanya dan pernyataan yang

datanya sudah teruji kepercayaan dan keabsahannya.

Setiap catatan pengamatan mewakili peristiwa yang penting sebagai bagian

yang akan dimasukkan ke dalam proposisi yang akan disusun atau sebagai

kawasan suatu konteks atau situasi. Moleong (2001:155) menambahkan bahwa

catatan pengamatan merupakan catatan tentang siapa, apa, bilamana, di mana, dan

bagaiamana suatau kegiatan manusia. Hal itu menceritakan ”siapa mengatakan”

atau ”melakukan apa” dalam kondisi tertentu. Setiap catatan pengamatan

merupakan suatu kesatuan yang menunjukkan adanya satu datum atau sesuatu

yang sangat berkaitan atau menjelaskan peristiwa atau situasi yang ada pada

catatan pengamatan lainnya. Jika catatan pengamatan itu merupakan kutipan,

sebaiknya dikutip secara tepat.

3. Wawancara

Wawancara merupakan suatu percakapan yang diarahkan pada suatu

masalah tertentu. Sebagaimana menurut Moleong (2010: 186) “wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara bebas karena peneliti telah

mengetahui secara pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh, yaitu

mengenai pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan kearifan lokal pada

masyarakat adat Kampung Cireundeu.

Wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara mendalam

(30)

70

diperoleh jawaban yang labih khusus dan tepat. Apabila jawaban responden

kurang meyakinkan, maka perlu ditanyakan keterangan lebih lanjut, dan kalimat

yang disampaikan pun harus bersifat netral. Probing ini termasuk salah satu

bagian yang paling sulit dalam wawancara.

Wawancara mendalam merupakan wawancara pribadi, langsung, dan tidak

terstruktur dengan seorang subjek yang diselidiki oelh pewawancara yang sangat

terampil untuk menemukan latar belakang motivasi, kayakinan, sikap, dan

perasaan subjek terhadap satu topik.

Wawancara berlangsung antara 30 menit sampai dengan lebih dari satu jam.

Wawancara mendalam ini digunakan untuk mengungkap hal-hal yang

tersembunyi, yang sulit untuk diungkap dengan metode atau teknik pengukuran

lainnya.

Aspek-aspek wawancara mendalam yang direncanakan adalah

tujuan-tujuan, pertanyaan-pertanyaan, setting, dan reaksi terhadap

permasalahan-permasalahan khusus. Perencanaan semacam itu bisa memberikan kesiapan bagi

si pewawancara untuk semua kemungkinan-kemungkinan yang mungkin muncul

dalam proses wawancara. (Robert Kahn dan Charles Channel, 2003).

Peneliti melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi atau untuk

memberikan informasi. Akan tetapi, menganggap bahwa hubungan antar

pewawancara dan orang yang diwawancarai sama pentingnya dalam kebanyakan

situasi. Bahkan, sifat dasar hubungan tersebut bisa menentukan apakah informasi

tertentu telah disampaikan selama wawancara atau tidak. (Dr. Nurul Murtadho,

1992).

4. Dokumentasi Penelitian.

Sasaran dokumentasi pada penelitian ini adalah seluruh objek dan subjek

penelitian dan aktifitas atau kegiatan masyarakat yang penting dan berhubungan

dengan model pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan kearifan lokal

pada masyarakat adat Kampung Cireundeu.

Metode dokumentasi merupakan salah satu jenis metode yang sering

digunakan dalam metodologi penelitian sosial yang berkaitan dengan teknik

(31)

71

Conclusion Drawing/

Verification

Reduksi Display Triangulasi data

oleh lapangan ilmu sosial lainnya dalam metodologi penelitiannya, karena

sebagian besar fakta dan data sosial banyak tersimpan dalam bahan-bahan yang

berbentuk dokumenter.

Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia

atau human resources, melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi ada pula

sumber bukan manusia, non human resources, diantaranya dokumen, foto dan

bahan statistik. Dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini

berupa data kongkrit yang berupa catatan, foto, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Dokumentasi yang dikumpulkan

oleh peneliti menjadi suatu sumber data dalam setiap langkah penelitian.

E. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan

Huberman. Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011:246) mengemukakan bahwa:

Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display dan data conclusion drawing/ Verification.

Dalam aktifitas penelitian ini analisis data dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus, sehingga data yang diperlukan didapat dengan

sempurna.

Gambar 3.1Ilustrasi Analisis Data

a. Reduksi Data

Sugiyono (2011: 247) mengemukakan bahwa:

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Data reduksi merupakan langkah awal yang dilakukan pada saat

(32)

72

penelitian ini proses pemberdayaan masyarakat dengan harapan data yang

diperlukan dapat diperoleh dengan mudah dan terarah.

b. Display Data

Langkah selanjutnya dalam analisis data yaitu penyajian data (data

display). Data dispalay ini bersifat informatif yaitu memberikan pemahaman

secara detail. Penyajian data dilakukan setelah melakukan analisis reduksi data

yang disajikan dalam bentuk uraian singkat atau bagan dengan teks yang bersifat

naratif untuk memudahkan penyajian data yang terjadi dengan harapan data

tersebut dapat difahami dengan mudah oleh peneliti dalam mengungkapkan

penyajian data yang telah didapat dari hasil instrumen penelitian yang telah

digunakan. Data yang diperoleh mengenai model pemberdayaan masyarakat ini

disajikan peneliti dengan cara memisahkan indikator yang satu dengan yang

lainnya dengan tujuan bahasan yang diungkapkan dapat tersusun dengan baik dan

terarah.

c. Conclusion drawing/penarikan kesimpulan

Langkah terakhir dari analisis data ini adalah Conclusion drawing/penarikan

kesimpulan. Peneliti melakukan Conclusion drawing/ verification terhadap data

yang telah diperoleh dan disajikan mengenai model pemberdayaan masyarakat

dalam mempertahankan kearifan lokal pada peserta pelatihan kewirausahaan.

Penarikan kesimpulan ini berada di bab akhir yang disertai saran dan rekomendasi

pada permasalahan tersebut.

d. Triangulasi

Triangulasi merupakan proses pengumpulan data yang secara umum

berfungsi sebagai penguji kredibilitas data yang paling umum digunakan oleh

peneliti kualitatif. Menurut Sugiyono (2011: 241) mengatakan bahwa “Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari

berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada”. Berdasarkan

pendapat tersebut, peneliti memutuskan menggunakan teknik pengumpulan data

triangulasi ini dengan tujuan data yang dikumpulkan mengenai model

pemberdayaan masyarakat desa untuk mencapai desa mandiri ini sehingga dapat

(33)

73

F. Desain Penelitian dan Batasan Analisis Penelitian

Penelitian ini menggunakan tahapan penelitian prasurvei, pembuatan

rancangan penelitian, pelaksanaan penelitian, serta pelaporan hasil penelitian.

1) Pra Pelaksanaan

Pada kegiatan awal ini, penulis melakukan penjajakan awal di Kampung

Cireundeu, hal ini dilakukan guna mendapat pokok permasalahan yang ada

dilapangan untuk menjadi fokus penelitian. Pada tahapan ini pertama-tama

penulis menyelesaikan perizinan terhadap lembaga setempat dan menjelaskan

tujuan diadakan penelitian ini, selanjutnya melakukan wawancara awal

terhadap perwakilan masyarakat adat Kampung Cireundeu yaitu sesepuh yang

bernama Abah Widya. Pada tahap ini juga penulis menganalisis apakah fokus

permasalahan tersebut berkaitan dengan disiplin ilmu penulis atau tidak.

2) Pelaksanaan Penelitian (Lapangan)

Pada tahap ini, peneliti mempertimbangkan fokus kajian serta metode dan

pendekatan apa yang akan di lakukan dalam penelitian serta memahami dan

memasuki lapangan.

3) Pengolahan Data

Pengumpulan data siapa saja subjek yang akan menjadi narasumber dalam

penelitian. Pada tahapan ini penulis menyusun instrumen penelitian,

mengumpulkan data di lapangan, menganalisis data, mengadakan reduksi data

display data analisis, mengambil kesimpulan dan verifikasi, meningkatkan

keabsahan dan narasi hasil.

4) Pelaporan Hasil Penelitian

Tahap ini merupakan tahap akhir penyusunan hasil penelitian, setelah

berkonsultasi dengan pembimbing dan disetujui untuk diujikan, serta laporan

pun dibuat sesuai dengan outline yang berlaku di Universitas Pendidikan

Idonesia (UPI) Bandung.

Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki batasan untuk menjelaskan,

mengkaji dan mengeksplorasi hasil penelitian. Batasan tersebut bertujuan sebagai

fokus penelitian seperti yang dijelaskan pada sebelumnya yang telah disusun

kedalam batasan masalah. Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian, peneliti

(34)

74

Gambar 3.2 Alur dan Langkah Penelitian Sumber: Alur Penelitian Peneliti, 2015

1. Reduksi data display data analisis 2. Mengambil kesimpulan dan

verifikasi

3. Meningkatkan keabsahan 4. Narasi hasil

1. Bagaimana pola kehidupan masyarakat adat Kampung

Cireundeu dalam mempertahankan kearifan lokal di

tinjau dari aspek etnografis?

2. Bagaimana sistem objektif perekomomian masyarakat

adat Kampung Cireundeu dalam mempertahankan

kearifan lokal di tinjau dari aspek etnografis?

3. Bagaimana model Pemberdayaan masyarakat dalam

mempertahankan kearifan lokal masyarakat adat

Kampung Cireundeu di tinjau dari aspek etnografis? Sistem

perekonomian

(35)

168

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti adalah sebagai

berikut:

1. Pola kehidupan masyarakat adat kampung Cireundeu dalam mempertahankan

kearifan lokal, terbentuk dari suatu pola kebiasaan yang ditanamkan sejak

kecil melalui proses sosialisasi dan pewarisan nilai-nilai kearifan lokal, yang

menjadikan suatu kebutuhan mendasar untuk semua masyarakat adat kampung

Cireundeu dan menjadi suatu pola kehidupan dalam mempertahankan kearifan

lokal yang tidak bergantung terhadap gejolak sosial menjadikan masyarakat

harmonis, sejahtera dan mandiri.

2. Secara etnografi kondisi sistem perekonomian masyarakat adat Kampung

Cireundeu dalam mempertahankan kearifan lokal terlihat bahwa masyarakat

dibangun atas prinsip pemenuhan kebutuhan dengan memberikan bekal untuk

mampu bersaing dengan pihak luar, melalui upaya motivasi untuk mendapat

prestasi terbaik dan mampu untuk aktualisasi diri di era ekonomi kreatif saat

ini.

3. Secara etnografi Logic Model yang diperoleh berdasarkan hasil analisi peneliti

terhadap model pemberdayaan masyarakat adat Kampung Cireundeu bahwa

pemberdayaanmenggunakan prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat. Prinsip

tersebut atas dasar penggalian potensi yang dimiliki dengan memperkuat

potensi ekonomi atau sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri,

sehingga dapat mencegah dan melindungi masyarakat dari kesenjangan

ekonomi diperoleh bahwa masyarakat dapat menciptakan suasana iklim yang

menggali potensi masyarakat dengan memperkuat potensi ekonomi atau

sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri, serta dapat mencegah

dan melindungi masyarakat dari kesenjangan ekonomi serta menciptakan

kebersamaan dan kemitraaan antara yang sudah maju dengan yang belum

(36)

169

B. REKOMENDASI

Setelah mengkaji dan menggambarkan kenyataan yang dimunculkan dalam

penelitian dilapangan khususnya tentang pola kehidupan masyarakat adat

kampung Cireundeu, kondisi objektif perekonomian masyarat adat kampung

Cireundeu dan mendapatkan model pemberdayaan masyarakat dalam

mempertahankan kearifan lokal pada masyarakat adat Kampung Cireundeu,

berikut ini adalah rekomendasi penyusun untuk beberapa pihak terutama yang

berkaitan dengan dengan pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan

kearifan lokal.

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu model informal education

yang memperkaya teori-teori pendidikan serta dapat menjadi salah satu

referensi untuk mengembangkan program Pendidikan Luar Sekolah

khususnya yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat dalam

mempertahanakan kearifan lokal dengan menanamkan nilai-nilai budaya

lokal.

2. Pada hakikatnya, masalah kemiskinan, keterlantaran dan permasalah sosial

lainya adalah masalah yang terjdi dilingkungan masyarkat lokal. Untuk itu,

penanganan masalah sosial harus berbasiskan kebutuhan masyarakat atau

sering disebut dengan istilah “bottom-up” bukan “top-down” karena masyarakat yang paling tahu kondisi permasalahanya.

3. Keanekaragaman sistem sosial-budaya di Indonesia harus dipahami sebagai

potensi pemanfaatannya belum optimal dalam proses pembangunan

masyarakat, padahal sistem sosial-budaya lokal merupakan modal sosial

(sosial capital) yang besar yang telah tumbuh kembang secara turun-temurun

yang hingga kini masih kuat berakar dimasyarakat.

4. Strategi pemberdayaan masyarakat berbasis sistem sosial-budaya lokal dengan

mempertahankan kearifan lokal setiap daerah atau kampung tertentu yang

perlu diformulasikan secara tepat tanpa harus membuat pola-pola seragam

seperti pada masa order baru. Lebih lagi dikaitkan dengan keadaan ekonomi

Indonesai saaat ini, ketika Indonesia mengalami keterpurukan akibat krisis

(37)

170

5. Model pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan kearifan lokal akan

sangat mendukung program pemerintah pada tahun 2007 yang dicanangkan

oleh Dirjen PNFI pada saat itu yang dikenal dengan OKOP dan OCOP “satu

kampung satu produk atau satu kelompok satu produk” atau dalam bahasa lainnya “One Village One Product” dengan hasil adanya produk unggulan di pedesaaan dan perkotaan yang mampu memenuhi kebutuhan pasar dan

(38)

171

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, I. (2007) Aneka Metode Partisipasi Untuk Pembangunan Desa. Blogspot http://iagusta.blogspot.com/. Sosiolog Pedesaan Institut Pertanian Bogor. Di akses, 2 November 2007.

Anonim. (1994). Panduan Program Inpres Desa Tertinggal; Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional - Departemen Dalam Negeri.

Anonim. (1995). Pembinaan Program dan Pendampingan Pokmas IDT; Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional - Departemen Dalam Negeri.

Anonim. (1995). Kaji Tindak Program Inpres Desa Tertinggal Tahun Pertama,

Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,.

Arndt, Heinz W. (1987). Economic Development: The History of An Idea;

Chicago: The University of Chicago Press.

Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Azis, Iwan Jaya. (1996). Kesenjangan Antara Ekonomi Makro dan Gejala Mikro: Keterbatasan Ilmu Ekonomi. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta,

Ayatrohaedi. (1986). Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta. Dunia Pustaka Jaya.

Basrowi. dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Buchori, Mochtar. (1993) “Pengantar” Walter Fernandes dan Rajesh Tandon (eds.) Riset Partisipatoris- Riset Pembebasan. Penyunting: Wardaya dan Hardiman. Gramedia Pustaka Umum.

Cathart, R.S., and Larry A. Samovar, (1974). Small Group Communication : A Reader. New York : Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Chamala, R.S., (1995). Overview of Participative Action Approaches in Australian Land and Water Management. Dalam Chamala, S. and Keith, K. (eds), 1995. Participative Approaches for Landcare: Perspective, Policies, Program. Brisbane : Australian Academic Press.

(39)

172

Chambers, Robert. (1995). Poverty and Livelihoods: Whose Reality Counts? Uner Kirdar dan Leonard Silk (eds). People: From Impoverishment to Empowerment. New York. New Yoirk University Press.

Creswell, W, J. (2014). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta. Pustaka pelajar.

Effendy. (1998). Pengertian Keluarga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Fadhilah Amir. (2014). Budaya Pangan Anak Singkong Dalam Himpitan Modernisasi Pangan: Eksistensi Tradisi Kuliner Rasi (Beras Singkong) Komunitas Kampung Adat Cireundeu Leuwi Gajah Cimahi Selatan Jawa Barat” (dalan Jurnal Al-Tauras volume xx nomor 1, Januari.

Friedman, John. (1992). Empowerment The Politics of Alternative Development. Blackwell Publishers, Cambridge, USA.

Frechtling, A. (2007). Logic Modelling Program Evaluation. Hisrich, New York: Mc. Graw Hill.

Harrod, R.F. (1948). .An Essay in the Dynamic Theory, Economic Journal; London: Macmillan,

Hikmat, H. (2004). Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Penerbit Humoniora, Bandung.

Hufad Achmad. (2005). Sosialisasi dan Akulturasi Nilai-nilai Budaya Lokal (Kasus Pada Keluarga Inti Orang Menes di Banten. jurnal Mimbar UPI volume 4 nomor 2. Bandung.

Kartasasmita, Ginandjar. (1996). Pembangunan Untuk Rakyat - Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. Penerbit PT. Pustaka CIDESINDO, Jakarta.

Kartasasmita, Ginandjar. (15 April 1995). Pembangunan Menuju Bangsa yang Maju dan Mandiri: Sebuah Tinjauan Mengenai Berbagai Paradigma, Problematika, dan Peran Birokrasi dalam Pembangunan; Pidato Penerimaan Penganugerahan Gelar Doctor Honoris Causa Dalam Ilmu Administrasi Pembangunan dari Universitas Gajah Mada, Yogyakarta,

Kartasasmita, Ginandjar. (27 Mei 1995). Pemberdayaan Masyarakat: Sebuah Tinjauan Administrasi; Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Administrasi pada Fakultas Ilmu Administrasi Pemangunan Universitas Brawijaya; Malang.

(40)

173

Kartasasmita, Ginandjar. (1995). Ekonomi Rakyat: Memadukan Pertumbuhan Dan Pemerataaan. Jakarta. CISED.

Khairuddin. (2000). Pembangunan Masyarakat. Tinjauan Aspek: Sosiologi, Ekonomi dan Perencanaan. Liberty, Yogyakarta.

Jim Ife dan Frank Tesoriero. (2008). Community Development. Penerjemah Sastrawan Manulang dkk. Jogjakarta. Pustaka Pelajar.

Lipset dan Solari. (2001). Consensus and Conflict Essay In Poitics Sociology. New Jersey. Oxfort Univesity Press.

Mardikanto, Totok. (2012). Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik. Bandung. Alfabeta.

Muktasam, A. (2000). A Longitudinal Study of Group Roles in Indonesian Rural Development: An Analysis of Policy Formulation, Implementation and Learning Outcomes. The University of Queensland (Ph.D Thesis).

Moleong, L.J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Keraf, A.S (2010). Etika Lingkungan Hidup. Jakarta. Kompas

Kendrick, John W., (1976) .The Formation and Stocks of Total Capital; New York: Columbia University Press,

Keynes, John M., (1936). The General Theory of Employment, Interest, and Money; Harcourt: Brace and World.

Keraf, A.S. (2010). Etika Lingkungan Hidup. : Penerbit Buku Kompas. Jakarta

Khan, A.M. dan Krisnawati Suryanata. (1994). A Review of Participatory Reseach Techniques for National Resources Management. The Ford Foundation: Southeast Asia Regional Office. Jakarta.

.

Kirdar, Uner dan Leonard Silk (eds.), (1995). People: From Impoverishment to Empowerment. New York: New York University Press.

Kuncoro, Mudrajad. (2006). Ekonomika Pembangunan. Jakarta. Erlangga.

Korten, David C. (1984). People Centered Development ; West Harford: Kumarian Press,.

Gambar

Tabel 3.1 Data Informan Masyarakat
Gambar 3.1 Ilustrasi Analisis Data
Gambar 3.2 Alur dan Langkah Penelitian  Sumber: Alur Penelitian Peneliti, 2015

Referensi

Dokumen terkait

Vendor yang ,ert,aik dari nasi, metode ELECTRE dan MCDM expert. system adalah CV Cahaya

akumulasi dari biaya operasional yang dikeluarkan oleh operator angkutan dengan.. tingkat daya

menerbitkan surat perintah kepada Petugas Wasdalin dan PPNS Karantina Ikan untuk melakukan penolakan media pembawa, dengan alasan penahanan sementara yang dilakukan selama 3

Hasil analisis soal yang diperoleh di SMK Negeri 2 Bandung, SMK Negeri 5 Bandung, dan SMK Pasundan 3 Bandung, yaitu soal dengan kode A memiliki validitas yang cukup rendah (32%

Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing.. Bandung:

Dibuai cinta betapa indahnya Walaupun hanya satu jam saja oh oh.

[r]

Dalam Tugas Akhir ini, dilakukan simulasi untuk mengamati kerusakan pada thyristor dalam suatu rangkaian penyearah tiga fasa terkontrol penuh, dengan beban yang digunakan yaitu