• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBUATAN KEPUTUSAN KEPALA MADRASAH DAN PARTISIPASI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI RENCANA KEGIATAN MADRASAH DI MADRASAH ALIYAH SWASTA SE-KABUPATEN BANDUNG BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBUATAN KEPUTUSAN KEPALA MADRASAH DAN PARTISIPASI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI RENCANA KEGIATAN MADRASAH DI MADRASAH ALIYAH SWASTA SE-KABUPATEN BANDUNG BARAT."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA KEGIATAN MADRASAH

DI MADRASAH ALIYAH SWASTA SE-KABUPATEN BANDUNG BARAT

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi Perencanaan

Oleh:

ENJANG ARIS SOMANTRI 1202157

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

ENJANG ARIS SOMANTRI/ 1202157

PENGARUH PEMBUATAN KEPUTUSAN KEPALA MADRASAH DAN PARTISIPASI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI

RENCANA KEGIATAN MADRASAH

DI MADRASAH ALIYAH SWASTA SE-KABUPATEN BANDUNG BARAT

disetujui dan disahkan Oleh:

Pembimbing I

Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd . NIP: 19700524199402 2 001

Pembimbing II

Dr. Dedy Achmad Kurniady, M.Pd. NIP. 197106092005011001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana

(3)

Dengan ini Saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengaruh Pembuatan Keputusan Kepala Madrasah dan Partisipasi Guru Terhadap Implementasi RKM di Ma Swasta se-Kabupaten Bandung Barat” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya Saya sendiri, dan Saya tidak melakukan plagiat atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika dan keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, Saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada

saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya

Saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya Saya ini.

Bandung, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan

(4)

PENGARUH PEMBUATAN KEPUTUSAN KEPALA MADRASAH DAN PARTISIPASI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI RENCANA

KEGIATAN MADRASAH DI MADRASAH

Enjang Aris Somantri/1202157

ABSTRAK

Madrasah aliyah sudah tentu memiliki rencana strategis pengembangan madrasah. Rencana tersebut kemudian dijabarkan dalam rencana kegiatan madrasah untuk masa satu tahun. Rencana kegiatan tersebut dapat berjalan efektif apabila faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat dikelola dengan baik yaitu diantaranya: gaya dan kemampuan pemimpin; sumber daya manusia, fisik, dan keuangan; kebijakan; komitmen dan motivasi dari seluruh stakeholder; dan struktur yang sesuai dengan program yang akan dilaksanakan. Permasalahan yang ingin diteliti ialah “apakah Pembuatan Keputusan Kepala Madrasah dan Partisipasi Guru berpengaruh terhadap Implementasi Rencana Kegiatan Madrasah (RKM) dan seberapa besar pengaruhnya tersebut?” Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui perkembangan efektifitas implementasi RKM dan mengetahui sejauh mana pengaruh pembuatan keputusan kepala madrasah dan partisipasi guru baik secara parsial maupun simultan terhadap efektifitas implementasi RKM. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan instrumen angket. Populasi yang menjadi subjek penelitian ini berjumlah 61 madrasah aliyah swasta yang tersebar di wilayah Kabupaten Bandung Barat. Hasil penelitia ini menunjukkan bahwa pembuatan keputusan kepala madrasah memiliki pengaruh terhadap implementasi RKM dan paritipasi guru memiliki pengaruh terhadap implementasi RKM. pembuatan keputusan kepala madrasah dan paritipasi guru secara simultan memiliki pengaruh terhadap implementasi RKM. Peran kepala madrasah dalam membuat kebijakan pelaksanaan RKM dirumuskan sesuai skala prioritas program dan kegiatan madrasah agar berjalan efektif dan efisien. Namun, kepala sekolah tidak dapat berdiri sendiri sehingga perlu adanya dukungan guna mewujudkan RKM yang telah dirumuskan. Dalam hal ini, guru memiliki pengaruh dan kapasitas yang sangat penting karena guru adalah tulang punggung di madrasah.

(5)

Enjang Aris Somantri, 2015

THE INFLUENCE OF DECISION MAKING HEAD OF MADRASA AND PARTICIPATIONS OF TEACHER FOR

IMPLEMENTATION OF ACTIVITY PLAN IN PRIVATE MADRASA ALIYAH IN THE DISTRICT OF BANDUNG BARAT

Enjang Aris Somantri/1202157

ABSTRACT

Madrasa Aliyah has a strategic plan for development of madrasa. The plan is translated into action plans for a period of one year. The action plan can be effective if the factors that influence it can be managed properly. The factors are: leadership style, leadership capability, human resource, physical, finance, policy, commitment and motivation from stakeholder, and suitable structure corresponding to implemented program. Issues to be observed is “wheter decision making head of madrasa and participations of teacher influence on implementation activity plan in madrasa (RKM) and how much influence it?”. The purpose of this study was to determine the development of effective implementation of RKM and to determine the influence of decision making head of madrasa and participation of teacher either partialy or simultaneously towards effectiveness implementation of RKM. This study uses a quantitative approach using questionnaires. Population is the subject of this study amounted to 61 private madrasa aliyah scattered in the district of Bandung Barat. The results showed that decision-making head of madrasa has an influence on the implementation of RKM, and participation of teacher has an influence on the implementation of RKM. Decisions making of head of madrasa and participation teacher simultaneously have an influence on the implementation of RKM. Head of madrasa role in making policy implementation RKM formulated according to priority programs for activities of the madrasas in order to run an effective and efficient. Howefer the head of madrasa can not stand alone without support in order to realize RKM, which has been formulated. In this case, teachers have an influence and teacher have an important capacity to support it.

(6)

SURAT PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

ABSTRAK ... vi

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 6

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Struktur Organisasi Tesis ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka ... 12

1. Perkembangan Madrasah dalam Sistem Pendidikan Indonesia .. 12

2. Implementasi RKM ... 18

3. Pengambilan Keputusan Kepala Madrasah ... 38

4. Partisipasi Guru ... 47

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 63

1. Populasi Penelitian ... 63

2. Sampel Penelitian ... 66

C. Definisi Operasional Variabel... 69

D. Instrumen Penelitian ... 70

E. Prosedur Penelitian ... 73

1. Persiapan ... 73

(7)

Enjang Aris Somantri, 2015

PENGARUH PEMBUATAN KEPUTUSAN KEPALA MADRASAH DAN PARTISIPASI GURU TERHADAP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 87

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 87

1. Pengolahan dan Penyajian Data ... 88

2. Deskripsi Umum Skor Responden Berdasarkan Perhitungan Rata-Rata (Weight Means Score) ... 89

3. Pengujian Persyaratan Analisis ... 103

4. Interpretasi Hasil Pengolahan Data ... 114

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 115

1. Analisis Deskrispi Penelitian ... 115

2. Analisis Pengolahan Data ... 127

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 133

A. Kesimpulan ... 133

B. Implikasi ... 134

C. Rekomendasi ... 135

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kebijakan nasional tentang pendidikan, mengklasifikasikan

pengelolaan sekolah/perguruan tinggi ke dalam dua kamar, yaitu

untuk sekolah/perguruan tinggi umum berada di bawah Kementerian

Pendidikan Nasional sedangkan sekolah/madrasah/perguruan tinggi agama

berada di bawah Kementerian Agama. Karena anggaran, kebijakan dan

manajemen kedua kementerian tersebut berbeda maka dalam waktu

yang relatif lama hal ini berdampak pada terjadinya kesenjangan antara

sekolah yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan Nasional dengan

sekolah yang dikelola oleh Kementerian Agama. Hal ini juga berdampak

luas pada sistem dari sekolah yang dikelola oleh dua kementerian tersebut.

Secara garis Besar kita bisa meyakini bahwa niat pendirian Madrasah

Aliyah (MA) sebagai Sekolah setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)

adalah baik karena bercita-cita menyeimbangkan pendidikan umum

dengan pendidikan agama. Hal ini tergambar dari jenis mata pelajaran

yang ada di MA saat awal berdirinya hingga sekarang ini. Selaku lembaga

pendidikan yang bercirikan khas Islam, madrasah seharusnya mampu

memainkan peran strategis berkenaan dengan cita-cita pendidikan

nasional.

Suatu tantangan yang besar di hadapi sekolah sebagai unit satuan

pendidikan adalah meningkatkan kualitas hasil lulusan atau out put,

kualitas penampilan dan kualitas pelayanan sehingga kepala sekolah dalam

memainkan fungsi dan perannya harus mampu membuat sekolah dapat

(9)

persaingan kualitas tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas dan

produktifitas manajeman.

Di era global ini manajemen tradisional dalam pengelolaan sekolah

tidak akan mampu bertahan terhadap dampak dari globalisasi itu sendiri

serta paradigma yang begitu cepat berubah dan berkembang. Perubahan

memang merupakan suatu kunci untuk bertahan dalam suatu persaingan

namun demikian perubahan yang terjadi bukanlan sesuatu yang terjadi

secara kebetulan saja akan tetapi harus direncanakan, minimal di

konsultasikan atau dipikirkan karena perubahan itu juga tidak bejalan

begitu saja oleh karena itu perubahan perlu di kelola dengan baik. Sekolah

tidak dapat menghindari hambatan atau perlunya melakukan perubahan.

Mutu pendidikan SMA dan MA dibawah naungan pemerintah

dirasakan sangat berbeda. Surahman Hidayat, Wakil Ketua Komisi VIII

DPR dari Fraksi PKS menilai, kualitas madrasah harus selalu ditingkatkan,

agar mutu, relevansi, dan daya saing madrasah semakin meningkat setiap

tahunnya. Citra yang selama ini berkembang, mutu madrasah lebih rendah

dari sekolah umum, walaupun sebagian madrasah kualitasnya tidak kalah

dibanding lembaga pendidikan umum. Meskipun juga banyak kita

dapatkan beberapa madrasah yang dikelola oleh masyarakat dari segi

prestasinya jauh lebih bagus dibandingkan dengan sekolah-sekolah negeri.

Madrasah Aliyah yang berada di bawah naungan Kementrian

Agama seyogyanya memiliki sebuah rencana strategis (renstra) yang dapat

menciptakan pendidikan yang bermutu dan berkualitas. Prof. Harry

Tomlison (Fidler, 2002) mengungkapkan bahwa pengembangan sekolah

dan perencanaan perbaikan sebaiknya diselaraskan melalui sebuah strategi.

Hal ini sesuai dengan sistem pendidikan nasional yaitu bahwa sebuah

sekolah harus memiliki rencana strategis yang diperjelas melalui Peraturan

Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Pasal 19 ayat (3) yang menyebutkan

bahwa setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses

(10)

pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk

terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Adanya

peraturan yang dibuat oleh pemerintah tersebut dalam perencanaan

strategis pendidikan merupakan sebuah kewajaran, karena hal tersebut

sudah menjadi program PBB di dunia. Sebagaimana yang dipaparkan

Program Spesialis, Divisi Strategi Pendidikan dan Peningkatan Kapasitas,

Bidang Pendidikan, UNESCO, Gwang-Chol Chang “Countries and

agencies have been engaged in planning and managing the development

of education systems more and more strategically...” (2008, hlm. 1).

Perencanaan strategis untuk tingkat sekolah disebut dengan

Rencana Kerja Sekolah/Madrasah sebagaimana dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional No. 19 Tahun 2007 disebutkan bahwa

Sekolah/Madrasah membuat: (1) rencana kerja jangka menengah yang

menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat

tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan

perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan; (2)

rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan

Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) dilaksanakan berdasarkan

rencana jangka menengah.

Hasil observasi di Kementrian Agama Kabupaten Bandung Barat,

Kepala Seksi Madrasah Kementrian Agama Kabupaten Bandung Barat,

drs. H. Abdur Rohim, M.Si., ditemukan bahwa setiap MA telah memiliki

renstra dan RKM dalam peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan.

Namun, sangat disayangkan, pelaksanaan renstra dan RKM belum begitu

optimal. Hal ini dikarenakan sebagian MA masih menganggap renstra

tersebut hanya sebuah kelengkapan dokumen saja. Padahal renstra yang

dijabarkan melalui RKM merupakan acuan yang harus diikuti dalam

(11)

resntra tersebut. Sebagaimana dikemukanan Bryson (dalam Courtney,

2002, hlm. 211) bahwa “Creating a strategic plan is not enough.

Developing effective programs, projects, action plans, budgets, and

implementation processes will bring life to strategies and create value for

the organization (or cummunity) and its stakeholders.” Hal senada

diungkapkan oleh Certo, dkk. (1994, hlm. 111) yaitu bahwa “The success

of an organization depends on how effectively it implements strategies.”

Jadi keberhasilan sebuah organisasi bukan hanya dilihat dari bagus

tidaknya perencanaanya melainkan dilihat pula bagaimana strategi yang

dibuat tersebut dapat diterapkan dan dilaksanakan secara efektif. Dalam

sudut pandang Scott Eacott (2008) strategi harus dapat ditampilkan dengan

keterlibatan kepala madrasah dalam konteks pengaturan di lapangan.

Pelaksanaan sebuah program akan berjalan dengan baik apabila

ditunjang oleh faktor yang mempengaruhinya. Diantara

faktor-faktor tersebut ialah Resource implications (Implikasi sumber daya);

Monitoring; Rolling operational plan (Perputaran rencana operasional);

Managing individual performance (Kemampuan memanaj individual);

Commitment and motivation (Komitmen dan motivasi); dan Structure

(struktur organisasi), Cortney (2002); Al Khafaji (2003).

Dari faktor-faktor di atas, dapat dilihat bahwa setidaknya ada dua

hal yang perlu dipersiapkan dalam melaksanakan sebuah program yaitu

kepemimpinan dan Sumber Daya. Kepala madrasah sebagai penentu

kebijakan program yang akan dilakukan seyogyanya mampu membuat

sebuah keputusan yang baik dimana program yang dibuat harus mampu

mewadahi dan mengoptimalkan seluruh potensi yang ada di madrasah

tersebut. Sagala mengungkapkan dalam bukunya, Keberhasilan sebenarnya

suatu kinerja adalah kemampuan mengelola sumber daya organisasi untuk

mencapai tujuan serta dapat mempertahankan pencapaian tingkat operasi

(12)

Dalam menentukan strategi, baik untuk organisasi yang memiliki

arah dan sasaran yang tertulis maupun yang tidak, perlu memperhatikan

berbagai hal, termasuk kemampuan SDM dan anggaran (Sagala, 2013,

hlm. 132). Dalam hal SDM, dua pilar penting dalam pelaksanaan

pendidikan di madrasah ialah kepala madrasah sebagai penentu kebijakan

dan guru sebagai pelaksana kebijakan tersebut.

Kepala Madrasah sebagai penentu kebijakan renstra/RKM yang

akan di laksanakan setiap tahunnya dalam 4 tahun masa kerjanya harus

mampu melihat isu-isu yang muncul dan berkembang dalam pendidikan.

Seperti dalam perspektif The Wallace Foundation (2013, hlm. 5)

“...principal leadership among the most pressing matters on a list of issues in public school education.” Untuk itu, perlu kemampuan yang baik dari

kepala madrasah dalam membuat keputusan kegiatan mana yang

diperlukan untuk setiap tahunnya.

Namun disisi lain, tidak semua kepala madrasah memiliki

kemampuan dalam bidang manajemen terutama teknik pengambilan

keputusan. Hal ini berdasarkan pada Permendiknas No. 28 Tahun 2010

yang menyebutkan bahwa guru dapat diberi tugas tambahan sebagai

kepala sekolah/madrasah untuk memimpin dan mengelola

sekolah/madrasah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Walaupun

dalam poin selanjutnya disebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan

kualitas kepala sekolah/madrasah perlu dilakukan pendidikan dan

pelatihan calon kepala sekolah/madrasah serta sertifikasi kompetensi dan

penilaian kinerja kepala sekolah/madrasah, namun hal tersebut hanya

berlaku untuk sekolah negeri dan belum dapat sepenuhnya diterapakan

untuk madrasah swasta.

Kunci keberhasilan lain dari pelaksanaan sebuah renstra/RKM

(13)

tentu dapat berjalan dengan baik sesuai tujuan renstra tersebut. Guru

sebagai salah satu stakeholder madrasah perlu dilibatkan dalam berbagai

aktifitas madrasah. Sebagaimana yang diungkapan Newcombe “in some

schools some teachers are required to attend many meetings...” (2001,

hlm. 2). Hal ini pun diungkapkan oleh Eacott, “...however what is

important, is the meaningful involment of key stakeholder,” (2008, hlm.

361).

Dalam mengimplementasikan strategi, kemampuan kepala

madrasah dan personal madrasah lainnya merupakan hal yang sangat

penting dalam kaitannya dengan skill kepala madrasah sebagai pemimpin

dan guru sebagai tenaga profesional yang bertanggung jawab terhadap

kemajuan belajar peserta didik (Sagala, 2013).

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti

bagaimana implementasi program tahunan sebuah madrasah yang

dipengaruhi oleh partisipasi guru dan pengambilan keputusan kepala

madrasah.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Sebagaimana disebutkan dalam latar belakang di atas, bahwa

implementasi sebuah program strategis dapat berhasil apabila ditunjang

oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu diantaranya: (1) Implikasi

sumber Daya. Sumber daya yang dimaksud ialah berupa sumber daya

fisik, manusia, sistem dan prosedur dan keuangan. (2) Monitoring.

Monitoring sangat diperlukan dalam sebuah aksi rencana strategi. Hal ini

ditujukan agar tidak ada tujuan yang tidak tercapai. (3) Pergantian

Rencana Operasional. Pergantian ini dimaksudkan agar visi dan misi

madrasah dapat tercapai. Rencana operasional didasarkan pada tujuan

yang telah dibuat dengan konsep SMART (Specific and Stretching,

Measureable and Motivating, Achievable and Agreed, Realistic and

(14)

Dalam melaksanakan aksi sebuah rencana, kepala dan bawahannya harus

memiliki kemampuan manajerial. Performa yang baik ini termasuk

strategic and operational planning cycles (Courtney, 2002). (5) Komitmen

dan Motivasi. Sebuah implementasi strategi besar kemungkinan akan

tercapai jika ditunjang dengan komitmen dan motivasi yang tinggi dari

seluruh stakeholder madrasah. (6) Kebijakan. Kebijakan yang dimaksud

ialah yang diambil baik oleh kepala madrasah itu sendiri atau pun

kebijakan yang datang dari pemerintah pusat dan daerah. (7) Budaya

Madrasah. Budaya madrasah yang baik tentu akan menunjang

pelaksanaan rencana strategi dengan baik. (8) Struktur Organisasi. Dalam

sebuah implementasi strategi, diperlukan sebuah struktur yang sesuai agar

setiap rencana dapat dilaksanakan. (9) Reward System. Penghargaan

kepada individu yang telah melaksanakan rencana strategi dengan baik

dapat meningkatkan motivasi individu tersebut untuk lebih baik lagi. (10)

Leadership. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor krusial dalam

sebuah implementasi rencana strategi. Kemampuan pemimpin yang baik

akan dapat mengantarkan seluruh stakeholder kepada tujuan organisasi.

Kemampuan yang dimaksud diantaranya kemampuan berkomunikasi,

pengambilan keputusan, manajerial, dan kemampuan lainnya.

Berikut bagan mengenai faktor-faktor keberhasilan implementasi

(15)

Diagram 1.1

Identifikasi Masalah Keberhasilan Implementasi RKM.

Diadopsi dari Roger Courtney (2002) dan Al-Khafaji (2003).

Implementasi

 Sumber daya fisik, berupa bangunan, kendaraan,

(16)

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi tersebut di atas, peneliti merumuskan

permasalahan penelitian ini, “Apakah Pembuatan Keputusan Kepala

Madrasah dan Partisipasi Guru berpengaruh terhadap Implementasi

Rencana Kegiatan Madrasah (RKM)?” Adapun yang menjadi pertanyaan

penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Apakah implementasi RKM di MAS se-Kab. Bandung Barat berjalan

secara efektif?

2. Apakah pembuatan keputusan kepala madrasah di Kab. Bandung

Barat sudah baik?

3. Apakah partisipasi guru di MAS se-Kab. Bandung Barat sudah baik?

4. Apakah pembuatan keputusan kepala madrasah secara parsial

berpengaruh terhadap implementasi RKM MAS se-Kab. Bandung

Barat?

5. Apakah partisipasi guru secara parsial berpengaruh terhadap

implementasi RKM MAS se-Kab. Bandung Barat?

6. Apakah pembuatan keputusan kepala madrasah dan partisipasi guru

secara simultan berpengaruh terhadap implementasi RKM MAS

se-Kab. Bandung Barat?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini ialah:

1. Mengetahui perkembangan proses implementasi program strategis

tahunan (RKM) di MAS se-Kabupaten Bandung Barat.

2. Mengetahui gambaran mengenai pembuatan keputusan kepala

madrasah di MAS se-Kabupaten Bandung Barat.

3. Mengetahui gambaran mengenai partisipasi guru di MAS

(17)

4. Mengetahui seberapa besar pengaruh pembuatan keputusan kepala

madrasah terhadap implementasi RKM di MAS se-Kabupaten

Bandung Barat.

5. Mengetahui seberapa besar pengaruh partisipasi guru terhadap

implementasi RKM di MAS se-Kabupaten Bandung Barat.

6. Mengetahui seberapa besar pengaruh pembuatan kepeutusan kepala

madrasah dan partisipasi guru terhadap implementasi RKM di MAS

se-Kabupaten Bandung Barat.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat :

1. Sebagai bahan kajian untuk mengembangkan konsep-konsep keilmuan

administrasi pendidikan terutama mengenai konsep-konsep tentang

Pembuatan Keputusan, Patisipasi Guru dan Implementasi Rencana

Kegiatan Madrasah.

2. Bagi madrasah, bahwa hasil penelitian ini memberikan gambaran

tentang pentingnya proses implementasi sebuah rencana tahunan

madrasah.

3. Bagi kepala madrasah, penelitian ini dapat dijadikan acuan mengenai

pentingnya proses pembuatan keputusan oleh kepala madrasah agar

organisasi madrasah dapat mencapai tujuannya.

4. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi

kementrian agama seksi madrasah KBB dalam menjalankan program

yang telah dibuat.

5. Bagi masyarakat umum, penelitian ini memberikan gambaran tentang

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap implementasi RKM yang

efektif.

F. Struktur Organisasi Tesis

Tesis ini akan disajikan dalam lima bab, sebagai berikut:

(18)

Bagian ini memaparkan latar belakang penelitian, identifikasi dan

perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

struktur organisasi tesis.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Teori, konsep, dan hasil penelitian sebelumnya yang relevan

dipaparkan dalam bab ini. Secara umum, bab ini berisi penjelasan tentang

Perkembangan Madrasah dalam Sistem Pendidikan Nasional, Konsep

Dasar Implementasi Rencana Kegiatan Madrasah, Konsep Dasar

Pembuatan Keputusan, Konsep Dasar Partisipasi Guru, Kerangka

Pemikiran Penelitian, dan Hipotesis Penelitian

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini memberikan penjelasan yang rinci tentang metode

penelitian populasi penelitian, definisi operasional penelitian, instrumen

penelitian, prosedur penelitian, dan teknik pengumpulan data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang deskripsi hasil penelitian dimana data yang

diperoleh tersebut akan dianalisis secara statistik dan dikomparasikan

dengan kajian pustaka.

BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan beberapa rekomendasi yang

didasarkan pada hasil analisis di bab empat.

DAFTAR PUSTAKA

Pustaka yang relevan dengan penelitian disusun di bagian ini.

LAMPIRAN

Bagian ini menyajikan beberapa lampiran penting yang terkait dengan

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. LOKASI & METODE PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Lokasi pelaksanaan penelitian ini ialah di Kabupaten Bandung Barat

Propinsi Jawa Barat dengan subjek penelitian adalah Madrasah Aliyah

Swasta yang berjumlah 61 madrasah dan tersebar di 16 Kecamatan.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan

kuantitatif diartikan Sugiyono (2013, hlm. 8) sebagai metode penelitian

yang digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis bersifat

kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan.

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006, hlm. 160). Penelitian

ini menggunakan metode survei. Metode survei adalah metode penelitian

yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama untuk

mengumpulkan data (Sugiyono, 2010). Gall dalam Rahman (2014, hlm. 55) menyatakan hal serupa, yaitu, “survey research, the use of questionnaires or interviews to collect data about the characteristics, experiences, knowledge,

or opinions of a sample or a population.” Penelitian survey menggunakan

kuesioner atau interview untuk mengumpulkan data tentang karakteristik,

pengalaman, pengetahuan, atau pendapat dari sampel atau populasi tertentu.

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

(20)

Peneleitian kuantitatif memiliki konsep kunci yang dinamakan

peubah (variable). Peubah ini harus diidentifikasi dan didefinisikan sampai

ke tingkat operasional sehingga dapat diukur (Furqon, 2011). Variabel yang

ada dalam penelitian ini terdiri atas variabel terikat (dependent) dan variabel

bebas (independent).

B. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

1. Populasi Penelitian

Menurut Schumacher (1997, hlm. 246) populasi adalah “sekelompok elemen atau kasus, baik itu individual, objek, atau peristiwa, yang berhubungan dengan kriteria spesifik dan merupakan sesuatu yang

menjadi target generalisasi dari penelitian.” Menurut Sugiyono (2010, hlm. 90) populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Sedangkan menurut Arikunto, populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (2006,

hlm. 130).

Populasi penelitian ini ialah Madrasah Aliyah Swasta se-Kabupaten

Bandung Barat. Berdasarkan data EMIS Madrasah Kementrian Agama

Kabupaten Bandung Barat tahun 2013-2014 sebanyak 61 madrasah. Dari

populasi tersebut yang terakreditasi A sebanyak 10 madrasah; akreditasi B

sebanyak 21 madrasah; akreditasi C sebanyak 2 madrasah; dan 28

madrasah belum terakreditasi.

Berikut ini populasi madrasah yang akan dijadikan sebagai subjek

penelitian.

Tabel 3.1

Populasi Madrasah Aliyah Swasta Kab. Bandung Barat

NO Nama Madrasah Akreditasi Kecamatan

(21)

4 Al-Luthfah A Cililin

5 Arafah A Cililin

6 YI-Rajamandala A Cipatat

7 Muslimin Cipeundeuy A Cipeundeuy

8 YPI Darul Fikri A Cipongkor

9 Persis Padalarang A Padalarang

10 YPI Nurul Huda A Sindangkerta

11 Nurul Hidayah B Batujajar

12 Al-Muhajirin B Cihampelas

13 Madani B Cihampelas

21 Muslimin Cijenuk B Cipongkor

22 Bina Insani B Cisarua

23 Darul Inayah B Cisarua

24 Yabis Pasirlangu B Cisarua

25 Al-Qomariyah B Gununghalu

26 Muslimin Celak B Gununghalu

27 Darul Ulum B Padalarang

28 Uswatun Hasanah B Padalarang

29 Az-Zahra B Parongpong

30 Muslimin Peusing B Sindangkerta

31 An-Nur B Cikalong Wetan

32 Yahisha C Cihampelas

33 Ishlahul Aqidah C Cikalong Wetan

34 Muslimin Jati Belum Saguling

35 Al-Fatah Belum Gununghalu

36 Al-Huda Belum Gununghalu

37 Nurul Hidayah Belum Padalarang

38 Nurul Iman Belum Sindangkerta

39 Al-Mubarok Belum Sindangkerta

40 Darul Iman Sukaresmi Belum Rongga

41 Nurul Barokah Belum Cipatat

(22)

43 Darul Falah Belum Cipeundeuy

44 Cikande Belum Saguling

45 Al-Barry Belum Cikalong Wetan

46 Anwarurrohman Belum Cipongkor

47 Ar-Rochmah Belum Lembang

48 Mathla`ul Anwar Belum Cihampelas

49 Atsauri Belum Sindangkerta

50 Al-Hidayah Belum Gununghalu

51 Terpadu Al-Huda Belum Cililin

52 Tanjungjaya Belum Cihampelas

53 Al-Mu`awanah Belum Ngamprah

54 Assakinah Belum Ngamprah

55 Al-Ittihad Belum Batujajar

56 Terpadu Daarul Ahkaam Belum Cipongkor

57 Cahaya Harapan Belum Cisarua

58 Al-Barqunnajah Belum Cipongkor

59 Al-Qur`an Al-Amanah Belum Lembang 60 Al-Fadillah Cipatat Belum Cipatat

61 Miftahul `Ulum Belum Cipatat

Penelitian ini merupakan penelitian organisasi dimana unsur yang

dijadikan sebagai variabel dependent-nya ialah implementasi Rencana

Kegiatan Madrasah.

Proses implementasi RKM berhubungan dengan kemampuan

madrasah tersebut dalam pelaksanaan RKM dan tentu saja akan

berbeda-beda antara madrasah yang telah terakreditasi dengan madrasah yang

belum terakreditasi. Karena salah satu komponen penilaian akreditasi ialah

Renstra madrasah yang dijabarkan dalam RKM sebagai program tahunan

madrasah.

Selain variabel dependent, variabel independentnya merupakan

unsur-unsur yang terkait dengan implementasi yaitu kepala madrasah

sebagai manajer puncak untuk satuan pendidikan dan guru sebagai

(23)

guru yang akan diteliti ialah partisipasinya (X2) dalam proses

implementasi RKM tersebut.

Jumlah guru yang terdata dalam database Kementrian Agama

Kabupaten Bandung Barat sebanyak 684 orang. Dari seluruh populasi guru

tersebut hanya 24 orang yang telah diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil,

dan sisanya sebanyak 660 orang masih berstatus Tenaga Honorer dan

Tenaga Tetap Yayasan.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

2006, hlm. 131). Sampel harus merepresentatifkan kondisi populasi yang

akan dijadikan objek penelitian (Sugiyono, 2010; Cohen dkk., 2007).

Sugiyono menambahkan bahwa jika populasi besar, peneliti cukup

memilih beberapa sampel yang akan dijadikan objek penelitian karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu. Cohen dkk. menegaskan (2007, hlm.

101) bahwa banyaknya sampel yang diambil dari sebuah populasi tidak

berarti bahwa penelitian akan menjadi lebih baik tetapi hal tersebut hanya

menambah kemungkinan dalam memberikan reliabilitas yang terbaik.

Mengenai jumlah sampel yang harus digunakan dalam penelitian,

Cohen dkk. (2007, hlm. 101) mengatakan, “a sample size of thirty is held

by many to be the minimum number of cases if researchers plan to use

some from of statistical analysis on their data, though this is a very small

number and we would advise very considerablely more.” Ukuran sampel

dengan jumlah 30 merupakan jumlah minimum yang dapat digunakan

seorang peneliti walaupun sebaiknya jumlah tersebut ditambah.

Teknik penentuan sampel dari sebuah populasi dapat dilakukan

dengan beberapa macam (Sugiyono, 2010a, 2013b; Cohen dkk., 2007;

Schumacher, 1997), yaitu diantaranya:

1. Probability sampling, yaitu sebjek diturunkan dari sebuah populasi

dimana probabilitas pemilihan anggotanya diketahui. Teknik ini terdiri

dari: simple random, proportionate stratified random, disproportionate

(24)

2. Non-Probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana

seluruh anggota populasi tidak memiliki probabilitas yang sama.

Teknik ini terdiri dari: sistematic sampling, quota sampling, accidental

or convenience sampling, multi-phase sampling or purposive

sampling, sampling jenuh, snowball sampling.

Melihat arah penelitian dan berdasarkan ungkapan Cohen tersebut

di atas, maka sampel yang akan diambil ialah sebanyak 30 lembaga

dengan asumsi bahwa jumlah tersebut merupakan 50% dari total populasi

lembaga dan diasumsikan jumlah sampel tersebut dapat mewakili seluruh

populasi.

Dalam menentukan madrasah yang akan dimasukkan ke dalam

sampel penelitian, maka digunakan teknik proportional stratified random

sampling. Hal ini dikarenakan jumlah madrasah untuk setiap akreditasi

berbeda-beda jumlahnya namun memiliki kemungkinan yang sama untuk

dijadikan sampel (Sugiyono, 2013, hlm. 138). Selain itu, Arikunto

menegaskan bahwa pabila peneliti berpendapat bahwa populasi terbagi

terbagi atas tingkatan-tingkatan atau strata, maka pengambilan sampel

tidak boleh dilakukan hanya secara simpel acak (2006, hlm. 138).

Untuk itu, sampel ditentukan berdasarkan kelompok akreditasinya

dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

s = Jumlah sampel setiap unit secara proporsional

n = Jumlah masing-masing unit populasi

N = Jumlah Populasi

S = Jumlah seluruh sampel yang didapat

Berdasarkan rumus di atas, maka sampel untuk masing-masing

(25)

Tabel 3.2

Jumlah 61 madrasah 30 madrasah

Madrasah-madrasah yang akan dijadikan sampel berdasarkan

perhitungan di atas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(26)

3 C 16 MAS Yahisha 1 10 3 4

4 Belum

17 MAS AL-Barqunnajah 1 2 1 2

18 MAS Al-Fatah 1 17 5 6

19 MAS Al-Ittihad 1 10 3 4

20 MAS Al-Mu'awanah 1 9 3 4

21 MAS Al-Mubarok 1 10 3 4

22 MAS Assakinah 1 12 4 5

23 MAS Atsauri 1 11 3 4

24 MAS Darul Falah 1 7 2 3

25 MAS Mathla'ul Anwar 1 6 2 3

26 MAS Nurul Hidayah Pdlrg 1 3 1 2

27 MAS Nurul Iman 1 13 4 5

28 MAS Tanjung Jaya 1 15 5 6

29 MAS Terpadu Al-Huda 1 14 4 5

30 MAS Terpadu Darul Ahkam 1 7 2 3

Jumlah 30 341 101 131

C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi

misalnya jenis kelamin, berat badan, dan sebagainya (Arikunto, 2006). Lebih

jauh Kerlinger mengemukakan bahwa variabel ialah sebuah konsep untuk

dijadikan penelitian (Arikunto, 2006). Sedangkan Arikunto sendiri

mendefinisikan variabel sebagai objek penelitian, atau apa yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian (2006, hlm. 118).

Variabel penelitian didefinisikan secara operasional sehingga jelas

aspek-aspeknya yang hendak diukur. Dimensi yang muncul dari definisi

operasional kemudian dijabarkan kembali menjadi indikator-indikator atau

dengan harapan hal ini dapat mempermudah untuk menyusun instrumen

penelitian.

Dalam penelitian ini variabel yang dimaksud ialah, Implementasi

(27)

Guru seabagai variabel kedua (X2). Definisi opersaional dari masing-masing

variabel dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel Implementasi RKM (Y)

Wheelen dan Hunger (2012) mendefinisikan implementasi

strategi sebagai “a process by which strategies and policies are put into

action through the development of programs, budgets, and procedures.”

Strategi dan kebijakan diambil dan dialihkan menjadi aksi yang meliputi

pengembangan program, anggaran, dan prosedur.

Sedangkan Alkhafaji (2003) mendefinisikannya sebagai “accomplished throught organizational design and structure.” Ungkapan ini dapat dikatakan sebagai ketercapaian strategi yang mengaitkan antara

desain dan struktur organisasi.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan implementasi RKM

adalah tahapan pelaksanaan manajemen/perencanaan madrasah, yang

dilakukan dengan mengacu pada program yang ditetapkan dan penetapan

anggaran yang jelas.

2. Variabel Proses Pengambilan Keputusan Kepala Madrasah (X1)

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pengambilan

keputusan (desicion making) adalah tindakan kepala madrasah dalam

melakukan penilaian alternatif solusi sehingga ditemukan rekomendasi

pemecahan masalah tersebut.

3. Partisipasi Guru (X2)

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan partisipasi guru

adalah keterlibatan emosional dan rasional dalam pelaksanaan RKM

dengan rasa tanggung jawab.

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

(28)

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga

lebih mudah diolah (Arikunto, 2006, hlm. 160). Instrumen ini akan digunakan

untuk membantu dalam mengukur variabel yang akan diuji. Jumlah instrumen

tergantung pada variabel yang akan diteliti. Beberapa indikator pencapaian

implementasi ialah jika sesuai dengan apa yang direncanakan (Fred, 2011).

Kisi-kisi adalah sebuah tabel yang menunjukkan hubungan antara

hal-hal yang disebutkan dalam baris dengan hal-hal-hal-hal yang disebutkan dalam

kolom (Arikunto, 2006, hlm. 162). Kisi-kisi penyusunan instrumen

menunjukkan kaitan antara variabel yang diteliti dengan sumber data dari

mana data akan diambil, metode yang digunakan dan instrumen yang disusun

(Arikunto, ibid).

Adapun manfaat dari kisi-kisi dimaksud menurut Arikunto (2006,

hlm. 162) adalah sebagai berikut:

1. Peneliti memiliki gambaran yang jelas dan lengkap tentang jenis

instrumen dan isi dari butir-butir yang akan disusun.

2. Peneliti akan mendapatkan kemudahan dalam menyusun instrumen

karena kisi-kisi ini berfungsi sebagai pedoman dalam menuliskan

butir-butir.

3. Instrumen yang disusun akan lengkap dan sistematis karena ketika

menyusun kisi-kisi peneliti belum dituntut untuk memikirkan rumusan

butir-butirnya.

4. Kisi-kisi berfungsi sebagai “peta perjalanan” dari aspek yang akan

dikumpulkan datanya.

Penelitian ini akan menguji tiga variabel yaitu implementasi RKM

(Y), Pengambilan Keputusan Kepala Madrasah (X1) dan Partisipasi Guru

(X2). Berikut ini kisi-kisi instrumen.

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

NO. VARIABEL DIMENSI INDIKATOR NO.

(29)

Kegiatan Madrasah (RKM) (Y)

2. Anggaran 1. Sumber anggaran 7,8,9,10 2. Bagaimana

kesesuaian anggaran dengan program

11,12,13

3. Struktur 1. Aturan atau prosedur pelaksanaan kegiatan

14,15

2. Penanggung jawab kegiatan

16,17

4. Proses 1. Pelaksanaan kegiatan 18,19,20,2 1,22 2. Strategi pelaksanaan 23,24 3. Mekanisme kegiatan 25,26,27 2. Pembuatan

3. Perilaku positif 5,6,7 2. Kontribusi 1. Kesediaan secara fisik

sesuai kemampuan

8,9

(30)

E. PROSEDUR PENELITIAN

Sebagai satu kesatuan kegiatan yang sistematis, penelitian ini

dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Persiapan

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan meliputi: (a) pematangan

isu yang akan dijadikan penelitian dengan mengkonsultasikannya kepada

dosen pembimbing, (b) penguatan referensi teori dan penelitian lain yang

relevan, (c) pembuatan kisi-kisi instrumen, (d) pembuatan desain

penelitian, (e) mempersiapkan administrasi yang dibutuhkan dalam

penelitian.

2. Studi Awal Lokasi Penelitian

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah melakukan

konsultasi dengan pihak-pihak yang terkait dimulai dari kepala kementrian

agama dan beberapa kepala madrasah dan pihak yang relevan guna

mendukung informasi penelitian serta proses perizinan dari pihak

kementrian dilakukan pada tahap ini. Tahap ini dilakukan untuk mendapat

informasi mengenai populasi madrasah aliyah swasta yang akan dijadikan

subjek penelitian.

3. Penyusunan Instrumen Penelitian

Pada tahap ini, instrumen mulai disusun dan dijabarkan. Adapun

kegiatan yang dilakukan pada tahap ini ialah: (a) membuat definisi

operasional setiap variabel, (b) membuat kisi-kisi instrumen dengan cara

menjabarkan definisi operasional setiap variabel sampai kepada

indikator-indikator yang akan dijadikan acuan dalam membuat instrumen, (c)

membuat pertanyaan-pertanyaan kuesioner berdasarkan kisi-kisi instrumen

yang telah dibuat, (d) mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing

mengenai kuesioner yang telah dibuat untuk kemudian diujicobakan

(31)

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS DATA

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu pengukuran untuk mengetahui apakah

instrumen benar-benar dapat mengukur suatu atribut yang dikehendaki.

Dengan demikian validitas instrumen akan menunjukan apakah instrumen

yang dimaksud dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data penelitian

atau tidak. Suharsimi Arikunto (2006, hlm. 168), mengemukakan bahwa:

“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.”

Kisi-kisi instrumen yang dibuat harus disusun berdasarkan teori

yang relevan dengan desain penelitian yang telah ditetapkan. Uji validitas

dilakukan dengan analisis item yaitu dengan mengkorelasikan antara skor

item instrumen dengan skor total. Sedangkan interpretasi terhadap korelasi

penelitian menurut Sugiyono (2011, hlm. 178) adalah,

“Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas, maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat. Jadi berdasarkan analisis faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut memiliki validitas konstruksi yang kuat.”

Selain itu, Sugiyono menambahkan, bahwa : “Bila harga korelasi di bawah 0,30 maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak

valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang”.

Adapun rumus yang digunakan dalam uji validitas instrumen ini

adalah Pearson Product Moment (Akdon, 2008, hlm. 144) sebagai berikut:

Keterangan:

�ℎ� �� ∑XiYi − ∑Xi ∑Yi

(32)

i = koefisien korelasi

= jumlah responden

∑XiYi = jumlah perkalian X dan Y ∑Xi = jumlah skor item

∑Yi = jumlah skor total (seluruh item) ∑X = jumlah skor-skor X yang dikuadratkan

∑Yi = jumlah skor-skor Y yang dikuadratkan

Uji validitas ini dilakukan pada setiap item pernyataan dalam

angket. Hasil koofisien korelasi tersebut selanjutnya diuji signifikasi

koefisien korelasinya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

t = Nilai i

r = Koefisien korelasi hasil i

n = Jumlah responden

Hasil dari nilai i dikonsultasikan dengan distribusi (tabel t)

untuk = 0,05 dan dk = 30 – 2 = 28, dengan uji satu pihak, maka

diperoleh = 1,697.

Kaidah keputusan: Jika i > berarti valid dan i <

berarti tidak valid.

Berdasarkan hasil perhitungan ditunjukkan dalam tabel 3.4

dibawah ini yaitu untuk variabel X1 terdapat 26 item pertanyaan, tabel 3.5

untuk variabel X2 terdapat 18 item pertanyaan, tabel 3.6 untuk variabel Y

terdapat 32 pertanyaan.

Berikut ini adalah tabel perhitungan uji validitas untuk varibel X1

dengan menggunakan rumus di atas:

Tabel 3.5

(33)

No

dengan menggunakan rumus di atas:

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Variabel X2 (Partisipasi Guru)

(34)

4 0,646 4,480 1,697 Valid

dengan menggunakan rumus di atas:

Tabel 3.7

(35)

17 0,578 3,750 1,697 Valid

18 0,437 2,569 1,697 Valid

19 0,332 1,859 1,697 Valid

20 0,481 2,905 1,697 Valid

21 0,433 2,539 1,697 Valid

22 0,355 2,011 1,697 Valid

23 0,413 2,400 1,697 Valid

24 0,338 1,901 1,697 Valid

25 0,418 2,435 1,697 Valid

26 0,500 3,054 1,697 Valid

27 0,595 3,915 1,697 Valid

28 0,629 4,283 1,697 Valid

29 0,557 3,553 1,697 Valid

30 0,363 2,063 1,697 Valid

31 0,570 3,668 1,697 Valid

32 0,327 1,830 1,697 Valid

Setelah dilakukan uji validitas terhadap angket variabel X1, dapat

ditarik kesimpulan bahwa dari 26 item yang diujikan, semuanya memiliki

validitas kontruksi yang baik. Untuk variabel X2, dapat ditarik kesimpulan

bahwa dari 18 item yang diujikan, semuanya memiliki validitas kontruksi

yang baik. Untuk variabel Y, dapat ditarik kesimpulan bahwa dari 32 item

yang diujikan, semuanya memiliki validitas kontruksi yang baik. Jadi

kesimpulannya, instrumen yang telah disusun semuanya memiliki validitas

yang baik dan dapat dipakai untuk angket dalam pengolahan data.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Selain harus valid, instrumen penelitian juga harus reliable.

Reliable merujuk kepada keadaan kekonsistenan instrument dalam

memperoleh hasil yang sama saat dilakukan penelitian kembali pada

waktu yang berbeda. Sebagaimana Cohen (2007, hlm. 146) “a reliable

instrument for a piece of research will yield similar data from similar

(36)

Untuk pengujian reliabilitas dilakukan dengan menghitung

reliabilitas seluruh item angket dengan menggunakan rumus Spearman

Brown berikut:

1) Mencari r tabel apabila dengan a=0,05 dan derajat kebebasan (dk=

n-1)

2) Membuat keputusan dengan membandingkan r11 dengan rtabel dengan

kaidah pengambilan keputusan sebagai berikut: Jika r11 > rtabel berarti

item angket reliable, sebaliknya jika r11 < r tabel berarti item angket

tidak reliabel.

Dalam penelitian ini uji realibitas dilakukan melalui bantuan

komputer dengan menggunakan program Microsoft Excel 2013.

Tabel 3.8

Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen

No Variabel r Alpha r kritis Keterangan

1 X1 (Pembuatan Keputusan

Kepala Madrasah) 0,857 0,367 Reliabel

2 X2 (Partisipasi guru) 0,781 0,367 Reliabel

3 Y (Implementasi Rencana

Kegiatan Madrasah/RKM) 0,817 0,367 Reliabel

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas intrumen,

menunjukkan nilai koefisien Crombach Alpha untuk ketiga variabel

seluruhnya diatas adalah lebih dari 0,367 yaitu r alpha untuk variabel

Implementasi Rencana Kegiatan Madrasah/RKM (Y) sebesar 0,817, r

alpha untuk Pembuatan Keputusan Kepala Madrasah (X1) sebesar 0,857

dan r alpha untuk variabel Partisipasi guru (X2) sebesar 0,781. Seluruhnya

(37)

dinyatakan handal (reliabel) sehingga memiliki dasar pengambilan

keputusan hasil penelitian.

3. Teknik Pengumpulan Data

Seperti yang diungkapkan pada bagian sebelumnya, dalam

penelitian ini, teknik yang digunakan adalah teknik startified proprtional

random sampling. Ukuran jumlah yang akan digunakan sebanyak 30

madrasah. Hal ini merujuk pada pernyataan Cohen, dkk. Teknik

pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini dengan

mengacu pada teknik-teknik yang sudah umum dilakukan oleh para

peneliti lainnya (Sugiyanto, 2010; Arikunto, 2010) ialah melalui kuisioner

dan dokumentasi data. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1) Langkah 1. Kunjungan ke MAS Kab. Bandung Barat untuk

mendapatkan data-data mengenai profil madrasah dan

komponen-komponen yang ada di dalamnya.

2) Langkah 2. Menentukan sampel yang akan digunakan, peneliti

berkonsultasi dengan kepala madrasah.

3) Langkah 3. Menyusun instrumen pertanyaan.

4) Langkah 4. Menguji coba validitas dan reliabilitas instrumen.

5) Langkah 5. Menyebarkan kuisioner yang telah teruji validitas dan

reliabilitasnya kepada sampel.

Setelah angket kembali kepada peneliti, data dimasukkan dengan

melihat skor-skor setiap pertanyaan. Skala pen-skor-an untuk instrumen

penelitian ini dengan menggunakan skala likert yaitu skala yang digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok

tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan, 2007).

Dalam penelitian ini, variabel x yang digunakan ialah Pembuatan

Keputusan Kepala Madrasah, variabel x2 Partisipasi Guru dan variabel y

adalah Implementasi RKM, maka skala pengukurannya ialah sebagai

(38)

Tabel 3.9

Skala pengukuran Variabel

Klasifikasi Skor

Selalu (SL) 5

Sering (SR) 4

Kadang-kadang (KK) 3

Jarang (JR) 2

Tidak Pernah (TP) 1

4. Teknik Pengolahan Data

Langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Analisis Data Deskriptif

Analisis deskriptif dimaksudkan untuk melihat kecenderungan

distribusi frekuensi variabel dan menentukan tingkat ketercapaian

responden pada masing-masing variabel. Gambaran umum setiap

variabel digambarkan oleh skor rata-rata yang diperoleh dengan

menggunakan teknik Weighted Means Scored (MWS), sebagai

berikut:

̈

Keterangan:

̈ = skor rata-rata yang dicari

= jumlah skor gabungan (hasil kali frekuensi dengan bobot nilai

untuk setiap alternatif jawaban)

N= jumlah responden

Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan table 3.8 kriteria dan

(39)

Tabel 3.10

Kriteria Skor Rata-rata Variabel

Skor Kategori

4,26 – 5,00 Sangat Tinggi

3,51 – 4,25 Tinggi

2,76 – 3,50 Cukup

2,01 – 2,75 Kurang

0,00 – 2,00 Sangat Kurang

Sumber: diolah dari Sugiyono (2010)

b. Pengujian Persyaratan Analisis

Ada tiga syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan

analisis regresi, baik regresi linier sederhana maupun regresi ganda.

Persyaratan tersebut adalah syarat normalitas dan syarat kelinieran

regresi Y atas X

1) Uji Normalitas Distribusi Data

Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui dan

menentukan analisis dan menentukan apakah pengolahan data

menggunakan parametrik atau nonparametrik. Untuk data

parametrik, data yang dianalisis untuk berdistribusi normal,

sedangkan pengolahan data non parametrik data yang dianalisis

berdistribusi tidak normal. Pengujian ini bertujuan untuk ketiga

variabel penelitian tersebut memiliki penyebaran data yang

normal atau tidak. Uji normalitas data dapat dilakukan dengan

menggunakan program IBM SPSS 22 for windows, atau dapat

pula menggunakan rumus Chi Kuadrat.

X² −

Keterangan:

(40)

E₁= Frekuensi 2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians mengasumsikan bahwa skor-skor

variabel terikat (Y) yang berpasangan dengan setiap kelompok

skor variabel bebas (X) memiliki varians yang homogen.

Hipotesis

 Ho : tidak terdapat perbedaan variansi  Ha : terdapat perbedaan variansi. Dasar Pengambilan Keputusan

Dengan melihat angka probabilitas, dengan aturan:  Probabilitas Sig >0,05, maka Ho diterima.

Berarti tidak terdapat perbedaan variansi.  Probabilitas Sig < 0,05, maka Ho ditolak.

Berarti terdapat perbedaan variansi.

Jika hasil uji homogenitas dimana nilai signifikansi alpha

kurang dari 0,05 maka kesimpulan yang diambil adalah data tidak

homogen atau memiliki heterogenitas data sehingga pada

pengolahan selanjutnya untuk pengujian hipotesis dilakukan

secara parsial pada tiap-tiap kelompok data.

3) Uji Linearitas Data

Uji linearitas dalam penelitian ini diperlukan untuk

menganalisis apakah terdapat hubungan yang linier (garis lurus

atau searah) antara masing-masing varibel bebas dengan variabel

terikatnya. Uji linearitas dilakukan dengan uji kelinearan regresi

dengan uji-t. Pengujian linearitas data meliputi data

kepemimpinan partisipatif, komitmen organisasi, dan

implementasi renstra. Untuk melihat apakah ada hubungan linier

(41)

Ho: Tidak terdapat hubungan linear diantara variabel-variabel

yang diuji.

Ha: Terdapat hubungan linear diantara variabel-variabel yang

diuji

Adapun untuk kriteria pengujian hipotesis diatas adalah sebagai

berikut:

Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Uji linearistik dapat dilihat dari nilai signifikasi dari deviation of

linearity untuk XΌ terhadap Y serta X΍ terhadap Y. Apabila nilai

signifikasi > 0,05 dapat disimpulkan bahwa hubungannya bersifat

linier.

4) Uji Hipotesis

Tujuan dari uji hipotesis yaitu untuk mengetahui apakah

kesimpulan berakhir pada penerimaan atau penolakan. Adapun

cara-cara yang digunakan dalam uji hipotesis ini antara lain

menggunakan statistik nonparametrik dengan teknik Analisis

Korelasi Spearmen Rank (Rho).

Analisis korelasi spearmen rank merupakan teknik statistik

yang berusaha menemukan kekuatan hubungan antar variabel.

Analisis ini digunakan apabila variabel yang dihubungkan

berbentuk ordinal dan sumber data antar variabel tidak harus

sama (Sugiyono, 2013). Adapun rumus yang digunakan adalah:

Keterangan:

ρ = korelasi spearman (dibaca: rho) d = perbedaan peringkat

tes ini memiliki fungsi antara lain: (a) untuk mengetahui

(42)

koefisiensi korelasi; (c) mengetahui arah hubungan; (d) besarnya

kontribusi X terhadap Y (dalam persen).

Mencari koefisien korelasi antar variabel yang dijelaskan

sebagai berikut:

 Menguji hipotesis pengaruh Pembuatan Keputusan Kepala Madrasah (Xı) terhadap Implementasi Rencana Kegiatan

Madrasah/RKM (Y)

Pertama kali yang harus dilakukan menguji kolerasi antar

variabel, dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho : tidak terdapat pengaruh antara Pembuatan

Keputusan Kepala Madrasah terhadap

Implementasi Rencana Kegiatan Madrasah/RKM.

Ha : terdapat pengaruh antara Pembuatan Keputusan

Kepala Madrasah terhadap Implementasi

Rencana Kegiatan Madrasah/RKM

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan IBM SPSS

22 for Windows.

 Menguji hipotesis pengaruh Partisipasi guru (X2) terhadap

Implementasi Rencana Kegiatan Madrasah/RKM (Y)

Pertama kali yang harus dilakukan adalah menguji korelasi

antar variabel, dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho : tidak terdapat pengaruh antara Partisipasi guru

terhadap Implementasi Rencana Kegiatan

Madrasah/RKM

Ha : terdapat pengaruh antara Partisipasi guru

terhadap Implementasi Rencana Kegiatan

Madrasah/RKM

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan IBM SPSS 22 for

(43)

 Menguji hipotesis pengaruh Pembuatan Keputusan Kepala Madrasah (X₁) dan Partisipasi guru (X2) terhadap

Implementasi Rencana Kegiatan Madrasah/RKM (Y).

Pertama kali yang harus dilakukan adalah menguji kolerasi

antar variabel dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho : tidak terdapat pengaruh antara Pembuatan Keputusan

Kepala Madrasah dan Partisipasi guru terhadap

Implementasi Rencana Kegiatan Madrasah/RKM.

Ha : terdapat pengaruh antara Pembuatan Keputusan

Kepala Madrasah dan Partisipasi guru terhadap

Implementasi Rencana Kegiatan Madrasah/RKM.

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan IBM SPSS 22 for

windows.

Menafsirkan koefisien korelasi yang diperoleh dengan

menggunakan tabel sebagai berikut:

Tabel 3.10 Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,800 - 1,000 Sangat Tinggi

0,600 – 0,799 Tinggi

0,400 – 0,599 Cukup

0,200 - 0,399 Rendah

0,001- 0,199 Sangat Rendah

Mencari Koefisien determinasi yang dipergunakan

dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana kontribusi

yang diberikan variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y,

dengan rumus: KD= r² x 100%

Keterangan:

KD = Koefisien Determinasi yang dicari

(44)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Tesis ini telah membahas hasil penelitian mengenai implementasi rencana

kegiatan madrasah (RKM) di Kabupaten Bandung Barat. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk menganalisis besarnya pengaruh pembuatan keputusan kepala

madrasah dan partisipasi guru terhadap implementasi RKM.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil data yang telah dijelaskan pada Bab III dan Bab

IV melalui analisis teknik perhitungan Weighted Means Scored (WMS),

disimpulkan bahwa gambaran responden mengenai Pembuatan Keputusan

Kepala Madrasah (Variabel X1) di Kabupaten Bandung Barat, berdasarkan

empat dimensi yang diukur yakni: 1) identifikasi masalah; 2) pemilihan

alternatif; 3) identifikasi keputusan; dan 4) rekomendasi, sebesar 4,21 yang

berada dalam kategori Sangat Baik. Gambaran responden mengenai

Partisipasi Guru (Variabel X2) terdapat tiga dimensi penting yang diukur,

yakni 1) keterlibatan mental dan emosional; 2) kontribusi; dan 3)

tanggung jawab, yang mempunyai nilai rata-rata sebesar 3,90 termasuk

dalam kategori Baik. Kemudian, gambaran responden mengenai

Implementasi RKM (Variabel Y) diperoleh rata-rata nilai sebesar 4,12

yang termasuk dalam kategori sangat baik, dengan empat dimensi penting

yaitu: 1) program; 2) anggaran; 3) struktur; dan 4) proses.

Pada dasarnya, perumusan rencana kegiatan dilakukan oleh tim

penyusun yang terdiri dari civitas akademik sekolah/ madrasah. Setelah

perencanaan terbentuk, akan diimplementasikan oleh seluruh civitas

madrasah dan stakeholder sesuai dengan program yang tercantum dalam

RKM. Dengan demikian, setiap bentuk dan tujuan program RKM harus

(45)

Dalam hal ini, peran kepala madrasah dalam membuat kebijakan

pelaksanaan RKM dirumuskan sesuai skala prioritas program dan kegiatan

madrasah agar berjalan efektif dan efisien. Namun dalam menjalankan

tugasnya, kepala sekolah tidak dapat berdiri sendiri sehingga perlu adanya

dukungan dari berbagai pihak guna mewujudkan RKM yang telah

dirumuskan. Dalam hal ini, guru memiliki pengaruh dan kapasitas yang

sangat penting, bukan hanya memiliki tugas di kelas selama proses

pembelajaran dengan peserta didik saja. Guru adalah tulang punggung di

madrasah, hal ini dinilai karena guru memiliki kontribusi dan partisipasi

yang memiliki pengaruh yang besar seperti keterlibatan mental, emosional,

dan tanggung jawab yang besar terhadap keberhasilan sekolah/ madrasah.

Melalui dua faktor penting ini, maka implementasi RKM yang

telah dirumuskan akan berjalan dengan efektif dan efisien, karena terdapat

pemahaman dan kesamaan visi, misi dan tujuan yang baik antar civitas

madrasah. Dengan demikian, dari paparan tersebut dapat disimpulkan

bahwa implementasi program tahunan sebuah madrasah (RKM)

dipengaruhi oleh partisipasi guru dan pengambilan keputusan kepala

madrasah.

Dari penelitian ini dapat terlihat bagaimana kepala madrasah telah

melakukan tugasnya sebagai administrator. Kepala madrasah dalam

melakukan aktifitas pembuatan keputusan dilakukan secara terbuka dan

menghasilkan keputusan-keputusan untuk meningkatkan mutu madrasah

dengan didasarkan kepada kepentingan bersama. Prosedur-prosedur dalam

membuat keputusan pun dilakukan dengan baik.

Guru sebagai tulang punggung kegiatan di madrasah terlihat jelas

sangat baik. Guru ikut berpartisipasi dalam semua kegiatan yang telah

direncanakan secara sukarela, tanpa paksaan dengan mengoptimalkan

kemampuan dan keahliannya secara moril dan materil. Keterlibatan

emosinal dan rasional guru inilah yang menjadi poin penting dalam

(46)

B. IMPLIKASI

Tesis ini meneliti mengenai efektifitas implementasi RKM yang

dipengaruhi oleh dua variabel yang bebas. Variabel pembuatan keputusan

merupakan salah satu bagian dari faktor determinan kepemimpinan.

Begitu juga dengan partisipasi guru merupakan salah satu bagian dari

faktor determinan implikasi sumber daya. Dengan kata lain bahwa

penelitian ini lebih menspesifikan terhadap bagian tertentu sehingga tentu

akan berdampak positif terhadap peningkatan mutu pendidikan terutama di

madrasah. Implikasi yang dapat dihasilkan melalui penelitian ini ialah

diantaranya, bahwa kepala madrasah dapat termotivasi untuk mempelajari

dan menguasi gaya kepemimpinan dan dapat mengasah kembali

kemampuannya sebagai seorang pemimpin, terutama dalam membuat

keputusan. Implikasi yang lain ialah mendorong para guru untuk terus

meningkatkan kemampuan dan partisipasinya dalam seluruh program

kegiatan yang telah direncanakan baik oleh madrasah tersebut maupun

program yang telah direncanakan oleh pemerintah.

C. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian yang diperoleh dari

data-data di lapangan, terdapat beberapa rekomendasi antara lain:

1. Pada dasarnya kepala madrasah sebagai decision-maker memiliki

tanggung jawab dan wewenang yang penting terhadap proses

keputusan RKM yang merupakan rasionalisasi dari visi dan misi

serta tujuan pendidikan itu sendiri. Semakin baiknya Kepala

Madrasah dalam membuat keputusan serta memberdayakan seluruh

civitas madrasah akan diikuti oleh meningkatnya efektifitas

(47)

di lapangan menunjukkan bahwa keputusan kepala madrasah

memiliki pengaruh positif terhadap implementasi RKM. Namun

demikian, penting adanya pemikiran yang rasional dan konsisten

dari seorang pemimpin dalam merumuskan setiap kegiatan guna

memberikan alternatif yang tepat guna. Di sisi lain, kepala

madrasah tidak dapat menentukan arah keberhasilan pendidikan

secara mandiri, artinya perlu adanya peran serta dan kerja sama

dari berbagai pihak civitas madrasah guna mewujudkan tujuan

bersama. Hal ini akan memudahkan kepala madrasah dalam

mengidentifikasi dan merumuskan berbagai alternatif solusi secara

efektif dan efisien.

2. Guru sebagai tenaga profesional memiliki tugas dan kewajiban

yang dapat menentukan kualitas pendidikan di sekolah/ madrasah.

Berdasarkan data temuan di lapangan menunjukkan bahwa terdapat

tiga dimensi penting dalam menilai partisipasi guru, yaitu 1)

keterlibatan mental dan emosional; 2) kontribusi; dan 3) tanggung

jawab memiliki pengaruh terhadap implementasi RKM. Namun

demikian, guru memerlukan pembinaan dan pemahaman yang baik

guna meningkatkan kemampuan dan keterampilannya karena guru

memiliki input yang besar dalam menentukan kualitas madrasah.

Dalam hal ini, guru dituntut untuk sense of belonging (rasa

memiliki) yang secara sadar dimiliki oleh setiap guru untuk mampu

memberikan kontribusi dan keterlibatan yang baik semata-mata

untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah.

3. Mutu pendidikan dikatakan baik jika sesuai kebutuhan pelanggan.

Guna memenuhi kebutuhan tersebut, madrasah merumuskan

berbagi strategi dan program kerja sebagai wujud dari visi, misi

dan tujuan madrasah. Berdasarkan hasil temuan di lapangan

menunjukkan bahwa terdapat empat dimensi dalam menilai

implementasi RKM yaitu, 1) program; 2) anggaran; 3)struktur dan;

Gambar

Tabel 3.1 Populasi Madrasah Aliyah Swasta Kab. Bandung Barat
Tabel 3.2 Sample Penelitian
Tabel 3.4  Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Variabel X
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan informasi dari paragraf  s/d , carilah kata yang sama artinya dengan kata-kata di..

Hipotesa dalam proses penelitian ini adalah bahwa Tektonika Eklektik sebagai titik tinjau aspek konstruksi campuran pada detail sambungannya dan Estetika Simbiosis nya

Kemajuan teknologi dewasa ini dan di masa-masa yang akan datang terutama di bidang informasi dan komunikasi telah menyebabkan dunia ini menjadi sempit

nya Komputer dengan Perangkatnya dalam Proses Pembelajaran Bagi Siswa Hasil wawancara dengan kepala sekolah terungkap bahwa dampak positif yang dirasa- kan oleh siswa

○ Hussein Nassar and Hitoshi Mitomo, “Empirical Analysis of User Adoption of Mobile Virtual Network Operator Service: A Case Study in Saudi Arabia”, Studies in Regional Science

Hal ini merupakan salah satu penyebab mata cepat lelah (Depkes, 2008). Berdasarkan observasi sebelum penelitian pada tangal 15 Maret 2009 yang dilakukan di RSUD Kabupaten

Sistem pendistribusian perusahaan pada saat ini belum memberikan sebuah perencanaan atau gambaran untuk permintaan pada masa yang akan datang, sehingga permintaan

Tentu jika jantung harus berdenyut berdasarkan perintahmu, saat kamu tertidur jantung akan berhenti berdenyut sehingga tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh.. Hal