RENCANA KEGIATAN MADRASAH
DI MADRASAH ALIYAH SWASTA SE-KABUPATEN BANDUNG BARAT
Tesis
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi Perencanaan
Oleh:
ENJANG ARIS SOMANTRI 1202157
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
ENJANG ARIS SOMANTRI/ 1202157
PENGARUH PEMBUATAN KEPUTUSAN KEPALA MADRASAH DAN PARTISIPASI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI
RENCANA KEGIATAN MADRASAH
DI MADRASAH ALIYAH SWASTA SE-KABUPATEN BANDUNG BARAT
disetujui dan disahkan Oleh:
Pembimbing I
Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd . NIP: 19700524199402 2 001
Pembimbing II
Dr. Dedy Achmad Kurniady, M.Pd. NIP. 197106092005011001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana
Dengan ini Saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengaruh Pembuatan Keputusan Kepala Madrasah dan Partisipasi Guru Terhadap Implementasi RKM di Ma Swasta se-Kabupaten Bandung Barat” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya Saya sendiri, dan Saya tidak melakukan plagiat atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika dan keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, Saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada
saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya
Saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya Saya ini.
Bandung, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan
PENGARUH PEMBUATAN KEPUTUSAN KEPALA MADRASAH DAN PARTISIPASI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI RENCANA
KEGIATAN MADRASAH DI MADRASAH
Enjang Aris Somantri/1202157
ABSTRAK
Madrasah aliyah sudah tentu memiliki rencana strategis pengembangan madrasah. Rencana tersebut kemudian dijabarkan dalam rencana kegiatan madrasah untuk masa satu tahun. Rencana kegiatan tersebut dapat berjalan efektif apabila faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat dikelola dengan baik yaitu diantaranya: gaya dan kemampuan pemimpin; sumber daya manusia, fisik, dan keuangan; kebijakan; komitmen dan motivasi dari seluruh stakeholder; dan struktur yang sesuai dengan program yang akan dilaksanakan. Permasalahan yang ingin diteliti ialah “apakah Pembuatan Keputusan Kepala Madrasah dan Partisipasi Guru berpengaruh terhadap Implementasi Rencana Kegiatan Madrasah (RKM) dan seberapa besar pengaruhnya tersebut?” Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui perkembangan efektifitas implementasi RKM dan mengetahui sejauh mana pengaruh pembuatan keputusan kepala madrasah dan partisipasi guru baik secara parsial maupun simultan terhadap efektifitas implementasi RKM. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan instrumen angket. Populasi yang menjadi subjek penelitian ini berjumlah 61 madrasah aliyah swasta yang tersebar di wilayah Kabupaten Bandung Barat. Hasil penelitia ini menunjukkan bahwa pembuatan keputusan kepala madrasah memiliki pengaruh terhadap implementasi RKM dan paritipasi guru memiliki pengaruh terhadap implementasi RKM. pembuatan keputusan kepala madrasah dan paritipasi guru secara simultan memiliki pengaruh terhadap implementasi RKM. Peran kepala madrasah dalam membuat kebijakan pelaksanaan RKM dirumuskan sesuai skala prioritas program dan kegiatan madrasah agar berjalan efektif dan efisien. Namun, kepala sekolah tidak dapat berdiri sendiri sehingga perlu adanya dukungan guna mewujudkan RKM yang telah dirumuskan. Dalam hal ini, guru memiliki pengaruh dan kapasitas yang sangat penting karena guru adalah tulang punggung di madrasah.
Enjang Aris Somantri, 2015
THE INFLUENCE OF DECISION MAKING HEAD OF MADRASA AND PARTICIPATIONS OF TEACHER FOR
IMPLEMENTATION OF ACTIVITY PLAN IN PRIVATE MADRASA ALIYAH IN THE DISTRICT OF BANDUNG BARAT
Enjang Aris Somantri/1202157
ABSTRACT
Madrasa Aliyah has a strategic plan for development of madrasa. The plan is translated into action plans for a period of one year. The action plan can be effective if the factors that influence it can be managed properly. The factors are: leadership style, leadership capability, human resource, physical, finance, policy, commitment and motivation from stakeholder, and suitable structure corresponding to implemented program. Issues to be observed is “wheter decision making head of madrasa and participations of teacher influence on implementation activity plan in madrasa (RKM) and how much influence it?”. The purpose of this study was to determine the development of effective implementation of RKM and to determine the influence of decision making head of madrasa and participation of teacher either partialy or simultaneously towards effectiveness implementation of RKM. This study uses a quantitative approach using questionnaires. Population is the subject of this study amounted to 61 private madrasa aliyah scattered in the district of Bandung Barat. The results showed that decision-making head of madrasa has an influence on the implementation of RKM, and participation of teacher has an influence on the implementation of RKM. Decisions making of head of madrasa and participation teacher simultaneously have an influence on the implementation of RKM. Head of madrasa role in making policy implementation RKM formulated according to priority programs for activities of the madrasas in order to run an effective and efficient. Howefer the head of madrasa can not stand alone without support in order to realize RKM, which has been formulated. In this case, teachers have an influence and teacher have an important capacity to support it.
SURAT PERNYATAAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH... iv
ABSTRAK ... vi
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 6
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 9
D. Tujuan Penelitian ... 9
E. Manfaat Penelitian ... 10
F. Struktur Organisasi Tesis ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka ... 12
1. Perkembangan Madrasah dalam Sistem Pendidikan Indonesia .. 12
2. Implementasi RKM ... 18
3. Pengambilan Keputusan Kepala Madrasah ... 38
4. Partisipasi Guru ... 47
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 63
1. Populasi Penelitian ... 63
2. Sampel Penelitian ... 66
C. Definisi Operasional Variabel... 69
D. Instrumen Penelitian ... 70
E. Prosedur Penelitian ... 73
1. Persiapan ... 73
Enjang Aris Somantri, 2015
PENGARUH PEMBUATAN KEPUTUSAN KEPALA MADRASAH DAN PARTISIPASI GURU TERHADAP
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 87
A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 87
1. Pengolahan dan Penyajian Data ... 88
2. Deskripsi Umum Skor Responden Berdasarkan Perhitungan Rata-Rata (Weight Means Score) ... 89
3. Pengujian Persyaratan Analisis ... 103
4. Interpretasi Hasil Pengolahan Data ... 114
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 115
1. Analisis Deskrispi Penelitian ... 115
2. Analisis Pengolahan Data ... 127
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 133
A. Kesimpulan ... 133
B. Implikasi ... 134
C. Rekomendasi ... 135
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kebijakan nasional tentang pendidikan, mengklasifikasikan
pengelolaan sekolah/perguruan tinggi ke dalam dua kamar, yaitu
untuk sekolah/perguruan tinggi umum berada di bawah Kementerian
Pendidikan Nasional sedangkan sekolah/madrasah/perguruan tinggi agama
berada di bawah Kementerian Agama. Karena anggaran, kebijakan dan
manajemen kedua kementerian tersebut berbeda maka dalam waktu
yang relatif lama hal ini berdampak pada terjadinya kesenjangan antara
sekolah yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan Nasional dengan
sekolah yang dikelola oleh Kementerian Agama. Hal ini juga berdampak
luas pada sistem dari sekolah yang dikelola oleh dua kementerian tersebut.
Secara garis Besar kita bisa meyakini bahwa niat pendirian Madrasah
Aliyah (MA) sebagai Sekolah setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)
adalah baik karena bercita-cita menyeimbangkan pendidikan umum
dengan pendidikan agama. Hal ini tergambar dari jenis mata pelajaran
yang ada di MA saat awal berdirinya hingga sekarang ini. Selaku lembaga
pendidikan yang bercirikan khas Islam, madrasah seharusnya mampu
memainkan peran strategis berkenaan dengan cita-cita pendidikan
nasional.
Suatu tantangan yang besar di hadapi sekolah sebagai unit satuan
pendidikan adalah meningkatkan kualitas hasil lulusan atau out put,
kualitas penampilan dan kualitas pelayanan sehingga kepala sekolah dalam
memainkan fungsi dan perannya harus mampu membuat sekolah dapat
persaingan kualitas tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas dan
produktifitas manajeman.
Di era global ini manajemen tradisional dalam pengelolaan sekolah
tidak akan mampu bertahan terhadap dampak dari globalisasi itu sendiri
serta paradigma yang begitu cepat berubah dan berkembang. Perubahan
memang merupakan suatu kunci untuk bertahan dalam suatu persaingan
namun demikian perubahan yang terjadi bukanlan sesuatu yang terjadi
secara kebetulan saja akan tetapi harus direncanakan, minimal di
konsultasikan atau dipikirkan karena perubahan itu juga tidak bejalan
begitu saja oleh karena itu perubahan perlu di kelola dengan baik. Sekolah
tidak dapat menghindari hambatan atau perlunya melakukan perubahan.
Mutu pendidikan SMA dan MA dibawah naungan pemerintah
dirasakan sangat berbeda. Surahman Hidayat, Wakil Ketua Komisi VIII
DPR dari Fraksi PKS menilai, kualitas madrasah harus selalu ditingkatkan,
agar mutu, relevansi, dan daya saing madrasah semakin meningkat setiap
tahunnya. Citra yang selama ini berkembang, mutu madrasah lebih rendah
dari sekolah umum, walaupun sebagian madrasah kualitasnya tidak kalah
dibanding lembaga pendidikan umum. Meskipun juga banyak kita
dapatkan beberapa madrasah yang dikelola oleh masyarakat dari segi
prestasinya jauh lebih bagus dibandingkan dengan sekolah-sekolah negeri.
Madrasah Aliyah yang berada di bawah naungan Kementrian
Agama seyogyanya memiliki sebuah rencana strategis (renstra) yang dapat
menciptakan pendidikan yang bermutu dan berkualitas. Prof. Harry
Tomlison (Fidler, 2002) mengungkapkan bahwa pengembangan sekolah
dan perencanaan perbaikan sebaiknya diselaraskan melalui sebuah strategi.
Hal ini sesuai dengan sistem pendidikan nasional yaitu bahwa sebuah
sekolah harus memiliki rencana strategis yang diperjelas melalui Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Pasal 19 ayat (3) yang menyebutkan
bahwa setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Adanya
peraturan yang dibuat oleh pemerintah tersebut dalam perencanaan
strategis pendidikan merupakan sebuah kewajaran, karena hal tersebut
sudah menjadi program PBB di dunia. Sebagaimana yang dipaparkan
Program Spesialis, Divisi Strategi Pendidikan dan Peningkatan Kapasitas,
Bidang Pendidikan, UNESCO, Gwang-Chol Chang “Countries and
agencies have been engaged in planning and managing the development
of education systems more and more strategically...” (2008, hlm. 1).
Perencanaan strategis untuk tingkat sekolah disebut dengan
Rencana Kerja Sekolah/Madrasah sebagaimana dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 19 Tahun 2007 disebutkan bahwa
Sekolah/Madrasah membuat: (1) rencana kerja jangka menengah yang
menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat
tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan
perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan; (2)
rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) dilaksanakan berdasarkan
rencana jangka menengah.
Hasil observasi di Kementrian Agama Kabupaten Bandung Barat,
Kepala Seksi Madrasah Kementrian Agama Kabupaten Bandung Barat,
drs. H. Abdur Rohim, M.Si., ditemukan bahwa setiap MA telah memiliki
renstra dan RKM dalam peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan.
Namun, sangat disayangkan, pelaksanaan renstra dan RKM belum begitu
optimal. Hal ini dikarenakan sebagian MA masih menganggap renstra
tersebut hanya sebuah kelengkapan dokumen saja. Padahal renstra yang
dijabarkan melalui RKM merupakan acuan yang harus diikuti dalam
resntra tersebut. Sebagaimana dikemukanan Bryson (dalam Courtney,
2002, hlm. 211) bahwa “Creating a strategic plan is not enough.
Developing effective programs, projects, action plans, budgets, and
implementation processes will bring life to strategies and create value for
the organization (or cummunity) and its stakeholders.” Hal senada
diungkapkan oleh Certo, dkk. (1994, hlm. 111) yaitu bahwa “The success
of an organization depends on how effectively it implements strategies.”
Jadi keberhasilan sebuah organisasi bukan hanya dilihat dari bagus
tidaknya perencanaanya melainkan dilihat pula bagaimana strategi yang
dibuat tersebut dapat diterapkan dan dilaksanakan secara efektif. Dalam
sudut pandang Scott Eacott (2008) strategi harus dapat ditampilkan dengan
keterlibatan kepala madrasah dalam konteks pengaturan di lapangan.
Pelaksanaan sebuah program akan berjalan dengan baik apabila
ditunjang oleh faktor yang mempengaruhinya. Diantara
faktor-faktor tersebut ialah Resource implications (Implikasi sumber daya);
Monitoring; Rolling operational plan (Perputaran rencana operasional);
Managing individual performance (Kemampuan memanaj individual);
Commitment and motivation (Komitmen dan motivasi); dan Structure
(struktur organisasi), Cortney (2002); Al Khafaji (2003).
Dari faktor-faktor di atas, dapat dilihat bahwa setidaknya ada dua
hal yang perlu dipersiapkan dalam melaksanakan sebuah program yaitu
kepemimpinan dan Sumber Daya. Kepala madrasah sebagai penentu
kebijakan program yang akan dilakukan seyogyanya mampu membuat
sebuah keputusan yang baik dimana program yang dibuat harus mampu
mewadahi dan mengoptimalkan seluruh potensi yang ada di madrasah
tersebut. Sagala mengungkapkan dalam bukunya, Keberhasilan sebenarnya
suatu kinerja adalah kemampuan mengelola sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan serta dapat mempertahankan pencapaian tingkat operasi
Dalam menentukan strategi, baik untuk organisasi yang memiliki
arah dan sasaran yang tertulis maupun yang tidak, perlu memperhatikan
berbagai hal, termasuk kemampuan SDM dan anggaran (Sagala, 2013,
hlm. 132). Dalam hal SDM, dua pilar penting dalam pelaksanaan
pendidikan di madrasah ialah kepala madrasah sebagai penentu kebijakan
dan guru sebagai pelaksana kebijakan tersebut.
Kepala Madrasah sebagai penentu kebijakan renstra/RKM yang
akan di laksanakan setiap tahunnya dalam 4 tahun masa kerjanya harus
mampu melihat isu-isu yang muncul dan berkembang dalam pendidikan.
Seperti dalam perspektif The Wallace Foundation (2013, hlm. 5)
“...principal leadership among the most pressing matters on a list of issues in public school education.” Untuk itu, perlu kemampuan yang baik dari
kepala madrasah dalam membuat keputusan kegiatan mana yang
diperlukan untuk setiap tahunnya.
Namun disisi lain, tidak semua kepala madrasah memiliki
kemampuan dalam bidang manajemen terutama teknik pengambilan
keputusan. Hal ini berdasarkan pada Permendiknas No. 28 Tahun 2010
yang menyebutkan bahwa guru dapat diberi tugas tambahan sebagai
kepala sekolah/madrasah untuk memimpin dan mengelola
sekolah/madrasah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Walaupun
dalam poin selanjutnya disebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan
kualitas kepala sekolah/madrasah perlu dilakukan pendidikan dan
pelatihan calon kepala sekolah/madrasah serta sertifikasi kompetensi dan
penilaian kinerja kepala sekolah/madrasah, namun hal tersebut hanya
berlaku untuk sekolah negeri dan belum dapat sepenuhnya diterapakan
untuk madrasah swasta.
Kunci keberhasilan lain dari pelaksanaan sebuah renstra/RKM
tentu dapat berjalan dengan baik sesuai tujuan renstra tersebut. Guru
sebagai salah satu stakeholder madrasah perlu dilibatkan dalam berbagai
aktifitas madrasah. Sebagaimana yang diungkapan Newcombe “in some
schools some teachers are required to attend many meetings...” (2001,
hlm. 2). Hal ini pun diungkapkan oleh Eacott, “...however what is
important, is the meaningful involment of key stakeholder,” (2008, hlm.
361).
Dalam mengimplementasikan strategi, kemampuan kepala
madrasah dan personal madrasah lainnya merupakan hal yang sangat
penting dalam kaitannya dengan skill kepala madrasah sebagai pemimpin
dan guru sebagai tenaga profesional yang bertanggung jawab terhadap
kemajuan belajar peserta didik (Sagala, 2013).
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
bagaimana implementasi program tahunan sebuah madrasah yang
dipengaruhi oleh partisipasi guru dan pengambilan keputusan kepala
madrasah.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Sebagaimana disebutkan dalam latar belakang di atas, bahwa
implementasi sebuah program strategis dapat berhasil apabila ditunjang
oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu diantaranya: (1) Implikasi
sumber Daya. Sumber daya yang dimaksud ialah berupa sumber daya
fisik, manusia, sistem dan prosedur dan keuangan. (2) Monitoring.
Monitoring sangat diperlukan dalam sebuah aksi rencana strategi. Hal ini
ditujukan agar tidak ada tujuan yang tidak tercapai. (3) Pergantian
Rencana Operasional. Pergantian ini dimaksudkan agar visi dan misi
madrasah dapat tercapai. Rencana operasional didasarkan pada tujuan
yang telah dibuat dengan konsep SMART (Specific and Stretching,
Measureable and Motivating, Achievable and Agreed, Realistic and
Dalam melaksanakan aksi sebuah rencana, kepala dan bawahannya harus
memiliki kemampuan manajerial. Performa yang baik ini termasuk
strategic and operational planning cycles (Courtney, 2002). (5) Komitmen
dan Motivasi. Sebuah implementasi strategi besar kemungkinan akan
tercapai jika ditunjang dengan komitmen dan motivasi yang tinggi dari
seluruh stakeholder madrasah. (6) Kebijakan. Kebijakan yang dimaksud
ialah yang diambil baik oleh kepala madrasah itu sendiri atau pun
kebijakan yang datang dari pemerintah pusat dan daerah. (7) Budaya
Madrasah. Budaya madrasah yang baik tentu akan menunjang
pelaksanaan rencana strategi dengan baik. (8) Struktur Organisasi. Dalam
sebuah implementasi strategi, diperlukan sebuah struktur yang sesuai agar
setiap rencana dapat dilaksanakan. (9) Reward System. Penghargaan
kepada individu yang telah melaksanakan rencana strategi dengan baik
dapat meningkatkan motivasi individu tersebut untuk lebih baik lagi. (10)
Leadership. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor krusial dalam
sebuah implementasi rencana strategi. Kemampuan pemimpin yang baik
akan dapat mengantarkan seluruh stakeholder kepada tujuan organisasi.
Kemampuan yang dimaksud diantaranya kemampuan berkomunikasi,
pengambilan keputusan, manajerial, dan kemampuan lainnya.
Berikut bagan mengenai faktor-faktor keberhasilan implementasi
Diagram 1.1
Identifikasi Masalah Keberhasilan Implementasi RKM.
Diadopsi dari Roger Courtney (2002) dan Al-Khafaji (2003).
Implementasi
Sumber daya fisik, berupa bangunan, kendaraan,
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi tersebut di atas, peneliti merumuskan
permasalahan penelitian ini, “Apakah Pembuatan Keputusan Kepala
Madrasah dan Partisipasi Guru berpengaruh terhadap Implementasi
Rencana Kegiatan Madrasah (RKM)?” Adapun yang menjadi pertanyaan
penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Apakah implementasi RKM di MAS se-Kab. Bandung Barat berjalan
secara efektif?
2. Apakah pembuatan keputusan kepala madrasah di Kab. Bandung
Barat sudah baik?
3. Apakah partisipasi guru di MAS se-Kab. Bandung Barat sudah baik?
4. Apakah pembuatan keputusan kepala madrasah secara parsial
berpengaruh terhadap implementasi RKM MAS se-Kab. Bandung
Barat?
5. Apakah partisipasi guru secara parsial berpengaruh terhadap
implementasi RKM MAS se-Kab. Bandung Barat?
6. Apakah pembuatan keputusan kepala madrasah dan partisipasi guru
secara simultan berpengaruh terhadap implementasi RKM MAS
se-Kab. Bandung Barat?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini ialah:
1. Mengetahui perkembangan proses implementasi program strategis
tahunan (RKM) di MAS se-Kabupaten Bandung Barat.
2. Mengetahui gambaran mengenai pembuatan keputusan kepala
madrasah di MAS se-Kabupaten Bandung Barat.
3. Mengetahui gambaran mengenai partisipasi guru di MAS
4. Mengetahui seberapa besar pengaruh pembuatan keputusan kepala
madrasah terhadap implementasi RKM di MAS se-Kabupaten
Bandung Barat.
5. Mengetahui seberapa besar pengaruh partisipasi guru terhadap
implementasi RKM di MAS se-Kabupaten Bandung Barat.
6. Mengetahui seberapa besar pengaruh pembuatan kepeutusan kepala
madrasah dan partisipasi guru terhadap implementasi RKM di MAS
se-Kabupaten Bandung Barat.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat :
1. Sebagai bahan kajian untuk mengembangkan konsep-konsep keilmuan
administrasi pendidikan terutama mengenai konsep-konsep tentang
Pembuatan Keputusan, Patisipasi Guru dan Implementasi Rencana
Kegiatan Madrasah.
2. Bagi madrasah, bahwa hasil penelitian ini memberikan gambaran
tentang pentingnya proses implementasi sebuah rencana tahunan
madrasah.
3. Bagi kepala madrasah, penelitian ini dapat dijadikan acuan mengenai
pentingnya proses pembuatan keputusan oleh kepala madrasah agar
organisasi madrasah dapat mencapai tujuannya.
4. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi
kementrian agama seksi madrasah KBB dalam menjalankan program
yang telah dibuat.
5. Bagi masyarakat umum, penelitian ini memberikan gambaran tentang
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap implementasi RKM yang
efektif.
F. Struktur Organisasi Tesis
Tesis ini akan disajikan dalam lima bab, sebagai berikut:
Bagian ini memaparkan latar belakang penelitian, identifikasi dan
perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
struktur organisasi tesis.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Teori, konsep, dan hasil penelitian sebelumnya yang relevan
dipaparkan dalam bab ini. Secara umum, bab ini berisi penjelasan tentang
Perkembangan Madrasah dalam Sistem Pendidikan Nasional, Konsep
Dasar Implementasi Rencana Kegiatan Madrasah, Konsep Dasar
Pembuatan Keputusan, Konsep Dasar Partisipasi Guru, Kerangka
Pemikiran Penelitian, dan Hipotesis Penelitian
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini memberikan penjelasan yang rinci tentang metode
penelitian populasi penelitian, definisi operasional penelitian, instrumen
penelitian, prosedur penelitian, dan teknik pengumpulan data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang deskripsi hasil penelitian dimana data yang
diperoleh tersebut akan dianalisis secara statistik dan dikomparasikan
dengan kajian pustaka.
BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan beberapa rekomendasi yang
didasarkan pada hasil analisis di bab empat.
DAFTAR PUSTAKA
Pustaka yang relevan dengan penelitian disusun di bagian ini.
LAMPIRAN
Bagian ini menyajikan beberapa lampiran penting yang terkait dengan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. LOKASI & METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Lokasi pelaksanaan penelitian ini ialah di Kabupaten Bandung Barat
Propinsi Jawa Barat dengan subjek penelitian adalah Madrasah Aliyah
Swasta yang berjumlah 61 madrasah dan tersebar di 16 Kecamatan.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan
kuantitatif diartikan Sugiyono (2013, hlm. 8) sebagai metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006, hlm. 160). Penelitian
ini menggunakan metode survei. Metode survei adalah metode penelitian
yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama untuk
mengumpulkan data (Sugiyono, 2010). Gall dalam Rahman (2014, hlm. 55) menyatakan hal serupa, yaitu, “survey research, the use of questionnaires or interviews to collect data about the characteristics, experiences, knowledge,
or opinions of a sample or a population.” Penelitian survey menggunakan
kuesioner atau interview untuk mengumpulkan data tentang karakteristik,
pengalaman, pengetahuan, atau pendapat dari sampel atau populasi tertentu.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
Peneleitian kuantitatif memiliki konsep kunci yang dinamakan
peubah (variable). Peubah ini harus diidentifikasi dan didefinisikan sampai
ke tingkat operasional sehingga dapat diukur (Furqon, 2011). Variabel yang
ada dalam penelitian ini terdiri atas variabel terikat (dependent) dan variabel
bebas (independent).
B. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
1. Populasi Penelitian
Menurut Schumacher (1997, hlm. 246) populasi adalah “sekelompok elemen atau kasus, baik itu individual, objek, atau peristiwa, yang berhubungan dengan kriteria spesifik dan merupakan sesuatu yang
menjadi target generalisasi dari penelitian.” Menurut Sugiyono (2010, hlm. 90) populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Sedangkan menurut Arikunto, populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (2006,
hlm. 130).
Populasi penelitian ini ialah Madrasah Aliyah Swasta se-Kabupaten
Bandung Barat. Berdasarkan data EMIS Madrasah Kementrian Agama
Kabupaten Bandung Barat tahun 2013-2014 sebanyak 61 madrasah. Dari
populasi tersebut yang terakreditasi A sebanyak 10 madrasah; akreditasi B
sebanyak 21 madrasah; akreditasi C sebanyak 2 madrasah; dan 28
madrasah belum terakreditasi.
Berikut ini populasi madrasah yang akan dijadikan sebagai subjek
penelitian.
Tabel 3.1
Populasi Madrasah Aliyah Swasta Kab. Bandung Barat
NO Nama Madrasah Akreditasi Kecamatan
4 Al-Luthfah A Cililin
5 Arafah A Cililin
6 YI-Rajamandala A Cipatat
7 Muslimin Cipeundeuy A Cipeundeuy
8 YPI Darul Fikri A Cipongkor
9 Persis Padalarang A Padalarang
10 YPI Nurul Huda A Sindangkerta
11 Nurul Hidayah B Batujajar
12 Al-Muhajirin B Cihampelas
13 Madani B Cihampelas
21 Muslimin Cijenuk B Cipongkor
22 Bina Insani B Cisarua
23 Darul Inayah B Cisarua
24 Yabis Pasirlangu B Cisarua
25 Al-Qomariyah B Gununghalu
26 Muslimin Celak B Gununghalu
27 Darul Ulum B Padalarang
28 Uswatun Hasanah B Padalarang
29 Az-Zahra B Parongpong
30 Muslimin Peusing B Sindangkerta
31 An-Nur B Cikalong Wetan
32 Yahisha C Cihampelas
33 Ishlahul Aqidah C Cikalong Wetan
34 Muslimin Jati Belum Saguling
35 Al-Fatah Belum Gununghalu
36 Al-Huda Belum Gununghalu
37 Nurul Hidayah Belum Padalarang
38 Nurul Iman Belum Sindangkerta
39 Al-Mubarok Belum Sindangkerta
40 Darul Iman Sukaresmi Belum Rongga
41 Nurul Barokah Belum Cipatat
43 Darul Falah Belum Cipeundeuy
44 Cikande Belum Saguling
45 Al-Barry Belum Cikalong Wetan
46 Anwarurrohman Belum Cipongkor
47 Ar-Rochmah Belum Lembang
48 Mathla`ul Anwar Belum Cihampelas
49 Atsauri Belum Sindangkerta
50 Al-Hidayah Belum Gununghalu
51 Terpadu Al-Huda Belum Cililin
52 Tanjungjaya Belum Cihampelas
53 Al-Mu`awanah Belum Ngamprah
54 Assakinah Belum Ngamprah
55 Al-Ittihad Belum Batujajar
56 Terpadu Daarul Ahkaam Belum Cipongkor
57 Cahaya Harapan Belum Cisarua
58 Al-Barqunnajah Belum Cipongkor
59 Al-Qur`an Al-Amanah Belum Lembang 60 Al-Fadillah Cipatat Belum Cipatat
61 Miftahul `Ulum Belum Cipatat
Penelitian ini merupakan penelitian organisasi dimana unsur yang
dijadikan sebagai variabel dependent-nya ialah implementasi Rencana
Kegiatan Madrasah.
Proses implementasi RKM berhubungan dengan kemampuan
madrasah tersebut dalam pelaksanaan RKM dan tentu saja akan
berbeda-beda antara madrasah yang telah terakreditasi dengan madrasah yang
belum terakreditasi. Karena salah satu komponen penilaian akreditasi ialah
Renstra madrasah yang dijabarkan dalam RKM sebagai program tahunan
madrasah.
Selain variabel dependent, variabel independentnya merupakan
unsur-unsur yang terkait dengan implementasi yaitu kepala madrasah
sebagai manajer puncak untuk satuan pendidikan dan guru sebagai
guru yang akan diteliti ialah partisipasinya (X2) dalam proses
implementasi RKM tersebut.
Jumlah guru yang terdata dalam database Kementrian Agama
Kabupaten Bandung Barat sebanyak 684 orang. Dari seluruh populasi guru
tersebut hanya 24 orang yang telah diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil,
dan sisanya sebanyak 660 orang masih berstatus Tenaga Honorer dan
Tenaga Tetap Yayasan.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2006, hlm. 131). Sampel harus merepresentatifkan kondisi populasi yang
akan dijadikan objek penelitian (Sugiyono, 2010; Cohen dkk., 2007).
Sugiyono menambahkan bahwa jika populasi besar, peneliti cukup
memilih beberapa sampel yang akan dijadikan objek penelitian karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu. Cohen dkk. menegaskan (2007, hlm.
101) bahwa banyaknya sampel yang diambil dari sebuah populasi tidak
berarti bahwa penelitian akan menjadi lebih baik tetapi hal tersebut hanya
menambah kemungkinan dalam memberikan reliabilitas yang terbaik.
Mengenai jumlah sampel yang harus digunakan dalam penelitian,
Cohen dkk. (2007, hlm. 101) mengatakan, “a sample size of thirty is held
by many to be the minimum number of cases if researchers plan to use
some from of statistical analysis on their data, though this is a very small
number and we would advise very considerablely more.” Ukuran sampel
dengan jumlah 30 merupakan jumlah minimum yang dapat digunakan
seorang peneliti walaupun sebaiknya jumlah tersebut ditambah.
Teknik penentuan sampel dari sebuah populasi dapat dilakukan
dengan beberapa macam (Sugiyono, 2010a, 2013b; Cohen dkk., 2007;
Schumacher, 1997), yaitu diantaranya:
1. Probability sampling, yaitu sebjek diturunkan dari sebuah populasi
dimana probabilitas pemilihan anggotanya diketahui. Teknik ini terdiri
dari: simple random, proportionate stratified random, disproportionate
2. Non-Probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana
seluruh anggota populasi tidak memiliki probabilitas yang sama.
Teknik ini terdiri dari: sistematic sampling, quota sampling, accidental
or convenience sampling, multi-phase sampling or purposive
sampling, sampling jenuh, snowball sampling.
Melihat arah penelitian dan berdasarkan ungkapan Cohen tersebut
di atas, maka sampel yang akan diambil ialah sebanyak 30 lembaga
dengan asumsi bahwa jumlah tersebut merupakan 50% dari total populasi
lembaga dan diasumsikan jumlah sampel tersebut dapat mewakili seluruh
populasi.
Dalam menentukan madrasah yang akan dimasukkan ke dalam
sampel penelitian, maka digunakan teknik proportional stratified random
sampling. Hal ini dikarenakan jumlah madrasah untuk setiap akreditasi
berbeda-beda jumlahnya namun memiliki kemungkinan yang sama untuk
dijadikan sampel (Sugiyono, 2013, hlm. 138). Selain itu, Arikunto
menegaskan bahwa pabila peneliti berpendapat bahwa populasi terbagi
terbagi atas tingkatan-tingkatan atau strata, maka pengambilan sampel
tidak boleh dilakukan hanya secara simpel acak (2006, hlm. 138).
Untuk itu, sampel ditentukan berdasarkan kelompok akreditasinya
dengan menggunakan rumus:
Keterangan :
s = Jumlah sampel setiap unit secara proporsional
n = Jumlah masing-masing unit populasi
N = Jumlah Populasi
S = Jumlah seluruh sampel yang didapat
Berdasarkan rumus di atas, maka sampel untuk masing-masing
Tabel 3.2
Jumlah 61 madrasah 30 madrasah
Madrasah-madrasah yang akan dijadikan sampel berdasarkan
perhitungan di atas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
3 C 16 MAS Yahisha 1 10 3 4
4 Belum
17 MAS AL-Barqunnajah 1 2 1 2
18 MAS Al-Fatah 1 17 5 6
19 MAS Al-Ittihad 1 10 3 4
20 MAS Al-Mu'awanah 1 9 3 4
21 MAS Al-Mubarok 1 10 3 4
22 MAS Assakinah 1 12 4 5
23 MAS Atsauri 1 11 3 4
24 MAS Darul Falah 1 7 2 3
25 MAS Mathla'ul Anwar 1 6 2 3
26 MAS Nurul Hidayah Pdlrg 1 3 1 2
27 MAS Nurul Iman 1 13 4 5
28 MAS Tanjung Jaya 1 15 5 6
29 MAS Terpadu Al-Huda 1 14 4 5
30 MAS Terpadu Darul Ahkam 1 7 2 3
Jumlah 30 341 101 131
C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi
misalnya jenis kelamin, berat badan, dan sebagainya (Arikunto, 2006). Lebih
jauh Kerlinger mengemukakan bahwa variabel ialah sebuah konsep untuk
dijadikan penelitian (Arikunto, 2006). Sedangkan Arikunto sendiri
mendefinisikan variabel sebagai objek penelitian, atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (2006, hlm. 118).
Variabel penelitian didefinisikan secara operasional sehingga jelas
aspek-aspeknya yang hendak diukur. Dimensi yang muncul dari definisi
operasional kemudian dijabarkan kembali menjadi indikator-indikator atau
dengan harapan hal ini dapat mempermudah untuk menyusun instrumen
penelitian.
Dalam penelitian ini variabel yang dimaksud ialah, Implementasi
Guru seabagai variabel kedua (X2). Definisi opersaional dari masing-masing
variabel dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel Implementasi RKM (Y)
Wheelen dan Hunger (2012) mendefinisikan implementasi
strategi sebagai “a process by which strategies and policies are put into
action through the development of programs, budgets, and procedures.”
Strategi dan kebijakan diambil dan dialihkan menjadi aksi yang meliputi
pengembangan program, anggaran, dan prosedur.
Sedangkan Alkhafaji (2003) mendefinisikannya sebagai “accomplished throught organizational design and structure.” Ungkapan ini dapat dikatakan sebagai ketercapaian strategi yang mengaitkan antara
desain dan struktur organisasi.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan implementasi RKM
adalah tahapan pelaksanaan manajemen/perencanaan madrasah, yang
dilakukan dengan mengacu pada program yang ditetapkan dan penetapan
anggaran yang jelas.
2. Variabel Proses Pengambilan Keputusan Kepala Madrasah (X1)
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pengambilan
keputusan (desicion making) adalah tindakan kepala madrasah dalam
melakukan penilaian alternatif solusi sehingga ditemukan rekomendasi
pemecahan masalah tersebut.
3. Partisipasi Guru (X2)
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan partisipasi guru
adalah keterlibatan emosional dan rasional dalam pelaksanaan RKM
dengan rasa tanggung jawab.
D. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga
lebih mudah diolah (Arikunto, 2006, hlm. 160). Instrumen ini akan digunakan
untuk membantu dalam mengukur variabel yang akan diuji. Jumlah instrumen
tergantung pada variabel yang akan diteliti. Beberapa indikator pencapaian
implementasi ialah jika sesuai dengan apa yang direncanakan (Fred, 2011).
Kisi-kisi adalah sebuah tabel yang menunjukkan hubungan antara
hal-hal yang disebutkan dalam baris dengan hal-hal-hal-hal yang disebutkan dalam
kolom (Arikunto, 2006, hlm. 162). Kisi-kisi penyusunan instrumen
menunjukkan kaitan antara variabel yang diteliti dengan sumber data dari
mana data akan diambil, metode yang digunakan dan instrumen yang disusun
(Arikunto, ibid).
Adapun manfaat dari kisi-kisi dimaksud menurut Arikunto (2006,
hlm. 162) adalah sebagai berikut:
1. Peneliti memiliki gambaran yang jelas dan lengkap tentang jenis
instrumen dan isi dari butir-butir yang akan disusun.
2. Peneliti akan mendapatkan kemudahan dalam menyusun instrumen
karena kisi-kisi ini berfungsi sebagai pedoman dalam menuliskan
butir-butir.
3. Instrumen yang disusun akan lengkap dan sistematis karena ketika
menyusun kisi-kisi peneliti belum dituntut untuk memikirkan rumusan
butir-butirnya.
4. Kisi-kisi berfungsi sebagai “peta perjalanan” dari aspek yang akan
dikumpulkan datanya.
Penelitian ini akan menguji tiga variabel yaitu implementasi RKM
(Y), Pengambilan Keputusan Kepala Madrasah (X1) dan Partisipasi Guru
(X2). Berikut ini kisi-kisi instrumen.
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
NO. VARIABEL DIMENSI INDIKATOR NO.
Kegiatan Madrasah (RKM) (Y)
2. Anggaran 1. Sumber anggaran 7,8,9,10 2. Bagaimana
kesesuaian anggaran dengan program
11,12,13
3. Struktur 1. Aturan atau prosedur pelaksanaan kegiatan
14,15
2. Penanggung jawab kegiatan
16,17
4. Proses 1. Pelaksanaan kegiatan 18,19,20,2 1,22 2. Strategi pelaksanaan 23,24 3. Mekanisme kegiatan 25,26,27 2. Pembuatan
3. Perilaku positif 5,6,7 2. Kontribusi 1. Kesediaan secara fisik
sesuai kemampuan
8,9
E. PROSEDUR PENELITIAN
Sebagai satu kesatuan kegiatan yang sistematis, penelitian ini
dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Persiapan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan meliputi: (a) pematangan
isu yang akan dijadikan penelitian dengan mengkonsultasikannya kepada
dosen pembimbing, (b) penguatan referensi teori dan penelitian lain yang
relevan, (c) pembuatan kisi-kisi instrumen, (d) pembuatan desain
penelitian, (e) mempersiapkan administrasi yang dibutuhkan dalam
penelitian.
2. Studi Awal Lokasi Penelitian
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah melakukan
konsultasi dengan pihak-pihak yang terkait dimulai dari kepala kementrian
agama dan beberapa kepala madrasah dan pihak yang relevan guna
mendukung informasi penelitian serta proses perizinan dari pihak
kementrian dilakukan pada tahap ini. Tahap ini dilakukan untuk mendapat
informasi mengenai populasi madrasah aliyah swasta yang akan dijadikan
subjek penelitian.
3. Penyusunan Instrumen Penelitian
Pada tahap ini, instrumen mulai disusun dan dijabarkan. Adapun
kegiatan yang dilakukan pada tahap ini ialah: (a) membuat definisi
operasional setiap variabel, (b) membuat kisi-kisi instrumen dengan cara
menjabarkan definisi operasional setiap variabel sampai kepada
indikator-indikator yang akan dijadikan acuan dalam membuat instrumen, (c)
membuat pertanyaan-pertanyaan kuesioner berdasarkan kisi-kisi instrumen
yang telah dibuat, (d) mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing
mengenai kuesioner yang telah dibuat untuk kemudian diujicobakan
F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS DATA
1. Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu pengukuran untuk mengetahui apakah
instrumen benar-benar dapat mengukur suatu atribut yang dikehendaki.
Dengan demikian validitas instrumen akan menunjukan apakah instrumen
yang dimaksud dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data penelitian
atau tidak. Suharsimi Arikunto (2006, hlm. 168), mengemukakan bahwa:
“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.”
Kisi-kisi instrumen yang dibuat harus disusun berdasarkan teori
yang relevan dengan desain penelitian yang telah ditetapkan. Uji validitas
dilakukan dengan analisis item yaitu dengan mengkorelasikan antara skor
item instrumen dengan skor total. Sedangkan interpretasi terhadap korelasi
penelitian menurut Sugiyono (2011, hlm. 178) adalah,
“Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas, maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat. Jadi berdasarkan analisis faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut memiliki validitas konstruksi yang kuat.”
Selain itu, Sugiyono menambahkan, bahwa : “Bila harga korelasi di bawah 0,30 maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak
valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang”.
Adapun rumus yang digunakan dalam uji validitas instrumen ini
adalah Pearson Product Moment (Akdon, 2008, hlm. 144) sebagai berikut:
Keterangan:
�ℎ� �� ∑XiYi − ∑Xi ∑Yi
i = koefisien korelasi
= jumlah responden
∑XiYi = jumlah perkalian X dan Y ∑Xi = jumlah skor item
∑Yi = jumlah skor total (seluruh item) ∑X = jumlah skor-skor X yang dikuadratkan
∑Yi = jumlah skor-skor Y yang dikuadratkan
Uji validitas ini dilakukan pada setiap item pernyataan dalam
angket. Hasil koofisien korelasi tersebut selanjutnya diuji signifikasi
koefisien korelasinya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
t = Nilai i
r = Koefisien korelasi hasil i
n = Jumlah responden
Hasil dari nilai i dikonsultasikan dengan distribusi (tabel t)
untuk = 0,05 dan dk = 30 – 2 = 28, dengan uji satu pihak, maka
diperoleh = 1,697.
Kaidah keputusan: Jika i > berarti valid dan i <
berarti tidak valid.
Berdasarkan hasil perhitungan ditunjukkan dalam tabel 3.4
dibawah ini yaitu untuk variabel X1 terdapat 26 item pertanyaan, tabel 3.5
untuk variabel X2 terdapat 18 item pertanyaan, tabel 3.6 untuk variabel Y
terdapat 32 pertanyaan.
Berikut ini adalah tabel perhitungan uji validitas untuk varibel X1
dengan menggunakan rumus di atas:
Tabel 3.5
No
dengan menggunakan rumus di atas:
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Variabel X2 (Partisipasi Guru)
4 0,646 4,480 1,697 Valid
dengan menggunakan rumus di atas:
Tabel 3.7
17 0,578 3,750 1,697 Valid
18 0,437 2,569 1,697 Valid
19 0,332 1,859 1,697 Valid
20 0,481 2,905 1,697 Valid
21 0,433 2,539 1,697 Valid
22 0,355 2,011 1,697 Valid
23 0,413 2,400 1,697 Valid
24 0,338 1,901 1,697 Valid
25 0,418 2,435 1,697 Valid
26 0,500 3,054 1,697 Valid
27 0,595 3,915 1,697 Valid
28 0,629 4,283 1,697 Valid
29 0,557 3,553 1,697 Valid
30 0,363 2,063 1,697 Valid
31 0,570 3,668 1,697 Valid
32 0,327 1,830 1,697 Valid
Setelah dilakukan uji validitas terhadap angket variabel X1, dapat
ditarik kesimpulan bahwa dari 26 item yang diujikan, semuanya memiliki
validitas kontruksi yang baik. Untuk variabel X2, dapat ditarik kesimpulan
bahwa dari 18 item yang diujikan, semuanya memiliki validitas kontruksi
yang baik. Untuk variabel Y, dapat ditarik kesimpulan bahwa dari 32 item
yang diujikan, semuanya memiliki validitas kontruksi yang baik. Jadi
kesimpulannya, instrumen yang telah disusun semuanya memiliki validitas
yang baik dan dapat dipakai untuk angket dalam pengolahan data.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Selain harus valid, instrumen penelitian juga harus reliable.
Reliable merujuk kepada keadaan kekonsistenan instrument dalam
memperoleh hasil yang sama saat dilakukan penelitian kembali pada
waktu yang berbeda. Sebagaimana Cohen (2007, hlm. 146) “a reliable
instrument for a piece of research will yield similar data from similar
Untuk pengujian reliabilitas dilakukan dengan menghitung
reliabilitas seluruh item angket dengan menggunakan rumus Spearman
Brown berikut:
1) Mencari r tabel apabila dengan a=0,05 dan derajat kebebasan (dk=
n-1)
2) Membuat keputusan dengan membandingkan r11 dengan rtabel dengan
kaidah pengambilan keputusan sebagai berikut: Jika r11 > rtabel berarti
item angket reliable, sebaliknya jika r11 < r tabel berarti item angket
tidak reliabel.
Dalam penelitian ini uji realibitas dilakukan melalui bantuan
komputer dengan menggunakan program Microsoft Excel 2013.
Tabel 3.8
Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen
No Variabel r Alpha r kritis Keterangan
1 X1 (Pembuatan Keputusan
Kepala Madrasah) 0,857 0,367 Reliabel
2 X2 (Partisipasi guru) 0,781 0,367 Reliabel
3 Y (Implementasi Rencana
Kegiatan Madrasah/RKM) 0,817 0,367 Reliabel
Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas intrumen,
menunjukkan nilai koefisien Crombach Alpha untuk ketiga variabel
seluruhnya diatas adalah lebih dari 0,367 yaitu r alpha untuk variabel
Implementasi Rencana Kegiatan Madrasah/RKM (Y) sebesar 0,817, r
alpha untuk Pembuatan Keputusan Kepala Madrasah (X1) sebesar 0,857
dan r alpha untuk variabel Partisipasi guru (X2) sebesar 0,781. Seluruhnya
dinyatakan handal (reliabel) sehingga memiliki dasar pengambilan
keputusan hasil penelitian.
3. Teknik Pengumpulan Data
Seperti yang diungkapkan pada bagian sebelumnya, dalam
penelitian ini, teknik yang digunakan adalah teknik startified proprtional
random sampling. Ukuran jumlah yang akan digunakan sebanyak 30
madrasah. Hal ini merujuk pada pernyataan Cohen, dkk. Teknik
pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini dengan
mengacu pada teknik-teknik yang sudah umum dilakukan oleh para
peneliti lainnya (Sugiyanto, 2010; Arikunto, 2010) ialah melalui kuisioner
dan dokumentasi data. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Langkah 1. Kunjungan ke MAS Kab. Bandung Barat untuk
mendapatkan data-data mengenai profil madrasah dan
komponen-komponen yang ada di dalamnya.
2) Langkah 2. Menentukan sampel yang akan digunakan, peneliti
berkonsultasi dengan kepala madrasah.
3) Langkah 3. Menyusun instrumen pertanyaan.
4) Langkah 4. Menguji coba validitas dan reliabilitas instrumen.
5) Langkah 5. Menyebarkan kuisioner yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya kepada sampel.
Setelah angket kembali kepada peneliti, data dimasukkan dengan
melihat skor-skor setiap pertanyaan. Skala pen-skor-an untuk instrumen
penelitian ini dengan menggunakan skala likert yaitu skala yang digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok
tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan, 2007).
Dalam penelitian ini, variabel x yang digunakan ialah Pembuatan
Keputusan Kepala Madrasah, variabel x2 Partisipasi Guru dan variabel y
adalah Implementasi RKM, maka skala pengukurannya ialah sebagai
Tabel 3.9
Skala pengukuran Variabel
Klasifikasi Skor
Selalu (SL) 5
Sering (SR) 4
Kadang-kadang (KK) 3
Jarang (JR) 2
Tidak Pernah (TP) 1
4. Teknik Pengolahan Data
Langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Analisis Data Deskriptif
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk melihat kecenderungan
distribusi frekuensi variabel dan menentukan tingkat ketercapaian
responden pada masing-masing variabel. Gambaran umum setiap
variabel digambarkan oleh skor rata-rata yang diperoleh dengan
menggunakan teknik Weighted Means Scored (MWS), sebagai
berikut:
̈
Keterangan:
̈ = skor rata-rata yang dicari
= jumlah skor gabungan (hasil kali frekuensi dengan bobot nilai
untuk setiap alternatif jawaban)
N= jumlah responden
Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan table 3.8 kriteria dan
Tabel 3.10
Kriteria Skor Rata-rata Variabel
Skor Kategori
4,26 – 5,00 Sangat Tinggi
3,51 – 4,25 Tinggi
2,76 – 3,50 Cukup
2,01 – 2,75 Kurang
0,00 – 2,00 Sangat Kurang
Sumber: diolah dari Sugiyono (2010)
b. Pengujian Persyaratan Analisis
Ada tiga syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan
analisis regresi, baik regresi linier sederhana maupun regresi ganda.
Persyaratan tersebut adalah syarat normalitas dan syarat kelinieran
regresi Y atas X
1) Uji Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui dan
menentukan analisis dan menentukan apakah pengolahan data
menggunakan parametrik atau nonparametrik. Untuk data
parametrik, data yang dianalisis untuk berdistribusi normal,
sedangkan pengolahan data non parametrik data yang dianalisis
berdistribusi tidak normal. Pengujian ini bertujuan untuk ketiga
variabel penelitian tersebut memiliki penyebaran data yang
normal atau tidak. Uji normalitas data dapat dilakukan dengan
menggunakan program IBM SPSS 22 for windows, atau dapat
pula menggunakan rumus Chi Kuadrat.
X² −
Keterangan:
E₁= Frekuensi 2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians mengasumsikan bahwa skor-skor
variabel terikat (Y) yang berpasangan dengan setiap kelompok
skor variabel bebas (X) memiliki varians yang homogen.
Hipotesis
Ho : tidak terdapat perbedaan variansi Ha : terdapat perbedaan variansi. Dasar Pengambilan Keputusan
Dengan melihat angka probabilitas, dengan aturan: Probabilitas Sig >0,05, maka Ho diterima.
Berarti tidak terdapat perbedaan variansi. Probabilitas Sig < 0,05, maka Ho ditolak.
Berarti terdapat perbedaan variansi.
Jika hasil uji homogenitas dimana nilai signifikansi alpha
kurang dari 0,05 maka kesimpulan yang diambil adalah data tidak
homogen atau memiliki heterogenitas data sehingga pada
pengolahan selanjutnya untuk pengujian hipotesis dilakukan
secara parsial pada tiap-tiap kelompok data.
3) Uji Linearitas Data
Uji linearitas dalam penelitian ini diperlukan untuk
menganalisis apakah terdapat hubungan yang linier (garis lurus
atau searah) antara masing-masing varibel bebas dengan variabel
terikatnya. Uji linearitas dilakukan dengan uji kelinearan regresi
dengan uji-t. Pengujian linearitas data meliputi data
kepemimpinan partisipatif, komitmen organisasi, dan
implementasi renstra. Untuk melihat apakah ada hubungan linier
Ho: Tidak terdapat hubungan linear diantara variabel-variabel
yang diuji.
Ha: Terdapat hubungan linear diantara variabel-variabel yang
diuji
Adapun untuk kriteria pengujian hipotesis diatas adalah sebagai
berikut:
Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Uji linearistik dapat dilihat dari nilai signifikasi dari deviation of
linearity untuk XΌ terhadap Y serta X terhadap Y. Apabila nilai
signifikasi > 0,05 dapat disimpulkan bahwa hubungannya bersifat
linier.
4) Uji Hipotesis
Tujuan dari uji hipotesis yaitu untuk mengetahui apakah
kesimpulan berakhir pada penerimaan atau penolakan. Adapun
cara-cara yang digunakan dalam uji hipotesis ini antara lain
menggunakan statistik nonparametrik dengan teknik Analisis
Korelasi Spearmen Rank (Rho).
Analisis korelasi spearmen rank merupakan teknik statistik
yang berusaha menemukan kekuatan hubungan antar variabel.
Analisis ini digunakan apabila variabel yang dihubungkan
berbentuk ordinal dan sumber data antar variabel tidak harus
sama (Sugiyono, 2013). Adapun rumus yang digunakan adalah:
− − ∑
Keterangan:
ρ = korelasi spearman (dibaca: rho) d = perbedaan peringkat
tes ini memiliki fungsi antara lain: (a) untuk mengetahui
koefisiensi korelasi; (c) mengetahui arah hubungan; (d) besarnya
kontribusi X terhadap Y (dalam persen).
Mencari koefisien korelasi antar variabel yang dijelaskan
sebagai berikut:
Menguji hipotesis pengaruh Pembuatan Keputusan Kepala Madrasah (Xı) terhadap Implementasi Rencana Kegiatan
Madrasah/RKM (Y)
Pertama kali yang harus dilakukan menguji kolerasi antar
variabel, dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho : tidak terdapat pengaruh antara Pembuatan
Keputusan Kepala Madrasah terhadap
Implementasi Rencana Kegiatan Madrasah/RKM.
Ha : terdapat pengaruh antara Pembuatan Keputusan
Kepala Madrasah terhadap Implementasi
Rencana Kegiatan Madrasah/RKM
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan IBM SPSS
22 for Windows.
Menguji hipotesis pengaruh Partisipasi guru (X2) terhadap
Implementasi Rencana Kegiatan Madrasah/RKM (Y)
Pertama kali yang harus dilakukan adalah menguji korelasi
antar variabel, dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho : tidak terdapat pengaruh antara Partisipasi guru
terhadap Implementasi Rencana Kegiatan
Madrasah/RKM
Ha : terdapat pengaruh antara Partisipasi guru
terhadap Implementasi Rencana Kegiatan
Madrasah/RKM
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan IBM SPSS 22 for
Menguji hipotesis pengaruh Pembuatan Keputusan Kepala Madrasah (X₁) dan Partisipasi guru (X2) terhadap
Implementasi Rencana Kegiatan Madrasah/RKM (Y).
Pertama kali yang harus dilakukan adalah menguji kolerasi
antar variabel dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho : tidak terdapat pengaruh antara Pembuatan Keputusan
Kepala Madrasah dan Partisipasi guru terhadap
Implementasi Rencana Kegiatan Madrasah/RKM.
Ha : terdapat pengaruh antara Pembuatan Keputusan
Kepala Madrasah dan Partisipasi guru terhadap
Implementasi Rencana Kegiatan Madrasah/RKM.
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan IBM SPSS 22 for
windows.
Menafsirkan koefisien korelasi yang diperoleh dengan
menggunakan tabel sebagai berikut:
Tabel 3.10 Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,800 - 1,000 Sangat Tinggi
0,600 – 0,799 Tinggi
0,400 – 0,599 Cukup
0,200 - 0,399 Rendah
0,001- 0,199 Sangat Rendah
Mencari Koefisien determinasi yang dipergunakan
dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana kontribusi
yang diberikan variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y,
dengan rumus: KD= r² x 100%
Keterangan:
KD = Koefisien Determinasi yang dicari
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Tesis ini telah membahas hasil penelitian mengenai implementasi rencana
kegiatan madrasah (RKM) di Kabupaten Bandung Barat. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menganalisis besarnya pengaruh pembuatan keputusan kepala
madrasah dan partisipasi guru terhadap implementasi RKM.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil data yang telah dijelaskan pada Bab III dan Bab
IV melalui analisis teknik perhitungan Weighted Means Scored (WMS),
disimpulkan bahwa gambaran responden mengenai Pembuatan Keputusan
Kepala Madrasah (Variabel X1) di Kabupaten Bandung Barat, berdasarkan
empat dimensi yang diukur yakni: 1) identifikasi masalah; 2) pemilihan
alternatif; 3) identifikasi keputusan; dan 4) rekomendasi, sebesar 4,21 yang
berada dalam kategori Sangat Baik. Gambaran responden mengenai
Partisipasi Guru (Variabel X2) terdapat tiga dimensi penting yang diukur,
yakni 1) keterlibatan mental dan emosional; 2) kontribusi; dan 3)
tanggung jawab, yang mempunyai nilai rata-rata sebesar 3,90 termasuk
dalam kategori Baik. Kemudian, gambaran responden mengenai
Implementasi RKM (Variabel Y) diperoleh rata-rata nilai sebesar 4,12
yang termasuk dalam kategori sangat baik, dengan empat dimensi penting
yaitu: 1) program; 2) anggaran; 3) struktur; dan 4) proses.
Pada dasarnya, perumusan rencana kegiatan dilakukan oleh tim
penyusun yang terdiri dari civitas akademik sekolah/ madrasah. Setelah
perencanaan terbentuk, akan diimplementasikan oleh seluruh civitas
madrasah dan stakeholder sesuai dengan program yang tercantum dalam
RKM. Dengan demikian, setiap bentuk dan tujuan program RKM harus
Dalam hal ini, peran kepala madrasah dalam membuat kebijakan
pelaksanaan RKM dirumuskan sesuai skala prioritas program dan kegiatan
madrasah agar berjalan efektif dan efisien. Namun dalam menjalankan
tugasnya, kepala sekolah tidak dapat berdiri sendiri sehingga perlu adanya
dukungan dari berbagai pihak guna mewujudkan RKM yang telah
dirumuskan. Dalam hal ini, guru memiliki pengaruh dan kapasitas yang
sangat penting, bukan hanya memiliki tugas di kelas selama proses
pembelajaran dengan peserta didik saja. Guru adalah tulang punggung di
madrasah, hal ini dinilai karena guru memiliki kontribusi dan partisipasi
yang memiliki pengaruh yang besar seperti keterlibatan mental, emosional,
dan tanggung jawab yang besar terhadap keberhasilan sekolah/ madrasah.
Melalui dua faktor penting ini, maka implementasi RKM yang
telah dirumuskan akan berjalan dengan efektif dan efisien, karena terdapat
pemahaman dan kesamaan visi, misi dan tujuan yang baik antar civitas
madrasah. Dengan demikian, dari paparan tersebut dapat disimpulkan
bahwa implementasi program tahunan sebuah madrasah (RKM)
dipengaruhi oleh partisipasi guru dan pengambilan keputusan kepala
madrasah.
Dari penelitian ini dapat terlihat bagaimana kepala madrasah telah
melakukan tugasnya sebagai administrator. Kepala madrasah dalam
melakukan aktifitas pembuatan keputusan dilakukan secara terbuka dan
menghasilkan keputusan-keputusan untuk meningkatkan mutu madrasah
dengan didasarkan kepada kepentingan bersama. Prosedur-prosedur dalam
membuat keputusan pun dilakukan dengan baik.
Guru sebagai tulang punggung kegiatan di madrasah terlihat jelas
sangat baik. Guru ikut berpartisipasi dalam semua kegiatan yang telah
direncanakan secara sukarela, tanpa paksaan dengan mengoptimalkan
kemampuan dan keahliannya secara moril dan materil. Keterlibatan
emosinal dan rasional guru inilah yang menjadi poin penting dalam
B. IMPLIKASI
Tesis ini meneliti mengenai efektifitas implementasi RKM yang
dipengaruhi oleh dua variabel yang bebas. Variabel pembuatan keputusan
merupakan salah satu bagian dari faktor determinan kepemimpinan.
Begitu juga dengan partisipasi guru merupakan salah satu bagian dari
faktor determinan implikasi sumber daya. Dengan kata lain bahwa
penelitian ini lebih menspesifikan terhadap bagian tertentu sehingga tentu
akan berdampak positif terhadap peningkatan mutu pendidikan terutama di
madrasah. Implikasi yang dapat dihasilkan melalui penelitian ini ialah
diantaranya, bahwa kepala madrasah dapat termotivasi untuk mempelajari
dan menguasi gaya kepemimpinan dan dapat mengasah kembali
kemampuannya sebagai seorang pemimpin, terutama dalam membuat
keputusan. Implikasi yang lain ialah mendorong para guru untuk terus
meningkatkan kemampuan dan partisipasinya dalam seluruh program
kegiatan yang telah direncanakan baik oleh madrasah tersebut maupun
program yang telah direncanakan oleh pemerintah.
C. REKOMENDASI
Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian yang diperoleh dari
data-data di lapangan, terdapat beberapa rekomendasi antara lain:
1. Pada dasarnya kepala madrasah sebagai decision-maker memiliki
tanggung jawab dan wewenang yang penting terhadap proses
keputusan RKM yang merupakan rasionalisasi dari visi dan misi
serta tujuan pendidikan itu sendiri. Semakin baiknya Kepala
Madrasah dalam membuat keputusan serta memberdayakan seluruh
civitas madrasah akan diikuti oleh meningkatnya efektifitas
di lapangan menunjukkan bahwa keputusan kepala madrasah
memiliki pengaruh positif terhadap implementasi RKM. Namun
demikian, penting adanya pemikiran yang rasional dan konsisten
dari seorang pemimpin dalam merumuskan setiap kegiatan guna
memberikan alternatif yang tepat guna. Di sisi lain, kepala
madrasah tidak dapat menentukan arah keberhasilan pendidikan
secara mandiri, artinya perlu adanya peran serta dan kerja sama
dari berbagai pihak civitas madrasah guna mewujudkan tujuan
bersama. Hal ini akan memudahkan kepala madrasah dalam
mengidentifikasi dan merumuskan berbagai alternatif solusi secara
efektif dan efisien.
2. Guru sebagai tenaga profesional memiliki tugas dan kewajiban
yang dapat menentukan kualitas pendidikan di sekolah/ madrasah.
Berdasarkan data temuan di lapangan menunjukkan bahwa terdapat
tiga dimensi penting dalam menilai partisipasi guru, yaitu 1)
keterlibatan mental dan emosional; 2) kontribusi; dan 3) tanggung
jawab memiliki pengaruh terhadap implementasi RKM. Namun
demikian, guru memerlukan pembinaan dan pemahaman yang baik
guna meningkatkan kemampuan dan keterampilannya karena guru
memiliki input yang besar dalam menentukan kualitas madrasah.
Dalam hal ini, guru dituntut untuk sense of belonging (rasa
memiliki) yang secara sadar dimiliki oleh setiap guru untuk mampu
memberikan kontribusi dan keterlibatan yang baik semata-mata
untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah.
3. Mutu pendidikan dikatakan baik jika sesuai kebutuhan pelanggan.
Guna memenuhi kebutuhan tersebut, madrasah merumuskan
berbagi strategi dan program kerja sebagai wujud dari visi, misi
dan tujuan madrasah. Berdasarkan hasil temuan di lapangan
menunjukkan bahwa terdapat empat dimensi dalam menilai
implementasi RKM yaitu, 1) program; 2) anggaran; 3)struktur dan;