SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam
Ole h : ACEP SUWARNA
1206252
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Oleh
Acep Suwarna
1206252
Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Acep Suwarna 2016
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak
1206252
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BANDUNG
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Dr. H. Aceng Kosasih, M.Ag. NIP. 19650917 199001 1 001
Pembimbing II
Dr. H. Fahrudin, M.Ag. NIP. 19591008 198803 1 003
Mengetahui
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam
Panitia Ujian :
1. Ketua :
Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001
2. Sekretaris :
Dr. H. Aam Abdussalam, M.Pd. NIP. 19570402 198601 1 001
3. Penguji :
3.1 Prof. Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag. NIP. 19570303 198803 1 0011
3.2 Dr. Munawar Rahmat, M.Pd. NIP. 19580128 198612 1 001
ii
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Internalisasi Nilai Ketaatan Pada Santri di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung
Oleh:
Acep Suwarna (1206252)
Santri pada umumnya sangat menaati kiai di pesantren, namun di sekolah-sekolah umum ketaatan murid kepada gurunya mengalami penurunan, sehingga membutuh model internalisasi nilai ketaatan. Di Pesantren Alquran Al-Falah II Nagrek Kabupaten Bandung kiai sangat dihormati dan ditaati oleh santri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif. Teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dokumentasi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetuhi penanaman nilai ketaatan pada santri khususnya di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung. Berdasarkan hasil penelitian ketaatan yang diajarkan kepada santri di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung yaitu ketaatan yang sesuai dengan ajaran agama Islam atau ketaatan dalam hal keagamaan, yang sesuai dengan nilai-nilai Alquran, hadis dan pemahaman ulama, misalnya mengerjakan salat, berpuasa, membaca Alquran, berzikir, menuntut ilmu, taat kepada orang tua, taat kepada guru atau kiai. Proses penanaman nilai ketaatan dilakukan dengan dua cara yaitu pemberian materi-materi tentang ketaatan dan metode-metode yang membantu pembentukan ketaatan. Materi pokok yang digunakan yaitu merujuk kepada kitab ta’lim muta’alim dan kitab bidayatul hidayah, sementara metode yang digunakannya adalah metode keteladanan, metode pembiasaan, dan metode kedisiplinan. Hasil dari penanaman nilai ketaatan pada santri adalah terbentuknya ketaatan santri terhadap agamanya. Hal ini dapat dilihat pada kebiasaan santri dalam kesehariannya di pesantren.
iii
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Internalizing the Value of Obedience to Santri1 at Pondok Pesantren2 Alquran Al-Falah II Nagreg, Bandung Regency
By:
Acep Suwarna (1206252)
Santri in general are highly obedient to their kiai (clerics) in pesantren;
however, in public schools there is a tendency of declining obedience among students to their teachers, thereby requiring a model of internalization of the value of obedience. At Pesantren Alquran Al-Falah II Nagrek, Bandung Regency, the kiai are very well-respected and obeyed by their santri. The research adopted the qualitative-descriptive approach. Data were collected through interviews, observations, and documentation. The research aims to find the internalization of the value of obedience among the santri of Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg, Bandung Regency. The findings show that the kind of obedience taught at Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg, Bandung Regency, is one that is in accordance with the teachings of Islam or religious obedience that is in line with the values of Alquran, hadith, and clerics’ understanding; for example, practicing the five time prayers, fasting, reading Alquran, zikr (remembering Allah), studying, obeying parents, and obeying teachers or clerics. The internalization of the value of obedience is done in two ways, namely through the delivery of materials/topics on obedience and the application of certain methods that can help shape obedience. The main topics delivered to the santri refer to the books of Ta’lim Muta’alim and Bidayatul Hidayah, while the methods used are exemplary method, habituation method, and disciplinary method. The result of this internalization is santri’s obedience to their religion. This can be seen in the santri’s daily life in pesantren.
Keywords: Santri, Kiai, Obedience
1
Students of traditional Islamic boarding schools 2
1
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan senjata ampuh untuk memajukan suatu peradaban.
Maju mundurnya suatu peradaban sangat dipengaruhi dan berbanding lurus
dengan pendidikan. Apabila pendidikannya maju maka masyarakatnyapun
semakin berdab begitupun sebaliknya.
Menurut Ihsan (2010, hlm. 1) pendidikan dalam pengertian yang sangat
sederhana dan umum adalah usaha yang dilakukan manusia untuk menumbuhkan
dan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki manusia itu sendiri yang
dilaksanakan sesuai dengan nilai-nilai yang ada pada manusia itu sendiri. Selaras
dengan pengertian tersebut Heri (2005, hlm. 1) mengemukakan bahwa pendidikan
adalah suatu upaya memanusiakan manusia. Melalui pendidikan manusia tumbuh
dan berkembang secara wajar dan sempurna sehingga ia dapat melaksanakan
tugas sebagai manusia.
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Ramayulis (2012, hlm. 28)
pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan
kehidupan manusia. Bagaimanapun, kapanpun dan dimanapun manusia
memerlukan pendidikan. Maka dalam pengertian umum, kehidupan manusia akan
selalu ada aktivitas pendidikan didalamnya. Sebab pendidikan secara alami sudah
merupakan kebutuhan hidup manusia.
Pendidikan bukan sekedar transfer informasi ilmu pengetahuan dari guru
kepada murid, melainkan suatu proses pembentukan karakter. Ada tiga misi
utama pendidikan yaitu menyampaikan pengetahuan (transper of knowledge),
penyampaian budaya (transper of culture), dan penyampaian nilai (transper of
value). Sebab itu, pendidikan bisa dipahami sebagai suatu proses transformasi
nilai-nilai dalam rangka pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Definisi tersebut menjelaskan bahwa pendidikan bukan hanya transfer
informasi ilmu pengetahuan akan tetapi suatu proses pembentukan karakter.
Pendidikan bukan hanya sebatas menyekolahkan anak di sekolah tetapi lebih dari
itu. Anak akan tumbuh menjadi manusia yang baik apabila ditopang oleh
pendidikan yang komprehensif, sebaliknya jika anak tidak mendapatkan
pendidikan yang baik maka anak akan tumbuh sebagai pribadi yang tidak
diharapkan.
Dalam islam pendidikan merupakan sebuah ibadah yang harus dilaksanakan
dapat dipahami dari perintah-perintah Allah dan Rasul-nya, diantaranya firman
Allah
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
Keadaan beragama Islam.” (QS. „Alī-„Imrān [3] : 102)1
Hal yang bisa diambil dari ayat tersebut adalah orang beriman wajib berusaha
untuk bertaqwa kepada Allah dan meningkatkan kepribadiaannya sepanjang hayat
sehingga ia memiliki kepribadian muslim. Usaha tersebut dilakukan dengan
mengembangkan segenap potensi yang dimiliki, termasuk didalamnya menuntut
ilmu pengetahuan. (Umar, 2010, hlm. 128)
Salah satu lembaga pendidikan islam adalah pesantren. pesantren mengemban
beberapa peran, utamanya sebagai lembaga pendidikan. Jika ada lembaga
pendidikan islam yang sekaligus juga memainkan peran sebagai lembaga
bimbingan keagamaan, keilmuan, kepelatihan, pengemban masyarakat, dan
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
sekaligus menjadi simpul budaya, maka itulah pondok pesantren. biasanya
peran-peran itu tidak langsung terbentuk, melainkan melewati tahap demi tahap. Setelah
sukses sebagai lembaga pendidikan pesantren biasanya pula menjadi lembaga
keilmuan, kepelatiahn, dan pemberdayaan masyarakat. Keberhasilan membangun
integrasi dengan masyarakat barulah memberinya mandat sebagai lembaga
bimbingan keagamaan dan simpul budaya (Nafi, 2007, hlm. 11).
Menurut Dhofier (1990, hlm. 45-60) elemen-elemen yang ada di pesantren
adalah Pondok, Masjid, Santri, Kiai, dan kitab kuning. Kiai merupakan elemen
yang paling sentral dalam sebuah pesantren, karena kiai sering dianggap sebagai
pemilik pesantren atau sebagai pendiri pesantrennya, selain itu kiai dianggap
sebagai pengajar atau guru dan juga sebagai pimpinan dalam melakukan ritual
keagamaan seperti salat berjamaah. Elemen-elemen lain seperti Masjid, Santri,
dan kitab kuning itu hanya sebagai penunjang dalam pembelajaran dan elemen
tersebut semuanya ada dalam kontrol dan pengawasan kiai.
Kiai di pondok pesantren Alquran Al-falah sangat karismatik terutama K.H.Q.
Ahmad Syahid, kharismanya muncul karena faktor pengetahuan, terutama dalam
bidang Alquran, sehingga ia mendapat gelar “Kiai Haji Qari” yang disingkat
menjadi K.H.Q. Dan julukan tersebut masih langka di Indonesia. Karena
pengetahuan dan keahliannya tersebut telah membuat banyak orang terutama para
santrinya menaruh rasa hormat yang sangat tinggi (Wahyudin, 2014, hlm. 75)
Sebagaimana diungkapkan oleh Scott (Sukanto, 1999, hlm. 79-80) ada tiga
unsur yang mengarah terbentuknya hubungan antara Kiai dan Santri. Pertama
adalah hubungan Kiai-Santri mendasarkan diri pada pertukaran yang tidak
seimbang, yang mencerminkan perbedaan status. Seorang santri dalam hal ini
telah menerima banyak jasa dari kiainya, dalam hal ini santri sangat bergantung
kepada kiai. Kedua adalah hubungan kiai-santri bersifat personal. Dalam hal ini
hubungan kiai-santri ada rasa kepercayaan dan kebergantungan satu sama lainnya.
Hal tersebut dapat terlihat dari budaya penghormatan santri kepada kiainya yang
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
fleksibel dan tanpa batas kurun waktu. Hal ini dimungkinkan karena sosialisasi
nilai ketika ketikan menjadi santri berjalan bertahun-tahun. Suatu bentuk nilai
yang dipegang teguh oleh santri, misalnya seorang santri tidak dapat mendebat
kiainya. Kalau sampai santri mendebat kiai nya nanti kuawalat atau durhaka dan
ilmu yang didapatkan oleh santrinya tidak berkah.
Berdasarkan penjelasan tersebut penulis berpendapat bahwa santri yang
menaruh rasa hormatnya sangat tinggi berbanding terbalik dengan siswa di
sekolah umum. Hubungan antara guru dan murid tidak setaat antara hubungan
kiai dan santri di pesantren. Di sekolah umum masih banyak anak didik yang
tidak taat dan patuh terhadap peraturan sekolah. Mulai dari ketidak patuhan
hal-hal yang sifatnya ringan sampai hal-hal-hal-hal yang sifatnya berat, misalnya pelanggaran
yang sifatnya ringan tidak tepat waktu saat masuk kelas, seragam yang digunkan
tidak sesuai peraturan sekolah, pekerjaan rumah yang ditugaskan guru tidak
dikerjakan. sementara pelanggaran beratnya yaitu tauran antar sekolah, miras, sex
bebas. Nilai-nilai kepatuhan atau ketaatan murid terhadap guru di sekolah
akhri-akhir ini mengalami penurunan.
Hal yang senada juga dijelaskan oleh Tafsir (1994, hlm. 77) mengemukakan
bahwa: Hubungan murid dengan guru dalam dunia pendidikan sedikit demi
sedikit mulai berubah, nilai-nilai moral sedikit demi sedikit mulai berkurang.
Semua itu antara lain dikarenakan sebagai berikut:
1. Kedudukan guru semakin merosot;
2. Hubungan guru dan murid semakin berkurang atau penghormatan murid
terhadap guru mulai berkurang;
3. Kepatuhan murid terhadap guru mulai erosi;
4. Harga karya semakin menurun.
Padahal seorang guru adalah penyampai ilmu. Ketaatan dan keikhlasan
mengabdi pada guru merupakan syarat untuk meraih keberhasilan menempuh
pendidikan. Hal tersebut juga pernah disampaikan ketika Luqman memberikan
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
“Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqmān [31]: 17-19)
Hal yang senada juga dijelaskan oleh Al-Ghazzali (2009, hlm. 56) seorang
murid harus selalu tawadu dan taat kepada gurunya serta harus mempercantik hati
dan tindakan dengan kebajikan, menggapai kedekatan dengan Allah dan
malaikat-Nya serta bersahabat dengan orang yang dekat dengan Allah.
Melihat hal tersebut penulis berpendapat bahwa dalam proses pendidikan,
kepatuhan atau ketaatan murid kepada guru merupakan sesuatu yang wajib.
Apabila dibandingkan dengan pesantren nilai ketaatan santri kepada kiai lebih
baik dari pada murid kepada guru di sekolah. Maka dari itu peneliti ingin
melakukan penelitian “Internalisasi Nilai Ketaatan Pada Santri Di Pondok
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi rumusan
masalah pokok dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Internalisasi Nilai Ketaatan Pada Santri Di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg
Kabupaten Bandung”. Dari masalah pokok tersebut dapat dijabarkan ke dalam
beberapa rumusan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana Konsep Nilai Ketaatan di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II
Nagreg Kabupaten Bandung?
2. Bagaimana Proses Penanaman Nilai Ketaatan Pada Santri di Pondok
Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung?
3. Apa Faktor Pendukung dan Penghambat yang Menyebabkan Santri Memiliki
Nilai Ketaatan di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten
Bandung?
4. Bagaimana Hasil Dari Penanaman Nilai Ketaatan Pada Santri di Pondok
Pesantren AlquranAl-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini terbagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetaui
“Internalisasi Nilai Ketaatan Pada Santri di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung”.
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
1. Untuk Mengetahui Konsep Nilai Ketaatan di Pondok Pesantren Alquran
Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung;
2. Untuk Mengetahui Proses Penanaman Nilai Ketaatan Pada Santri di Pondok
Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung;
3. Untuk Mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambat yang Menyebabkan
Santri Memiliki Nilai Ketaatan di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II
Nagreg Kabupaten Bandung;
4. Untuk Mengetahui Hasil Dari Penanaman Nilai Ketaatan Pada Santri di
Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung.
D. Manfaat/ Signifikan penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan menambah wawasan pengetahuan khususnya dalam bidang
pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi lembaga yang diteliti hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi
masukan bagi Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten
Bandung mengenai internalisasi nilai ketaatan;
b. Bagi mahasiswa program Ilmu Pendidikan Agama Islam, hasil penelitian
ini diharapkan sebagai sumber literature untuk penelitian selanjutnya yang
masih terkait dengan tema skripsi ini;
c. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
rujukan dalam etika menghormati guru ataupun pemuka agama;
d. Bagi peneliti, penelitian ini dijadikan untuk menambah wawasan dan
pengalaman dalam karya tulis ilmiah dan sebagai upaya dalam memahami
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
E. Struktur Organisasi Skripsi
Sistematika penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut, penulis
mengklasifikasikan menjadi 5 (lima) bab dengan rincian sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, struktur organisasi skripsi
BAB II Kajian pustaka dari judul yang diambil peneliti, yaitu pola hubungan
edukatif kiai-santri.
BAB III Metode penelitian yang meliputi lokasi dan subjek penelitian,
pendekatan penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data,
analisa data
BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan dalam bab ini peneliti akan
memaparkan hasil penelitian yang didapat mengenai pola hubungan
edukatif kiai-santri.
39
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, untuk memperoleh data yang
sesuai dengan judul penelitian “internalisasi nilai ketaatan pada senatri di Pondok
Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung” peneliti akan
menggunakan pendekatan kualitatif.
Menurut Setiyadi (2006, hlm. 219) pendekatan kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data-data secara deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari manusia dan perilakunya yang dapat diamati sehingga tujuan dari
penelitian ini adalah pemahaman individu dan latar belakangnya secara utuh.
Pendapat tersebut di lengkapi lagi oleh Sugiyono (2009, hlm. 1) bahwa
pendekatan kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai istrument kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
generalisasi.
Sebagaimana yang telah diungkapkan di atas, maka hasil yang akan diperoleh
dari penelitian ini berupa kata-kata, baik lisan ataupun tulisan, yang diperoleh dari
responden yang terdiri dari kiai dan santrinya. Metode yang penulis gunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Menurut Basrowi & Suwandi, (2008, hlm. 28) metode deskriptif adalah data
yang dikumpulkakn berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Selain itu,
semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang
sudah diteliti. Jadi, metode deskriptif ditunjukkan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada dan sedang terjadi.
Rancangan penelitian yang telah disusun yaitu melakukan pra penelitian ke
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
penelitian agar dapat mendeskripsikan lebih dalam tentang pesantren tersebut, dan
yang terakhir menganalisis data yang telah didapat dari penelitian di Pesantren
Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung.
B. Partisipan dan Tempat Penelitian
Penelitian mengenai internalisasi nilai ketaatan santri ini dilakukan di Pondok
Pesantren Alquran Al-falah II Nagrek Kabupaten Bandung yang beralamat di Jl.
Raya Nagreg Km 38 Pamucatan Rt. 003/017 Desa. Nagreg Kabupaten Bandung
Jawa Barat. Alasan peneliti memilih Pondok Pesantren AlquranAl-Falah II
Nagreg Kabupaten Bandung adalah karena pesantren alfalah merupakan salah
satu pesantren terbesar yang ada di Jawa Barat dan mempunyai banyak
keunggulan terutama dalam qira’at dan tahfiz. Selain itu karena pesantren tersebut
mempunya beberapa kiai yang sangat karismatik dan disegani oleh para santrinya.
Di dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan subjek adalah populasi. Dalam
penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi menurut Spradley
dinamakan dengan situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen, yaitu tempat,
pelaku, dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono, 2013, hlm. 297)
Subjek pada penelitian ini adalah orang-orang yang mengerti dan terlibat
dengan segala aktivitas dari program kegiatan di Pondok Pesantren
AlquranAl-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung. yang termasuk subjek pada penelitian ini
yaitu Kiai, pengurus pesantren, ustadz yang membina pesantren, dan santri yang
ada di pesantren.
C. Definisi Operasional
Untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu
dijelaskan beberapa istilah agar adanya kesamaan berfikir antara peneliti dengan
pembaca.
1. Menurut Tafsir (2010, hlm. 229) internalisasi merupakan sebuah proses “pem
-pribadi-an” sehingga apa yang diketahuinya dapat menyatu dengan pribadinya
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
2. Nilai adalah suatu perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai
suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran,
perasaan, ketertarikan maupun prilaku (Ahmadi & Salimi, 2008, hlm. 202)
3. Taat didefinisikan sebagai sikap mematuhi dan menjalankan perintah dengan
senang hati, tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun (Wahab,
2013, hlm. 106)
4. Santri yakni orang yang belajar agama Islam dan mendalami agama Islam di
sebuah pesantrian (pesantren) yang menjadi tempat belajar bagi para santri
(Hidayat, 2016, hlm, 387).
5. Menurut Sukanto (1999, hlm. 85) kiai adalah orang yang memiliki lembaga
pondok pesantren, dan menguasai pengetahuan agama serta secara konsisten
menjalankan ajaran-ajaran agama. Tapi adalagi sebutan kiai yang ditunjukan
kepada mereka yang mengerti ilmu agama, tanpa memiliki lembaga pondok
pesantren atau tidak menetap dan mengajar di pondok pesantren. Kiai seperti
itu mengajarkan pengetahuan agama dengan cara ceramah dari desa ke desa
menyampaikan fatwa agama kepada masyarakat luas.
6. Menurut Dhofier (1990, hlm. 44) pondok pesantren merupakan asrama
pendidikan islam dimana para siswanya tinggal bersama dan belajar dibawah
bimbingan seorang (atau lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiai.
7. AlquranAl-falah adalah nama sebuah pondok pesantren yang dibentuk oleh
KH. Q Ahmad Syahid, Ph. D
D. Pengumpulan Data
Untuk memenuhi kebutuhan data yang beraneka ragam, penelitian kualitatif
menggunakan berbagai metode pengumpulan data, seperti wawancara, penelitian
dokumen, arsip dan penelitian lapangan. Untuk melaksanakan tuntutan metode
tersebut, maka penelitian kualitatif menempatkan manusia sebagai figur
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah
observasi, wawancara, studi dokumtasi, dan triangulasi.
1. Observasi
Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data dimana
peneliti melihat mengamati secara visual sehingga validitas data sangat
tergantung pada kemampuan observer. Metode ini digunakan untuk melihat
dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti
memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti
(Basrowi & Suwandi, 2008, hlm. 94).
Observasi dibagi menjadi dua macam berdasarkan tingkat pengkontrolan,
yaitu observasi sederhana (pengamatan tanpa dilakukan persiapan dan
menggunakan peralatan yang canggih untuk mencatat dan mengambil
foto-foto) dan observasi sistemis (pengamatan yang terkontrol dan menggunakan
peralatan seperti tape recorder, kamera, dll) (Emzir, 2011, hlm. 38-39).
Selain itu, observasi berdasarkan peran dibedakan menjadi dua bagian
pula, yaitu observasi partisipan (participant observation) dan observasi non
partisipan (non-partisipant observation). Observasi partisipan adalah
observasi yang dilakukan peneliti yang berperan sebagai anggota yang
berperan serta dalam kehidupan masyarakat topic penelitiannya. Sedangkan
observasi non-partisipan adalah observasi yang menjadikan peneliti sebagai
penonton terhadap kejadian yang menjadi topic penelitian (Emzir, 2011, hlm.
39-40).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi partisipan.
Sehingga peneliti akan terlibat secara langsung dalam setiap kegiatan yang
ada di dalam pondok pesantren.
2. Wawancara
Menurut (Basrowi & Suwandi, 2008, hlm. 127) wawancara adalah
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
(interview) sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai
(interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu.
Esterberg (Sugiyono, 2012, hlm. 73-74) mengemukakan beberapa macam
wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak
tersetruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan
data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang
informasi apa yang diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara,
pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Berbeda
dengan wawancara semiterstruktur (Semistructure Interview), jenis
wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview, di mana
dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara
terstruktur. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara
diminta pendapat, dan ide-idenya. Sementara Wawancara tak berstruktur
(unstructured interview) merupakan wawancara yang bebas di mana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistemis
dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa gari-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
3. Dokumentasi
Selain wawancara dan observasi, cara lain untuk memperoleh data adalah
studi dokumentasi. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang (Sugiyono, 2012, hlm. 82).
Teknik dokumentasi ini dapat membuat peneliti memperoleh informasi
bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi memperleh informasi dari
macam-macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan
dalam bentuk peninggalan budaya, karya seni, dan karya piker. Studi
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
metode observasi dan wawancara. Hasil observasi dan wawancara akan lebih
akurat jika didukung oleh dokumen yang terkait dengan focus penelitian
(Satori & Komariah, 2011, hlm. 148-149).
4. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber yang telah ada (Sugiyono, 2012, hlm. 83).
Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. peneliti
menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi
untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti,
untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang
sama (Sugiyono, 2012, hlm. 83).
E. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistemis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan
mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami
oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2012, hlm. 89).
Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012, hlm. 89) mengemukakan bahwa
aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas
dalam analisis data, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data
display), verifikasi/penarikan kesimpulan.
1. Reduksi data (data reduction)
Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih,
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan. Data kualitatif dapat
direduksi dan ditransformasikan dalam banyak cara, yaitu: melalui seleksi
halus, melalui rangkuman atau paraphrase, melalui menjadikannya suatu pola
yang besar dan seterusnya (Emzir, 2011, hlm. 130).
Data yang telah peneliti dapatkan melalui metode wawancara, observasi,
studi dokumentasi dan triangulasi kemudian diklasifikasikan berdasarkan
kategori-kategori yang relavan dengan rumusan masalah penelitian. Dalam
membuat kategorisasi, peneliti mengunakan teknik koding (pengkodean data).
Hal ini dibuat dengan tujuan memudahkan peneliti dalam membandingkan
temuan dalam satu kategori. Adapun, kategorisasi dalam penelitian ini adalah:
Tabel 2.1
Kode Reduksi Data
No. Aspek Kode Data
1. Profil Pesantren PP
2. Konsep Ketaatan KK
3. Proses Penanaman Nilai Ketaatan PNK
4. Faktor Pendukung dan Penghambat FP
5. Hasil Penanaman Nilai Ketaatan HP
2. Penyajian data (data display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data.
Dalam penelitian kualitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk
table, grafik, phie chard, pictogram, dan sejenisnya. Melalui penyajian data
tersebut , maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan,
sehingga akan semakin mudah difahami (Sugiyono, 2012, hlm. 95).
Penyajian data ini digunakan untuk lebih meningkatkan pemahaman kasus
dan sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis
sajian data (Gunawan, 2013, hlm. 211).
Untuk menganalisis transkip wawancara, cacatan lapangan observasi
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
memberikan koding berdasarkan teknik pengumpulan data yang ada pada
tabel 2.2, tabel 2.3, dan tabel 2.4.
Tabel 2.2
Identitas Responden dan Informan
No Nama Kode L/P Jabatan
1. KH. Q. Ahmad Syahid, Phd
WAQ 1 L Pendiri Pesantren dan ketua yayasan
2. KH. Ahmad Farizi, M.Pdi WAQ 2 L Pengasuh dan Pengajar 3. Ust. Kurnia Alfarisi WAQ 3 L Asatidz
4. Ust. Ali Imron WAQ 4 L Asatidz
5. Muhammad Iqbal Buqini WAQ 5 L Santri
6. Toriq Ajis WAQ 6 L Santri
7. Aldinur WAQ 7 L Santri
Tabel 2.3 Kode Observasi
No Jenis Kegiatan Kode
1. Observasi Proses Penanaman
Nilai Ketaatan OP
2. Observasi Sarana dan
Prasarana OS
3. Observasi Hasil Penanaman
Nilai Ketaatan OK
Tabel 2.4 Kode Dokumentasi
No Jenis Dokumentasi Kode
1. Dokumentasi Profile Pesantren Dok 1
2. Dokumentasi Profile Kiai Dok 2
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
4. Dokumentasi Jadwal Kegiatan Pesantren Dok 4
5. Dokumentasi Bahan Ajara Penanaman Nilai Ketaatan Dok 5
6. Dokumentasi Bacaan-Bacaan Zikir Dok 6
7. Dokumentasi Sarana Prasarana Dok 7
8. Dokumentasi Tata Tertib Pesantren Dok 8
3. Verifikasi/penarikan kesimpulan
Langkah ke tiga yang digunakan adalah verifikasi atau yang disebut juga
penarikan kesimpulan.
Penarikan kesimpulan adalah hasil penelitian yang menjawab focus
penelitian berdasarkan hasil analisis data. Simpulan disajikan dalam bentuk
deskriftip dan objek penelitian dengan berpedoman pada kajian penelitian
(Gunawan, 2013, hlm. 212).
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten sat peneliti kembali ke lapanagan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel
(Sugiyono, 2012, hlm. 99).
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan kesimpulan yang sesuai dengan
kenyataan, maka peneliti melakukan verifikasi yaitu memeriksa kembali
data-data yang telah direduksi dan disajikan dengan cara meminta saran, masukan,
86
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan mengenai internalisasi nilai
ketaatan di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung
dapat di simpulkan bahwa ketaatan yang diajarkan kepada santri di Pondok
Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung yaitu ketaatan yang
sesuai dengan ajaran agama Islam atau ketaatan dalam hal keagamaan, yang
sesuai dengan nilai-nilai Alquran, hadis atau assunah dan juga pemahaman para
ulama yang pakar dalam bidangnya, misalnya mengerjakan salat, berpuasa,
membaca Alquran, berzikir mengingat Allah, menuntut ilmu, patuh kepada orang
tua, patuh kepada guru atau kiai, dan amalan sunah lainnya.
Proses internalisasi nilai ketaatan yang diterapkan kepada santri di Pondok
Pesantren Alquran Al-Falah II, pada dasarnya dilakukan melalui dua cara yaitu
dengan cara memberikan materi-materi tenang ketaatan dan penggunaan
metode-metode yang dapat membantu pembentukan ketaatan. Materi ketaatan yang
diajarkan di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung
di kelompokan menjadi dua:
a. Materi ketaatan yang terhimpun dalam kitab ta’lim muta’alim dan bidatul
hidayah.
b. Materi ketataatan yang tercecer bersama materi lain dalam suatu kitab dan
hadis, seperti kitab tafsir jalalain, hadis Faḍoil Quran, dan lain-lain.
Metode dalam menginternalisasikan nilai ketaatan pada santri di Pondok
Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung adalah sebagai
berikut:
1. Metode keteladanan
Di dalam Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg, keteladanan
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
menjadi contoh keteladanan bagi santri baru. Sehingga untuk mengikuti apa
yang sudah menjadi kebiasaan yang berlaku diharuskan untuk meniru
tradisi-tradisi yang telah dilakukan oleh santri lama. Dan lambat laun peniruan itu
akan menjadi suatu kebiasaan bagi dirinya sendiri dan akhirnya membentuk
suatu ketaatan bagi santri. Di pondok pesantren ini, santri senior wajib
memberikan contoh yang baik bagi santri-santri junior, baik dalam kegiatan
beribadah, berpakaian, bersikap, bertutur kata maupun dalam aktifitas lainnya.
Dengan adanya keteladanan tersebut, santri-santri dapat mengambil pelajaran,
sehingga terbentuklah prilaku yang mencerminka n ketaatan.
2. Metode pembiasaan
Dengan adanya tata tertib dan aturan yang menuntut adanya pelaksanaan
secara rutin, ini menunjukkan adanya metode pembiasaan dan latihan sebagai
sarana untuk mewujudkan pribadi yang terbiasa dengan kegiatan-kegiatan
rutin tersebut. Latihan dan pembiasaan santri kaitannya dengan penanaman
nilai ketaatan misalnya membiasakan salat berjamaah, zikir setelah salat, serta
membaca Alquransetelah zikir, membiasakan mengucapkan salam jika
bertemu dengan orang lain dan mencium tangan kiai atau ustad. Dengan
adanya latihan dan pembiasaan ini, akan terbentuk ketaatan santri, baik itu
ketaatan kepada Allah, rasul, dan guru atau orang tua.
Faktor Pendukung dalam internalisasi nilai ketaatan di Pondok Pesantren
Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung antara lain adalah;
a. Adanya sarana dan fasilitas yang lengkap seperti masjid, asrama,
madrasah, aula, kantin, dan lain-lain.
b. Kepemimpinan kiai yang karismatik dan disegani oleh seluruh santrinya.
c. Santri percaya akan nilai keberkahan yang akan di dapat di pondok
pesantren apabila menaati kiainya.
d. Tata tertib pesantren yang menciptakan tradisi ketaatan, baik itu taat
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
e. Metode yang digunakan pondok pesantren dalam menginternalisasikan
nilai ketaatan. Misalnya bagi yang melanggar tata tertib di kenakan
hukuman menghafal salah satu surat dalam Alquranatau menghalal Hadis.
Bentuk hukuman tersebut mendidik santri untuk semakin taat terhadap
agamanya.
a. Kitab-kitab arab klasik yang menunjang nilai ketaatan yang di ajarkan di
pondok pesantren
Sementara hambatannya yaitu terjadi perubahan paradigma di masyarakat
mengenai pesantren. Pesantren di anggap sebagai bengkel akhlak atau tempat
untuk memperbaiki moral sudah melekat di benak para orang tua. Seandainya
di dalam kelurga terdapat anak nakal maka orang tua memasukannya ke
dalam pesantren sementara jika anaknya pintar para orang tua memasukan
anak pintar tersebut ke sekolah negeri. Hal tersebut membuat infut santri yang
di dapat oleh pondok pesantren seadanya atau kurang baik. Sehingga ketika di
awal-awal mereka masuk kedalam lingkungan pesantren banyak yang
melanggar tata tertib pesantren itu sendiri.
Pada dasarnya proses internalisasi nilai ketaatan terbentuk dari kebiasaan
atau tradisi yang dilakukan oleh para santri di pondok pesantren. Yang
dimaksud tradisi di sini adalah seperangkat perilaku yang sudah menjadi
kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan dan senantiasa dilakukan, diamalkan,
dipelihara dan dilestarikan di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg
Kabupaten Bandung.
Dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di Pondok
Pesantren Alquran Al-Falah II dapat diketahui ada beberapa tradisi pondok
pesantren yang orientasinya membentuk ketaatan santri yaitu :.
1. Dalam bentuk ibadah
a. Salat berjamaah
b. Salat rawatib, salat malam (tahajud), salat dhuha
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
d. Puasa wajib, puasa sunah, puasa ijazah dan lain-lain.
2. Kebiasaan sehari-hari
a. Mencuci pakaian sendiri
b. Senantiasa memakai pakaian syar’i yang sesuai dengan tata tertib.
c. Menghafal Alquran
3. Hubungan dengan orang lain
a. Bersalaman dan mencium tangan kiai ketika bertemu sebagai
penghormatan.
b. Selalu membungkukan badan setiap bertemu kiai
c. Mengucapkan salam setiap berpapasan dengan ustad ataupun sesama
teman.
d. dan lain-lain
4. Tradisi mingguan
a. Membaca ṣalawat al-Barjanji
b. Membaca surat yasin
c. Ṭariqoh
Dari beberapa tradisi yang ada di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II
Nagreg Kabupaten Bandung dapat dipahami sebagai hasil dari penanaman
nilai ketaatan. Dalam hal ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa hal yaitu
:
1. Ketaatan terhadap Allah
Dengan status dan kedudukan manusia yang diwajibkan mengabdi
kepada pencipta alam semesta yaitu Allah Swt, maka dengan itu Pondok
Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung memiliki
tradisi yang berbentuk ibadah kepada Allah sebagai sarana pendekatan diri
kepada Nya. Bentuknya adalah seperti salat wajib dengan berjamaah, salat
rawatib, salat malam, salat dhuha, zikir, membaca Alquran, puasa. Hal
tersebut memiliki sifat relegiusitas dan ketaatan kepada Allah Swt.
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Realisasi dan wujud ketaatan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai
nabi dan rasul di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg
Kabupaten Bandung memiliki tradisi seperti rutinan bacaan Shalawat
Al-Barjanji serta zikir-zikir yang berisi shalawat, menjalankan puasa
senin-kamis, dan lain-lain. Hal ini akan membentuk pribadi yang memiliki nilali
ketaatan kepada Rasulullah Saw yang akan berdampak kepada kehidupan
sehari-harinya.
3. Ketaatan terhadap guru atau orang tua
Di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung
para santri menghormati Kiainya sebagai pengasuh pondok pesantren.
Tradisi yang mencerminkan ketaatan santri terhadap kiai adalah
bersalaman disertai mencium tangannya sambil membungkukan badan.
Selain itu penghormatan santri kepada guru/kiai dan keluargannya yang
direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari seperti tidak berjalan di depan
guru, tidak duduk di tempat duduknya, tidak mengawali pembicaraan
kecuali atas seijinnya, mematuhi perintah-perintahnya, berusaha mencari
rida-Nya, membantu keperluan-keperluannya dan sebagainya merupakan
bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap kiai.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan sebelumnya peneliti
memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut :
1. Kepada pihak pondok harus bisa lebih mengayomi karena latar belakang
santri yang berbeda-beda.
2. Kepada pihak santri untuk terus menghormati kiainya. Karena keberkahan
ilmu dapat diraih apabila kita menghormati bukunya dan menghormati gurun
atau kiai.
3. Bagi sekolah-sekolah umum dapat menjadi rujukan untuk mengadopsi dalam
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
91
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
____________. (2012). Cordova Alquran dan terjemah. (T. K. RI, Trans.) Bandung: Syaamil quran.
Afandi, F. (2012). Pola kepemimpinan Kiai dalam pendidikan pesantren (Penelitian di pondok pesantren As-syi’ar Leles). Jurnal Pendidikan Universitas Garut,
Vol-06, 20-30.
Ahmadi, A., & Salimi, N. (2008). MKDU dasar-dasar pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
al-Atsari, A. b. (2006). Intisari aqidah ahlussunnah wal Jama'ah. (F. b. bthathy, Trans.) Jakarta: Pustaka Imam Syafi i.
Alfarisi, K. (2016, Juli 7). Internalisasi nilai ketaatan di pesantren. (A. Suwarna, Interviewer)
Ambroise, Y. (1993). Pendidikan nilai, dalam pendidikan nilai memasuki tahun
2000. Jakarta: Grasindo.
Arief Subhan, d. (2003). Citra perempuan dalam Islam pandangan ormas
keagamaan. Jakarta: Gramedia.
Arifin, M. (2012). Filsafat pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Astuti. (2015). Bimbingan shalat sebagai media perubahan prilaku. Jurnal Bimbingan
Konseling Islam, Vol-6, 299-318.
Azra, A. (1999). Pendidikan Islam: Tradisi dan moderenisasi menuju milenium baru.
Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Barton, G. (2010). Biografi Gusdur. Jogjakarta: LKIS.
Basrowi, & Suwandi. (2008). Memahami penelitian kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Basrowi, S. (2002). Metode penelitian kualitatif perspektif mikro. Surabaya: Insan Cendikia.
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Bermi, W. (2016). Internalisasi nilai- nilai agama Islam untuk membentuk sikap dan perilaku siswa sekolah dasar Islam terpadu Al-Mukminun. Jurnal Al Lubab,
Vol-1, 1-18.
Buqini, M. I., Ajis, T., & Aldinur. (2016a, November 7). Konsep ketaatan di pondok pesantren Alquran Al-Falah. (A. Suwarna, Interviewer)
Buqini, M. I., Ajis, T., & Aldinur. (2016b, November 7). Materi ketaatan yang diajarkan di pesantren Alquran Al-Falah. (A. Suwarna, Interviewer)
Chalpin, J. (2002). Kamus lengkap psikologi. (K. Kartono, Trans.) Jakarta: Raja Grafindo.
Dhofier, Z. (1990). Tradisi pesantren studi tentang pandangan hidup kiai. Jakarta: LP3ES.
Dhofier, Z. (2011). Tradisi pesantren; studi pandangan hidup kiai dan visinya
mengenai masa depan Indonesia. Jakarta: LP33ES.
Elmubarak, Z. (2008). Membumikan pendidikan nilai. Bandung: Alfabeta.
Elmubarok, Z. (2009). Membumikan pendidikan nilai. Bandung: Alfabeta.
Emzir. (2011). Metodelogi penelitian kualitatif analisis data. Jakarta: Rajawali Press.
Fakhri, J. (2010). Sains dan teknologi dalam Alquran dan implikasinya dalam pembelajaran. Jurnal Ta'dib, Vol-XV, 121-142.
Farizi, A. (2016, Juli 14). Internalisasi nilai ketaatan di pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Bandung. (A. Suwarna, Interviewer)
Ghazzali, I. (2009). Ihya ulumuddin. Menghidupkan ilmu-ilmu agama (Vol. 1). (Purwanto, Trans.) Bandung: Marja.
Gunawan, I. (2013). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Bumi Aksara.
Harafah. (2010). Zakat sebagai alternatif pemberdayaan ekonomi umat. Jurnal
Al-'Adl, Vol-3, 1-20.
Heri, J. (2005). Fikih pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hidayat, M. (2016). Model komunikasi kiai dengan santri di pesantren. Jurnal
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Hilda, L. (2014). Puasa dalam kajian Islam dan kesehatan. Jurnal Hikmah, Vol-VIII, 53-62.
Ihsan, F. (2010). Dasar-dasar pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Imran, A. (2016, Juni 12). Internalisasi nilai ketaatan pada santri di pondok pesantren Alquran Al-Falah Nagreg Bandung. (A. Suwarna, Interviewer)
Komariah, & Satori. (2011). Metodelogi penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Komariah, S. &. (2011). Metodelogi penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Kosasih, A. (2011). Model internalisasi nilai zikir pada ikhwan thariqat tijaniyah, desertasi pada program studi pendidikan umum sekolah pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.
Kosasih, A. (2016). Model pendidikan anti teroris melalui internalisasi nilai zikir di pesantren. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol-25, 101-110.
Majid, A., & Andayani, D. (2012). Pendidikan karakter perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Marzuki. (2006). Pembelajaran pendidikan agama Islam 1 kurikulum 2006 Sekolah
Menengah Pertama. Surakarta: Mediatama.
Marzuki. (2008). Meneladani Nabi Muhammad Saw. dalam kehidupan sehari-hari.
Jurnal Humanika, Vol-8, 75-87.
Maunah, B. (2009). Tradisi intelektual santri. Yogyakarta: Teras.
Muhaimin. (1996). Strategi belajar mengajar. Surabaya: Citra Media.
Nafi. (2007). Praktis pembelajaran pesantren. Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara.
Na'imah, N. (2014). Hubungan antara ketaatan beragama orang tua dengan motivasi belajar pendidikan agama Islam pada siswa kelas II SMA Kolombo tahun ajaran 2013/2014. Skripsi pada jurusan Pendidikan Agama Islam di UIN
Sunan Kalijaga. Yogyakarta: Tidak diterbitkan.
Nasihin. (2015). Internalisasi nilai- nilai agama Islam dalam pembinaan akhlak mulia.
Jurnal ummul qura, Vol-5, 1-10.
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Purwanto, M. K. (2012). Mengelola hati menggapai bisnis yang selalu untung :
Refleksi Al-Hikam. Yogyakarta: Andi Publisher.
Ramayulis. (2012). Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Rasyid, S. (1978). Fiqh Islam. Semarang: CV. Toha Putra.
Raya, A. T., & Mulia, S. M. (2003). Menyelami seluk beluk ibadah. Dalam Islam.
Jakarta: Prenada Media.
Sastrapratedja. (1993). "Pendidikan nilai", dalam pendidikan nilai memasuki tahun
2000. Jakarta: Grasindo.
Satori, D., & Komariah, A. (2011). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Setiawan, K. (2010). Masjid-masjid bersejarah di Jakarta. Jakarta: Erlangga.
Setiyadi, B. (2006). Metode penelitian untuk pengajaran bahasa asing: Pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Shaleh, A. (2006). Taqwa: makna & hikmah dalam Alquran. Jakarta: Erlangga.
Shiddiqy, M. H. (1989). Sejarah dan pengantar ilmu Alquran. Jakarta: Bulan Bintang.
Shihab, M. Q. (2013). Wawasan Alquran. Bandung: Mizan.
Shodiq, M. (2011). Pesantren dan perunahan sosial. Jurnal Falasifa, Vol-2, 107-117.
Sholikhin, M. (2010). Menyatu diri dengan ilahi. Yogyakarta: Narasi.
Sofanudin, A. (2015). Internalisasi nilai-nilai karakter bangsa melalui mata pelajaran pendidikan agama Islam pada SMA Eks-Rsbi di Tegal. Jurnal Smart, Vol-1, 151-163.
Sudjana, N. (1989). Dasar-dasar proses belajar-mengajar. Bandung: Sinar Biru.
Sugiyono. (2009). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode penelitian bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode penelitian manajemen. Bandung: Alfabeta.
Acep Suwarna, 2016
INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Suparman, D. (2015). Pembelajaran ibadah shalat dalam perpektif psikis dan medis.
Jurnal Istek, Vol-IX, 48-70.
Syahid, A. (2016, Juli 20). Internalisasi nilai ketaatan di pondok pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Bandung. (A. Suwarna, Interviewer)
Syahidin, d. (2009). Moral dan kognisi Islam. Alfabeta: Alfabeta.
Tafsir, A. (2010). Filsafat pendidikan Islami. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Tafsir, A. (2012). Filsafat pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Taimiyah, I. (2005). Kumpulan fatwa Ibnu Taimiyah tentang amar ma’ruf nahyi
munkar dan kekuasaan, siyasah syar’iyah dan jihad fi sabilillah. Jakarta: Daral Haq.
Umar, B. (2010). Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.
Wahab, M. A. (2013). Selalu ada jawaban. Jakarta: Qultum Media.
Wahyudin, Y. (2014). Kiai langka dari cicalengka. Bandung: Cahaya Matahari.
Yunus, M. (1972). Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT. Hidakarya Agung.