PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7
DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Melinda Prilanita Rosandi NIM 1105255
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN
BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG
Oleh
MELINDA PRILANITA ROSANDI
1105255
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© MELINDA PRILANITA ROSANDI 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
2015
Hak cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruh atau sebagian,
MELINDA PRILANITA ROSANDI
PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN
BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C
YPLB CIPAGANTI BANDUNG
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I
Dra. Hj. Pudji Asri, M. Pd
NIP. 195103261979032002
Pembimbing II
Dr. H. Dedy Kurniadi, M. Pd.
NIP.1956032211982031001
Mengetahui
Ketua Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Budi Susetyo, M. Pd.
ABSTRAK
PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG
Oleh : Melinda Prilanita Rosandi (1105255)
Siswa tunagrahita sedang dalam karakteristiknya mengalami permasalahan dalam aspek berbahasa ekspresif, dimana umumnya siswa sulit dalam menyampaikan, mengutarakan dan mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Kurangnya perhatian dan kesempatan dari lingkungan sekitar siswa menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi siswa sulit dalam meningkatkan bahasa ekspresifnya. Berdasarkan kasus yang ditemukan di lapangan, siswa tunagrahita sedang memiliki kecenderungan kurang mampu dalam berbahasa ekspresif secara baik. Dalam hal ini, siswa yang sudah memiliki potensi haruslah diaktualkan kemampuan dalam berbahasa ekspresifnya. Dan bagi yang masih sangat kurang tentu perlu untuk terus diberikan motivasi dan penanganan secara khusus dan konsisten. Bahasa ekspresif dirasa perlu guna meningkatkan kemampuan diri siswa. Selain itu hal ini berkaitan mengenai perkembangan interaksi dan komunikasi anak, dimana di dalamnya membutuhkan bahasa dalam hal ini bahasa ekspresif. Tujuan penelitian kali ini yakni untuk mengetahui pengaruh dari boneka tanga terhadap peningkatan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang di SPLB-C YPLB Cipaganti. Media boneka tangan ini dirasa cocok dijadikan sebagai alat dalam membantu menstimulus siswa dalam berbahasa ekspresif. Boneka memiliki kecenderungan mampu menstimulus siswa untuk mau berbicara, dalam hal ini berbahasa ekspresif. Siswa akan seperti layaknya bercakap-cakap dengan bonekanya atau dia akan cenderung memerankan tokoh bonekanya dengan menjadi pengisi suaranya. Metode penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif penulis pilih sebagai metode yang digunakan dalam penelitian ini, dengan desain Preexperimental Design one group pre-test post-test. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni dengan teknik non-tes (inventori). Subjek yang diambil dalam penelitian ini adalah enam orang siswa tunagrahita sedang. Dari hasil penelitian ini, menunjukkan adanya peningkatan skor dari fase pre-test ke fase post-test mulai dari kisaran 3 sampai 11 skor. Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa media boneka tangan memberikan pengaruh terhadap peningkatan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang di SPLB-C YPLB Cipaganti. Meninjau hasil penelitian ini, peneliti merekomendasikan kepada guru menggunakan media boneka tangan sebagai alternatif baru dalam pembelajaran di kelas untuk meningkatkan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang.
Melinda Prilanita Rosandi, 2015
PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
EFFECT OF MEDIA HAND PUPPET ON THE IMPROVEMENT EXPRESSIVE LANGUAGE STUDENTS SMPLB MENTAL RETARDATION MODERATE CLASS 7 IN
SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG
By : Melinda Prilanita Rosandi (1105255)
Students mental retardation moderate experiencing problems in their characteristics in the aspects of expressive language, where students are generally difficult in communicating, say and express what they feel. Lack of attention and opportunity from the environment around the students became one of the factors that influence students' hard to improve expressive language. Based on the cases found in the field, students of mental retardation moderate have a tendency disadvantaged in expressive language properly. In this case, students who already have the potential to be actual ability in expressive language. And for those who still lack certainly need to continue to be given the motivation and special handling and consistent. Expressive language is necessary in order to improve the ability of students. In addition it relates to the development of the child's interaction and communication, where it requires the language in this expressive language. The purpose of the present study to determine the effect of hand puppet to increase expressive language of the students mental ratardation moderate in SPLB-C YPLB Cipaganti. This hand puppet media considered suitable be used as a tool in helping to stimulate students in expressive language. Doll has a tendency can stimulate students to want speak, in this case the expressive language. Students will like a having a conversation with the puppet or they will tend to playing the character of the puppet with a filler voice. Methods of experimental research with a quantitative approach the authors chose as the methods used in this study, with Preexperimental design Design one group pre-test post-pre-test. Data collection techniques used by the non-pre-test techniques (inventory). Subjects were taken in this study were six _ students of mental ratardation moderate. From these results, it showed an increase in scores from the phase of pre-test to post-test phase starting from the range of 3 to 11 scores. Based on these results, it was concluded that the media hand puppets give effect to an increase in expressive language students of mental ratardation moderate in SPLB-C YPLB Cipaganti. Reviewing the results of this study, the researchers recommend to the teacher uses a hand puppet media as a new alternative in the classroom to enhance the expressive language students of mental ratardation moderate.
i
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR DIAGRAM ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
1. Tujuan Penelitian ... 6
2. Manfaat Penelitian ... 6
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 7
BAB II PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN BAHASA EKSPRESIF DALAM PEMBELAJARAN ANAK TUNAGRAHITA SEDANG ... 9
A. Deskripsi Teori ... 9
1. Tunagrahita ... 9
a. Pengertian Tunagrahita ... 9
b. Klasifikasi Tunagrahita ... 11
c. Tunagrahita Sedang ... 12
d. Dampak Tunagrahita ... 13
2. Bahasa Ekspresif ... 16
a. Pengertian Bahasa Ekspresif ... 16
ii Melinda Prilanita Rosandi, 2015
PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Pentingnya Pengembangan Bahasa Ekspresif ... 22
d. Penelitian Bahasa Anak Tunagrahita ... 23
3. Media Boneka Tangan ... 24
a. Pengertian Media ... 24
b. Jenis Media ... 24
c. Manfaat Media ... 25
d. Pengertian Media Boneka Tangan ... 26
e. Manfaat Media Boneka Tangan ... 27
f. Kelemahan dan Kelebihan Media Boneka Tangan .... 28
f. Langkah-Langkah Menggunakan Media Boneka Tangan ... 29
B. Penelitian Yang Relevan ... 30
C. Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian ... 31
1. Kerangka Berpikir ... 31
2. Hipotesis Penelitian ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
A. Metodologi Penelitian ... 35
B. Variabel Penelitian ... 36
1. Definisi Konsep ... 36
a. Variabel Bebas ... 36
b. Variabel Terikat ... 37
2. Definisi Operasional Variabel ... 37
a. Variabel Bebas ... 37
b. Variabel Terikat ... 38
C. Populasi dan Sampel ... 38
D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 40
1. Instrumen Penelitian ... 40
2. Uji Validitas Instrumen ... 44
3. Reliabilitas Instrumen ... 45
4. Teknik Pengumpulan Data ... 48
E. Prosedur Penelitian ... 49
iii
2. Pelaksanaan Penelitian ... 50
F. Teknik Pengolahan Data ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
A. Hasil Penelitian ... 54
B. Pengolahan Data ... 58
C. Pengujian Hipotesis ... 59
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 64
A. Simpulan ... 64
B. Rekomendasi ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 67
iv Melinda Prilanita Rosandi, 2015
PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Keterampilan Bahasa ... 18
3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Bahasa Ekspresif Siswa Tunagrahita Sedang ... 41
3.2 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 47
4.1 Skor Pre-test ... 54
4.2 Skor Post-test ... 55
4.3 Peningkatan Skor Pre-test dan Post-test Bahasa Ekspresif Siswa Tunagrahita Sedang ... 56
v
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Halaman
4.1 Skor Pre-Test dan Post-Test Bahasa Ekspresif Siswa Tunagrahita
vi Melinda Prilanita Rosandi, 2015
PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Proses Bimbingan Penulisan Skripsi ... 71
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 74
Instrumen Penelitian ... 76
Perhitungan Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 82
Judgement Expert ... 86
Uji Reliabilitas ... 102
RPP Penelitian ... 119
Hasil Pre-test ... 136
Hasil Post-test ... 167
Tabel Wilcoxon ... 198
Surat-Surat Penelitian ... 200
Dokumentasi ... 206
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya interaksi dan komunikasi merupakan dua unsur yang saling
berkaitan satu dan yang lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai
makhluk sosial pasti akan melakukan suatu interaksi, baik dengan individu lain
maupun dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini merupakan suatu kebutuhan
manusia agar mereka memahami tujuan dan maksud seseorang.
Setelah interaksi ini sudah dapat berjalan dengan baik, maka kita akan mulai
berkomunikasi antara satu individu dengan individu yang lainnya. Komunikasi
ini merupakan proses terjadinya pertukaran informasi. Pada umumnya,
masyarakat kita masih salah mengartikan makna komunikasi ini. Mereka
beranggapan jika pertukaran informasi ini hanya bisa secara verbal saja padahal
komunikasi ini bisa juga berupa non verbal, misalnya dengan isyarat, tulisan,
atau simbol yang tentunya bahasa isyarat ini sudah pasti di mengerti oleh semua
orang. Komunikasi ini juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Jika komunikasi antara komunikator (pembicara/pemberi pesan) dan
komunikan (penerima pesan) sudah terjalin dengan baik, maka informasi yang
diberi dan diterima pun akan dapat di mengerti dengan baik pula. Bahasa,
merupakan salah satu alat individu dalam membangun interaksi dan komunikasi
dengan individu yang lain. Menurut Syamsuddin (1986, hlm. 2) :
2
Melinda Prilanita Rosandi, 2015
PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bahasa merupakan suatu alat yang digunakan seseorang dalam
membangun interaksi dan komunikasi dengan lingkungannya, dimana bahasa
sebagai alat bersifat mempengaruhi dan dipengaruhi. Kemampuan berbahasa itu
sendiri terbagi atas dua yakni bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. Kemampuan
bahasa reseptif lebih kepada kemampuan seseorang untuk mengerti dan
memahami apa yang telah disampaikan kepadanya. Sedangkan kemampuan
bahasa ekspresif lebih kepada kemampuan yang ditunjukkan melalui aktivitas
yang ia lakukan dari apa yang didapatnya baik berupa symbol, isyarat atau
bicara. Kemampuan berbahasa ekspresif sangat erat kaitannya dengan kegiatan
berbicara, dimana berbicara merupakan kemampuan seseorang dalam
mengutarakan atau mengekspresikan keinginan, kebutuhan, dan ide/gagasan
dalam melakukan suatu komunikasi secara verbal.
Kemampuan berbahasa pada diri individu tentu berkaitan dengan tingkat
intelegensinya. Orang dengan tingkat intelegensi yang tinggi tentu memiliki
kecakapan dalam hal berbahasa yang baik, terlihat dengan penggunaan kata yang
baik dan tepat dalam suatu kalimat ketika sedang berbicara atau dapat terlihat
dengan pembendaharaan kata yang banyak saat individu tersebut berbicara atau
dalam mengekspresikannya ke dalam sebuah tulisan.
Pada umumnya siswa dengan hambatan intelegensi atau tunagrahita sering
mengalami kendala dalam berbahasa. Baik dalam keterampilan bahasa reseptif
maupun bahasa ekspresif. Pembelajaran akan hal ini tentu dibutuhkan oleh anak
tunagrahita guna menggali potensi dan perkembangan dalam dirinya dimana
dalam penerapannya tentu membutuhkan pelayanan dan metode yang berbeda
atau secara khusus. Usaha dalam rangka memberikan hak atas pendidikan bagi
anak berkebutuhan khusus tertuang dalam Pasal 5 ayat (2) UU No. 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi ͞setiap warga negara
yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial
berhak memperoleh Pendidikan Khusus͟.
Berdasarkan pemaparan undang-undang di atas dapat terlihat bahwasannya
3
siapapun tanpa melihat latar belakang dan juga hambatannya baik ia berkelainan
secara fisik, mental/intelegensi dan emosi-sosialnya.
Siswa tunagrahita sulit dalam memahami, mengerti, dan mengekspresikan
suatu bahasa yang ia terima, mereka akan cenderung salah menanggapi. Mereka
juga biasanya memiliki kekurangan dalam penguasaan pembendaharaan kata.
Beberapa dari anak tunagrahita yang sudah memiliki beberapa kosa kata, mereka
akan cenderung mengulang-ulang kata tersebut atau mengulang apa yang orang
lain katakan (membeo). Bagi yang masih kurang dalam pembendaharaan kata
dan kurang dalam mengartikulasikannya dengan baik mereka akan cenderung
mengeluarkan kata-kata yang tidak bermakna atau kata yang kurang jelas
(bubbling). Adanya kesulitan dalam berbahasa inilah yang penulis rasa menjadi
cikal bakal permasalahan anak dalam bersosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya. Montessori mengemukakan dalam Suyadi (2010, hlm. 97) bahwa
“Ketika anak belajar bahasa melalui interaksi orang dewasa, anak-anak tidak
hanya mempelajari redaksi kata dan kalimat, melainkan juga struktur kata dan
kalimat itu sendiri”. Dari pernyataan Montessori tersebut, terlihat jelas bahwa lingkungan sangatlah berperan penting dalam pembelajaran bahasa pada diri
seorang siswa. Dalam hal ini, penulis yang berlatar belakang berkecimpung di
dalam ranah pendidikan khusus dan merupakan bagian dari lingkungan terdekat
siswa tunagrahita merasa tergugah untuk mau ikut berperan serta dalam
menciptakan pembelajaran bahasa yang baik bagi siswa tunagrahita. Bahasa
ekspresif dirasa perlu untuk dikembangkan pada siswa tunagrahita terutama pada
siswa tunagrahita sedang. Hal ini bertujuan agar siswa mampu mengekspresikan
apa yang ia rasakan, sebagai bentuk pengungkapan kebutuhan anak dalam
bentuk bahasa dan juga dapat meningkatkan (menambah) perbendaharaan kata
yang siswa miliki, sehingga kelak siswa akan dapat dengan mudah dalam
menerima informasi dan menyampaikan respon dalam bentuk bahasa ketika
siswa bersosialisasi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitar.
Berdasarkan pemaparan diatas, upaya meningkatkan kemampuan bahasa
4
Melinda Prilanita Rosandi, 2015
PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
peneliti berniat untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh
Media Boneka Tangan terhadap Peningkatan Bahasa Ekspresif Siswa SMPLB Tunagrahita Sedang Kelas 7 di SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung”. Media dalam pelaksanaan penelitian ini dirasa penting karena penulis meninjau karakteristik daripada siswa tunagrahita dimana mereka
membutuhkan adanya suatu pelayanan atau metode khusus dalam melaksanakan
pembelajaran, hal ini dikarenakan adanya hambatan dalam atensi siswa yang
tentu akan berimbas pada gangguan dalam aspek penerimaan informasi. Media
yang penulis sekaligus peneliti gunakan dalam penelitian ini yakni boneka
tangan. Menurut Musfiroh (2005, hlm. 179) “Boneka sebagai media dapat
menghidupkan suasana karena memiliki pesona dihadapan anak. Boneka dapat
membuat anak berimajinasi bahwa boneka itu dapat berbicara dan bisa pula
diajak berbicara”. Dari pemaparan tersebut, dapat terlihat jelas bahwa setiap anak tentu menyukai boneka apalagi siswa tunagrahita dimana mereka
cenderung akan memperhatikan suatu hal yang mencolok dan berbeda
sebelumnya (hal yang dirasa baru dalam pembelajaran siswa tunagrahita sedang
sehari-hari). Dengan demikian, siswa akan cenderung memperhatikan boneka
yang seolah-olah berbicara tersebut karena umumnya siswa tunagrahita sedang
senang dan tertarik pada media yang riil.
B. Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang dapat diidentifikasi terhadap kemampuan bahasa
ekspresif siswa tunagrahita yakni sebagai berikut:
1. Hambatan siswa tunagrahita yang pada umumnya mengalami kesulitan
dalam aspek berbahasa ekspresif.
2. Banyaknya siswa tunagrahita yang sulit dalam mengaplikasikan bahasa
ekspresif dalam bersosialisasi dan berkomunikasi dengan lingkungan
5
3. Kurangnya kesempatan siswa tunagrahita di lingkungan sekitarnya dalam
mengembangkan bahasa ekspresifnya.
4. Kurangnya media pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan
siswa berbahasa secara aktif, dimana media ini sangat dibutuhkan karena
siswa tunagrahita cenderung mampu dengan mudah menerima informasi
secara konkrit (nyata). Siswa juga cenderung sulit dalam memusatkan
perhatian jika hal tersebut sifatnya monoton.
5. Kurangnya sarana dan prasarana yang dapat menunjang keberlangsungan
proses belajar mengajar yang optimal.
6. Kurangnya peran guru yang mampu menghidupkan pembelajaran menjadi
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan (PAIKEM) dan
penuh motivasi pada siswa.
C. Batasan Masalah
Dilihat dari pemaparan latar belakang di atas, penelitian ini dirasa masih
luas cakupannya. Selain itu, jika ditinjau dari banyaknya kasus yang dtemukan
dalam anak tunagrahita, maka penulis membatasi fokus permasalahan pada
penerapan media boneka tangan terhadap peningkatan bahasa ekspresif siswa
tunagrahita sedang di SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung. Dengan indikator
variabel bahasa ekspresif mengungkapkan atau mengucapkan hal-hal yang ada di
lingkungan sekitar anak (kata benda, kata sifat dan pertanyaan sederhana).
D. Rumusan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan dapat terfokuskan dan terarah secara tepat
dan jelas, berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan dan
dirumuskan maka secara umum rumusan permasalahan pada penilitian ini adalah
“Adakah Pengaruh Media Boneka Tangan dalam Peningkatan Bahasa Ekspresif
6
Melinda Prilanita Rosandi, 2015
PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini berupaya untuk melihat pengaruh dari
media boneka tangan yang diterapkan pada anak tunagrahita sedang dalam
meningkatkan bahasa ekspresif.
2. Manfaat penelitian
Dari hasil penelitian ini, penulis berharap laporan penelitian ini dapat
bermanfaat, adapun manfaat itu antara lain:
a. Manfaat Teoritis
1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai kajian bahan lebih
lanjut untuk kegiatan peningkatan bahasa ekspresif untuk siswa
dengan hambatan intelegensi atau siswa tunagrahita sedang.
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
mengenai kegiatan peningkatan bahasa ekspresif untuk siswa
dengan hambatan intelegensi atau siswa tunagrahita sedang.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi siswa dapat melakukan kegiatan peningkatan-peningkatan
bahasa ekspresif dalam mengungkapkan perasaan dengan kata sifat
menggunakan media boneka tangan.
2) Bagi guru dapat dijadikan panduan untuk kegiatan pembelajaran
peningkatan bahasa ekspresif untuk siswa tunagrahita sedang.
3) Bagi sekolah dapat di jadikan sebagai gambaran dan referensi
mengenai kegiatan peningkatan bahasa ekspresif siswa tunagrahita
sedang. Sehingga dapat memberikan masukan untuk pengadaan
program khusus mengenai peningkatan bahasa pada siswa.
4) Bagi penulis sendiri, dapat memberikan wawasan yang lebih
mengenai permasalahan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang
7
F. Struktur Organisasi Skripsi
Skripsi atau karya tulis ilmiah merupakan suatu karya tulis yang
memerlukan adanya suatu sistematika penulisan, dimana sistematika penulisan
ini diharapkan memudahkan pembaca dalam memahami isi dari karya tulis
tersebut. Dengan demikian, penulis merumuskan beberapa bagian pokok bahasan
agar mempermudah pembaca dan pesan yang disampaikan penulis dalam
karyanya dapat sampai dengan baik dan jelas pada pembaca. Berikut beberapa
rumusan pokok bahasan tersebut :
Bab I isinya membahas tentang latar belakang penelitian yang akan penulis
lakukan. Latar belakang penelitian ini adalah bahasa ekspresif siswa tunagrahita
sedang yang perlu ditingkatkan dengan menggunakan suatu media yang dirasa
tepat. Siswa tunagrahita sedang umumnya sudah memiliki beberapa kosa kata
dalam pembendaharaan katanya. Namun, adanya gangguan pada system otak
dimana umumnya gangguan tersebut juga mempengaruhi system berbahasa pada
anak tunagrahita. Hal ini yang menyebabkan adanya pengaruh gangguan dalam
berbahasa ekspresif siswa. Minimnya kepekaan orang sekitar siswa untuk
meningkatkan aspek tersebut masih sering dijumpai di lapangan, seperti proses
pembelajaran dikelas dimana masih banyak pembelajaran yang berpusat pada
guru tentu hal ini akan menutupi kebutuhan siswa dan tentu akan membuat
siswa pada situasi belajar pasif dan ia tidak akan banyak melakukan kegiatan
berkomunikasi dimana di dalamnya terdapat berbahasa ekspresif. Penulis merasa
bahwa perlu adanya suatu cara atau langkah yang tepat dalam pembelajaran yang
membuat siswa tunagrahita sedang aktif berbahasa ekspresif, dengan
menggunakan media dimana siswa tunagrahita akan lebih terpacu dan mau
merespon untuk melakukan bahasa ekspresif dengan baik dan benar. Media
pembelajaran yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah menggunakan
media boneka tangan. Dalam bab I ini akan dijelaskan tentang identifikasi
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur
8
Melinda Prilanita Rosandi, 2015
PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bab II isinya membahas mengenai landasan teoritis atau kajian teoritis
yang merupakan pembahasan konsep atau dasar teori dari judul dan
permasalahan penelitian ini. Landasan teoritis yang akan dibahas adalah tentang
media boneka tangan,bahasa ekspresif dan siswa tunagrahita sedang. Pada bab II
ini penulis juga akan membahas mengenai penelitian relevan terdahulu, kerangka
berpikir serta hipotesis penelitian.
Bab III isinya membahas mengenai metode penelitian. Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian Preexperimental
Design. Prasetyo dan Jannah (2005, hlm. 161) mengatakan bahwa ͞peneltian
experimen ini digunakan karena keterbatasan jumlah subjek yang akan diteliti͟.
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam metode penelitian Preexperimental
Design adalah menggunakan One-grup pre-test-post-test design yaitu satu
kelompok eksperimen yang diukur variabel dependennya (pre-test), kemudian
diberikan perlakuan atau intervensi, dan diukur kembali variabel dependennya
(post-test), tanpa ada kelompok pembanding. Untuk memperoleh data penelitian
digunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu tes perbuatan, wawancara
dan observasi. Pada bab ini juga akan dibahas mengenai variabel penelitian,
instrument penelitian, subjek dan lokasi penelitian, teknik pengumpulan dan
pengolahan data penelitian.
Bab IV isinya membahas mengenai hasil temuan dari penelitian ini yang
berdasarkan pada hasil pengolahan dan analisis data, hasil dari pengolahan dan
analisis data akan dijelaskan secara sistematis dan jelas guna mempermudah
pembaca dalam memahami pengolahan dan hasil dari penilitian ini. Selain itu,
terdapat beberapa hal yang dibahas dalam bab IV ini yakni hasil pengujian
validitas dan reliabilitas, hasil penelitian dan pembahasan yang terkait dengan
pengaruh media boneka tangan terhadap peningkatan bahasa ekspresif siswa
tunagrahita.
Bab V isinya membahas penafsiran dan pemaknaan penelitian ini terhadap
BAB III
METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian
Metode sangat diperlukan dalam suatu kegiatan penelitian, hal ini
bertujuan agar penelitian tersebut memperoleh pemecahan masalah dari suatu
masalah yang sedang diteliti dan penelitian tersebut dapat mencapai tujuan
yang diharapkan. Menurut Narbuko dan Achmadi (2009, hlm. 1) “Metode
penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam memperoleh pengetahuan
dan pemecahan suatu masalah yang dihadapi dan dilakukan secara ilmiah,
sistematis dan logis dalam suatu kegiatan penelitian”.
Penelitian kuantitatif eksperimen yaitu “penelitian yang digunakan
untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi
yang terkendalai” (Sugiyono, 2008, hlm. 107).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian
Preexperimental Design. Prasetyo B dan Jannah, L M (2005, hlm. 161)
mengatakan bahwa “Peneltian experimen ini digunakan karena keterbatasan
jumlah subjek yang akan diteliti”.
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam metode penelitian
Preexperimental Design adalah menggunakan One-grup pre-test-post-test
design. Prasetyo B dan Jannah, L M (2005, hlm. 161) mengemukakan bahwa
One-grup pre-test-post-test design adalah “Satu kelompok Eksperimen yang
diukur variabel dependennya (pre-test), kemudian diberikan stimulus, dan
diukur kembali variabel dependennya (post-test), tanpa ada kelompok
pembanding”.
Dalam penelitian ini akan dilakukan pretest kemampuan bahasa
ekspresif siswa. Setelah dilakukan pretest selanjutnya akan diberikan suatu
perlakuan yaitu pembelajaran peningkatan bahasa ekspresif siswa dengan
menggunakan media boneka tangan sesuai kebutuhan dan kemampuan awal
36
Melinda Prilanita Rosandi, 2015
PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dirancang mengenai kemampuan bahasa ekspresif dalam mengungkapkan
perasaan dan kebutuhan dengan kata benda, sifat dan pertanyaan sederhana.
Dengan melakukan penelitian ini sedemikian rupa maka akan didapat hasil
dan data yang diperoleh, selanjutnya data dan hasil bisa dibandingkan
sehingga bisa diuji validitas dan reliabilitasnya.
Desain Penelitian
(Sugiyono,2009, hlm. 111)
Keterangan :
O1 = nilai pretest (sebelum diberi Intervensi)
O2 = nilai posttest (setelah diberi Intervensi)
X = Intervensi
B. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep
a. Variabel bebas
Variabel bebas adalah “variabel yang mempengaruhi variabel
terikat. Variabel bebas dikenal dengan istilah intervensi atau perlakuan”
(Sunanto J, 2006, hlm. 12).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media boneka tangan.
Menurut Gunarti (2010, hlm. 5.20) “Boneka tangan adalah boneka yang
ukurannya lebih besar dari boneka jari dan bisa dimasukkan ke tangan.
Jari tangan bisa dijadikan pendukung gerakan tangan dan kepala
boneka”. Sedangkan Sudjana (2010, hlm. 188) menyebutkan apa yang dimaksud dengan boneka tangan yaitu “Boneka yang digerakkan oleh
tangan disebut boneka tangan”. Ditambahkan oleh Musfiroh (2005,
hlm. 148) “Boneka tangan mengandalkan keterampilan guru dalam
menggerakkan ibu jari dan telunjuk yang berfungsi sebagai tulang
tangan”.
37
b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah bahasa ekspresif.
Bromley (Dhieni, 2006, hlm. 1.19) menyatakan “Kemampuan
berbicara merupakan suatu ungkapan dalam bentuk kata-kata. Ada
yang bersifat reseptif (dimengerti dan diterima) maupun ekspresif
(dinyatakan)”.
Bromley (Tarigan, 1994, hlm. 4) menambahkan bahwa :
Mendengarkan dan membaca sama-sama merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Mendengarkan berkaitan dengan penggunaan bahasa ragam lisan. sedangkan membaca merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis.
Gordon dan Browne (Dhieni, 2006, hlm. 7.5) menambahkan juga
mengenai hal ini bahwa “Penguasaan berbahasa ekspresif adalah
semakin seringnya anak menyatakan keinginan, kebutuhan, pikiran dan
perasaan kepada orang lain secara lisan.” Sedangkan seperti yang
dikemukakan oleh Tarigan (Suhartono, 2005, hlm. 20) mengemukakan
“Bicara atau bahasa ekspresif adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan
serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.”
2. Definisi Operasional Variabel a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Boneka Tangan. Dari
berbagai literatur diatas, penulis merumuskan langkah-langkah
penggunaan media boneka tangan, yakni :
1) Boneka tangan merupakan boneka yang diaplikasikan atau
digerakkan oleh tangan, boneka ini berupa boneka yang
disarungkan pada tangan.
2) Gunakan jari sebagai tulang bonek untuk menggerakkan
bagian-bagian anggota tubuh boneka, mulai dari tangan, kepala dan mulut
boneka.
3) Setelah tangan mampu menyesuaikan dengan ruang pada boneka
38
Melinda Prilanita Rosandi, 2015
PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sudah mampu diaplikasikan sebagai alat bantu dalam meningkatkan
bahasa eksresif anak tunagrahita sedang. Pengaplikasian boneka
tangan ini bisa dengan memaksimalkan gerakan tangan dan mulut
sebagai contoh dari bentuk bahasa ekspresif. Diharapkan siswa mau
dan mampu menirukannya.
b. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah bahasa ekspresif.
Bahasa ekspresif merupakan suatu ungkapan atau ekspresi seseorang
untuk memenuhi kebutuhan dan apa yang mereka rasakan. Bahasa
ekspresif yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah bentuk
bunyi, kata, ekspresi (mimik) sebagai bentuk ungkapan atas apa yang
mereka rasakan. Adapun rumusan dari indikator bahasa ekpresif dalam
penelitian ini, yakni :
1) Menyebutkan kata benda yang sering anak jumpai di
lingkungannya.
2) Menyebutkan serta mengekspresikannya dengan mimic wajah
berkaitan dengan kata sifat.
3) Menyebutkan pertanyaan sederhana yang biasa digunakan
sehari-hari.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2009, hlm. 89) bahwa :
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa tunagrahita sedang di
39
2. Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2009, hlm. 70) “Sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Penelitian ini
mengambil sample yakni siswa SMPLB tunagrahita sedang kelas 7 di
SPLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung.
Penulis sebagai peneliti menentukan sampel dalam penelitian kali
ini menggunakan teknik nonprobability sampling yakni merupakan teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang atau kesempatan bagi
setiap unsur/anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono,
2009, hlm. 120).
Berikut ini beberapa profil atau karakteristik siswa yang dijadikan
sebagai sampel pada penelitian ini :
1. AJ (14 tahun) Anak mengalami hiperaktivitas, cenderung
mengeluarkan kata-kata yang tidak dimengerti dan sulit dalam
memusatkan perhatian terutama pada orang yang baru ia kenal.
2. AS (17 tahun) anak cenderung pemalu pada orang yang baru ia kenal.
Ketika ia berekspresi masih belum bisa berekspresi dengan tepat
seperti ketika marah ia hanya tersenyum.
3. LL (15 tahun) periang, mudah dekat dengan orang, mampu manjawab
pertanyaan sederhana namun tetap harus diberikan penanganan dalam
peningkatan aspek berbicara terutama kosa kata, selain itu masih
perlu meningkatkan dalam ekspresi diri mengungkapkan perasaannya.
4. RN (15 tahun) pemalu, sangat sulit untuk diajak berinteraksi dan
komunikasi dengan orang yang baru dikenal, sulit dalam diajak
berbicara (hanya pada orang terdekat).
5. AM (14 tahun) pemalu, cenderung akan berbicara jika diberi stimulus,
membutuhkan peningkatan dalam aspek berbicara juga tentunya
dalam hal ini menambah kosa kata.
6. AG (15 tahun) mudah dekat, mudah dalam diberi stimulus untuk
berbicara namun tetap masih mengalami kekurangan (kekurangan
kosa kata dan masih belum jelas dalam pelafalan suatu kata) dan juga
40
Melinda Prilanita Rosandi, 2015
PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Suatu penelitian membutuhkan adanya alat ukur untuk mengukur
variabel yang akan diteliti, alat tersebut yakni instrument penelitian.
Instrument penelitian menurut Arikunto Suharsimi (2002, hlm. 136)
adalah “Alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”.
Penulis menggunakan instrumen penelitian dengan metode inventori
(pengamatan) dan dokumentasi. Penggunaan instrumen sebanyak 2 kali
yakni dalam bentuk pre-test dan post-test yang sama. Fase pre-test
dilakukan untuk mengetahui hasil kemampuan bahasa ekspresif siswa
sebelum diberi perlakuan menggunakan media boneka tangan. sedangkan
fase post- test dilakukan untuk mengetahui hasil kemampuan bahasa
ekspreif siswa setelah diberi perlakuan menggunakan media boneka
tangan. perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan media boneka tangan untuk meningkatkan bahasa ekspresif
dalam hal ini mengungkapkan perasaan dan kebutuhan menggunakan kata
benda, sifat dan pertanyaan sederhana pada siswa tunagrahita sedang.
Pada kegiatan Pretest dan Posttest, penulis memilih instrumen
penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan
instrument skala Guttman. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 139) “Penelitian
menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapat jawaban yang
tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan”. Jawaban dari setiap
instrument dalam skala Guttman yakni “mampu-tidak mampu, bisa-belum
bisa atau benar-salah”. Instumen kali ini menggunakan skala Guttman
dengan jawaban sebagai tabel ceklis ͞bisa-tidak bisa͟. Terdapat butir-butir
pertanyaan atau butir tes dalam setiap aspek dalam hal ini berbahasa
ekspresif dalam aspek berbicara (kata benda, kata sifat dan pertanyaan
41
Lingkup Indikator Butir soal
42
Melinda Prilanita Rosandi, 2015
PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Benda apakah itu ?
Kata sifat 2.1 Menunjukkan
44
Melinda Prilanita Rosandi, 2015
PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Uji Validitas Instrumen
Instrument penelitian hendaknya perlu diuji keabsahannya. Hal ini
bertujuan untuk mengukur tingkat kevalidan suatu instrument. Uji validitas
dirasa perlu dilakukan untuk mengukur keabsahan instrument penelitian
bahasa ekspresif ini, hal ini bertujuan agar instrument dapat digunakan
sebagaimana mestinya mengukur apa yang seharusnya diukur pada subjek
penelitian ini.Uji validitas yang digunakan dalam instrument penelitian ini
yakni berupa uji validitas berupa Judgement-Expert, menggunakan teknik
kecocokan para ahli dalam hal ini ahli yang peneliti ambil tak lain adalah
dosen Pendidikan Khusus FIP UPI khususnya dosen spesialisasi
tunagrahita dan tenaga pengajar di SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung.
Format dikotomi adalah format yang peneliti pilih untuk menguji
validitas instrument ini, dengan memberi poin/nilai 1 jika cocok dan nilai 0
jika tidak cocok. Langkah selanjutnya adalah penghitungan hasil uji
validitas dengan rumus :
x 100%
(Susetyo, 2014, hlm. 57)
Keterangan:
P : Persentase
F : Jumlah cocok
N : Jumlah penilai ahli
Kevalidan suatu butir tes akan dinyatakan valid jika kecocokannya
dengan indikator mencapai lebih besar dari 50% (Susetyo, 2014, hlm. 57).
Berdasarkan hasil pengujian instrument dengan teknik validitas
(perhitungan validitas instrument terlampir), diperoleh kesimpulan bahwa
setiap butir soal dinyatakan valid yang berarti butir soal dalam instrument
penelitian bahasa ekspresif ini dapat digunakan dimana persentase
45
3. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menurut Susetyo (2014, hlm. 65) merupakan ͞Suatu
perangkat alat ukur yang dapat dipercaya adalah alat ukur yang hasilnya
tidak berubah atau hasilnya relatif sama jika diperlukan pengetesan secara
berulang-ulang dan alat ukur yang demikian dinamakan reliabel͟.
Berdasarkan pemaparan Susetyo di atas diketahui bahwa reliabilitas
sebuah instrument sangatlah penting, hal ini untuk mengetahui apakah
instrument penelitian yang telah dibuat sudah reliable atau belum.
Reliabilitas instrument ini bertujuan agar instrument yang dibuat dapat
memberikan gambaran yang akurat, tepat dan terpercaya mengenai
kemampuan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang.
Peneliti menggunakan reliabilitas konsistensi internal untuk menguji
kereliabelan instrument penelitian bahasa ekspresif siswa tunagrahita
sedang ini. Pendapat Susetyo (2014, hlm. 67) mengenai hal ini
͞Reliabilitas konsistensi internal didasarkan pada sekor yang diperoleh
dari satu perangkat alat ukur dengan satu kali pengukuran pada tes͟.
Teknik Kuder-Richadson dipilih peneliti untuk menguji reliabilitas
instrument penelitian bahasa ekspresif ini. Pada teknik Kuder-Richadson
ini sebelum melakukan penghitungan nilai reliabilitas, langkah pertama
yang harus dilakukan adalah menghitung varians skor tes dengan rumus :
2
X = Jumlah skor keseluruhan
2A = Varians skor tes
Setelah menghitung varians skor langkah selanjutnya pada teknik
Kuder-Richadson ini adalah menghitung nilai reliabilitas instrument
dengan rumus :
46
Melinda Prilanita Rosandi, 2015
PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kr 20 =
Kr 20 = reliabilitas instrument K = jumlah butir tes
p = proporsi jawaban benar
q = proporsi jawaban salah
pq = jumlah perkalian jawaban benar dengan salah
2A = Varians skor tes
Diketahui N = 4
a. Menghitung Varians skor tes
47
Setelah dihitung dan mendapatkan nilai reliabilitas maka dapat
diinterpretasikan dengan klasifikasi koefisien reliabilitas sebagai berikut :
Tabel 3.2
Berdasarkan hasil dari uji reliabilitas instrumen penelitian bahasa
ekspresif siswa tunagrahita sedang (hasil uji reliabilitas terlampir), maka
diperoleh harga Kr 20 = 0,65. Dengan demikian, nilai tersebut
menunjukkan instrumen bahasa ekspresif pada penelitian ini tergolong
pada koefisien reliabilitas tinggi, maka instrumen penelitian mengenai
bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang dinyatakan reliabel dan dapat
digunakan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pada suatu penelitian data sangatlah diperlukan dalam
keberlangsungan jalannya penelitian, baik dijadikan sebagai patokan,
modal awal (informasi yang dibutuhkan) atau sebagai bentuk bukti riil dari
jalannya penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
48
Melinda Prilanita Rosandi, 2015
PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
didalamnya terkandung metode pengamatan dan dokumenasi. Soendari
(2008, hlm. 16) berpendapat ͞Inventori biasanya digunakan untuk melihat
prestasi siswa dalam bidang akademik, dan dapat pula digunakan untuk
mengukur aspek-aspek non-akademik, seperti kebiasaan dan perilaku
sosial͟.
Menurut Margono (2010, hlm. 175) :
Dalam daftar inventori para subjek diberi bermacam-macam pernyataan yang menggambarkan pola-pola tingkah laku mereka diminta untuk menunjukkan apakah tiap-tiap pernyataan itu merupakan cirri tingkah laku mereka, dengan jalan member tanda cek pada jawaban ya, tidak, dan tidak tahu. Skor dihitung dengan jalan menunjukkan jawaban yang sesuai dengan sifat yang diukur oleh peneliti.
Inventori adalah suatu metode pengumpulan data yang berisi
bermacam pernyataan mengenai kondisi subjek baik itu sifat, sikap,
perilaku dan hal-hal sejenisnya yang berkaitan dengan aspek-aspek
akademik maupun non-akademik dimana dalam penelitian ini lebih
ditujukan pada pengamatan non-akademik siswa dalam aspek bahasa
ekspresif. Teknik daftar inventori ini berfungsi sebagai dasar peneliti
dalam meninjau dan memahami kemampuan bahasa ekspresif (berbicara)
siswa tunagrahita sedang.
Meninjau pernyataan Margono di atas, dalam pelaksanaannya
peneliti menerapkan teknik inventori ini dengan cara mengamati pola-pola
tingkah laku siswa tunagrahita sedang dalam aspek berbahas ekspresif
(berbicara) pada saat pelaksanaan pre-test dan post-test. Setelah
mengamati perilaku siswa sebagai subjek yang akan di teliti, selanjutnya
siswa akan dinilai (penskoran) pada pernyataan yang cocok dengan
dirinya. Peneliti akan memberikan tanda ceklis () pada kolom mampu
jika siswa menunjukkan perilaku yang sesuai atau mampu melakukan
sesuai dengan pernyataan/butir soal yang tertera pada instrument, jika
siswa mampu maka akan diberi skor 1. Sedangkan, apabila terjadi
sebaliknya dimana siswa tidak mampu menunjukkan perilaku yang sesuai
49
pada instrument, peneliti akan member tanda ceklis () pada kolom tidak
mampu dan tentunya skor yang akan diberikan pada siswa yakni 0.
Selanjutnya skor yang telah diperoleh siswa dari hasil pre-test dan
post-test mengenai kemampuan berbahasa ekspresif akan peneliti telaah dan
tinjau kembali tentang bagaimana kondisi atau keadaan dari siswa
tunagrahita sedang dalam hal ini sebagai subjek penelitian.
E. Prosedur Penlitian 1. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian dirasa merupakan satu aspek penting yang
tidak boleh dilupakan. Perispan penelitian ini bertujuan agar penelitian
dapat berjalan dengan baik dan lancar, tentunya penelitian diharapkan
dapat berjalan dan membuahkan hasil yang diharapkan. Berikut
merupakan langkah-langkah dari persiapan penelitian ini, yakni :
a. Melakukan studi pendahuluan
Hal ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang akan di
teliti terutama mengenai kondisi dan keadaan dari subjek penelitian di
SPLB-C YPLB Cipaganti.
b. Mengurus surat perizinan dari penelitian ini
1) Meminta surat pengantar dari jurusan Pendidikan Khusus untuk
membuat permohonan pengangkatan dosen pembimbing.
2) Meminta surat permohonan keputusan Dekan FIP mengenai
pengangkatan dosen pembimbing dan surat pengantar izin
penelitian untuk diberikan pada pihak direktorat UPI melalui
Direktorat Akademik.
3) Mengurus perizinan penelitian di Direktorat Akademik untuk
selanjutnya diberikan pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
(KESBANGPOL).
4) Membuat surat permohonan izin penelitian di KESBANGPOL
berdasarkan surat pengantar dari Direktorat Akademik UPI.
5) Memberikan surat perizinan penelitian dari KESBANGPOL ke
50
Melinda Prilanita Rosandi, 2015
PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6) Menyerahkan surat izin penelitian kepada pihak sekolah SPLB-C
YPLB Cipaganti melalui Kepala Sekolah karena sekolah tersebut
akan dijadikan sebagai tempat penelitian.
c. Menyusun instrumen penelitian.
Peneliti menyusun instrument penelitian mengenai kemampuan
bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang. Seperti yang sudah
dipaparkan sebelumnya, bahasa eskpresif yang diambil yakni dalam
aspek berbicara dimana merupakan bentuk bahasa ekspresif.
Instrumen penelitian yang peneliti buat meliputi kisi-kisi instrumen,
pembuatan instrument dan pembuatan RPP.
d. Melakukan uji coba instrument berupa uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan peneliti dalam menguji kevalidan instrument
penelitian ini dengan melakukan Expert Judgement yakni dengan
meminta hasil telaah instrument kepada para ahli, dimana peneliti
memilih dua ahli dari dosen Pendidikan Khusus Spesialisasi
Tunagrahita dan satu orang ahli pengajar di SPLB-C YPLB
Cipaganti. Selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas dilakukan
pada empat orang siswa tunagrahita sedang di SPLB-C YPLB
Cipaganti Bandung.
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung.
Penelitian dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar di dalam kelas,
tentunya sudah disesuaikan dengan jadwal pembelajaran di sekolah
sehingga tidak mengganggu jalannya program pembelajaran. Peneliti
menyusun beberapa tahapan dalam melaksanakan penelitian ini yakni
sebagai berikut :
a. Meminta izin pelaksanan penelitian kepada pihak sekolah melalui
Kepala Sekolah SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung, melakukan
pendekatan pada siswa, sharing mengenai penelitian yang akan
51
penelitian maupun mengenai RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran).
b. Melaksanakan pre-test mengenai kemampuan bahasa ekspresif pada
siswa tunagrahita sedang. Kegiatan ini bertujuan agar peneliti
mengetahui sejauh mana kemampuan subjek penelitian sebelum
mendapat perlakuan. Proses pengumpulan data dilakukan pada saat
penelitian berlangsung dimana berupa hasil pengamatan peneliti
yang mengacu pada instrument tentunya dimana peneliti mencatat
jumlah skor mampu yang diperoleh siswa sebagai subjek penelitian.
c. Melaksanakan treatment atau perlakuan selama empat kali
pertemuan, pada saat pelaksanaannya peneliti menggunakan media
boneka tangan sebagai alat bantu dalam pembelajaran untuk
mengembangkan kemampuan bahasa ekspresif siswa tunagrahita
sedang.
d. Melaksanakan post-test dimana peneliti akan menghitung dan
meninjau kembali hasil dari kemampuan bahasa ekspresif siswa
tunagrahita sedang untuk mengetahui apakah ada imbas, pengaruh
atau perubahan yang dihasilkan dari perlakuan yang peneliti berikan
pada siswa tunagrahita sedang sebagai subjek penelitian.
F. Teknik Pengolahan Data
Setelah memperoleh data maka langkah selanjutnya adalah mengolah
data. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk mengolah data adalah
teknik statistik non-parametrik dengan tujuan memperoleh gambaran secara
jelas tentang hasil intervensi dalam jangka waktu tertentu. Data akan tersaji
dalam bentuk tabel atau grafik. Penggunaan analisis dengan grafik/tabel ini
diharapkan dapat lebih memperjelas gambaran sebelum, ketika diberi
intervensi media boneka tangan dan sesudah di intervensi dalam
meningkatkan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik Wilcoxon
52
Melinda Prilanita Rosandi, 2015
PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi bila datanya
berbentuk ordinal (berjenjang) (Sugiyono, 2010, hlm. 134).
Berikut langkah-langkah pengujian urutan bertanda Wilcoxon (Hasan,
2008, hlm. 304-305) :
1. Menentukan formulasi hipotesis.
: tidak ada perbedaan nyata antara pasangan data. : ada perbedaan nyata antara pasangan data 2. Menentukan taraf nyata dengan T tabelnya. 3. Menentukan kriteria pengujian
diterima apabila ≥ T ditolak apabila <T
4. Menentukan nilai uji statistic (nilai )
Tahap-tahap pengujian ialah sebagai berikut :
1. Menentukan tanda beda dan besarnya tanda beda antara pasangan data. 2. Mengurutkan bedanya tanpa memperhatikan tanda atau jenjang
a. Angka 1 untuk beda yang terkecil, dan seterusnya. b. Jika terdapat beda yang sama, diambil rata-ratanya. c. Beda nol tidak diperhatikan.
3. Memisahkan tanda beda positif dan negatif atau tanda jenjang. 4. Menjumlahkan semua angka positif dan angka negatif.
5. Nilai terkecil dari nilai absolute hasil penjumlahan merupakan nilai , yaitu nilai uji statistik.
6. Membuat kesimpulan : menyimpulkan diterima atau ditolak.
Adapun langkah-langkah atau tahapan dalam menggunakan teknik uji
Wilcoxon menurut Nurmalasari (2013, hlm. 48) yakni sebagai berikut :
1. Menskor tes awal dan tes akhir dari setiap penilaian, 2. Mentabulasi skor tes awal dan tes akhir,
3. Membuat tabel perhitungan skor tes awal dan tes akhir, 4. Menghitung selisih skor tes awal dan tes akhir,
5. Menyusun ranking,
6. Melakukan uji tanda dengan membubuhkan tanda (+) unuk selisih positif antara tes akhir dan tes awal. Tanda (-) diberikan untuk selisih negatif antara tes akhir dan tes awal,
7. Menjumlahkan semua ranking bertanda positif dan negatif,
8. Membandingkan uji tanda hitung ( T hitung ) dengan uji tanda tabel ( T tabel), untuk uji wilcoxon,
9. Membuat kesimpulan yaitu H1 diterima apabila T hitung T tabel dan H1
ditolak apabila T Hitung > T Tabel.
H1 = Adanya pengaruh dari penggunaan media boneka tangan terhadap
pengembangan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang di
53
H0 = tidak adanya pengaruh atau perubahan dari penggunaan media
boneka tangan terhadap pengembangan bahasa ekspresif siswa
64
Melinda Prilanita Rosandi, 2015
PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Meninju kembali pada hasil pemaparan pembahasan penelitian dan
pengujian hipotesis di bab IV, terlihat bahwa adanya pengaruh media boneka
tangan terhadap peningkatan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang.
Sebelum adanya perlakuan menggunakan media boneka tangan
terhadap sampel penelitian LL, RN, AJ, AG, AS, dan AM mereka
memperoleh masing-masing skor pre-test 20, 8, 19, 22, 19, dan 22. Skor
maksimal berdasarkan jumlah skor pada instrument bahasa ekspresif siswa
tunagrahita sedang ini adalah 25.
Setelah diberikan perlakuan menggunakan media boneka tangan
terhadap sampel penelitian LL, RN, AJ, AG, AS, dan AM mereka
memperoleh masing-masing skor post-test 23, 19, 24, 25, 25, dan 25. Hasil
post-test menunjukkan bahwa adanya peningkatan skor rata-rata pada kisaran
3 sampai 11 skor yang siswa peroleh dari instrument bahasa ekspresif pada
penelitian ini. Siswa mulai mau mengeluarkan dan mengucapkan kata-kata
sederhana bahkan mau dalam bercakap-cakap pertanyaan sederhana
sehari-hari dengan tidak malu dan percaya diri. Siswa juga mendapatkan
pembendaharaan ekspresi yang baru sehingga siswa bisa lebih
mengekspresikan perasaanya dengan benar. Siswa juga lebih terlihat aktif
berbicara di dalam kelas saat pembelajaran. Dan saat berinteraksi dengan
teman siswa juga terlihat lebih sering berbicara daripada sebelumnya saat
belum ada perlakuan dari media boneka tangan, meskipun masih berupa
kalimat sederhana.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh media boneka
tangan terhadap peningkatan bahasa ekspresif siswa SMPLB tunagrahita
sedang kelas 7 di SPLB-C YPLB Cipaganti. Terlihat dari perolehan skor yang
65
saat sebelum dan sesudah diberikannya perlakuan menggunkan media boneka
tangan. Berdasarkan hasil uji hipotesis Wilcoxon pada penelitian ini dimana
diperoleh Thitung = 0 Ttabel = 0, maka hipotesis yang diajukan (H1) diterima,
hal tersebut menunjukkan bahwa adanya pengaruh media boneka tangan
terhadap peningkatan bahasa ekspresif siswa SMPLB tunagrahita sedang
kelas 7 di SPLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang sebelumnya sudah
dipaparkan, peneliti merasa perlu beberapa hal yang harus disampaikan
sebagai bentuk rekomendasi pembelajaran di sekolah, antara lain sebagai
berikut :
1. Bagi Guru
Bahasa ekspresif ini perlu dalam mengembangkan diri siswa
terutama dalam aspek interaksi dan komunikasi siswa. Selain itu, bahasa
ekspresif sangatlah dibutuhkan tiap individu siswa, dimana hal tersebut
akan membantu dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada saat
jalannya perlakuan atau treatment siswa terlihat antusias dalam mengikuti
jalannya pembelajaran menggunakan media boneka tangan, terlihat ketika
bagaimana mereka memusatkan perhatiannya pada saat peneliti
mengeluarkan media tersebut. Ketika jalannya perlakuan terutama saat
media tersebut digunakan siswa dan peneliti bersama-sama siswa lebih
aktif dalam bercakap-cakap baik dengan peneliti maupun temannya. Maka
dari itu, peneliti merasa alangkah baiknya apabila media boneka tangan ini
digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran sehari-hari di dalam
kelas dalam mengembangkan bahasa ekspresif siswa tunagrahita sedang.
2. Bagi Orang Tua
Orang tua merupakan bagian lingkungan terdekat siswa di rumah.
Peran orang tua sangatlah penting dalam peningkatan dan perkembangan
pada diri anak, terutama dalam hal ini peningkatan bahasa ekspresif
dimana bahasa ekspresif ini perlu ditingkatkan dan dikembangkan dalam
66
Melinda Prilanita Rosandi, 2015
PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perlu upaya peningkatan bahasa ekspresif di lingkungan rumahnya. Orang
tua harus selalu memberikan bimbingannya di rumah kepada siswa supaya
siswa bisa meningkatkan kemampuan berbahasa ekspresifnya dengan
mudah di lingkungan rumahnya. Orang tua tentu dapat juga
mengaplikasikan boneka tangan sebagai media dalam memberikan
treatment bahasa ekspresif di rumah. Hal ini bertujuan dalam
mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi dan berkomuikasi
di lingkungan rumahnya. Membuat boneka tangan bersama anak di rumah
juga dapat membantu dalam menstimulus siswa untuk berinteraksi dan
berkomunikasi dengan orang tua, kaos kaki bisa dijadikan alternatif
penggunaan media boneka tangan. Yang paling utama yakni mengajak
siswa bercakap-cakap sesring mungkin di lingkungan rumahnya, agar
siswa mampu meningkatkan bahasa ekspresifnya secara signifikan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini memaparkan mengenai pengaruh dari media boneka
tangan terhadap peningkatan bahasa ekspresif bagi siswa SMPLB
tunagrahita sedang kelas 7 di SPLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung.
Dengan demikian, penelitian ini dapat dijadikan sebagai satu rekomendasi
bahan penelitian, masukan dan literatur dalam peneliti selanjutnya. Peneliti
berharap agar media boneka tangan ini bisa dijadkan sebagai alat bantu
dalam meningkatkan kemampuan-kemampuan lainnya pada anak
berkebutuhan khusus, khususnya bagi siswa tunagrahita.
Selain itu, adapun rekomendasi untuk peneliti selanjutnya agar
sering melakukan penelitian mengenai bahasa ekspresif ini agar menjadi
suatu kebiasaan yang tertanam pada setiap indiidu siswa khususnya siswa
tunagrahita dimana siswa tunagrahita umumnya mengalami hambatan
DAFTAR PUSTAKA
Alimin, Z. (2007). Pengajaran Bahasa Bagi Anak Tunagrahita. [online]. http://googleweblight.com/?lite_url=http://z-alimin.blogspot.com/2007/07/blog-post. diakses pada tanggal 12 April 2015).
Alwasilah, A. (2008). Filsafah Bahasa dan Pendidikan. Bandung : PT. REMAJA ROSDAKARYA.
Anggalia, A & Karmila, Mila. (2014). Upaya Meningkatkan Kemampuan Bahasa
Ekspresif Anak dengan Menggunakan Media Boneka Tangan Muca (Moving Mouth Puppet) pada Kelompok ATK Kemala Bhayangkari 01 Semarang. [online].
(http://ejurnal.upgrismg.ac.id/index.php/paudia/article/view/509 diakses pada 5 September 2014).
Arikunto,S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rinneka Cipta.
Budiman. (2006). Media Pembelajaran. Depdiknas: tidak diterbitkan.
Chaer, A. (2006). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Depdikbud. (1999). Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Jakarta: Balai Pustaka.
Dhieni, N. (2006). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Efendi, M. (2009). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.
Gunarti, W. (2010). Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.
Hasan. 2008. Analisis Data Penelitian Dengan Statistika. Jakarta : Bumi Aksara.
Hurlock, E. 1978. Child Development Sixth Edition. Jakarta: Erlangga.
Ingalls, Robert P. (1978). Mental Retardation: The Changing Outlook. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Khalilullah. (2004). Media Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta : Aswaja Pressindo.
Margono, S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rinneka Cipta.
68
Melinda Prilanita Rosandi, 2015
PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN BAHASA EKSPRESIF SISWA SMPLB TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 7 DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Musfiroh, T. (2005).Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.
Mustakim, N., et. al. (2001). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : Universitas Terbuka.
Narbuko & Achmadi. (2009). Metode Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nurmalasari, D. (2013). Pengaruh Pendekatan Beyond Centerrs and Circle Time
(BCCT) Sentra bermain peran naik kendaraan terhadap peningkatan keterampilan sosial anak tunagrahita sedang di SLB Pancaran Iman. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Prasetyo, B & Jannah, L M (2005). Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Purwanto. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta. Pusaka Pelajar.
Puspitasari, A. (2010). Tunagrahita. [Online].
(http://alytpusptasari.wordpress.com/2010/05/02/tunagrahita/ diakses pada tanggal 10 Maret 2015).
Rusyani, E. (2004). Bahasa dan Ketunarunguan. [Online]. (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19570510198503 1-ENDANG_RUSYANI/Bahasa_dan_Ketunarunguan.pdf. diakses pada 10 Maret 2015).
Sadja’ah, E. (2003). Bina Bicara, Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung: San Grafika.
Siswanti, A & Suwarto., D. (2012). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara
Dengan Menggunakan Media Boneka Tangan pada Anak Kelompok B TK Pembina Cawas Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012. [online], 1-6.
Soendari, T. (2008). Modul Pengajaran Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung : Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP UPI.
Somantri, S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT. Refika Aditama.