014/UN40.7.D1/LT/2014
MENGUNGKAP PEMAHAMAN INFORMASI AKUNTANSI DARI SUDUT PANDANG KEPALA SEKOLAH SMA NEGERI X
(Studi Fenomenologi Pada SMA Negeri X)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh : TIA ADITYANINGSIH
NIM. 0906924
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
Mengungkap Pemahaman Informasi Akuntansi dari Sudut
Pandang SMA Negeri X
(Studi Fenomenologi Pada SMA Negeri X)
Oleh Tia Adityaningsih
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperolah gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
Tia Adityaningsih
Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2014
ABSTRAK
MENGUNGKAP PEMAHAMAN INFORMASI AKUNTANSI DARI SUDUT PANDANG KEPALA SEKOLAH SMA NEGERI X
(Studi Fenomenologi Pada SMA Negeri X) Oleh
Tia Adityaningsih Pembimbing
Dr. H. Nono Supriatna, M.Si Agus Widarsono, SE.,M.,Si.,Ak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman informasi akuntansi di sekolah dari sudut pandang kepala sekolah sebagai pihak yang memiliki tanggung jawab dalam tercapainya akuntabilitas dan transparansi dengan menganalisis kesesuaian penerapan kebijakan dengan Petunjuk Teknis BOS serta pelaporan akuntansinya dengan Laporan Keuangan Terpadu.
Penelitian ini merupakan kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi yang dilakukan di SMA Negeri X. Data yang digunakan adalah data primer, diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap informan yang dipilih secara purposive.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman informasi akuntansi dari sudut pandang kepala sekolah sudah baik karena kepala sekolah mampu membuat kebijakan dan pelaporan pertanggungjawaban sesuai dengan pedoman, yaitu Petunjuk Teknis BOS SMA sehingga tercapai tujuan dari Laporan Keuangan Terpadu dan prinsip pengelolaan Manajemen Berbasis Sekolah yaitu akuntabilitas. Namun sulitnya masyarakat dan orang tua siswa mendapatkan informasi pengelolaan sekolah secara lengkap menjadikan sekolah kurang transparan. Adapun kendala yang dihadapi dalam upaya mencapai akuntabilitas dan transaparansi adalah terlalu banyaknya jenis laporan yang harus dibuat sekolah serta tidak adanya pelatihan langsung dari Dinas Pendidikan dalam membuat laporan pertanggungjawaban.
ABSTRACT
REVEALING THE UNDERSTANDING OF ACCOUNTING INFORMATION FROM THE PERSPECTIVE OF SMA NEGERI X’s PRINCIPAL
(Phenomenological Study in SMA Negeri X)
Arrange By: Tia Adityaningsih
Counselor:
Dr. H. Nono Supriatna., M.Si Agus Widarsono.,SE.,M.Si.,Ak
In this paper, the researsch is aimed for several purposes, to find out the understanding of accounting information from the perspective of principal as having the responsibility for achieving an accountability and transparency by analyzing the suitability of the application of the policy to Petunjuk Teknis BOS and the accounting reports with Laporan Keuangan Terpadu.
Since the subject of research is drawn from SMA Negeri X. The research employs descriptive-qualitative method, utilizing phenomenological approach. The collected data are primary data, the primary data are intentionally collected from the interviews with selected informans purposively.
The result of the research indicated that understanding the accounting information from the principal has been good because the principal is able to make policy and reporting responsibilities in accordance with the guidelines, the Petunjuk Teknis BOS High School in order to reach the goals of the Laporan Keuangan Terpadu and the principles of Manajemen Berbasis Sekolah are accountability. But the difficulty of the community and the parents get a complete school information being the school is not transparent. The constraints encountered in the effort ti achieve accountability and transparency are too many types of reports to be made of the school and the absence of direct training from te Departement of Education to create an accountability report.
1. Definisi Informasi ... 11
2. Definisi Akuntansi ... 11
3. Unsur-Unsur Sistem Akuntansi ... 12
4. Tahapan Siklus Akuntansi Sektor Pendidikan ... 13
5. Tujuan Sistem Akuntansi ... 14
6. Sistem Akuntansi Biaya Pendidikan untuk Siswa ... 15
7. Sistem Akuntansi Biaya untuk Tenaga Kerja Sektor Pendidikan ... 17
8. Perspektif Akuntansi dalam Dunia Pendidikan ... 17
9. Peran dan Fungsi Akuntansi dalam Dunia Pendidikan ... 19
2.1.3 Pemahaman Akuntansi ... 21
2.1.4 Laporan Keuangan ... 21
1. Definisi Laporan Keuangan ... 21
2. Tujuan Laporan Keuangan ... 22
3. Laporan Keuangan Sektor Pendidikan ... 24
2.1.5 Laporan Keuangan Terpadu ... 25
1. Pengertian Laporan Keuangan Terpadu ... 25
2. Tujuan Laporan Keuangan Terpadu ... 25
5. Jangka Waktu dan Manfaat Pelaporan ... 32
6. Bentuk Laporan Keuangan Terpadu ... 33
2.1.6 Pemahaman Informasi Akuntansi ... 33
2.1.7 Tugas dan Kompetensi Kepala Sekolah ... 34
2.1.8 Pengertian Studi Fenomenologis ... 37
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian yang Relevan ... 38
2.3 Kerangka Pemikiran ... 41
BAB III METODE PENELITIAN ... 43
3.1 Objek Penelitian ... 43
3.2 Metode Penelitian ... 43
3.2.1 Desain Penelitian ... 44
3.2.2 Sumber Data dan Teknik Penelitian Data ... 44
3.2.3 Instrumen Penelitian ... 48
3.2.4 Teknik Analisis Data ... 49
3.2.5 Teknik Pengujian Kredibilitas Data ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 53
4.1.1.1 Sejarah Singkat SMA Negeri X ... 54
4.1.1.2 Visi dan Misi SMA Negeri X ... 54
4.1.1.3 Struktur dan Wewenang Jabatan SMA Negeri X .. 55
4.1.2 Gambaran Pemahaman Informasi Akuntansi dalam
Mencapai Akuntabilitas ... 57
4.1.3 Gambaran Pemahaman Informasi Akuntansi dalam
Mencapai Transparansi ... 75
4.1.3.1 Informasi Pengelolaan Sekolah ... 75
4.1.3.2 Keterbukaan Laporan Keuangan ... 78
4.1.4 Gambaran Kendala yang Dihadapi Sekolah dalam
Upaya Mencapai Akuntabilitas dan Transparansi ... 81
4.2 Pembahasan ... 83
4.2.1 Pemahaman Informasi Akuntansi dalam Mencapai
Tujuan Akuntabilitas ... 85
4.2.2 Pemahaman Informasi Akuntansi dalam Mencapai
Tujuan Transaparansi ... 96
4.2.2.1 Informasi Pengelolaan Sekolah ... 96
4.2.2.2 Keterbukaan Laporan Keuangan ... 98
Akuntabilitas dan Transparansi ... 99
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 102
5.1 Simpulan ... 102
5.2 Saran ... 103
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 39
Tabel 3.1 Informan penelitian ... 46
Tabel 3.2 Pengkodean ... 50
Tabel 4.1 Informan penelitian ... 53
Tabel 4.2 Kesimpulan Hasil Reduksi Akuntabilitas Konsep Informasi Akuntansi Berdasarkan Pedoman Kementerian Pendidikan Nasional ... 71
Tabel 4.3 Kesimpulan Hasil Reduksi Transparansi Informasi Akuntansi Berdasarkan Pedoman Kementerian Pendidikan Nasional ... 80
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 2 Formulir Frekuensi Bimbingan
Lampiran 3 Formulir Perbaikan (Revisi) Seminar
Lampiran 4 Formulir Persetujuan Perbaikan (Revisi) Seminar
Lampiran 5 Daftar Pertanyaan Wawancara
Lampiran 6 Matriks Perbaikan Ujian Sidang
Lampiran 7 Formulir Persetujuan Perbaikan (Revisi) Sidang
Lampiran 8 Surat Keputusan Dekan Fakultas Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntansi memiliki fungsi untuk menyediakan data yang dapat digunakan
dalam pengambilan keputusan, maka akuntansi sering disebut sebagai bahasa
bisnis. Akuntansi dalam bentuk laporan keuangan menjadi media komunikasi
terkait informasi keuangan antara pihak manajer dengan pihak luar perusahaan.
Sama halnya seperti yang diungkapkan Sofyan Syafri Harahap (2006:57) bahwa
akuntansi merupakan bahasa bisnis yang dapat memberikan informasi tentang
kondisi bisnis dan hasil usahanya pada suatu waktu atau periode tertentu. Bahkan
Horngren (1997) menyatakan bahwa para manajer akan merasa canggung untuk
berurusan dengan pihak dalam maupun pihak luar jika pengetahuan akuntansinya
kurang cukup atau campur-aduk.
Informasi akuntansi bermanfaat karena menolong pihak internal maupun
pihak eksternal perusahaan dalam membaca kondisi keuangan perusahaan, yang
tentunya tergantung pada data akuntansi sebagai pedoman di dalam mengambil
keputusan. Horngren et.al (1997:9) menyatakan bahwa data yang dapat
diandalkan adalah data yang dapat dibuktikan atau ditelusuri kebenarannya, dan
2
Sebagai suatu sistem, setiap organisasi menerima input dan mengubahnya
menjadi output dalam bentuk produk atau jasa. Sekolah menerima berbagai input
seperti dana, jam kerja, tenaga pengajar dan para siswa, dan mengubah input
tersebut menjadi beragam output untuk tujuan umum pendidikan dan memajukan
ilmu pengetahuan. Secara konseptual, seluruh organisasi mencapai tujuannya
melalui proses alokasi sumber daya, sebagai hasil dari proses pengambilan
keputusan manajerial sebagaimana yang diungkapkan oleh Bodnar dan Hopwood
(2003:2).
Fungsi manajerial di sekolah dipegang oleh kepala sekolah. Dalam
Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah
disyaratkan lima kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah. Lima
kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang kepala sekolah adalah; (1)
kompetensi kepribadian, adalah integritas pribadi yang kuat, berkeinginan
mengembangkan diri, terbuka dan minta dalam menjalankan jabatan kepala
sekolah; (2) kompetensi manajerial, adalah kemampuan kepala sekolah dalam
mengorganisasi dan mengembangkan sumber daya sekolah, “dana merupakan
salah atu sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi
pengelolaan pendidikan” (Mulyasa, 2002); (3) kompetensi supervisi, adalah
pengetahuan dan kemampuan kepala sekolah dalam merencanakan, melaksanakan
dan menindaklanjuti supervisi dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah; (4)
kompetensi sosial, adalah kemampuan kepala sekolah dalam bekerjasama dengan
orang lain, peduli sosial dan memiliki kepekaan sosial; dan (5) kompetensi
3
kehidupan mandiri yang dicirkan dengan kepribadian kuat, dan bermental
wirausaha.
Sebagai pihak yang berfungsi manajerial, kepala sekolah harus mampu
melaksanakan tugasnya berdasarkan kompetensi yang telah ditetapkan dalam
Permendiknas No. 13 Tahun 2007, diantaranya (1) keterampilan membuat
perencanaan; (2) mengorganisasi sumber daya; (3) mengelola sarana dan
prasarana sekolah; (4) mengelola keuangan sekolah terkait urusan
penyelenggaraan otorisasi sekolah, urusan uang sekolah dan uang sarana dan
prasarana murid, usaha-usaha penyediaan biaya bagi penyelenggaraan pertemuan
dan perayaan serta keramaian; (5) mengelola ketatausahaan sekolah; (6)
mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung penyusunan program dan
pengambilan keputusan; (7) dan melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan anggaran sekolah serta program kegiatan sekolah.
Seorang manajer yang lebih memahami akuntansi akan lebih mampu untuk
merencanakan dan mengawasi operasi organisasi-organisasinya serta sub-sub
bagiannya (Horngren, 1984:3). Oleh karena akuntansi memiliki cakupan yang
luas, maka pengertian kegunaan dan keterbatasannya sangat diperlukan oleh
setiap manajer perusahaan.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan salah satu upaya
pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan
4
menunjang penyediaan sarana dan prasarana, yang tentunya pengelolaan dana ini
harus di monitoring oleh kepala sekolah agar sesuai antara alokasi dana dengan
anggaran yang telah dibuat. Sejak Oktober 2010, Kementerian Pendidikan
Nasional menyusun Modul Keuangan Pendidikan (Education Finance) dengan
tujuan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam menyusun
kebijakan keuangan pendidikan yang tidak hanya dapat dipertanggungjawabkan
substansinya, tetapi juga disusun secara transparan dan partisipatif dengan
melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Modul ini mewajibkan birokrasi
pendidikan untuk membuat tiga bagian utama, yaitu: (1) Penghitungan Biaya
Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Sekolah, (2) Pengalokasian Dana
Berbasis Formula, dan (3) Penyusunan Laporan Keuangan Terpadu (LKT).
Laporan keuangan terpadu merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan
sekolah untuk memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM). Salah satu indikator
SPM menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan harus menerapkan
prinsip-prinsip Manajemen Berbasi Sekolah (MBS), termasuk sekolah harus menyusun
laporan sekolah. Laporan keuangan akan sangat tergantung pada integritas
pengelola keuangan di sekolah, khusunya kepala sekolah. LKT merupakan sistem
pelaporan yang diharapkan dapat meminimalkan penyalahgunaan uang di sekolah.
Berdasarkan tujuannya, LKT disusun agar terjadi transparansi dan
akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan sekolah. Oleh karena itu, indikator
pemahaman akuntansi dalam LKT adalah tercapainya akuntabilitas dan
5
Sementara transparansi dapat dilihat dari pertanggungjawaban laporan keuangan,
khususnya oleh kepala sekolah dan bendahara.
Kepala sekolah mempunyai tanggung jawab dalam melaporkan laporan
keuangan sekolah kepada komite sekolah terkait dengan pengelolaan sumber dana
yang berasal dari masyarakat maupun dana dari pihak ketiga. Ada tiga format
LKT yang harus disusun, yaitu; (1) Form LKT 1 adalah format laporan keuangan
yang menyajikan realisasi pengeluaran menurut sumber dana; (2) Form LKT 2A
adalah format laporan keuangan yang menyajikan perbandingan antara anggaran
dengan realisasi penerimaan sekolah dari berbagai sumber; (3) Form LKT 2B
adalah format laporan keuangan yang menyajikan perbandingan antara anggaran
dengan realisasi pengeluaran per jenis pengeluaran. Disamping kewajiban
membuat LKT, sekolah pun dituntut untuk membuat laporan keuangan untuk tiap
pihak pemberi dana.
Berdasarkan artikel “M. Nuh Nilai Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah
Rendah” (www.republika.com dikutip pada 19 Mei 2013) Menteri Pendidikan
Nasional, Muhammad Nuh mengatakan bahwa kemampuan kepala sekolah
Indonesia dalam mengelola sekolah masih rendah, bahkan di bawah Malaysia dan
Singapura. Belum maksimalnya kemampuan manajerial kepala sekolah di
Indonesia juga dikatakan Kepala Subdirektorat Program Direktorat Tenaga
Kependidikan Ditjen PMPTK Kemendiknas, Abi Sujak. Menurutnya kepala
6
Dari sisi pengelolaan anggaran sekolah, celah dan model korupsi di sekolah
semakin canggih. Hal ini terungkap dari hasil penelitian Indonesian Corruption
Watch (ICW) sepanjang tahun 2007 hingga 2010. Menurut Ade Irawan, Kepala
Divisi Monitoring Pelayanan Publik ICW, masalahnya terletak pada hubungan
antara sekolah dengan dinas pendidikan. Otonomi sekolah yang diwujudkan
melalui program Manajemen Berbasis Sekolah tidak benar-benar membuat
sekolah otonom (www.hukumonline.com dikutip pada 20 September 2013).
Menurut Ading Sutisna selaku pengurus Komite Sekolah sebuah SMA Negeri di
Jakarta mengatakan bahwa praktek penyimpangan keuangan sekolah menurut
pengamatannya berawal dari tidak jelasnya Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas) dalam memberi pedoman kepada sekolah-sekolah tentang bagaimana
menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS)
(www.antikorupsi.org dikutip pada 22 Agustus 2013).
SMA Negeri X merupakan sekolah unggulan eks RSBI yang membebankan
biaya pada siswa didik dengan nominal Rp. 250.000. Pembebanan biaya pada
siswa didik tersebut merupakan pembebanan biaya tertinggi bila dibandingkan
dengan pembebanan biaya siswa didik di sekolah lain pada area kabupaten
Majalengka. Besarnya pendanaan tersebut tentu harus diirngi dengan alokasi dana
yang relevan dengan pembiayaan sekolah, sehingga diperlukan pemahaman
informasi akuntansi agar tercapainya tujuan laporan keuangan terpadu, yaitu
akuntabilitas dan transparansi.
7
pembuatan laporan keuangan, namun pada praktiknya penyusun keuangan masih
bingung karena buku catatan yang digunakan terlalu banyak sehingga para
penyusun laporan merasa enggan untuk mengulangi catatan pada buku-buku
catatan lainnya yang saling terkait. Menurut Sudarman, tingkat pemahaman
laporan keuangan dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan pelatihan. Sejalan
dengan hasil penelitian oleh Annisa Sekar Mulia yang menyatakan bahwa
pemahaman akuntansi dari sudut pandang kecerdasan spiritual diperoleh dari
proses belajar selama perkuliahan serta kemampuan pendidik dalam pembentukan
pemahaman mahasiswa.
Berdasarkan berbagai uraian diatas, maka peneliti bermaksud untuk
mengadakan penelitian dan membahas “Mengungkap Pemahaman Informasi Akuntansi dari Sudut Pandang Kepala Sekolah SMA Negeri X (Studi Fenomenologi Pada SMA Negeri X)”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini
adalah mengingat adanya kewajiban sekolah dalam membuat laporan keuangan,
maka diperlukan pemahaman kepala sekolah dan dalam membuat Laporan
Keuangan Terpadu sehingga tercapai tujuan dari LKT yaitu akuntabilitas dan
transparansi, maka penulis mencoba merumuskan masalah :
8
2. Bagaimana pemahaman kepala sekolah tentang informasi akuntansi dalam
upaya mencapai transparansi.
3. Apa saja kendala yang dialami dalam membuat informasi di sekolah.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam melakukan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman infornasi akuntansi yang dimiliki
oleh kepala sekolah dalam upaya mencapai akuntabilitas.
2. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman informasi akuntansi yang dimiliki
kepala sekolah dalam upaya mencapai transaparansi.
3. Untuk mengetahui apa saja kendala yang dialami dalam membuat informasi
akuntansi di sekolah.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik dari segi
teoritis maupun dari segi praktis.
1.4.1 Kegunaan Teoritis
1. Untuk menambah wawasan, pengetahuan dari segi akuntansi terutama
untuk sektor pendidikan dan lebih khusus mengenai Laporan Keuangan
9
2. Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan memberikan sumbangan
bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pemahaman informasi
akuntansi di sekolah.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumbangan saran serta
dijadikan referensi tentang pentingnya pemahaman informasi akuntansi di sekolah
sehingga dapat meminimalisasi kecurangan dalam pengelolaan keuangan sekolah.
Setiap satuan pendidikan harus menerapkan prinsip-prinsip Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS), termasuk sekolah harus menyusun laporan sekolah. Laporan
keuangan akan sangat tergantung pada integritas pengelola keuangan di sekolah,
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah pemahaman kepala sekolah mengenai
Informasi Akuntansi. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri X, karena SMA
Negeri X merupakan sekolah unggulan eks RSBI yang membebankan
pembiayaan pada siswa didik dengan nominal tertinggi di wilayah Majalengka.
Sehingga peneliti dapat mengobservasi bagaimana pemahaman kepala sekolah
mengenai informasi akuntansi berdasarkan indikatornya, yaitu tercapainya
akuntabilitas dan transparansi.
3.2 Metode Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Qualitative Research
menurut Strauss dan Corbin dalam Basrowi dan Suwandi (2008:1) adalah „jenis
penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai
dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara kuantifikasi
lainnya‟. “Fenomenologi diartikan sebagai; (1) pengalaman subjektif atau
pengalaman fenomenologikal; (2) suatu studi tentang kesadaran dari perspektif
pokok dari seseorang” Husserl dalam Moleong (2007:14). Adapun metode
penelitian kualitatif menurut (Sugiyono,2010) adalah sebagai berikut:
44
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalitasasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian ini
berada dalam satu setting tertentu yang bermaksud untuk menginvestigasi dan
memahami fenomena: apa yang terjadi, mengapa terjadi dan bagaimana
terjadinya. Serta bertujuan memahami suatu situasi sosial, peristiwa, peran,
interaksi dan kelompok. Dalam konteks penelitian ini, peneliti memiliki
ketertarikan secara personal terhadap pemahaman Informasi Akuntansi yang
dihubungkan dengan kompetensi manajerial kepala sekolah dalam usahanya
mencapai akuntabilitas dan transparansi laporan keuangan dan tidak memilih
melakukan penelitian yang melibatkan pengukuran dengan angka-angka.
3.2.1 Desain Penelitian
Desain penelitian dalam arti sempit yaitu “desain penelitian yang hanya
mengenai pengambilan analisis data saja” (V. Shah dalam M. Nazir (2005:84).
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan pendekatan fenomenologi, maka dalam penelitian kualitatif ini
yang diekspos adalah fenomena yang diteliti itu dari berbagai aspek yang
berhubungan dengannya (Burhan Bungin, 2010:74).
3.2.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
45
dalam lingkup setempat” (Djam‟an Satori dan Aan Komariah, 2009:200).
Horngren et.al (1997:9) menyatakan bahwa “data yang dapat diandalkan adalah
data yang dapat dibuktikan atau ditelusuri kebenarannya, dan dapat
dikonfirmasikan oleh setiap pengamat yang independen”. Menurut Lofland dan
Lofland (dalam Moleong, 2010:157) bahwa „sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain‟. Oleh karena itu, sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer pada penelitian ini didapat dari sumber informan yang
bersangkutan. Data primer dalam penelitian ini didapat dari hasil wawancara yang
mendalam terhadap informan yang berupa kata-kata serta gerak-gerik atau sikap
informan. Penentuan sumber data dalam penelitian kualitatif menggunakan
metode purposive sampling. Meneliti dengan pendekatan kualitatif biasanya
sudah ditetapkan tempat yang dituju. Menurut Djam‟an Satori dan Aan Komariah
(2009:47-48) bahwa dalam purposive sampling “peneliti memilih unit analisis
tersebut berdasarkan kebutuhannya dan menggarap bahwa unit analisis tersebut
representatif”.
Peneliti melakukan wawancara dengan pihak yang memiliki wewenang
dalam pembuatan informasi akuntansi, serta pihak yang mengetahui dan memiliki
tanggung jawab dalam proses pembuatan informasi akuntansi. Pertanyaan yang
diajukan merupakan pembuktian dari hasil studi dokumenter. Selain itu
46
Pelaksanaan wawancara dilakukan dengan menggunakan alat perekam dan
buku catatan.
Tabel 3.1 Informan Penelitian
No Informan Instansi Keterangan
1. Kepala Sekolah SMA Negeri X Pihak yang memiliki wewenang tanggung jawab atas pengelolaan
keuangan dan
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penelti yaitu dengan
menggunakan metode kualitatif dimana menurut Moleong (2010:9), “penelitian
kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau
penelaahan dokumen”. Observasi yaitu pengamatan langsung atas objek yang
diteliti untuk memperoleh gambaran mengenai fenomena yang terjadi di sekolah.
“Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee)” (Moleong, 2010:186). Sedangkan
penelaahan dokumen dilakukan dengan memperlajari dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan objek dan masalah penelitian.
47
1. Peneliti melakukan wawancara terbuka dengan kepala sekolah untuk
mendapatkan informasi tentang pemahamannya terhadap Informasi
Akuntansi. Pertanyaan yang ditanyakan yaitu mengenai proses
perencanaan anggaran keuangan sekolah, pelaksanaan anggaran,
evaluasi/monitoring keuangan sekolah, hingga pertanggungjawaban
laporan keuangan sekolah, serta sumber-sumber dana sekolah sebagai
gambaran upaya mencapai akuntabilitas dan transparansi.
2. Peneliti pun melakukan wawancara terbuka dengan bendaharawan sekolah
selaku pembuat informasi akuntansi. Adapun sebagian pertanyaan yang
ditanyakan adalah sama dengan pertanyaan yang diajukan kepada kepala
sekolah, ditambah dengan pertanyaan mengenai proses pembuatan
informasi akuntansi yang akan dimonitoring oleh kepala sekolah.
3. Peneliti berencana melakukan observasi pasif di SMA Negeri X dengan
berinteraksi langsung saat mengobservasi, peneliti membuat catatan harian
dalam catatan pribadi agar hasil setiap penelitian dapat dibuat catatan
lapangan.
4. Saat melakukan wawancara, peneliti melakukan pencatatan wawancara
dengan menggunakan tape recorder dan catatan manual.
5. Pelaksanaan wawancara terhadap subjek penelitian yang sama dapat
dilakukan lebih dari satu kali tergantung dari kelengkapan data yang
48
6. Setelah data terkumpul, peneliti akan menganailis kebenaran dari data
yang diperoleh dari hasil wawancara dan obseravsi yang telah dilakukan
peneliti.
3.2.3 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam rangka
mengumpulkan data. Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah peneliti sebagai instrumen (human instrument), tape recorder
dan catatan lapangan.
Peneliti sebagai instrumen penelitian maksudnya adalah peneliti sebagai
alat pengumpul data. Sehingga peneliti menjadi sebagai anggota kelompok subjek
yang ditelitinya, dimana peneliti mencari data, memperoleh data, dan langsung
mencatat serta menganalisi data tersebut. Sedangkan “catatan lapangan adalah
catatan lengkap dan sebenarnya dari catatan sehari-hari yang disusun saat peneliti
sampai di rumah” (Moleong, 2010:208). Catatan tersebut berfungsi sebagai
perantara mengenai apa yang dilihat, didengar dan diraba.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam
membuat catatan lapangan:
1 Peneliti melakukan pencatatan atas pokok-pokok hasil pengamatannya di
49
2 Peneliti akan mencatat ulang catatan di lapangan tadi ke dalam bentuk
catatan lapangan setelah peneliti sampai di rumah.
3.2.4 Teknik Analisis Data
Definisi Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen (2006) dalam
Moleong (2010:248) adalah sebagai berikut:
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilha-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Sementara menurut Spradley (1982) dalam Djam‟an Satori dan Aan
Komariah (2009:201) menyatakan bahwa:
Analisis dalam penelitian jenis apapun merupakan cara berppikir. Hal itu berhubungan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan keterpaduan antar bagian. Analisis adalah untuk mencari pola.
Analisis data dalam penelitian ini mempunyai beberapa proses, seperti
yang diuraikan sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Adapun pengertian reduksi data menurut Sugiyono (2008:248) adalah
sebagai berikut:
50
Dalam penelitian ini, hasil data di lapangan baik berupa rekaman
wawancara, dokumentasi, ataupun berdasarkan data sekunder lainnya, akan
disatukan serta direduksi dengan dicari tema dan polanya agar lebih sesuai dengan
tujuan penelitian yang diinginkan. Proses ini akan berlangsung selama penelitian
bahkan semenjak dibuatnya kerangka pemikiran. Dengan cara meringkas
data, menggolongkan, mengarahkan serta membuang data yang tidak
relevan. Setelah itu peneliti akan memberikan kode pada setiap data dan informasi
yang ada. Pengkodean yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.2 Pengkodean
Kode Keterangan
ZM Informasi yang berasal dari Informan 1
RS Informasi yang berasal dari Informan 2
MM Informasi yang berasal dari Informan 3
K Kesimpulan yang diambil berdasarkan ketiga informan
2. Data Display
Menurut Sugiyono (2008:249) dalam penelitian kualitatif penyajian data
bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sejenisnya. Bentuk teks yang bersifat naratif adalah penyajian data
yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif.
51
narafitf. Penyajian teks ini berdasarkan pemahaman peneliti sendiri dalam
menafsirkan data-data yang diperoleh namun tetap berdasarkan pada teori-teori
yang berkaitan dengan topik penelitian. Selain itu, penyajian data berupa bagan,
tabel, grafik, ataupun flowchart akan peneliti sajilakn apabila diperlukan dalam
proses pengungkapan data.
3. Conclusing Drawing (Verification)
Menurut Sugiyono (2008:252), kesimpulan dalam penelitian kualitatif
mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang disebutkan sejak awal, tetapi
mungkin juga tidak. Hal ini dikarenakan rumusan masalah ataupun masalah
dalam penelitian kualitatif dapat berubah, bersifat sementara dan masih dapat
berkembang setelah dilaksanakannya penelitian.
Kesimpulan dalam penelitian ini akan diungkapkan berupa gambaran atau
teks secara deskripsi berdasarkan hasil penelitian di lapangan.
3.2.5 Teknik Pengujian Kredibilitas Data
Dalam teknik pemeriksaan keabsahan data ini, peneliti menggunakan
teknik triangulasi teori dan sumber data. Seperti yang dijelaskan oleh Denzim
dalam (Burhan Bungin, 2010:256) terdapat beberapa teknis dari langkah
pengujian keabsahan, diantaranya:
52
Dilakukan dengan membandingkan data dan mengecek baik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang
berbeda dalam metode kualitatif.
2. Triangulasi dengan teori
Dilakukan dengan menguraikan pola, hubungan dan menyertakan penjelasan
yang muncul dari analisi untuk mencari tema atau penjelasan pembanding.
(Burhan Bungin, 2010:257)
Triangulasi dengan sumber data, yaitu dengan membandingkan data dan
mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan cara yang berbeda dalam metode kualitatif. Sedangkan triangulasi teori
menggunakan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang
dikumpulkan sudah memasuki syarat, yaitu teori mengenai Informasi Akuntansi
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti yang telah diuraikan
pada bab hasil penelitian dan pembahsan sebelumnya, maka dapa ditarik simpulan
sebagai berikut :
1. Pemahaman informasi akuntansi dari sudut pandang kepala sekolah pada
SMA Negeri X dari sisi akuntabilitas sudah baik karena kepala sekolah
mampu menjalankan semua proses akuntansi sesuai dengan konsep
Manajemen Berbasis Sekolah dan tujuan Laporan Keuangan Terpadu
sehingga tercapai akuntabilitas.
2. Pemahaman informasi akuntansi dari sudut pandang kepala sekolah pada
SMA Negeri X dari sisi transparansi belum tercapai dengan baik. Sekolah
telah transparan kepada pemerinta dengan memberikan laporan
pertanggungjawaban, termasuk laporan keuangan secara berkala. Namun
sekolah belum mampu transparan sepenuhnya kepada masyarakat dan
orang tua, hal ini disebabkan karena sekolah hanya memberikan informasi
umum mengenai kegiatan sekolah tanpa memberikan informasi mengenai
pengelolaan keuangan sekolah.
3. Kendala-kendala yang dihadapi SMA Negeri X dalam upaya mencapai
akuntabilitas dan transparansi antara lain berasal dari pihak internal
103
pihak internal adalah banyaknya jenis informasi akuntansi dan laporan
pertanggungjawaban yang harus dibuat oleh sekolah untuk tiap pihak
pemberi dana.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, penulis dapat
mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1. Sekolah hendaknya lebih transparan dan terbuka kepada orang tua dan
masyarakat yang memerlukan informasi, baik informasi secara umum
maupun informasi pengelolaan keuangan.
2. Dinas Pendidikan sebaiknya memberikan pelatihan secara berkala
mengenai pengelolaan sekolah dan pemahaman Laporan Keuangan
Terpadu sehingga pihak sekolah tidak merasa terbebani dengan banyaknya
jenis laporan yang harus dibuat.
3. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian serupa mengenai
pemahaman informasi akuntansi di sekolah, disarankan agar menambah
subjek penelitian dan mendapatkan dokumen secara lengkap. Sehingga
dapat membandingkan kebijakan yang dibuat dengan laporan
DAFTAR PUSTAKA
Literatur :
Basrowi dan Suwandi. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Burhan Bungin. (2010). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group.
Djam’an Satori dan Aan Komariah. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Harahap, Sofyan S. (2006). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo Persada.
Harahap, Sofyan S. (2007). Teori Akuntansi. Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo Persada.
Hoopwood dan Bodnar. (2003). Sistem Informasi Akuntansi. Edisi Kedelapan. Jakarta: Penerbit PT Indeks.
Horngren, Charles T. (1986). Pengantar Akuntansi Manajemen. Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Horngren, et al. (1997). Akuntansi. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Indra Bastian. (2007). Akuntansi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Koran Tempo. (2004, 28 Agustus). Amburadulnya Laporan Keuangan Sekolah.
[Online]. Tersedia di
http://www.antikorupsi.org/id/content/amburadulnya-laporan-keuangan-sekolah
Mardi. (2011). Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
M. Ardinata. (2002). Efektivitas Informasi Akuntansi Manajemen terhadap
Pengambilan Keputusan Manajemen.
Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset.
Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Rosdakarya.
Mulyadi. (2001). Sistem Akuntansi. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Mulyasa. (2011). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. (2002). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
M. Nazir. (2005). Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Management. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
MVT. (2011, 09 Februari). Model Korupsi Di Sekolah Semakin Canggih.
HukumOnline.Com [Online]. Tersedia di
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4d528dc2163d1/model-korupsi-di-sekolah-semakin-canggih
Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah/Lembaga Administrasi Negara/2003. [Online]. Diakses
tanggal 15 Agustus 2013]. Tersedia di
www.pnri.go.id/iFileDownload.aspx?ID...pdf
Pentunjuk Teknis BOS SMA Tahun 2013 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.
Praktik yang Baik Modul Keuangan Pendidikan oleh Kementerian Pendidikan Nasional.
Oemar, Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Aneka Cipta.
Supriyono, A. (2010, 23 Juni). M Nuh Nilai Kemampuan Manajerial Kepala
Sekolah Rendah. Republika [Online]. Tersedia:
http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita/10/06/23/121187-m-nuh-nilai-kemampuan-manajerial-kepala-sekolah-rendah
Darti Djuharni. (2012). Analisis Terhadap Pemahaman Akuntansi Penyusun
Laporan Keuangan BKM. Jurnal Manajemen dan Akuntansi STIE
Malangkucecewara Malang.
Romi Zuwindra. (2011). Analisis Tingkat Pemahaman Pengusaha Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) Di Kota Padang Terhadap Informasi Akuntansi Pada Laporan Keuangan. Skripsi. Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang.
Sudarman. (2010). Analisis Tingkat Pemahaman Laporan Keuangan Bagi
Mahasiswa Jurusan Akuntansi Ditinjau Dari Pendidikan, Pelatihan dan Ketekunan di STIE Dharmaputra Semarang.
Zaki Baridwan. (1997). Intermediate Accounting. Edisi Tujuh. Yogyakarta: Penerbit BPFE-Yogyakarta.
Undang-undang:
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik. [Online].[Diakses tanggal 14 November 2013]. Tersedia di