• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

10 A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Matematika di SD a. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Adapun tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik (Isjoni: 2010). Sedangkan menurut Hamalik, Pembelajaran adalah unsur kombinasi yang tersusun meliputi unsur–unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik :2003).

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang terdapat pada kurikulum pendidikan di Indonesia. Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani mathein dan manthenenin, yang mempunyai arti “mempelajari”. Sedangkan dalam bahasa sanskerta berasal dari kata ”medha” atau “widya” yang artinya kepandaian, ketahuan, intelegensi (Masykur dan Fathani :2007).

Matematika, menurut Ruseffendi dalam (Heruman: 2007), adalah symbol;

ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi (2000), yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir deduktif.

(2)

Dari definisi–definisi di atas, tidak terdapat definisi tunggal tentang matematika yang telah disepakati. Semua definisi dapat diterima, karena matematika dapat ditinjau dari segala sudut dari yang paling sederhana sampai kepada yang kompleks.

Mesti demikian dapat terlihat adanya ciri-ciri khusus dan karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum. Kita dapat mengambil sedikit gambaran mengenai pengertian matematika yaitu: ilmu tentang struktur yang terorganisasi dimulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur–unsur yang didefinisikan, memiliki objek yang abstrak yang diatur secara logis yang didapat dengan berpikir.

Masykur dan Fathani (2007) mengemukakan 2 paradigma dalam pembelajaran matematika. Paradigma yang pertama ialah siswa dianggap seperti gelas kosong yang harus diisi air sampai tumpah. Pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered), siswa diposisikan sebagai obyek dimana siswa pasif dengan materi yang diajarkan oleh guru. Paradigma yang kedua siswa dianggap sebagai subyek. Pengetahuan tidak dapat ditransfer kepada siswa yang pasif, melainkan pengetahuan harus dipikirkan dan dikontruksi oleh siswa. Dengan kata lain siswa harus aktif dalam proses pembelajaran.

Walle (2006) menyatakan prinsip–prinsip dan standar matematika sekolah sebagai petunjuk untuk guru dan pihak–pihak yang berkaitan dengan pembelajaran matematika dari pra TK hingga kelas 12.

Adapun prinsip-prinsip dan standar matematika sekolah adalah sebagai berikut :

(3)

1) Prinsip Kesetaraan

Semua siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk dapat belajar matematika, tanpa memandang karakteristik perorangan, latar belakang maupun keadaan fisik seseorang.

2) Prinsip Kurikulum

Dalam penyusunan kurikulum matematika haruslah koheren atau saling berhubungan antar tingkat kelas serta difokuskan pada matematika yang paling penting. Heruman (2007) membagi konsep–konsep kurikulum matematika SD menjadi tiga kelompok besar, yaitu:

a) Penanaman Konsep Dasar ( Penanaman Konsep )

Yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika yang belum pernah dipelajari peserta didik. Konsep belajar matematika ini dapat diketahui dari kurikulum yang bercirikan dengan kata “mengenal”. Pembelajaran konsep dasar ini merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak . Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.

b) Pemahaman Konsep

Yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep ini mempunyai 2 arti. Pertama pemahaman konsep merupakan lanjutan dari penanaman konsep dasar dalam satu pertemuan. Kedua pemahaman konsep merupakan lanjutan penanaman konsep yang dilakukan pada pertemuan yang

(4)

berbeda, tetapi masih lanjutan pertemuan yang sebelumnya atau semester maupun kelas sebelumnya.

c) Pembinaan Ketrampilan

Pembinaan ketrampilan ini bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Pembinaan ketrampilan konsep ini juga terdiri dari dua pengertian. Pertama pembinaan ketrampilan ini merupakan lanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dan pembelajaran pemahaman konsep dalam satu pertemuan. Kedua pembinaan ketrampilan ini dilakukan pada pertemuan yang berbeda, namun masih dalam lanjutan pertemuan atau semester maupun kelas yang sebelumnya.

3) Prinsip Pengajaran

Guru yang ingin mengajarkan matematika secara efektif dan mengajar matematika dengan kualitas tinggi, terlebih dahulu yang harus dilakukan adalah benar–benar memahami matematika yang akan diajarkan, mamahami cara siswa dalam belajar matematika, memilih tugas–tugas yang sesuai dan strategi untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran.

4) Prinsip Pembelajaran

Dalam pembelajaran matematika, siswa tidak hanya dituntut pandai berhitung. Namun siswa juga harus mampu untuk berfikir dan memberikan alasan secara matematis untuk menyelasaikan soal–soal baru dan mempelajari ide–ide baru yang akan dihadapi siswa dimasa yang mendatang. Selain itu siswa juga diharapkan menilai ide–idenya sendiri ataupun ide temannya. Siswa didorong untuk memberikan dugaan tentang matematika lalu mengujinya dan mengembangkan ketrampilan memberi alasan yang logis.

(5)

5) Prinsip Penilaian

Penilaian bukanlah sekedar untuk menilai hasil belajar siswa, namun penilaian juga untuk mengarahkan dan meningkatkan belajar siswa. Apa yang penting dalam matematika dapat disampaikan melalui penilaian yang dilakukan berulang–ulang. Sedang untuk mendorong siswa menyampaikan dan menjelaskan gagasan dengan lancar dapat dilakukan dengan penilaian yang melibatkan pengamatan dan interasi siswa.

Masykur dan Fathani (2007) penilaian bukan sekedar untuk menilai hasil belajar siswa, tetapi menilai pula proses mendapatkan hasil tersebut, sehingga proses berfikir matematikanya terlihat secara jelas dan objektif.

6) Prinsip Teknologi

Teknologi juga penting dalam proses belajar mengajar matematika.

Misalnya dengan kalkulator dan komputer dapat membantu siswa mengerjakan soal lebih cepat dan lebih banyak. Dengan teknologi, siswa dapat mengesampingkan hal–hal yang kurang penting dengan bantuan teknologi tersebut, sehingga waktu yang lebih banyak bisa digunakan siswa untuk terfokus pada hal–hal yang lebih penting.

b. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di SD

Dalam NCTM (National Council of Teacher of Mathematic) disebutkan standar isi untuk pendidikan matematika meliputi aspek–aspek berikut :

1) Bilangan dan Operasi Bilangan 2) Aljabar

3) Geometri 4) Pengukuran

(6)

5) Analisis data (pengolahan data) dan Peluang

Dari kelima aspek tersebut ada beberapa standar kompetensi disesuaikan dengan yang akan dicapai dalam pembelajaran matematika SD. Adapun standar kompetensi yang akan dicapai dalam proses pembelajaran matematika SD antara lain (Walle: 2006) :

1) Bilangan dan Operasi Bilangan

a) Menggunakan bilangan dalam pemecahan masalah

b) Menggunakan operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah

c) Menggunakan konsep bilangan cacah dan pecahan dalam pemecahan masalah

d) Menentukan sifat–sifat operasi hitung, faktor kelipatan bilangan bulat dan pecahan serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

2) Geometri dan Pengukuran

a) Melakukan pengukuran, mengenal bangun datar dan bangun ruang, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah sehari–hari

b) Melakukan pengukuran, menentukan unsur bangun datar, dan menggunaknnya dalam pemecahan masalah

c) Melakukan pengukuran keliling dan luas bangun datar dan menggunakannya dalam pemecahan masalah

d) Mengenal system koordinat pada bidang datar

3) Pengelolaan data : Mengumpulkan, menyajikan, dan menafsirkan data Sementara itu, Kompetensi dasar yang diharapkan dimiliki oleh siswa dari proses belajar matematika SD antara lain :

(7)

1) Pertama dari materi mengenal bilangan dan operasi bilangan:

a) Mampu menghitung banyak benda b) Mampu mengurutkan banyak benda

c) Mampu melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan (cacah dan bulat)

d) Mampu menyelesaikan contoh kasus yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan.

2) Kedua dari materi mengenal Geometri ( bangun datar dan bangun ruang ) dan pengukuran :

a) Mampu menentukan waktu ( pagi, siang dan malam ) b) Mampu menghitung lama kejadian itu berlangsung

c) Mampu mengenal ukuran suatu benda ( panjang atau pendek ) dan menyebutkannya

d) Mampu menyelesaikan contoh kasus yang berkaitan dengan pengukuran waktu dan panjang

e) Mengenal berbagai bangun ruang sederhana

f) Mengelompokkan berbagai bangun ruang berdasarkan jenisnya g) Mampu mengurutkan bangun ruang tersebut berdasarkan jenisnya 3) Ketiga dari materi mengenal pengolahan data:

a) Mampu mengumpulkan dan membaca data

b) Mampu mengolah dan menyajikan data dalam bentuk tabel c) Mampu menafsirka sajian data

Maka dalam penelitian ini, terfokus pada permasalahan aspek bilangan dan pengoperasiannya, khususnya membahas materi penjumlahan dan pengurangan.

(8)

Dalam matematika operasi hitung bilangan dibagi menjadi empat. Empat operasi hitung bilangan tersebut antara lain: penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Karena keempat operasi hitung bilangan ini saling berkaitan, maka siswa diharapkan untuk menguasai semua operasi hitung bilangan ini. (Walle : 2006).

c. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD

Menurut Soejadi R. (2000) tujuan pengajaran matematika di sekolah dasar dibagi menjadi 2, yaitu :

1) Tujuan Khusus pembelajaran matematika

a) Menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan

b) Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialih gunakan melalui kegiatan matematika

c) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.

d) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin.

2) Tujuan umum pembelajaran matematika

a) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan dan dunia yang berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisisen.

b) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari–hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

(9)

2. Metode Pembelajaran

Menurut Ahmad Sabri (2005) metode pembelajaran adalah cara–cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual ataupun secara kelompok.

Metode pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu prosedur atau proses yang teratur, suatu jalan atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran (Suyono dan Haruyanto: 2012). Saur Tampubolon (2014) berpendapat bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis demi mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan definisi–definisi yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh para pendidik agar proses belajar-mengajar pada siswa tercapai sesuai dengan tujuan.

Agar tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seorang guru harus mengetahui berbagai metode. Dengan memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai metode maka seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi. Penggunaan metode mengajar sangat bergantung pada tujuan pembelajaran.

Syarat–syarat yang harus di perhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan metode pembelajaran adalah sebagai berikut :

1) Metode yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat atau gairah belajar siswa.

(10)

2) Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut.

3) Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.

4) Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.

5) Metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.

6) Metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai–nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari–hari.

3. Materi Penjumlahan dan Pengurangan

Dalam mengembangkan materi ini terdapat standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi landasan untuk mengembangkan materi pokok, merancang kegiatan pembelajaran dan melakukan penilaian.

Adapun standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu :

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika Kelas I, Semester I

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Bilangan

1. Melakukan penjumlahan dan

pengurangan bilangan sampai 20 1.3 Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20 Materi yang akan dipelajari menggunakan Jarimatika. Sebelum

mempelajari Jarimatika, perlu memahami dahulu tentang :

(11)

a. Bilangan dan Lambang Bilangan

ada 1 buku tulis

aku punya 9 apel

ada 14 jam dinding

b. Konsep Operasi Hitung dan Simbol Operasi Hitung 1. Penjumlahan

Mula-mula ada 2 roti diatas meja kemudian ditambah 1 roti, maka roti daiats meja bertambah menjadi 3 roti.

tambah menjadi

2 + 1 = 3

+ dibaca tambah

= dibaca sama dengan

(12)

2. Pengurangan

Mula-mula ada 10 roti diatas meja, kemudian dimakan 4 roti. Maka roti diatas meja berkurang menjadi tinggal 6 roti

diambil menjadi

`10 – 4 = 6

c. Mengenalkan Lambang-Lambang yang digunakan dalam Jarimatika

Tabel 2.2 Simbol Jari Tangan Simbol Angka

Tangan Kiri Angka Simbol Angka

Tangan Kanan Puluhan Satuan

10 1

20 2

30 3

– dibaca kurang

= dibaca sama dengan

(13)

40 4

50 5

60 6

70 7

80 8

90 9

(14)

Contoh tambah kurang menggunakan jarimatika

1 + 2 =

Formasi jarimatikanya sebagai berikut =

Dibaca = tambah satu buka, tambah dua buka, hasilnya tiga

3 – 1 =

Formasi jarimatikanya sebagai berikut =

Dibaca = tambah tiga buka, kurang satu tutup, hasilnya dua

3 + 1 – 2 =

Formasi jarimatikanya sebagai berikut =

Dibaca = tambah tiga buka, tambah satu buka, kurang dua tutup, hasilnya dua

Ini juga berlaku untuk puluhan

(15)

20 + 10 =

Formasi jarimatikanya sebagai berikut =

Dibaca = tambah sepuluh buka, tambah dua puluh buka, hasilnya tiga puluh

21 + 13 – 2 =

Formasi jarimatikanya sebagai berikut =

Dibaca = tambah dua puluh satu buka, tambah sepuluh buka, tambah tiga buka, kurang dua tutup, hasilnya tiga puluh dua.

Adapun hal-hal yang perlu diketahui dalam penyampaian jarimatika yaitu :

a) Kedua tangan memiliki dua nilai tempat, tangan kanan untuk satuan, dan tangan kiri untuk puluhan.

b) Untuk melakukan operasi hitung penjumlahan dilakukan dengan cara membuka jari-jari tangan dan untuk melakukan operasi hitung pengurangan dengan cara menutup jari-jari tangan.

c) Cara membaca perlu dipahami untuk bisa berkomunikasi dengan anak-anak mengenai proses operasi jarimatika yang sedang dijalankan. Ini merupakan tahap-tahap awal melatih gerak jari anak-anak.

(16)

4. Metode Jarimatika

Jarimatika berasal dari kata jari dan aritmatika yang berarti cara berhitung (meliputi operasi kali, bagi, tambah, kurang) dengan menggunakan jari–jari tangan. Jarimatika adalah satu cara menghitung matematika dengan menggunakan alat bantu jari (Prasetyono: 2008). Dalam model jarimatika ini, sebelum menggunakan jarinya untuk menghitung anak–anak harus memahami terlebih dahulu cara penggunaan jarinya.

Menurut Septi Peni Wulandari (2008), Jarimatika adalah salah satu cara menggunakan berhitung (Operasi KaBaTaKu atau Kali, Bagi, Tambah, Kurang) dengan menggunakan jari dan ruas jari–jari tangan. Jarimatika adalah sebuah cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan cara berhitung dasar kepada anak–anak menurut kaidah, dimulai dengan memahamkan secara benar terlebih dahulu konsep bilangan, lambang bilangan, dan operasi hitung dasar, kemudian mengajarkan cara berhitung dengan jari–jari tangan. Prosesnya diawali, dilakukan, dan diakhiri dengan gembira.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa jarimatika adalah suatu cara menghitung untuk menyelesaikan operasi hitung matematika dengan menggunakan jari–jari tangan. Tahap-tahap dalam pelaksanaan metode jarimatika diantaranya:

1) Membuat anak masuk kedalam suasana gembira terlebih dahulu dengan cara mengajak bernyanyi atau beryel-yel.

2) Mengenalkan lambang-lambang yang digunakan di dalam jarimatika, diawali dengan tangan kanan yang merupakan lambang satuan 1-9, lalu dilanjutkan dengan tangan kiri yang menunjukkan puluhan 10-90.

3) Mendemonstrasikan formasi jari-jari tangan yang menunjukkan angka-angka sambil bernyanyi agar anak mudah untuk mengingat simbol-simbol jarimatika.

(17)

4) Mengenalkan cara membaca jarimatika pada tahap awal belajar agar anak memahami bahasanya, intruksi dan gerak jarinya. Jika sudah lancer tidak diperlukan lagi

Adapun kelebihan dari jarimatika menurut Septi peni Wulandani adalah:

a) Jarimatika memberikan visualisasi proses berhitung. Hal ini akan membuat anak mudah melakukannya.

b) Gerakan jari tangan akan menarik minat anak. Mungkin mereka menganggapnya lucu, yang jelas mereka akan melakukannya dengan gembira.\

c) Jarimatika relatif tidak memberatkan memori otak saat digunakan.

d) Alatnya tidak perlu dibeli, tidak akan pernah ketinggalan atau terlupa dimana menyimpannya.

e) Tidak bisa disita saat ujian.

5. Kemampuan Berhitung

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, mampu artinya kuasa (biasa, sanggup) melakukan sesuatu. Sedangkan kemampuan dapat diartikan kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan untuk melakukan sesuatu (Poerwadarminta: 1985).

Berhitung menurut Munawir Yusuf (2003) adalah salah satu cabang matematika, ilmu hitung adalah suatu bahasa yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara berbagai proyek, kejadian dan waktu.

Menurut Dali S. Naga, berhitung adalah cabang matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan–hubungan bilangan nyata dengan perhitungan, terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan , perkalian dan pembagian. Dari

(18)

keempat operasi perhitungan tersebut menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah penjumlahan dan pengurangan.

Adapun tujuan pengajaran berhitung di sekolah dasar adalah : 1) Menanamkan pengertian bilangan dan kecakapan dasar berhitung

2) Memupuk dan mengembangkan kemampuan berfikir logis dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari–hari, baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang.

3) mengembangkan kemampuan dan sikap rasional, ekonomis dan menghargai waktu.

4) Meletakkan landasan berhitung yang kuat untuk mempelajari pengetahuan yang lebih lanjut

Kemampuan berhitung merupakan kemampuan melakukan pengerjaan hitung seperti menjumlah, mengurang, mengalikan, membagi. dan lain–lain serta kemampuan memanipulasi bilangan–bilangan dan lambang–lambang matematika.

Kemampuan berhitung penting, baik untuk melakukan perhitungan dengan cepat maupun untuk pemecahan arimatika.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian mengenai jarimatika yang telah dilakukan :

1. Khusnul Khotimah (2008) dengan Judul “Pembelajaran Berhitung dengan Menggunakan Jarimatika untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berhitung Siswa di MIM Candirejo Ngawen Klaten” hasilnya menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan jarimatika meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu 71,21 % pada siklus I dan 76, 34 % pada siklus II. Berdasarkan hal tersebut dapat

(19)

disimpulkan bahwa penerapan metode jarimatika dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

2. Attiaturrahmaniah (2011) dengan judul “Penerapan Metode Jarimatika untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung dalam Pembelajaran Matematika pada Siswa SDN 2 Pancor” hasilnya menunjukkan bahwa penerapan metode jarimatika mempunyai dampak yang baik pada ketrampilan berhitung siswa yang dapat dilihat dari hasil observasi siswa pada siklus I dengan rata-rata 27,7 meningkat menjadi 37,17 pada siklus II. Sedangkan hasil belajar siswa pada siklus I dengan rata-rata 82,3 dan ketuntasan klasikal 83% menjadi meningkat pada siklus II dengan rata-rata 84,67 dengan ketuntasan klasikal mencapai 93,3%.

3. Titien Nova Hartuti (2012) dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Metode Jarimatika pada Siswa SDN Sumur 3 Kelas IV Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012" hasilnya menunjukkan bahwa setelah melaksanakan pembelajaran dengan metode jarimatika prosentase hasil belajar siswa meningkat yaitu pada siklus I dengan rata-rata 71 dan ketuntasan klasikal 47% menjadi meningkat pada siklus II dengan rata-rata 84 dengan ketuntasan klasikal 93%.

Berdasarkan dari ketiga penelitian diatas terdapat persamaan dan perbedaan dalam penelitian ini. Persamaan penelitian ini dengan ketiga penelitian diatas yaitu dalam proses pembelajaran matematika menggunakan metode jarimatika, sedangkan perbedaannya terletak pada subjek penelitian, lokasi penelitian dan materi yang diajarkan yaitu ketiga peneliti diatas menggunakan

(20)

materi perkalian sedangkan peneliti ini menggunakan materi penjumlahan dan pengurangan.

C. Kerangka Pikir

MI/SD merupakan pendidikan pertama yang secara formal mengajarkan dan mengembangkan kecakapan dasar membaca, menulis dan berhitung.

Pembelajaran berhitung pada siswa SD sangat penting untuk dikuasai karena berhitung merupakan dasar dari matematika yang terus digunakan pada jenjang pendidikan selanjutnya.

Hambatan–hambatan yang sering terjadi dalam proses pembelajaran matematika, khususnya berhitung adalah rendahnya motivasi siswa terhadap pelajaran matematika, kurangnya kretaifitas guru dalam menggunakan berbagai teknik meghitung. Sehingga hal tersebut berdampak pada rendahnya kemampuan berhitung siswa yang dapat dilihat dari tingkat ketepatan, kecepatan, dan ketelitian siswa dalam proses perhitungan dalam menyelasaikan permasalahan berhitung.

Pembelajaran berhitung dengan menggunakan metode Jarimatika merupakan salah satu alternative untuk memecahkan masalah–masalah tersebut.

Pembelajaran berhitung ini diberikan secara sederhana dan lebih menyenangkan.

Oleh karena itu, melalui pembelajaran ini diharapkan kemampuan berhitung siswa dapat meningkat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka peneliti melakukan beberapa hal yang terangkum dalam bentuk kerangka pikir yaitu:

(21)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Tindakan Kelas kondisi awal

 Pembelajaran masih berpusat pada guru

 Metode pembelajaran dan media yang digunakan kurang menarik

 Hasil belajar siswa kurang memuaskan

Permasalahan siswa kelas 1 SD Muhammadiyah 17

1. Kurangnya minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika 2. Kemampuan berhitung masih

kurang terlihat dari kurang teliti dalam mengerjakan soal

3. Banyak siswa mengandalkan jari–

jari tangan untuk menyelesaikan tugas sehingga membutuhkan waktu yang lama dan juga hanya dapat menyelesaikan pada bilangan–bilangan tertentu

Metode Jarimatika

Kemampuan berhitung siswa meningkat mekanisme pelaksanaan :

a. Mengajarkan yel–yel jarimatika

b. Mengajarkan yel–yel taku (tambah kurang) yang digunakan sebagai lambang dalam jarimatika

c. Menyampaikan aturan dasar jarimatika yaitu jari tangan kanan untuk satuan dan jari tangan kiri untuk puluhan, untuk

penjumlahan jari tangan dibuka, untuk pengurangan jari tangan ditutup

d. Memberikan contoh formasi jarimatika dalam penyelesaian soal e. Memberikan soal dalam bentuk lagu untuk melatih kelancaran

formasi jarimatika siswa

f. Memberikan soal dalam bentuk permainan

(22)

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dari rumusan masalah di atas maka dapat dituliskan hipotesis bahwa penggunaan metode jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung siswa kelas 01 SD Muhammadiyah 17 Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi.

Gambar

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika   Kelas I, Semester I
Tabel  2.2  Simbol Jari Tangan  Simbol Angka
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Tindakan Kelas kondisi awal

Referensi

Dokumen terkait

Hasil perhitungan analisis B/C Ratio (B/CR) yang dilakukan terhadap pengusahaan kayu bulat HPHTI menunjukkan bahwa dengan menggunakan tingkat bunga efektif sebesar 5,19%,

[r]

Nilai koefisien determinasi ditunjukkan dengan nilai R square (R 2 ) yaitu 0,818 artinya bahwa pengaruh asimetri informasi, locus of control, nilai personal dan

(2-tailed) N angket tes angket tes Kendall's tau_b Spearman's rho angket tes. Correlation is significant at the 0.05

Kepercayaan dengan sesama masyarakat Desa Tolai Barat tergolong tinggi dengan nilai 147, hal ini dikarenakan tingginya keyakinan pada masing-masing masyarakat dalam

Winarsunu (2008) mengemukakan bahwa keselamatan kerja adalah tingkah laku individu salam berinteraksi dengan lingkungan kerja yang secarra khusus berhubungan dengan

Dalam hal sudah terdapat harga penawaran yang sama atau dibawah Owner Estimate, spesifikasi Tug Boat yang ditawarkan telah sesuai atau lebih baik dari spesifikasi teknis

Berdasarkangrafik tersebut menunjukkan bahwa pekerja yang mengalami dermatitis akibat kerja dan terpapar bahan kimia dalam jumlah yang beragam sebanyak 83,3%.Hasil