• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KELELAHAN DAN PERILAKU KESELAMATAN PADA KARYAWAN PT.X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KELELAHAN DAN PERILAKU KESELAMATAN PADA KARYAWAN PT.X"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KELELAHAN DAN PERILAKU

KESELAMATAN PADA KARYAWAN PT.X

Oleh:

Riski Farlis Utami

Annisa Miranty Nurendra

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2018

(2)
(3)
(4)

HUBUNGAN KELELAHAN DAN PERILAKU

KESELAMATAN PADA KARYAWAN PT X

THE RELATIONSHIP OF FATIGUE AND SAFETY BEHAVIOR

IN PT. X EMPLOYEE

Riski Farlis Utami Annisa Miranty Nurendra

Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Email :

Riskifarlisu@gmail.com Annisa.miranty@uii.ac.id

INTISARI

Menurut Kuswana (2014) Keselamatan kerja adalah suatu keadaan yang aman dan selamat dari penderitaan dan kerusakan serta kerugian di tempat kerja, baik pada saat memakai alat, bahan, mesin-mesin dalam proses pengolahan, maupun menjaga dan mengamankan tempat serta lingkungan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kelelahan dan perilaku keselamatan pada karyawan PT X. Pada penelitian ini, untuk mengukur kelelahan peneliti menggunakan aspek yang dikemukakan oleh Tarwaka (2004) yang terdiri dari 3 aspek yaitu pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi, dan gambaran kelelahan fisik. Sedangkan untuk perilaku keselamatan, peneliti menggunakan skala Neal dan Griffin (2000) yang terdiri dari 2 aspek yaitu pelaksanaan keselamatan dan partisipasi keselamatan. Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah 181 karyawan yang bekerja di PT X. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuesioner. Dalam menguji hipotesis penelitian, peneliti melakukan uji asumsi yang meliputi uji linearitas dan uji nomalitas yang dianalisis menggunakan SPSS 21.0. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif antara kelelahan dan perilaku keselamatan dengan p=0.001 (p<0.005). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kelelahan maka semakin rendah perilaku keselamatan yang dimiliki oleh karyawan PT X

Kata Kunci: Perilaku keselamatan, karyawan, kelelahan, PT X

ABSTRACT

According to Kuswana (2014), Safety is a safe condition from injury, breakdown and loss at workplace, when we use tools, materials, and engines in processing, nor protect and secure environment at workplace. The purpose of this research is to know the correlation between fatigue and safety behaviour of “X” company

(5)

employees. From this research, we used Tarwaka (2004) aspect to measure fatigue which consists of 3 aspects, those are Activities Weakening, Motivational Weakening, and Physical Fatigue Illustration. And then we used Neal and Griffin scale (2000) to measure safety behaviour which consists of 2 aspects, those are Safety Compliance and Safety Participation. There are 181 employees sample of “X” company used for this research. This research used questionnaire method. In testing the research hypothesis, researcher conducted assumption tests which included linearity and normality tests which was analyzed using SPSS 21.0 for windows. The results of this research indicate a negative relation between Fatigue and Safety Behaviour with p=0.001 (p<0.005). This means the higher the Fatigue, the lower that the Safety Behaviour possessed by “X” company employees.

Keywords: Safety Behaviour, Employees, Fatigue, “X” company

PENGANTAR

Setiap tahun, ada hampir seribu kali lebih banyak kecelakaan non-fatal dibandingkan kecelakaan kerja fatal. Kecelakaan kerja non-fatal diperkirakan dialami 374 juta pekerja setiap tahun, dan banyak dari kecelakaan ini memiliki konsekuensi yang serius terhadap kapasitas penghasilan para pekerja (Hamalainen dalam ILO, 2018). Menurut perkiraan terbaru yang dikeluarkan oleh Organisasi Perburuhan International (ILO), 2,87 juta pekerja meninggal meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Sekitar 2,4 juta (86,3 persen) dari kematian ini dikarenakan penyakit akibat kerja, sementara lebih dari 380.000 (13,7 persen) dikarenakan kecelakaan kerja. Pekerja muda memiliki tingkat kecelakaan kerja yang lebih tinggi dibandingkan pekerja dewasa. Menurut data Eropa baru-baru ini, insiden kecelakaan non-fatal di tempat kerja lebih dari 40 persen lebih tinggi di antara pekerja muda berusia antara 18 sampai 24 tahun dibandingkan pekerja dewasa (EU-OSHA dalam ILO, 2018).

(6)

Menurut ILO (2013), setiap tahun ada lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja. Terlebih lagi 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit di tempat kerja. Kecelakaan merupakan kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan. hal tersebut dikarenakan dalam kecelakaan tidak terdapat unsur kesengajaan. Berdasarkan hasil survey dan analisis faktor kausal kecelakaan kerja pada tahun 1986 yang dilakukan oleh kementrian tenaga kerja Jepang, diperoleh hasil bahwa 75% kecelakaan terjadi karena, hasil kombinasi antara unsafe behavior dan 80% karena unsafe conditions (Ministry of Labour Japan, 1996). Suma’mur (1989) juga mengemukakan bahwa kecelakaan disebabkan oleh dua golongan penyebab yaitu tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human act) dan keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions). Keselamatan kerja merupakan saran utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja (Suma’mur, 1987).

Menurut Kuswana (2014) Keselamatan kerja adalah suatu keadaan yang aman dan selamat dari penderitaan dan kerusakan serta kerugian di tempat kerja, baik pada saat memakai alat, bahan, mesin-mesin dalam proses pengolahan, maupun menjaga dan mengamankan tempat serta lingkungan kerja. Menurut Zin, dkk (2012) perilaku keselamatan adalah perilaku yang mendukung praktek dan aktivitas keselamatan dalam bekerja, dimana kedua hal tersebut harus diterima oleh karyawan sebagai persayaratan kerja untuk menghindari kecelakaan dalam

(7)

bekerja. Winarsunu (2008) mengemukakan bahwa keselamatan kerja adalah tingkah laku individu salam berinteraksi dengan lingkungan kerja yang secarra khusus berhubungan dengan terbentuknya perilaku aman yang dapat meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja dan terbentuknya perilaku aman dalam bekerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keselamatan kerja. Menurut Suma’mur (1996) Ada beberapa faktor fisik yaitu kebisingan, radiasi, getaran mekanisme, cuaca kerja, tekanan udara tinggi dan rendah, penerangan di tempat kerja, bau-bauan di tempat kerja. Menurut Winarsunu (2008), terdapat aspek-aspek psikososial dalam keselamatan kerja yaitu tuntutan kerja (Jobs Demand), symtom, kebisingan, shift kerja, dan pelecehan seksual di tempat kerja. PT X sendiri merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penyulingan minyak dan gas bumi. Pada perusahaan seperti PT X, keselamatan merupakan salah satu hal utama yang patut diperhatikan oleh para pekerja.

Menurut Tarwaka (2004), terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pekerjaan dan salah satunya adalah kelelahan kerja. Kelelahan kerja secara langsung mempengaruhi performa pekerja. Ada kecenderungan bahwa tingkat performansi kerja seseorang yang tinggi disebut sebagai orang yang menunjukkan produktivitas yang tinggi. Namun sebaliknya, seseorang yang tingkat performansi kerjanya tidak memenuhi kriteria perusahaan maka pekerja tersebut dikatakan mempunyai produktivitas yang rendah. Menurut Schultz (1990), kelelahan juga bisa menjadi penyebab menurunnya produksi dan juga bisa menjadi penyebab meningkatnya kecelakaan kerja. Hal ini dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan

(8)

antara frekuensi terjadinya kecelakaan kerja dengan taraf produksi yang dihasilkan pada suatu perusahaan. Pada beberapa industri berat yang memberlakukan aturan 10 jam kerja, dilaporkan bahwa pada 8 jam kerja pertama, kegiatan produksi masih berjalan wajar, namun pada 2 jam setelah itu angka kecelakaan kerja menjadi meningkat. Hal ini diperkirakan karena pada 2 jam menjelang berakhrinya pekerjaan para pekerja mengalami kelelahan (dalam Winarsunu 2008).

Menurut Nurmianto (2003) kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri .Menurut Tarwaka, dkk (2004) kelelahan merupakan mekanisme perlindungan agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan setelah istirahat. Kelelahan (fatigue) merupakan suatu perassaan yang subyektif. Menurut Budiono (dalam Hidayat,2016) Kelelahan kerja adalah suatu kondisi yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam bekerja. Kelelahan merupakan kondisi yang ditandai dengan perasaan lelah dan menurunkan kesiagaan serta berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Kelelahan kerja dalam suatu industri berkaitan pada tiga gejala yang saling berhubungan yaitu perasaan lelah, penurunan fisiologis dalam tubuh dan menurunnya kapasitaas kerja. Sedangkan Tarwaka (2004) mengemukakan bahwa terdapat 3 aspek kelelahan, yaitu pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi, dan fisik. Menurut Grandjean (1993) kelelahan kerja merupakan gejala yang ditandai adanya peraasaan lelah dan penurunan kesiagaan. Faktor penyebab terjadinya kelelahan akibat kerja

(9)

industri sangatlah bervariasi dimana faktor-faktor tersebut saling terkait satu sama lain contohnya, seperti faktor intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental, problem fisik seperti tanggung jawab, lingkungan, kondisi kesehatan, dan nutrisi. (dalam Simanjuntak dkk, 2011).

Menurut Mitler dkk (dalam Wiliamson dkk, 2009), kelelahan telah diidentifikasi sebagai faktor pada kecelakaan, cedera, dan kematian dalam skala yang cukup besar, dengan implikasi dimana orang yang sedang lelah cenderung kurang dalam menghasilkan kinerja yang baik. keadaan ini termasuk penggunaan transportasi darat, udara, laut, dan lainnya yang sebaik keadaan pekerjaan lain (seperti rumah sakit, operasi darurat,dll), terjadi ketika waktu diluar jam bekerja mengalami peningkatan. Terkadang, hampir semua orang menjadi kelelahan, di antara waktu mereka bekerja atau waktu luang, dan kemungkinan terjadi peningkatan resiko kecelakaan atau cedera. Efek kelelahan seperti respon lamban, gagal ketika mengawasi atau gagal dalam menekan strategi yang kurang baik telah diidentifikasi pada kecelakaan yang cukup parah. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara kelelahan dengan perilaku keselamatan khususnya pada karyawan PT X.

METODE PENELITIAN Responden Penelitian

Penelitian ini akan melibatkan karyawan yang bekerja di perusahaan penyulingan minyak PT. X. Rencana pengambilan data dilakukan dengan membagikan kuesioner penelitian kepada karyawan PT. X baik yang sudah

(10)

menikah maupun belum menikah dengan rentang usia 17-55 tahun dan masa kerja dibawah maupun diatas lima tahun bekerja. Mayoritas subjek berjenis kelami laki-laki dan bekerja pada waktu shift.

Metode Pengumpulan Data dan Alat Ukur Penelitian

Metode Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode skala sebagai alat pengumpul datanya. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kelelahan dan skala perilaku keselamatan. Adapun skala kelelahan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan skala yang dikemukakan oleh Tarwaka (2004) yang terdiri dari 3 aspek yaitu pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi, dan gambaran kelelahan fisik. Dalam pengukuran ini skala terdiri dari 29 aitem favorable. Sedangkan untuk skala perilaku keselamatan digunakan untuk penelitian merupakan skala yang dikemukakan oleh Neal dan Griffin (2000) yang terdiri dari 2 aspek yaitu pelaksanaan keselamatan dan partisipasi keselamatan. Skala ini terdiri dari 9 aitem favorable.

Metode Analisis Data

Penelitian ini termasuk penelitian korelasi. Metode analisis yang digunakan untuk menguji penelitian korelasional adalah spearman’s rho apabila datanya tidak normal. Sedangkan untuk data normal, digunakan teknik korelasional dari Spearman’s rho. Teknik tersebut digunakan dengan tujuan untuk menguji hipotesis hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Analisis data dilakukan menggunakan bantuan program computer IBM SPSS Statistic version 21 for Windows.

(11)

HASIL PENELITIAN

Responden yang terlibat penelitian ini sebanyak 181 orang. Adapun untuk lebih jelasnya data sebaran subjek dapat dilihat pada tabel berikut :

Umur Jumlah Persentase

17-25 47 35,8%

25-35 43 32,8%

35-45 17 12,9%

45-55 24 18,3%

Berdasarkan sebaran data umur, responden yang berumur 17-25 tahun berjumlah 47 orang dengan persentase 35,8%, responden berumur 25-35 berjumlah 43 orang dengan persentase 32,8%, responden dengan umur 35-45 berjumlah 17 orang dengan persentase 12,9%,dan responden dengan umur 45-55 tahun berjumlah 24 orang dengan persentase 18,3%.

Uji Normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnof

Variabel P Keterangan

Kelelahan 0.005 Tidak Normal

Perilaku Keselamatan 0.059 Normal

Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnof , pada variabel kelelahan didapatkan p=0.005 (p<0.05), sedangkan hasil uji normalitas

(12)

pada variabel perilaku keselamatan, didapatkan p=0.059 (p<0.05). berdasarkan hasil tersebut, maka sebaran data kelelahan tidak normal dan perilaku keselamatan dinyatakan normal.

Uji Linearitas Kelelahan dan Perilaku Keselamatan

Variabel F Sig.

Kelelahan dan Perilaku Keselamatan

11.781 0.001

Berdasarkan hasil pengolahan data uji linearitas didapatkan pada variabel kelelahan dan perilaku keselamatan bahwa F linearity 11,781 dan p=0.001 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel kelelahan dan perilaku keselamatan memiliki hubungan linier.

Hasil uji korelasi

Variabel r P Keterangan

Kelelahan *Perilaku Keselamatan

-0.284 0.001 Signifikan

Berdasarkan uji hipotesis dapat diperoleh hasil bahwa pada kelelahan dan perilaku keselamatan menunjukkan terdapat hubungan negatif antara kelelahan dan perilaku keselamatan

(13)

Analisis Tambahan

Pada penelitian ini dilakukan analisis tambahan untuk mengetahui hubungan antara usia dan masa kerja terhadap perilaku keselamatan.

Variabel r P Keterangan

Usia *Perilaku Keselamatan

0.079 0.368 Tidak Signifikan

Berdasarkan uji korelasi diatas, dapat diperoleh bahwa usia dan perilaku keselamatan menghasilkan P = 0.368 (P>0.05) dan r = 0.079.Artinya tidak terdapat korelasi antara usia dan perilaku keselamatan pada karyawan.

Variabel (Berdasarkan masa kerja) r P Keterangan Kelelahan *Perilaku Keselamatan -0.274 0,002 Signifikan

Berdasarkan uji korelasi diatas, didapatkan hasil korelasi antara Kelelahan dan Perilaku Keselamatan berdasarkan masa kerja adalah P=0.002 (P<0.05) dengan r = -0.274. Artinya masa kerja tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap korelasi kedua variabel.

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kelelahan dan perilaku keselamatan pada karyawan PT X. Hipotesis penelitian berbunyi ada hubungan negatif antara kelelahan dan perilaku keselamatan pada

(14)

karyawan PT X. Berdasasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 21.0 for Windows maka hipotesis penelitian ini dapat diterima. Sedangkan pada hasil uji normalitas dan linearitas terdapat hasil yang tidak normal pada variabel bebas. Sedangkan pada variabel tergantung data normalitas yang dihasilkan normal, namun dalam uji lineritas kedua variabel tersebut terbukti linear. Munculnya data yang tidak normal ini disebabkan karena adanya sebaran data yang tidak merata. Hal tersebut dibuktikan juga pada hasil uji hipotesis dengan menggunakan teknik uji korelasi Spearman’s rho dimana koefisien korelasi menunjukkan r = -0.284 dengan nilai p = 0.001. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa korelasi negatif antara kelelahan dan perilaku keselamatan pada karyawan PT X. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian Endroyo dan Tugino (2007), dimana teori dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa produktivitas dan keselamatan berlangsung bertentangan dengan satu sama lain, artinya bila produktivitasnya tinggi, kemungkinan keselamatannya rendah. Akan tetapi, hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Huda dkk (2016). Teori tersebut mengatakan bahwa kelelahan tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku keselamatan meskipun sifatnya negatif. Hal tersebut dikarenakan pengaturan pola waktu istirahat yang sangat baik dan sudah terbiasa melakukan rutinitas pekerjaannya. Menurut Nurmianto (2003), semua jenis pekerjaan akan menghasilkan kelelahan, dimana kelelahan akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Dengan meningkatkan kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja yang akan menyebabkan penurunan produktivitas kerja.

(15)

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan maupun perilaku keselamatan. Dalam penelitian ini dilakukan analisis tambahan untuk mengetahui seperti apakah hubungan faktor yang mempengaruhi pada variabel yang diteliti. Berdasarkan hasil uji korelasi pada analisis tambahan, tidak terdapat signifikansi pada hubungan usia dan perilaku keselamatan. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil uji korelasi yang menunjukkan P>0.05. Berbeda dengan hasil uji korelasi antara kelelahan dan perilaku keselamatan berdasarkan masa kerja. Hasil P yang didapatkan dari analisis tersebut adalah P<0.05, yang berarti kelelahan dan perilaku keselamatan berkorelasi jika dilihat berdasarkan masa kerja. Hasil uji korelasi tidak sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Winarsunu (2008). Teori menyatakan bahwa pengalaman kerja tidak bersangkut paut dengan indikasi kecelakaan kerja, karena selama rentang waktu tertentu pada sebuah perusahaan telah diadakan perubahan-perubahan dalam metode kerja yang lebih sistematis, peralatan kerja yang lebih aman dan lingkungan kerja yang baik. Hasil yang berbeda ditunjukkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Atiqoh, dkk (2014) bahwa masa kerja dapat mempengaruhi kelelahan kerja yang dialami oleh pekerja bagian penjahitan CV. Aneka Garment.

Hasil dari analisis dalam penelitian ini merupakan hasil yang sangat baik karena mayoritas karyawan PT X memiliki kelelahan yang rendah dan perilaku keselamatan yang sangat baik. Hal tersebut dikarenakan feedback yang diberikan oleh perusahaan sudah cukup baik seperti fasilitas dalam bekerja, dan fasilitas lain yang dapat menunjang kesehatan para karyawan. Selain itu, untuk menunjang perilaku keselamatan, perusahaan mengadakan training keselamatan setiap

(16)

bulannya yang dihadiri karyawan secara bergantian. Dari kategorisasi tersebut juga dapat memperkuat uji korelasi yang telah dilakukan sebelumnya, dimana hasilnya adalah variabel kelelahan berkolerasi negatif dengan variabel perilaku keselamatan. Semakin rendah kelelahan yang dialami oleh individu, semakin tinggi perilaku keselamatan yang dimiliki oleh individu.

Secara keseluruhan penelitian ini telah berjalan dengan baik, peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin dalam mempersiapkan skala, namun ada bebeapa kemungkinan yang menyebabkan penelitian ini memiliki keterbatasan. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah terdapat beberapa subjek yang tidak teliti dalam pengisian kuesioner sehingga terdapat beberapa aitem, dan terdapat beberapa identitas subjek yang kosong atau tidak terisi. Selain karena faktor subjek penelitian, kelemahan dalam penelitian ini juga disebabkan karena keterbatasan peneliti dalam pengambilan data dikarenakan peneliti tidak dapat secara langsung memantau berjalannya pengambilan data ketika berlangsung.

(17)

Daftar Pustaka

Andi, Alifen, R. S., & Chandra, A. (2005). Model Persamaan Struktural Pengaruh Budaya Keselamatan Kerja pada Perilaku Pekerja di Proyek Konstruksi. Jurnal Tekni Sipil, Vol 12 No. 5.

Arini, S Yunita; Dwiyanti, Endang;. (2013). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Kelelahan Kerja pada Pengumpuil Tol di Perusahaan Pengembang Jalan Tol Surabaya. The Indonesia Journal of Occupational Safety adn Helath, 113-122.

Atiqoh, Januar; Wahyuni, Ida; Lestyantyo, Daru;. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Konveksi Bagian Penjahitan di CV. Aneka Gunungpati Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Basri, Sarinah; Apriliani, Silvia;. (2014). Hubungan Shift Kerja dengan Tingkat Kelelahan Operator Produksi di PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu Tahun 2014. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Endroyo, B. (2007). Analisis Faktor-faktor Kecelakaan Kerja Industri. Teknik Sipil dan Perencanaan, 21-31.

Endroyo, B., & Tugino. (2007). Analisis Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Konstruksi. Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan, 21-31.

Fang, Dongping; Jiang, Zhongming; dkk. (2015). An Experimental Method Study the Effect of Fatigue on Construction Workers Safety Performance. Safety Science, 80-91.

Fara , R. Achmad Zaindy; Kurniawan, Bina; Wahyuni, Ida;. (2017). Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Safe Behaviorpada Pekerja Rekanan bagian Sipil di PT. Indonesia Power UP Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Huda, U Firdaus; Sukmawati, Anggraini; Sumertajaya, I Made;. (2016). Model Perilaku Keselamatan Kerja Karyawan pada Industri Berisiko Tinggi. Jurnal Manajemen Teknologi, 51-66.

(18)

Huda, Usep Firdaus; Sukmawati , Anggraini; Sumertajaya, I Made;. (2016). Model Perilaku Keselamatan Kerja Karyawan pada Industri Berisiko Tinggi. Jurnal Manajemen Teknologi, 51-66.

ILO. (2013). Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Sarana untuk Produktivitas. Jakarta: SCORE.

ILO. (2018). Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Pekerja Muda. Jakarta: International Labour Organization.

Kartika, Endo Wijaya; Kaihatu, Thomas S.;. (2010). Analisis Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja (Studi Kasus pada Karyawan Restoran di

Pakuwon Food Festival Surabaya). Jurnal Manajemen dan

Kewirausahaan , 100-112.

Kuswana, W. S. (2014). Ergonomi dan K3. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mustopo, W. I. (2011). Keselamatan dan Aspek Psikologis "Fatigue".

Psikobuana, 126-134.

Neal, A., Griffin, M., & Hart, P. (2000). The Impact of Organizational Climate on Safety Climate and Individual Behavior. Safety Science, 99-100.

Ramli, S. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Dian Rakyat .

Setiawan, K. C. (2015). Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Level Pelaksana di Divisi Operasi PT. Pusri Palembang. PSIKIS-Jurnal Psikologi Islam, 43-53.

Simanjuntak, R Adelina; Oesman , T Isna;. (2011). Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test. Workplace Safety and Health, 268-276.

Suma'mur. (1989). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan . Jakarta: CV Haji Masagung.

Suma'mur. (1989). Keselamatan Kerja dan Penegahan Kecelakaan . Jakarta: CV Haji Masagung.

Suma'mur. (1996). Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Gunung Agung.

Suyono, K Zain; Nawawinetu, E Dyah. (2013). Hubungan Antara Faktor Pembentuk Budaya Keselamatan Kerja dengan Safety Behavior di PT Dok

(19)

dan Perkapalan Surabaya Unit Hull Construction. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, 67-74.

Tarwaka, Bakri, S. H., & Sudrajat, L. (2004). Ergonomi : Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS.

Williamson, Ann; Lombardi, David A; dkk. (2009). The Link Between Fatigue and Safety. Accident Analysis and Prevention, 498-515.

Winarsunu, T. (2008). Psikologi Keselamatan Kerja. Malang : UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.

Zin, Sulastre Mat; Ismail, Faridah;. (2012). Employers' Behavioral Safety

Compliance Factors toward Occupational, Safety and Heaslth

Improvement in the Construction Industry. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 742 - 751.

Referensi

Dokumen terkait

• 6 kelompok asam sinamat dengan kerangka C6-C3 (asam sinamat, asam p- kumarat, asam kafeat, asam ferulat, asam 5-2. hidroksi ferulat dan

Selain itu, ada penambahan 1 ruang lagi untuk meeting room agar kebutuhan dari pengguna dapat terpenuhi terkait dengan efisiensi ruangan dan waktu sesuai dengan

5) Pada keadaan tertentu ketika segala upaya maksimal telah dilakukan tetapi prognosis pasien sangat buruk, maka dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki

Apabila perusahaan menjual aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tak lancar lainnya secara tunai, maka modal kerja perusahaan akan naik sebesar jumlah

Arsitektur enterprise merupakan tool untuk mengelola teknologi informasi dalam organisasi yang dimanfaatkan untuk mewujudkan keselarasan teknologi informasi dengan

Gambar 12 Ekspresi β-glucuronidase (warna biru) pada berbagai organ (akar, batang, daun, dan bunga) tanaman padi cv Ciherang (CH) dan Nipponbare (N) hasil transformasi

Penelitian selanjutnya dapat lebih fokus pada jenis produk yang spesifik yang dijual e-commerce dan menggunakan perusahaan lain sebagai objek penelitian... Moderated

Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus adalah pangan olahan yang diformulasikan sesuai dengan prinsip gizi dan kondisi medis tertentu yang diperuntukkan bagi