• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat OLEH IRFANIA MARDHATILLA NIM:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat OLEH IRFANIA MARDHATILLA NIM:"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

SUMATERA BARAT TAHUN 2016

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

IRFANIA MARDHATILLA NIM: 121000218

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

(2)

SUMATERA BARAT TAHUN 2016

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

IRFANIA MARDHATILLA NIM: 121000218

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN

KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KELUHAN

MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA MASINIS DI PT. KERETA API INDONESIA DIVISI REGIONAL II DI SUMATERA BARAT TAHUN 2016” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.

Medan, Oktober 2016 Yang membuat pernyataan,

Irfania Mardhatilla

(4)
(5)

ABSTRAK

Musculoskeletal Disorders (MSDs) umumnya terjadi karena faktor pekerjaan dan faktor individu (umur, masa kerja, lama kerja, kebiasaan merokok dan IMT). Aktifitas masinis saat bertugas mengoperasikan kereta api serta bertanggung jawab sebagai pemimpin perjalanan kereta api memiliki potensi untuk kejadian MSDs pada masinis. Berdasarkan hasil survei pendahuluan terdapat beberapa orang masinis mengeluh gejala-gejala Musculoskeletal Disorders (MSDs).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik individu dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada masinis di PT.

Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Juni – Juli 2016, dengan jenis penelitian kuantitatif dan menggunakan desain Cross Sectional. Pada Penelitian ini peneliti menggunakan total populasi sebagai sampel yaitu 28 orang. Untuk pengumpulan data peneliti menggunakan kuesioner (data karakteristik individu), Nordic Body Map (data keluhan MSDs, bersifat subyektif) dan Vibration Meter (pengukuran intensitas getaran). Analisis statistik menggunakan uji Kolmogorov Smirnov, taraf signifikan yang digunakan adalah 95% atau taraf kesalahan 0,05.

Pada penelitian ini dari 28 orang masinis diperoleh 16 orang (57.1%) mengalami MSDs kategori rendah, 9 orang (32.1%) mengalami MSDs kategori sedang dan 3 orang (10.7%) mengalami MSDs kategori tinggi. Hasil pengukuran intensitas getaran seluruh tubuh menujukkan angka dibawah nilai ambang batas.

Secara statistik variabel umur, masa kerja dan IMT memiliki hubungan dengan keluhan MSDs pada masinis dengan nilai P masing-masing 0.032, 0.032 dan 0.009. Variabel lama kerja dan kebiasaan merokok tidak memiliki hubungan dengan keluhan MSDs pada masinis.

Masinis sebaiknya melakukan pencegahan terjadinya keluhan Musculoskeletal Disorders dengan melakukan gaya hidup yang sehat. perusahaan sebaiknya melakukan pengurangan tingkat keterpaparan getaran seluruh tubuh dengan meletakkan peredam getaran pada tempat duduk masinis.

.

Kata Kunci: Musculoskeletal Disorders (MSDs), Karakteristik Individu, Intensitas Getaran seluruh Tubuh, Masinis.

(6)

ABSTRACT

Musculoskeletal Disorders (MSDs) occurring generally because the jobs and factors individual (age, length of employment, old workings, smoking habit and BMI). Machinist activity on assignments operating a railroad as well as responsible as the leader of the train journey has the potential for events MSDs in the machinist. Based on results of the survey introduction there are some people complain symptoms Musculoskeletal Disorders (MSDs).

The purpose of this research is to find relations individual characteristics with complaints Musculoskeletal Disorders (MSDs) in machinist in PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II West Sumatra. The research was done in June - July 2016, with the kind of research quantitative and use design cross sectional.

To research this researchers used the total number of in the sample namely 28 people. For data collection researchers used the questionnaire (data individual characteristics), Nordic Body Map (data complaints MSDs, is subjective) and Vibration Meters (the measurement of the intensity vibration). Statistical analysis use test kolmogorov smirnov, the economic situation of significant used is 95 % or the economic situation of error 0.05 .

To research this is from 28 machinist obtained 16 people (57.1 % ) undergoing MSDs category low, 9 people (32.1 % ) undergoing MSDs medium category and 3 people (10.7 % ) undergoing MSDs high category. The measurement result vibration intensities the whole body featured points behind the threshold value. Statistically variable age, working time and bmi have ties with complaints MSDs in machinist with the P each 0.032, 0.032 and 0.009.

Variable old workings and smoking habit had no relationship with complaints MSDs in machinist.

Machinist better do to prevent Musculoskeletal Disorders complaints by conducting a healthy lifestyle. The company better do rate reduction vibration malignancies the entire body by putting silencer vibration at seating machinist.

Keywords: Musculoskeletal Disorders (MSDs), Individual Characteristics, Vibration Intensities The Entire Body, Machinist.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Illahi Rabbi Allah SWT, dengan limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya saya diberi kesehatan dan kemudahan dalam menjalankan aktifitas sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Hubungan Karakteristik Individu dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat Tahun 2016”. Untuk penyusunan skripsi ini tidak lupa saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak, antara lain:

1. Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr Runtung Sitepu SH, M.Hum sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, MSi sebagai Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.kes sebagai ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Sumatera Utara.

4. Terima kasih kepada Ibu Dra. Lina Tarigan, APT., MS selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Terima kasih kepada Bapak dr. Muhammad Makmur Sinaga, MS selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. Terima kasih kepada Ibu Eka Lestari Mahyuni, SKM., M.Kes selaku dosen penguji I yang telah memberikan bimbingan, arahan serta masukan selama

(8)

7. Terima kasih kepada Ibu Isyatun Mardiah Syahri, SKM., M.Kes selaku dosen penguji II yang telah memberikan bimbingan, arahan serta masukan selama proses ujian skripsi sehingga skripsi ini selesai dengan baik.

8. Terima kasih kepada Ibu Dr. Erna Mutiara Ir.,M.Kes selaku Dosen Penasehat Akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Terima kasih kepada pihak PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat yang telah member izin untuk melakukan penelitian dan membantu saya dengan memberikan banyak informasi dan data-data yang bersangkutan dengan penulisan skripsi ini.

10. Terima kasih untuk Orang tua dan seluruh keluarga saya (Papa, Mama, Umi, Nenek, Etek, Pak Etek, Mamak, Kakak dan adik-adik tercinta) karena selalu memberikan bimbingan, motivasi, kasih sayang tak terhingga, serta doa yang selalu dipanjatkan dalam setiap keadaan untuk saya. Kalian adalah inspirasi terbesar dalam pencapaian tujuan hidup saya.

11. Terima kasih kepada teman-teman tersayang Jia, Yaya, Vonny, Cuid, Satri, Ega, Vinta, Siska, Kak Rani, Ezi, Maya, Mala, Nurul, Pitbo, Fitri, Rati dan yang lainnya yang telah memberikan support kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga kepada teman-teman di Padang Aan, Ami, Arif dan yang lainnya yang telah membantu saya selama proses penelitian.

12. Terima kasih kepada rekan-rekan werewolf dan arisan Minang 2012 yang selalu memberikan hiburan canda dan tawa selama penulisan skripsi ini.

(9)

13. Terima Kasih kepada keluarga Sarmin 83A dan keluarga IMIB yang telah menjadi keluarga kedua bagi saya dalam menyelesaikan studi di Medan.

14. Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan doa untuk saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saya mengharapkan kritik, saran dan masukan yang membangun untuk skripsi ini. Tak lupa saya mohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan pada penulisan skipsi ini.

Medan, September 2016 Penyusun

Irfania Mardhatilla

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Irfania Mardhatilla

Tempat Lahir : Sungayang Tanggal Lahir : 4 Mei 1994

Suku Bangsa : Indonesia (Suku Minang)

Agama : Islam

Nama Ayah : Masrialdi

Suku Bangsa Ayah : Indonesia (Suku Minang)

Nama Ibu : Yusneti

Suku Bangsa Ibu : Indonesia (Suku Minang)

Pendidikan Formal

1. SD / Tamat Tahun : SD Negeri 06 Sungayang, Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat / 2006.

2. SMP / Tamat Tahun : SMP Negeri 1 Sungayang, Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat / 2009.

3. SMA / Tamat Tahun : SMA Negeri 1 Sungayang, Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat / 2012.

4. Akademik / Tamat Tahun : Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Sumatera Utara / 2016.

5. Lama studi di FKM USU : 2012-2016

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

RIWAYAT HIDUP ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Hipotesis ... 7

1.5 Manfaat ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Getaran ... 9

2.1.1 Defenisi Getaran ... 9

2.1.2 Sumber Getaran ... 10

2.1.3 Nilai Ambang Batas Getaran Seluruh Tubuh ... 11

2.1.4 Efek Getaran Seluruh Tubuh terhadap Kesehatan ... 11

2.2 Masinis ... 12

2.2.1 Pengertian Masinis ... 12

2.2.2 Kewajiban Masinis ... 13

2.2.3 Cara Kerja Masinis ... 13

2.3 Sistem Musculoskeletal ... 14

2.3.1 Sistem Muskuler ... 15

2.3.2 Skeletal ... 16

2.4 Keluhan Musculoskeletal Disorders ... 16

2.4.1 Defenisi Keluhan Musculoskeletal ... 16

2.4.2 Metabolisme Terjadinya Kelelahan Otot ... 17

2.4.3 Faktor Risiko Keluhan Musculoskeletal Disorders ... 19

(12)

2.4.4 Penyebab Keluhan Musculoskeletal Disorders ... 24

2.4.5 Gejala Keluhan Musculoskeletal Disorders ... 26

2.4.6 Pencegahan Keluhan Musculoskeletal Disorders ... 27

2.5 Nordic Body Map ... 29

2.6 Kerangka Konsep ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Jenis Penelitian... 31

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3.3 Populasi dan Sampel ... 31

3.3.1 Populasi ... 31

3.3.2 Sampel ... 31

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 32

3.4.1 Data Primer ... 32

3.4.2 Data Sekunder ... 32

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional ... 32

3.5.1 Variabel ... 32

3.5.2 Defenisi Operasional ... 32

3.6 Metode Pengukuran ... 33

3.7 Teknik Pengolahan Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 39

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 39

4.2 Distribusi Frekuensi ... 41

4.3 Hubungan Karakteristik Individu dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada masinis ... 48

BAB V PEMBAHASAN ... 54

5.1 Musculoskeletal Disorders padaMasinis di PT. KeretaApi Indonesia Divisi Regional II Sumatera ParatTahun 2016 ... 54

5.2 Hubungan Umur dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Masinis di PT. KeretaApi Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat Tahun 2016 ... 58

5.3 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Masinis di PT. KeretaApi Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat Tahun 2016 ... 59

5.4 Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat Tahun 2016 ... 61 5.5 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Keluhan Musculoskeletal

(13)

Disorders pada Masinis di PT. KeretaApi Indonesia Divisi

Regional II Sumatera Barat Tahun 2016 ... 62

5.6 Hubungan IMT dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat Tahun 2016 ... 63

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

6.1 Kesimpulan ... 64

6.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65 DAFTAR LAMPIRAN

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sumber dan Tipe Getaran Berdasarkan JenisIndustri ... 10 Tabel 2.2 Kategori Indeks MasaTubuh Menurut Depkes (2009) ... 24 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Penelitian Berdasarkan Umur,

Masa Kerja, Lama Kerja, Kebiasaan Merokok dan Indeks Masa Tubuh pada Masinis di PT. KeretaApi Indonesia

Divisi Regional II Sumatera Barat Tahun 2016 ... 42 Tabel 4.2 Distribusi Umur Masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi

Regional II Sumatera Barat Tahun 2016 ... 43 Tabel 4.3 Distribusi Masa Kerja Masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi

Regional II Sumatera Barat Tahun 2016 ... 43 Tabel 4.4 Distribusi Lama Kerja Masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi

Regional II Sumatera Barat Tahun 2016 ... 44 Tabel 4.5 Distribusi Kebiasaan Merokok Masinis di PT. Kereta Api Indonesia

Divisi Regional II Sumatera Barat Tahun 2016 ... 45 Tabel 4.6 Distribusi IMT Masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi

Regional II Sumatera Barat Tahun 2016 ... 45 Tabel 4.7 Distribusi Kategori MSDs Masinis di PT. Kereta Api Indonesia

Divisi Regional II Sumatera Barat Tahun 2016 ... 46 Tabel 4.8 Distribusi Keluhan MSDs Masinis di PT. Kereta Api Indonesia

Divisi Regional II Sumatera Barat Tahun 2016 ... 47 Tabel 4.9 Intensitas Getaran Seluruh Tubuh ... 48 Tabel 4.10 Hubungan Umur dengan Keluhan MSDs Masinis di PT. Kereta

Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat Tahun 2016 .. 49 Tabel 4.11 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan MSDs Masinis di PT.

Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat

Tahun 2016 ... 50

(15)

Tabel 4.12 Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan MSDs Masinis di PT.

Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat

Tahun 2016 ... 51 Tabel 4.13 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Keluhan MSDs Masinis

di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat Tahun 2016 ... 52 Tabel 4.14 Hubungan IMT dengan Keluhan MSDs Masinis di PT. Kereta

Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat Tahun 2016 .. 53

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Masinis saat bekerja ... 14 Gambar 2.2 Nordic Body Map ... 29 Gambar 2.3 Kerangka Konsep ... 30

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Master Data Lampiran II : Output

Lampiran III : Nordic Body Map Lampiran IV : Surat Penelitian

Lampiran V : Balasan Surat Penelitian Lampiran VI : Foto/ Dokumentasi

(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menurut UUD 1945 pasal 27 ayat 2 dijelaskan bahwa “setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Pekerjaan dan penghidupan yang layak mengandung pengertian bahwa pekerjaan sesungguhnya merupakan suatu hak manusia yang mendasar dan memungkinkan seseorang untuk melakukan aktivitas atau bekerja dalam kondisi yang sehat, selamat, bebas dari risiko akibat kerja, kecelakaan atau penyakit akibat kerja untuk hidup secara manusiawi yang berpenghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup melalui tingkat kesejahteraan yang sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia”. Proses pertumbuhan dan pembangunan memerlukan peranan tenaga kerja baik sebagai pelaku maupun tujuan pembangunan tersebut.

Mengabaikan aspek ketenagakerjaan sebagai faktor dominan baik secara kuantitatif maupun secara kualitatatif akan berakibat mundurnya kelangsungan kehidupan masyarakat umumnya dan suatu negara atau bangsa khususnya (Budiono, 2009).

Transportasi merupakan kegiatan mengangkut maupun memindahkan sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada semakin meningkatnya kebutuhan jasa angkutan orang maupun barang dari suatu daerah ke daerah lainnya, baik itu melalui angkutan darat, laut maupun udara sehingga kelancaran transportasi dan dampaknya akan secara langsung dapat dirasakan oleh masyarakat. Inovasi dalam bidang transportasi ini berkembang

(19)

Kereta api merupakan salah satu contoh transportasi darat, kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. Kereta api merupakan alat transportasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif (kendaraan dengan tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian kereta atau gerbong (dirangkaikan dengan kendaraan lainnya).

Rangkaian kereta atau gerbong tersebut berukuran relatif luas sehingga mampu memuat penumpang maupun barang dalam skala besar.

Salah satu faktor fisik lingkungan kerja pengemudi yang mengakibatkan penyakit akibat kerja pada sarana transportasi darat adalah paparan getaran mekanis yang berasal dari mesin. Getaran ini memapari seluruh tubuh sehingga disebut juga dengan Whole Body Vibration. Getaran mekanis adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik dari kedudukan seimbang (PER.13/MEN/X/2011 TAHUN 2011). Getaran mekanis terdiri atas 2 jenis yaitu:

Hand Arm Vibration atau getaran tangan dan lengan dan Whole Body Vibration atau getaran seluruh tubuh. Getaran seluruh tubuh biasanya dialami oleh pengemudi angkutan darat seperti supir, masinis dan lain-lain. Efek fisiologis dari getaran seluruh tubuh atau Whole Body Vibration dapat mempengaruhi sistem peredaran darah, mata (penglihatan), saraf dan kelenjer endokrin, kelainan pada otot dan tulang (Suma’mur, 2009).

Occupational Safety and Health Administration (OSHA) mendefinisikan MSDs (Musculoskeletal Disorders) sebagai cidera dan gangguan pada otot, saraf, tendon, ligamen, sendi, tulang rawan, pembuluh darah, dan cakram tulang

(20)

belakang. Mereka tidak termasuk cedera akibat slip, perjalanan, jatuh, atau kecelakaan serupa, sedangkan menurut Tarwaka (2015), keluhan Musculoskeletal Disorders adalah keluhan otot rangka yang dirasakan apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam kurun waktu yang lama sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada otot, saraf, tendon, persendian, kartilago, dan discus intervetebralis.

Musculoskeletal Disorders merupakan salah satu kasus kesehatan kerja terbanyak. Penelitian di Amerika, diperkirakan 6 juta kasus per tahun atau rata- rata 300-400 kasus per 100 ribu orang pekerja. dari pengisian kuesioner Nordic Body Map yaitu alat pengukur keluhan Musculoskeletal, maka dapat di estimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Masalah ini menyebabkan kehilangan hari kerja (lost day) untuk istirahat sehingga perusahaan merugi karena kehilangan produktivitas. Diperkirakan biaya akibat MSDs yang harus dikeluarkan adalah rata-rata 14.726 dolar per tahun atau lebih dari 130 juta rupiah (Widyastuti, 2010).

Sementara itu di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Nurliah (2012), pada penelitiannya terkait Analisis Risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Operator Forklift di PT. LLI, didapatkan angka kejadian MSDs cukup tinggi, dari semua operator forklift yang menjadi responden, 87% mengalami MSDs, titik keluhan yang dirasakan antara lain pinggang (65%), leher atas (60%), leher bawah (60%), punggung (48%) dan bahu kanan (45%). Selain itu penelitian lainnya yang dilakukan oleh Zulfiqor (2010) pada Welder di bagian fabrikasi PT. Caterpillar

(21)

Indonesia didapatkan pekerja dengan tingkat keluhan MSDs ringan sebanyak 58 orang (77,3%) dan keluhan MSDs berat sejumlah 7 orang (9,3%).

Menurut hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh Paramita (2012) pada masinis KRL commuter Jabodetabek, menyebutkan bahwa terdapat beberapa keluhan yang dirasakan oleh masinis saat mengoperasikan KRL.

Sebanyak 33,3% responden mengeluh sakit leher, 26,7% sakit punggung, 20%

sakit pundak, 13,3% sakit tangan dan 6,67% mengeluh akibat terpapar vibrasi/getaran kereta api.

Penelitian yang dilakukan oleh Youani Nusa (2013), pada sopir bus trayek Manado-Langowan di terminal Krombasan tahun 2013, yang menunjukkan bahwa adanya hubugan antara umur dengan keluhan MSDs, tidak terdapat hubungan antara lama kerja dengan keluhan MSDs, dan terdapat hubungan antara getaran dan keluhan MSDs.

Tarwaka (2015), menjelaskan bahwa Bettie et al telah melakukan studi tentang kekuatan otot statik untuk pria dan wanita dengan usia antara 20 sampai dengan 60 tahun, hasil penelitian ini menujukkan bahwa kekutan otot maksimal terjadi saat usia 20-29 tahun selanjutnya terus terjadi penurunan sejalan dengan bertambahnya umur. Ia juga menjelaskan terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, kemudian dijelaskan juga bahwa seseorang yang gemuk (obesitas dengan masa tubuh >29) mempunyai resiko 2,5 lebih tinggi dibandingkan dengan yang kurus (masa tubuh <20) khususnya untuk otot kaki.

(22)

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan satu-satunya perusahaan penyedia jasa transportasi darat yang bergerak dalam bidang transportasi kereta api. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) disingkat KAI atau PT. KAI adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang menyelenggarakan jasa angkutan kereta api.

Layanan PT. Kereta Api Indonesia meliputi angkutan penumpang dan barang.

Proses kerja masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat pada perlintasan Indarung – Bukit Putus – Indarung yang mengangkut barang (semen) terdiri dari tiga shift kerja yaitu: Shift pagi (07.04 – 13.39) terdiri dari 4 rute, shift siang (13.44 – 22.34) terdiri dari 5 rute, shift malam (21.59 – 06.26) terdiri dari 5 rute.

Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan, diperoleh informasi bahwa masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat memiliki karakteristik individu yang berbeda-beda, persebaran umur masinis dimulai dari 30 tahun hingga 55 tahun. Masa kerja masinis menunjukkan persebaran dari 2 tahun hingga 32 tahun. Dilihat dari prilaku merokok masinis, sebagian besar masinis merupakan perokok aktif, perokok aktif merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya keluhan Musculoskeletal Disorders. Faktor individu yang lain adalah Indeks Masa Tubuh, terdapat perbedaan indeks masa tubuh pada setiap masinis. Hasil wawancara singkat dengan 2 orang masinis yang menyatakan bahwa masinis mengeluh nyeri pada bagian pinggang yang ia rasakan pada saat selesai mengoperasikan kereta api.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan antara Karakteristik Individu dengan keluhan

(23)

Musculoskeletal Disorders pada Masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II di Sumatera Barat pada Tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi permasalahan adalah apakah ada hubungan antara karakteristik individu yang meliputi umur, masa kerja, lama kerja, kebiasaan merokok dan indeks masa tubuh dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional II di Sumatera Barat pada Tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara karakteristik individu yang meliputi umur, masa kerja, lama kerja, merokok dan indeks masa tubuh dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat Tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan antara umur dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada masinis.

2. Untuk mengetahui hubungan masa kerja dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada masinis.

3. Untuk mengetahui hubungan lama kerja dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada masinis.

(24)

4. Untuk mengetahui hubungan merokok dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada masinis.

5. Untuk mengetahui hubungan indeks masa tubuh dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada masinis.

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan antara umur dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II di Sumatera Barat pada Tahun 2016.

2. Ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II di Sumatera Barat pada Tahun 2016.

3. Ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II di Sumatera Barat pada Tahun 2016.

4. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II di Sumatera Barat pada Tahun 2016.

5. Ada hubungan antara indeks masa tubuh dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II di Sumatera Barat pada Tahun 2016.

(25)

1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui hubungan antara karakteristik individu dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada masinis di PT. KAI divisi regional II Sumatera Barat, serta menambah wawasan peneliti dalam bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

2. Bagi Perusahaan

Memberi masukan pada PT. Kereta api Indonesia dan masinis dalam mengetahui keluhan MSDs yang terjadi yang disebabkan oleh karakteristik individu masinis.

3. Bagi peneliti-peneliti yang lain

Menambah pengetahuan mengenai keluhan Musculoskeletal Disorders yang terjadi pada masinis kereta api.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Getaran

2.1.1 Defenisi Getaran

Getaran yaitu gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik dari kedudukan keseimbangannya. Getaran ini menyebar kepada lingkungan dan merupakan bagian dari tenaga yang sumbernya adalah mesin atau peralatan mekanis. Sebagian dari kekuatan mekanis mesin atau peralatan kerja disalurkan kepada tubuh tenaga kerja atau benda yang terdapat di tempat kerja dan lingkungan kerja dalam bentuk getaran mekanis (Suma’mur, 2009).

Menurut Anizar (2009), ciri utama getaran adalah frekuensi (Hz) dan intensitas (diukur sebagai amplitude, kecepatan, atau percepatan). Getaran atau vibrasi adalah suatu faktor fisik yang menjalar ke tubuh manusia, mulai dari tangan sampai keseluruh tubuh turut bergetar (oscilation) akibat getaran peralatan mekanis yang dipergunakan dalam tempat kerja. Pajanan vibrasi pada seluruh tubuh umumnya disebabkan oleh mesin industri, Konstruksi, pertanian, atau peralatan transportasi, dapat dibagi menjadi:

a. Vibrasi frekuensi rendah, misalnya peralatan transportasi darat (bus, truk, kereta api).

b. Vibrasi frekuensi tinggi, misalnya mesin industri, alat-alat berat (forklift, traktor, traktor roda gigi, Derek, skop elektrik, motor gandeng, bulldozer), peralatan transportasi udara/laut (helicopter, kapal laut).

(27)

c. Syok, peralatan transportasi darat yang berjalan di jalanan yang tidak rata/

berlubang.

2.1.2 Sumber getaran

Di tempat kerja terdapat banyak peralatan kerja yang menghasilkan getaran dan secara luas digunakan dalam proses industri seperti dalam perakitan kapal, otomotif, industri logam, alat angkut (transportasi), baik getaran seluruh tubuh (whole body vibration) ataupun getaran lengan-tangan (hand-arm vibration). Berikut beberapa alat yang menghasilkan getaran:

Tabel 2.1 Sumber dan Tipe Getaran Berdasarkan Jenis Industri

Industry Type of Vibration Common Vibration

Source Agriculture

Whole body Tractor operation

Boiler making Segmental Pneumatic tools

Construction Whole body/ segmental Heavy equipment vehicles, pneumatic drills, jackhammers, etc

Diamond cutting Segmental Vibrating tools

Forestry Whole body/ segmental Tracktors operator/c hain saw

Furniture manufacture

Segmental Pneumatic chisel

Iron &steel Segmental Vibrating hand tool

Lumber Segmental Chain saw

Machine tools Segmental Brating hand tools

Mining Whole body Vehicle operators rock

drills

Riveting Segmental Hand tools

Rubber Segmental Pneumatic stripping tools

Sheet metal Segmental Stamping tools

Shipyards Segmental Pneumatic hand tools

Stone dressing Segmental Pneumatic hand tools

Textile Segmental Sewing machine looms

Transportation Whole body Vehicle operation

(28)

2.1.3 Nilai Ambang Batas Getaran Seluruh Tubuh

Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja menyatakan bahwa getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik dari kedudukan keseimbangannya. Pada pasal 7 disebutkan bahwa NAB getaran yang kontak langsung maupun tidak langsung pada seluruh tubuh ditetapkan sebesar 0,5 meter per detik kuadrat (m/detik2).

2.1.4 Efek Getaran Seluruh Tubuh terhadap Kesehatan.

Suma’mur (2009), menyatakan bahwa efek dari paparan Whole Body Vibration berbeda-beda tergantung pada tingkatan akselerasi, frekuensi, dan cara pemaparannya keseluruh tubuh. Secara umum, getaran seluruh tubuh dapat menyebabkan nyeri, penglihatan kabur dan gemetaran, kerusakan organ bagian dalam serta nyeri tulang belakang.

Ada beberapa efek getaran seluruh tubuh terhadap kesehatan, seperti:

a. Getaran seluruh tubuh dapat menyebabkan kelelahan, sulit tidur, sakit kepala dan “gemetar” secara singkat setelah atau selama pemaparan. Gejala yang sama terhadap kesehatan tersebut kebanyakan orang setelah mengalami perjalanan panjang dengan mobil atau kapal. Setelah seharian mengalami pemaparan dalam hitungan tahun, getaran seluruh tubuh dapat mempengaruhi tubuh bagian dalam dan hasilnya pada kerusakan kesehatan.

(29)

b. Orang-orang dibawah usia 20 tahun khususnya rentan terhadap pengaruh- pengaruh getaran. Efek-efek getaran yang merugikan dipertinggi dengan adanya disfungsi otonom, penyakit pembuluh dan syaraf perifer.

c. Efek vibrasi dalam tubuh tergantung dari jaringan. Hal ini didapatkan sebesar- besarnya pada frekuensi alami yang menyebabkan resonansi. Leher dan kepala, pinggul dan perineum, serta kesatuan otot-otot dan tulang terdiri dari jaringan lemah dengan bagian keras bersama, dan beresonansi baik terhadap 10 Hz.

Pharynk beresonansi terhadap 3-5 Hz. Getaran-getaran kuat menyebabkan perasaan sakit yang luar biasa.

d. Sistem peredaran darah dipengaruhi hanya oleh getaran-getaran dengan intensitas tinggi.

e. Saat seluruh pekerjaan terpapar, sensitifitas setiap individu beraneka macam terhadap orang per orang.

2.2 Masinis

2.2.1 Pengertian Masinis

Masinis adalah awak sarana perkeretaapian yang bertugas mengoperasikan kereta api serta bertanggung jawab sebagai pemimpin perjalanan kereta api.

Masinis sah menjadi awak sarana perkeretaapian dibuktikan dengan sertifikat kecakapan yang didapat setelah mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan, yaitu pendidikan dan pelatihan dasar dan pendidikan dan pelatihan kecakapan (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 56 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian).

(30)

2.2.2 Kewajiban Masinis

Dalam Undang-Undang No. 72 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan kereta api, pada pasal 14 dijelaskan bahwa pemegang sertifikat kecakapan awak sarana perkeretaapian dalam melaksanakan tugas wajib:

a. mengoperasikan kereta api sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

b. membawa tanda pengenal (smart card) sebagai awak sarana perkeretaapian;

c. membawa surat tugas dari penyelenggaraan sarana perkeretaapian;

d. menjaga, memeriksa kesehatan dan mengikuti tes kesehatan minimal 2 (dua) tahun sekali;

e. minimal dalam waktu 2 (dua) tahun harus mengoperasikan sarana perkeretaapian; dan

f. meningkatkan kemampuan sebagai awak sarana perkeretaapian dalam bentuk mengikuti pelatihan penyegaran dalam waktu sekurang-kurangnya setiap satu tahun yang dilakukan oleh direktorat jenderal perkeretaapian atau oleh badan hukum atau lembaga yang telah mendapat akreditasi.

2.2.3 Cara Kerja Masinis

Di ruang kabin masinis atau lokomotif, hanya terdapat masinis dan asisten masinis, tidak diperkenankan penumpang memasuki ruangan tersebut. Adapun tugas masinis selama mengemudi kereta api antara lain sebagai berikut:

1. Duduk di kursi posisi masinis.

2. Tangan kiri siap memegang gagang rem dan tangan kanan di gagang throtle atau perseneleng kalau istilah di mobil.

(31)

3. Kaki kanan harus sering menginjak deadman pedal.

4. Mata tertuju lurus ke depan melihat ke arah sinyal dan jalur kereta api yang akan dilalui serta sinyal elektrik dan semboyan/ rambu-rambu dikanan jalan rel.

5. Dari audio terdengar peluit dan bel tanda aman untuk kereta api berangkat, kemudian jika bel tersebut telah berbunyi memasukkan gigi dari idle ke 1-2-3 dan seterusnya untuk menambah kecepatan.

Gambar 2.1 Masinis pada saat mengemudi kereta api (bekerja) 2.3 Sistem Musculoskeletal

Sistem Musculoskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem Musculoskeletal adalah jaringan ikat, sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot

(32)

rangka, tendon, ligamen dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini (Price, 2006).

2.3.1 Sistem Muskuler / Sistem Otot

Menurut Sherwood (2011), sistem muskuler terdiri dari:

1. Otot

Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh yang berfungsi sebagai alat gerak aktif yang menggerakkan tulang. Otot merupakan jaringan tubuh yang memiliki kemampuan berkontraksi. Terdapat tiga jenis otot dalam tubuh manusia yaitu otot rangka (skelet), otot polos dan otot jantung. Muskuler atau otot rangka melekat ke tulang. Kontraksi otot rangka menggerakkan tulang-tulang yang melekat kepadanya sehingga tubuh dapat melakukan berbagai aktvitas motorik.

Tipe otot rangka/ otot skelet adalah sebagian besar otot ini melekat pada tulang walaupun dalam jumlah kecil melekat ke fascia, aponeurosis dan tulang rawan. Otot ini juga disebut otot lurik, dan kadang-kadang juga disebut otot sadar.

Setiap orang memiliki sekitar 600 otot rangka, yang ukurannya berkisar dari otot mata eksternal yang halus dan mengontrol gerakan mata serta mengandung hanya beberapa ratus serat, hingga otot kaki yang besar dan kuat yang mengandung beberapa ratus ribu serat.

2. Tendon

Jaringan ikat akan meluas melewati ujung-ujung otot untuk membentuk tendon kolagenosa. Tendon dapat cukup panjang, melekat ke suatu tulang yang berjarak dari bagian daging otot. Jadi, tendon berfungsi untuk melekatkan otot dengan tulang atau otot dengan otot.

(33)

3. Ligamen

Ligamen berfungsi untuk membentuk bagian sambungan dan menempel pada tulang. Ligamen tersebut berfungsi untuk mencegah adanya dislokasi dan sekaligus berfungsi untuk membatasi rentang gerakan.

2.3.2 Skeletal a. Tulang/ Rangka

Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk alat gerak pasif, proteksi alat-alat di dalam tubuh, pembentuk tubuh yang berfungsi untuk menyangga tubuh dan otot-otot yang melekat pada tulang, metabolisme kalsium dan mineral dan organ hemopoetik. Tulang juga merupakan jaringan ikat yang dinamis. Tubuh manusia memiliki 206 tulang yang membentuk rangka.

b. Sendi

Sendi adalah semua persambungan tulang, baik yang memungkinkan tulang-tulang tersebut dapat bergerak satu sama lain, maupun tidak dapat bergerak satu sama lain. Secara anatomik, sendi dibagi 3, yaitu sinartrosis, diatrosis, dan amfiartrosis.

2.4 Keluhan Muskuloskeletal Disorders 2.4.1 Definisi Keluhan Muskuloskeletal

Musculoskeletal Disorders (MSDs) merupakan sekumpulan gejala/

gangguan yang berkaitan dengan jaringan otot, tendon, ligamen, kartilago, sistem saraf, struktur tulang dan pembuluh darah. MSDs pada awalnya menyebabkan sakit, nyeri, mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar, gangguan tidur, dan rasa terbakar (OSHA, 2000).

(34)

Menurut Tarwaka (2015), keluhan Musculoskeletal Disorders adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang bisa diistilahkan dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) atau cedera pada sistem musculoskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan.

2. Keluhan menetap (presistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.

Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.

2.4.2 Metabolisme Terjadinya Kelelahan Otot Santoso (2004) menjelaskan bahwa:

1. Perubahan biokimia yang terjadi selama kontraksi otot “ asam laktat banyak terjadi sehingga menimbulkan rasa lelah”. Kelelahan otot meningkat hampir berbanding langsung dengan kecepatan penurunan glikogen otot”.

2. “Kontraksi otot rangka yang lama dan kuat, dimana proses metabolisme tidak mampu lagi meneruskan supply energy yang dibutuhkan serta untuk membuang metabolism, khususnya asam laktat. Jika asam laktat yang banyak (dari penyedian ATP) terkumpul, otot akan kehilangan kemampuannya.

(35)

Terbatasnya aliran darah pada otot (ketika berkontraksi), otot menekan pembuluh darah dan membawa oksigen juga semakin memungkinkan terjadinya kelelahan”.

3. “Jika yang terjadi adalah kontraksi otot statis, maka kontraksi ini akan mengurangi aliran darah secara kontinu selama kontraksi tersebut sedangkan pada kontraksi dinamis tidak demikian, yang terjadi hanya sebentar-sebentar yakni ketika kontraksi itu terjadi.

4. Ketika aliran darah menurun, metabolit akan terakumulasi dan supply oksigen otot akan berkurang secara cepat. Mungkin akan berpindah metabolism menjadi anaerobik dan meningkatkan asam laktat yang kemudian mempercepat kelelahan”.

5. Ketika laktat menumpuk dalam otot, maka kelebihannya masuk dalam darah dan sebagian masuk dalam hati. Asam laktat dalam hati akan diubah menjadi glukosa ketika otot membutuhkan energy, hal itu terjadi dengan siklus Cori.

Siklus Cori merupakan keterkaitan glikolisis dalam otot dengan glukoneogenesis (pembentukan glukosa atau gikogen dari sumber bukan karbohidrat).

(36)

2.4.3 Faktor Risiko Keluhan Muskuloskeletal Disorders 2.4.3.1 Faktor risiko secara luas yang berperan pada MSDs

Menurut Sudoyo (2009), faktor risiko MSDs secara luas terdiri dari:

1. Jenis Industri

Angka Musculoskeletal Disorders paling tinggi ditemukan pada industri pengepakan daging, selanjutnya perusahaan perajutan pakaian, kendaraan bermotor dan pengolahan makanan ternak.

2. Jenis pekerjaan

Tukang batu, tukang kayu, tukang sulam dan lain-lain.

2.4.3.2 Faktor risiko Musculoskeletal Disorder Dilihat dari Karakteristik Individu.

1. Umur

Istilah umur diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur dalam satuan waktu dipandang dari segi kronologik, individu normal yang memperlihatkan derajat perkembangan anatomis dan fisiologik sama. Menurut Bridger (2003) yang dikutip oleh Zulfiqor (2010), sejalan dengan meningkatnya umur akan terjadi degenarasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berumur 30 tahun. Pada umur 30 tahun terjadi degenerasi berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan sehingga hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang.

Menurut Chaffin (1979) dan Guo et al (1995) dalam Tarwaka (2015), menyatakan bahwa pada umumnya keluhan sistem musculoskeletal sudah mulai

(37)

dirasakan pada usia kerja. Namun demikian, keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan otot meningkat.

Jeyaratnam (2009), menyatakan bahwa terdapat kenaikan angka kejadian dan prevalensi nyeri punggung dengan bertambahnya usia yang tidak dipengaruhi kondisi kerja. Namun, masalah punggung mungkin secara tidak langsung berhubungan dengan proses menua vertebra lumbal.

2. Masa Kerja

Suma’mur (1996) dalam Widyastuti (2010), menjelaskan bahwa masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja disuatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi baik kinerja positif maupun negatif.

Akan memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya masa kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya akan memberi pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya masa kerja akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja. Masa kerja dikategorikan menjadi 3 yaitu:

1. Masa kerja baru : < 6 tahun 2. Masa kerja sedang : 6 – 10 tahun 3. Masa kerja lama : > 10 tahun

Tekanan melalui fisik (beban kerja) pada suatu waktu tertentu mengakibatkan berkurangnya kinerja otot, gejala yang ditunjukkan juga berupa pada makin rendahnya gerakan. Keadaan ini tidak hanya disebabkan oleh suatu

(38)

sebab tunggal seperti terlalu kerasnya beban kerja, namun juga oleh tekanan – tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada suatu masa yang panjang. Keadaan seperti ini yang berlarut – larut mengakibatkan memburuknya kesehatan, yang disebut juga kelelahan klinis atau kronis (Budiono, 2009).

Keluhan MSDs bersifat akumulatif seiring dengan masa kerja seseorang.

Masa kerja merupakan panjangnya waktu terhitung mulai pekerja masuk kerja hingga penelitian berlangsung. Masa kerja memiliki hubungan yang kuat dengan keluhan otot dan meningkatkan risiko MSDs. Menururt Ohlsson et al (1989) yang dikutip oleh Zulfiqor (2010), derajat peningkatan keluhan MSDs semakin bertambah ketika masa kerja seseorang semakin lama. Penyakit MSDs ini merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin lama waktu bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko MSDs ini maka semakin besar pula risiko untuk mengalami MSDs.

Salah satu faktor fisik (faktor risiko) lingkungan kerja pengemudi yang mengakibatkan penyakit akibat kerja pada sarana transportasi darat berupa kereta api ini adalah paparan getaran mekanis yang berasal dari mesin. Getaran ini memapari seluruh tubuh sehingga disebut juga dengan Whole Body Vibration.

Getaran yaitu gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik dari kedudukan keseimbangannya. Getaran ini menyebar kepada lingkungan dan merupakan bagian dari tenaga yang sumbernya adalah mesin atau peralatan mekanis. Sebagian dari kekuatan mekanis mesin atau peralatan kerja disalurkan

(39)

kepada tubuh tenaga kerja atau benda yang terdapat di tempat kerja dan lingkungan kerja dalam bentuk getaran mekanis (Suma’mur, 2009).

3. Lama Kerja

Lama kerja menggambarkan lamanya pekerja terpapar faktor penyebab terjadiya keluhan Musculoskeletal Disorders, salah satu faktor fisik (faktor risiko) lingkungan kerja pengemudi yang mengakibatkan penyakit akibat kerja pada sarana transportasi darat berupa kereta api ini adalah paparan getaran mekanis yang berasal dari mesin. Getaran ini memapari seluruh tubuh sehingga disebut juga dengan Whole Body Vibration. Getaran yaitu gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik dari kedudukan keseimbangannya. Getaran ini menyebar kepada lingkungan dan merupakan bagian dari tenaga yang sumbernya adalah mesin atau peralatan mekanis. Sebagian dari kekuatan mekanis mesin atau peralatan kerja disalurkan kepada tubuh tenaga kerja atau benda yang terdapat di tempat kerja dan lingkungan kerja dalam bentuk getaran mekanis (Suma’mur, 2009).

3. Jenis Kelamin

Secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah dibandingkan dengan pria. Sehingga wanita lebih berisiko mengalami MSDs dibandingkan pria.

Walaupun masih ada perbedaan pendapat beberapa ahli tentang pengaruh jenis kelamin tehadap resiko keluhan otot skeletal, namun beberapa hasil penelitian secara signifikan menunjukkan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita memeang lebih rendah daripada pria (Tarwaka, 2015).

(40)

4. Merokok

Kebiasaan merokok akan menurunkan kapasitas paru-paru sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen akan menurun. Bila perokok dituntut melakukan tugas dengan pengerahan tenaga yang besar maka akan lebih mudah mengalami kelelahan karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran karbohidrat terhambat dan terjadi penumpukan asam laktat dan terjadilah nyeri otot (Tarwaka, 2015).

Sudoyo (2009), menyatakan bahwa postulasi yang diajukan ialah bahwa nikotin mengurangi aliran darah ke jaringan yang vulnerable. Penelitian yang dilakukan oleh para ahli diperoleh bahwa meningkatnya frekuensi merokok akan meningkatkan keluhan otot yang dirasakan. Meningkatnya keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok.

5.Indeks Masa Tubuh

Walaupun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi badan, dan masa tubuh merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya keluhan sistem musculoskeletal. Bagi pasien gemuk (obesitas dengan masa tubuh >29 kg) mempunyai resiko 2,5 lebih tinggi dibandingkan dengan yang kurus (masa tubuh

< 20) khususnya untuk otot kaki. Temuan lain menyatakan bahwa pada tubuh yang tinggi umumnya sering menderita keluhan sakit punggung, tetapi tubuh tinggi tidak mempunyai pengaruh terhadap keluhan pada leher, bahu dan pergelangan tangan. Apabila dicermati, keluhan otot skeletal yang terkait dengan ukuran tubuh lebih disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka

(41)

didalam menerima beban, baik beban berat tubuh maupun beban tambahan lainnya (Tarwaka, 2015).

Indeks masa tubuh merupakan indikator yang digunakan untuk melihat status gizi pekerja. Adapun rumus yang digunakan yaitu (berat badan/ tinggi badan (m2), dari hasil perhitungan rumus menurut Depkes (2009) mengkategorikan indeks masa tubuh sebagai berikut:

Tabel 2.2 Kategori Indeks Masa Tubuh Menurut Departemen Kesehatan (2009)

Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4

Normal 18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

2.4.4 Penyebab keluhan Muskuloskeletal

Menurut Tarwaka (2015), terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan musculoskeletal, yaitu:

1. Peregangan otot yang berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkut, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat.

Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kegkuatan optimum otot. Apabila hal tersebut sering dilakukan , maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot , bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal.

(42)

2. Aktivitas otot berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkut dan lain-lain.

Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus-menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

3. Sikap kerja tidak alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya.

Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh , maka akan semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal . sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.

4. Faktor penyebab sekunder yaitu:

a. Tekanan

Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Contohnya pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.

b. Getaran

Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.

(43)

c. Mikrolimat

Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot. Demikian juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian energy yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energy yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai energy ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang lancer, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolism karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot.

d. Penyebab kombinasi

Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat apabila dalam melakukan tugasnya pekerja dihadapkan pada beberapa factor resiko pada waktu yang bersamaan, misalnya pekerja harus melakukan aktivitas mengangkat beban dibawah tekanan panas matahari.

2.4.5 Gejala Muskuloskeletal Disorder (MSDs)

Gejala Muskuloskuloskeletal Disorder dapat menyerang secara cepat dan lambat (berangsur-angsur), ada 3 tahap terjadinya MSDs yang dapat diidentifikasi yaitu:

(44)

a. Tahap 1

Sakit atau pegal-pegal dan kelelahan selama jam kerja tapi gejala ini biasanya menghilang setelah waktu kerja (dalam satu malam). Tidak berpengaruh pada performance kerja. Efek ini dapat pulih setelah istirahat.

b. Tahap 2

Gejala ini tetap ada setelah melewati waktu satu malam setelah bekerja. Tidak mungkin terganggu. Kadang –kadang menyebabkan berkurangnya performance kerja.

c. Tahap 3

Gejala ini tetap ada walaupun setelah istirahat, nyeri terjadi ketika bergerak secara repetitive. Tidur terganggu dan sulit untuk melakukan pekerjaan, kadang-kadang tidak sesuai kapasitas kerja.

2.4.6 Pencegahan Musculoskeletal Disorders

Menurut Tarwaka (2015), tindakan ergonomik untuk mencegah adanya sumber penyakit adalah melalui dua cara, yaitu rekayasa teknik (desain stasiun dan alat kerja) dan rekayasa manajemen (kriteria dan organisasi kerja). Langkah preventif ini dimaksudkan untuk mengeleminir overexertion dan mencegah adanya sikap kerja tidak alamiah.

1. Rekayasa teknik

Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan beberapa alternatif sebagai berikut:

(45)

a. Eliminasi yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini jarang bisa dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang mengharuskan untuk menggunakan peralatan yang ada.

b. Substitusi yaitu mengganti alat/bahan lama dengan alat/bahan baru yang aman, menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan prosedur penggunaan peralatan.

c. Partisi yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerjaan d. Ventilasi yaitu dengan menambah ventilasi untuk mengurangi resiko sakit

misalnya akibat suhu udara yang terlalu panas.

2. Rekayasa Manajemen

Rekayasa manajemen dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan sebagai berikut:

a. Pendidikan dan pelatihan, pekerja lebih memahami lingkungan dan alat kerja sehingga diharapkan dapat melakukan penyesuaian dan inovatif dalam melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap resiko sakit akibat kerja.

b. Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan, sehingga dapat mencegah paparan yang berlebih terhadap sumber bahaya.

c. Pengawasan yang intensif melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan secara lebih dini terhadap kemungkinan terjadinya resiko sakit akibat kerja.

(46)

2.5 Nordic Body Map

Nordic Body Map adalah pengukuran keluhan sakit pada tubuh yang dikenal dengan musculoskeletal (sistem gerak). Metode Nordic Body Map meliputi 28 bagian otot-otot skeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri yang dimulai dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan paling bawah yaitu otot pada kaki. Pengukuran otot skeletal dengan menggunakan kuesioner ini digunakan untuk menilai tingkat keparahan gangguan otot individu.

Gambar 2.2 Nordic Body Map (Tarwaka dkk, 2015)

(47)

Keterangan:

0. Leher atas 14. Pergelangan tangan kiri

1. Tengkuk 15. Pergelangan tangan kanan

2. Bahu kiri 16. Tangan kiri

3. Bahu kanan 17. Tangan kanan

4. Lengan atas kiri 18. Paha kiri

5. Lengan atas kanan 19. Paha kanan

6. Pinggang 20. Lutut kiri

7. Pinggul 21. Lutut kanan

8. Siku kiri 22. Betis Kiri

11. Siku kanan 23. betis kanan

12. Lengan bawah kiri 24. pergelangan kaki kiri 13. Lengan bawah kanan 25. Pergelangan kaki kanan

26. Kaki kiri 27. Kaki kanan

2.6 Kerangka Konsep Variabel Independen

Variabel Dependen

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Keterangan:

Karakteristik individu yang terdiri dari umur, masa kerja, lama kerja, merokok, dan Indeks Masa Tubuh. Keempat faktor tersebut merupakan variabel yang berperan atas terjadinya keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja. Tujuan kerangka konsep ini dibuat untuk menjelaskan kaitan antara faktor umur, masa kerja, lama kerja, merokok dan indeks masa tubuh (variabel

Karakteristik Individu:

1. Umur 2. Masa Kerja 3. Lama kerja 4. Merokok

5. Indeks Masa Tubuh

Keluhan Musculoskeletal Disorder

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik, dengan pendekatan

“cross sectional” karena variabel independen dan variabel dependen diamati pada waktu yang sama untuk melihat hubungan antara karakteristik individu dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia divisi regional II Sumatera Barat tahun 2016.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II yaitu di jalan Stasiun No.1 Simpang Haru, Kecamatan Padang Timur, Sumatera Barat. Waktu penelitian adalah dari bulan Februari tahun 2016 sampai dengan selesai.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II pada perlintasan Indarung – Bukit Putus dengan total jumlah masinis adalah sebanyak 28 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini menggunakan total populasi yaitu sebanyak 28 orang masinis.

(49)

3.4 Metode pengumpulan data 3.4.1 Data primer

Pengumpulan data primer diperoleh langsung pada masinis dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner yaitu Nordic Body Map, timbangan berat badan, meteran dan vibration meter.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari pihak PT. Kereta Api Indonesia melalui bagian supervisor UPT crew kereta api Padang yaitu data mengenai awak kereta api, jumlah, pembagian tugasnya, serta profil perusahaan.

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian

1. Variabel independen pada penelitan ini adalah karakteristik individu masinis yang terdiri dari umur, masa kerja, lama kerja, merokok dan indeks masa tubuh masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat pada Tahun 2016.

2. Variabel dependen pada penelitian ini adalah keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat Tahun 2016.

3.5.2 Defenisi Operasional

1. Keluhan Musculoskeletal Disorders

Gejala yang ada pada salah satu bagian tubuh atau lebih yang dirasakan mulai dari keluhan ringan sampai keluhan sangat sakit pada masinis.

(50)

2. Umur

Terhitung lama hidup masinis dari saat dilahirkan sampai penelitian ini dilakukan.

3. Masa Kerja

Lamanya masinis bekerja sebagai seseorang yang bertugas mengoperasikan kereta api serta bertanggung jawab sebagai pemimpin perjalanan kereta api.

4. Lama Kerja

Lamanya masinis bekerja sebagai seseorang yang bertugas mengoperasikan kereta api serta bertanggung jawab sebagai pemimpin perjalanan kereta api dalam satu hari.

5. Kebiasaan Merokok

Kebiasaan merokok diukur dari masinis mengkonsumsi rokok berulang kali, teratur dan sulit dihentikan dalam 1 tahun terakhir.

6. Indeks Masa Tubuh

Indeks masa tubuh adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB)2 masinis.

3.6 Metode Pengukuran

Penelitian ini dilakukan pada masinis dan alat ukur yang digunakan yaitu Nordic Body Map dengan cara wawancara, timbangan berat badan, meteran dan vibration meter yang akan dilakukan di perlintasan 1 yaitu Indarung – Bukit Putus – Indarung yang terdiri dari 3 shift, yaitu:

1. Shift Pagi : 07. 04 – 13.39 WIB 2. Shift Siang : 13.44 – 22.14 WIB

(51)

3. Shift Malam : 21.59 – 05.54 WIB

Adapun penjelasan pengumpulan data berdasarkan variabel beserta instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Keluhan MSDs (Musculoskeletal Disorders)

Keluhan MSDs pada masinis dikukur dengan instrumen Nordic Body Map untuk mengukur letak keluhan yang dirasakan setelah bekerja. Selanjutnya keluhan MSDs dikelompokkan menjadi 4 kategori (Tarwaka, 2015):

0. Rendah : skor keluhan individu 0-20.

1. Sedang : skor keluhan individu 21-41.

2. Tinggi : skor keluhan individu 42-62.

3. Sangat tinggi : skor keluhan individu 63-84.

2. Umur

Data umur pekerja diperoleh dengan menanyakan langsung kepada pekerja dengan menggunakan kuesioner. Data umur masinis dikategorikan berdasarkan usia awal dirasakannya keluhan Musculoskeletal Disorders (Tarwaka, 2015) yaitu menjadi dua kategori:

1. Umur <35 tahun.

2. Umur ≥35 tahun.

3. Kebiasaan Merokok

Data mengenai kebiasaan merokok diperoleh melalui menanyakan langsung kepada pekerja dengan instrumen berupa kuesioner. Adapun kategori untuk merokok dilihat dari kebiasaan merokok dalam 1 tahun terakhir:

(52)

1. Tidak merokok 2. Merokok 4. Masa Kerja

Data mengenai masa kerja diperoleh dengan menanyakan lama waktu dalam tahun telah bekerja sebagai masinis. Data masa kerja dikategorikan menurut Suma’mur (1996) dalam Widyastuti (2010) yaitu:

1. Masa kerja baru dan sedang : ≤ 10 tahun.

2. Masa kerja lama : > 10 tahun.

5. Lama Kerja

Data mengenai lama kerja diperoleh dengan menanyakan berapa lama bekerja dalam sehari pada saat penelitian dilakukan. Data lama kerja dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu:

1. Lama kerja ≤ 8 jam 2. Lama kerja > 8 jam 6. Indeks Masa Tubuh

Indeks masa tubuh masinis diperoleh dengan melakukan pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan dan tinggi badan dengan menggunakan meteran. Pengukuran berat badan menggunakan alat timbang, sedangkan tinggi badan dengan alat meteran dan alat bantu berupa kertas , pensil dan penghapus.

Adapun prosedur pelaksanaan pengukurannya adalah sebagai berikut:

a. Masinis melepas alas kaki, jam tangan dan pakaian luar.

b. Jarum timbangan sejajar dengan angka nol kilogram.

(53)

c. Masinis naik ke atas timbangan dan berdiri ditengah-tengahnya, pandangan lurus kedepan.

d. Catat hasil angka yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk timbangan dalam satuan kg.

e. Setelah hasil berat badan, pengukuran dilanjutkan pada meteran dengan posisi badan berdiri tegak, pandangan lurus kedepan dan dicatat hasilnya dalam satuan cm.

Hasil yang didapat kemudian di masukan ke dalam rumus BMI= BB (kg) / TB2 (m). Indeks masa tubuh dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu:

1. Normal jika IMT 18,5 – 25.

2. Tidak normal jika IMT <18,5 dan >25 3.7 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu:

a. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan mewawancarai ulang responden.

b. Coding

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

(54)

c. Entri

Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer.

d. Cleaning Data

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

e. Saving

Penyimpanan data untuk siap dianalisis.

f. Analisis data

Dalam tahap analisa data, data diolah dan dianalisis dengan teknik-teknik tertentu. Data dianalisis dengan menggunakan software komputer. Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode analisis, yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian, analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel. Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel bebas yaitu umur, masa kerja, lama kerja, kebiasaan merokok dan Indeks Masa Tubuh serta variabel terikat yaitu keluhan Musculoskeletal Disorders.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat ini dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Analisis bivariat ini dilakukan untuk mengetahui

(55)

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yaitu Musculoskeletal Disorders.

Selanjutnya diuji dengan analisis statistik. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square jika memenuhi syarat yaitu sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. Jika syarat uji Chi Square tidak terpenuhi maka dipakai uji alternatifnya yaitu uji Kolmogorov Smirnov.

Taraf signifikan yang digunakan adalah 95 % atau taraf kesalahan 0,05.

Pengambilan keputusan yaitu didasarkan kepada probabilitas. Jika probabilitas ≤ 0,05 maka Ho ditolak. Ini berarti kedua variabel ada hubungan. Sebaliknya, jika probabilitas >0,05 maka Ho diterima, berarti variabel tersebut tidak ada hubungan.

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya larutan bufer sitrat diukur potensial listriknya dengan elektroda gelas menggunakan dua titik kalibrasi pada suhu 25°C, kemudian dihitung nilai pH nya

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan teks-teks yang membicarakan tentang transformasi dalam novel Ratu-ratu Patani dengan menggunakan pendekatan

' Saya berusaha membuat soal-soal dan mencoba mengerjakan % ' +4 ( Saya menulis pernyataan atau pendapat sendiri di buku catatan + $+4 * Menurut saya, dalam membantu mengatasi

Untuk setiap kata kunci dalam variabel array $wordmap akan di query pada tabel Keyword, jika kata kunci sudah ada maka record baru Keyid dan Contentid akan

Jamsostek (Persero) Kanwil V Jawa Tengah &amp; DIY Dalam Membangun Citra Perusahaan Melalui Program CSR Kemitraan dan Bina Lingkungan pada tahun 2010, hasil

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.. Hutan

Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai suatu syarat kelulusan yang harus ditempuh dalam pendidikan Diploma III Program Studi Usaha Perjalanan Wisata Jurusan Administrasi

Setelah dilakukan peralihan hak atas tanah dengan dibuatkan akta jual beli hak atas tanah dan berkas-berkas lainnya dari pemohon telah lengkap dan memenuhi persyaratan, selanjutnya