BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Susu
1. Pengertian Susu
Susu adalah suatu sekresi yang komposisinya sangat berbeda dari komposisi darah yang merupakan asal susu. Lemak susu, casein, laktosa, yang disintesa oleh alveoli dalam ambing, tidak terdapat di tempat lain dalam tubuh sapi. Jumlah darah harus mengalir melalui alveoli dalam pembuatan susu sekitar 50 kg darah dibutuhkan untuk menghasilkan 30 liter susu.
62. Komposisi Utama Susu
Susunan kimia rata-rata susu sapi terdiri dari Air 87,0%, Lemak 3,9%,Laktosa 4,9%, Protein 3,5%, dan Abu 0,7%.
Komposisi rata-rata di atas dipengaruhi oleh species, individu dalam satu species dan metode analisis. Species hewan satu dapat memberikan komposisi yang sangat berbeda dengan species lain. Metode analisis dapat memberikan kemungkinan hasil yang berbeda.
73. Komponen Susu a. Lemak Susu
Lemak atau lipid terdapat dalam susu dalam bentuk jutaan bola kecil yang bergaris tengah antara 1-20 mikron. Butiran-butiran ini mempunyai daerah permukaan yang luas hal ini menyebabkan susu mudah menyerap flafor asing.
6b. Protein Susu
Protein yang dibutuhkan adalah asam amino. Protein yang dapat disintesa disebut asam amino esensial dan yang tidak biasa disintesa adalah asam amino non esensial.
6c. Laktosa
Laktosa adalah karbohidrat utama yng terdapat di dalam susu. Laktosa adalah disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa.
6d. Mineral
Bila air dalam susu dihilangkan dengan penguapan dan sisa yang kering dibakar pada panas rendah akan diperoleh sisa abu putih yang berisi bahan- bahan mineral.
64. Sifat Fisik Susu
Faktor yang dapat mempengaruhi sifat fisik susu segar adalah komposisinya dan perubahan-perubahan yang terjadi pada komponen-komponen yang dikandungnya, disebabkan karena kerusakan maupun akibat pengolahan.
3a. Warna
Susu mempunyai warna putih kebiru-biruan sampai kuning kecoklat- coklatan. Warna putih pada susu, serta penampakannya adalah akibat penyebaran butiran-butiran koloid lemak, kalsium kaseinat, dan kalsium fospat. Warna kuning-kuningan adalah karoten dan ribloflavin. Jenis sapi dan jenis makanan juga mempengaruhi warna susu.
6b. Cita-Rasa
Cita-rasa asli susu hampir tidak dapat diterangkan, tetapi yang jelas agak manis. Rasa manis ini berasal dari laktosa sedangkan rasa asin berasal dari klorida, sitrat dan garam-garam mineral lainnya.
6c. Keasaman
Susu segar umumnya mempunyai pH antara 6,5 sampai 6,7. Nilai pH yang lebih besar dari 6,7 biasanya menunjukkan adanya gangguan pada puting sapi (mastitis), pada pH di bawah 6,5 menunjukkan kolostrum terjadi kerusakan karena bakteri.
35. Kualitas Mikrobiologi Susu
Kandungan bakteri susu segar dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana kira-kira keadaan sanitasi perusahaan pemerahan.
a. Susu segar Grade A
Susu segar jenis ini dihasilkan oleh perusahaan yang telah memenuhi kondisi
sanitasi yang telah ditentukan dan tidak diperkenankan diperah sapi yang
menderita tuberculosis. Kandungan bakteri susu di masing-masing pemerah tidak boleh melebihi 100.000 koloni/ml. Pada susu yang sudah tercampur dan sudah sampai ke KUD tidak boleh melebihi 300.000 koloni/ml.
7b. Susu pasteurisasi Grade A
Susu dengan kualifikasi seperti diatas setelah dipasteurisasi didinginkan dan ditempatkan pada pada wadah terakhir untuk dipanaskan. Kandungan mikroba susu pasteurisasi tidak boleh melebihi 20.000 koloni/ml.
7c. Susu segar dan susu pasteurisasi Grade B
Susu segar yang jumlah bakterinya tidak dapat memenuhi syarat untuk dimasukkan dalam Grade A meskipun persyaratan lainnya memenuhi, dimasukkan dalam Grade B. Susu jenis ini pada waktu diangkut untuk pasteurisasi tidak boleh mengandung bakteri 1.000.000 koloni/ml. Setelah mengalami pasteurisasi, susu pasterisasi Grade B ini tidak boleh mengandung jumlah bakteri lebih besar dari 50.000 koloni/ml.
7d. Susu segar Grade C
Susu yang termasuk kualifikasi ini adalah yang tidak dapat memenuhi kualifikasi Grade B. umumnya jenis ini disebabkan karena kondisi sanitasi yang tidak memenuhi syarat.
76. Mikroba yang terdapat pada Susu
Sekalipun pemerahan susu dilakukan dengan alat-alat mesin yang kebersihannya dapat dijamin, namun susu yang 100% bebas mikroorganisme itu jarang atau sama sekali tidak ada. Bakteri yang hampir selalu ada di dalam susu ialah bakteri penghasil asam susu, bakteri ini kebanyakan dari famili Lactobacteriaceae. Dari famili ini, terutama Streptococcus lactis banyak kedapatan dalam jumlah yang besar. Spesies ini berkembang biak cepat sekali, sedang ia mudah menguraikan laktosa, hanya temperatur 37
oC sampai 50
0C aktifitasnya tidak begitu besar.
Beberapa spesies dari famili Micrococcaceae sering kedapatan juga di dalam susu yang kurang terjaga kebersihannya, spesies ini juga menyebabkan asamnya susu.
Dari famili Enterobacteriaceae, terutama Escherichia coli dan Aerobacter aerogenes kerap kali kedapatan juga dalam susu.
227. Teknik Pengolahan Susu
Pasteurisasi Susu
Pasteurisasi panas pada susu perlu dilakukan untuk mencegah penularan penyakit dan mencegah kerusakan karena mikroorganisme dan enzim. Kondisi pasteurisasi dimaksudkan untuk memberikan perlindungan maksimum terhadap penyakit yang dibawa oleh susu, dengan mengurangi seminimum mungkin kehilangan zat gizinya, dan sementara mempertahankan cita-rasa dan komposisi susu mentah.
Bila dilaksanakan dengan tepat, pasteurisasi dapat menghancurkan semua organisme patogen. Beberapa cara pasteurisasi dengan panas telah dikembangkan ada dua cara yang umum dikenal adalah holding method dan high temperature short time (HTST). Dalam holding method sejumlah besar suhu dipanaskan seluruhnya sampai sampai suhu tertentu. Waktu dan suhu yang bias dipergunakan adalah 30 menit pada suhu 62
0C. dalam metode HTST susu ditahan selama 15 detik pada suhu 75
0C dengan menggunakan alat pemanas berbentuk lempengan, suatu system dimana pengawasan suhu harus dijaga sebaik mungkin. Pada akhir- akhir ini suatu proses pasteurisasi baru yang disebut proses Ultra High Temperature (UHT) telah dikembangkan. Susu dipanaskan sampai 125
0C selama 15 detik.
3Pemanasan pada suhu 100
0C
Berbagai cara pemanasan dilakukan untuk dapat membunuh semua jenis mikroba perusak kecuali bentuk spora. Cara tersebut dapat dilakukan dalam rumah tangga dengan menggunakan suhu 100
0C. Suhu tersebut dapat dicapai dengan mendidih.
23B. Pengolahan Pangan Dengan Menggunakan Panas o Transfer Panas
Pemanasan pada dasarnya bertujuan agar makanan lebih enak atau lezat dimakan dan mempunyai daya simpan yang lebih lama. Selama pemanasan ada dua hal penting yang terjadi, yaitu detruksi atau reduksi mikroorganisme dan inakvitasi enzim yang tidak dikehendaki. Beberapa hal yang diharapkan terjadi selama pemanasan seperti detruksi toksin, perubahan warna, flafor dan tekstur.
Sedangkan hal-hal yang diinginkan terutama adalah degradasi nutient dan rasa.
Pindah panas merupakan salah satu fenomena transport yang penting dalam
pengolahan pangan. Panas digunakan untuk menaikan suhu makanan. Panas berperan dalam merangsang atau menghambat suatu reaksi kimiawi. Pengambilan panas dalam refrigerator dapat menurunkan kecepatan reaksi. Selama proses evaporasi terjadi perubahan struktur pada bahan makanan cair yang dipekatkan.
Kecepatan suatu proses kristalisasi ditentukan oleh cepat atau lambatnya panas dikeluarkan dari proses tersebut. Tiga cara panas dipindahkan ke atau dari dalam bahan pangan yaitu secara konduksi, konveksi dan radiasi. Mode konduksi merupakan mode pindah panas dari molekul ke molekul. Adanya gerakan vibrasi molekul akan meningkatkan kecepatan pindah panas. Mode konveksi yaitu mirip dengan pindah panas secara konduksi hanya perpindahannya dikaitkan dengan adanya gerakan bahan secara curah dari bahan yang bersuhu tinggi kebagian yang bersuhu rendah. Dalm mode radiasi energi dipindahkan dalam bentuk gelombang elektromagnet yang dipancarkan oleh bahan yang mempunyai energi tersebut.
Gelombang ini kemudian diserap oleh perpukaan dan dikonversikan kedalam bentuk panas.
o Kurva TDT (Thermal Death Time)
Ada beberapa cara untuk menyatakan daya tahan terhadap panas dari sel atau spora mikroba yang erat hubungannya dengan permasalahan thermal proses. TDT adalah waktu yang dibutuhkan untuk membunuh sejumlah sel atau spora pada suhu tertentu. TDT menyangkut dua pengertian, yaitu TDT absolut dan TDT mayoritas. TDT absolut adalah wktu untuk membunuh semua mikroba tertentu.
TDT mayoritas adalah waktu untuk membunuh sebagian besar sel atau mikroba tertentu pada suhu tertentu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.
dibawah ini.
100
10
1.0
0.1
0 value
220 230 240 250 260 270 280
TEMPERATURE (
0F)
Kurva TDT (Thermal Death Time). Sumber Nuri Adarwulan. PrinsipTeknik Pangan
C. Hygiene dan Sanitasi
Kandungan bakteri dalam hasil olahan susu dapat serendah mungkin, dengan menjaga semua peralatan yang dipakai untuk penanganan dan pengolahan susu segar harus diusahakan tetap bersih, dalam keadaan sanitasi yang baik dan kering setelah dipakai.
71. Sanitasi kandang dan Lingkungan
Keadaan dan situasi perkandangan serta lingkungan memegang peranan penting didalam memelihara kebersihan serta hygiene susu. Kandang merupakan rumah sapi maka krontruksi bangunan harus diperhatikan agar mudah dibersihkan.
10Dalam pembuatan kandang sapi perah, diperlukan beberapa persyaratan antara lain sebagai berikut :
- Memberi kenyamanan sapi perah dan bagi si pemelihara ataupun pekerja kandang.
- Memenuhi persyaratan bagi kesehatan sapi perah.
- Ventilasi atau perputaran udara sempurna.
- Mudah dibersihkan dan selalu terjaga baik kebersihannya.
- Bahan-bahan yang digunakan dapat tahan lama dan sedapat mungkin dengan biaya yang terjangkau oleh peternak.
Ukuran kandang sapi perah adalah :
- Panjang dan lebar untuk satu sapi perah adalah 1,6 m dan 1,35 m.
- Panjang tempat rangsum beserta air minum selebar tempat sapi (1,35m).
Antara tempat rangsum dengan air, dibuat suatu penyekat setebal kira-kira 10 cm.
- Panjang tempat rangsum 95 cm dan lebarnya 50 cm dengan kedalaman 40 cm.
- Panjang tempat air minum 40 cm, lebar 50 cm, dan kedalaman 40 cm.
- Selokan dengan lebar 30-40 cm dan kedalaman 20-25 cm.
- Lebar minimal jalan samping 1 m.
- Kemiringan lantai kandang 1 m per 2 m2 (0,5%).
2. Sanitasi Peralatan
Sanitasi yang baik berarti bersih dan bebas bakteri yang semulanya ada bakteri dapat dibasmi. Untuk dapat memenuhi harapan itu, maka semua peralatan yang digunakan dalam industri susu harus didesain dengan baik. Formulasi tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh alat-alat pengolahan susu tersebut di Amerika telah dibuat oleh 3 A Sanitary standad committee.
Langkag-langkah yang harus dipenuhi dalam pembersihan adalah sebagai berikut :
a. Alat-alat dicuci dengan air pada suhu 50
oC atau lebih panas lagi untuk dapat menghilangkan residu susu yang menempel pada alat-alat tersebut.
b. Pembersihan yang sesungguhnya dikerjakan denga detergen alkali atau detergen asam.
c. Alat-alat tersebut dicuci lagi dengan air hangat untuk menghilangkan residu yang telah dapat dilepaskan oleh detergen.
d. Akhirnya bilas dengan air bila diperlukan.
73. Pengawasan kesehatan pemerah
Susu merupakan media penularan penyakit dari hewan ke manusia. Disamping itu susu dapat pula merupakan rantai penularan penyakit dari pemerah ke konsumen.
Pekerja dikatakan baik bila pemerah dalam keadaan sehat, tidak menderita luka
terbuka atau penyakit kulit lainnya, menggunakan pakaian bersih dan cuci tangan
sebelum memerah serta tidak boleh merokok. Makan atau melakukan pekerjaan
lainnya yang mengakibatkan pencemaran terhadap produk yang akan dihasilkan.
134. Penggunaan air
Kualitas air yang digunakan dalam produksi susu sangat menentukan kualitas akhir susu yang dihasilkan, karena air alam banyak mengandung zat makanan untuk pertumbuhan kuman. Diantaranya kuman patogen penyebab penyakit pada manusia. Kuman patogen terutama berasal dari tinja manusia yang sering mengontaminasi air.
85. Teknik Pemerahan
a. Peralatan-peralatan yang diperlukan disiapkan lebih dahulu untuk pemerahan dan periksa kebersihannya. Kandang dan lantai kandang juga dibersihkan dari segala jenis kotoran dan bau-bau yang tidak sedap. Sapi yang akan diperah harus sudah dibersihkan terutama ambing dan sekitarnya. Upayakan pengaman sapi yang akan diperah dari lalat dan serangga lain yang dapat memimbulkan gangguan pada waktu memerah. Biasakan arah pemerah dari arah yang tetap disarankan dari arah sebelah kiri sapi yang akan diperah.
b. Air hangat kuku dan lab dari kain yang lembut disediakan dan cuci ambimg dan puting-puting susu. Oleskan vaselin atau bahan pelicin lainnya pada setiap puting.
c. Pemerahan dilakukan dengan cara meremas puting susu dengan gerakan jari- jari tangan secara berurutan dari atas kebawah. Perah habis susu yang terdapat pada setiap puting. Selesai perahan, ambing dan puting susu dicuci kembali dengan air hangat kuku lalu dicelup atau disemprot dengan air yang diberi sedikit biocid.
d. Sapi perah dapat diperah dua kali, atau lebih dalam sehari. Jadwal dan frekuensi pemerahan ini agar ditetapkan dan dilaksanakan secara konsekuen.
Jangan merubah jadwal pemerahan tanpa tujuan yang jelas, sebab akan mempengaruhi produksi susu.
66. Kesehatan sapi perah
Sapi perah yang menghasilkan susu harus dalam keadaan sehat, bebas penyakit
menular, infeksi ambingnya serta kebersihan kulit sapi perah tersebut. Hal ini
disebabkan alam Indonesia yang tropis sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi yang lebih besar dan mempercepat pertumbuhan kuman pada susu.
11D. Penyakit yang ditularkan Mikroorganisme yang terdapat dalam Susu
Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui susu sapi bisa disebabkan oleh kuman- kuman patogen yang berasal dari :
1. Penyakit yang berasal dari sapi yang sakit :
a. Tuberkulosis : disebabkan oleh Mycobacterium varbovis b. Mastitis : disebabkan Staphylococcus agalactioe c. Undulant : disebabkan oleh Brucella abortus d. Anthrax : disebabkan Bacillus anthracis 2. Penyakit yang berasal dari manusia
Penyakit-penyakit yang bisa ditularkan melalui susu sapi yang berasal dari orang- orang yang memeras mengumpulkan dan mengolah susu diantaranya :
a. Typhoid fever
Disebabkan oleh salmonella, kontaminasi bisa terjadi oleh orang yang terkontak dengan penderita Thyphoid fever. Bisa juga terjadi kontaminasi dari air pencucian alat-alat produksi.
b. Enteric fever : Disebabkan oleh Salmonella parathypi
c. Diphteria : Disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae d. Cholera : Disebabkan Vibrio cholerae.
16E. Suhu
Suhu merupakan faktor fisika yang sangat penting pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan kegiatan mikroba. Suhu dapat mempengaruhi lamanya fase lag, kecepatan pertumbuhan, konsentrasi sel, kebutuhan nutrisi, kegiatan enzimatis, dan komposisi sel.
Berdasarkan pada kisaran suhu pertumbuhannya, mikroba dapat dikelompokkan menjadi 4 ( empat), yaitu thermofil, mesofil, psikhrofil, dan psikhrotrof (lihat tabel 2).
Mikroba thermofil ditemukan pada lingkungan yang bersuhu tinggi, misalnya pada kompos, susu, tanah, dan air laut. Mikroba thermofil hanya dapat bertahan pada suhu tinggi, sebab enzim-enzim dan protein-proteinnya lebih resistan terhadap panas.
Membrane sel pada bakteri thermofil banyak mengandung asam-asam lemak jenuh
yang mempunyai sifat stabil pada suhu tinggi.
Semua mikroba patogen dan sebagian besar mikroba penyebab kerusakan pasangan tergolong dalam kelompok mikroba mesofil. Mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 0
0C termasuk kelompok psikhrofil. Kelompok mikroba ini dibedakan menjadi 2(dua), yaitu obligat psikhrofil yang memiliki suhu pertumbuhan optimum kurang dari 20
0C dan fakultatif psikhrofil yang memiliki suhu pertumbuhan optimum lebih dari 20
0C.
Mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 0
0C tetapi memiliki suhu pertumbuhan optimum dan maksimum berbeda dengan mikroba psikhrofil disebut mikroba psikhrotrof .
19Tabel.2
Suhu pertumbuhan untuk Mikroba Prokariot (Bakteri) Kelompok
Mikroba
Minimum
0
C
Suhu optimum
0
C
Maksimum
0