• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN. Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN. Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di Indonesia. Hutan rawa gambut mempunyai karakteristik turnbuhan maupun hewan yang khas yaitu komunitas yang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang miskin hara, tergenang air masam secara periodik maupun terus menerus, dan mengandung senyawa-senyawa fen01 yang tinggi. Istomo (1992) menyatakan bahwa diantara beberapa tipe hutan yang ada di Indonesia, hutan rawa gambut sekarang ini banyak disoroti karena tegakannya yang khas dengan jenis pohon ramin (Gonystylus bancanus) dan meranti rawa (Shorea teysmanniana ) sebagai primadonanya.

Kegiatan pengelolaan hutan rawa gambut selama ini menyebabkan terjadinya deforestasi. Hal ini ditunjukkan oleh adanya kegiatan-kegiatan yang berjalan di luar kerangka kebijakan dan acuan pengelolaan hutan rawa gambut dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI). Untuk itu dalam rangka penyusunan rencana pengelolaan hutan rawa gambut diperlukan suatu sistem pengelolaan yang benar-benar sesuai dengan kondisi ekologis yang ada. Untuk kepentingan pengelolaan tersebut, maka diperlukan suatu informasi menyangkut parameter-parameter ekologis dari komunitas hutan rawa gambut.

Dalam menentukan sistem pengelolaan yang tepat pada suatu tegakan, pertama yang hams diketahui adalah karakteristik struktur tegakannya. Struktur tegakan yang dimaksud adalah struktur tegakan horisontal yang diartikan sebagai sebaran jumlah

(2)

pohon atau luas bidang dasar pada berbagai ukwan diameternya. Apabila hutan dieksploitasi akan menyisakan bagian dari struktur tegakan yang disebut dengan tegakan sisa atau tegakan tinggal. McNaughton dan Wolf (1990) mengatakan di dalam ekologi hutan ada beberapa ha1 mendasar yang penting untuk diketahui, salah satu diantaranya adalah jumlah organisme atau keanekaragaman jenis organisme.

Keanekaragaman merupakan istilah yang umum dipakai untuk mendiskripsikan jurnlah spesies yang terdapat dalam suatu komunitas. Munculnya istilah ini karena adanya perbedaan spesies yang terdapat di dalam kelompok-kelompok komunitas.

Keanekaragaman adalah keanekaragaman jenis yang pengukurannya melalui jumlah jenis di dalarn komunitas dan melalui kelimpahan relatif jenis tersebut. Aspek yang terdapat di dalam keanekaragaman jenis adalah jumlah jenis yang mengarah ke kekayaan jenis (richness) dan kelimpahan relatif yang mengarah ke kemerataan jenis (evenness atau equitability)

Berkaitan dengan ha1 tersebut maka dalam pengelolaan hutan rawa gambut diperlukan sistem silvikultur yang tepat untuk kelestariannya. Perlindungan terhadap kawasan bergambut dilakukan untuk mengendalikan hidrologi wilayah yang berfungsi sebagai penambat air dan pencegah banjir serta melindungi ekosistem yang khas di kawasan yang bersangkutan. Selanjutnya disebutkan pula salah satu kriteria kawasan lindung adalah tanah bergambut dengan ketebalan tiga meter atau lebih yang terdapat di bagian hulu sungai dan rawa.

Ciri-ciri dan struktur tanah rawa gambut berkolerasi dengan ketebalan gambut.

Kesubwan tanah semakin menurun dengan bertambahnya ketebalan gambut.

(3)

Pengikatan air tanah berkurang sesuai dengan perubahan struktur dan ketebalan gambut. Komposisi dan struktur vegetasi relatif lebih sederhana dengan semakin mendekati kubah gambut (dome). Dengan demikian perubahan ekosistem secara drastis pada tanah rawa gambut dalam, pemulihannya memerlukan waktu yang panjang.

Kebijakan pemerintah dalam pengelolaan hutan rawa gambut, didasarkan pada cara dan metode pengelolaan hutan hujan tropis lahan kering, sedangkan kondisi ekosistemnya sangat berbeda. Keadaan ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai sifat-sifat ekologis dari hutan rawa gambut. Perkembangan pengelolaan hutan rawa gambut tidak seimbang dengan perkembangan terhadap ekosistemnya.

Untuk mengelola hutan rawa gambut dengan baik masih diperlukan banyak informasi. Penelitian ekologis di hutan rawa gambut memerlukan data dan informasi tentang sifat-sifat jenis kayu komersial seperti Shorea sp., Palaquium obovatum, Melannorhoea sp., Gonystylus bancanus dan jenis-jenis vegetasi lain masih relatif kurang .

Pengetahuan penyebaran jenis-jenis vegetasi belurn banyak dikenal. Preferensi setiap jenis terhadap kondisi lingkungan sangat berguna dalam perencanaan dan pengelolaan hutan. Di samping itu, reaksi jenis-jenis vegetasi terhadap pembatas lingkungan yang kritis perlu mendapat perhatian.

Sewaktu disusunnya sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Tahun 1989 (semula TPI) didasarkan pada pengetahuan tentang komposisi, struktur dan pertumbuhan hutan tanah kering dengan mendasarkan pada riap jenis-jenis

(4)

Dipterocarpaceae. Jadi penerapan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia untuk tipe-tipe hutan lainnya, seperti hutan rawa, hutan rawa gambut dan hutan eboni masih memerlukan penelitian sinekologi dan autekologi yang seksama (Soerianegara, 1994). Informasi sinekologi (komposisi dan struktur hutan, penyebaran suatu jenis pohon, permudaan pohon, tumbuh dan riap pohon, fenologi pohon) dan autekologi (syarat-syarat keadaan tempat tumbuh pohon siklus hara, mineral siklus air, hubungan kesuburan tanah, iklim dengan produktivitas hutan) hutan rawa gambut belum banyak terdokumentasi.

Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) 1989 berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan No. 564/Kpts/IV-BPHHl1989 dan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan No. 24IKptslIV-Set11996 tentang Revisi Pedoman Tebang Pilih Tanam Indonesia khusus untuk hutan rawa gambut merupakan sistem silvikultur yang mengatur kegiatan penebangan dan pembinaan hutan alam produksi. Berkaitan dengan masalah pemanfaatan tersebut, TPTI telah membuat pedoman untuk pengelolaan hutan rawa gambut yang tidak ditemukan pohon-pohon komersial berdiameter 50 cm ke atas dalarn jumlah yang cukup dapat diadakan penurunan batas diameter pohon yang boleh ditebang menjadi

> 40 cm dengan rotasi tebang selama 40 tahun. Untuk menjamin keberlanjutan -

produksi pada rotasi tebang berikutnya harus dipilih 25 pohon inti per hektar untuk jenis komersial yang berdiameter 20 - 39 cm dan tersebar merata. Mengingat permudaan buatan di hutan rawa gambut tergolong sulit dilakukan, maka untuk

(5)

menjamin regenerasi secara alami hanya menebang 213 dari jumlah pohon yang memenuhi syarat untuk ditebang.

Bertitik tolak pada masalah tersebut di atas salah satu aspek yang penting untuk diteliti adalah kondisi permudaan alam dan tegakan tinggal hutan rawa gambut.

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan penerapan sistem silvikultur TPTI ditipe hutan tersebut, diharapkan informasi mengenai kondisi permudaan alam hutan rawa gambut dan tegakan tinggal merupakan salah satu bahan pertimbangan untuk memformulasikan sistem silvikultur hutan rawa gambut.

Perurnusan Masalah

Penebangan hutan akan merubah komposisi jenis dan struktur hutan berikut habitatnya. Sejalan dengan waktu proses perubahan ini dapat mengarah kebentuk hutan semula atau kebentuk hutan yang berbeda dengan kondisi hutan semula.

Kecenderungan proses perubahan komunitas tumbuhan tersebut dapat diduga dari kondisi (keberadaan jenis dan kelimpahan jenis) permudaan hutan yang ada. Garis besar dari permasalahan dalam pengelolaan suatu komunitas hutan rawa gambut seperti Gambar 1.

Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah : Bagaimana kondisi permudaan dan tegakan tinggal di hutan rawa gambut primer dan hutan rawa gambut bekas tebangan ?

(6)

Kerangka Pemikiran

Kondisi tanah hutan rawa gambut merupakan faktor pembatas yang menyebabkan tidak banyak jenis yang dapat bertahan hidup di hutan rawa gambut.

Rendahnya jumlah jenis pada hutan rawa gambut disebabkan oleh kegiatan eksploitasi hutan. Penebangan hutan akan merubah komposisi jenis dan struktur tegakan beserta habitatnya. Kecenderungan proses perubahan komunitas tumbuhan tersebut dapat diduga dari kondisi (keberadaan jenis dan kelimpahan jenis) permudaan hutan yang ada.

Untuk menjamin tersedianya tegakan dalam jurnlah yang cukup di hutan alam rawa gambut diperlukan sistem pengelolaan yang mengacu pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), dimana keberadaan permudaan alam merupakan peremajaan hutan secara alami yang sangat penting dalam penyediaan tegakan baru bagi rotasi tebang berikutnya.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji komposisi jenis dan struktur permudaan dan tegakan tinggal di hutan rawa gambut primer dan hutan rawa gambut bekas tebangan.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Memberikan masukan dalam penentuan sistem silvikultur yang tepat dalam pengelolaan hutan rawa gambut.

(7)

2. Bahan kajian dalam perumusan kebijakan penentuan kawasan lindung khususnya di lahan rawa gambut.

3. Bahan pertimbangan dalam kegiatan regenerasi hutan, penanaman perkayaan dan pelaksanaan Hutan Tanaman Industri (HTI) di hutan rawa garnbut.

Tegakan Tinggal

I D

Permudaan Alam

D

Gambar 1. Skema garis besar permasalahan dalam pengelolaan hutan rawa gambut

Gambar

Gambar  1. Skema garis besar permasalahan dalam  pengelolaan hutan rawa  gambut

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi utama dari sistem ICT di ITB adalah menyediakan layanan informasi, komputasi, dan komunikasi secara terintegrasi pada semua anggota komunitas ITB dan masyarakat luar

Kelompok kontrol mengalami peningkatan dikarenakan pengetahuan responden (ibu) dalam membersihkan daerah perianal merupakan perilaku yang sering dilakukan oleh ibu

Akan tetapi, dalam beberapa kasus masih terdapat pemerintah daerah yang mendapatkan opini WTP atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) terbukti telah

atas dasar saling merelakan. Dalam jual beli terdapat rukun dan syarat yang harus dipenuhi, sehingga jual beli tersebut dapat dikatakan sah oleh syara‟. Salah satu

Bukti  bahwa  yang  diuntungkan  dengan  sistem  MLM  adalah  Upline,  sedangkan  Downline  akan  selalu  dirugikan  adalah  bahwa 

Peran perilaku konsumen terhadap profesi konsultan adalah seorang konsultan dapat memberi nasehat atau informasi pada sebuah perusahaan untuk menentukan produk apa

Pindad (Persero) dalam menyelesaikan permasalahan keseimbangan lintasan pada perakitan towing winch, perlu adanya penyeimbangkan beban kerja yang dialokasikan pada

Cocokan atas bukti pemotongan dan bukti surat setoran pajak dengan saldo di buku besar serta lakukan vouching Lakukan rekonsilisasi antara total objek dengan tarif pajaknya