• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompetensi Keahlian Gambar Teknik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kompetensi Keahlian Gambar Teknik"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

Dandung Novianto

KOMPETENSI KEAHLIAN

GAMBAR DAN TEKNIK

(2)

i

(3)

ii

KOMPETENSI KEAHLIAN GAMBAR TEKNIK

Penulis :

Dandung Novianto

Penerbit :

Polinema Press

(4)

iii

Kompetensi Keahlian Gambar Teknik

Hak Cipta © Dandung Novianto

Hak Terbit pada POLINEMA PRESS

Penerbit POLINEMA PRESS, Politeknik Negeri Malang Jl. Soekarno-Hatta no.09 PO BOX 04 Malang 65141 Telp. (0341) 404424, 404425

Fax. (0341) 404420

UPT. Percetakan dan Penerbitan Gedung AU ground floor polinemapress@gmail.com www.polinemapress.org press.polinema.ac.id

Anggota APPTI (Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia) no.

207/KTA/2016

Anggota IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) no. 177/JTI/2017

Cetakan Pertama, Juni 2021

ISBN : 978-623-6562-89-5

xiv;65 hlm.; 15,5 x 23 cm

Setting & Layout : Putra Fanda Hita Cover Design : Putra Fanda Hita Penyunting : Abd. Muqit

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini

dalam bentuk dan dengan cara apapun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari

penerbit. Pengutipan harap menyebutkan sumber.

(5)

iv

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

Tentang Hak Cipta

1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(6)

v

KATA PENGANTAR

Gambar dapat digunakan sebagai alat komunikasi yang paling efektif dibandingkan dengan bahasa lisan maupun tulisan terutama yang berkaitan dengan pekerjaan keteknikan. Dalam dunia teknik, komunikasi secara lisan maupun tulisan akan menimbulkan kesulitan dalam melakukan pekerjaan. Untuk mengatasi hal tersebut, kalangan akademisi maupun praktisi di bidang keteknikan berusaha mencari cara berkomunikasi yang lebih universal dan dapat dimengerti oleh para praktisi teknik dengan menggunakan gambar teknik di bidang teknik dan industri.

Gambar teknik merupakan bahasa grafis yang dapat menjelaskan objek maupun metode kerja dari bidang-bidang ilmu teknik. Hampir semua ilmu teknik memerlukan suatu bahasa grafis yang dapat mejelaskan suatu objek secara lebih jelas. Gambar teknik, kali pertama diperkenalkan oleh insinyur bangsa Chaldean kira-kira 4000 tahun yang lalu yang bernama Gudea yang diukir pada kepingan batu sebagai gambar denah untuk rencana benteng.

Matakuliah Gambar Teknik yang ditulis oleh Dandung Novianto khususnya ditujukan untuk Jurusan Teknik Sipil di Politeknik Negeri Malang ini bertujuan agar mahasiswa dapat membuat suatu gambar kerja bangunan gedung tidak bertingkat. Dengan teknik menggambar secara manual sebagai kompetensi utama menjadi seorang drafter untuk bangunan gedung tidak bertingkat. Selanjutnya menjadi seorang estimator dan quantity surveyor , dengan menghitung volume bangunan dan rencana anggaran biaya proyek.

Secara substansial, penulisan buku ini dibagi menjadi dua tahapan, yaitu: Gambar Teknik Dasar dan Gambar Teknik Terapan.

Gambar Teknik Dasar merupakan matakuliah yang memberikan

dasar-dasar menggambar untuk menghasilkan suatu gambar kerja

yang baik. Dasar-dasar menggambar meliputi: pengelolaan suatu

bidang gambar, keterangan gambar yang rapi dan jelas, arsir dan

simbol-simbol bahan bangunan, keterangan dimensi/ukuran dan

(7)

vi

skala, dan teknik-teknik proyeksi yang umum digunakan. Sebagai akhir dari pembelajaran dan pemahaman tersebut, mahasiswa ditugaskan untuk membuat gambar kerja bangunan gedung sederhana secara utuh dan gambar-gambar kerja bangunan sipil, seperti jalan, jembatan, dan bangunan air. Sebelum tugas diberikan, mahasiswa dibekali dengan teori pengenalan sistem-sistem bangunan gedung maupun bangunan sipil.

Saya berharap, kehadiran buku Gambar Teknik ini menjadi sebuah pengayaan dan merupakan matakuliah dasar yang harus dikuasai oleh para mahasiswa jurusan teknik sebagai keahlian dasar sebelum menjadi seorang engineer di dunia nyata. Hampir semua ilmu keteknikan memerlukan gambar teknik dengan objek gambar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan konsentrasi masing-masing bidang ilmu, misalnya teknik sipil, teknik arsitektur, teknik mesin, teknik elektronika, teknik kimia, teknik industri, maupun bidang- bidang ilmu teknik lainnya. Selamat membaca, menyimak, dan mempraktikkan.

Bogor, 20 September 2021 Asessor/Editor/Trainer/Penulis,

Dr. H. Abdu Rahmat Rosyadi, S.H., M.H

(8)

vii DAFTAR ISI

PRAKATA ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

I. PENGANTAR GAMBAR TEKNIK DASAR ... 1

II. GAMBAR GARIS, HURUF DAN ANGKA ... 17

III. SIMBOL DAN ARSIR ... 27

IV. DIMENSI DAN SKALA ... 35

V. GAMBAR PROYEKKSI ... 43

VI. SISTEM BANGUNAN ... 55

(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 3D Printing Universal ... 1

Gambar 1.2 Blok Diagram Software 3D Printing ... 3

Gambar 1.3 Desain Balok pada CAD Software ... 4

Gambar 1.4 Desain 3D balok pada Tahap Slicing ... 5

Gambar 2.1 Desain Mekanik 3D printing 2 x 2.1.2 meter ... 7

Gambar 2.2 Bagan Alir Metode Desain 3D Printing ... 8

Gambar 2.3 Gerak Kinematika Double Extruders pada Z Bar... 9

Gambar 2.4 Konsep Mekanik X- Axis ... 9

Gambar 2.5 Konsep Mekanik Gate 3D Printing ... 10

Gambar 2.6 Gerak Kinematika Bedplate ... 10

Gambar 2.7 Konsep Mekanik Roda Bearing Y Axis ... 11

Gambar 2.8 Gerak Kinematika Z Bar ... 12

Gambar 2.9 Metode Counter Balance dengan Rantai... 13

Gambar 2.10 Simulasi Aktuator pada Proteus ... 15

Gambar 2.11 Input G-Code pada Pronterface ... 16

Gambar 2.12 Desain Mekanik X Axis (Z-Bar)... 18

Gambar 2.13 Desain Mekanik Bedplate Metode Roda Bearing ... 20

Gambar 2.14 Desain Mekanik Gate Metode Counter Balance ... 22

Gambar 2.15 Rancangan Elektronik Sistem ... 24

Gambar 2.16 Diagram Pengaturan Marlin Motor X ... 26

Gambar 2.17 Diagram Perencanaan Marlin Motor Y ... 26

Gambar 2.18 Diagram Pengaturan Marlin Motor Z ... 27

Gambar 2.19 Diagram Perencanaan Marlin Motor X Axis ... 29

Gambar 2.20 Diagram Perencanaan Marlin Motor Y dan Z Axis ... 31

Gambar 2.21 Diagram Perencanaan Marlin Motor Y ... 33

Gambar 2.22 Instalasi Mekatronika 3D Printing 2000 mm ... 35

Gambar 3.1 Grafik Kecepatan Putaran dan Sudut Motor X Axis ... 40

Gambar 3.2 Grafik Pulse Motor X Terhadap Jarak ... 44

Gambar 3.3 Grafik Pulse Motor Y Terhadap Jarak ... 47

Gambar 3.4 Grafik Pulse Motor Z Terhadap Jarak ... 49

Gambar 3.5 Desain Objek SolidWork ... 53

Gambar 3.6 Slicing Objek Simplify 3D ... 54

Gambar 3.7 Instalasi Mekatronika 3D Printing 2000 mm ... 55

Gambar 3.8 Instalasi Elektronika Mesin 3D Printing 2000 mm ... 56

Gambar 3.9 Setting Extruder pada Simplify 3D ... 57

Gambar 3.10 Setting Temperature Extruder pada Simplify 3D ... 58

Gambar 3.11 Setting Temperature Bedplate pada Simplify 3D ... 58

Gambar 3.12 Setting Speeds pada Simplify 3D ... 59

Gambar 3.13 Hasil Printing Mesin 3D ... 59

Gambar 3.14 Pemberian Tugu Polinema ke Dirjen Vokasi ... 60

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Spesifikasi Part pada X Axis ... 17

Tabel 2. Torsi Minimum untuk Motor Stepper ... 23

Tabel 3. Microstep dan Pitch Sumbu... 26

Tabel 4. Spesifikasi Motor Stepper... 28

Tabel 5. Hasil Simulasi Akurasi Jarak X Axis ... 37

Tabel 6. Hasil Simulasi Akurasi Jarak Y Axis ... 38

Tabel 7. Hasil Simulasi Akurasi Jarak Z Axis ... 38

Tabel 8. Hasil Simulasi Akurasi Kecepatan Motor X Axis ... 39

Tabel 9. Hasil Simulasi Akurasi Kecepatan Motor Y Axis ... 41

Tabel 10. Hasil Simulasi Akurasi Kecepatan Motor Z Axis ... 41

Tabel 11. Jarak Translasi pada Motor X ... 43

Tabel 12. Jarak Translasi pada Motor Y ... 43

Tabel 13. Jarak Translasi pada Motor Z ... 47

Tabel 14. Kecepatan Motor Stepper Sumbu X ... 49

Tabel 15. Kecepatan Motor Stepper Sumbu Y ... 54

Tabel 16. Kecepatan Motor Stepper Sumbu Z ... 52

Tabel 17. Desain SolidWork Vs Hasil Printing ... 60

(11)

1 BAB. I

PENGANTAR GAMBAR TEKNIK DASAR Capaian Pembelajaran (CP) :

Setelah mempelajari subbab ini diharapkan mahasiswa dapat : 1. Memahami dan menjelaskan pengantar gambar teknik dasar.

2. Memahami dan mengerti sifat-sifat gambar.

3. Memahami dan mengerti ruang lingkup gambar teknik dasar.

4. Menerapkan dan melaksanakan perlengkapan gambar.

5. Menerapkan, menggunakan kertas gambar.

1.1 Pendahuluan

Walaupun orang di seluruh dunia berbicara dengan bahasa yang berbeda-beda, suatu bahasa gambar yang umum telah ada sejak awal waktu. Bentuk tulisan yang paling awal adalah melalui bentuk gambar, misalnya hieroglyph Mesir. Kemudian bentuk-bentuk ini disederhanakan dan menjadi simbol-simbol abstrak yang dipakai dalam tulisan kita hari ini.

Sebuah gambar adalah suatu bentuk goresan yang sangat jelas dari benda nyata, ide atau rencana yang diusulkan untuk pembuatan atau konstruksi selanjutnya. Gambar mungkin berbentuk banyak, tetapi metode membuat gambar yang sangat jelas adalah sebuah bentuk alami dasar dari komunikasi ide-ide yang umum.

Gambar 1.1 Huruf hieroglyph Dari Mesir

Gambar teknik merupakan bahasa grafis yang dapat menjelaskan

objek maupun metode kerja dari bidang-bidang ilmu teknik. Hampir semua

ilmu teknik memerlukan suatu bahasa grafis yang dapat mejelaskan suatu

(12)

2

objek secara lebih jelas. Gambar teknik paling awal yang pernah ada adalah gambar denah untuk sebuah rencana benteng yang digambarkan oleh insinyur bangsa Chaldean kira-kira 4000 tahun yang lalu yang bernama Gudea yang diukir pada kepingan batu. Gambar itu dibuat serupa dengan denah yang dibuat oleh arsitek jaman sekarang. Walaupun sudah berusia 4000 tahun tetapi para insinyur dapat membaca gambar itu. Dengan kata lain gambar dapat dipakai sebagai alat komunikasi yang paling efektif dibandingkan dengan bahasa tulisan.

Dalam dunia teknik, komunikasi secara lisan akan banyak menimbulkan kesulitan. Hal ini karena di dunia ini terdapat banyak macam bahasa dan dialek-dialek yang digunakan sehingga kemungkinan seseorang sulit mengerti atau bahkan tidak tahu apa yang dibicarakan oleh orang yang berbeda bahasanya. Untuk mengatasi hal diatas, orang-orang yang berkecimpung di bidang teknik berusaha mendapatkan cara berkomunikasi yang lebih universal dan bisa dimengerti oleh orang-orang teknik di seluruh dunia. Untuk mencapai maksud diatas, orang-orang teknik menggunakan gambar sebagai alat berkomunikasi dalam pekerjaan mereka di bidang teknik dan industri.

Gambar Teknik merupakan matakuliah dasar yang harus dikuasai

oleh para mahasiswa jurusan teknik sebagai keahlian dasar sebelum

mereka menjadi seorang engineer di dunia nyata. Teknik sipil, teknik

arsitektur, teknik mesin, teknik elektronika, teknik kimia, teknik industri,

maupun bidang-bidang ilmu teknik yang lainnya memiliki matakuliah

gambar teknik, dengan objek gambar yang disesuaikan dengan kebutuhan

dan konsentrasi masing-masing bidang ilmu tersebut. Pada bidang teknik

sipil, gambar teknik memiliki fokus pada penggambaran objek-objek

bangunan maupun infrastruktur. Contoh-contoh bangunan yang menjadi

objek gambar di teknik sipil atau teknik bangunan adalah bangunan

gedung, bangunan jalan, jembatan, maupun bangunan air. Obyek pada

bangunan gedung sebagai contoh adalah bangunan pos keamanan, rumah

tinggal, apartemen maupun hotel, Rumah Sakit, perkantoran, hingga

menara pandang maupun menara pada suatu rumah ibadah. Obyek pada

bangunan jalan antara lain jalan raya, jalan Tol, jalan layang (Fly Over),

jalan bawah tanah (Under Pass), jalur landasan pesawat, dll. Obyek pada

jembatan antara lain jembatan rangka baja, jembatan gantung, jembatan

kabel, jembatan beton, jembatan bambu, dll. Sedangkan obyek bangunan

air dapat berupa bendung, bendungan, bangunan irigasi, saluran, mapun

gorong-gorong, serta obyek-obyek lainnya.

(13)

3

Gambar 1.2 Obyek Bangunan Gedung Maupun Bangunan Sipil.

Gambar teknik memiliki suatu standar penggambaran, mulai dari jenis arsir maupun simbol yang digunakan, penggambaran dimensi maupun ukuran, hingga penggunakan ukuran kertas, cara melipat kertas, mapun menjilid berkas-berkas gambar. Dengan demikian matakuliah Gambar Teknik Dasar ini akan memberikan bekal kepada mahasiswa Jurusan Teknik Sipil untuk dapat menggambar bangunan gedung dan bangunan sipil (jalan, jembatan, dan bangunan air) sesuai dengan kaidah- kaidah penggambaran yang ada.

1.2 Sifat-Sifat Gambar

Sifat-sifat gambar dapat berupa tujuan-tujuan gambar yaitu : a) Internasionalisasi gambar

Agar supaya tujuan pembagian kerja secara internasional dan

perkenalan dengan teknologi asing, maka penunjukan-

penunjukan dalam gambar harus sama secara internasional,

maupun ketentuan-ketentuan dari pengertian cara-cara

penunjukan dan lambang harus diseragamkan secara

internasional.

(14)

4 b) Mempopulerkan gambar

Dalam lingkungan teknologi tinggi, akibat dikenalnya teknologi, golongan yang harus membaca dan mempergunakan gambar meningkat jumlahnya. Akibatnya diperlukan mempopulerkan gambar.

c. Perumusan gambar

Hubungan yang erat antara bidang-bidang industri yang berlainan seperti permesinan, struktur, kapal dan lain-lain, untuk mempersatukannya dalam satu proyek besar diperlukan perumusan yang tepat dalam mengidentifikasi standar-standar gambar masing-masing.

d. Sistimatika gambar

Dalam gambar kerja, isi gambar menyajikan banyak perbedaan- perbedaan, tidak hanya dalam penyajian bentuk dan ukuran, tetapi tanda-tanda toleransi ukuran, toleransi bentuk dan keadaan permukaan juga. Dilain pihak, bersamaan dengan sistematika teknologi, pentingnya gambar dengan lambang grafis telah meningkat, dan lambang-lambang ini dipergunakan secara luas sebagai diagram blok atau aliran proses dalam berbagai-bagai bidang industri. Dibawah keadaan-keadaan demikian, jangkauan yang berkembang dan isi gambar sangat memperkuat susunan dan kosolidasi sistem standar gambar.

e. Penyederhanaan gambar

Penghematan tenaga kerja dalam menggambar adalah penting, tidak hanya untuk mempersingkat waktu, tetapi juga untuk meningkatkan mutu rencana. Oleh karena itu penyederhanaan gambar menjadi masalah penting untuk menghemat tenaga dalam menggambar.

f. Modernisasi gambar

Bersamaan dengan kemajuan teknologi, standar gambar juga telah dipaksa mengikutinya. Dapat disebutkan di sini cara-cara modern yang telah dikembangkan. Seperti misalnya pembuatan film mikro, mesin gambar otomatis dengan bantuan komputer, perencanaan dengan bantuan komputer, dll.

1.3 Ruang Lingkup Gambar Teknik Dasar

Matakuliah Gambar Teknik untuk Jurusan Teknik Sipil di Politeknik

Negeri Malang dibagi menjadi dua tahapan, yang pertama adalah Gambar

Teknik Dasar dan yang kedua adalah Gambar Teknik Terapan. Gambar

Teknik Dasar merupakan matakuliah yang memberikan dasar-dasar

penggambaran untuk menghasilkan suatu gambar kerja yang baik. Dasar-

dasar penggambaran tersebut meliputi bagaimana mengelola suatu bidang

(15)

5

gambar, memberikan keterangan gambar yang rapi dan jelas, seperti memberikan ukuran, tulisan berupa rangkaian kata dan angka, memberikan arsir dan simbol-simbol bahan bangunan, pemberian keterangan dimensi (ukuran) dan skala, teknik-teknik proyeksi yang umum digunakan. Pada akhirnya mahasiswa akan belajar membuat gambar kerja bangunan gedung sederhana secara utuh dan gambar-gambar kerja bangunan sipil (jalan, jembatan, dan bangunan air), yang tentunya sebelumnya akan didasari dahulu dengan teori pengenalan sistem-sistem bangunan gedung maupun bangunan sipil (jalan, jembatan, dan bangunan air).

Tujuan dari matakuliah ini adalah agar mahasiswa dapat membuat suatu gambar kerja untuk bangunan gedung tidak bertingkat dengan teknik menggambar secara manual (menggunakan gambar tangan). Kompetensi utama yang akan dicapai dengan mengikuti matakuliah Gambar Teknik Dasar ini adalah menjadi seorang drafter untuk bangunan gedung tidak bertingkat. Dengan demikian manfaat dari pemberian matakuliah ini adalah mahasiswa dapat membaca suatu gambar kerja dari bangunan gedung tidak beringkat, dan untuk tahapan selanjutnya mahasiswa dapat meningkatkan kompetensinya sebagai seorang estimator dan quantity surveyor, yaitu dengan menghitung volume bangunan dan rencana anggaran biaya proyek.

1.4 Perlengkapan Gambar

Gambar teknik dapat dibuat dengan mengunakan perlengkapan gambar manual maupun dengan menggunakan aplikasi komputer. Pada tahap pertama pemberian matakuliah Gambar Teknik Dasar ini, mahasiswa akan menggambar secara manual. Untuk mendapatkan gambar teknik yang baik, tidak hanya menguasai teknik menggambar yang baik tetapi juga perlu didukung dengan alat-alat gambar yang tepat penggunaannya. Berikut ini akan dijelaskan mengenai pemilihan dan penggunaan alat-alat gambar secara tepat :

a. Pensil gambar

Ada tiga golongan kekerasan pensil, yang masing-masing dibagi lagi dalam tingkat kekerasan (Gambar 1.3). Golongan tersebut adalah keras (H), sedang (F) dan lunak (B). Golongan keras dari 9H sampai 4H, golongan sedang dari 3H sampai B dan golongan lunak dari 2B sampai dengan 7B. Sayang sekali derajat kekerasan pensil ini masih belum di standarkan sepenuhnya., karena itu dianjurkan untuk menggunakan satu merk pensil saja agar lebih tepat derajat kekerasannya.

Untuk menarik garis yang panjang dengan tebal yang sama (konstan)

sebaiknya pensil dibuat pipih (baji) (Gambar 1.4.a), jadi jangan

(16)

6

runcing/konis seperti (Gambar 1.4.b). Untuk membuat pensil pipih dapat digunakan kertas ampelas/cutter.

Gambar 1.3 Tingkat Kekerasan Pensil

Gambar 1.4. Pensil Pipih/Baji (Kiri), Pensil Tirus (Kanan)

Gambar 1.5 Kecondongan Pensil

Sekarang sudah banyak dipakai pensil yang diisi kembali (pensil mekanik). Isi dari pensil ini mempunyai tingkat kekerasan yang bermacam-macam demikian juga dengan ukuran diameter isinya dapat disesuaikan dengan ukuran tebal garis, sehingga tidak perlu lagi penajaman. Ukuran-ukuran yang ada ialah 0,3, 0,5, 0,7 dan 0,9 mm dan kekerasannya dapat dipilih dari HB atau F, H, 2H dan 3H. Supaya hasil dari garis yang dibuat dengan pensil tersebut baik, maka pensil terhadap mistar hams mempunayi sudut 90 derajat, sedang kecondongan dari arah gerakannya bersudut antara 80 - 90 derajat.

Perhatikan Gambar 1.6 .

(17)

7

Gambar 1.6 Pensil gambar mekanik 2 mm yang direkomendasikan (kiri), isi pensil mekanik 2 mm (kanan)

b. Rapido dan Drawing Pen

Rapido dan drawing pen memiliki ketebalan tertentu untuk menarik garis sesuai yang dikehendaki. Hampir sama dengan penggunaan pensil, rapido maupun drawing pen (Gambar 1.7) juga dapat digunakan untuk membuat gambar secara manual. Untuk membuat gambar dengan lebih dari satu ketebalan garis, diperlukan beberapa tipe ukurn ketebalan rapido atau drawing pen. Perlu dipersiapkan sedikitnya tiga tipe rapido dan drawing pen dengan ketebalan yang berbeda (Gambar 1.8)

Gambar 1.7 Rapido Kiri), Drawing Pen (Kanan)

Gambar 1.8 Tingkat Ketebalan Rapido (Kiri) / Drawing Pen (Kanan)

(18)

8 c. Penghapus

Untuk menghapus garis yang salah dipergunakan penghapus dengan mutu yang baik. Ada penghapus yang dibuat dari karet dan ada yang dibuat dari plastik. Penghapus yang baik harus dapat menghilangkan garis atau gambar yang tidak diinginkan dengan tidak merusak gambar. Dapat digunakan dua macam penghapus (Gambar 1.9), yaitu penghapus pensil dan penghapus tinta atau kombinasi keduanya dalam satu penghapus sekaligus. Standar yang disarankan adalah buatan Staedtler, Rotring, Faber Castell karena dianggap lebih mampu menghapus bekas pensil atau tinta yang ada pada kertas tanpa merusak atau meninggalkan bekas pada bidang kertas itu sendiri.

Gambar 1.9 Penghapus Tinta (Kiri), Kertas (Tengah), Kombinasi (Kanan).

d. Jangka

Jangka digunakan untuk membuat lingkaran, membagi garis atau sudut dan sebagainya. Konstruksi dari jangka pada dasarnya terdiri dari beberapa bagian yang disambungkan antara satu dengan yang lain mempergunakan engsel (Gambar 1.10).

Gambar 1.10 Konstruksi Jangka (Kiri), Macam

Jangka (Kanan)

(19)

9 e. Penggaris / Mistar

Digunakan sebagai alat pengukur dan alat bantu gambar untuk menggambar garis lurus. Terdapat berbagai macam penggaris yang dapat digunakan sebagai alat bantu gambar teknik antara lain:

penggaris lurus (untuk mengukur panjang dan membuat garis lurus horisontal/vertikal), penggaris segitiga (untuk mengukur panjang, membuat garis horisontal/vertikal/diagonal dan menentukan sudut garis. penggaris segi tiga yang dipakai ada 2 (dua) buah, penggaris yang pertama mempunyai sudut 45°, 90°, 45°, sedangkan yang lainnya mempunyai sudut 30°, 60° dan 90°), serta penggaris busur (untuk menentukan/menemukan sudut sebuah garis/gambar lebih mudah. Biasanya busur derajat ini mempunyai garis-garis pembagi dari 0° sampai dengan 180°) (Gambar 1.11). dari mulai yang lurus sampai yang berbentuk segitiga. Penggaris dapat terbuat dari plastik, logam, berbentuk pita dan sebagainya.

Gambar 1.11 Penggaris Lurus (Kiri Atas), Penggaris Segitiga Sepasang (Kanan Atas), Penggaris Teknik (Kiri Bawah),

Penggaris Busur (Kanan Bawah) f. Papan/Meja dan Mesin Gambar

Papan/meja dan mesin gambar dapat digunakan untuk menghasilkan

suatu gambar yang berkualitas serta membuat drafter tidak cepat

merasa lelah. Pada dasarnya meja gambar adalah meja yang dapat

(20)

10

diatur kemiringan bidang mejanya, sehingga para drafter dapat menggambar dengan posisi tubuh yang tegak. Meja gambar yang baik harus mempunyai bidang permukaan yang rata, keras, dan tidak melengkung. Bidang meja gambar dapat terbuat dari papan kayu, kaca, maupun tripleks dengan ketebalan 2-3cm yang telah di-finishing seperti halnya white board.

Kemiringan meja gambar dapat diatur secara manual maupun secara hidrolik. Bagian atas meja gambar lebih tinggi dibanding dengan bagian bawahnya. Meja gambar yang baik juga harus dapat diatur tidak saja kemiringannya, namun juga ketinggiannya. Dengan demikian meja gambar tersebut dapat diatur sesuai dengan postur tubuh drafternya.

Mesin gambar adalah sebuah alat yang dapat menggantikan alat-alat gambar lainnya seperti busur derajat, penggaris, segitiga, mistar skala dsb. Keuntungannya dapat mempercepat penyelesaian gambar.

Diujung alat ini ada sepasang pengaris tegak lurus dan dapat diputar pada sudut yang dikehendaki. Alat ini juga dapat dipakai untuk menarik garis-garis sejajar, garis tegak lurus dengan mudah. Pengaris yang dipasang pada alat ini bisa diganti-ganti sesuai dengan skala yang ingin dipakai 1:1; 1:2; 1:5; 1:10 dsb. Sepasang pengaris tegak lurus tersebut dapat digerakan bebas disemua permukaan papan gambar.

Gambar 1.12 Papan/Meja Gambar dengan Mesin Gambar (Kiri), Mesin

Gambar (Kanan)

(21)

11 1.5 Kertas Gambar

Sesuai dengan tujuan gambar, bermacam-macam kertas gambar dipakai, seperti misalnya kertas gambar putih, kertas kalkir, padalarang, kertas roti, dsb. Untuk gambar tata letak (perencanaan awal), biasanya dipakai kertas gambar putih yang permukaannya tidak berbulu atau kasar dan menggunakan pensil. Sedang untuk gambar kerja yang biasanya dibutuhkan lebih dari satu (untuk diperbanyak untuk disebarkan ke bengkel, arsip dsb.) biasanya dipakai kertas kalkir. Sebab gambar diatas kertas kalkir ini dapat diperbanyak dengar cara cetak biru (blue print) atau dengan copy biasa. Jadi gambar yang dipakai dibengkel adalah gambar cetak birunya, sedang gambar asli (kalkir) disimpan sebagai arsip. Untuk gambar diatas kalkir ini biasanya digunakan tinta untuk mendapatkan hasil cetak biru (foto copy) yang baik. Saat ini penggunaan kertas kalkir, padalarang, maupun kertas roti sudah berkurang, karena sudah tergantikan dengan adanya kertas HVS. Begitu pula teknologi gambar digital untuk gambar-gambar perencanaan maupun pelaksanaan yang sekarang sudah berkembang pesat dilapangan menjadikan kertas HVS lebih digemari untuk digunakan sebagai media cetak dibanding kertas kalkir tersebut.

Disamping karena harganya jauh lebih murah, bahannya mudah ditemukan dipasaran, juga karena mesin-mesin cetak saat ini justru lebih umum digunakan untuk mencetak jenis-jenis kertas semacam HVS dibanding kertas kalkir dll tersebut diatas.

Ukuran kertas gambar yang paling baik digunakan adalah ukuran

kertas A3, hal ini karena dengan ukuran kertas tersebut maka dapat

merepresentasikan gambar secara proporsional, tidak terlalu besar maupun

tidak terlalu kecil, sehingga dapat memudahkan para pelaksana di

lapangan. Namun demikian penggunaan ukuran kertas gambar hendaklah

disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis gambar yang akan

dipresentasikan. Jika gambar yang akan dipresentasikan berukuran cukup

besar, misalnya untuk menyajikan gambar suatu kawasan perumahan,

maka mungkin dapat menggunakan ukuran kertas gambar yang lebih besar

dari ukuran A3. Demikian pula sebaliknya, jika hanya akan menyajikan

ukuran gambar yang kecil, maka dapat digunakan ukuran kertas gambar

yang lebih kecil dari ukuran A3 (Gambar 1.13)

(22)

12

Gambar 1.13 Perbandingan dan Ukuran Kertas

Pada umumnya penyajian suatu gambar kerja dilengkapi dengan

adanya Kop atau kepala gambar karena disinilah akan ditempatkan

informasi/identitas yang penting. Identitas yang dimaksudkan adalah

identitas proyek, objek gambar, instansi pemberi tugas, penanggung jawab

gambar, drafter (pembuat gambar), judul gambar, skala yang digunakan,

kode gambar serta identitas lain yang diperlukan. Kepala gambar

sebenarnya tidak ada ketentuan yang spesifik untuk ukuran maupun

bentuknya, disesuaikan ukuran kertas yang akan dipakai. Semakin besar

ukuran kertas yang kita pakai semakin besar pula ukuran kepala gambar

dan huruf yang dipakai. Contoh identitas pada Kop (Gambar 1.14).

(23)

13

Gambar 1.14 Contoh Kop Gambar A

1. Nama gambar “SHOP DRAWING”.

2. Project = nama proyek yang digambar.

3. Owner = nama pemilik proyek

4. Kolom tanda tangan persetujuan dari perwakilan owner sebagai penanggung jawab gambar.

5. Construction manajement = nama perusahaan manajemen konstruksi atau konsultan pengawas yang ditugaskan oleh owner untuk mengawal jalanya proyek.

6. Kolom tanda tangan persetujuan dari manajemen konstruksi.

7. Contractor = kontraktor yang mengerjakan proyek pembangunan.

8. Kolom status gambar apakah asli atau sudah revisi sebanyak sekian kali.

9. Architect Consultant = konsultan arsitektur.

10. Structure Consultant = konsultan struktur.

11. Mechanical & electrical consultan = konsultan mekanikal dan elektrikal.

12. Drawing Tile = Judul gambar shop drawing.

13. Scale = skala gambar

14. Drawing by = nama drafter kontraktor yang menggambar.

15. Check = nama personil dari kontraktor yang mengoreksi gambar.

16. Aproved = nama personil dari kontraktor yang menyetujui gambar.

17. Issued for = tujuan pembutan gambar.

18. Date = tanggal pembuatan gambar.

19. Code = nomor kode gambar.

20. Drawing No = nomor gambar.

(24)

14

Gambar 1.15 Contoh Kop Gambar B

(25)

15

Dalam pembuatan kop / kepala gambar patut diperhatikan juga batas marginnya, berikut batas margin yang sesuai dengan standar ISO : Tabel 1.1 Batas Margin Kop Gambar

LATIHAN

1. Jelaskan manfaat dari mengikuti perkuliahan Gambar Teknik Dasar.

2. Sebutkan 6 hal yang merupakan sifat-sifat/tujuan gambar seperti yang telah dijelaskan diatas.

3. Buat skema dalam bentuk gambar ukuran kertas gambar mulai dari A7 hingga A0.

4. Buat Kop Gambar untuk Tugas Matakuliah Gambar Teknik Dasar Pada Kertas Gambar Ukuran A3 menggunakan Pensil 1 Lembar.

NO UKURAN BATAS MARGIN (MM) SISI

KIRI

SISI ATAS

SISI KANAN

SISI BAWAH

1 A0 20 10 10 10

2 A1 20 10 10 10

3 A2 20 10 10 10

4 A3 20 10 10 10

5 A4 20 5 5 5

6 A5 20 5 5 5

(26)

16

(27)

17 BAB. II

GAMBAR GARIS, HURUF, DAN ANGKA Capaian Pembelajaran (CP) :

Setelah mempelajari subbab ini diharapkan mahasiswa dapat : 1. Memahami, menjelaskan dan menggambar garis.

2. Memahami, menjelaskan dan menggambar garis tebal tipis.

3. Memahami, menjelaskan dan menggambar huruf dan angka.

2.1 Menggambar Garis

Menggambar garis-garis tegak lurus (Gambar 2.1), sejajar (Gambar 2.2), maupun diagonal/miring (Gambar 2.3) yang rapi dan sesuai kebutuhan bisa didapat dengan penggunaan peralatan penggaris segitiga yang sepasang. Waktu yang dibutuhkan untuk menggambar sebuah garis juga menjadi lebih ringkas. Penggunaaan sepasang penggaris ini memerlukan teknik tersendiri dan masing-masing memiliki fungsi sebagai pedoman penahan laju gerakan agar tetap dalam posisi yang sama, sedangkan penggaris yang lain digunakan sebagai alat yang digunakan untuk membuat garis sejajar/tegak lurus/diagonal dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Penggunaan Penggaris Segitiga Untuk Membuat Garis2

Tegak Lurus

(28)

18

Gambar 2.2 Penggunaan Penggaris Segitiga Untuk Membuat Garis-Garis Miring

Gambar 2.3 Penggunaan Penggaris Segitiga Untuk Membuat Garis-Garis

Sejajar

(29)

19

Gambar 2.4 Garis Sejajar Horizontal, Vertikal, dan Diagonal

2.2 Garis Tebal Tipis

Didalam menggambar teknik setiap macam dan tebal garis mempunyai bentuk dan tebal sesuai penggunaan dan kebutuhannya.

Bermacam garis inipun bisa diperoleh dengan cara seperti pada (Gambar 2.5):

Gambar 2.5 Teknik Menggunakan Pensil Untuk Membuat Perbedaan Tebal Tipis Garis

Seperti pada gambar dan tabel di bawah ini (Gambar 2.6 - 2.9)

memperlihatkan contoh-contoh penggunaannya.

(30)

20

Garis tebal / menggambarkan objek yang terpotong Garis tipis / menggambarkan garis tampak

Garis titik / menggambarkan objek yang tidak nampak

Garis titik-putus-titik / menggambarkan garis potong objek

Garis putus-putus / menggambarkan objek yang tidak nampak

Gambar 2.6 Jenis Tipe Garis

Tabel 2.1 Tipe Garis

A TEBAL GARIS

MACAM GARIS

CONTOH PENGGUNAAN 0,6 – 0,8 Garis Tebal 1. Garis benda yang

langsung terlihat.

2. Garis tepi

B 0,1 – 0,2 Garis Tipis 1. Garis penunjuk ukuran, garis bantu, garis penunjuk

2. Garis arsir

3. Garis untuk penampang yang diputar ditempat 4. Garis khayal yang terjadi

dari perpotongan yang dibulatkan

5. Garis dasar ulir

C 0,1 – 0,2 Garis Bebas Tipis 1. Garis potong yang dihilangkan sebagian benda

2. Garis batas antara bagian benda yang dipotong dan

sebagian dalam

pandangan D 0,3 - 0,4 Garis Sedang

(putus-putus)

Garis benda yang terhalang/tidak langsung terlihat

E 0,1 – 0,2 Garis tipis (strip titik)

1. Garis sumbu

2. Bagian benda yang

terletak didepan

penampang irisan

(31)

21 F 0,2 – 0,6 Garis strip titik

(strip tebal pada ujung-ujungnya)

Garis untuk memotong penampang

G 0,6 Garis tebal

(strip titik)

Garis untuk menunjukkan permukaan yang akan mendapatkan tambahan

pekerjaan

Gambar 2.7 Contoh Penggunaan Garis Sambung dan Putus-Putus

(32)

22

Gambar 2.8 Contoh Penggunaan Garis Tipis, Sedang, Tebal

2.3 Menggambar Huruf Dan Angka

Gambar teknik tidak hanya menyajikan garis, simbol, dan arsir, namun dalam setiap penggambarannya, perlu dilengkapi catatan, ukuran angka/dimensi, judul, dan keterangan gambar yang berupa tulisan.

Penulisan huruf dan angka pada suatu bidang gambar hendaknya dibuat secara rapi, jelas, standar, serta proporsional dengan ukuran gambar dan bidang tulisan yang tersedia.

Dalam gambar teknik huruf yang sering dipakai adalah huruf

vertikal dengan standar ISO (International Organization For

Standarization) (Gambar 2.9)

(33)

23

Gambar 2.9 Huruf dan Angka Standar

Tabel 2.2 Huruf dan Angka Standar

(34)

24

Gambar 2.10 Huruf dan Angka Tegak Jenis Arial

Gambar 2.11 Huruf dan Angka Miring Jenis Arial

Gambar 2.12 Huruf dan Angka Tegak Jenis Isocpeur

(35)

25

Gambar 2.13 Huruf dan Angka Miring Jenis Isocpeur

Penulisan huruf dan angka pada teknik menggambar manual dapat dilakukan secara freehand atau tanpa bantuan sablon atau mal tulisan, namun juga dapat menggunakan mal atau sablon tulisan. Terdapat pula alat bantu tulisan berupa Huruf Gosok (rugos) sehingga dapat langsung digunakan ada kertas gambar.

Pemilihan alat bantu pembuatan huruf dan angka dapat diseuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan penyajian gambar.

Gambar 2. 14 Mal Sablon Huruf (Kiri) dan Rugos Huruf dan Angka

(Kanan)

(36)

26 LATIHAN

1. Buat Huruf (A sampai dengan Z) dan Angka (0 sampai dengan 9) sebanyak 2 lembar kertas gambar ukuran A3 (diberi garis bantu, setiap jenis huruf dan angka masing-masing 2 baris mendatar) 2. Gambar Garis-garis sejajar secara Horizontal, Vertikal, Diagonal,

putus-putus, putus-titik-putus dengan ketebalan garis dan jenis garis

yang berbeda pada kertas gambar ukuran A3 sebanyak 2 lembar

(maing-masing lembar dibagi menjadi 2 Kolom 2 Baris)

(37)

27 BAB. III SIMBOL DAN ARSIR Capaian Pembelajaran (CP) :

Setelah mempelajari subbab ini diharapkan mahasiswa dapat :

1. Memahami, menjelaskan dan menggambar jenis-jenis simbol dan arsir bangunan gedung.

2. Memahami, menjelaskan dan menggambar jenis-jenis simbol dan arsir bangunan sipil.

3.1 Jenis-Jenis Simbol dan Arsir Bangunan Gedung

Pada suatu gambar teknik, simbol dan arsir diperlukan untuk menunjukkan bahan bangunan yang digunakan. Simbol dan arsir yang digunakan sudah menunjukkan notasi gambar yang standar, sehingga berkomunikasi dengan menggunakan gambar teknik artinya menggunakan komunikasi yang standar, dapat dipahami oleh kalangan yang berkecimpung di bidang yang sama. Dengan demikian tidak lagi diperlukan keterangan berupa tulisan untuk simbol dan arsir yang sudah standar pada gambar teknik bangunan gedung Gambar 3.1.

Simbol dan arsir harus digambar dengan menggunakan ketebalan pensil yang lebih tipis dibandingkan dengan pensil yang digunakan untuk menggambar garis tampak dan potongan. Dengan demikian akan dihasilkan arsir yang halus dan menyatu dengan gambar. Jika menggunakan pensil yang lebih tebal, maka akan dihasilkan arsir yang terlalu mendominasi gambar. Hal ini kurang baik, karena pada dasarnya arsiran adalah penunjang gambar, bukan merupakan elemen utama gambar.

Simbol dan arsiran untuk gambar manual dapat dibuat dengan

menggunakan teknik freehand, tidak perlu menggunakan penggaris. Hal

ini akan membuat gambar menjadi lebih natural dan berkarakter. Arsiran

hendaknya memperhatikan pula unsur datangnya cahaya, sehingga dengan

adanya arsiran ini dapat memperkuat efek bayangan ataupun efek tiga

dimensi.

(38)

28

Gambar 3.1 Jenis Simbol dan Arsir Bangunan Gedung

(39)

29

Gambar 3.2 Penggunaan Arsir dan Simbol Pada Gambar Bangunan

Gedung

(40)

30

3.2 Jenis-Jenis Simbol dan Arsir Bangunan Sipil

Sedangkan Gambar 3.2 adalah beberapa simbol dan arsiran yang umumnya digunakan pada gambar teknik bangunan sipil.

Gambar 3.3 Jenis Simbol dan Arsir Jalan, Jembatan, dan Bangunan Air

(41)

31

Gambar 3.4 Contoh Penggunaan Arsir dan Simbol Pada Gambar

Bangunan Jalan

(42)

32

Gambar 3.5 Contoh Penggunaan Arsir dan Simbol Pada Gambar Jembatan

Gambar 3.6 Contoh Penggunaan Arsir dan Simbol Pada Gambar

Bangunan Air

(43)

33 LATIHAN

1. Buat Gambar Arsir seperti pada (Gambar 3.1) dan (Gambar 3.3) di kertas Gambar A3 sebanyak 2 lembar kertas. Kemudian beri penjelas di bagian bawah masing-masing gambar (keterangan bahan/simbol).

2. Buat satu obyek gambar Bangunan Gedung/Sipil (denah/tampak)

sederhana yang anda ketahui kemudian isikan arsiran pada obyek

tersebut sampai rapat/terisi penuh.

(44)

34

(45)

35 BAB. IV

DIMENSI DAN SKALA Capaian Pembelajaran (CP) :

Setelah mempelajari subbab ini diharapkan mahasiswa dapat :

1. Memahami, menjelaskan dan menggambarkan penulisan dimensi.

2. Memahami, menjelaskan dan menggambar koordinat modul/grid.

3. Memahami, menjelaskan dan menggambar dengan menggunakan skala.

4.1 Penulisan Dimensi

Memberi ukuran (dimensi) besaran-besaran geometrik dari bagian benda harus menentukan secara jelas tujuannya. Untuk itu semua bagian di dalam gambar harus dijelaskan sedetail mungkin agar gambar tersebut bila dibaca orang lain dapat dengan mudah dimengerti maksudnya.

Menempatkan dimensi suatu objek dapat dilaksanakan pada masing- masing bagian disertai penunjukan ukuran antara garis sumbu dengan garis sumbu.

Penulisan dimensi atau ukuran pada suatu objek gambar memerlukan 4 unsur garis, tanda, maupun angka utama yaitu garis yang menggambarkan panjang objek (garis ukur), garis bantu yang menghubungkan garis ukur dengan obyek yang didimensikan, tanda/panah pertemuan antara garis ukur dengan garis bantu, serta angka ukur/dimensi (Gambar 4.1).

Gambar 4.1 Empat Unsur Utama Penulisan Dimensi/Ukuran Pada

Gambar

(46)

36

Hampir seluruh penggunaan dimensi dari gambar yang diperlukan merupakan ukuran horizontal atau vertikal. Dimensi horizontal pertama harus dapat dibaca dari bawah gambar, sedangkan dimensi vertikal harus dapat dibaca dari sebelah kanan gambar atau lebih umum disebut standar ISO. Ini berarti bahwa angka ukur horizontal harus terletak di atas garis ukur, dan ukuran vertikal harus terletak sebelah kiri garis ukur. Angka dan garis ukur mempunyai jarak sedikit. Penggunaan dimensi ukuran berbeda juga dapat digunakan untuk memberikan kemudahan pada saat membuat dan membaca gambar yaitu dengan penulisan angka horisontal secara keseluruhan ditengah-tengah garis ukur walaupun garis ukur berdiri vertikal (Gambar 4.2).

Gambar 4.2 Penulisan Dimensi Standar ISO (Kiri), dan Angka

Horisontal (Kanan)

(47)

37

Dalam dimensi standard ISO, Angka-angka ukur yang tidak horizontal maupun vertikal, harus ditulis sesuai dengan garis ukurnya.

Sedapatnya ukuran-ukuran jangan diletakkan di daerah yang diarsir, yaitu daerah antara sudut 30

0

. Berbeda pula dengan tipe dimensi angka horisontal. Dalam tipe dimensi angka horisontal seluruh angka tetap ditulis secara horisontal ditengah-tengah garis ukur tanpa kecuali, walaupun garis ukur bersifat diagonal.

Gambar 4.3 Penulisan Dimensi diagonal berdasar Standar ISO (Kiri), dan Angka Horisontal (Kanan)

Garis ukur pada dimensi lengkung (Angular) dibuat berbentuk garis lengkung. Pada tipe standard ISO angka dimensi terletak diatas dan mengikuti garis ukur yang berbentuk lengkung. Sedangkan apabila menggunakan tipe dimensi angka horisontal, angka dimensi tetap ditulis secara horisontal memotong tengah garis ukur.

Gambar 4.4 Penulisan Dimensi Sudut (Angular) berdasar Standar ISO

(Kiri), dan Angka Horisontal (Kanan)

(48)

38

Gambar 4.5 Penulisan Dimensi Horisontal dan Vertikal (Elevasi) Pada Tampak atau potongan Bangunan

Gambar 4.6 Penulisan Dimensi Horisontal dan Vertikal Potongan Jembatan

4.2 Koordinat Modul/Grid

Pembuatan suatu gambar kerja juga tidak lepas dari pemberian

keterangan koordinat modul/grid sebagai titik bantuan menentukan suatu

perletakan obyek satu dengan lainnya misalkan koordinat perletakkan

lantai 2 rumah terhadap lantai 1 rumah. Contoh lain seperti perletakkan

sebuah ruang tamu dalam gambar denah rumah dengan perletakan ruang

(49)

39

tamu pada gambar potongan rumah. Koordinat modul/grid dapat menggunakan urutan huruf di salah satu bagian sumbu (misal sumbu horisontal “X”), dan menggunakan urutan angka di salah satu bagian sumbu yang lain (misal sumbu vertikal “Y”)

Gambar 4.7 Penulisan Koordinat Grid pada Denah Lantai 1, Lantai 2, dan Gambar Potongan

4.3 Skala Gambar

Skala adalah perbandingan antara ukuran objek aslinya dengan ukuran

objek pada tampilan di kertas gambar. Untuk menggambar sebuah obyek

gambar, kita tidak selalu mendapati ukuran obyek gambar sesuai dengan

(50)

40

ukuran kertas yang tersedia. Maka dari itu dalam gambar teknik diperbolehkan mempergunakan skala dalam penggambaran/pencetakan, agar gambar yang dihasilkan mudah dibaca atau dipahami. Selain itu juga untuk menyesuaikan dengan ukuran kertas yang tersedia.

Dalam satu kertas gambar kita diperbolehkan untuk menggunakan skala lebih dari satu macam, jadi dalam satu gambar kita bisa mencantumkan skala pembesaran, pengecilan maupun skala 1:1, secara bersamaan.

Ada 3 jenis skala dalam gambar teknik :

a. Skala Pembesaran : Gambar yang kita buat lebih besar ukuranya dari pada benda asli.

b. Skala 1:1 : Gambar yang kita buat sama ukuranya dengan benda asli.

c. Skala Pengecilan : Gambar yang kita buat lebih kecil ukuranya dari pada benda asli.

Tabel 4.1 Ukuran Skala yang dapat digunakan SKALA

PEMBESARAN

UKURAN PENUH

SKALA PENGECILAN 50:1

20:1 10:1 5:1 2:1

1:1 1:2

1:5 1:10 1:20 1:50 1:100 1:200 1:500 1:1000 1:2000 1:5000 1:10000

Penentuan skala gambar dilakukan dengan mempertimbangkan besar kecilnya objek terhdap kertas gambar yang digunakan, serta kebutuhan presentasi gambar tersebut. Dengan tampilan gambar yang proporsional dengan ukuran kertas, maka akan didapatkan tampilan gambar yang baik.

Gambar kerja bangunan gedung maupun sipil umumnya

menggunakan skala pembesaran. Skala 1:100 akan membuat objek ukuran

1 meter digambar sebsar 1 centimeter. Skala 1:10 akan membuat objek

ukuran 1 meter digambar sebesar 10 centimeter. Skala yang umunya

digunakan untuk gambar denah, tampak, potongan bangunan adalah 1:100

(51)

41

atau 1:50, sedangkan untuk gambar detail, umunya menggunakan skala yang lebih besar yaitu 1:20 dan 1:10. Untuk peta situasi atau lay out plan suatu kawasan, umumnya menggunakan skala 1:500 atau 1:200 atau dapat juga menggunakan skala batang apabila ukuran skala angka dirasa sudah kurang mudah untuk dipahami (rasio ukuran sebenarnya dengan ukuran pada gambar terlalu besar)

Sama halnya dengan skala angka, skala batang menunjukkan jarak suatu wilayah atau tempat di peta untuk mendeskripsikan jarak sebenarnya di kenyataan. Akan tetapi berbeda dengan skala angka, skala batang ditunjukkan dengan gambar batang yang dibedakan dengan deret angka.

Ada bagian yang diarsir atau berwarna hitam dan ada juga yang tidak diarsir atau bewarna putih.

Gambar 4.8 Contoh Skala Batang Bila Digantikan Dengan Skala Angka

(52)

42 LATIHAN

1. Buatlah Sebuah Obyek Persegi panjang berukuran asli 4 x 8 meter di kertas gambar A3 dengan menggunakan skala gambar 1:50.

2. Tambahkan dengan dimensi standar ISO di seluruh sisinya dan

berikan koordinat modul/grid pada sumbu “X” maupun “Y” nya.

(53)

43 BAB. V

GAMBAR PROYEKSI Capaian Pembelajaran (CP) :

Setelah mempelajari subbab ini diharapkan mahasiswa dapat : 1. Memahami, mengerti dan menjelaskan proyeksi

2. Memahami, menjelaskan dan menggambar proyeksi piktorial.

3. Memahami, menjelaskan dan menggambar proyeksi orthogonal.

4. Memahami, menjelaskan dan menggambar proyeksi Amerika dan Eropa

5.1 Pendahuluan

Proyeksi merupakan cara penggambaran suatu benda, titik, garis, bidang, benda ataupun pandangan suatu benda terhadap suatu bidang gambar secara lengkap. Secara umum, menggambar proyeksi terdapat dua jenis, yaitu menggambar objek secara dua dimensi dan menggambar objek secara tiga dimensi. Terkadang objek tiga dimensi perlu didetailkan penggambarannya sesuai dengan arah pandangan. Suatu objek tiga dimensi jika digambar dari pandangan atas, pandangan depan, serta pandangan samping dikatakan menggambarkan dengan proyeksi multi pandangan atau yang lebih dikenal dengan proyeksi orthogonal/ orthografi. Cara penggambaran objek yang kedua adalah dengan melihat objek secara keseluruhan dalam bentuk tiga dimensi, cara yang paling umum adalah dengan menggambar secara proyeksi isometri. Secara umum proyeksi dapat dilihat pada Gambar 5.1,

Gambar 5.1 Jenis-jenis Proyeksi

(54)

44 Fungsi proyeksi:

a. Untuk mendapatkan ukuran garis yang sebenarnya b. Untuk membuat bentuk yang sebenarnya

c. Untuk membuat gambar kerja 5.2 Proyeksi Piktorial

Untuk menampilkan gambar-gambar tiga dimensi pada sebuah bidang dua dimensi, dapat dilakukan dengan beberapa macam cara proyeksi sesuai dengan aturan menggambar. Beberapa macam cara proyeksi antara lain : a. Proyeksi Piktorial Isometri

Untuk mengetahui apakah suatu gambar diproyeksikan dengan cara isometri atau untuk memproyeksikan gambar tiga dimensi pada bidang dengan proyeksi isometri, maka perlu diketahui ciri-ciri dan syarat-syarat untuk menampilkan suatau gambar dengan proyeksi isometri. Adapun ciri dan syarat proyeksi tersebut sebagai berikut : 1) Ciri pada sumbu

▪ Sumbu x dan sumbu y mempunyai sudut 30

o

terhadap garis mendatar

▪ Sudut antara sumbu satu dengan sumbu lainnya 120

o

2) Ciri pada ukurannya

Panjang gambar pada masing-masing sumbu sama dengan panjang benda yang digambarnya. Contoh :

Gambar 5.2 Proyeksi Isometri

(55)

45 3) Penyajian proyeksi isometri

Penyajian gambar dengan proyeksi isometri dapat dilakukan dengan beberapa posisi (kedudukan), yaitu posisi normal, terbalik, dan horisontal.

a. Proyeksi isometri dengan posisi normal

Gambar 5.3 Proyeksi Isometri Dengan Posisi Normal b. Proyeksi isometri dengan posisi terbalik

Gambar 5.4 Proyeksi Isometri Dengan Posisi Terbalik

c. Proyeksi isometri dengan posisi horisontal

Gambar 5.5 Proyeksi Isometri Dengan Posisi Horisontal

(56)

46 b. Proyeksi Dimetri

Pada proyeksi dimetri terdapat beberapa ciri dan ketentuan yang perlu diketahui, ciri dan ketentuan tersebut antara lain :

1) Ciri pada sumbu

Pada sumbu x mempunyai sudut 10

o

, sedangkan pada sumbu y mempunyai sudut 40

o

2) Ketentuan ukuran

Perbandingan skala ukuran pada sumbu x = 1 : 1, dan skala pada sumbu y = 1 : 2, sedangkan pada sumbu z = 1 : 1

Gambar 5.6 Proyeksi Dimetri c. Proyeksi Miring

Pada proyeksi miring , sumbu x berhimpit dengan garis horisontal/mendatar dan sumbu y mempunyai sudut 45

o

dengan garis mendatar. Skala pada proyeksi miring sama dengan skala pada proyeksi dimetri, yaitu skala pada sumbu x = 1 : 1, dan pada sumbu y

= 1 : 2, sedangkan pada sumbu z = 1 : 1.

Gambar 5.7 Proyeksi Miring

(57)

47 d. Gambar Perspektif

Dalam gambar teknik, gambar perspektif jarang dipakai. Gambar perspektif dibagi menjadi tiga macam, yaitu :

1) Perspektif dengan satu titik hilang 2) Perspektif dengan dua titik hilang 3) Perspektif dengan tiga titik hilang

Gambar 5.8 Perspektif 1 Titik Hilang (Kiri), 2 Titik Hilang (Tengah), 3 Titik Hilang (Kanan)

5.3 Proyeksi Orthogonal

Proyeksi orthogonal adalah gambar proyeksi yang bidang proyeksinya mempunyai sudut tegak lurus terhadap proyektornya. Garis- garis yang memproyeksikan benda terhadap bidang proyeksi disebut proyektor. Selain proyektor tegak lurus terhadap bidang proyeksinya juga proyektor-proyektor tersebut sejajar satu sama lain. Contoh-contoh proyeksi ortogonal dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

a. Proyeksi ortogonal dari sebuah titik

Gambar 5.9 Proyeksi ortogonal dari sebuah titik

(58)

48 b. Proyeksi ortogonal dari sebuah garis

Gambar 5.10 Proyeksi ortogonal dari sebuah garis c. Proyeksi ortogonal dari sebuah bidang

Gambar 5.11 Proyeksi ortogonal dari sebuah bidang d. Proyeksi ortogonal dari sebuah benda

Gambar 5.12 Proyeksi ortogonal dari sebuah benda

5.4 Proyeksi Amerika Dan Eropa

Proyeksi Eropa dan Amerika merupakan proyeksi yang digunakan

untuk memproyeksikan pandangan dari sebuah gambar tiga dimensi

terhadap bidang dua dimensi.

(59)

49 1. Proyeksi Eropa

Disebut juga proyeksi sudut pertama atau proyeksi kuadran I, perbedaan sebutan ini tergantung dari pengarang buku yang menjadi referensi.

Gambar 5.13 Obyek Diletakkan Pada Quadrant Pertama

Dapat dikatakan bahwa proyeksi Eropa ini merupakan proyeksi yang letak

bidangnya terbalik dengan arah pandangannya (lihat Gambar 5.14)

\

Gambar 5.14 Proyeksi Eropa

(60)

50 2. Proyeksi Amerika

Proyeksi Amerika dikatakan juga proyeksi sudut ketiga dan juga ada yang menyebutkan proyeksi kuadran III.

Gambar 5.15 Obyek Diletakkan Pada Quadrant Ketiga

Proyeksi Amerika merupakan proyeksi yang letak bidangnya sama

dengan arah pandangannya (lihat Gambar 5.16)

(61)

51

Gambar 5.16 Proyeksi Amerika 3. Simbol Proyeksi

Untuk membedakan proyeksi Eropa dan proyeksi Amerika, perlu diberi lambang proyeksi. Dalam standar ISO (ISO/DIS 128), telah ditepkan bahwa cara kedua proyeksi boleh dipergunakan. Sedangkan untuk keseragaman ISO, gambar sebaiknya digambar menurut proyeksi Eropa (Kuadran I atau dikenal dengan proyeksi sudut pertama). Dalam sebuah gambar tidak diperkenankan terdapat gambar dengan menggunakan kedua proyeksi secara bersamaan. Simbol proyeksi ditempatkan disisi kanan bawah kertas gambar.

Simbol/lambang proyeksi tersebut adalah sebuah kerucut terpancung.

Gambar 5.17 Simbol Proyeksi Eropa dan Amerika.

4. Pemilihan Pandangan

Pemilihan pandangan depan dari benda yang akan disajikan dalam

gambar adalah sangat penting. Karena pandangan depan dapat

langsung memberikan keterangan bentuk benda yang sebenarnya dan

jumlah pandangan depan juga ditentukan oleh pandangan depan

tersebut. Pandangan depan tidak selalu berarti bagian depan dari

(62)

52

benda itu sendiri. Pandangan depan adalah bagian benda yang dapat memberikan cukup keterangan mengenai bentuk khas atau fungsinya.

Gambar 5.18 Pandangan Depan Terhadap Proyeksi Eropa (Kuadran 1) (Kiri) Dan Proyeksi Amerika (Kuadran 3) (Kanan) Arah pandang dalam sebuah gambar obyek memiliki ciri karakter serta fungsi yang berbeda-beda, antara lain :

a. Pandangan Depan (Pusat)

1) Menunjukkan syarat dan karakteristik terbanyak 2) Memiliki pandangan maya paling sedikit 3) Menunjukkan panjang dan tinggi benda b. Pandangan Atas

Menunjukkan panang dan lebar benda c. Pandangan Samping

1) Menunjukkan Lebar dan Tinggi benda

2) Menggunakan pandangan kiri apabila garis yang tersembunyi lebih

sedikit daripada pandangan kanan

(63)

53 LATIHAN

1. Sebutkan dan Uraikan proyeksi apa saja yang termasuk dalam proyeksi Piktorial, jelaskan disertai dengan contoh gambar masing-masing perbedaannya.

2. Gambar sambungan kayu, dengan tipe sambungan bibir lurus dengan

menggunakan proyeksi isometri dan proyeksi miring. Ukuran kayu

yang digunakan adalah ukuran balok kayu 8/12.

(64)

54

(65)

55 BAB. VI

SISTEM BANGUNAN Capaian Pembelajaran (CP) :

Setelah mempelajari subbab ini diharapkan mahasiswa dapat : 1. Memahami, mengerti dan menjelaskan sistem bangunan.

2. Memahami, menjelaskan dan menggambar sistem struktur bangunan.

3. Memahami, menjelaskan dan menggambar sistem selimut bangunan.

4. Memahami, menjelaskan dan menggambar sistem utilitas bangunan.

5. Memahami, menjelaskan dan menggambar sistem interior.

6. Memahami, menjelaskan dan menggambar sistem pembebanan.

6.1 Pendahuluan

Sistem bangunan adalah suatu sistem/susunan bagian-bagian bangunan yang saling berhubungan atau saling tergantung satu sama lain yang membentuk sebuah kesatuan kompleks dan berlaku untuk satu fungsi.

Sebuah bangunan dapat diartikan sebagai wujud fisik dari beberapa sistem dan subsistem yang saling berhubungan, terkoordinasi, terintegrasi satu sama lain sekaligus dengan wujud tiga dimensinya, serta organisasi spasialnya secara utuh.

Sistem bangunan terdiri atas : a. Sistem struktur bangunan

b. Sistem selimut bangunan (building envelope)

c. Sistem mekanikal, elektrikal, dan pemipaan (utilitas bangunan) d. Sistem interior

e. Sistem pembebanan

6.2 Sistem Struktur Bangunan

Sistem struktur adalah suatu sistem penyaluran gaya gravitasi dan beban lateral ke tanah dengan aman tanpa melampaui beban yang diijinkan atau yang dapat ditanggung oleh bagian-bagian sistem struktur itu sendiri dengan tujuan utama untuk menjamin kestabilan bangunan, misalnya struktur bangunan bentang panjang, struktur bangunan bertingkat, struktur kayu, serta struktur baja.

Macam sistem struktur :

a. Substructure atau struktur bawah adalah struktur dasar yang membentuk pondasi sebuah bangunan.

b. Struktur tengah berupa kolom, balok, dan dinding penopang

menyokong struktur lantai dan atap

(66)

56

c. Superstructure atau struktur atas adalah perpanjangan vertikal bangunan diatas pondasi.

Apabila dikaitkan dengan anatomi tubuh manusia, sistem struktur bangunan bisa diasumsikan sebagai kepala dan badan (superstructure), serta kaki (substructure)

Gambar 6.1 Anatomi Tubuh Manusia Sama Dengan Anatomi Struktur Bangunan Gedung (Kepala, Badan, Kaki)

Gambar 6.2 Struktur Pada Jembatan

(67)

57

Gambar 6.3 Struktur Jalan Paving

Gambar 6.4 Struktur Bangunan Air Bendungan

Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area. Secara ringkas konstruksi didefinisikan sebagai objek keseluruhan bangunan yang terdiri dari bagian- bagian struktur. Misal, Konstruksi Struktur Bangunan adalah bentuk/bangun secara keseluruhan dari struktur bangunan. contoh lain:

Konstruksi Jalan Raya, Konstruksi Jembatan, Konstruksi Kapal, dan lain lain.

Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai susunan (model, tata letak)

suatu bangunan (jembatan, rumah, dan lain sebagainya). Walaupun

kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu pekerjaan, tetapi dalam

kenyataannya konstruksi merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari

(68)

58

beberapa pekerjaan lain yang berbeda. Pada umumnya kegiatan konstruksi

diawasi oleh manajer proyek, insinyur disain, atau arsitek proyek. Orang-

orang ini bekerja di dalam kantor, sedangkan pengawasan lapangan

biasanya diserahkan kepada mandor proyek yang mengawasi buruh

bangunan, tukang kayu, dan ahli bangunan lainnya untuk menyelesaikan

fisik sebuah konstruksi.

(69)

59

Gambar 6.5 Konstruksi Bangunan Gedung (Kiri Atas), Konstruksi Jalan Raya (Kanan Atas), Konstruksi Jembatan (Kiri Bawah), Konstruksi Bangunan Air Bendungan (Kanan Bawah) 6.3 Sistem Selimut Bangunan (Building Envelope)

Sistem selimut bangunan merupakan cangkang atau selubung bangunan yang terdiri dari :

a. Atap dan dinding eksterior melindungi ruang-ruang interior dari cuaca,

mengkontrol kelembaban, panas, dan aliran udara dengan susunan

lapisan komponen konstruksi.

(70)

60

b. Dinding eksterior dan atap juga meredam kebisingan, serta memberikan keamanan dan privasi bagi penghuni bangunan.

c. Pintu memberikan akses fisik.

d. Jendela memberikan akses terhadap cahaya, udara, dan pemandangan.

e. Dinding interior dan partisi membagi ruang interior bangunan menjadi

satuan ruang-ruang yang lebih kecil.

(71)

61

Gambar 6.6 Sistem Selubung Bangunan Gedung & Bangunan Air

6.4 Sistem Utilitas Bangunan (Mekanikal, Elektrikal, Dan Perpipaan)

Sistem utilitas bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudahan, komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan.

Sistem utilitas bangunan yang dimaksud antara lain:

a. Sistem pasokan air menyediakan air untuk konsumsi dan sanitasi penghuni.

b. Sistem pembuangan air membuang limbah cair dan zat organik ke luar bangunan.

c. Sistem pemanas, ventilasi, dan AC (air conditioning) mengkondisikan

keadaan ruang interior untuk kenyamanan penghuni.

(72)

62

d. Sistem elektrikal mengendalikan, mengukur, melindungi sumber daya listrik bangunan dan mendistribusikannya dengan aman untuk memenuhi kebutuhan

e. Sistem penerangan, keamanan, dan komunikasi dalam bangunan.

f. Sistem transportasi vertikal (lift) membawa crane dan barang dari satu lantai ke lantai lain dalam bangunan bertingkat sedang Ban tinggi.

g. Sistem kebakaran mendeteksi dan memadamkan api.

h. Struktur bangunan bertingkat tinggi mungkin memerlukan sistem pembuangan limbah serta sistem daur ulang.

Gambar 6.7 Rencana Instalasi Listrik Bangunan Gedung 6.5 Sistem Interior

Merencanakan, menata dan merancang ruang-ruang interior dalam

bangunan. Tatanan yang dapat memenuhi kebutuhan dasar akan sarana

bernaung dan berlindung, menentukan langkah sekaligus mengatur bentuk

aktivitas, memelihara aspirasi dan mengekspresikan ide-ide yang

menyertai segala tindakan, mempengaruhi penampilan, perasaan dan juga

kepribadian pemakainya.

Gambar

Gambar 1.2 Obyek Bangunan Gedung Maupun Bangunan Sipil.
Gambar 1.12 Papan/Meja Gambar dengan  Mesin Gambar (Kiri), Mesin  Gambar (Kanan)
Gambar 1.13 Perbandingan dan Ukuran Kertas
Gambar 1.15 Contoh Kop Gambar B
+7

Referensi

Dokumen terkait

If you can not afford to spend your money in the casino or if you are not old enough to enter a casino and you want to know how to learn to gamble you can go online and many sites

bahwa dalam hubungan antara bronkitis kronik dengan riwayat rinitis berulang. tidak memiliki makna yang cukup berarti dalam analisis

Pada fase praoperasional, anak tidak berpikir secara operasional yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu aktivitas yang memungkinkan anak

In this research the writer uses qualitative research design and the data of the research is the perception of the students about microteaching class and the impact of

Pengurangan tingkat konsentrasi di 5 lima negara tujuan ekspor utama ini diharapkan akan terus terjaga seiring dengan terlaksananya berbagai kegiatan yang diarahkan untuk

Memposisikan pasien pada posisi tubuh yang benar (anatomis), kecuali gerak rotasi (Bahu dan Lengan bawah). Sendi yang diukur diupayakan terbebas dari pakaian yang

Dalam banyak kasus, kolom rektifikasi dan dengan refluks digunakan untuk meningkatkan performa dari distilasi, ilustrasi dari alat distilasi batch ini dapat dilihat pada Gambar

Disini dengan adanya manfaat yang besar dari kedua daun tersebut maka dengan menggunakan metode perceptron ini diharapkan bisa menjadi referensi untuk mengetahui