• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk didengar. Kesejajaran kedudukan antara wanita dengan pria sudah tidak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. untuk didengar. Kesejajaran kedudukan antara wanita dengan pria sudah tidak"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi seperti saat ini, emansipasi wanita bukanlah hal asing untuk didengar. Kesejajaran kedudukan antara wanita dengan pria sudah tidak menjadi kendala bagi wanita untuk melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh pria seperti halnya mencari nafkah atau bekerja. Wanita turut menyumbang dalam pembangunan perekonomian, hal tersebut dapat dilihat pada struktur ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Utara yang mengalami perubahan di setiap tahunnya.

Pada tahun 2014 jumlah angkatan kerja tercatat 6,31 juta orang, naik sebesar 180.089 dibandingkan tahun 2013. Peningkatan terjadi pada angkatan perempuan sebesar 2014.113, namun terjadi penurunan pada angkatan kerja laki- laki sebesar 24.015. Jumlah penduduk bekerja meningkat dari 5,6 juta orang di tahun 2012 menjadi 5,7 juta orang di tahun 2013 dan 5,9 juta orang pada tahun 2014. Peningkatan penduduk perempuan yang bekerja sebesar 190.160 di tahun 2014 dan laki-laki menurun sebesar 42.282, sementara di tahun 2013 peningkatan penduduk bekerja di dominasi laki-laki pada tahun 2013 sebanyak 172.890.

Pada tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di tahun 2012 hanya memiliki perbedaan 1,03% diantara laki-laki dan perempuan , sedangkan di tahun 2013 tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di dominasi perempuan dengan perbedaan 3,17%, kemudian pada tahun 2014 dengan 0,61% di dominasi laki-

(2)

laki. Hal ini menunjukan bahwa antara pria dan wanita memiliki partisipasi yang tidak jauh berbeda dalam dunia kerja.

Tabel 1.1

Jumlah Tenaga Kerja Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Jenis Kelamin

(Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2012,2013&2014)

Pilihan wanita untuk bekerja menurut Jacinta (dalam Meidah, 2013) dilandasi oleh motif kerja sebagai berikut : (a) kebutuhan finansial, (b) kebutuhan sosialrelasional, (c) kebutuhan aktualisasi diri, dan (d) merasa lebih rileks dan nyaman jika bekerja.

Peran ganda menjadi fenomena dalam dunia kerja yang sering kita jumpai, tidak sedikit kaum wanita yang berpartisipasi dalam dunia industri. Menurut Rahmadita (2013:60) Konflik peran ganda merupakan salah satu konflik yang terjadi pada wanita yang telah berkeluarga yang memilih untuk bekerja, di mana

Jenis Kegiatan

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

Laki-laki Perempu

an Jumlah Laki-laki Perempu

an Jumlah Laki-laki Perempu

an Jumlah 1. Angkatan

kerja 3.606.884 2.707.355 6.314.239 3.790.524 2.341.140 6.131.664 3.766.509 2.545.253 6.311.762 a. Bekerja

(working) 3.422.701 2.489.413 5.612.114 3.595.591 2.156.091 5.751.682 3.553.309 2.346.251 5.899.560 b. Mencari

kerja 184.183 217.942 402.125 194.933 185.049 379.982 213.200 199.002 412.202 2. Bukan

angkatan kerja

702.995 1.742.087 2.445.082 555.965 2.146.688 2.702.653 627.805 1.991.856 2.619.661 3.Buruh/karya

wan/employee (%)

37,90 31,24 35,09 39,96 30,69 36,49 41,45 28,88 36,45

4. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)

36,56 35,53 72,09 33,12 36,29 69,41 37,40 36,79 70,67

(3)

di satu sisi ia harus melakukan pekerjaan di tempat kerja dan di sisi lain harus memperhatikan keluarga secara utuh. Artinya terdapat dua peran sekaligus yang harus dijalankan oleh wanita tersebut, yaitu sebagai istri, ibu dan sebagai wanita yang bekerja. Menjalani dua peran sekaligus, sebagai seorang pekerja sekaligus sebagai ibu rumah tangga tidaklah mudah. Karyawan wanita yang telah menikah dan mempunyai anak memiliki peran dan tanggung jawab yang lebih berat daripada wanita single. Hal ini terutama berlaku pada wanita yang memiliki beban pekerjaan yang cukup tinggi serta bekerja dibawah tekanan, sehingga konflik peran inilah yang menjadi pemicu stres kerja (Ruslina, 2014).

Meningkatnya peran wanita sebagai pencari nafkah keluarga, maka bertambahlah pula masalah-masalah yang timbul. Kedua peran tersebut sama- sama membutuhkan waktu, tenaga dan perhatian. Masalah ini timbul apabila yang bekerja adalah ibu rumah tangga yang mempunyai anak-anak dan masih membutuhkan pengasuhan fisik maupun rohaniah. Banyak persoalan yang akan dialami seperti bagaimana mengatur waktu dengan suami dan anak hingga mengurus tugas-tugas rumah tangga dengan baik. Ada yang bisa menikmati peran gandanya, namun ada yang merasa kesulitan hingga akhirnya persoalan-persoalan rumit semakin berkembang dalamkehidupan sehari-hari. (Pratama, 2011)

Konflik peran ganda memiliki dua bentuk, yaitu konflik pekerjaan- keluarga serta konflik keluarga-pekerjaan (Yavas et al., 2008). Menurut Posig &

Kickul (dalam Laksmi, 2012:4) konflik pekerjaan-keluarga merupakan suatu bentuk konflik peran yang terjadi akibat ketidakseimbangan antara pekerjaan dan keluarga. Ketika seseorang berpartisipasi pada pekerjaan (keluarga) akan

(4)

menimbulkan kesulitan untuk berperan pada keluarga (pekerjaan). Penurunan kualitas hubungan dalam keluarga inilah yang menyebabkan kondisi keluarga yang kurang harmonis.

Sedangkan konflik keluarga-pekerjaan merujuk kepada suatu bentuk konflik peran dimana tuntutan umum, waktu dan ketegangan yang diciptakan oleh keluarga mengganggu tanggung jawab yang berkaitan dengan pekerjaan (Netemayer et al., dalam Yavas et al., 2008). Konflik peran ganda dapat dihadapi oleh semua wanita dengan berbagai profesi. Salah satu profesi yang rentan mengalami stres kerja yaitu profesi sebagai karyawan/buruh pabrik. Pekerjaan sebagai karyawan/buruh pabrik selain dituntut mencapai target dalam pekerjaannya mereka juga bekerja selalu dalam pengawasan. Profesi ini pun menuntut adanya ketelitian dan kecermatan serta tanggung jawab yang tinggi, sehingga sering menyebabkan stres atau tekanan mental pada buruh pabrik wanita.

Dalam hasil penelitian yang dilakukan Ruslina (2014) tentang hubungan antara konflik peran ganda dengan stres kerja pada wanita bekerja. Seperti banyaknya waktu yang dicurahkan untuk menjalankan pekerjaan menghalangi seseorang untuk menjalankan kewajibannya di rumah atau urusan keluarga, mencampuri urusan pekerjaan (seperti merawat anak yang sakit akan menghalangi seseorang untuk dating ke tempat kerja). Peneliti menunjukan bahwa peranan konflik peran ganda memberikan sumbangan efektif dalam mempengaruhi stres kerja pada wanita berperan ganda.

(5)

Menurut penuturan salah seorang karyawan wanita di PT. Batanghari Tebing Pratama Kota Tebing Tinggi saat dilakukan wawancara pada 10 Oktober 2015, sebagai seorang karyawan pabrik mereka harus bertindak profesional serta disiplin dalam pekerjaannya dan dituntut untuk tidak mencampur adukkan konflik keluarga dengan pekerjaan karena dapat menyebabkan karyawan tidak fokus pada pekerjaan sehingga hasil kerja tidak maksimal.

Berdasarkan hasil uji terhadap responden yang telah dilakukan kepada karyawan wanita PT. Batanghari Tebing Pratama dalam dimensi konflik pekerjaan-keluarga, lebih dari 43,8% responden mengatakan bahwa pekerjaan yang mereka lakukan sering membuat mereka pulang tidak tepat waktu sehingga waktu yang diberikan kepada keluarga menjadi berkurang. Hal ini menjadi penyebab konflik di dalam keluarga karena tidak terpenuhinya tuntutan yang diminta oleh keluarga terhadap perannya sebagai istri dan ibu.

Sedangkan pada dimensi konflik keluarga-pekerjaan, faktor yang memicu stres paling tinggi yaitu lebih dari 46,9% responden mengatakan bahwa suami yang tidak mendu kung pekerjaan yang dilakukan akan menyulitkan mereka dalam melakukan pekerjaan. Besarnya tuntutan suami kepada istri untuk dapat memenuhi kewajibannya diurmah yang terkadang tidak sepenuhnya dapat dilakukan sehingga tak jarang menimbulkan perselisihan.

Sebagai seorang wanita yang telah menikah dan punya anak menjadikan keluarga sebagai faktor utama dalam kehidupannya, sehingga apabila masalah dalam keluarga terjadi seringkali memicu rasa emosional pada pekerjaan yang

(6)

dikerjakannya sehingga wanita menjadi tidak fokus dalam bekerja, tidak bergairah, dan mudah marah saat bekerja.

Selain konfik peran ganda, hal yang berkaitan dengan stres kerja karyawan adalah kepemimpinan. Menurut Drath & Palus (dalam Hartiti, 2011) Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan seorang manajer dalam menimbulkan pemahaman tentang apa yang harus dilakukan agar para bawahan mengerti dan bersedia melaksanakan tugas-tugasnya.

PT. Batanghari Tebing Pratama adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang pengolahan bokar (bahan olahan karet) menjadi karet remah (crumb rubber) yang digolongkan sebagai bahan baku untuk industri ban dan industri produk jadi karet lainnya. Dalam melakukan kegiatan operasional, khususnya bagi karyawan PT. Batanghari Tebing Pratama yang memiliki frekuensi pekerjaan yang cukup padat dengan kapasitas produksi reguler sebesar 20.000 ton per tahun menuntut kesadaran yang tinggi dari para karyawan dan tidak jarang para karyawan mengalami stres kerja. Akibatnya pelaksanaan tugas tidak dapat berjalan dengan lancar dan produksi yang kadang tidak sesuai dengan target yang ditetapkan, disini lah peran pemimpin diperlukan untuk memberikan bimbingan dan arahan secara tepat pada bawahannya.

Menurut Widodo (2015:196) seharusnya pemimpin atau para supervisi tentu harus melibatkan feedback dalam kegiatannya untuk bisa memelihara hubungan baik dengan bawahannya.Berdasarkan penelitian yang dilakukan Eldy (2013) yang berjudul Pengaruh Kepemimpinan dan Konflik Terhadap Stres Kerja Karyawan pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan, mengatakan

(7)

bahwa kepemimpinan memiliki pengaruh yang positif terhadap stres kerja karyawan.

Namun berdasarkan hasil uji penelitian yang di lakukan pada responden wanita PT. Batanghari Tebing Pratama Kota Tebing Tinggi menunjukkan bahwa kepemimpinan yang dilakukan oleh atasan tidak berpengaruh secara signifikan dalam menjadikan stres kerja, terdapat tiga dimensi yang digunakan untuk mengukur bagaimana cara pemimpin dalam : 1) memberikan arahan 2) membuat keputusan dan 3) kemampuan sosial yang dimiliki atasan. Dari ketiga dimensi tersebut faktor yang dominan mempengaruhi adalah bagaimana cara atasan membuat keputusan, lebih dari 40,6% responden mengatakan bahwa atasan mereka dinilai kurang adil dalam membuat keputusan, keputusan yang diambil terkadang tidak sesuai kebijakan perusahaan, dan juga dinilai kurang adil dalam menilai kinerja bawahannya atau bersifat subjektif. Meskipun demikian karyawan merasa bahwa peran pimpinan tidak mempengaruhi secara langsung kondisi psikologis mereka sehingga stres kerja masih dapat diatasi.

Adapun faktor lain yang berpengaruh terhadap stres kerja karyawan adalah lingkungan kerja fisik. Sedarmayanti (dalam Norianggono et al., 2014:3) mengemukakan bahwa lingkungan kerja fisik adalah “semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung”. Menurut Nitisemito (dalam Susilo, 2012) penyebab yang memungkinkan karyawan menjadi stres adalah lingkungan pekerjaan yang kurang nyaman, seperti pencahayaan yang kurang, kualitas udara dan juga suara mesin saat beroperasi.

(8)

Seperti diketahui bahwa PT. Batanghari Tebing Pratama adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan bokar (bahan olahan karet) yang memiliki berbagai kandungan mulai dari zat yang menguap, kotoran, abu dan lainnya dalam proses produksinya menjadi karet remah (crumb rubber).

Tabel 1.2

Kandungan zat yang dihasilkan oleh PT.Batanghari Tebing Pratama

Sumber : Laboratorium PT. Batanghari Tebing Pratama Kota Tebing Tinggi

Sebagai perusahaan yang berproduksi dalam bidang bahan olah karet (bokar) menjadi karet remah (crumb rubber), kondisi pabrik tentu sangat dipenuhi oleh aktifitas yang cenderung mengasilkan suara dan getaran cukup tinggi yang berasal dari peralatan pabrik, kondisi lingkungan sekitar produksi yang panas dan jauh dari kesan bersih meskipun para pekerja telah menggunakan pengaman dan pelindung pada saat melakukan pekerjaan, terlebih lagi bau busuk yang ditimbulkan dari proses penguraian protein di dalam bahan olah karet (bokar) akan sangat menyengat pada saat dilakukan penjemuran getah di tempat penyimpanan sleb dan lump, kamar gantung angin (pre-drying room) dan asap yang ditimbulkan pada saat proses pengeringan dengan mesin pengering (dryer).

Kondisi demikian tentu dapat menganggu konsentrasi para pekerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Seharusnya lingkungan kerja memberi rasa nyaman dan puas. Namun sebaliknya, apabila lingkungan kerja tidak

Kandungan produk yang dihasilkan (crumb rubber)

Standard Indonesian Rubber (% SIR)

Kadar kotoran (% berat maks) 0,1

Kadar abu (% berat maks) 0,75

Kadar zat menguap (% berat maks) 0,8 Initial Wallace Plasticity/Po (batas min) 30 Plasticity Rentention Index/PRI (batas min) 70

Kadar Nitrogen (% berat maks) 0,6

(9)

nyaman, maka akan tercipta kejenuhan dari para karyawan yang pada akhirnya akan meningkatkan stres kerja mereka. Penelitian Manzoor, et al., (dalam Putra &

Agus, 2015:8) menyatakan sebagian besar stres kerja berawal dari lingkungan kerja yang buruk dan berdampak pada pekerjaan.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian pada responden PT. Batanghari Tebing Pratama Kota Tebing Tinggi dimana pada hasil uji t yang dilakukan signifikansi berada pada tingkat 0,000 artinya faktor lingkungan kerja fisik sangat mempengaruhi tingkat stres kerja karyawan yang bekerja di dalamnya. Karyawan merasa tidak nyaman bekerja pada lingkungan kerja fisik yang tidak memadai sehingga menyebabkan mereka tidak fokus bekerja akibatnya pekerjaan mereka menjadi lama terselesaikan. Pekerjaan yang lama terselesaikan akan membuat karyawan stres karena karyawan bekerja pada sistem target kerja per hari nya, apabila pekerjaan tidak selesai tepat waktu akan mengakibatkan waktu kerja lembur ditambah dan mendapat teguran dari atasan.

Lebih dari 65,6% responden wanita mengatakan bahwa faktor dari lingkungan kerja fisik yang dominan mempengaruhi tingkat stres kerja mereka adalah mereka harus berada di lingkungan kerja yang mengandung bau-bauan yang penuh dengan zat kimia dalam waktu yang lama. Adapun faktor yang sangat mempengaruhi lainnya adalah suara mesin dan getaran yang keras dari hasil produksi, lebih dari 44% mengatakan bahwa suara mesin yang sangat kuat pada bagian produksi membuat mereka sulit berkonsentrasi dan berkomunikasi dengan karyawan lainnya.

(10)

Fathoni, (dalam Eldy, 2013) berpendapat bahwa stres kerja adalah kondisi dimana individu mendapatkan tekanan dari pihak internal (berupa kondisi fisik, perilaku, emosional, dan lain-lain) maupun eksternal (berupa lingkungan fisik pekerjaan, karakteristik pekerjaan, tekanan dari pimpinan dan lain-lain).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rice (dalam Ruslina, 2014) wanita yang bekerja mengalami stres kerja lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Perbandingan stres kerja antara wanita dan laki-laki didapatkan hasil rata-rata sebesar 28% wanita mengalami stres ditempat kerja, sedangkan pada laki-laki didapatkan rata-rata sebesar 20%. Jika seseorang stres dalam pekerjaannya, maka ia tidak akan dapat memberikan 100% kemampuan terbaiknya sehingga efisiensi kerjanya akan terpengaruh.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah yang berjudul “ PENGARUH KONFLIK PERAN GANDA, KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA FISIK TERHADAP STRES KERJA KARYAWAN WANITA PADA PT. BATANGHARI TEBING PRATAMA KOTA TEBING TINGGI “

(11)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada latar belakang, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah konflik peran ganda berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap stres kerja karyawan wanita pada PT. Batanghari Tebing Pratama Kota Tebing Tinggi?

2. Apakah kepemimpinan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap stres kerja karyawan wanita pada PT. Batanghari Tebing Pratama Kota Tebing Tinggi?

3. Apakah lingkungan kerja Fisik berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap stres kerja karyawan wanita pada PT. Batanghari Tebing Pratama Kota Tebing Tinggi?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh konflik peran ganda terhadap stres kerja karyawan wanita pada PT. Batanghari Tebing Pratama Kota Tebing Tinggi.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan terhadap stres kerja karyawan wanita pada PT. Batanghari Tebing Pratama Kota Tebing Tinggi.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap stres kerja karyawan wanita pada PT. Batanghari Tebing Pratama Kota Tebing Tinggi.

(12)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan, tentang konflik peran ganda, kepemimpinan dan lingkungan kerja fisik yang ada hubungannya dengan stres kerja karyawan wanita sehingga dapat dicari upaya untuk mengurangi stres kerja pada karyawan wanita.

2. Bagi Pihak Lain / Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi atau sumbangan pemikiran terutama bagi mahasiswa yang sedang melakukan penelitian selanjutnya khususnya mengenai pengaruh konflik peran ganda, kepemimpinan dan lingkungan kerja fisik terhadap stres kerja karyawan wanita.

3. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang pengaruh konflik peran ganda, kepemimpinan dan lingkungan kerja fisik terhadap stres kerja karyawan wanita pada PT.

Batanghari Tebing Pratama Kota Tebing Tinggi.

Referensi

Dokumen terkait

Pemprov NTB meminta perusahaan tembakau yang menjadi mitra para petani, turun tangan membantu menagih tunggakan dana bergulir Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT)

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengingatkan seluruh kepala daerah memastikan jajarannya mengantongi rekam jejak seluruh kontraktor yang menang lelang pengadaan

An Analysis of English-I ndonesian subtitiling procedures of the movie entitled “into the wild”. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

A Full Immersion Program: The Teachers’ and Students’ Perceptions and Its Impact on Student’s Sense of Nationalism.. Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu

Dari keseluruhan asset itu,paling besar di Dinas Pekerjaan Umum.Di dinas yang menangani infrasruktur ini,terdapat 142 persil lahan dengan luas 1.818 hektare

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi manusia Republik Indonesia Nomor M.03.HT.03.10 Tahun 2007 tentang Pengambilan Minuta Akta dan Pemanggilan Notaris.. Peraturan Menteri Hukum

Shopping center as a design product must function as a creator of experience that can suit the current condition of the people, both for economic benefit (product differentiation

Contohnya seperti penggunaan warna kuning pada bangunan Melayu yang sudah ada dari zaman dahulu dan tetap berlanjut dan dipertahankan sampai saat ini..Menurut Takari (2013)