• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saintek ITM, Volume 34, Nomor 1 Januari Juni 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Saintek ITM, Volume 34, Nomor 1 Januari Juni 2021"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

44 POTENSI ABU VULKANIK UKURAN BUTIR LEBIH KECIL 0,15 mm SEBAGAI PENGGANTIAN SEBAGIAN SEMEN DENGAN CAMPURAN PASIR LAUT PADA

CAMPURAN BETON (STUDI PENELITIAN)

Farid Naufal Mahdi

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Medan Jl. Gedung Arca No. 52, Medan, Indonesia

Faridmahdi04@gmail.com

ABSTRAK

Setiap proses produksi atau proses pekerjaan konstruksi, selalu dijumpai hasil produk atau sisa bahan bangunan yang tidak digunakan lagi dan dibuang sebagai limbah. Jika limbah ini dibuang secara sembarangan akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Maka perlu upaya untuk memanfaatkan limbah yang ada sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Rencana campuran beton dibuat sesuai dengan peraturan SNI T-15-1990-03 dengan faktor air semen 0,6. Digunakan benda uji kubus dengan jumlah kubus 64 kubus ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm untuk uji kuat tekan. Semua pengujian dilakukan pada umur beton 14 hari, 21 hari dan 28 hari. Penurunan nilai slump pada adukan beton yang menggunakan Pasir pantai dan abu vulkanik.

Beton pada umur 28 hari lebih tinggi kuat tekannya dari pada beton umur 21 hari dan 14 hari. Hasil pengujian kuat tekan pasir pantai yang dicuci maupun tidak dicuci dengan menambahkan variasi abu vulkanik pengganti sebagian semen dimana pasir pantai dicuci yang terbesar diperoleh dari umur 28 hari dengan variasi 5%

memiliki nilai kuat tekan beton rata-rata 18,24 Mpa. Dan pasir pantai yang tidak dicuci yang terbesar diperboleh dari umur 28 hari dengan variasi 10 % memiliki nilai kuat tekan beton rata-rata 17,77 Mpa. Dan berdasarkan hasil analisa data pengujian pada pasir pantai yang dicuci maupun tidak dicuci mengalami kenaikan kuat tekan beton pada umur 28 hari.

Kata Kunci : Kuat tekan, Pasir pantai, Beton, Abu vulkanik.

ABSTRACT

Every production process or construction work process, there are always products or building materials left that are no longer used and disposed of as waste. If this waste is disposed of carelessly, it will have a negative impact on the environment. So we need efforts to utilize existing waste so that it can reduce environmental pollution. The concrete mix plan is made in accordance with SNI T-15-1990-03 with a cement water factor of 0.6. The cube specimen is used with the number of cubes 64 cubes measuring 15 cm x 15 cm x 15 cm for the compressive strength test. All tests were carried out at 14 days, 21 days and 28 days of concrete.

Decrease in slump value in concrete mix using beach sand and volcanic ash. Concrete at the age of 28 days has a higher compressive strength than concrete at the age of 21 and 14 days. The test results of the compressive strength of washed and unwashed beach sand by adding a variation of volcanic ash to replace part of the cement where the largest washed beach sand is obtained from the age of 28 days with a variation of 5% having an average compressive strength value of 18.24 MPa. And the largest unwashed beach sand is obtained from the age of 28 days with a variation of 10% having an average compressive strength value of 17.77 MPa. And based on the results of analysis of test data on washed or unwashed beach sand, the compressive strength of the concrete increases at the age of 28 days.

Keywords: Compressive strength, Beach sand, Concrete, Volcanic ash.

PENDAHULUAN

Gunung sinabung adalah salah satu dari beberapa gunung berapi di Indonesia yang termasuk dalam katagori Gunung berapi aktif. Sejarah mencatat Gunung

Sinabung terakhir meletus pada tahun 1600.

Namun pada tahun 2010 dan kemudian

berlanjut di awal September 2013, Gunung

Sinabung bergejolak hebat, memuntahkan

segalah isi dapur magmanya. Seakan baru

(2)

45 terbangun dari tidur panjang dengan

“hutang” letusan yang tak terbayar sejak 4 abad silam. Terhitung sejak tanggal 3 September 2013, hingga hari ini Gunung Sinabung masih tetap bergejolak. Tak ada tanda-tanda akan menurunkan aktivitasnya dalam waktu dekat.

Pasca gunung berapi mengalami erupsi besar, maka banyak material dari dalam perut bumi yang dimuntahkan oleh gunung berapi tersebut, mulai dari batuan, pasir, abu vulkanik hingga gas. Material- material yang dimuntahkan tersebut banyak tersebar pada wilayah penyebaran cukup luas dari pusat letusan. Selain karena partikelnya sangat ringan sehingga dapat dibawa oleh angin juga dapat dengan mudah dihanyutkan oleh air.

Abu vulkanik merupakan mineral batuan abu vulkanik termasuk material glass yang memiliki ukuran sebesar pasir kerikil dengan diameter kurang lebih 2 mm (1/2 inch) yang merupakan hasil erupsi gunung berapi. Partikel abu sangat kecil terbeut dapat memiliki penampang lebih kecil dari 0,001 mm (1/125,000th of an ich). Abu vulkanik bukan merupakan produk pembakaran kayu, daun atau kertas. Abu vulkanik memiliki sifat sangat keras dan tidak larut dalam air sehingga sering kali dengan abrasive dan sedikit korosif serta mampu menghantarkan listrik ketika dalam keadaan basah. Secara umum komposisi abu vulkanik merapi adalah silika, alumina, besi dan kalsium, sehingga merupakan material yang dapat digunakan sebagai bahan campuran atau dimanfaatkan sebagai subtitusi semen.

Sedangkan pasir pantai adalah jenis pasir yang didapatkan dari pesisir pantai. Ciri khas yang dimiliki pasir pantai adalah struktur butirannya yang agak halus dengan ukuran berkisar antara 0,55 - 2,5 mm. Hal ini karena pasir pantai terbentuk dari pengikisan batu yang disebabkan oleh erosi gelombang laut, sedangkan pasir darat berasal dari pecahan batu abu vulkanik selain itu, pasir pantai memiliki gradasi atau ukuran yang seragam serta memiliki daya lekat yang cenderung lemah. Pasir laut memiliki

kandungan

garam NaCL

(Natrium Cloride) maka sebaiknya pasir laut harus dicuci bersih terlebih dahulu agar garam garam yang terkadung dalam pasir laut tersebut hilang.

Ariyani dan Luser (2013) menyatakan bahwa adanya peningkatan dan penurunan kuat tekan diakibatkan karena adanya variasi penggantian oleh abu vulkanik terhadap semen dalam campuran beton. Peningkatan terjadi karena disebabkan oleh butiran abu vulkanik yang dapat memperkecil pori-pori yang ada.

Stevia (2009) melakukan penelitian tentang penggunaan pasir laut sebagai agregat halus terhadap kuat tekan beton.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa campuran beton menggunakan pasir laut tanpa perlakuan menghasilkan kuat tekan beton sebesar 15,2106 Mpa. Perlakuan dicuci sebesar 18,0418 Mpa, perlakuan disiram sebesar 14,6555 Mpa.

Pada saat terjadi erupsi gunung sinabung, kandungan abu vulkanik dan yang dimuntahkan berjumlah sangat besar. Oleh karena itu penulis mencoba menggunakan abu vulkanik sinabung sebagai objek kajian penelitian Tugas Akhir ini. Dimana penulis akan melakukan pengkajian pengaruh abu vulkanik terhadap nilai kuat tekan beton (Job Mix Design).

METODE PENELITIAN

Pelaksanaan pengujian penelitian ini dilakukan pada tanggal tanggal 6 April 2020 di Laboraturium Institut Teknologi Medan.

Penelitian ini terdiri dari beberapa kajian eksperimental laboraturium yang meliputi:

1. Penyediaan bahan 2. Pemerikasaan bahan

3. Pengujian Slump (slump test) 4. Pembuatan benda uji

5. Perawatan beton

6. Pegujian kuat tekan beton

Penelitian ini menggunakan metode

percobaan di laboratorium. Bahan uji yang

digunakan Abu Vulkanik Gunung Sinabung

yang di dapat dari desa Sigarang Garang

Kecamatan Namun Teran kabupaten Karo di

bawah kaki gunung sinabung.

(3)

46 Persiapan Bahan Untuk Campuran

a. Semen

Pada penelitian ini semen yang digunakan ialah semen padang pada jenis semen Portland tipe I (Ordinary Portland Cement). Semen portland ini adalah jenis semen yang sering di gunakan dari pekerjaan kecil hingga proyek besar. Semen tersebut didapat dari toko bangunan sekitaran kampus Institut Teknologi Medan.

b. Agregat Halus

Bahan uji yang diteliti yaitu pasir Pantai Muara Indah Desa Denai Kuala kecamatan Pantai Labu kabupaten Deli Serdang. Pasir pantai ini memiliki partikel butiran yang agak halus.pasir pantai memiliki kandungan garam garam mineral, maka sebelum dipakai alangkah baiknya dilakukan proses pencucian agar garam mineral yang terkadung dalam pasir tersebut bisa hilang.

c. Agregat kasar

Pada penelitian ini agregat kasar yang digunakan adalah batu pecah diperoleh dari PT. DINAMIC.DTX, Patumbak pasar II, Sumatea Utara.

d. Air

Air yang digunakan pada penelitian ini adalah air dari PDAM yang terdapat pada laboratorium beton Institut Teknologi

Medan.

e. Abu vulkanik

Bahan uji yang diteliti yaitu abu vulkanik Gunung Sinabung sebagai bahan pengganti sebagian semen pada campuran beton. Abu vulkanik memiliki partikel butiran sangat halus. Abu vulkanik memiliki kandungan silika yang tinggi bagus untuk bahan campuran beton. Abu vulkanik harus disaring terdahulu sebelum digunakan, saringan yang dipakai lolos sarinagn 100 sehingga abu vulkanik bisa digunakan untuk penggantian sebagian semen.

Metode Pelaksnaan

Metode pelaksanaan dilakukan dengan:

a. Pengambilan bahan uji Pasir Pantai b. Pasir Pantai sebagian dicuci dan sebagaian tidak dicuci kemudian disaring

menggunakan ayakan no 4,no 8,no 16,no 30,no 60,no 100

c. Melakukan Pengujian Agregat halus dan Kasar meliputi :

1. Berat isi 2. Berat jenis 3. Abration test

4. Pengujian kadar organik

d. Melakukan penimbangan pasir pantai yang dicuci dan pasir pantai tidak dicuci dan variasi abu vulkanik berdasar umur beton

e. Menyiapkan cetakan mall balok ukuran 15 × 15 × 15 yang telah dioleskan pelumas sehingga mudah pengerjaannya.

f. Menetapkan Mix Design.

g. Merendam sampel kedalam bak dengan umur 14 hari, 21 hari dan 28 hari.

h. Pengangkatan sampel benda uji pada hari ke-28 dan dikeringkan selama 24 jam.

i. Uji kuat tekan beton.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pemerikasaan Bahan

A. Uji kadar organik

Pengujian ini berguna untuk mengetahui kadar organik dari pasir pantai dicuci dan pasir pantai tidak dicuci. Dari hasil tes pengujian pasir pantai dicuci adalah warna air adalah kuning terang (standar warna no 2), pasir pantai tidak dicuci adalah kuning gelap (standar warna nomor 3) dimana persyaratan kandungan organiknya memenuhi persyaratan, digunakan dalam campuran beton. Uji kadar organik dalam pasir dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hasil Kadar Organik pasir pantai dicuci

(4)

47

Gambar 2. Hasil Kadar Organik pasir pantai tidak dicuci

B. Uji Saringan Agregat Halus

Hasil uji saringan agregat halus dapat dilihat pada Tabel 1 dengan total persen komulatif beban tertahan adalah 2,422%, perhitungan fine modulusnya didapat:

Tabel 1. Perhitungan fine modulus

FM = = = 2,42 %

Pada Gambar 3 dapat dilihat grafik persentase agregat halus dapat digambarkan pada area zone III. SK SNI S–04–1989–F mendefenisikan bahwa persentase agregat halus pada zona III tersebut adalah jenis pasir agak halus

.

Gambar 3. Perhitungan grafik persentase aregat halus zona III

C. Uji Saringan Agregat Kasar

Hasil uji saringan agregat kasar dapat dilihat pada Tabel 2 dengan total persen komulatif beban tertahan adalah 6,425%, fine modulusnya didapat:

% 425 ,

% 6 100

5 , 642

% 100

%  

kumulatif FM

Pada Gambar 4 dapat dilihat grafik persentase agregat kasar dapat digambarkan pada area zone I. SK SNI S–04–1989–F mendefenisikan bahwa persentase agregat kasar pada zona I tersebut adalah layak digunakan.

Gambar 4. Grafik persentase ayakan lolos zona I Tabel 2. Hasil Uji Analisa Saringan Agregat kasar

Uji Kadar Lumpur dan Lumpur

Dari hasil uji kadar lumpur dan

lempung yang kerikil digunakan memiliki

kadar lumpur 1% dan persyaratan agregat

kasar yang dapat dipergunakan sebagai

(5)

48 bahan campuran beton memilki kadar

lumpur dan lempung ≤ 1% sehingga kerikil tersebut telah memenuhi persyaratan.

a. Abration Test

Pekerjaan : Abration test Berat sampel: 5000 gram Sampel A:

- Berat benda uji sebelum percobaan (A) = 5000 gram

- Berat benda uji sesudah percobaan (B) = 4492 gram

Keausan:

% 16 , 10 5000 100

4492

100  5000  

x x

A B A

Tabel 3. Data Percobaan Abration Test

SARINGAN JUMLAH SAMPEL

LOLOS TERTAHAN C (gram)

3/8 ¼ 2500

¼ No. 4 2500

TOTAL 5000

JUMLAH BOLA

BAJA 8

b. Modulus Kehalusan Semen Pekerjaan : Kehalusan Semen Berat sampel: 500 gr

Tabel 4. Kehalusan Semen

Menurut ASTM, butiran semen yang lewat ayakan saringan no 200 harus lebih dari 78% jika tidak semen tersebut kurang baik untuk digunakan hasil dari percobaan menunjukkan bahwa butiran semen yang lewat ayakan no 200 adalah 85,3% maka semen tersebut baik untuk digunakan.

c. Air

Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan- bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau bahan- bahan lainnya yang merugikan terhadap beton. Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton yangmenggunakan air dari sumber yang sama. Hal ini harus dilakukan agar kualitas beton yang diinginkan sesuai persyaratan.

D. Analisa Abu Vulkanik Sinabung

Hasil uji saringan abu vulkanik dapat dilihat 4.6 abu vulkanik Gunung Sinabung.abu vulkanik sinabung memiliki karakteristik yang hampir sama dengan karakteristik abu vulkanis lainnya. Abu vulkanik Gunung Sinabung merupakan partikel halus dengan butir <0,26 mm dan memiliki warna abu-abu muda.

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa abu vulkanis dan abu batu giling memiliki kandungan SiO

2

+ Al

2

+ O

3

+ Fe

2

O

3

> 70% menurut ASTM C618 termasuk ke dalam kategori pozzolan kelas N sehingga berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan substutusi semen.

Tabel 5. Hasil Pengujian Kandungan Kimia

Unsur Abu Vulkanis Abu Batu Giling

SiO2 55,26 % 58,66 %

Fe2O3 4,68 % 4,41 %

Al2O3 18,05 % 20,24 %

CaO 7,13 % 6,88 %

Sumber: pengujian Laboraturium Sucofindo (2008)

Pengujian Kuat Tekan Normal

Tabel 6. Data Elevasi Beban Tekan Kubus (Beton Normal)

No Beton Normal

14 hari 21 hari 28 Hari

1 17,52 12,91 16,97

2 12,57 11,62 16,05

3 12,49 10,70 16,78

Rata- rata

15,86 11,74 16,60

Berdasarkan Tabel diatas dapat

disimpulkan bahwa kuat tekan beton dengan

campuran normal, menghasilkan kuat tekan

(6)

49 rata-rata yang lebih rendah dari pada mutu

rencana 20,35 Mpa pada saat usia benda uji 14 hari, 21 hari, dan 28 hari. Dari tabel diatas dapat digambarkan time history atau perjalanan proses pengikat beton dari waktu ikat awal umur 14 hari sampai beton itu mengikat pada umur 28 hari pada Gambar 5.

Gambar 5. Hubungan beban tekan kubus beton normal terhadap umur

Kuat Tekan Beton Dengan Pasir Pantai Dicuci 14 Hari Dengan Variasi Abu Vulkanik

Berdasarkan Tabel diatas diperoleh bahwa kekuatan beton dengan pengganti semen 5 %, 7,5 % dan 10 % Abu Vulkanik + pasir pantai dicuci pada umur 14 hari, menghasilkan kuat tekan rata - rata yang lebih rendah dari mutu rencana yaitu 20,35 Mpa. Dari tabel diatsa dapat digambarkan perjalanan proses pengikatan beton dari variasi 5 % abu vulkanik sampai 10 % variasi abu vulkanik umur beton 14 hari.

Tabel 7. Kuat Tekan Beton Dicuci 14 Hari

No Normal 5 % 7,5 % 10 %

1 17,52 15,86 14,39 13,46

2 14,57 15,12 13,46 15,68

3 15,49 17,52 15,49 15,86

Rata – rata

15,86 16,17 14,45 15,00

Gambar 6. Perbandingan Kuat Tekan Beton Pasir Pantai Dicuci Pada Umur 14 Hari

Kuat Tekan Beton Dengan Pasir Pantai Dicuci 21 Hari Dengan Variasi Abu Vulkanik

Tabel 8. Kuat Tekan Beton Pasir Pantai Dicuci 21 Hari

No Normal 5 % 7,5 % 10 %

1 12,91 9,59 6,64 14,02

2 11,62 9,22 5,90 15,31

3 10,70 9,96 7,38 17,71

Rata – rata

11,74 9,59 6,64 15,68

Berdasarkan Tabel diatas diperoleh bahwa kekuatan beton dengan pengganti semen 5 %, 7,5 %, dan 10 % Abu Vulkanik + pasir pantai dicuci pada umur 21 hari, menghasilkan kuat tekan rata - rata yang lebih rendah dari mutu rencana yaitu 20,35 Mpa. Dari table diatas dapat digambarkan perjalanan proses pengikatan beton dari variasi 5 % abu vulkanik sampai 10 % variasi abu vulkanik umur beton 21 hari.

Gambar 7. Kuat tekan pasir pantai dicuci umur 21 hari

Kuat Tekan Beton Dengan Pasir Pantai Dicuci 28 Hari Dengan Variasi Abu Vulkanik

Tabel 9. Kuat Tekan Beton Pasir Pantai Dicuci 28 Hari

No Normal 5 % 7,5 % 10 %

1 16,97 16,05 16,53 16,97

2 16,05 20,10 17,45 17,63

3 16,78 18,56 17,52 16,60

Rata

– rata 16,60 18,24 17,17 17,10

(7)

50 Berdasarkan Tabel diatas Diperoleh

bahwa kekuatan beton dengan pengganti semen 5 %, 7,5 %, dan 10 % Abu Vulkanik + pasir pantai dicuci pada umur 28 hari, menghasilkan kuat tekan rata - rata yang lebih rendah dari mutu rencana yaitu 20,35 Mpa. Dari tabel diats dapat digambarkan perjalanan proses pengikatan beton dari variasi 5 % abu vulkanik sampai 10 % variasi abu vulkanik umur beton 28 hari

Gambar 8. Perbandingan kuat tekan beton pasir pantai dicuci pada umur 28 hari

Kuat Tekan Beton Dengan Pasir Pantai Tidak Dicuci 14 Hari Dengan Variasi Abu Vulkanik

Tabel 10. Kuat Tekan Beton Pasir Pantai Tidak Dicuci 14 Hari

No Normal 5 % 7,5 % 10 %

1 17,52 14,20 17,89 17,89

2 14,57 16,05 14,76 20,29

3 15,49 16,60 16,60 17,89

Rata – rata

15,86 15,62 16,42 18,69

Berdasarkan Tabel diatas Diperoleh bahwa kekuatan beton dengan pengganti semen 5 %, 7,5 %, 10 % Abu Vulkanik + pasir pantai tidak dicuci pada umur 14 hari, menghasilkan kuat tekan rata - rata yang lebih rendah dari mutu rencana yaitu 20,35 Mpa. Dari tabel diatas dapat digambarkan perjalanan proses pengikatan beton dari variasi 5 % abu vulkanik sampai 10 % variasi abu vulkanik umur beton 14 hari.

Gambar 9. Perbandingan kuat tekan beton pasir pantai tidak dicuci pada umur 14 hari

Kuat Tekan Beton Dengan Pasir Pantai Tidak Dicuci 21 Hari Dengan Variasi Abu Vulkanik

Tabel 11. Kuat Tekan Beton Pasir Pantai Tidak Dicuci 21 Hari

No Normal 5 % 7,5 % 10 %

1 12,91 13,46 14,57 12,54

2 11,62 14,39 11,99 13,10

3 10,70 15,31 11,99 14,02

Rata – rata

11,74 14,39 12,85 13,22

Berdasarkan Tabel diatas Diperoleh bahwa kekuatan beton dengan pengganti semen 5 %, 7,5 %, 10 % Abu Vulkanik + pasir pantai tidak dicuci pada umur 21 hari, menghasilkan kuat tekan rata - rata yang lebih rendah dari mutu rencana yaitu 20,35 Mpa. Dari tabel diatas dapat digambarkan perjalanan proses pengikatan beton dari variasi 5 % abu vulkanik sampai 10 % variasi abu vulkanik umur beton 21 hari.

Gambar 10. Perbandingan kuat tekan beton pasir pantai tidak dicuci pada umur 21 hari

(8)

51 Kuat Tekan Beton Dengan Pasir Pantai

Tidak Dicuci 28 Hari Dengan Variasi Abu Vulkanik

Tabel 12. Kuat Tekan Beton Pasir Pantai Tidak Dicuci 28 Hari

No Normal 5 % 7,5 % 10 %

1 16,97 16,78 15,68 17,89 2 16,05 17,82 15,68 18,26 3 16,78 17,52 15,68 17,15 Rata –

rata

16,60 17,37 15,68 17,77

Berdasarkan Tabel diatas Diperoleh bahwa kekuatan beton dengan pengganti semen 5 %, 7,5 %, 10 % Abu Vulkanik + pasir pantai tidak dicuci pada umur 28 hari, menghasilkan kuat tekan rata - rata yang lebih rendah dari mutu rencana yaitu 20,35 Mpa. Dari tabel diatas dapat digambarkan perjalanan proses pengikatan beton dari variasi 5 % abu vulkanik sampai 10 % variasi abu vulkanik umur beton 28 hari.

Gambar 11. Perbandingan kuat tekan beton pasir pantai tidak dicuci pada umur 28 hari

Gambar 12. Perbandingan kuat tekan beton masing- masing umur pasir pantai dicuci

Gambar 13. Perbandingan kuat tekan beton masing- masing umur pasir pantai tidak dicuci

Gambar 14. Hubungan Variasi Persen Campuran Terhadap Kuat Tekan Beton Pasir Pantai Dicuci

Gambar 15. Hubungan Variasi Persen Campuran Terhadap Kuat Tekan Beton Pasir Pantai Tidak Dicuci

Pembahasan

Hasil pengujian potensi abu vulkanik

dengan ukuran butir lebih kecil 0,15 mm

sebagai pengganti sebagian semen dengan

variasi 5 %, 7,5 % dan 10 % tidak terjadi

peningkatan mutu beton yang direncanakan

yaitu 20,35 Mpa (K250). kuat tekan

(9)

52 dengan menggunakan pasir pantai sebagai

pengganti agregat halus dan abu vulkanik sebagai pengganti sebagian semen pada penelitian ini, dimana dalam pembuatan beton dengan menggunakan pasir pantai dicuci dan tidak dicuci dengan masa perawatan atau umur beton yaitu 14 hari, 21 hari, 28 hari . Jumlah sampel yang digunakan masing-masing sebanyak 3 buah benda uji.

Hasil dari pengujian kuat tekan beton menggunakan tiap variasi abu vulkanik

Dari hasil pengujian nilai kuat tekan beton pada pasir pantai dicuci umur 14, 21 dan 28 hari terjadi peningkatan kuat tekan pada umur 14 hari dan 21 hari dan peningkatan terjadi pada umur 28 hari.

Dari hasil pengujian kuat tekan beton pada pasir pantai tidak dicuci umur 14, 21 dan 28 hari terjadi 14 hari dan 21 hari penurunan kuat tekan beton dan peningkatan terjadi umur 28 hari

Pada umur 21 hari terjadi penurunan kuat tekan beton antara pasir pantai dicuci maupun pasir pantai yang tidak dicuci diakibatkan terlalu lama terjadinya penggetaran di meja getar (Vibration Table Test), maka terjadinya banyak penurunan agregat halus dalam campuran di dalam mal kubus.

KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa potensi abu vulkanik ukuran butir lebih kecil 0,15 mm pengganti sebagian semen, tidak terjadi peningkatan kuat tekan beton yanvg direncanakan yaitu 20,35 Mpa (K-250).

Hasil pengujian kuat tekan pasir pantai dicuci terbesar diperoleh dari umur 28 hari dimana variasi 5 % 28 hari nilai kuat rata- rata yang didapat yaitu 18,24 Mpa. Hasil pengujian kuat tekan pasir pantai tidak dicuci terbesar diperoleh dari umur 28 hari dimana variasi 10 % 28 hari nilai kuat rata-rata yang didapat yaitu 17,77 Mpa.

Berdasarkan hasil analisa data pengujian pasir pantai dicuci mengalami peningkatan kuat tekan beton pada umur 28 hari. Dan hasil dari analisa data pengujian

pasir pantai tidak dicuci mengalami peningkatan kuat tekan beton pada umur 28 hari.

Hasil dari pengujian kuat tekan beton dengan mutu K 250 yang mempunyai nilai kuat tekan 20,35 Mpa yang diperoleh, pasir pantai yang dicuci dan pasir pantai tidak dicuci dan variasi abu vulkanik digunakan sebagai bahan campuran beton dengan pengganti agregat halus dan penggantian sebagian semen dikarenakan kuat tekan pasir pantai dicuci maupun pasir pantai tidak dicuci pada umur 28 hari tidak memenuhi persyaratan mutu beton 20,35 (K 250).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim., 1991. SNI T-15-1990-03. Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton Normal, Departemen, Yogyakarta.

Antoni dan Paul Nugraha., 2007. Teknologi Beton. Penerbit. C.V Andi Offset, Yogyakarta.

ASTM Standards, 2004, ASTM C 150 150 – 04 Standards Specification For

Portland Cement, ASTM

International, West Conshohocken, PA.

Departemen Pekerjaan Umum, 1982.

Persayaratan Umum bahan bangunan di Indonesia, PUBI-1982, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

F.X Supartono., Beton berkinerja tinggi, keunggulan dan permasalahannya;

Jakarta : Seminar HAKI tanggal 25 Agustus 1998.

Frick, H., dan Koesmartadi., C. 1999, Ilmu Bahan Bangunan, Penerbit Hascarya, S.Yogyakarta.

Kardiyono Tjokrodimulyo., 1992, Bahan

bangunan, Yogyakarta: Fakultas

Teknik Universitas Gadjah Mada.

(10)

53 Kardiyono Tjokrodimulyo., 1989. Laporan

penelitian hubungan factor air semen dan ketahanan aus pada beton dengan pasir sungai krasak. Yogyakarta:

Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.

L.J. Murdock, K.M. Brook., 1999, Bahan dan praktek beton. Jakarta: Erlangga.

Mulyono, T., 2005. Teknologi Beton, Andi Offset, Yogyakarta.

Mulyono, T., 2003. Concrete Technology, Andi Offet, Yogyakarta.

SNI 03-2834-2000, Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal, Badan Standardisasi Nasional.

SNI 2847-2013, Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung:

Badan Standarisasi Nasional.

Tjokrodimuljo, K., 1996. Teknologi Beton.

Nafiri: Yogyakarta.

Tjokrodimuljo, K., 2007, Teknologi Beton, Biro penerbit: Yogyakarta.

Taviana, Dian, dkk.,2013, Material Gunung

Sinabung sebagai bahan konstruksi.

Biro penerbit: Yogyakarta.

Ramang, 2014, kuat tekan pasir laut alor dicuci dan pasir lau tidak dicuc.: Bali:

Falkultas Teknik Sipil Universtas

Undayana

Gambar

Gambar 1.  Hasil Kadar Organik pasir pantai dicuci
Tabel 1.  Perhitungan fine modulus
Tabel 4. Kehalusan Semen
Gambar 5.  Hubungan beban tekan kubus beton  normal terhadap umur
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai negara kepulauan yang diharuskan menetapkan batas wilayah perairan, sebaiknya Indonesia mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan di dalam UNCLOS III

Penelitian ini akan dilakukan di Usaha Kelompok Budidaya Itik “Sumber Rejeki” di Desa Tawangrejo, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur.Teknik

Untuk mendeteksi pergerakan yang mengindikasikan pergerakan jatuh, terlebih dahulu diambil data training pada gerakan (Activity Daily Living) ADL seperti duduk, berjalan

8 Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang peran pengawas menelan obat tuberkulosis dalam meningkatkan kepatuhan minum obat pada

Pola asuh demokratik ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dengan anaknya. Mereka membuat aturan-aturan yang disetujui bersama. Anak diberi kebebasan untuk

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan (1) terdapat pengaruh langsung secara signifikan pola asuh orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP

vortisitas potensial ini dapat diterapkan secara langsung untuk memahami dinamika atmosfer baik di level atas maupun level bawah (6). Oleh karena itu, dalam

Waliyyullah Harun bin Hasan dilahirkan di kota Tarim, dikaruniai 4 orang anak lelaki, masing- masing bernama : Ali ; Ahmad : Abdurrahman ; dan Abdullah Asshaleh ; yang kesemuanya