• Tidak ada hasil yang ditemukan

LRC. Oleh : Herman Rakha / Peneliti LRC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LRC. Oleh : Herman Rakha / Peneliti LRC"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Oleh : Herman Rakha / Peneliti LRC

Hutan merupakan salah satu aset yang perlu dijaga dan dilestarikan keberadaannya. Seperti telah kita ketahui bersama, bahwa hutan merupakan paru-paru bumi, satwa hidup, pohon-pohon, hasil tambang dan berbagai sumber daya lainnya yang bisa kita dapatkan dari hutan yang tak ternilai harganya bagi manusia. Hutan juga merupakan sumberdaya alam yang memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan manusia, baik manfaat tangible yang dirasakan secara langsung, maupun intangible yang dirasakan secara tidak langsung. Manfaat langsung seperti penyediaan kayu, satwa, dan hasil tambang. Sedangkan manfaat tidak langsung seperti manfaat rekreasi, perlindungan dan pengaturan tata air, pencegahan erosi. Keberadaan hutan, dalam hal ini daya dukung hutan terhadap segala aspek kehidupan manusia, satwa dan tumbuhan sangat ditentukan pada tinggi rendahnya kesadaran manusia akan arti penting hutan di dalam pemanfaatan dan pengelolaan hutan. Hutan menjadi media hubungan timbal balik antara manusia dan makhluk hidup lainnya dengan faktor – faktor alam yang terdiri dari proses ekologi dan merupakan suatu kesatuan siklus yang dapat mendukung kehidupan (Reksohadiprojo, 2000).

Indonesia memiliki daratan dengan luas kurang lebih 188 juta hektar dengan 7 (tujuh) pulau utama (Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua dan Bali/Nusa Tenggara) dengan 33 provinsi pemerintahan. Dari 188 juta hektar daratan tersebut, seluas 132,667 juta hektar diklasifikasikan sebagai kawasan hutan.Luas hutan terdiri dari fungsi-fungsi hutan konservasi (10.49% dari penutupan lahan), hutan lindung (15.90%), hutan produksi (44.10%), dan kawasan tidak berhutan atau penggunaan lahan lainnya (29.49%) (BAPLAN). Angka-angka resmi Kementerian Kehutanan menunjukkan bahwa hilangnya kawasan hutan dan degradasi hutan masih terus berlangsung di kawasan konservasi (untuk pembangunan sektor-sektor lain, seperti perkebunan dan transmigrasi),, meskipun hutan lindung juga ikut terpengaruhi. Laju deforestasi tahunan diperkirakan 1.089 juta hektar (Buku Statistik Kehutanan, 2006). Secara rerata, Sumatra dan Kalimantan menempati urutan tertinggi untuk laju deforestasi kemudian diikuti oleh Sulawesi, Papua, Jawa dan Bali/Nusa Tenggara.

Dalam laporan Direktorat Jendral RLPS (Tahun 2006) kawasan hutan di Provinsi Nusa Tenggara Barat termasuk ke dalam kawasan hutan yang mengalami ancaman degradasi hutan paling tinggi selain hutan di kawasan pulau Jawa. Kerusakan hutan di NTB lebih disebabkan karena adanya kegiatan alih fungsi yang tidak tepat serta pembukaan lahan yang dilakukan oleh masyarakat untuk tanaman musiman tanpa melakukan tindakan-tindakan konservasi merupakan faktor yang menyebabkan degradasi lahan serta kerusakan hutan.Penyebab utama deforestasi adalahekspansi pertanian dan pesatnya pertumbuhan populasi. Rendahnya pengelolaan dan pengawasan di sektorkehutanan oleh pemerintah menjadipenyebab lainnya.

“Dari luas hutan yang ada di seluruh wilayah NTB seluas 1.071.722,83 hektar are, 50 persen atau sekitar 500 ribu hektar di antaranya telah mengalami kerusakan parah, baik karena aksi pembalakan liar maupun perambahan oleh masyarakat tidak bertanggung jawab” kata Kepala Dinas Kehutanan Provinsi NTB, Husnanidiaty Nurdin. Menurutnya, kerusakan paling parah terjadi di Pulau Sumbawa, dimana kayu jati paling banyak ditebang secara liar oleh warga di kawasan hutan, kemudian dijual ke luar NTB seperti Bali dan Pulau Jawa(GATRAnews/Senin, 14/11/2016).Luasan kerusakan hutan tersebut bertambah dari luas kerusakan pada 2015 seluas 200.309 hektar dengan penyebab yang sama yaitu aksi pembalakan liar dan perambahan sebagai penyebab utama.

Untuk mengatasi laju deforestri dan degradasi yang semakin bertambah maka, perlu diambil langkah-langkah penyelamatan dengan melibatkan semua pihak yang dalam hal ini adalah keterlibatan masyarakat lokal untuk berperan aktif didalam pengelolaan hutan dan pemanfaatan sumberdaya hutan.Pelibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan sumberdaya hutan diharapkan akan memberikan jaminan keberlanjutan fungsi ekologi, produksi, dan fungsi sosial melalui

LRC

(3)

pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan, karena masyarakat lokal memiliki sejumlah pengetahuan atau kearifan lokal sebagai hasil pembelajaran dan pengalaman berinterkasi dengan lingkungan alaminya dalam jangka waktu yang panjang (Hamzari, 2007).

Dalam upaya penyelamatan kawasan hutan dari deforestri dan degradasi lahan yang terjadi maka pemerintah dalam RPJMN 2015-2019 menargetkan 12,7 juta hektar untuk dapat dikelola oleh masyarakat melalui berbagai skema pengelolaan yang antara lain melalui skema skema HKm, HD, HTR, Hutan Adat, Hutan Rakyat (HR), dan Kemitraan. Upaya tersebut diharapkan menjadi pilihan jalan keluarkonflik tenurial yang mewarnai sektor kehutanan. Pemerintah juga akanmengembangkan Perhutanan Sosial, dengan target 5000 kelompokusaha sosial dan kemitraan hingga tahun 2019. Program skema pengelolaan hutan ini bertujuan untuk meminimalisir kerusakan hutan yang semakin bertambah. Hal ini disebabkan bahwa masyarakat yang berada di kawasan hutan tergolong dalam masyarakat pra sejahtera atau miskin sehingga, dengan kondisi kesehjateraannya yang sangat kurang masyarakat cenderung masuk ke dalam hutan dan melakukan eksploitasi sembarangan hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidupnya.

Perhutanan Sosial ibarat bahasa yaitu penyampai gagasan agar masyarakat dapat mengelola dan memanfaatkan hasil hutan sebagai tambahan penghasilan. Perhutanan sosial bukanlah merupakan produk baru dari kebijakan yang diberikan oleh pemerintah namun, merupakan suatu istilah baru karena sesungguhnya perhutanan sosial telah diperkenalkan pertama kali pada tahun 1970-an dimana kebijakan ini menempatkan masyarakat sebagai pelaku utam pengelolaan hutan yang bertujuan meningkatkan kesehjateraan sekaligus menjaga kelestarian hutan. Perhutanan sosial dapat digunakan sebagai mata rantai penghubung antara isu pengelolaan hutan dan kesehjateraan sosial. Dalam hal pengelolaan hutan ternyata porsi hak pemgelolaan yang dimiliki oleh korporasi terdapat kesenjangan yang sangat mencolok, dimana dari total 120 juta hektar luas hutan yang ada di Indonesia 0,8% saja yang bermanfaat langsung kepada masyrakat berbading dengan 27% yang dikuasai oleh korporasi.

Ketimpangan kesehjateraan dan ketimpangan sosial yang dialami masyarakat di sekitar kawasan hutan menjadi perhatian kita bersama. Akses pengelolaan hutan yang terbatas serta rendahnya kepemilikan lahan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan masih terjadinya aktivitas perambahan hutan yang dilakukan oleh masyarakat secara ilegal. Melalui program perhutanan sosial yang masuk dalam RPJM 2015-2019 pemerintah mengharapkan ketimpangan kesehjateraan dan ketimpangan sosial yang dialami masyarakat sekitar hutan dapat berkurang.

Program perhutanan sosial ini juga merupakan program strategis dimana, masyarakat dapat mengelola hutan secara mandiri untuk dikelola sehingga memberikan dampak terhadap perubahan peningkatan kesehjateraan masyarakat.

Dalam upaya pengelolaan hutan, masyarakat dapat memanfaatkan komoditi atau tanaman lokal yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Salah satu tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi sekaligus memiliki nilai konservasi adalah pohon Gaharu, Kemiri, atau pohon Aren. Kenapa tiga jenis tanaman ini yang direkomendasikan, hal ini karena tanaman-tanaman tersebut merupakan jenis tanaman lokal dan banyak terdapat di Indonesia. Selain itu pula, ketiga jenis tanaman itu didalam perawatannya tidak terlalu susah dan sangat cocok untuk dibudidayakan sekaligus sebagai usaha perlindungan lingkungan dan kelestarian hutan.

GAHARU 1.

Pohon Gaharu (Aqualaria spp) merupakan jenis pohon kayu keras yang sangat mudah untuk dibudidayakan di daerah tropis seperti Indonesia. Gaharu tidak memerlukan tempat berkembangbiak secara khusus. Gaharu termasuk salah satu jenis pohon termahal di dunia karena adanya resin atau gubal yang terkandung di dalam pohon Gaharu sehingga menyebabkan harga

LRC

(4)

pohon ini sangat mahal. Mahalnya kayu Gaharu berdampak pada terancamnya kelestarian pohon Gaharu di habitat aslinya karena Gaharu merupakan komoditi hasil hutan bukan kayu yang bernilai ekonomi tinggi.

Melalui perhutanan sosial dimana kedepannya masyarakat membudidayakan tanaman Gaharu diharapkan terjadi pertumbuhan tingkat kesehjateraan masyarakat karena nilai ekonomi yang tinggi yang terdapat dalam pohon Gaharu. Selain itu pohon Gaharu yang terancam punah di habitatnya dapat dicegah karena tindakan masyarakat yang membudidayakan tanaman Gaharu ini.

Pengembangan tanaman Gaharu ini juga merupakan upaya pemberdayaan masyarakat petani dalam suatu wilayah yang bertumpu kepada potensi nilai, lokasi, sumberdaya alam, sumberdaya manusia.

Pengembangan Gaharu ini juga dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat sekitar hutanuntuk merasakan manfaat ekonomi.

AREN 2.

Pada hakekatnya perhatian semua pihak terhadap pohon aren masih sangat kurang, mulai dari masyarakat, pemerintah dan pelaku agroindustri aren masih kurang tergugah perhatiannya terhadap pohon penghasil nira ini, padahal sungguh luar biasa sumbang sihnya terhadap peningkatan pendapatan keluarga dan penyerapan tenaga kerja jika dikelola dengan baik.

Peran dan fungsinya terhadap lingkungan hidup, sangat mendukung kelestarian sumber daya alam, pohon ini memberikan nilai ekonomi yang tak ternilai besarnya karena berfungsi sebagai tanaman konservasi yang sangat efektif dalam penanggulangan degradasi lahan dan reboisasi. Sumbang sih tanaman perkebunan yang satu ini terhadap kelestarian lingkungan sudah tidak diragukan lagi, maka dari itu sangat cocok digunakan sebagai tanaman dalam upaya pelestarian lahan, air dan lingkungan tumbuh lainnya. Hal ini dikarenakan aren dapat tumbuh dengan baik pada berbagai ekosistem, aren toleran pada pertanaman campuran, aren memiliki perakaran dan tajuk yang lebat, tidak memerlukan pemeliharaan yang intensif, sehingga cocok digunakan pada lahan marginal.

Pohon aren mempunyai perakaran yang dapat mencapai kurang lebih enam meter pada kedalaman tanah dan memiliki sifat melebar keseluruh arah, hal ini tentu akan sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya erosi tanah dan longsor.Daunnya yang cukup lebat dengan batang yang tertutup lapisan ijuk, sangat efektif menahan hempasan air hujan secara langsung kepermukaan tanah.

Fungsi produksi pohon aren dapat diperoleh mulai dari akar, batang, daun, bunga dan buah.Sungguh tak ternilai yang dihasilkan oleh sebatang pohon aren, bayangkan saja semua bagian tubuhnya mempunyai nilai ekonomi, memberikan manfaat bagi manusia dan lingkungan sekitarnya.

Memperhatikan filosofi pohon aren dan azas manfaat yang dihasilkannya, memberikan gambaran dan ajakan yang sangat tepat agar manusia bisa belajar dan memaknai hidup seperti pohon aren.

Artinya dalam menjalani hidup tidak membuat dan menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan dalam bentuk apapun akan tetapi sebaliknya, harus mampu menjaga dan memberikan kelestarian terhadap lingkungan.

Pohon aren menghasilkan 2 (dua) macam bunga, yaitu bunga jantan menghasilkan nira dan bunga betina menghasilkan buah, tentu buah ini menghasilkan biji yang biasa kita sebut kolang kaling dan menghasilkan multifungsi (bahan kolak, bahan manisan, bahan minuman bajigur, dan lain-lain). Jika nira disadap dan buah aren diambil untuk kolang kaling, toh pohon aren tetap diakui sebagai pohon penghasil nira dan kolang kaling.

KEMIRI 3.

LRC

(5)

Kemiri (Aleurites mollucana (L) Wild) merupakan salah satu tanaman serba guna (multi purpose tree species ) yang termasuk famili Euphorbiaceae. Tanaman ini dikenal sebagai penghasil biji yang dimanfaatkan untuk bumbu masak, bahan baku industri seperti cat, pernis, sabun, pengawet kayu, pembuatan lilin, obat-obatan dan kosmetik (Sunanto, 1994). Kayunya ringan dengan kelas awet V dan kelas kuat IV, dapat dibuat kayu lapis, peti, korek api, pulp dan peralatan rumah tangga karena mempunyai sifat pengerjaan yang mudah (Anonim, 1981).

Kulit biji ( cangkang) dapat dimanfaatkan untuk bahan obat nyamuk bakar dan arang. Ampas dari pengolahan minyak dapat digunakan untuk pakan ternak dan pupuk tanaman karena mengandung NPK yang cukup tinggi. Selain itu, pohon kemiri dapat berfungsi sebagai tanaman konservasi tanah dan air terutama di daerah aliran sungai (DAS) serta daerah bertopografi miring atau curam.

Prospek pemasaran buah kemiri di pasar lokal cukup baik, bahkan sudah menjadi komoditi ekspor ke Malaysia, Singapura, Amerika, Arab Saudi, Hongkong dan Australia. Prospek yang baik terhadap permintaan kemiri, belum dibarengi dengan peningkatan produktivitas tanaman kemiri maupun pendapatan petani, bahkan cenderung menurun. Penurunan tersebut, diduga disebabkan oleh sikap petani kemiri yang tidak merasakan keuntungan dari usaha kemiri sehingga mengkonversinya menjadi lahan usaha lain yang lebih menguntungkan.

Kemiri adalah salah satu hasil hutan bukan kayu dan merupakan tanaman multiguna yang bermanfaat tidak saja bagi kepentingan manusia tetapi juga bagi alam sebagai tanaman konservasi tanah dan air sehingga perlu dikembangkan melalui program hutan kemasyarakatan ataupun hutan tanaman industri. Pengusahaan kemiri belum dilaksanakan secara intensif dan masih bersifat usaha sampingan. Pengolahan daging biji kemiri masih dilaksanakan dengan cara sederhana tetapi ke depan sudah saatnya menggunakan mesin pemecah tempurung karena lebih efisien meskipun di sisi lain, pengolahan sederhana memberikan kontribusi ekonomi bagi para pengupas biji kemiri.

Manusia tidak bisa dipisahkan dengan lingkungannya, bahkan sangat tergantung pada lingkungannya. Untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, manusia memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di lingkungan sekitarnya. Melalui program perhutanan sosial ini diharapkan masyarakat terutama yang berada dalam kawasan hutan menjadi lebih memahami arti pentingnya menjaga kelestarian hutan serta melalui skema perhutanan sosial ini pula pemerintah dapat membantu masyarakat didalam upaya peningkatan kesehjateraannya.

Namun, peran pemerintah tidak cukup hanya dengan pemberian hak kelola hutan secara mandiri kepada masyarakat saja melainkan pemerintah berkewajiban memperketat pengawasan serta pendampingan agar tujuan utama dari program perhutanan sosial ini dapat tercapai. Terlebih sekarang ini kewenangan kehutanan telah diambil alih dari pemerintah kabupaten ke pemerintah provinsi sehingga, diharapkan fungsi pengawasan dan pendampingan yang dilakukan dapat maksimal.

LRC

Referensi

Dokumen terkait

Secara garis besar, 42 agenda prioritas itu berpusat pada pembenahan legislasi, pelayanan publik, pemberantasan korupsi dan mafia peradilan, penegakan hukum lingkungan,

Dengan latar belakang ini penulis mengangkat masalah mengenai “Analisis Yuridis Terhadap Pembajakan Buku (Ditinjau Terhadap Undang-Undang No. Adapun tujuan dari penelitian

Berdasarkan observasi yang dilakukan, untuk tempat penyimpanan buah, kebersihan gerobak, bak cuci, bak sampah, cara penyajian buah, kebersihan alat yang

Dalam pengungkapan sejarah diperlukan fakta dan bukti, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peninggalan masa pendudukan Jepang yang masih ada di Sumatera Timur pada

VoIP (Voice over Internet Protocol) atau dapat juga disebut sebagai Telepon Internet (Internet Telephony) merupakan salah satu terobosan dalam berkomunikasi secara luas dengan

Perubahan Aset Pajak tangguhan, Utang Pajak dan Laba Pada Laporan keuangan PT... Sumber dari laporan

Didapatkan hasil secara keseluruhan rencana pola tata tanam golongan 1956,605 l/detik menunjukan kondisi surplus, sehingga diperoleh hasil bahwa pola tata tanam baik