• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yth. Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan di Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Yth. Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan di Jakarta"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

DEPUTI BIDANG PENGAWASAN INSTANSI PEMERINTAH BIDANG POLITIK, HUKUM, KEAMANAN, PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

Jl. Pramuka Nomor 33 Jakarta 13120 Telepon (021) 8584862, 85910031 (Hunting) ext. 0321 Faksimile 85905504 Website http://www.bpkp.go.id email : [email protected]

Nomor : SP-154/D2/03/2021 4 Oktober 2021

Lampiran : Satu Laporan

Hal : Laporan Hasil Audit Tujuan Tertentu Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) dalam Belanja APBN Kementerian Pertahanan

Yth. Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan di Jakarta

Bersama ini kami sampaikan Laporan Hasil Audit Tujuan Tertentu Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) dalam Belanja APBN Kementerian Pertahanan, dengan pokok-pokok simpulan sebagai berikut:

A. Simpulan

1. Aspek Kebijakan

a. Kebijakan P3DN belum menjadi target/sasaran kinerja dalam Renstra Tahun 2020-2024 dan Perjanjian Kinerja tahun 2021;

b. Kementerian Pertahanan belum memiliki perencanaan yang memadai untuk membeli produk UMKM sebanyak minimal 40% dari total belanja barang dan modal;

c. Tim Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) pada Kementerian Pertahanan belum dibentuk;

d. KPA/PPK belum melaksanakan sistem monitoring atas kepatuhan P3DN;

e. Inspektorat Jenderal Kementerian Pertahanan belum Melaksanakan Pengawasan atas Kepatuhan P3DN.

2. Aspek Implementasi

a. Evaluasi penawaran atas Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) hanya terbatas pada eksistensi dokumen;

b. Perhitungan TKDN tidak didukung dengan dokumen yang memadai;

c. Pengenaan sanksi terkait pemenuhan TKDN belum diatur dalam klausul kontrak.

B. Rekomendasi

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, kami rekomendasikan kepada Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan agar:

1. Berkoordinasi dengan Baranahan guna menetapkan TKDN sebagai salah satu indikator kinerja dalam Renstra dan Perjanjian Kinerja;

(2)

2 2. Merencanakan pengawasan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri

(P3DN) dalam PKPT Inspektorat Jenderal Kementerian Pertahanan;

3. Berkoordinasi dengan KPA/PPK untuk menyiapkan sistem monitoring Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN);

4. Berkoordinasi dengan KPA/PPK dalam merencanakan pengadaan barang/jasa dengan mengikutsertakan UMKM;

5. Berkoordinasi dengan Ditjen Pothan, Ditjen Kuathan, dan Baranahan dalam pembentukan Tim P3DN. Tim P3DN Kementerian Pertahanan melaporkan secara berkala kepada Tim Nasional P3DN sesuai Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2018 tentang Tim Nasional P3DN;

6. Berkoordinasi dengan KPA/PPK untuk memerintahkan calon penyedia guna melengkapi data dukung perhitungan TKDN sesuai Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 16/M-IND/PER/2/2011 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri;

7. Berkoordinasi dengan KPA/PPK berkenaan dengan kelengkapan klausul kontrak mengenai sanksi administratif sesuai PP Nomor 29 Tahun 2018 tentang Pemberdayaan Industri.

Uraian selengkapnya hasil audit disajikan dalam Laporan Hasil Audit Tujuan Tertentu Nomor LATT-72/D201/1/2021 tanggal 30 September 2021 terlampir.

Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerja sama yang baik, kami mengucapkan terima kasih.

Ditandatangani secara elektronik oleh:

Deputi Kepala BPKP, Iwan Taufiq Purwanto

NIP 19680607 198903 1 001 Tembusan Yth.:

1. Kepala BPKP (sebagai laporan);

2. Direktur Jenderal Potensi Pertahanan;

3. Direktur Jenderal Kekuatan Pertahanan;

4. Kepala Baranahan Kementerian Pertahanan;

5. Deputi Kepala BPKP Bidang PIP Bidang Perekonomian dan Kemaritiman.

(3)

1

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

DIREKTORAT PENGAWASAN BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN Jalan Pramuka Nomor 33, Jakarta 13120

Telepon (021) 85910031(Hunting), Faksimile 021-85906848, e-mail:[email protected]

Nomor : LATT-72/D201/1/2021 30 September 2021

Hal : Laporan Hasil Audit Tujuan Tertentu Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) dalam Belanja APBN Kementerian Pertahanan

Kami telah melaksanakan Audit Tujuan Tertentu Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) dalam Belanja APBN Kementerian Pertahanan, dengan uraian sebagai berikut:

A. Dasar Penugasan

1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah;

2. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;

3. Peraturan Kepala BPKP Nomor 1 Tahun 2019 tentang Standar Kerja Pengawasan Intern BPKP;

4. Pedoman Pengawasan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) dalam Belanja APBN Kementerian/Lembaga Tahun 2021 dengan Nomor PED-13/D1/04/2021 tanggal 4 Juni 2021;

5. Surat Deputi Kepala BPKP Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Polhukam PMK Nomor S-444/D2/01/2021 tanggal 11 Juni 2021 hal Audit Tujuan Tertentu Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) dalam Belanja APBN Kementerian Pertahanan;

6. Surat Direktur Pengawasan Bidang Ekonomi Kreatif, Perdagangan, dan Ketenagakerjaan Nomor S-161/D1.04/2/2021 tanggal Juni 2021 hal Dukungan Pengawasan Kebijakan dan Implementasi Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri dalam Belanja APBN Kementerian/Lembaga Tahun 2021;

7. Surat Direktur Pengawasan Bidang Pertahanan dan Keamanan Nomor ST-95/D201/1/2021 tanggal 9 Juni 2021.

(4)

2 B. Tujuan dan Sasaran

Audit bertujuan untuk memberikan keyakinan bahwa kebijakan P3DN telah diimplementasikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2018 tentang Pemberdayaan Industri dan aturan terkait lainnya sebagai berikut:

1. Menguji kepatuhan terhadap kebijakan Pemerintah terkait dengan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri;

2. Memberikan rekomendasi terhadap penyimpangan dalam implementasi kebijakan Pemerintah terkait dengan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri;

3. Memberikan rekomendasi atas perbaikan terkait dengan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri;

Sasaran Audit Impelementasi Kebijakan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) pada Kementerian Pertahanan adalah meyakinkan aspek kebijakan dan implementasi P3DN pada Kementerian Pertahanan.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup audit meliputi kebijakan, implementasi, monitoring dan pengawasan APIP terhadap P3DN pada Kementerian Pertahanan dengan Belanja APBN Tahun 2021.

Audit dilakukan melalui uji petik pada kontrak pekerjaan di lingkungan Kementerian Pertahanan sebagai berikut:

No Uraian Pekerjaan Nomor dan Tanggal Kontrak Nilai

1 Heli Serbu TRAK/555/PLN/XII/2018/AD tanggal 28 Desember 2018

USD183,998,089.59 Equivalent Rp 2.632.461.587.755 2 KCR 60 M

(Platform/Sewaco)

TRAK/558/PDN/XII/2018/AL

tanggal 28 Desember 2018 Rp 1.662.500.000.000 3 Kapal Oshore Patrol

Vessel (OPV) 90 2 TNI AL

TRAK/55/PDN/IV/2020/AL tanggal

30 April 2020 Rp 1.085.000.000.000

4 Pengadaan Rantis P6 ATAV

TRAK/96/RM/VI/2020/AL tanggal 8

Juni 2020 Rp 86.742.500.000

5

Pekerjaan Konstruksi Pembangunan Lanjutan JIPP di Kalimantan Barat – Paket 1

TRAK/266/II/2021/PUSKON

tanggal 3 Februari 2021 Rp 94.804.000.000

6

Fire Control System (FCS), Surface to Air Missile (SAM) Pengganti Seawolf Kapal MRLF

TRAK/153/PLN/IV/2020/AL tanggal 27 April 2020

EUR20,931,750.00 Equivalent Rp 349.392.771.000

Jumlah (Equivalent) Rp5.910.900.858.755

Kurs berdasarkan Kurs tengah BI tanggal 30 September 2021: USD1.0 = Rp14.307,01 dan EUR1.0 = Rp16.692,00.

(5)

3 D. Waktu Pelaksanaan

Audit atas kebijakan dan implementasi kebijakan P3DN dalam Belanja APBN Tahun 2021 dilaksanakan selama 16 hari kerja dalam kurun waktu mulai 11 Juni 2021 s.d. 30 September 2021.

E. Informasi Umum

Nama Kementerian/Lembaga : Kementerian Pertahanan

Nama Pengguna Anggaran : Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto

Jabatan : Menteri Pertahanan

Alamat : Jl.Medan Merdeka Barat No. 13-14 Jakarta Pusat F. Kebutuhan Data dan Dokumen Audit

Tim audit telah menyampaikan daftar data dan dokumen yang diperlukan, dan telah dipenuhi dengan rincian sebagai berikut:

1. Peraturan/Kebijakan P3DN Kementerian;

2. Rencana Strategis dan Perjanjian Kinerja;

3. Dokumen Lelang;

4. Dokumen Kontrak;

5. Dokumen Evaluasi Penawaran;

6. Dokumen KAK dan RAB.

Sehubungan dengan data dan dokumen yang telah diterima oleh tim audit di atas, maka simpulan dan saran dari hasil audit ini hanya terbatas pada informasi yang tersedia.

G. Hasil Audit

1. Peraturan terkait P3DN pada Kementerian Pertahanan

a. Kementerian Pertahanan selain melaksanakan UU Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian juga melaksanakan UU Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan

(6)

4 1) Bagan Sumber Pendanaan Pengadaaan Barang dan Jasa

Bagan tersebut menggambarkan, pendanaan pengadaan yang berasal dari Pinjaman Luar Negeri (PLN) dan penyedianya dari luar negeri menerapkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan, sementara pendanaan yang berasal dari Pinjaman Dalam Negeri (PDN) dan rupiah murni menerapkan UU Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.

2) Bagan Perbandingan Imbal Dagang, Kandungan Lokal, Offset dengan TKDN

Bagan tersebut menggambarkan, pengadaan yang berasal dari PLN serta penyedianya juga dari luar negeri menerapkan UU Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan yang mana berlaku padanya Imbal Dagang, Kandungan Lokal, dan Offset. Sementara, pengadaan yang berasal dari PDN dan rupiah murni menerapkan UU Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian yang mana berlaku padanya TKDN.

(7)

5 b. Pasal 43 UU Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan ayat 1 s.d.

3 disebutkan bahwa:

1) Pengguna wajib menggunakan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan produksi dalam negeri.

2) Pengguna wajib melakukan pemeliharaan dan perbaikan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan di dalam negeri.

3) Dalam hal Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum dapat dipenuhi oleh Industri Pertahanan, Pengguna dan Industri Pertahanan dapat mengusulkan kepada KKIP untuk menggunakan produk luar negeri dengan pengadaan melalui proses langsung antarpemerintah atau kepada pabrikan.

c. Pelaksanaan UU Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan oleh Kementerian Pertahanan untuk pengadaan luar negeri/pengadaan yang dibiayai dari pinjaman luar negeri diatur dalam pasal 43 ayat 5 sebagai berikut:

Pengadaan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan produk luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan belum atau tidak bisa dibuat di dalam negeri;

2) mengikutsertakan partisipasi Industri Pertahanan;

3) kewajiban alih teknologi;

4) jaminan tidak adanya potensi embargo, kondisionalitas politik dan hambatan penggunaan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan dalam upaya mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara;

5) adanya imbal dagang, kandungan lokal dan/atau ofset paling rendah 85%

(delapan puluh lima persen);

6) kandungan lokal dan/atau ofset sebagaimana dimaksud pada huruf e paling rendah 35% (tiga puluh lima persen) dengan peningkatan 10%

(sepuluh persen) setiap 5 (lima) tahun; dan

7) pemberlakuan ofset paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak Undang- Undang ini diundangkan.

(8)

6 d. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 16 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan Pengadaan Alat Peralatan Pertahanan Dan Keamanan di lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia Bab VII Penggunaan Alpalhankam Produksi Dalam Negeri dan Luar Negeri Bagian Kesatu Penggunaan Alpalhankam Produksi Dalam Negeri pada Pasal 77 bahwa Dalam pelaksanaan Pengadaan Alpalhankam, Kemhan dan TNI wajib:

1) memaksimalkan penggunaan Alpalhankam hasil produksi dalam negeri serta komponen lokal dan bahan baku produksi dalam negeri, termasuk rancang bangun dan perekayasaan nasional dalam Pengadaan Alpalhankam; dan

2) memaksimalkan penggunaan Penyedia nasional.

2. Aspek Kebijakan P3DN Kementerian Pertahanan

a. Kebijakan P3DN belum menjadi target/sasaran kinerja dalam Renstra Tahun 2020-2024 dan Perjanjian Kinerja tahun 2021

Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) belum menjadi target/sasaran kinerja dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian PertahananTahun 2020-2024 dan Perjanjian Kinerja Eselon I tahun 2021 Dalam RPJMN Tahun 2020-2024 salah satu indikator kinerja terkait TKDN adalah:

Indikator Satuan Target

2020 2024

Tingkatan Kandungan Dalam Negeri (TKDN) rerata tertimbang

% 43,3 50

Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 10 Tahun 2021 tentang Rencana Strategis Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia Tahun 2024 bahwa visi dan misi Kementerian Pertahanan merupakan penjabaran dari visi dan misi Presiden yang tertuang dalam RPJMN tahun 2020-2024 adalah "Terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian, dan berlandaskan gotong royong".

Makna dari mandiri dalam visi tersebut adalah mampu memenuhi tuntutan pertahanan negara yang bersumber dari dalam negeri yang disertai dengan kualitas teknologi yang unggul dan berdaya saing sehingga mampu mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain.

(9)

7 Berdasarkan uji petik terhadap dokumen perencanaan kinerja di Baranahan telah ditargetkan tingkat pengadaan Alpalhan dari pemanfaatan hasil pengembangan teknologi dan industri Pertahanan Dalam Negeri sebesar 80%. Namun demikian, Baranahan belum menargetkan TKDN dalam pengadaan Alpalhan tersebut.

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi Kementerian Pertahanan dalam Renstra, maka sebaiknya dalam Renstra dan Perjanjian Kinerja menjadikan TKDN sebagai salah satu indikator kinerja.

b. Inspektorat Jenderal Kementerian Pertahanan belum melaksanakan Pengawasan atas Kepatuhan P3DN

Pengawasan atas Kepatuhan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) belum sepenuhnya menjadi prioritas oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Pertahanan.

Dalam PKPT Inspektorat Jenderal Kementerian Pertahanan, belum terdapat pengawasan terhadap Kepatuhan P3DN.

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2018 tentang Pemberdayaan Industri Pasal 76 Ayat 1 menyatakan “Pengawasan terhadap pelaksanaan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) dilakukan oleh Aparatur Pengawas Internal Pemerintah serta Pejabat Pengawas Internal dan Tim P3DN sesuai kewenangan masing-masing”.

Selanjutnya, sesuai Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 16 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan Pengadaan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan

(10)

8 di Lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia Bab V Pengawasan dan Pengendalian, pasal 69 ayat (4) bahwa ruang lingkup pengawasan pengadaan Alpalhankam meliputi:

a) pemenuhan nilai manfaat yang sebesar-besarnya;

b) kepatuhan terhadap peraturan;

c) pencapaian tingkat kandungan dalam negeri;

d) penggunaan produk dalam negeri;

e) pencadangan dan peruntukan paket untuk usaha kecil; dan f) pengadaan berkelanjutan.

Hal tersebut disebabkan, personel Itjen Kemhan belum mendapatkan pelatihan mengenai pengawasan TKDN.

Terhadap hal tersebut, direkomendasikan kepada Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan agar merencanakan pengawasan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) dalam PKPT.

c. KPA/PPK belum melaksanakan sistem monitoring atas kepatuhan P3DN Berdasarkan hasil konfirmasi diketahui KPA/PPK belum melaksanakan sistem monitoring atas kepatuhan P3DN. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 16 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan Pengadaan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan di lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia pasal 10 ayat (4) huruf e, bahwa selain tugas pokok dan kewenangan, PPK dapat membentuk tim pengendalian/pengawasan yang beranggotakan pejabat atau personel yang ditunjuk terkait Pengadaan Alpalhankam.

Terhadap hal tersebut, direkomendasikan kepada KPA/PPK agar menyiapkan sistem monitoring Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).

d. Kementerian Pertahanan dengan Sampling Satker Baranahan Belum merencanakan untuk membeli Produk UMKM sebanyak Minimal 40% dari Total Belanja Barang dan Modal

Kementerian Pertahanan belum mengalokasikan paling sedikit 40 % dari nilai anggaran belanja barang dan jasa untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

(11)

9 Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pengadaan, pasal 4 huruf c menyatakan:

1) Pasal 4 huruf c: pengadaan barang/jasa bertujuan untuk meningkatkan peran serta usaha mikro, usaha kecil dan koperasi.

2) Pasal 65:

a) Ayat (2): Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah wajib menggunakan produk usaha kecil serta koperasi dari hasil produksi dalam negeri;

b) Ayat (3): Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib mengalokasikan paling sedikit 40% dari nilai anggaran belanja barang/jasa Kementerian/Lembaga/

Pemerintah Daerah.

Hal tersebut disebabkan pekerjaan yang diberikan kepada UMKM bukan merupakan pekerjaan utama, sedangkan pengadaan alpalhankam memerlukan peralatan yang tidak dimiliki oleh para penyedia UMKM.

Terhadap kondisi tersebut, direkomendasikan kepada KPA/PPK untuk merencanakan pengadaan barang/jasa dengan mengikutsertakan UMKM.

e. Tim Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) pada Kementerian Pertahanan belum dibentuk

Dari hasil konfirmasi kepada pejabat terkait bahwa Kementerian Pertahanan belum membentuk Tim P3DN. Hal ini disebabkan P3DN belum menjadi prioritas dalam pengadaan barang/jasa.

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2018 tentang Pemberdayaan Industri Pasal 74:

1) Ayat 1: untuk mengoptimalkan penggunaan Produk Dalam Negeri, dibentuk Tim P3DN pada setiap pengguna Produk Dalam Negeri (kementerian) yang beranggotakan wakil dari unsur Pemerintah Pusat dan unsur dunia usaha;

2) Tim P3DN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas:

a) Melakukan koordinasi, pengawasan, dan evaluasi pelaksanaan P3DN di lingkungan masing-masing;

(12)

10 b) Memberikan tafsiran final atas permasalahan kebenaran nilai TKDN antara produsen barang atau penyedia jasa dengan tim pengadaan barang/jasa;

c) Melakukan tugas lain yang terkait dengan P3DN.

Terhadap hal tersebut di atas, direkomendasikan kepada Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan untuk berkoordinasi dengan Ditjen Pothan, Ditjen Kuathan, dan Baranahan dalam pembentukan Tim P3DN.

3. Implementasi P3DN Kementerian Pertahanan a. Perencanaan SIRUP

Perencanaan SIRUP tahun 2021 pada Kementerian Pertahanan sudah dapat mengidentifikasi potensi PDN dalam rencana belanja APBN tahun 2021. Berdasarkan hasil uji petik, beberapa pengadaan senjata telah menggunakan produk industri pertahanan dalam negeri. Sedangkan pengadaan Alpalhankam yang berasal dari produk luar negeri dilakukan karena belum diproduksi oleh industri pertahanan dalam negeri.

b. Pemilihan Penyedia Barang/Jasa

Dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa terhadap kontrak yang diuji petik menunjukkan kondisi sebagai berikut:

1) Dokumen pemilihan penyedia telah mencantumkan persyaratan Rekapitulasi perhitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Dari hasil pengujian terhadap 6 (enam) dokumen lelang diketahui seluruh dokumen pemilihan penyedia telah mencantumkan persyaratan Rekapitulasi Perhitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

2) Evaluasi Penawaran Penyedia

a) Evaluasi Penawaran atas TKDN hanya Terbatas pada Eksistensi Dokumen

Berdasarkan penelaahan terhadap dokumen pengadaan barang/jasa di lingkungan Kementerian Pertahanan, terdapat calon penyedia yang telah memasukkan dokumen penawaran beserta dokumen perhitungan TKDN dengan perhitungan TKDN secara swadaya (self assessment). Dalam pelaksanaan pengadaan, evaluasi penawaran dilakukan terhadap eksistensi dokumen TKDN tanpa dilakukan perhitungan nilai TKDN.

(13)

11 b) Perhitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Tidak Didukung

Dokumen yang Memadai

Calon Penyedia telah menyajikan Rekapitulasi Perhitungan TKDN yang dilakukan secara self assessment. Atas perhitungan TKDN tersebut tidak dilengkapi oleh data dukung perhitungan yang memadai.

Calon penyedia tidak menyajikan perhitungan TKDN secara rinci per komponen. Calon penyedia hanya menyajikan persentase perbandingan nilai total barang/jasa dari dalam negeri dengan luar negeri.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 16/M-IND/PER/2/2011 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri pasal 2 bahwa TKDN Barang dihitung dengan mempertimbangkan antara lain biaya produksi, komponen dalam negeri berdasarkan kriteria asal material langsung, kepemilikan peralatan kerja/fasilitas kerja, dan kewarganegaraan tenaga kerja.

Terhadap hal tersebut, direkomendasikan kepada KPA/PPK untuk menginformasikan kepada calon penyedia untuk melengkapi data dukung perhitungan TKDN sesuai

Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 16/M- IND/PER/2/2011 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri.

c. Pelaksanaan Kontrak

Pengenaan Sanksi terkait Pemenuhan TKDN Belum Diatur dalam Klausul Kontrak

Hasil uji petik terhadap 6 (enam) kontrak diketahui bahwa seluruhnya belum mengatur klausul mengenai sanksi terkait pemenuhan TKDN sebagai berikut:

No Uraian Nomor dan Tanggal Kontrak Nilai Nilai

TKDN (%) 1 Heli Serbu TRAK/555/PLN/XII/2018/AD

tanggal 28 Desember 2018

USD183,998,089.59 Equivalent

Rp2.632.461.587.755 24,75 2 KCR 60 M

(Platform/Sewaco) TRAK/558/PDN/XII/2018/AL

tanggal 28 Desember 2018 Rp1.662.500.000.000 35,27 3 Kapal Oshore Patrol Vessel

(OPV) 90 2 TNI AL

TRAK/55/PDN/IV/2020/AL

tanggal 30 April 2020 Rp1.085.000.000.000 20,67

(14)

12

No Uraian Nomor dan Tanggal Kontrak Nilai

Nilai TKDN

(%) 4 Pengadaan Rantis P6

ATAV TRAK/96/RM/VI/2020/AL tanggal

8 Juni 2020 Rp86.742.500.000 25,00

5

Pekerjaan Konstruksi Pembangunan Lanjutan JIPP di Kalimantan Barat – Paket 1

TRAK/266/II/2021/PUSKON

tanggal 3 Februari 2021 Rp94.804.000.000 100,00

6

Fire Control System (FCS), Surface to Air Missile (SAM) Pengganti Seawolf Kapal MRLF

TRAK/153/PLN/IV/2020/AL tanggal 27 April 2020

EUR20,931,750.00 Equivalent

Rp 349.392.771.000 27,55

Jumlah Rp5.910.900.858.755

Kurs berdasarkan Kurs tengah BI tanggal 30 September 2021: USD1.0 = Rp14.307,01 dan EUR1.0 = Rp16.692,00

Sesuai PP Nomor 29 Tahun 2018 tentang Pemberdayaan Industri pasal 61 dan 109 yang menyatakan bahwa denda administratif dikenakan apabila produsen barang dan/atau penyedia melanggar nilai TKDN barang yang diserahkan dengan TKDN barang yang ditawarkan serta jaminan atas produk dalam negeri.

Terhadap kondisi tersebut, direkomendasikan KPA/PPK agar melengkapi klausul kontrak mengenai sanksi administratif sesuai PP Nomor 29 Tahun 2018 tentang Pemberdayaan Industri.

H. Simpulan

1. Aspek Kebijakan

a. Kebijakan P3DN belum menjadi target/sasaran kinerja dalam Renstra Tahun 2020-2024 dan Perjanjian Kinerja tahun 2021;

b. Inspektorat Jenderal Kementerian Pertahanan belum Melaksanakan Pengawasan atas Kepatuhan P3DN;

c. KPA/PPK belum melaksanakan sistem monitoring atas kepatuhan P3DN;

d. Kementerian Pertahanan belum merencanakan untuk membeli produk UMKM sebanyak minimal 40% dari total belanja barang dan modal;

e. Tim Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) pada Kementerian Pertahanan belum dibentuk.

2. Aspek Implementasi

a. Evaluasi Penawaran atas TKDN hanya Terbatas pada Eksistensi Dokumen;

b. Perhitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Tidak Didukung Dokumen yang Memadai;

c. Pengenaan Sanksi terkait Pemenuhan TKDN Belum Diatur dalam Klausul Kontrak.

(15)

13 I. Rekomendasi

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, kami merekomendasikan kepada Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan agar:

1. Berkoordinasi dengan Kepala Baranahan guna menetapkan TKDN sebagai salah satu indikator kinerja dalam Renstra dan Perjanjian Kinerja;

2. Merencanakan pengawasan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) dalam PKPT;

3. Berkoordinasi dengan KPA/PPK untuk menyiapkan sistem monitoring Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN);

4. Berkoordinasi dengan KPA/PPK dalam merencanakan pengadaan barang/jasa dengan mengikutsertakan UMKM;

5. Berkoordinasi dengan Dirjen Pothan, Dirjen Kuathan, dan Kepala Baranahan dalam pembentukan Tim P3DN;

6. Berkoordinasi dengan KPA/PPK untuk memerintahkan calon penyedia guna melengkapi data dukung perhitungan TKDN sesuai Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 16/M-IND/PER/2/2011 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri;

7. Berkoordinasi dengan KPA/PPK berkenaan dengan kelengkapan klausul kontrak mengenai sanksi administratif sesuai PP Nomor 29 Tahun 2018 tentang Pemberdayaan Industri.

Permasalahan tersebut di atas telah dibahas dengan Itjen Kementerian Pertahanan dan Baranahan pada tanggal 30 September 2021 serta sepakat untuk menindaklanjuti sesuai rekomendasi.

Direktur,

dokumen ini ditandatangani secara elektronik Faisal

NIP 19711231 199703 1 001

Referensi

Dokumen terkait

bahwa Peraturan Direktur Jenderal Perencanaan Pertahanan Nomor 10 Tahun 2015 tentang Prosedur Penyelesaian Administrasi Pembiayaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui

Dari hasil observasi yang dilakukan dapat dilihat bahwa masih ada siswa yang belum tuntas dalam mata pelajaran IPA dipengaruhi oleh model pembelajaran yang

kekayaan daerah yang dipisahkan. Hasil perusahaan milik.. daerah merupakan pendapatan daerah dari keuntungan bersih perusahaan daerah yang berupa dana pembangunan daerah

Sterilisasi cara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan

Azhar selalu berusaha dan berdoa ketika akan menghadapi Ujian kemudian setelah itu Azhar menyerahkan sepenuhnya hasilnya kepada Allah SWT karena Azhar menyadari manusia hanya

1) Merancang sistem pakar yang membantu bagian maintenance dalam melakukan pengambilan keputusan dalam tindakan yang akan diambil apabila terjadi kerusakan pada

(3) Hasil Evaluasi pelaksanaan Renstra UO Markas Besar TNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Asisten Perencanaan Umum Panglima TNI kepada Panglima TNI

Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat UP adalah uang muka kerja dalam jumlah tertentu yang diberikan kepada Bendahara Pengeluaran untuk membiayai kegiatan