• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODE PENELITIAN. yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 3 METODE PENELITIAN. yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

35 3.1 Metode Riset

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif akan melibatkan aktivitas- aktivitas seperti mendokumentasikan suatu kejadian, mewawancara orang, mengobservasi perilaku tertentu, mempelajari dokumen tertulis, atau memeriksa visual image.

“Qualitative Research (QR) thus refers to the meaning, concepts, definitions, characteristics, methapors, symbols, and descriptions of things”.

(Berg, 2007:3)

Pakar lain, Denzin dan Lincoln menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada (wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen). Moleong sendiri secara simpel mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. (Moleong, 2007:5)

Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Penelitian kualitatif dalah bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrument kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek

(2)

yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai.

Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam- dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya (Kriyantono,2006:58).

Dalam mencari data dan informasi penelitian ini, maka peneliti terjun di lapangan langsung. Riset penelitian ini sifatnya subyektif, karena hasil penelitian ini bergantung pada pengamatan peneliti di lapangan. Sehingga titik berat dari hasil penelitian ini berdasarkan pada kedalam infomasi yang berhasil di rekam peneliti.

Informasi tersebut mencakup uraian tentang ucapan, tulisan, tingkah laku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat atau organisasi tertentu dalam suatu konteks setting tertentu yang dikaji dari sudut pandang utuh, komprehensif dan holistic (Ruslan, 2006 : 215).

Jenis metode kualitatif yang penulis gunakan adalah Metode Deskriptif – Kualitatif. dan Metode Wawancara Mendalam (In-Depth Interview).

3.1.1 Metode Deskriptif-kualitatif

Metode deskriptif-kualitatif sangat berguna untuk melahirkan teori-teori tentatif. Itulah perbedaan esensial antara metode deskriptif-kualitatif dengan metode-metode yang lain. Metode deskriptif-kualitatif tidak jarang melahirkan apa yang disebut Seltiiz, Wrightsman, dan Cook sebagai penelitian yang insightmulting, yakni peneliti terjun ke lapangan tanpa dibebani atau diarahkan oleh teori. Ia tidak bermaksud menguji teori sehingga perspektifnya tidak tersaring. Ia bebas mengamati objeknya, menjelajah, dan menemukan wawasan- wawasan baru sepanjang penelitian. Penelitiannya terus-menerus mengalami reformulasi dan redireksi ketika informasi-informasi baru ditemukan.

(3)

Menurut Creswell (2010), metode deskriptif-kualitatif termasuk paradigma penelitian post positivistic. Asumsi dasar yang menjadi inti paradigm penelitian post-positivisme adalah :

a. Pengetahuan bersifat konjektural dan tidak berlandaskan apapun. Kita tidak akan pernah mendapatkan kebenaran absolute. Untuk itu. bukti yang dibangun dalam penelitian seringkali lemah dan tidak sempurna. Karena itu, banyak peneliti berujar bahwa mereka tidak dapat membuktikan hipotesisnya, bahkan tidak jarang merea gagal untuk menyangkal hipotesisnya.

b. Pengetahuan dibentuk oleh data, bukti dan pertimbangan logis. Dalam praktiknya, peneliti mengumpulkan informasi dengan menggunakan instrument pengukuran tertentu yang diisi oleh partidsipan atau dengan melakukan observasi mendalam di lokasi penelitian.

3.1.2 Wawancara Mendalam (In-Depth Interview)

Metode Wawancara Mendalam (In-Depth Interview) adalah suatu teknik dalam penelitian kualitatif, dimana seorang responden atau kelompok responden mengomunikasikan bahan-bahan dan mendorong untuk didiskusikan secara bebas. Wawancara Mendalam adalah teknik mengumpulkan data atau informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif .Selanjutnya, dibedakan antara responden (orang yang akan diwawancarai hanya sekali) dengan informan (orang yang ingin peneliti ketahui/pahami dan yang akan diwawancarai beberapa kali). Biasanya wawancara mendalam menjadi alat utama pada penelitian kualitatif yang dikombinasikan dengan observasi partisipasi. Pada wawancara mendalam ini,

(4)

pewawancara relative tidak memunyai kontrol atas respons informal. Artinya informan bebas memberikan jawaban-jawaban yang lengkap, mendalam; bila perlu, tidak ada yang disembunyikan. Caranya dengan mengusahakan wawancara berlangsung informal seperti sedang mengobrol.

Dengan wawancara mendalam kepada informan, peneliti dapat mengetahui alasan yang sebenarnya dari responden mengambil keputusan seperti itu. Informan adalah orang yang dapat memberikan keterangan atau informasi mengenai masalah yang sedang diteliti dan dapat berperan sebagai narasumber selama proses penelitian. Informan terdiri dari tiga kelompok :

a. Informan kunci, yaitu informan yang menjadi subjek utama dalam penelitian.

b. Informan ahli, yaitu ahli yang sangat memahami dan dapat memberikan penjelasan berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian dan tidak dibatasi dengan wilayah tempat tinggal.

c. Informan incidental, yaitu siapa saja yang ditemukan di wilayah penelitian yang diduga dapat memberikan informasi tentang masalah yang diteliti.

(Ardianto, 2011:60-62)

Wawancara mendalam juga mempunyai karakteristik yang unik :

1. Digunakan untuk subjek yang sedikit atau bahkan satu orang saja. Mengenai banyaknya subjek, tidak ada ukuran pasti.

2. Menyediakan latar belakang secara perinci mengenai alasan informan memberikan jawaban tertentu. Dari wawancara ini terelaborasi beberapa elemen dalam jawaban, yaitu opini, nilai-nilai, motivasi, pengalaman-pengalaman, maupun perasaan informan.

3. Peneliti tidak hanya memerhatikan jawaban verbal informan, tapi juga respon-respon non-verbal.

(5)

4. Dilakukan dalam waktu yang lama dan berkali-kali.

5. Memungkinkan memberikan pertanyaan yang berbeda atas informan yang satu dengan yang lain. Susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri setiap informan.

6. Sangat dipengaruhi iklim wawancara. Semakin kondusif iklim wawancara antara peneliti dan informan, wawancara dapat berlangsung terus. (Kriyantono, 2006: 98-99)

3.2 Tahap-tahap Riset

Tahapan riset bukanlah sebuah proses yang sederhana, tapi memerlukan beberapa proses dengan beberapa tahapan kegiatan (Kriyantoro, 2012:75).

Menurut Gerald dan Henry dalam Kriyantoro mereka meemukan tiga tahap riset:

1. Asking question

Peneliti tidak lebih dari menanyakan sesuatu yang menarik dan bermanfaat serta menyediakan jawaban sistematik

2. Observasi

Peneliti melakukan pengamatan lansung di lokasi tempat survey dengan mengobservasi dokumen, kegiatan kerja yang sedng berlansung, dan wawancara.

3. Theory

Proses yang memungkinkan setip tahap tahap saling mempengaruhi. Teori sering memunculkan pertanyaan dan menentukan metode observasi seperti apa yang harus dilakukan.

(6)

Seperti gambar yang diambil dari Kriyantoro (2012 : 76)

Gambar 3.1 Tahapan Riset

Menurut Kriyantoro yang dikutip dari Bungin (2008 : 91) terdapat tiga tahap:

Tahap I : Observasi pendahuluan

Tahap II : Pengumpulan data dari hasil wawancara serta observasi Tahap III : pengumpulan data lanjutan dengan merevisi hasil riset

3.3 Sumber Data

1. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti secara langsung dari objek penelitian dari perorangan, kelompok, dan organisasi atau perusahaan (Ruslan, 2010:29).

a) Wawancara mendalam (depth interview)

Menurut Dun wawancara mendalam (depth interview) adalah suatu teknik yang dimana seorang responden mengmunikasikan dan mendorong untuk didiskuisikan secara bebas dan peneliti mendapat jawaban yang dirasa cukup, dengan terus menggali informasi kepada responden (Ardianto, 2010 : 61).

Menurut Kriyantoro wawancara mendalam adalah cara mengumpulkan data dan informasi secara lansung kepada narasumber yang dituju agar

Theory

Question

Observation

(7)

mendapatkan data lengkap informasi lansung yang dibutuhkan dan mendalam. (2012:102).

Dengan melakukan wawancara mendalam maka peneliti dapat mengetahui secara lansung dari objek penelitian melalui responden atau narasumber dari factor internal dan eksternal.

b) Observasi (observation)

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan melihat lansung, dan peneliti berlaku sebagai observer dalam mengamati yang sedang ditelitinya (Ruslan, 2010 : 221).

Kegiatan observasi merupakan kegiatan untuk memahami lingkungan, observasi diartikan sebagai kegiatan mengamati secara lansung dan observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian metode kualitatif. Perilaku dan percapakapan antara subjek yang diteliti sehinga keungulan yang dimiliki metode ini adalah data yang dikupulkan dalam dua bentuk : interaksi dan percakapan.

Saat mengumpulkan informasi dan data-data, peniliti akan melihat dan memperhatikan secara langsung pada obyek yang akan diteliti. Penelitian ini dilakukan di kantor PT. Radio Antar Nusa Djaja (Hard Rock FM) khusus pada sub-divisi program Provocative Proactive selama tiga bulan dari 18 Februari 2013 hingga 15 Mei 2013.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah dengan bentuk yang sudah tersedia melalui informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan maupun organisasi (Ruslan, 2010 : 30).

(8)

Menurut Kriyantoro data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua, karena sekunder bersifat untuk melengkapi data primer serta membantu peneliti bila data primer terbatas (2012 : 42)

Menurut peneliti data sekunder merupakan sumber informasi dari data-data yang sudah ada sebelumnya. Perolehan data sekunder didapat dari : a) Company Profile PT. Radio Antar Nusa Djaja (87.6 Hard Rock FM)

b) Media Online (website) PT. Radio Antar Nusa Djaja (87.6 Hard Rock FM) c) Studi dokumentasi

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif terdiri dari: wawancara mendalam, observasi, wawancara kelompok, dan studi kasus. Namun yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara mendalam dan observasi.

Adapun narasumber yang akan peneliti wawancara secara mendalam adalah beberapa anggota dari tim produser dari program Provocative Proactive di 87.6 Hard Rock FM :

1. Pandji Pragiwaksono, disapa Pandji (Produser / Announcer) 2. Disna Harvens atau akrab dipanggil Boim (Kepala Produser) 3. Prawita Indah, disapa Indah (Asisten Produser / Scriptwriter)

Ketiga narasumber tersebut dipilih berdasarkan observasi dan diskusi yang dilakukan dengan pihak 87.6 Hard Rock FM dimana masing-masing mempunyai peran yang besar sebagai tim produser dalam program Provocative Proactive.

Observasi lapangan atau pengamatan lapangan adalah kegiatan yang setiap saat dilakukan, dengan kelengkapan pancaindera yang dimiliki. Selain dengan

(9)

membaca Koran, mendengarkan radio, menonton televisi atau berbicara dengan orang lain, kegiatan observasi merupakan salah satu kegiatan untuk memahami lingkungan. Observasi difokuskan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena penelitian. Fenomena ini mencakup interaksi dan percakapan yang terjadi diantara subjek yang diteliti sehingga metode ini memiliki keunggulan, yakni mempunyai dua bentuk data : interaksi dan percakapan. (Kriyantono, 2006 : 108- 109)

Dalam penelitian ini, data yang akan dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan observasi maupun dokumentasi mengenai tim produser dari program Provocative Proactive di 87.6 Hard Rock FM mencakup Announcer & Produser (konseptor), Kepala Produser, dan Scriptwriter (Asisten Produser) dimana ketiganya merupakan ‘aktor’ dibalik kesuksesan produksi program dan diharapkan mendapatkan hasil yang maksimal mengenai peran tim produser dalam program Provocative Proactive. Wawancara dan observasi dilakukan beberapa kali dan setiap kali semakin mendalam dari sesi sebelumnya. Tipe panduan wawancara yang akan digunakan adalah the interview guide, yaitu membuat list topik-topik pertanyaan yang akan ditanyakan kepada informan. Tipe wawancara ini dapat membuat jalannya wawancara menjadi lebih terstruktur.

Dalam penelitiannya peneliti melakukan metode wawancara, observasi, dan studi dokumentasi dalam pencatatan data dengan menggunakan :

- Handphone sebagai alat recorder dan dokumentasi - Alat tulis

(10)

3.5 Analisa dan Penafsiran Data

Data yang didapat dari hasil pengumpulan data terbagi dua yaitu primer dan sekunder. Penelitian primer membutuhkan data atau informasi dari sumber pertama, biasanya kita sebut dengan responden. Data atau informasi diperoleh melalui pertanyaan tertulis dengan menggunakan kuesioner atau lisan dengan metode wawancara. Sedangkan penelitian sekunder menggunakan bahan yang bukan dari sumber pertama sebagai sarana untuk memperoleh data atau informasi untuk menjawab masalah yang diteliti. Penelitian ini juga dikenal dengan penelitian yang menggunakan studi kepustakaan dan yang biasanya digunakan oleh para peneliti yang menganut paham pendekatan kualitatif. (Sarwono, 2006 : 16-17)

Dalam penelitian ini peneliti menganalisa data yang didapat menggunakan Model Strauss dan Corbin dimana menurut Strauss dan Corbin, analisis data kualitatif, khususnya dalam penelitian Grounded Theory, terdiri atas tiga jenis pengodean (coding) utama, yaitu (a) pengodean terbuka (open coding), (b) pengodean berporos (axial coding), (c) pengodean selektif (selective coding).

Pengodean terbuka adalah bagian analisis yang berhubungan khususnya dengan penamaan dan pengatagorian fenomena melalui pengujian data secara teliti.

Selama pengodean terbuka, data dipecah ke dalam bagian-bagian yang terpisah, diuji secara cermat, dibandingkan untuk persamaan dan perbedaannya, serta diajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena sebagaimana tercermin dalam data. Melalui proses ini, asumsi seseorang atau orang lain tentang fenomena dipertanyakan atau dijelajahi, mengarah pada penemuan-penemuan baru.

Pengodean berporos meletakkan data tersebut kembali ke belakang bersama- sama dalam cara-cara baru dengan membuat hubungan antara sebuah kategori dan

(11)

subkategorinya. Disini kita berbicara tentang hubungan beberapa kategori utama untuk membentuk suatu rumusan teoritis yang lebih luas, juga mengembangkan apa yang mungkin menjadi salah satu dari beberapa kategori utama. Pengodean ini adalah pengkhususan sebuah kategori (fenomena) dalam istilah dari kondisi-kondisi yang memberikan tambahan padanya: konteks, strategi-strategi tindakan/interaksional. konsekuensi-konsekuensi dari strategi ini.

Pengodean selektif. Setelah pengumpulan dan analisis data, selanjutnya mengintegrasikan kategori-kategori tersebut untuk membentuk sebuah teori dasar.

Pengintegrasian tidak banyak berbeda dari pengodean berporos. Itu hanya dilakukan pada satu level analisis abstrak yang lebih tinggi .Dalam pengodean berporos, pengembangan dasar dilakukan untuk pengodean selektif. Beberapa langkah untuk melakukan pengintegrasian :

(a) Melibatkan penjelasan alur cerita; menghubungkan kategori-kategori tambahan di sekitar kategori inti dengan menggunakan paradigma.

(b) Menghubungkan kategori-kategori pada level dimensional (c) Menyertakan validasi hubungan-hubungan ini dengan data

(d) Memasukkan ke dalam kategori-kategori yang memerlukan pembersihan dan pengembangan lebih lanjut. (Emzir, 2010 : 174-175)

3.6 Keabsahan Data

Menguji keabsahan data yang diperoleh pada proses penelitian sangat dibutuhkan untuk memastikan temuan penelitian yang terpercaya. Peneliti menggunakan teknik triangulasi.

Tujuan dari triagulasi adalah mengecek kebenaran dan membandingkan dengan data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumen

(12)

yang telah didapatkan, karena triagulasi tidak hanya sekedar menilai kebenaran data tetapi juga menyelidikinya (Ardianto, 2010 : 197).

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data secara empiris, jawaban subjeck yang cross chek dengan dokumen yang ada. Terdapat empat triangulasi (Ruslan, 2010 : 235).

1. Triangulasi sumber

Membandingkan dan mengecek ulang informasi yang telah diperoleh dari sumber yang berbeda. Serta membandingkan hasil wawancara dengan hasil observasi lansung.

2. Triangulasi waktu.

Proses dan perilaku manusia yang setiap saat berubah. Maka peneliti perlu mangadak observasi tidak hanya satu kali.

3. Triangulasi teori

Memanfaatkan dua atau lebih teori sebagai perbandingan serta keperluan dengan cara diadu diperlukan untuk rencana riset agar hasilnya komprehensif.

4. Triangulasi metode

Usaha pengecekan keabsahan data, temuan riset dan menggubakan lebih dari satu periset guna memperoleh hasil yang sama.

(13)

Triangulasi sumber akan digunakan untuk teknik pemeriksaan dengan melakukan keabsahan data menggunakan data primer dan sekunder.

Peneliti membandingkan atau mengecek ulang suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda (kriyantono, 2008 : 72).

Gambar

Gambar 3.1 Tahapan Riset

Referensi

Dokumen terkait

Mereka juga sering mengalami tremor, dimulai dengan gerakan volunter misalnya mengambil buku, menyebabkan gerakan seperti menggigil pada bagian tubuh yang baru

Jadi dalam menghitung peluang suatu kejadian, faktor-faktor yang harus diketahui adalah eksperimen, outcome dari eksperimen, ruang sampel dan ukurannya N, kejadian se- bagai bagian

Jika jiwa dilandasi oleh nilai-nilai ketuhanan dan hidup dalam kerangka kerja yang berpusat pada Tuhan, maka di samping dapat mengurangi tekanan masalah ke-

 banyak membantu membantu dan dan mau mau bekerja bekerja sama sama dengan dengan Panitia Panitia Pengawas Pengawas Pemilu Pemilu Tingkat Kecamatan Rebang

Dari penelitian pada pasien berumur kurang dari 14 tahun dengan diagnosis pneumonia dapat disimpulkan bahwa golongan sefalosporin paling banyak digunakan sebagai

Peran lain dari area prefrontal yang berkaitan dengan memori adalah untuk memanggil ulang informasi (recall) lain dari daerah yang luas pada otak kemudian

juga sering dilakukan oleh penutur. Hal tersebut terlihat dalam dialog interaktif yang bertema parlemen berbicara TVRI Kalimantan Barat beberapa waktu lalu. Campur kode

Dari 98 responden yang diteliti diperoleh hasil tingkat kesesuaian sebesar 93,69%, mahasiswa masih belum puas terhadap nilai yang diberikan dosen karena kadang-kadang