• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 33 Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 33 Tahun 2015"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

BAB III TINJAUAN MENURUT LAPANGAN USAHA

3.1. PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN

rovinsi Aceh, sebagaimana kondisi sebagian besar provinsi di Pulau Sumatera, memiliki daerah pantai dan daerah pegunungan yang cukup luas sebagai bagian dari gugus pegunungan Bukit Barisan.

Wajar jika hingga saat ini, leading sector dalam perekonomian Aceh masih berada di lapangan usaha pertanian. Kontribusi lapangan usaha ini hampir mencapai sepertiga dari total PDRB dan merupakan yang terbesar. Pada tahun 2015, kontribusinya mencapai 29,08 persen dengan nilai sebesar 37,57 triliun rupiah.

Grafik 3.1 Kontribusi Kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dalam PDRB Kabupaten/Kota, 2015 (persen)

Sebagaimana kondisi Aceh secara umum, hampir seluruh kabupaten/kota di Provinsi Aceh juga memiliki struktur ekonomi yang sama, dengan lapangan usaha pertanian sebagai leading sector. Hanya 4 daerah yang kesemuanya kota yang leading sector-nya tidak berada di lapangan

36,25 29,62 25,76 42,95 44,89 44,84 32,35 22,78 41,18 34,06 31,10 29,86 39,94 39,52 41,37 30,82 48,12 49,07 0,96 7,52 8,62 7,90 22,96

29,08

(4)

usaha pertanian, yaitu Kota Banda Aceh, Sabang, Langsa, dan Lhokseumawe.Sedangkan Kota Subulussalam sebagai kota termuda di Aceh leading sector-nya masih di kategori Pertanian.

Ada sebanyak 7 kabupaten/kota yang lapangan usaha pertaniannya masih memiliki kontribusi di atas 40 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sistem perekonomian di 7 daerah ini masih cenderung tradisional karena besarnya ketergantungan pada kategori pertanian. Sementara itu hampir semua kota, kecuali Subulussalam, kontribusi lapangan usaha pertaniannya berada di bawah 10 persen.

Grafik 3.2 Kontribusi Kabupaten/Kota dalam Nilai Tambah Kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan di Provinsi Aceh, 2015 (persen)

Secara spasial, kabupaten/kota yang kontribusi lapangan usaha pertaniannya paling besar bagi Provinsi Aceh adalah Aceh Utara, yaitu sebesar 13,54 persen, diikuti oleh Aceh Timur dan Bireuen dengan kontribusi masing-masing sebesar 9,81 persen dan 9,08 persen. Ketiga daerah ini diketahui merupakan daerah penghasil produk pertanian dengan luas tanam

13,54 9,81 9,08 8,74 7,01 6,38 6,25 6,04 5,01 4,56 4,08 3,41 2,91 2,36 2,21 1,67 1,64 1,61 1,42 0,90 0,79 0,38 0,21

(5)

Timur). Jika dilihat peranan komoditasnya, maka produk pertanian yang menonjol di Aceh adalah padi, kelapa sawit, kopi, karet, peternakan sapi dan kerbau, serta pala dan cokelat.

3.2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

ontribusi lapangan usaha pertambangan dan penggalian di Provinsi Aceh terus mengalami penurunan dengan cepat dalam satu dekade terakhir. Pada tahun 2010, kontribusi lapangan usaha ini mencapai 15,34 persen dengan nilai tambah sebesar 15,58 triliun, hingga pada tahun 2015 kontribusinya hanya tinggal 5,73 persen dengan nilai tambah sebesar 7,41 triliun rupiah.

Grafik 3.3 Kontribusi Kategori Pertambangan dan Penggalian dalam PDRB Kabupaten/Kota, 2015 (persen)

Meskipun sejak tahun 2005 di Aceh mulai dilakukan eksplorasi tambang nonmigas, yaitu batu bara dan bijih logam, namun nilai produksinya belum cukup besar untuk dapat mengimbangi penurunan pertambangan migas. Hal ini diperparah dengan adanya undang-undang Minerba yang

1,93 1,27 4,38 1,06 7,29 1,39 5,66 7,78 3,24 2,71 16,90 1,59 2,68 12,95 16,47 5,35 0,95 1,45 0,00 1,16 0,44 0,42 5,60

5,73

(6)

melarang ekspor biji logam dalam bentuk mentah dan turunnya harga batubara di penghujung tahun 2015.

Lapangan usaha pertambangan dan penggalian, terutama subkategori pertambangan dan penggalian lainnya, merupakan pendukung utama lapangan usaha konstruksi. Kontribusi lapangan usaha pertambangan dan penggalian di Provinsi Aceh adalah sebesar 5,73 persen. Kondisi di kabupaten/kota lebih variatif, dimana kontribusinya berkisar antara 0 sampai 17 persen. Kabupaten/kota dengan kontribusi pertambangan dan penggalian terbesar adalah Aceh Utara dengan kontribusinya sebesar 16,90 persen diikuti Nagan Raya dan Aceh Tamiang dengan kontribusinya masing- masing sebesar 16,47 persen dan 12,95 persen.

Grafik 3.4 Kontribusi Kabupaten/Kota dalam Nilai Tambah Kategori Pertambangan dan Penggalian di Provinsi Aceh, 2015 (persen)

Kontribusi kabupaten/kota terhadap nilai tambah subkategori pertambangan dan penggalian nonmigas terlihat pada Gambar 3.4.

Kabupaten/kota dengan nilai tambah pertambangan dan penggalian

36,86 12,72 10,70 9,91 7,98 4,39 3,63 3,45 2,48 1,43 36,9 0,96 0,74 0,63 0,51 0,50 0,45 0,44 0,43 0,31 0,23 0,16 0,00

(7)

terbesar adalah Aceh Utara dengan kontribusi sebesar 36,86 persen, diikuti Nagan Raya dan Aceh Besar dengan kontribusi sebesar 12,72 persen dan 10,70 persen. Komoditas pertambangan dan penggalian yang ada di Provinsi Aceh yang cukup menonjol adalah penggalian pasir, batu bara, bijih logam, dan emas.

3.3. INDUSTRI PENGOLAHAN

apangan usaha industri pengolahan terdiri dari industri migas dan industri nonmigas. Subkategori industri migas yang terdapat di Aceh ialah industri gas alam cair, dan sejak tahun 2015 mulai ada kegiatan baru, yaitu regasifikasi. Sedangkan industri nonmigas terdiri dari 15 jenis industri yang tersebar di seluruh Aceh.

Grafik 3.5 Kontribusi Kategori Industri Pengolahan dalam PDRB Kabupaten/Kota, 2015 (persen)

Peran lapangan usaha Industri Pengolahan di Provinsi Aceh masih sangat kecil, yaitu hanya sebesar 5,89 persen dibandingkan dengan kontribusi di PDB Indonesia yang sebesar 20,84 persen di tahun 2015. Dilihat

1,40 3,91 3,47 1,16 3,03 1,55 1,86 2,36 3,08 1,69 17,57 2,96 10,21 5,61 2,68 3,33 2,19 3,00 2,03 2,64 9,87 18,99 13,85

5,89

(8)

dari peranan Industri Pengolahan terhadap PDRB di masing-masing kabupaten/kota juga masih rendah di bawah 6 persen, kecuali Aceh Utara, Subulussalam, Gayo Lues, dan Langsa yang masing-masing kontribusinya mencapai sebesar 14,73 persen, 13,20 persen, 10,52 persen, dan 10,22 persen.

Kegiatan industri pengolahan nonmigas yang memberikan kontribusi paling besar kepada PDRB Provinsi Aceh ialah Industri Kimia, Farmasi , dan Obat Tradisional sebesar 2,32 persen diikuti industri makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,80 persen, industri migas sebesar 1,06 persen, dan industry kayu dan furniture sebesar 0,21 persen. Sedangkan peranan kelompok industri lainnya masih dibawah 0,2 persen.

Grafik 3.6 Kontribusi Kabupaten/Kota dalam Nilai Tambah Kategori Industri Pengolahan di Provinsi Aceh, 2015 (persen)

Secara spasial, sebaran industri pengolahan di Aceh dapat dilihat dari peranan masing-masing kabupaten/kota terhadap nilai tambah lapangan usaha industri pengolahan di Provinsi Aceh. Nilai tambah terbesar disumbangkan oleh Kabupaten Aceh Utara, yaitu sebesar 37,51 persen dengan adanya PT PIM yang memproduksi pupuk. Kota Lhoskeumawe

37,51 19,66 5,03 4,20 3,91 3,25 3,20 3,18 2,77 2,33 37,5 2,03 1,92 1,41 1,19 1,14 1,02 1,02 0,92 0,87 0,54 19,7 0,30

(9)

dengan industri migasnya menyumbang sebesar 19,66 persen. Kota Langsa menempati urutan ketiga dengan kontribusi sebesar 5,03 persen dengan adanya industri CPO, industri kimia, dan industri makanan (kecap) yang cukup dominan. Sedangkan kabupaten/kota yang lapangan usaha industrinya tidak begitu dominan dan sangat kecil kontribusinya adalah Simeulue, Sabang, dan Aceh Tenggara dengan kontribusi kurang dari 1 persen. Keempat daerah ini juga merupakan daerah yang nilai PDRB-nya termasuk kategori terkecil di Aceh.

3.4. PENGADAAN LISTRIK DAN GAS

apangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas memiliki peranan yang cukup vital dalam pembangunan, karena hampir semua lapangan usaha memiliki ketergantungan langsung pada kategori ini, kecuali Pertanian. Kontribusi lapangan usaha ini merupakan yang paling rendah dibandingkan lapangan usaha lain meskipun sedikit demi sedikit mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 peranannya adalah sebesar 0,11 persen.

Kecilnya kontribusi lapangan usaha ini salah satunya karena masih tergantungnya Aceh pada pasokan listrik dari Sumatera Utara. Selain itu secara nasional memang kontribusi kategori ini hanya di kisaran 1,08 persen dari PDB. Hal ini dikarenakan harga listrik di Indonesia masih di bawah biaya operasional sehingga ada subsidi dari pemerintah, sehingga nilai tambahnya dalam PDB dan PDRB masih rendah.

Di level kabupaten/kota, peranan lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas masih rendah, yaitu di bawah 0,3 persen. Peranan listrik tertinggi adalah di Kota Banda Aceh dengan kontribusi terhadap PDRB-nya sebesar

(10)

0,25 persen, diikuti Sabang dan Simeulue dengan kontribusi masing-masing sebesar 0,21 persen dan 0,18 persen.

Grafik 3.7 Kontribusi Kategori Pengadaan Listrik dan Gas dalam PDRB Kabupaten/Kota, 2015 (persen)

Kabupaten/kota dengan sumbangan nilai tambah lapangan usaha pengadaan listrik dan gas terbesar terhadap Provinsi Aceh adalah Kota Banda Aceh, yaitu sebesar 26,54 persen. Hal ini tentunya karena konsentrasi penduduk dan kantor pemerintahan yang terpusat di Banda Aceh, sehingga konsumsi listriknya paling tinggi dibandingkan kabupaten/kota lainnya.

Dikarenakan produksi listrik sendiri Provinsi Aceh yang masih rendah, maka sebagian besar nilai tambah listrik justru dihasilkan dari distribusi listrik, bukan dari produksi. Dengan semakin berkurangnya subsidi listrik dan dibangunnya pembangkit listrik baru di beberapa daerah, diharapkan kondisi ini akan berubah di masa mendatang.

0,18 0,16 0,08 0,09 0,12 0,08 0,12 0,07 0,10 0,06 0,07 0,09 0,06 0,09 0,07 0,10 0,08 0,09 0,25 0,21 0,13 0,11 0,10

0,11

(11)

Grafik 3.8 Kontribusi Kabupaten/Kota dalam Nilai Tambah Kategori Pengadaan Listrik dan Gas di Provinsi Aceh, 2015 (persen)

Berbagai usaha telah dilakukan untuk dapat meningkatkan produksi listrik di Provinsi Aceh. Salah satunya adalah dengan dibangkitkannya listrik tenaga uap (PLTU) di Nagan Raya dengan menggunakan bahan bakar batu bara yang telah mulai beroperasi pada pertengahan tahun 2014. Pada akhir tahun 2015 Aceh juga memiliki sumber listrik baru, yaitu PLTMG Arun yang telah beroperasi secara penuh di awal tahun 2016. Usaha lain yang saat ini masih dalam proses adalah pembangunan PLTA Peusangan di Aceh Tengah dengan kapasitas sebesar 88 MW yang diharapkan dapat mulai beroperasi pada tahun 2017.

3.5. PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, DAN DAUR ULANG

apangan usaha Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, dan Daur Ulang merupakan yang kontribusinya dalam PDRB Aceh paling rendah, yaitu sebesar 0,035 persen pada tahun 2015. Demikian juga dalam PDRB kabupaten/kota, peranan kategori ini sangat rendah di bawah 0,17 persen.

25,87 8,32 6,85 6,07 5,55 5,20 5,12 4,28 3,72 3,69 37,5 2,70 2,39 2,27 2,08 2,06 2,00 1,95 1,74 1,57 1,46 19,7 0,89

(12)

Grafik 3.9 Kontribusi Kategori Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, dan Daur Ulang dalam PDRB Kabupaten/Kota, 2015 (persen)

Kabupaten/kota dengan sumbangan nilai tambah lapangan usaha pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, dan Daur Ulang terbesar terhadap Provinsi Aceh adalah Kota Banda Aceh, yaitu sebesar 31,34 persen, diikuti oleh Kabupaten Bireuen dan Kabupaten Aceh Besar dengan nilai masing- masing sebesar 10,65 persen dan 9,19 persen.

Grafik 3.10 Kontribusi Kabupaten/Kota dalam Nilai Tambah Kategori

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, dan Daur Ulang di Provinsi Aceh, 2015 (persen)

0,01 0,04 0,02 0,02 0,03 0,04 0,02 0,04 0,01 0,05 0,02 0,01 0,02 0,04 0,01 0,01 0,02 0,02 0,09 0,16 0,05 0,01 0,02

0,04

31,34 10,65 9,19 6,28 5,86 5,25 4,73 4,28 3,70 3,05 37,5 1,98 1,85 1,75 1,67 1,28 1,16 1,01 0,96 0,60 0,46 19,7 0,36

(13)

3.6. KONSTRUKSI

apangan usaha konstruksi merupakan lapangan usaha ekonomi yang memegang peranan sangat penting dalam pembangunan. Peranan lapangan usaha konstruksi dalam PDRB Aceh menempati urutan empat dengan nilai tambah sebesar 12,25 triliun rupiah dan dengan kontribusi sebesar 9,48 persen pada tahun 2015.

Grafik 3.11 Kontribusi Kategori Konstruksi dalam PDRB Kabupaten/Kota, 2015 (persen)

Secara umum, kontribusi lapangan usaha konstruksi dalam PDRB kabupaten/kota di Provinsi Aceh cukup tinggi, yaitu di atas 5 persen, kecuali Aceh Utara yang kontribusi lapangan usaha konstruksinya hanya sebesar 4,50 persen. Kabupaten/kota yang konstribusi lapangan usaha konstruksi dalam PDRB-nya terbesar adalah Sabang, yaitu sebesar 29,02 persen, diikuti Lhokseumawe dan Aceh Selatan dengan kontribusi masing-masing sebesar 19,38 persen dan 15,78 persen. Besarnya konstribusi lapangan usaha konstruksi

8,85 8,94 15,78 5,81 6,62 12,37 11,34 13,53 6,09 8,54 4,50 15,03 11,06 6,30 8,86 14,73 15,82 6,40 7,49 29,02 9,11 19,38 14,42

9,48

(14)

di ketiga kabupaten/kota ini menunjukkan bahwa pembangunan di daerah tersebut masih terus berlangsung.

Sementara itu, ada 5 kabupaten/kota yang konstribusi lapangan usaha konstruksi terhadap PDRB-nya cukup rendah, yaitu: Aceh Tenggara, Aceh Timur, Pidie, Aceh Utara, Aceh Tamiang, dan Pidie Jaya. Konstribusi lapangan usaha konstruksi di keenam daerah ini di bawah 7 persen. Kecilnya konstribusi lapangan usaha konstruksi ini, dapat juga disebabkan adanya lapangan usaha lain yang sangat menonjol sehingga meskipun nilai tambah lapangan usaha konstruksinya besar, namun kontribusinya terlihat kecil.

Grafik 3.12 Kontribusi Kabupaten/Kota dalam Nilai Tambah Kategori Konstruksi di Provinsi Aceh, 2015 (persen)

Kabupaten/kota terhadap nilai tambah lapangan usaha konstruksi terbesar di Provinsi Aceh yang terbesar adalah Lhokseumawe dengan kontribusi sebesar 12,15 persen yang terutama dikarenakan adanya pengalihan fungsi PT Arun ke PT Pertagas dan pembangunan PLTMG Arun di tahun 2015. Aceh Besar dan Banda Aceh berada di urutan selanjutnya dengan peranan masing-masing sebesar 11,03 persen dan 8,71 persen.

12,15 11,03 8,71 6,76 5,82 5,74 5,30 5,22 4,46 4,30 4,05 3,84 3,52 2,86 2,81 2,42 2,33 1,82 1,64 1,47 1,32 1,28 1,17

(15)

3.7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, REPARASI DAN PERAWATAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR

apangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor memiliki kontribusi terbesar kedua terhadap PDRB Aceh setelah lapangan usaha pertanian. Kontribusi lapangan usaha ini pada perekonomian Aceh tahun 2015 adalah sebesar 15,72 persen atau senilai 20,31 triliun rupiah. Demikian juga keadaan di kabupaten/kota, kontribusi dari kategori perdagangan menempati urutan kedua setelah pertanian.

Grafik 3.13 Kontribusi Kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor dalam PDRB

Kabupaten/Kota, 2015 (persen)

Lapangan usaha Perdagangan memiliki peranan cukup besar dalam perekonomian kabupaten/kota di Aceh dengan kontribusi antara 5 sampai 32 persen. Empat kabupaten/kota yang kategori Perdagangannya cukup menonjol adalah Langsa, Bireuen, Banda Aceh, dan Lhokseumawe. Besarnya

12,42 12,83 14,61 13,17 8,98 12,98 17,01 17,37 15,33 22,16 11,15 17,47 10,84 10,58 11,25 10,48 7,11 10,53 21,86 14,79 29,84 21,74 16,46

15,72

(16)

kontribusi lapangan usaha ini menunjukkan banyaknya jenis dan jumlah transaksi jual beli di daerah-daerah tersebut.

Jika diperhatikan lebih jauh, terlihat bahwa daerah-daerah yang maju lapangan usaha perdagangannya merupakan daerah-daerah di pantai timur Aceh. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat jalur transportasi di pantai timur lebih banyak digunakan untuk mengangkut barang baik ke dalam maupun ke luar Aceh dikarenakan fasilitas transportasi yang lebih memadai, sedangkan di pantai barat intensitasnya lebih rendah karena kondisi jalan dan jauhnya jarak.

Grafik 3.14 Kontribusi Kabupaten/Kota dalam Nilai Tambah Kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor di Provinsi Aceh, 2015 (persen)

Kota Banda Aceh masih menempati urutan pertama dalam kontribusinya terhadap nilai tambah lapangan usaha perdagangan di Provinsi Aceh, yaitu sebesar 15,85 persen. Kabupaten/kota yang kontribusi perdagangannya kecil pada umumnya merupakan daerah dengan

15,85 10,94 8,99 8,83 8,49 6,03 5,74 4,88 3,76 3,64 37,5 3,06 2,99 2,55 2,32 1,35 1,25 1,14 1,11 1,05 1,03 1,02 0,77

(17)

penduduk sedikit dan bukan merupakan daerah transit, seperti Aceh Jaya, Simeulue, dan Sabang.

3.8. TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN

apangan usaha Transportasi dan Pergudangan sangat diperlukan untuk mendukung mobilitas barang yang digunakan oleh penduduk dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan sehari-hari. Kontribusi lapangan usaha ini pada tahun 2015 menempati urutan kelima dalam perekonomian Aceh, yaitu sebesar 8,01 persen atau mencapai 10,36 triliun rupiah.

Grafik 3.15 Kontribusi Kategori Transportasi dan Pergudangan dalam PDRB Kabupaten/Kota, 2015 (persen)

Kontribusi lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan yang paling dominan berada di Kota Banda Aceh, dengan peranan terhadap PDRB-nya sebesar 14,36 persen. Hal ini didukung oleh keberadaan Banda Aceh sebagai ibukota provinsi yang berada di ujung Pulau Sumatera, yang selain sebagai tujuan akhir juga menjadi daerah transit dari pantai timur ke

3,25 7,97 5,84 4,91 5,86 4,23 6,80 13,98 6,56 10,02 5,91 7,15 2,46 4,39 4,10 10,55 6,24 4,61 14,36 3,83 9,33 12,45 5,688,01

(18)

pantai barat dan sebaliknya. Sementara itu, kontribusi lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan di daerah lain cukup baik, meskipun tidak sebesar di Banda Aceh, yaitu bervariasi antara 2,4 sampai 14 persen.

Pada umumnya, ada kaitan yang cukup erat antara kontribusi lapangan usaha Perdagangan dengan kontribusi lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan. Kontribusi yang besar di lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan biasanya didukung oleh kontribusi yang besar juga di lapangan usaha Perdagangan. Semakin maju perdagangan di suatu daerah, semakin maju pula lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebagai pendukungnya.

Grafik 3.16 Kontribusi Kabupaten/Kota dalam Nilai Tambah Kategori Transportasi dan Pergudangan di Provinsi Aceh, 2015 (persen)

Kontribusi Banda Aceh bagi nilai tambah lapangan usaha ini di Provinsi Aceh juga menempati urutan tertinggi, yaitu sebesar 20,00 persen. Hal ini cukup wajar, mengingat konsentrasi penduduk dan kegiatan ekonomi berpusat di Banda Aceh. Sementara itu, kontribusi kabupaten/kota lainnya

20,00 13,64 9,50 9,34 9,15 4,95 4,56 3,74 3,45 2,38 2,35 2,35 2,25 2,10 2,01 2,00 1,66 1,36 1,14 0,69 0,51 0,48 0,38

(19)

bagi nilai tambah lapangan usaha ini di Provinsi Aceh cukup rendah, bahkan secara umum kontribusinya di bawah 5 persen, kecuali Aceh Besar, Bireuen, dan Aceh Utara yang masih di atas 9 persen (Gambar 3.16).

3.9. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM

ontribusi dari lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum di Aceh tidak setinggi kategori-kategori lainnya. Nilai tambah kategori ini pada tahun 2015 adalah sebesar 1,59 triliun rupiah dengan kontribusi sebesar 1,23 persen. Meskipun demikian, lapangan usaha ini memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan karena didukung oleh budaya masyarakat Aceh yang menjadikan warung kopi/kafe sebagai tempat diskusi dan bersosialisasi. Selain itu Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel di Aceh juga terus meningkat dari tahun ke tahun.

Grafik 3.17 Kontribusi Kategori Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dalam PDRB Kabupaten/Kota, 2015 (persen)

Besarnya kontribusi lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum dalam PDRB Kabupaten/Kota berkisar diantara 0 hingga 3 persen. Daerah destinasi wisata seperti Kota Sabang dan Kota Banda Aceh 1,41 1,11 0,46 0,61 0,96 1,33 1,06 1,35 1,20 1,05 0,42 0,75 0,48 1,15 0,31 0,78 0,42 0,98 2,94 3,43 2,13 0,98 0,781,23

(20)

merupakan Kabupaten/Kota yang memilki kontribusi yang relatif besar lebih besar dibandingkan kabupaten/Kota lainnya, yaitu masing-masing sebesar 3,43 persen dan 2,94 persen.

Grafik 3.18 Kontribusi Kabupaten/Kota dalam Nilai Tambah Kategori Penyedia- an Akomodasi dan Makan Minum di Provinsi Aceh, 2015 (persen)

Kota Banda Aceh yang merupakan ibukota Provinsi Aceh menjadi Kabupaten/Kota yang memiliki kontribusi yang paling besar dan jauh berada diatas Kabupaten/Kota lainnya yaitu sebesar 13,34 persen pada tahun 2015.

Kabupaten Aceh Besar dan Bireuen berada di urutan berikutnya dengan peranan masing-masing sebesar 9,15 persen dan 6,91 persen, sedangkan yang kontribusinya terendah adalah Kabupaten Gayo Lues, yaitu sebesar 0,65 persen.

3.10. INFORMASI DAN KOMUNIKASI

apangan usaha informasi dan komunikasi pada tahun 2015 memberikan kontribusi dalam perekonomian Aceh sebesar 3,16 persen dengan nilai sebesar 4,11 triliun rupiah. Lapangan usaha ini secara nasional bahkan tumbuh di atas 10 persen, sedangkan di Aceh

13,34 9,15 6,91 6,26 5,45 5,20 5,12 5,10 4,53 4,33 37,5 2,38 1,68 1,54 1,47 1,42 1,32 1,28 28,3 1,02 0,99 0,66 0,65

(21)

pertumbuhannya sebesar 4,21 persen. Hal ini dikarenakan harga yang lebih tinggi di Aceh, sehingga konsumen lebih membatasi pemakaian.

Pada umumnya kontribusi lapangan usaha ini dalam PDRB kabupaten/kota berkisar antara 1 hingga 8 persen. Kontribusi lapangan usaha informasi dan komunikasi di Kota Banda Aceh memiliki share yang lebih tinggi dari kabupaten/kota Lainnya yaitu sebesar 7,28 persen. Kontribusi kategori ini di Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Selatan juga cukup tinggi, masing-masing sebesar 6,24 persen dan 5,02 persen dari PDRBnya. Sementara pertumbuhan tertingginya dicapai oleh Kota Subulussalam dengan pertumbuhan sebesar 8,99 persen.

Grafik 3.19 Kontribusi Kategori Informasi dan Komunikasi dalam PDRB Kabupaten/Kota, 2015 (persen)

Bila dilihat berdasarkan kontribusi Kabupaten/Kota terhadap nilai tambah lapangan usaha informasi dan komunikasi terhadap Provinsi Aceh pada tahun 2015, Kota Banda Aceh masih memberikan kontribusi tertinggi, yaitu sebesar 23,91 persen. Kabupaten Aceh Besar dan Aceh Utara

3,99 4,18 5,02 1,96 2,59 2,79 3,25 4,59 2,25 2,63 1,76 2,49 1,27 3,89 2,41 2,77 1,44 2,69 7,28 2,08 6,24 3,31 3,58

3,33

(22)

menempati urutan berikutnya dengan kontribusi masing-masing sebesar 10,57 persen dan 6,43 persen pada tahun 2015.

Grafik 3.20 Kontribusi Kabupaten/Kota dalam Nilai Tambah Kategori Informasi dan Komunikasi di Provinsi Aceh, 2015 (persen)

3.11. JASA KEUANGAN DAN ASURANSI

apangan usaha Jasa Keuangan dan Asuransi memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah, karena kategori ini berperan sebagai salah satu sumber investasi usaha. Pertumbuhan yang tinggi di kategori ini menunjukkan tingginya transaksi keuangan, yang juga menunjukkan tingginya aktivitas ekonomi. Kontribusi lapangan usaha Jasa Keuangan dan Asuransi dalam PDRB Aceh pada tahun 2015 adalah sebesar 1,85 persen dengan nilai sebesar 2,4 triliun rupiah.

Kontribusi kategori ini dalam PDRB Kabupaten Aceh Tenggara merupakan yang paling tinggi dibandingkan dalam PDRB kabupaten/kota lainnya, yaitu sebesar 3,05 persen, sedangkan laju pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Kabupaten Pidie Jaya yang tumbuh sebesar 29,50 persen pada

23,91 10,57 6,43 5,88 5,86 5,43 4,99 4,76 4,74 4,22 4,01 3,66 3,11 1,68 1,65 1,57 1,56 1,48 1,24 1,14 1,03 0,59 0,49

(23)

tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan sektor keuangan di Pidie Jaya sangat menjanjikan.

Grafik 3.21 Kontribusi Kategori Jasa Keuangan dan Asuransi dalam PDRB Kabupaten/Kota, 2015 (persen)

Grafik 3.22 Kontribusi Kabupaten/Kota dalam Nilai Tambah Kategori Jasa Keuangan dan Asuransi di Provinsi Aceh, 2015 (persen)

Berdasarkan kontribusi kabupaten/kota terhadap nilai tambah lapangan usaha keuangan di Aceh, maka Banda Aceh masih menempati

1,80 2,62 2,21 3,05 1,65 2,11 2,34 1,31 1,59 1,18 1,35 2,15 1,17 1,22 1,24 0,53 2,62 0,84 2,87 2,54 2,95 2,16 1,67

1,85

17,68 9,26 7,16 5,69 5,67 5,66 5,31 5,19 4,96 4,81 4,55 3,92 3,91 3,00 2,92 2,66 1,98 1,25 1,12 1,01 0,92 0,90 0,44

(24)

urutan pertama, yaitu sebesar 17,68 persen, diikuti oleh Aceh Utara dan Lhokseumawe dengan kontribusinya masing-masing sebesar 9,26 persen dan 7,16 persen. Selain terkait dengan kompleksnya transaksi ekonomi, tinggi rendahnya kontribusi lapangan usaha kabupaten/kota dalam penciptaan nilai tambah lapangan usaha ini juga terkait dengan jumlah penduduk.

3.12. REAL ESTAT

eal estat mencakup kegiatan pembelian, penjualan, penyewaan, dan pengoperasian real estat, gedung dan tempat tinggal, tempat perbelanjaan, serta tanah. Termasuk dalam nilai tambah kategori ini adalah penggunaan rumah milik sendiri untuk tempat tinggal yang diperkirakan dalam Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Sehingga semakin banyak jumlah penduduk seuatu daerah, semakin tinggi pula nilai tambah kategori Real Estat.

Grafik 3.23 Kontribusi Kategori Real Estat dalam PDRB Kabupaten/Kota, 2015 (persen)

3,59 3,34 3,63 4,06 3,72 2,96 3,12 5,09 3,50 2,81 2,37 3,02 2,90 4,01 2,30 3,76 2,00 3,97 6,59 3,92 4,22 3,52 3,58

3,78

(25)

Kontribusi lapangan usaha real estat dalam perekonomian Aceh pada tahun 2015 adalah sebesar 3,78 persen dengan laju pertumbuhan sebesar 6,48 persen. Kontribusi lapangan usaha ini dalam PDRB Kabupaten/Kota berkisar antara 2 hingga 7 persen. Kontribusi lapangan usaha real estat di Kota Banda Aceh memiliki share yang lebih tinggi dari Kabupaten/Kota lainnya yaitu sebesar 6,59 persen dan diikuti Kabupaten Aceh Besar sebesar 5,09 persen.

Grafik 3.24 Kontribusi Kabupaten/Kota dalam Nilai Tambah Kategori Real Estat di Provinsi Aceh, 2015 (persen)

Berdasarkan kontribusi kabupaten/kota terhadap nilai tambah lapangan usaha real estat di Aceh, maka Banda Aceh masih menempati urutan pertama, yaitu sebesar 20,12 persen, diikuti oleh Aceh Besar dengan kontribusinya sebesar 10,90 persen. Kabupaten Aceh Besar merupakan kabupaten yang mengelilingi Kota Banda Aceh dimana pembangunan di Kabupaten Aceh Besar yang berbatasan langsung dengan Kota Banda Aceh cukup pesat. Hal ini didukung dengan adanya program pemerintah Indonesia untuk membangun 1 juta rumah bersubsidi.

20,12 10,90 8,03 6,34 5,84 5,80 5,80 4,77 3,77 3,61 3,42 3,20 3,01 2,77 2,15 1,86 1,56 1,48 1,25 1,25 1,24 0,96 0,86

(26)

3.13. JASA PERUSAHAAN

apangan usaha jasa perusahaan terdiri dari berbagai kegiatan jasa persewaan dan jasa profesional termasuk jasa notaris, jasa konsultan, jasa persewaan alat, jasa persewaan kendaraan, dan lain-lain.

Peranan kategori ini dalam perekonomian Aceh adalah sebesar 0,59 persen dengan nilai tambah sebesar 0,76 triliun rupiah. Peranan lapangan usaha jasa perusahaan dalam PDRB Kabupaten/Kota sangat kecil, yaitu dibawah 1 persen, kecuali Kota Banda Aceh yang peranannya sebesar 2,36 persen.

Kategori ini dapat juga dijadikan indikator awal kemajuan suatu daerah.

Semakin kompleks kegiatan ekonominya, maka nilai tambahnya akan semakin besar karena semakin besarnya kebutuhan akan jasa profesional.

Grafik 3.25 Kontribusi Kategori Jasa Perusahaan dalam PDRB Kabupaten/Kota, 2015 (persen)

Berdasarkan kontribusi kabupaten/kota terhadap nilai tambah lapangan usaha jasa perusahaan di Provinsi Aceh, Banda Aceh sebagai ibukota Provinsi masih menempati urutan pertama, yaitu sebesar 45,56

0,15 0,62 0,57 0,42 0,25 0,52 0,44 0,32 0,58 0,30 0,28 0,31 0,13 0,34 0,24 0,11 0,23 0,272,30 0,29 0,85 0,79 0,310,59

Gambar

Grafik  3.1 Kontribusi Kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dalam  PDRB Kabupaten/Kota, 2015 (persen)
Grafik 3.2  Kontribusi Kabupaten/Kota dalam Nilai Tambah Kategori Pertanian,  Kehutanan, dan Perikanan di Provinsi Aceh, 2015 (persen)
Grafik 3.3  Kontribusi Kategori Pertambangan dan Penggalian dalam PDRB  Kabupaten/Kota, 2015 (persen)
Grafik 3.4  Kontribusi Kabupaten/Kota dalam Nilai Tambah Kategori  Pertambangan dan Penggalian di Provinsi Aceh, 2015 (persen)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sama halnya seperti outer marker , middle marker   juga meman"arkan gelombang elektromagnetik untuk memberikan informasi ke pilot dengan jarak  yang berbeda dari :M yaitu

Saat ini salah satu isu utama di dunia adalah anti-pencucian uang pencucian uang Menurut IMF (Internasional Dana Moneter), pencucian uang telah menjadi salah satu kegiatan yang

1) untuk lebih memudahkan masyarakat miskin prosedur dan persyaratan pembiayaan dibuat sesederhana mungkin. Grameen Bank menggunakan strategi jemput bola, mulai dari

Pelayanan kesehatan pada instalasi radiologi di rumah sakit H.Padjonga Daeng ngalle Kabupaten Pelayanan kesehatan pada instalasi radiologi di rumah sakit H.Padjonga Daeng

Pencantuman logo atau nama perusahaan dan atau produk sponsor pada bagian bawah atau samping dibeberapa media publikasi dan promosi event dengan besar space 15 % dari space SPONSOR

1) Tugas Pokok Guru Piket sebagai Petugas Penegak Disiplin adalah sebagai berikut : 1. Memeriksa seragam siswa, kelengkapan seragam siswa, kerapihan, dan keterlambatan

Subrogasi atau subrogation pada prinsipnya merupakan hak penanggung, yang telah Subrogasi atau subrogation pada prinsipnya merupakan hak penanggung, yang