• Tidak ada hasil yang ditemukan

KLASIFIKASI JENIS MOTIF BATIK YOGYAKARTA BERDASARKAN POLA GARIS MENGGUNAKAN LEARNING VECTOR. Skripsi UKDW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KLASIFIKASI JENIS MOTIF BATIK YOGYAKARTA BERDASARKAN POLA GARIS MENGGUNAKAN LEARNING VECTOR. Skripsi UKDW"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

i

KLASIFIKASI JENIS MOTIF BATIK YOGYAKARTA BERDASARKAN POLA GARIS MENGGUNAKAN LEARNING

VECTOR

Skripsi

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

2017

©UKDW

(2)

ii

KLASIFIKASI JENIS MOTIF BATIK YOGYAKARTA BERDASARKAN POLA GARIS MENGGUNAKAN LEARNING

VECTOR

Skripsi

Diajukan kepada Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Duta Wacana

Sebagai Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Disusun oleh

JOSEVTO TRI UMPUNU 22104828

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

2017

©UKDW

(3)

iii

©UKDW

(4)

iv

©UKDW

(5)

v

©UKDW

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul

“KLASIFIKASI JENIS MOTIF BATIK YOGYAKARTA BERDASARKAN POLA GARIS MENGGUNAKANLEARNING VECTOR” dengan baik dan tepat waktu.

Penulisan laporan ini merupakan kelengkapan dan pemenuhan dari salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Komputer.Selain itu, penulisan laporan Tugas Akhir ini juga bertujuan untuk melatih mahasiswa agar dapat menghasilkan suatu karya yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, sehingga dapat bermanfaat bagi penggunanya.

Dalam menyelesaikan penelitian dan laporan Tugas Akhir ini, penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, dan masukan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Sri Suwarno, M.Eng.selaku dosen pembimbing I yang selalu sabar dalam membimbing penulis dalam mengerjakan penelitian dan penyusunan laporan Tugas Akhir.

2. IbuWidi Hapsari, Dra., M.T.selaku dosen pembimbing II yang selalu sabar dan baik membimbing penulis dalam mengerjakan penelitian dan penyusunan laporan Tugas Akhir.

3. Keluarga Besar mulai dari Mama, Papa, Nenek, Oni, kakalin, ka Leo, EL dan Tante Ranai yang selalu memberikan doa dan dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

4. Megasari yang selalu menemani dan memberikan semangat serta motivasi dalam penulisan tugas akhir.

5. Rekan-Rekan Kost WH yang sudah mendukung penulisan tugas akhir ini mulai dari, Zufrian, Danang, Mac Yan, Gozali, Mas Adi, Mbah, Sintong,

©UKDW

(7)

vii Elvin, Pentol, Robet, Yong Mr. Timor Leste, Indra, Sadam, Junda dan teman- teman kost yang tidak dapat ditulis satu per satu, sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Teman-Teman CMYK yang selalu siap dalam menyediakan sarana print.

7. Rekan seperjuangan Hengky Alvinsius, David, Ryan, thomas, Rian, Ncus, Didit, Arka, Barcel, Yohanes Dhany dan teman teman lainnya yang telah memberikan saran dan membantu mengingatkan kekurangan dalam Penulisan Tugas akhir.

8. Teman-Teman GKI Gejayan yang selalu memberikan saran, masukan dan menyediakan tempat untuk penulisan tugas akhir.

9. Rekan-rekan penulis yang dengan senang hati memberikan arahan, saran, dan, berbagi dalam pengerjaan Tugas Akhir maupun penulisan laporan Tugas Akhir.

10. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penelitian dan laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian, sehingga suatu saat nanti penulis dapat memberikan karya yang lebih baik lagi.

Akhir kata penulis meminta maaf bila ada kesalahan dalam penyusunan laporan maupun sewaktu penulis melakukan penelitian Tugas Akhir.Semoga penelitian dan laporan Tugas Akhir ini dapat berguna bagi kita semua.

Yogyakarta, 26Juli 2017

Penulis

©UKDW

(8)

viii

INTISARI

KLASIFIKASI JENIS MOTIF BATIK YOGYAKARTA BERDASARKAN POLA GARIS MENGGUNAKANLEARNING VECTOR QUANTIZATION

Batik merupakan salah satu simbol penting bagi beberapa daerah kususnya di daerah Jawa.Di dalam adat Jawa, Batik merupakan symbol yang digunakan dalam acara keagamaan, acara pernikahan,Perkembangan batikpun dimulai di Jawa Tengah, dan batik Yogyakarta merupakan salah satu dari perkembangan batik yang ada pada saat ini. Perkembangan batik memunculkan banyak jenis jenis batik dari berbagai daerah dengan nama yang berbeda-beda, namun yang membuat batik-batik disetiap daerah berbeda adalah motif yang terdapat pada batik itu sendiri.

Klasifikasi batik merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan dalam membantu mengenali kembali jenis jenis batik serta menjaga unsur dan motif utama dari batik sehingga budaya batik di Yogyakarta tetap terjaga.Salah satu algoritma yang bias digunakan untuk proses klasifikasi motif batik tersebut adalah algoritma Learning Vector Quantization (LVQ) agar proses klasifikasi berjalan dengan baik, maka algoritma LVQ akan didukung oleh thinning menggunakan zhang-suen.

Hasil dari penelitian yang menggunakan 200 sampel citra untuk diproses dalam sistem menunjukkan bahwa algoritma LVQ memiliki keakuratan sebesar 25%

dalam proses Klasifikasi citra batik Yogyakarta. Ada beberapa parameter yang mempengaruhi algoritma ini dalam proses Klasifikasi citra batik seperti Learning rate, Error rate, dan Max Epoch.

Kata kunci : Algoritma, Zhang suen, Learning Vector Quantization, Klasifikasi, Citra,

©UKDW

(9)

ix DAFTAR ISI

COVER ... i

COVER 2 ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

INTISARI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Batasan Masalah ... 2

1.4. Tujuan Penelitian ... 2

1.5. Metode Penelitian ... 3

1.6. Sistematika Penulisan ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Tinjauan Pustaka ... 6

2.2. Landasan Teori ... 8

2.2.1. Pengenalan Pola (Pattern Recognition) ... 8

2.2.2. Model Grayscale ... 9

2.2.3. Thresholding ... 9

2.2.4. Thinning ... 10

2.2.5. Algoritma Zhang-suen ... 10

2.2.6. Direction Feature Extraction ... 17

©UKDW

(10)

x

2.2.7. Area Binary Object ... 18

2.2.8. Algoritma Learning Vector Quantization ... 19

2.2.9. Batik Yogyakarta ... 24

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 25

3.1. Alat Penelitian ... 25

3.2. Diagram Alir ... 25

3.2.1. Sistem ... 26

3.2.2. Zhang-suen ... 28

3.2.3. Learning Vector Quantization ... 32

a. Pelatihan ... 32

a. Pengujian ... 33

3.3. Perancangan Antarmuka ... 36

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SISTEM ... 39

4.1. Implementasi Sistem ... 39

4.1.1. Pelatihan ... 39

4.1.2. Pengenalan ... 41

4.1.3. Implementasi Proses Grayscale ... 42

4.1.4. Implementasi Proses Threshold ... 43

4.1.5. Implementasi Proses Thinning Zhang-Suen ... 44

4.1.6. Implementasi Proses Learning Vector Quantization ... 45

4.2. Analisis Sistem ... 50

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1. Kesimpulan ... 58

5.2. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN

©UKDW

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Ilustrasi Contour points P1 dan 8 tetangganya ... 11

Gambar 2.2 ilustrasi Langkah 1 ... 11

Gambar 2.3 Penerapan Algoritma Zhang-suen image Awal ………...14

Gambar 2.4 Penandaan piksel hasil iterasi 1 dan piksel P1 = (P2) ... 15

Gambar 2.5 Penerapan Algoritma Zhang-suen image Awal Iterasi 1 ... 15

Gambar 2.6. Penerapan Hasil Akhir Algoritma Zhang suen Iterasi 2 ... 16

Gambar 2.7. Matrix Keterangan Nilai Ketetanggaan ... 18

Gambar 2.8. Alur Proses Area Binary Object Feature ... 18

Gambar 2.9. Arsitektur Jaringan LVQ ... 19

Gambar 3.1. Diagram Alir Sistem ... 26

Gambar 3.2. Diagram Alir Zhang-suen ... 28

Gambar 3.3. Diagram Sambungan Alir Zhang-suen ... 29

Gambar 3.4. Diagram Alir Pelatihan Learning Vector Quantization ... 32

Gambar 3.5. Diagram Alir Pengujian Learning Vector Quantization ... 33

Gambar 3.6. Rancangan antar Muka ... 26

Gambar 4.1. Tampilan proses muat target tanpa nilai Max Epoch, Alfa, Error Rate40 Gambar 4.2. Tampilan proses pelatihan LVQ dengan nilai Max Epoch, Alfa, Error Rate ... 40

Gambar 4.3. Form pengenalan pada program Klasifikasi Jenis Batik Yogyakarta41 Gambar 4.4. Tampilan setelah melakukan Open file ... 42

Gambar 4.5. Tampilan setelah melakukan Proses Grayscale ... 43

Gambar 4.6. Tampilan setelah melakukan Proses Threshold ... 44

Gambar 4.7. Tampilan setelah melakukan Proses Thinning Zhangsuen ... 45

Gambar 4.8. Tampilan pengurutan citra sample dari folder LATIH ... 46

Gambar 4.9. Tampilan output 1 setelah melakukan Proses LVQ Pengenalan ... 46

Gambar 4.10. Tampilan output 2 setelah melakukan Proses LVQ Pengenalan .... 47

©UKDW

(12)

xii Gambar 4.11. Tampilan output 3 setelah melakukan Proses LVQ Pengenalan .... 47 Gambar 4.12. Tampilan output 4 setelah melakukan Proses LVQ Pengenalan .... 48 Gambar 4.13. Tampilan akhir setelah melakukan Proses LVQ Pengenalan ... 49

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai label dan arah DFE... 17 Tabel 3.1 Penjelasan fungsi dan jenis komponen pada rancangan antar muka…. 37 Tabel 4.1Data analisis dengan learning rate : 0.001, Max epoch : 1000, dan Error rate : 0.0001 ... 50 Tabel 4.2Data analisis dengan learning rate : 0.002, Max epoch : 1000, dan Error rate : 0.0001 ... 51 Tabel 4.3 Data analisis dengan learning rate : 0.003, Max epoch : 1000, dan Error rate : 0.0001 ... 52 Tabel 4.4Data analisis dengan learning rate : 0.004, Max epoch : 1000, dan Error rate : 0.0001 ... 53 Tabel 4.5Data analisis dengan learning rate : 0.005, Max epoch : 1000, dan Error rate : 0.0001 ... 54 Tabel 4.6Hasil analisis terhadap nilai learning rate 0.001-0.009 dan error rate 0.0001 menggunakan 200 data uji ... 55 Tabel 4.7Hasil analisis terhadap nilai Error rate 0.00001-0.00009 dan Learning rate 0.009 menggunakan 200 data uji ... 56 Tabel 4.8Hasil analisis terhadap jenis batik yang paling banyak dikenali oleh sistem klasifikasi jenis batik Yogyakarta ... 57

©UKDW

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Batik merupakan salah satu simbol penting bagi beberapa daerah kususnya di daerah Jawa.Di dalam adat Jawa, Batik merupakan symbol yang digunakan dalam acara keagamaan, acara pernikahan, serta acara kematian (PT. Adem Sari Tirta Buana, 2008).Jika dilihat berdasarkan definisi, batik adalah sebuah teknik untuk merintang atau menahan warna dengan menggunakan lilin (Ramadhan, 2013).Batik merupakan kesenian tradisional yang sudah lama ada di tanah Jawa sejak beberapa abad yang lalu.Perkembangan batikpun dimulai di Jawa Tengah, dan batik Yogyakarta merupakan salah satu dari perkembangan batik yang ada pada saat ini. Perkembangan batik memunculkan banyak jenis jenis batik dari berbagai daerah dengan nama yang berbeda-beda, namun yang membuat batik- batik disetiap daerah berbeda adalah motif yang terdapat pada batik itu sendiri.

Motif-motif tersebut membuat batik memiliki karakter dan ciri khas tersendiri, seperti pada batik Yogyakarta dengan motif Ceplok yang mencantumkan gambar patung ganesha pada candi banon, serta paung brahma dan singasari yang berbentuk lingkaran (Kursianto, 2013).Semakin berkembangnya jaman, semakin banyak dan beragam pula batik-batik yang ada di Indonesia khususnya di Yogyakarta.Motif motif baru atau motif motif lama yang didesain ulang dan ornamen tambahan pada batik agar terlihat lebih menarik membuat ciri khas dari batik tersebut berkurang dan jenis-jenis batik di Yogyakarta sulit untuk dikenali.

Merancang sebuah sistem klasifikasi batik merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan dalam membantu mengenali kembali jenis jenis batik

©UKDW

(14)

2 sertamenjagaunsur dan motif utama dari batik sehingga budaya batik di Yogyakarta tetap terjaga.Klasifikasi motif batik tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan algoritma Learning Vector Quantization (LVQ).

Algoritma LVQ sudah pernah digunakan dalam beberapa penelitian antara lain penelitian yang dilakukan oleh Firmansya dalam meneliti jenis buah, Agustina dalam pengenalan aksara jawa, dan peneliti-peneliti lainnya. Sistem yang dibuat oleh penulis mampu melakukan klasifikasi jenis motif batik Yogyakarta dengan baik melalui bantuan algoritma thinning Zhang-suen yang nantinya akan mendukung algoritma Learning vector Quantization dalam melakukan proses klasifikasi, serta membantu memunculkan kembali minat dan pengetahuan masyarakat tentang seni khususnya seni dan budaya batik di Yogyakarta.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam kasus ini adalah :

a) Bagaimana merancang sebuah sistem pengolahan citra digital untuk klasifikasi motif batik menggunakan algoritma Learning Vector Quantization ?

b) Apakah algoritma Learning Vector Quantization dapat melakukan klasifikasi motif batik dengan akurat ?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam kasus ini adalah :

a) Klasifikasi motif batik tidak dilakukan pada semua jenis motif batik, hanya diambil beberapa jenis saja seperti jenis batik Ceplok, Parang, Kawung, dan Semen dengan motif yangpola garisnya terlihat lebih jelas guna mempermudah proses klasifikasi.

©UKDW

(15)

3 b) Citra yang digunakan sebagai data uji berukuran 100x100 piksel dan

berjumlah 200 data berbentuk citra gambar batik Yogyakarta.

c) Gambar yang akan digunakan dalam penelitian klasifikasi motif batik diambil dari buku “Kumpulan Motif Batik Yogyakarta” yang ditulis oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Prov.Daerah Istimewa Yogyakarta.

d) Menggunakan algoritma Zhang-suen dalam mendukung klasifikasi motif batik berdasarkan pola garis menggunakan Learning Vector Quantization.

1.4 Tujuan Penelitian

a) Mengukur keefektifitasan Algoritma LVQ untuk klasifikasi citra Batik Yogyakarta berdasarkan persentase 1-100% dan menguji sistem untuk melakukan klasifikasi terhadap sampel batik yang diteliti.

b) Penelitian ini memiliki tujuan untuk membuktikan apakah algoritma Learning Vector Quantizationefektif jika dikombinasikan dengan Thinning Zhang-suen untuk melakukanklasifikasi pada citra batik Yogyakarta.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk mendukung pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

a. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari buku-buku tentang Batik Yogyakarta mulai dari buku-buku yang menjelaskan tentang sejarah Batik, hingga unsur, pola, contoh gambar dan motif-motif batik khususnya batik Yogyakarta, dan buku-buku atau kumpulan jurnal-jurnalyang berhubungan dengan Pemprograman Citra dan Jaringan Syaraf Tiruan yang memuat informasi yang diperlukan dalam membantu pembuatan tugas akhir ini.

b. Penyajian Sistem

©UKDW

(16)

4 - Pengambilan Sampel Data

Pengambilan data berasal dari buku-buku yang berisi kumpulan jenis motif batik Yoyakarta yang ditulis oleh Dinas Perindustrian Prov.DIY.data yang diinputkan untuk diuji berupa citra gambang batik Yogyakarta

- Ukuran keberhasilan ditentukan oleh presentase keberhasilan :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑒𝑟ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 100%

c. Proses

Di dalam langkah proses, ada beberapa tahap pengerjaan. Berikut adalah tahap-tahap yang dilakukan.

a) Konversi Citra Menggunakan Grayscale dan Threshold

Citra diubah menjadi Grayscale terlebih dahulu, kemudian lakukan Proses perubahan citra menjadi citra biner dengan cara menerapkan sebuah nilai tertentu sebagai nilai dasar ( nilai Threshold ) dimana semua piksel dengan nilai yang lebih besar dari nilai tersebut akan diubah menjadi hitam dan nilai dibawah nilai Threshold diubah menjadi putih. Proses ini bertujuan untuk memisahkan piksel Foreground (objek) dan Background (latar).

b) Metode Thinning menggunakan Zhang-suen

Melakukan perhitungan menggunakan algoritma Zhang-suen guna melakukan penipisan pola garis dengan cara merubah nilai pada piksel tetangga.

c) Metode Learning Vector Quantization

Melakukan perhitungan menggunakan algoritma Learning Vector Quantization dengan cara menghitung galat dan mengubah bobot- bobot pada semua Interkoneksinya. Proses klasifikasi akan dilakukan jika nilai akhir bobot sudah ditemukan.

[1.1]

©UKDW

(17)

5 d) Output

Output berupa citra motif batik berdasarkan tahap-tahap proses yang dilakukan beserta klasifikasi terhadap motif batik tersebut.

1.6 Sistematika Penulisan

Pada penulisan tugas akhir ini akan dibagi dalam 5 bab, yaitu :

Bab 1 sebagai pendahuluan merupakan gambaran umum tugas akhir yang berisi latar belakang masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab 2 yang berjudul Landasan Teori berisi teori yang melandasi penelitian dan penyelesaian masalah.

Bab 3 Perancangan sistem berisi deskripsi dan konsep pemikiran dijabarkan ke dalam bentuk sistem yang lebih nyata.

Bab 4 yang berjudulImplementasi ke Analisa Sistem berisi implementasi dan analisa dari perancangan sistem ke software, yaitu implementasi input, implementasi output dan implemntasi proses.

Bab 5 Penutup yang berisi kesimpulan akhir implementasi dan saran-saran

untuk pengembangan sistem lebih lanjut

©UKDW

(18)

58 BAB 5

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari seluruh proses penelitian penulis adalah sebagai berikut :

1. Hasil klasifikasi batik Yogyakarta menggunakan LVQ pada system ini dipengaruhi oleh learning rate, epoch, dan error rate

2. Besarnya learning rate dan error rate mempengaruhi perubahan nilai epoch

3. Berdasarkan hasil penelitian klasifikasi batik Yogyakarta, jenis batik yang paling sering dikenali adalah batik Ceplok. batik Yogyakarta dengan jenis Ceplok dikenali lebih banyak yaitu sebanyak 628 kali, sedangkan batik Parang, kawung, dan semen masing masing hanya bernilai 306, 321, dan 625 kali.

4. Pada penelitian ini, algoritma LVQ dapat melakukan klasifikasi dengan baik pada learning rate sebesar 0.009, epoch sebesar 45, dan error rate sebesar 0.00008 yang memiliki tingkat keakuratan sebesar 25%

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian penulis antara lain : 1. Klasifikasi dapat dilakukan tidak hanya dibatasi batik Yogyakarta

tetapi penelitian dengan klasifikasi dari batik seluruh Indonesia

2. Dapat dilakukan perbandingan algoritma Thinning dengan algoritma selain Zhang Suen untuk mendukung proses klasifikasi algoritma LVQ

©UKDW

(19)

59

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, A. C. (2011). Pengenalan Aksara Jawa Menggunakan Learning Vector Quantization. Jurnal Teknik Informatika .

Andri. (2012). Implementasi Segmentasi Citra dan Algoritma Learning Vector Quantization (LVQ) dalam Pengenalan Bentuk Botol. Jurnal SIFO Mikroskil (JSM) . Firmansyah, H. (2013). Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Mengidentifikasi Telapak Tangan Dengan Menggunakan Metode Learning Vector Quantization.

Jurnal Ilmu Komputer (JIK) .

Gonzales, R. C., & Woods, R. E. (2002). Digital Image Processing Second Edition.

Upper Saddle River,NJ: Prentice Hall.

Heranurweni, S. (2010). Pengenalan Wajah Menggunakan Learning Vector Quantization (LVQ). Jurnal Sains dan Teknologi .

Musman, A., & Arini, A. B. (2011). Batik : Warisan adiluhung Nusantara. ANDI OFFSET.

Novhard. (2007). Pengenalan Pola (Pattern Recognition). Retrieved November 17,

2014, from Metode & Algoritma: http://www.metode-

algoritma.com/2013/06/pengenalan-pola-pattern-recognition.html

Peratama, E., & Suherman, A. (2015). Learning Vector Quantization. Klasifikasi Kualitas Buah Garcinia Mangostana L Menggunakan Metode Learning Vector Quantization , 426-427.

Prabowo, A. (2006). Learning Vector Quantization pada Pengenalan Pola Tandatangan. Jurnal Sains dan Matematika .

Pratiwi, N., Hapsari, W., & Herlina, T. (2013). PENGENALAN AKSARA BALI DENGAN PENDEKATAN METODE DIRECTION FEATURE DAN AREA BINARY OBJECT EATURE , 86-87.

Zurnawita & Zulharbi, S. (Juni, 2009). ALGORITMA IMAGE THINNING , file:///C:/Users/Jojo/Downloads/118-123-1-PB.pdf.

©UKDW

Gambar

Tabel 2.1 Nilai label dan arah DFE.......................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Jaringan Syaraf Tiruan dengan Metode Learning Vector Quantization (LVQ) dalam Menentukan Klasifikasi Jenis Tilang Berdasarkan Kendaraan.. Winda Usman 1 , Irfan Sudahri Damanik 2

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,