• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON

SKRIPSI

diajukan memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi

oleh

Nisa Dienwati Nuris Nim 1104777

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Oleh

Nisa Dienwati Nuris NIM 1104777

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

©Nisa Dienwati Nuris 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

(3)
(4)
(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “ KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS

MASYARAKAT CIREBON “ ini berserta seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri. Saya tidak melakukan penjlipkan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 26 Oktober 2015

(6)

Nisa Dienwati Nuris (2015). Pembimbing 1 : Prof. Dr. H. Dadan Wildan, M.Hum. Pembimbing II : Dra. Hj. Siti Komariah, M.Si., Ph.D. Kearifan Lokal Pada Jenis dan Motif Batik Trusmi Berdasarkan Nilai-nilai Filosofis Masyarakat Cirebon

ABSTRAK

Kearifan lokal merupakan bentuk dari gagasan atau identitas suatu daerah yang secara bijak dikelola oleh masyarakat setempat. Kearifan lokal yang ada di Cirebon salah satunya yaitu Batik. Desa Trusmi adalah desa batik yang ada di Cirebon. Setiap jenis dan motif batik Trusmi memiliki makna dan nilai-nilai filosofis masyarakat Cirebon. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa dalam sebuah kain batik memiliki makna yang baik untuk kehidupan di masyarakat, jenis dan motif Batik Trusmi yang beragam dan memiliki nilai-nilai filosofis yang mendalam terutama pada jenis batik Keraton. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh secara menyeluruh tentang jenis dan motif serta makna yang terkandung dalam Batik Trusmi berdasarkan nilai-nilai filosofis masyarakat Cirebon sehingga dapat dilestarikan kepada generasi berikutnya. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Trusmi, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon. Subjek penelitian adalah pengrajin, budayawan, dan tokoh masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Penelitian ini melalui analisis data dengan cara yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa Batik Trusmi memiliki dua jenis batik yaitu batik keraton dan batik pesisiran. Jenis batik Keraton memiliki motif yaitu Paksi Naga Liman, Naga Seba, Taman Arum Sunyaragi, Ayam Alas Gunung Jati, dan Mega Mendung. Jenis batik Pesisiran memiliki motif yaitu Liris, Kawung dan Pangkaan. Motif batik keraton memiliki makna dan filosofis yang mendalam sedangkan motif batik pesisir tidak memiliki makna yang mendalam. Faktor yang memengaruhi jenis dan motif batik yaitu faktor alam, kebiasaan masyarakat Cirebon, benda-benda di keraton, cara pembuatan dan pewarnaan, dan dipengaruhi oleh kebudayaan di luar masyarakat Cirebon yaitu kebudayaan Jawa, Persia, Cina, dan India. Proses pewarisan dengan memberikan pembelajaran tentang proses pembuatan dan makna dari jenis dan motif batik kepada generasi muda. Sehingga peneliti merekomendasikan kerja sama kepada pemerintah dan masyarakat untuk melestarikan kearifan lokal terutama Batik yang ada di Trusmi dengan cara menyelenggarkan festival kebudayaan setiap tahun.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR HAK CIPTA

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGUJI LEMBAR PERNYATAAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2Rumusan Masalah Penelitian ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 5

1.5Struktur Organisasi ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Kajian Tentang Masyarakat ... 8

2.1.1 Pengertian Masyarakat ... 8

(8)

2.2 Kajian Tentang Kebudayaan ... 11

2.2.1 Pengertian Kebudayaan ... 11

2.2.2 Wujud dan Nilai Kebudayaan ... 13

2.2.3 Sifat dan Fungsi Kebudayaan ... 14

2.2.4 Unsur-unsur Kebudayaan ... 16

2.2.5 Nilai dan Hakikat Kebudayaan ... 17

2.3 Kajian Tentang Kearifan Lokal ... 20

2.3.1 Konsep Kearifan Lokal ... 20

2.3.2 Langkah Strategis Penerapan Kearifan Lokal bagi Masyarakat ... 26

2.5 Kajian Tentang Sosialisasi ... 27

2.6 Kajian Tentang Batik ... 33

2.7 Penelitian Terdahulu ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

3.1 Desain Penelitian ... 40

3.1.1 Metode dan Pendekatan ... 40

3.2 Partisipan dan Tempat Penelitian ... 43

3.2.1 Partisipan ... 43

3.2.2 Tempat Penelitian ... 43

3.3Instrumen Penelitian ... 44

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.6Keabsahan Data ... 44

3.7Analisis Data ... 50

3.8Prosedur Penelitian ... 53

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 55

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 55

4.1.1 Sejarah Desa Trusmi ... 55

4.1.2 Letak Daerah Trusmi ... 57

4.1.3 Iklim ... 58

4.1.4 Keadaan Penduduk dan Sistem Mata Pencaharian ... 58

(9)

4.1.6 Sistem Kesenian dan Bahasa Masyarakat Trusmi ... 59

4.1.7 Perkembangan Batik Trusmi ... 59

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 60

4.2.1 Profil Informan Penelitian ... 60

4.2.2 Jenis, Motif dan nilai-nilai filosofis yang terdapat pada batik Trusmi Cirebon ... 62

4.2.3 Faktor-faktor yang memengaruhi jenis dan motif batik Trusmi Cirebon ... 90

4.2.4 Proses pewarisan untuk melestarikan keberadaan batik Trusmi ... 93

4.2.5 Pengaruh Globalisasi dalam Proses Pewarisan Batik Trusmi ... 99

4.3 Pembahasan Penelitian ... 100

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 127

5.1 Simpulam ... 127

5.2 Implikasi dan Rekomendasi ... 130 DAFTAR PUSTAKA

(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Cirebon termasuk wilayah Pantura, perbatasan Jawa Barat dengan Jawa Tengah, maka sangat memungkinkan terjadinya persilangan kebudayaan antara kebudayaan Cirebon dengan kebudayaan lain terutama Sunda dan Jawa dan adanya beberapa keraton yang ada di Cirebon yaitu Keraton Kesepuhan dan Keraton Kanoman. Kebudayan Cirebon memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri, sehingga menarik peneliti untuk meneliti lebih dalam mengenai kebudayaan yang ada di Cirebon khususnya batik di Desa Trusmi Kabupaten Cirebon.

Desa Trusmi merupakan salah satu desa terpenting, dalam khasanah kebudayaan Cirebon, yang menarik dari Desa Trusmi ini adalah budaya membatik. Penggunaan kata Trusmi berasal dari sejarah Pangeran Trusmi putra pasangan Pangeran Carbon Girang dengan Nyi Cupluk. Nyi Cupluk adalah putri dari Ki Gede Trusmi sedangkan Pangeran Carbon Girang adalah putra Ki Kuwu Cerbon. Pangeran Trusmi atau Bung Cikal dikisahkan memiliki kebiasaan senang memangkas tanaman yang ditanam kakeknya, setiap kali tanaman itu dipangkas, tanaman itu kembali tumbuh. Maka disebutlah Trusmi yang bermula dari kata terus semi atau terus tumbuh kembali.

Kesenian dan kebudayaan masyarakat Trusmi memang memiliki khas dan keunikan tersendiri salah satunya yaitu batik. Batik yang berkembang di Trusmi diyakini penduduknya sebagai warisan dari leluhurnya yaitu Ki Gede Trusmi. Batik Trusmi kini satu-satunya sentra batik Cirebon yang dalam perkembangannya sekarang sangat pesat. Pengaruh batik Cina begitu kuat pada batik Trusmi, baik dari pewarnaan maupun motifnya dan berkembang pula batik Keratonan Cirebon.

(11)

merupakan refleksi estetika simbolik dari masyarakat Cirebon. Batik bukan sekedar dibuat untuk keindahan saja melainkan sebagai kaidah moral, adat yang bermakna.

Proses pembuatan batik ada dua cara yaitu dengan cara ditulis dan dicetak. Batik tulis sebagai kain bergambar yang dibuat dengan menuliskan atau memberikan goresan malam (lilin) pada kain, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu atau biasa dikenal dengan kain batik. Sedangkan batik cetak menggunakan sablon yang sudah ada motif batik sehingga dalam proses pembuatan relatif cepat dan efesien karena langsung dicetak oleh mesin.

Batik ini tercipta dari pemikiran-pemikiran leluhur bangsa Indonesia yang dalam sejarahnya hingga kini memiliki beragam nilai kearifan lokal. Batik Trusmi mencerminkan nilai, norma dan emosi suatu masyarakat Trusmi. Batik Trusmi berawal dari material textile yang merupakan salah satu kebutuhan primer manusia akan sandang lalu berkembang menjadi suatu kebudayaan sekaligus penanda keberadaan suatu kelompok masyarakat. Batik Cirebon sendiri termasuk golongan Batik Pesisir, namun juga sebagian batik Cirebon termasuk dalam kelompok Batik

Keraton. Hal ini dikarenakan Cirebon memiliki dua buah keraton yaitu Keraton

Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Batik Keraton Cirebon sangat kental dengan

makna simbolis yang bukan sekedar ungkapan estetik yang visual, akan tetapi di

dalamnya memuat sistem nilai tertentu yang diyakini oleh masyarakat keraton.

Berdasarkan sejarah dari dua keraton ini muncul beberapa desain batik Cirebonan

Klasik yang hingga sekarang masih dikerjakan oleh sebagian masyarakat desa Trusmi

diantaranya seperti motif Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Patran

Kangkung, Singa Payung, Singa Barong, Banjar Balong, Ayam Alas Gunung, Sawat

Penganten, Katewono, Gunung Giwur, Simbar Menjangan, Simbar Kendo, Supit

Urang, Wadas Mantingan, Taman arum Sunyaragi, Sunyaragian, Patran Kangkung,

Taman Teratai, Wadas Singa, dan Naga Seba.

(12)

pentingnya adalah menggali nilai-nilai filosofis atau non material yang terkandung di

dalamnya untuk dimanfaatkan bagi kehidupan masyarakat.

Motif batik Cirebon yang paling populer di masyarakat adalah motif kain batik Mega Mendung karena jenis batik ini adalah lambang khas atau simbol dari kota Cirebon. Namun, masyarakat Cirebon khususnya generasi muda hanya mengetahui corak batik Mega Mendung, dan tidak mengetahui filosofis dari corak Mega Mendung ini. Jenis dan corak batik Trusmi memiliki filosofis dan makna tersendiri. Dalam proses pembuatannya, seni batik terutama batik tulis melambangkan kesabaran pembuatnya. Setiap hiasan dibuat dengan teliti dan melalui proses yang panjang. Kesempurnaan motif tersebut menyiratkan ketenangan pembuatnya.

Corak batik tertentu dipercaya memiliki kekuatan gaib dan hanya boleh dikenakan oleh kalangan tertentu. Misalnya, motif parang yang melambangkan kekuatan dan kekuasaan, hanya boleh dikenakan oleh penguasa dan ksatria. Batik jenis ini harus dibuat dengan ketenangan dan kesabaran yang tinggi. Kesalahan dalam proses pembatikan dipercaya akan menghilangkan kekuatan gaib batik tersebut. Selain proses pembuatan batik yang sarat dengan makna filosofis, corak batik merupakan simbol-simbol penuh makna yang memperlihatkan cara berfikir masyarakat pembuatnya.

Berdasarkan penelitian terdahulu dalam skripsi yang dibuat oleh Novi

Pamelasari yang mengangkat judul penelitian tentang “Kandungan Nilai Kearifan Lokal Dalam Leksikon Batik Trusmi (Kajian Etnolinguistik).” Dalam skripsinya ini

ia membahas tentang kearifan lokal motif batik Trusmi yang artinya leksikon batik memiliki nilai hubungan antara manusia dan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Penelitian terdahulu dalam skripsi yang dibuat oleh Faizal Riza yang mengangkat judul penelitian tentang “Perkembangan Industri Kerajinan

Batik di Desa Trusmi Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon” dijelaskan pada skripsinya batik adalah sebuah kerajinan yang berkembang dalam bidang industri yang penjualannya sangat pesat di pasaran.

Berdasarkan penelitian terdahulu dalam tesis yang dibuat oleh Mariah Seliriana

(13)

Cirebon” membahas tentang perlindungan hak cipta dalam khas membatik. Batik pun harus memiliki hak cipta atau paten agar setiap pengrajin memiliki kekhasannya tersendiri dalam membuat batik, sehingga tidak adanya lagi batik Indonesia diklaim oleh Negara lain. Batik Trusmi sebagai batik khas wilayah Cirebon syarat dengan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cirebon. Berdasarkan penelitian terdahulu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang nilai-nilai batik Cirebon, dimana di setiap jenis dan motif batik memiliki nilai-nilai budaya dan sosial dalam kehidupan masyarakat daerah Trusmi Kabupaten Cirebon. Karena itu, peneliti akan meneliti lebih tentang

Kearifan Lokal Pada Jenis dan Motif Batik Trusmi Berdasarkan Nilai-nilai Filosofis Masyarakat Cirebon . Generasi muda dan tua di Cirebon peduli dan melestarikan kearifan lokalnya terutama batik Trusmi sebagai simbol kekayaan dan warisan turun temurun dari nenek moyang masyarakat Cirebon dan mengetahui nilai-nilai filosofis dari jenis dan motif yang tertulis dalam batik.

1.2Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, agar penelitian mencapai sasaran dengan tujuan yang diharapkan, maka yang menjadi inti permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah jenis dan motif batik serta nilai-nilai filosofis yang terdapat pada batik Trusmi Cirebon?

2. Faktor-faktor apakah yang memengaruhi jenis dan motif batik Trusmi Cirebon? 3. Bagaimana proses pewarisan yang dilakukan untuk melestarikan keberadaaan

batik Trusmi?

4. Bagaimana pengaruh globalisasi dalam proses pewarisan batik Trusmi?

1.3Tujuan Penelitian

(14)

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui dan memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang corak dan jenis serta makna yang terkandung dalam Batik Trusmi berdasarkan nilai-nilai filosofis masyarakat Cirebon sehingga dapat dilestarikan dan disumbangkan kepada generasi berikutnya.

2. Tujuan Khusus

Berdasarkan tujuan penelitian secara umum di atas penelitian ini mempunyai tujuan khusus yaitu sebagai berikut :

a. Untuk memperoleh gambaran tentang jenis dan motif serta nilai-nilai filosofis yang terdapat pada Batik Trusmi.

b. Untuk memperoleh gambaran tentang faktor-faktor yang memengaruhi jenis dan motif batik Trusmi.

c. Untuk memperoleh gambaran tentang proses pewarisan dalam melestarikan batik Trusmi.

d. Untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh globalisasi dalam proses pewarisan batik Trusmi

1.4Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan serta pengembangan ilmu, metode penelitian dan mengembangkan teori-teori Sosiologi khususnya dalam kajian kearifan lokal, serta dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

 Masyarakat dan Peneliti Selanjutnya

(15)

 Budayawan

Budayawan Cirebon dapat berpartisipasi atau ikut serta dalam menjaga dan melestarikan kearifan lokal khususnya Batik Cirebon.

 Pendidikan Sosiologi

Meberika sumbangsi pemikiran kepada Prodi Pendidikan Sosiologi dalam pengembangan ilmu Sosiologi terutaama kearifa lokal. Memberikan masukan dalam pendidikan agar siswa sekolah dan mahasiswa Pendidikan Sosiologi mengetahui kearifan lokal setiap daerah khususnya batik Trusmi di Cirebon. Bagi peneliti diharapkan dapat memperoleh ilmu pengetahuan, wawasan, dan pengalaman serta sebagai bahan perbandingan pengetahuan yang didapat selama berada di bangku perkuliahan dengan keadaan masyarakat yang sebenarnya berkaitan dengan kearifan lokal.

 Secara Kebijakan

Memberikan sumbangsih pemikiran kepada pemerintah terutama pemerintahan di daerah kabupaten Cirebon untuk melestarikan dan mengembangkan budaya Batik Trusmi kepada kalangan muda yang merupakan kearifan lokal masyarakat Cirebon. Memberikan sumbangan pada kementrian pariwisata agar dapat memilih dan menentukan kebijakan khususnya untuk melestarikan kearifan lokal di daerah Cirebon.

1.5Struktur Organisasi

Agar skripsi ini dapat mudah dipahami oleh berbagai pihak yang berkepentingan, skripsi ini disajikan ke dalam lima bab yang disusun berdasarkan struktur penulisan sebagai berikut:

(16)

dan motif batik Trusmi; tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

BAB II : Kajian Pustaka. Dalam bagian ini membahas tentang kajian teori-teori dan dokumen-dokumen atau data-data yang berkaitan dengan penelitian yaitu menyangkut kearifan lokal corak dan jenis batik Trusmi.

BAB III : Metode Penelitian. Dalam bagian ini membahas tentang desain penelitian, jenis penelitian, objek, subjek dan informan penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, validitas data, dan lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai kearifan lokal jenis dan motif batik Trusmi. BAB IV : Temuan dan Pembahasan. Dalam bab ini, melalui pendekatan kualitatif, penulis menganalisis hasil temuan data tentang deksripsi umum jenis dan motif batik Trusmi Cirebon, deskripsi umum keadaan masyarakat Trusmi Cirebon, nilai-nilai filosofis yang terkandung pada batik Trusmi Cirebon, faktor-faktor yang memengaruhi jenis dan motif batik Trusmi, proses pewarisan untuk melestarikan batik Trusmi dan pengaruh globalisasi dalam proses pewarisan dan melestarikan batik.

BAB V : Simpulan, implikasi dan rekomendasi. Dalam bab ini penulis berusaha memberikan simpulan dan saran sebagai penutup dari hasil penelitian dan permasalahan yang telah diidentifikasi dan dikaji dalam skripsi.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

3.1.1 Metode dan Pendekatan Penelitian

Peneliti menggunakan metode deksriptif. Menurut Arikunto (2009, hlm. 234) menjelaskan bahwa “penelitian deskriptif sebagai penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Dengan demikian, penelitian deskriptif hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan”. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka dan data-data tersebut dapat berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, catatan dan dokumen resmi lainnya.

Dengan demikian, metode deskriptif adalah suatu metode yang mampu menggambarkan situasi atau kejadian yang ada pada masa sekarang. Dengan menggunakan metode deskriptif ini peneliti dapat memaparkan informasi secara lengkap dan rinci berkenaan dengan Kearifan Lokal Pada Jenis dan Motif Batik Trusmi Berdasarkan Nila-Nilai Filosofis Masyarakat Cirebon. Tindakan yang dilakukan peneliti yaitu dengan mendeskripsikan segala hasil penemuan yang peneliti temukan selama penelitian secara jelas dan tersistematis ke dalam bentuk skripsi.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 9) adalah “metode penelitian yang dilandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah”, artinya seorang peneliti yang menggunakan pendekatan kualitatif melaksanakan penelitiannya dengan kondisi lingkungan masyarakat yang alami, natural tidak dibuat-buat. Deskripsi yang dibuat sesuai dengan kondisi asli lingkungan penelitian.

(18)

melaporkan kondisi apa yang peneliti lihat pada obyek penelitian kemudian dipadupadankan dengan hasil wawancara dengan informan. Maka penelitian kualitatif menuntun peneliti berpartisipasi aktif dalam penelitian yang akan dilakukannya.

Sementara itu, menurut John W, Cresswell (dalam Patilima, 2011 hlm. 2-3) mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai,

Sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau masalah manusia berasarkan pada penciptaan gambar holistic yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar ilmiah.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif harus digambarkan dan dijabarkan dengan jelas dan menyeluruh. Artinya peneliti tidak hanya menjelaskan satu bagian saja dari obyek penelitian. Penelitian harus dilakukan secara menyeluruh dan jelas. Penelitian menekankan pada proses, berawal dari bagian-bagian kecil obyek penelitian kemudian dilanjutkan pada hal-hal yang bersifat umum.

Peneliti memandang bahwa pendekatan kualitatif cocok digunakan dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian mengenai kebudayaan khususnya Batik Trusmi di Kabupaten Cirebon. Penelitian ini mengenai kebudayaan ini membutuhkan data-data dan wawancara mendalam pada obyek peneliti.

Pengumpulan informasi didapat saat peneliti mengajukan pertanyaan kepada pengrajin, budayawan dan tokoh masyarakat Trusmi serta menuliskannya sebagai catatan lapangan. Hasil wawancara tersebut dianalisis sesuai dengan kategori yang merujuk pada tujuan penelitian. Selanjutnya peneliti akan mendapatkan pola umum generalisasi atau teori-teori mengenai kearifan lokal corak dan jenis batik Trusmi berdasarkan filosofis masyarakat Cirebon.

(19)
(20)

3.2 Partisipan dan Tempat Penelitian 3.2.1 Partisipan

Partisipan penelitian adalah pihak-pihak yang dipilih berdasarkan atas pertimbangan kebutuhan penelitian. Berperan sebagai subjek penelitian yang respresentatif atau sesuai, memiliki kualitas dan ketepatan yang sesuai dengan karakteristik masalah penelitian yang digunakan. Informan dalam penelitian terdiri dari para informan yang akan memberikan informasi kepada peneliti tentang kearifan lokal pada jenis dan motif batik Trusmi berdasarkan nilai-nilai filosofis masyarakat Cirebon. Menurut Prof. Parsudi Suparlan (dalam Patilima, 2011, hlm. 84) ‘informan kunci adalah orang yang dapat menjadi juru bahasanya atau pemberi informasi pertama dan mendasar mengenai masyarakat dan kebudayaan yang diteliti, dan juga sebagai orang yang dapat memperkenalkan peneliti kepada masyarakat.’

Berdasarkan penjelasan diatas maka informan dalam penelitian ini adalah pengrajin batik, budayawan, dan tokoh masyarakat yang ada di daerah Trusmi.

3.2.2 Tempat Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini berada di kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Masyarakat Cirebon terdiri dari suku Jawa dan Sunda karena Cirebon adalah perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Penelitian ini dilakukan di lingkungan masyarakat pengrajin batik Trusmi, yaitu di Desa Trusmi Kulon, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon. Lokasi penelitian ini sengaja dipilih karena Trusmi merupakan daerah yang masih kental dengan budaya batiknya. Dengan demikian, mempelajari budaya membatik itu sangat kental dengan adat istiadat atau tradisi warisan nenek moyang yang masih dilakukan sampai sekarang.

(21)

3.3 Instrumen Penelitian

Sugiyono (2009, hlm. 223) menyebutkan bahwa penelitian kualitatif “the researcher is the key instrument”. Artinya instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri.

Sejalan dengan apa yang diungkapkan Sugiyono (dalam Patilima, 2011, hlm. 7) juga berpendapat bahwa “ penelitian kualitatif, instrumen penelitiannya adalah si peneliti itu sendiri. Peneliti harus mempunyai pengetahuan konseptual dan teoritikal yang cukup dan mempunyai kemampuan analitik yang tinggi bila ingin berhasil dengan baik”.

Peneliti dalam penelitian kualitatif mencari dan menentukan segala sesuatunya oleh dirinya sendiri, maksudnya adalah peneliti menentukan fokus masalah, menentukan subjek penelitian yang akan diteliti, analisis data, kesimpulan, dan lain sebagainya sendiri. Maka dari itu kunci utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri.

Pada umumnya penelitian kualitatif yang menggunakan metode deskriptif dan pendekatan kualitatif, menggunakan manusia sebagai alat utama dalam pengumpulan data lapangan (key human instrument). Oleh sebab itu, dalam prakteknya peneliti akan menjadi alat utama dalam pengumpulan data penelitian ini, dari cara pembuatan batik, sejarah batik, nilai-nilai dan makna yang terkandung dalam batik, upaya-upaya untuk melestarikan batik dan faktor-faktor yang memengaruhi jenis dan motif batik Trusmi.

Berdasarkan pada peran peneliti sebagai key human instrument, oleh karena itu data yang dikumpulkan oleh peneliti juga akan didukung oleh alat-alat pengumpul data lainnya, yaitu observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti kepada pengrajin batik, budayawan, dan tokoh masyarakat yang ada di desa Trusmi.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini akan diperoleh melalui wawancara, observasi, studi literatur dan dokumnetasi. Seperti yang dikemukakan oleh Bungin (2010, hlm. 107) yang menyatakan bahwa :

(22)

analisis data adalah metode wawancara mendalam, observasi partisipasi, bahan dokumenter, serta metode-metode baru seperti metode bahan visual dan metode penelusuran bahan internet.

Tahap pengumpulan data adalah tahap saat peneliti mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam penelitian sebanyak-banyaknya yaitu informasi Kearifan Lokal Jenis dan Motif Batik Trusmi Berdasarkan Nilai-nilai Filosofis Masyarakat Cirebon.

Peneliti pada tahapan ini melakukan observasi lebih mendalam terhadap subjek penelitian. Melakukan wawancara secara mendalam dengan informan yaitu pengrajin batik, budayawan dan tokoh masyarakat yang ada di daerah Trusmi. Wawancara ini dilakukan dalam jangka waktu yang telah ditentukan hingga hasil wawancara mencukupi untuk dikaji dan tujuan penelitian tercapai. Aspek kedalaman validitas data dan informasi yang diperoleh dari lapangan harus tetap menjadi pertimbangan penting bagi peneliti. Informasi dan data yang diperoleh peneliti menggunakan teknik sebagai berikut :

1) Observasi Partisipatoris

Observasi partisipan atau partisipatoris adalah teknik pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam sirkulasi kehidupan objek pengamatan dan bahkan tidak jarang pengamat kemudian mengambil bagian dalam kehidupan budaya mereka.

Menurut Bungin (2010, hlm. 115) observasi atau pengamatan yaitu :

Kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya. Kriteria suatu pengmatan dikatakan sebagai kegiatan pengumpulan data yaitu: pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan scara serius, pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proporsi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang hanya menarik perhatian, pengamatan dapat dicek dan dikontrol mengenai keabsahannya.

(23)

penelitian lebih matang. Peneliti juga akan lebih mudah mengkaji makna dari kegiatan yang dilakukan oleh subjek penelitian.

2) Wawancara Mendalam

Wawancara merupakan percakapan dan proses tanya jawab yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Karena sebenarnya wawancara teknik pengumpulan data utama yang dilakukan pada penelitian kualitatif ketika melakukan observasi pada subjek penelitian dimana yang menjadi subjek penelitian.

Dalam tahap wawancara ini peneliti akan menggunakan teknik wawancara mendalam dengan pelaksanaan yang lebih bebas sehingga tidak ada batasan antara peneliti dengan narasumber. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat menggali informasi secara mendalam terhadap informan.

Adapun yang menjadi narasumber dalam wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu pengrajin batik, budayawan dan tokoh masyarakat.

3) Studi Dokumentasi

Metode dokumenter merupakan salah satu cara pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Selain sumber manusia (human resources) melalui observasi dan wawancara sumber lainnya sebagai pendukung yaitu dokumen-dokumen tertulis yang resmi ataupun tidak resmi.

Pengkajian atas dokumen-dokumen seperti foto-foto dapat memberikan kontribusi terhadap penelitian yang dilakukan. Dokumentasi dilakukan peneliti dengan menggunakan kamera foto dan alat perekam dengan bantuan handphone untuk merekam segala aktifitas peneliti di lapangan. Selain itu, peneliti juga akan memperoleh gambaran-gambaran mengenai corak dan jenis batik Trusmi.

Dokumentasi akan membantu peneliti dalam melengkapi bahan penunjang penelitian. Dokumentasi juga digunakan sebagai penguat peneliti dalam melakukan kajian peneliti.

(24)

dibuat sehingga penelitian ini benar-benar dapat dikatakan sebagai penelitian yang ilmiah.

Proses pengembangan instrumen bertujuan untuk menjabarkan lebih lanjut mengenai isntrumen dalam penelitian yang telah direncanakan. Terdapat berbagai macam proses pengembangan instrumen yang digunakan dalam penelitian kualitatif, namun dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa uji keabsahan yaitu :

1) Pengujian Validitas

Pengujian kesahihan data (validitas data), dibutuhkan agar data yang diperoleh memenuhi kriteria kredibilitas data. Penelitian mengenai nilai-nilai filosofis pada batik Trusmi, faktor yang memengaruhi jenis dan motif batik batik Trusmi, proses pelestarian yang dilakukan untuk melestarikan batik Trusmi dan peranan pendidikan sosiologi dalam melestarikan kebudayan dan kearifan lokal batik Trusmi Cirebon yang menggunakan deskriptif kualitatif, oleh karena itu keabsahan data akan diuji melalui cara-cara yang dilakukan dalam penelitian kualitatif, yaitu sebagai berikut :

a) Triangulasi Data

Menurut Sugiyono (2009, hlm. 83) menyebutkan bahwa :

Triangulasi sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Triangulasi data merupakan teknik pemeriksa keabsahan data hasil penelitian dengan mengumpulkan data-data yang didapat dari sumber yang sama tetapi menggunakan teknik yang berbeda-beda. Teknik yang bisa digunakan dalam triangulasi data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

(25)

Menurut Sugiyono (2009, hlm 83) bahwa “triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara

serempak”. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 85) Langkah dalam melakukan

triangulasi data adalah sebagai berikut :

a) Triangulasi data dilakukan dengan pihak yang berkompeten yaitu para informan yang dibutuhkan dan sesuai dengan penelitian, yaitu beberapa pengrajin batik, budayawan dan tokoh masyarakat yang ada di daerah Trusmi. Hal ini perlu dilakukan agar keseluruhan proses penelitian dapat berlangsung dengan tepat sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. b) Data mengenai nilai-nilai filosofis pada batik Trusmi, faktor yang

memengaruhi jenis dan motif batik Trusmi, dan proses pewarisan dalam melestarikan kebudayan dan kearifan lokal batik Trusmi Cirebon ini diperiksa kembali ketepatan dan kelengkapannya. Ketepatan dan kelengkapan data penelitian dapat diperiksa dengan cara sebagai berikut: a) membaca dan menelaah kembali sumber data penelitian sehingga

diperoleh pemahaman makna;

b) membaca dan mengkaji dengan teliti berbagai sumber hasil penelitian terdahulu mengenai Kearifan Lokal Jenis dan Motif Batik Trusmi Berdasarkan Nilai-nilai Filosofis Masyarakat Cirebon;

(26)

Tabel 3.2 Proses Triangulasi Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data

Observasi dan wawancara mengenai kearifan lokal jenis dan motif batik Trusmi berdasarkan filosofis masyarakat Cirebon dilakukan melalui pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam kehidupan objek pengamatan atau penelitian. Dengan demikian, peneliti betul-betul menyelami kehidupan objek penelitian dan bahkan tidak jarang peneliti kemudian menjadi bagian kehidupan budaya mereka. Studi dokumentasi ini peneliti akan mendapatkan foto-foto selama kegiatan penelitian dan observasi di daerah pengrajin batik, budayawan dan tokoh masyarakat di Trusmi.

Proses Triangulasi dilakukan karena dalam penelitian bukan tidak mungkin peneliti akan mendapatkan hasil yang masih membingungkan. Untuk meminimalisir hal tersebut maka peneliti melakukan triangulasi data dengan cara mengumpulkan dan mengkaji hasil penelitian yang didapat dari observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Tujuannya agar mendapatkan data-data akurat sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.

(27)

3.5 Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Gunawan, 2013, hlm. 210) menyatakan bahwa ‘Analisis data adalah proses pencarian dan pengaturan secara sistematik hasil wawancara, catatan-catatan, dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang dikumpulkan dan memungkinkan menyajikan apa yang ditemukan.’

Berdasarkan pendapat di atas, analisis data adalah proses proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan dapat diinformasikan kepada orang lain.

Nasution (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 89) menyatakan “analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin teori yang grounded.”

Analisis data menurut Creswell (2012, hlm. 274) “Merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus-menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian.”

(28)

Tabel 3.3 Komponen dalam analisis data model interaktif (Miles dan Huberman, 1994)

Conclusion drawing/ verifying

Data display Data

Collection

Data reduction

Sumber: Sugiyono (2010, hlm.92)

Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

3.5.1 Data Reduction (Reduksi Data)

(29)

Cirebon, proses pengklasifikasian data ini dapat berdasarkan jenisnya maupun sumber informasi yang didapatkannya. Proses ini dilakukan karena selama dalam penelitian, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan yang memiliki pengetahuan berbeda-beda tentang pandangannya terhadap lokal jenis dan motif batik Trusmi berdasarkan nilai-nilai filosofis masyarakat Cirebon. Oleh karena itu dilakukan penggolongan informasi atau data berdasarkan jawaban-jawaban dari informan, memilih data-data yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian, memfokuskan pada data-data yang dianggap penting agar mendapatkan data sesuai dengan kebutuhan penelitian.

3.5.2 Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi atau digolongkan, peneliti melakukan analisis dengan cara mencari pola hubungan yang terdapat dari setiap informasi atau data yang didapatkan selama penelitian sehingga dapat menghasilkan suatu informasi yang utuh dan jelas mengenai kearifan lokal jenis dan motif batik Trusmi berdasarkan nilai-nilai filosofis masyarakat Cirebon.

Penyajian data yang disusun secara singkat, jelas dan terperinci namun menyeluruh dapat memudahkan dalam memahami gambaran-gambaran terhadap aspek-aspek yang diteliti baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian. Penyajian data selanjutnya disajikan dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan data hasil penelitian.

3.5.3 Conclusion Drawing Verification

(30)

3.6 Prosedur Penelitian 1. Tahap Pra Penelitian

Sebelum melakukan penelitian lapangan, terlebih dahulu peneliti melakukan tahap pra penelitian yang dapat dijabarkan ke dalam delapan proses utama antara lain: memilih masalah yang menarik untuk diteliti, menentukan judul, membuat rumusan masalah, menentukan pendekatan metode penelitian, menentukan lokasi dan subjek penelitian, melakukan studi pendahuluan, mengumpulkan data, lalu membuat dan menyusun proposal penelitian.

Adapun tahapan yang dilalui peneliti sebelum melakukan penelitian di lapangan adalah sebagai berikut:

a. Prosedur Administrasi Penelitian.

Prosedur perizinan yang penulis tempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Ketua Prodi Pendidikan Sosiologi FPIPS UPI.

2. Kemudian surat permohonan izin penelitian dari prodi Pendidikan Sosiologi FPIPS UPI beserta proposal skripsi yang ditandatangani oleh penguji sidang proposal, diserahkan kepada Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FPIPS UPI sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan surat izin penelitian dari Fakultas. Surat penelitian di dapatkan peneliti dengan nomor 2016/UN.40.2.DT/2014.

3. Setelah itu, barulah peneliti memasuki lokasi penelitian di desa Trusmi, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon.

b. Persiapan Penelitian

Beberapa tahap persiapan sebelum melakukan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti, adalah sebagai berikut:

(31)

2. Mendiskusikan daftar pertanyaan dengan dosen pembimbing agar pertanyaan yang dibuat lebih terfokus dan sesuai dengan tujuan penelitian

3. Mempersiapkan perizinan penelitian yang diperlukan.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah melakukan tahap pra penelitian, maka tahap selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah mulai meninggalkan segala aktifitas dan lebih memfokuskan diri untuk melakukan proses penelitian sosial. Tahap pertama yang dilakukan peneliti adalah mulai melakukan pendekatan dan observasi dengan warga setempat, terutama dengan narasumber yang berkepentingan dengan penelitian. Pendekatan yang dilakukan oleh peneliti ini bertujuan agar proses penelitian yang dilakukan bisa lebih terbuka, dimana para narasumber dapat memberikan data sebenarnya dan tidak ada rekayasa diantara peneliti dengan narasumber.

(32)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

5.1Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan didapatkan hasil penelitian yang telah diuraikan dalam temuan dan pembahasan tentang Kearifan Lokal Pada Jenis dan Motif Batik Trusmi Berdasarkan Nilai-nilai Filosofis Masyarakat Cirebon, dengan itu dapat ditarik kesimpulan bahwa:

(33)

terkesan nyaman dan segar. Motif taman arum sunyaragi, nama sunyaragi

berasal dari bahasa Sanskerta kata “sunya” artinya adalah sepi, dan ”ragi”

(34)

2. Ada dua faktor yang memengaruhi jenis dan motif batik Trusmi Cirebon yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang memengaruhi jenis dan motif batik Trusmi yaitu dipengaruhi oleh dua keraton yang ada di Cirebon yaitu Keraton Kesepuhan dan Keraton Kanoman. Benda-benda peninggalan keraton, situs-situs peninggalan sejarah kesultanan Cirebon, faktor alam sangat memengaruhi jenis dan motif batik Trusmi karena daerah Cirebon adalah daerah maritim memiliki berbagai jenis hewan, tumbuhan, burung, dan bunga-bungaan, kebiasan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Cirebon, proses pembuatan batik yang memiliki berbagai teknik pembuatan, penggunan tata warna dalam batik dapat memengaruhi jenis dan motif batik. Dalam tata warna jenis batik keraton menggunakan tata warna babarmas yang menggunakan warna-warna yang kalem seperti coklat, krem, biru, putih, hitam, dan emas. Sedangkan jenis batik pesisir menggunakan teknik pewarnaan soloan dan tigo Nigeria yang menggunakan warna cerah pada motifnya. Faktor eksternal yang memengaruhi jenis dan motif batik Trusmi yaitu dipengaruhi oleh motif batik dari Jawa, Persia, Cina dan India. 3. Proses pewarisannya melihat dari kebiasan-kebiasaan orang tuanya dalam

(35)

batik di sela-sela pembelajaran disesuaikan dengan tema pembelajaran. memperkenalkan batik sebagai warisan daerah dengan cara memakai atau program memakai batik sejak dini di sekolah. Salah satu cara pemerintah untuk mempertahankan warisan nenek moyang dengan cara memperingati hari Batik Nasional dan pemerintah Kabuaten Cirebon menggelar Kirab Kebudayaan Festival Cirebon setahun sekali.

4. Pengaruh globalisasi dalam proses pewarisan dan melestarikan batik yaitu ada dua dampak yang di hasilkan oleh globalisasi yaitu dampak negatif dan dampak positif. Dampak negatifnya generasi muda lebih tertarik pada hal yang lebih modern sehingga tidak adanya motivasi dari generasi muda yang berdarah seni yang kuat, kurangnya kreatifitas pengrajin dalam menentukan motif dan warna sehingga batik Cirebon kalah bersaing, adanya kebutuhan yang meningkat dari pengrajin sehingga pengrajin ini mengutamakan nilai ekonomis daripada nilai budaya yang ada pada batik. Dampak positif dari pengaruh globalisasi adalah dibuatnya aplikasi yang memuat tentang alat dan bahan pembuatan batik, cara atau proses pembuatan batik, jenis dan motif batik, serta makna yang terkandung dalam motif batik. Dibuatnya alat printing dan sablon batik sehingga pengrajin dapat membuat pesenan batik lebih cepat, dan adanya media massa atau sosial media dapat mengembangkan dan meningkatkan penghasilan pengusaha batik dan dapat memperkenalkan sanggar dan butiknya melalui media online.

5.2 Implikasi dan Rekomendasi

Dengan melihat hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian, maka implikasi dan rekomendasi dari hasil penelitian:

Implikasi dari hasil penelitian tentang Kearifan Lokal Pada Jenis dan Motif Batik Trusmi Berdasarkan Nilai-nilai Filosofis Masyarakat Cirebon adalah

(36)

mensosialisasikan kearifan tersebut kepada siswa yang pada akhirnya menjadi milik diri para siswa serta dapat melestarikannya.

Sedangkan rekomendasi dari hasil penelitian tentang Kearifan Lokal Pada Jenis dan Motif Batik Trusmi Berdasarkan Nilai-nilai Filosofis Masyarakat Cirebon:

1. Di Tingkat Persekolahan

Seluruh sekolah di Cirebon membuat kurikulum tentang pengembangan kearifan lokal khususnya tentang batik bisa melalui pembelajaran disekolah dan memakai baju batik disetiap hari yang ditentukan oleh masing-masing Sekolah dan guru jangan pernah bosan untuk menyampaikan informasi tentang kebudayaan dan tradisi membatik agar siswa mengetahui dan bangga terhadap warisan kebudayaan yang ada di daerahnya.

2. Bagi Masyarakat

Masyarakat hendaknya dapat berkontribusi untuk melestarikan kebudayaan membatik. Terutama generasi muda yang ada di Cirebon, buatlah acara-acara yang inovatif dan kreatif berkaitan dengan kearifan lokal yang ada di Cirebon. Pengrajin dan penjual batik harus memberikan pengetahuan tentang proses pembuatan batik serta menjelaskan filosofis yang ada pada motif batik.

3. Bagi Pemerintah

Memperingati hari Batik Nasional, ini salah satu cara pemerintah Indonesia untuk menumbuhkan kebanggan serta kecintaan masyarakat terhadap warisan kebudayaan Indonesia khususnya batik. Pemerintah Kabupaten Cirebon menggelar Kirab Kebudayaan Festival Cirebon setiap setahun sekali, ini cara pemerintah Kabupaten Cirebon untuk mempertahankan warisan nenek moyang dan mengangkat harkat, martabat para seniman dan pengrajin batik di Kabupaten Cirebon demi terciptanya masyarakat yang bangga dengan kebudayaan yang ada di Cirebon

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

(37)
(38)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan, dkk. (2008). Agama dan Kearifan Lokal Dalam Tantangan Global. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Aminudin (2013). Menjaga Lingkungan Hidup dengan Kearifan Lokal. Bandung : Titian Ilmu.

Arikunto, Suharsimi (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Bungin, Burhan. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada.

Casta & Taruna. (2007). Batik Cirebon : Sebuah Pengantar Apresiasi, Motif dan Makna Simboliknya. Cirebon : Badan Komunikasi Kebudayaan dan Pariwisata.

Creswell J.W (2012) Research Design : Pendekatan Kualitatif ; Kuantitatif dan Mixed. Edisi ke tiga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Darmodiharjo, Darji. (1986). Nilai, Norma, dan Moral dalam Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Jakarta: Aries Lima.

Horton, P.B & Hunt, C.L. (Ram, A. & Sobari, T). (1991). Sosiologi/Sociology, Eight Edition. Jakarta: Erlangga.

Ihromii, T.O. (1999). Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata. (2005). Kearifan Lokal di Lingkungan Masyarakat Nelayan Jepara Jawa Tengah. Yogyakarta: Kementrian dan Kebudayaan Pariwisata.

Keraf. A.S (2010). Kearifan Lokal. Jakarta : Kompas.

Koentjaraningrat. (1986). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Aksara Baru. Koentjaraningrat (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Rineka Cipta. Koentjaraningrat (1993). Kebudayaan, Mentalitet, dan Pembangunan. Jakarta :

Gramedia.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. (Edisi Revisi 2009) Jakarta : PT Rineka Cipta.

(39)

Malihah E, & Kolip Usman (2011). Pengantar Antropologi. Bandung : CV. Maulana Media Grafika.

Marfai, Aris. M (2012). Pengantar Etika Lingkungan dan Kearifan Lokal. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Meleong L.J (2007) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Pena Rosda karya. Mulyana, Deddy. (1998). Komunikasi Antar Budaya. Bandung: Rosdakarya.

Mutakin, Awan. (2008). Individu, Masyarakat, dan Perubahan Sosial. Bandung : UPI Press.

Nasution (1995). Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Nazsir, R Nasrullah (2008). Sosiologi Kajian Lengkap Konsep dan Teori Sosiologi sebagai Ilmu Sosial. Bandung : Widya Padjajaran.

Patilima, Hamid (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Radmila, Samita. (2011). Kearifan Lokal : Benteng Kerukunan. Jakarta: PT. Gading Inti Prima.

Rosidi, Arip (2011). Kearifan Lokal dalam Perspektif Budaya Sunda. Bandung : Kiblat Buku Utama.

Sediyawati, Edi (2007). Budaya Indonesia : Kajian Akeologi, Seni dan Sejarah. Jakarta : Divisi Buku Perguruan Tinggi, Raja Grafindo Persada.

Setiadi, Elly Malihah & Kolip Usman (2011) Pengantar Sosiologi, Pemahaman, Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial; Teori, Aplikasi dan Pemecahannya. Jakarta: Kencana.

Sugiyono (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & RND. Bandung : Alfabeta.

Sunarrno, Kamanto. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Sunatra dan Budimansyah, D. (1989). Sosiologi dan Antropologi. Bandung : CV

Epsilon Grup Bandung.

(40)

Soekanto, Soerjono (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Soetaman, Mahudi. (2008). Mengenal Batik Tulis dan Cap Tradisional. Surakarta : PT Widya Duta.

Syaodih, Nana (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosdakarya.

Ritzer, G. (2012) Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Edisi kedelapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Usman, Sunyoto. (2012). Sosiologi : Sejarah, Teori dan Metodelogi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Yudoseputro, dkk (2000). Desain Kerajinan Tekstil. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktoral Pendidikan Menengah Kejuruan.

Skripsi, Tesis, Disertasi dan Jurnal

Ernawi, Imam S (2010). Makalah Pada Seminar Nasional “ Urban Culture, Urban Future, Harmonisasi Penataan Ruang dan Budaya Untuk Mengotimpalkan Potensi Kota”. Direktoral Jendral Penataan Ruang.

Duwiri, M.L (2009). Makna Upacara Adat Etnik Waropen ( Studi Etnografi sebagai Pengembangan Nilai Budaya Pendidikan IPS). (TESIS) Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung.

Mutakin, Awan (2008). Nilai-nilai Kearifan Lokal dan Tradisi dibalik Simbol (Totem) Kuda Kuningan. Bandung : (SKRIPSI) FPIPS – UPI

Noviani. Sri Hani. (2009). Suatu Kajian tentang Pelaksanaan Upacara Adat Sakral Nyangku pada Masyarakat Panjalu. Bandung: Tidak diterbitkan.

Ramadani, M. Aris (2015). Nilai-nilai Kearifan Lokal Masyarakat Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung Bagian Hulu Dalam Usaha Pelestarian Sumber Daya Air. (TESIS) Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung.

Riza, F (2011). Perkembangan Industri Kerajinan Batik di Desa Trusmi Kecamata Plered, Kabupaten Cirebon. (SKRIPSI) Program Sarjana UPI Bandung.

(41)

Suryadi, Edi (2014). Pelestarian Sumber Air sebagai Kearifan Lokal Masyarakat Cibiru Utara Kota Bandung. (TESIS) Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung.

Yahya, Amri (1971). Seni Lukis Batik Sebagai Sarana Peningkatan Apresiasi Seni Lukis Kontemporer. (Tesis) FKKS. FIKKIP Yogyakarta.

Zaremba, Vergatanti Yenni (2014). Nilai-nilai Kearifan Lokal Sasak Berwawasan Multikultural Guna Membangun Integrasi Sosial Masyarakat Di Lombok Barat. (TESIS) Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung.

Situs Web dan Sumber Dokumen :

Fedrik, George John. (2013). Pewarisan Budaya. (Online) Http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_7253/title_pewarisan-budaya/ (31-08-2015).

Profil daerah Desa Trusmi Tahun 2010.

Ridwan, Ali, Nurma (2007). Landasan Keilmuan Kearifan Lokal. Vol. 5 │No. 1Jan-Jun 2007 │27-38 dosen tetap STAIN Purwokerto.

http://ibda.files.wordpress.com/2008/04/2-landasan-keilmuan-kearifan-lokal.pdf. (25-03-2015).

Supriatna, Jatna (2013). Peram Kearifan Lokal dan Ilmu-ilmu Kepribumian dalam

Pelestarian Alam.

Gambar

Gambar  3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2 Proses Triangulasi Teknik Pengumpulan Data dan
Tabel  3.3 Komponen dalam analisis data model interaktif (Miles dan

Referensi

Dokumen terkait

One of the diseases that attack eucalyptus seedling are Cylindrocladium causing Cylindrocladium foliar spots and foliar blight diseases.. Eucalyptus clones developed by PT Toba

In Emma, as does in other Jane Austens novels, Jane gives us a picture of the life of middle-up society along with customs that existed in the early of nineteenth century and

Program search fakultatif ini dibuat menggunakan bahasa pemrograman Borland Delphi 7, yakni dengan memanfaatkan komponen standarnya seperti, TADOQuery, TEdit, Tlabel , TComboBox,

Jumlah pertemuan pada penerapan standar operasi prosedur untuk menjelaskan pembelajaran SIG menggunakan citra satelit dari internet tidak cukup hanya dalam satu kali

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah adalah berapa besar kandungan kalsium pada modifikasi cookies dengan tepung

Untuk mengatasi masalah ini maka diperlukan adanya sebuah media yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi tersebut secara luas kepada masyarakat, salah satunya adalah

4.2 Penelitian dilakukan oleh Nataniel Dengen, Dyna Marisa Khairina “Sistem Informasi Akademik Berbasis Web SMP Negeri 4 Samarinda” suatu sistem informasi akademik berbasis web

115,325 Mudharabah current account third parties Giro berjangka mudharabah pihak berelasi 24,210 Mudharabah current account related parties Tabungan mudharabah Mudharabah