5 awalnya batik hanya dikenal oleh kalangan keraton yang digunakan untuk upacara keagamaan maupun acara-acara kerajaan, sehingga pada waktu itu batik banyak digunakan oleh para raja, bangsawan, dan abdi kerajaan.
5 kalangan tertentu. Motif yang terdapat pada batik Trusmi atau batik Cirebon tidak hanya mendapat pengaruh dari keraton saja, tetapi motif batik Trusmi atau batik Cirebon juga mendapat pengaruh dari pesisiran yang banyak menyerap pengaruh dari luar daerah Cirebon dan mendapat pengaruh dari budaya asing.
5 Percampuran kebudayaan telah mempengaruhi sikap-sikap dinamis dari masyarakat pembatikan di Cirebon. Motif batik Trusmi atau batik Cirebon dipengaruhi kebudayaan dari Hindu, Cina dan Islam. Para pendatang dari Arab, Persia, India, Malaka, Jawa Timur, Madura,dan Palembang membawa pengaruh budayanya sehingga menambah kekayaan motif batik Cirebon.
5 terdapat pada batik Trusmi atau batik Cirebon melambangkan ciri khas dan watak masyarakat daerah Cirebon (Agus Dhianto, 1985, h.15)
5 sekitar pun masih banyak yang tidak mengetahui tentang motif-motif batik yang ada di daerahnya sendiri. Sangat disayangkan motif batik Trusmi atau batik Cirebon di Indonesia sulit di patenkan yaitu berupa hak khusus atas hasil penemuan yang
5
1.3Fokus Permasalahan
Kurangnya media informasi mengenai motif batik Trusmi atau batik Cirebon yang lama maupun yang baru dikarenakan kedinamisan motif batik yang ada pada saat ini.
1.4Tujuan perancangan
BAB II
Tinjauan Umum Motif Batik Trusmi Cirebon
2.1 Batik
Kata batik berasal dari bahasa Jawa. Secara etimologi kata batik diambil dari kata “ambatik”, yaitu kata “amba” (bahasa jawa) yang berarti menulis dan “tik” yang berarti titik kecil, tetesan, atau membuat titik. Jadi, batik adalah menulis atau melukis titik. Secara umum,
membatik adalah sebuah teknik menahan warna dengan lilin malam
secara berulang-ulang di atas kain. Lilin malam digunakan sebagai
penahan untuk mencegah agar warna tidak menyerap ke dalam serat
kain di bagian-bagian yang dikehendaki.
Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan
keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian.
Sehingga di masa lalu, membatik adalah pekerjaan eksklusif bagi
perempuan, sampai akhirnya ditemukan batik cap yang memungkinkan
masuknya laki-laki ke dalam bidang kerajinan ini.
Pada tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO mengukuhkan batik
Indonesia sebagai global cultural heritage (warisan budaya dunia) yang berlangsung di Prancis. Untuk memperkuat legitimasi Indonesia dalam
pengembangan batik sebagai salah satu warisan budaya, tanggal 2
Gambar 2.1 Orang sedang Membatik
(Sumber: www.justrizkytegug.wordpress.com)
2.2 Batik Trusmi Cirebon
Batik mulai ada di desa Trusmi sejak abad ke 14. Nama Trusmi
berasal dari cerita masyarakat bahwa di daerah tersebut tumbuh
banyak tumbuhan, kemudian para warga menebang tumbuhan tersebut
namun secara seketika kemudian tumbuhan itu tumbuh kembali.
Sehingga tanah tersebut dinamakan Desa Trusmi yang berasal dari
kata terus bersemi.
Awal mula batik ada di Trusmi menurut Masniri salah seorang
pengrajin batik Trusmi, dikarenakan sultan kraton kasepuhan menyuruh
orang Trusmi dan Kaliwulu untuk membuat batik yang sama dengan
batik yang dia buat. Sultan hanya memperlihatkan motifnya saja. Orang
Trusmi dan Kaliwulu pun bilang bahwa mereka bisa membuat batik
yang sama dengan buatan sultan. Orang Kaliwulu membuat kayu dan
orang Trusmi membuat batik. Kemudian orang Trusmi dan Kaliwulu
membawa hasil batik yang mereka buat dan memperlihatkannya
batik yang asli namun saking miripnya sultan tidak dapat
membedakannya. Batik yang dibuat orang trusmi tersebut sangat mirip
dengan aslinya, sehingga sultan pun menyuruh mereka untuk membuat
dan memproduksi batik yang sampai sekarang pembuatan batik
menjadi turun temurun.
Masa keemasan kerajinan batik di daerah ini terjadi pada kurun
waktu 1950-1968. Bila dibanding dengan batik Yogyakarta, Solo, atau
Pekalongan, batik Trusmi mempunyai ciri yang berbeda dan khas.
Perbedaan ini terlihat dari segi warna dan motif. Batik Trusmi
menampilkan warna yang cerah dan ceria, seperti warna merah, merah
muda, biru langit, hijau pupus. Gambar motifnya pun lebih bebas,
melambangkan kehidupan masyarakat pesisir, seperti gambar aktivitas
masyarakat di pedesaan atau gambar flora dan fauna yang memikat.
(Agus Dhianto, 1985, h.6)
Lokasi daerah sentra pembuatan batik Trusmi Cirebon. berada di
propinsi Jawa Barat. Trusmi sendiri adalah nama desa di kecamatan
Plered, kabupaten Cirebon dan berjarak 5 km dari pusat kota.
Lokasinya dari arah perempatan pasar Plered, terdapat papan nama
“Objek Wisata Belanja Batik Trusmi”. Desa Trusmi dibagi menjadi dua
yaitu Trusmi Kulon dan Trusmi Wetan, dan ada beberapa desa disekitar
Trusmi yang juga menghasilkan produk atau pengrajin batik yaitu
Gamel, Kaliwulu, Wotgali, Kalitengah dan Panembahan. Desa Trusmi
memajangkan hasil sandang yang diperoleh dari batik dan ada juga
pengrajin yang menggunakan rumahnya sebagai ruang pamer.
Gambar 2.2 Sentra Batik Trusmi Cirebon
(Sumber: Dokumen Pribadi)
2.2.1 Ciri Khas Batik Trusmi
Batik dari daerah Trusmi memiliki ciri khas tersendiri yang
berbeda dengan batik dari daerah lain, yaitu:
1. Pada bagian-bagian motif tertentu, desain batik Cirebonan atau
batik Trusmian selalu mengikut sertakan motif wadasan (batu
cadas) yang bernuansa klasik tradisional.
2. Desain batik Cirebonan, terdapat pula unsur ragam hias berbentuk
awan (mega) pada bagian-bagian yang disesuaikan dengan motif
utamanya.
3. Ciri batik Cirebonan klasik tradisional memiliki warna pada bagian
latar (dasar kain) lebih muda dibandingkan dengan warna garis
pada motif utamanya.
4. Bagian dasar kain biasanya nampak bersih dari noda hitam atau
Noda diakibatkan oleh penggunaan lilin batik yang pecah,
sehingga proses pewarnaan zat warna yang tidak dikehendaki
meresap pada kain.
5. Garis-garis motif menggunakan garis tunggal dan tipis (kecil)
kurang lebih 0,5 mm dengan warna garis yang lebih tua
dibandingkan dengan warna latarnya. Karena secara proses, batik
Cirebon unggul dalam penutupan (blocking area) dengan
menggunakan canting khusus untuk melakukan proses
penutupan, yaitu menggunakan canting tembok dan bleber
(terbuat dari batang bambu yang pada bagian ujungnya diberi
potongan benang-benang katun yang tebal serta dimasukkan
pada salah satu ujung batang bambu).
6. Warna-warna dominan batik Cirebonan klasik tradisional,
biasanya memiliki warna kuning (sogan gosok), hitam dan warna
dasar krem, atau berwarna merah tua, biru tua, hitam dengan
dasar warna kain krem atau putih gading.
7. Batik Cirebonan cenderung sebagian latar kainnya dibiarkan
kosong tanpa diisi dengan ragam hias berbentuk tanahan atau
rentesan (berbentuk tanaman ganggeng). Bentuk ragam hias
tanahan atau rentesan ini biasanya digunakan oleh batik-batik dari
Pekalongan.
Dari teknik pembuatan batik, terdapat Wit. Wit adalah garis
kontur atau tali air atau juga lung-lungan dan sejenisnya, yang relatif
Istilah Wit ini hanya ditemukan pada batik Tembokan (Cirebon),
Popokan (Jawa), yang pada saat ini hanya dapat dikerjakan oleh
pengrajin batik Cirebon.
Gambar 2.3 Motif Tembokan
(Sumber: http://3.bp.blogspot.com/)
Batik Cirebon lebih cenderung memenuhi selera konsumen dari
berbagai daerah (lebih kepada pemenuhan komoditas perdagangan
dan komersialitas), sehingga warna-warna batik Cirebonan Pesisiran
lebih atraktif dengan menggunakan banyak warna
2.2.2 Jenis Batik Trusmi
Jenis batik menurut teknik :
- Batik Tulis : Antara ornamen yang satu dengan ornamen lainnya
agak berbeda walaupun bentuknya sama. Bentuk isen-isen relatif
rapat, rapih, dan tidak kaku, prosesnya dikerjakan secara manual,
satu per satu, dengan canting, lilin malam, kain, dan pewarna.
Gambar 2.4 Batik Tulis Menggunakan Canting
(Sumber: Dokumen Pribadi)
- Batik Cap : Antara ornamen yang satu dengan ornamen lainnya
pasti sama, namun bentuk isen-isen tidak rapi, agak renggang dan
agak kaku. Apabila isen-isen agak rapat maka akan terjadi
mbeleber (goresan yang satu dan yang lainnya menyatu,
sehingga kelihatan kasar). Proses pembuatan menggunakan alat
cap atau stempel yang telah terpola batik. Stempel tersebut
dicelupkan ke dalam lilin panas, kemudian ditekan pada kain
Gambar 2.5 Cap atau stempel
(Sumber: Dokumen Pribadi)
2.2.3 Karakteristik Batik Cirebon
1. Batik Keratonan Cirebon
Pada awalnya batik yang berkembang di Cirebon dibuat
untuk kerabat sultan. Batik keratonan Cirebon tidak mempunyai
aturan tertentu dalam pemakaiannya, motif hias batik keratonan
pun akhirnya digunakan pula oleh masyarakat umum. Motif hias
batik keratonan banyak mengambil bentuk-bentuk peninggalan
keratonan Cirebon. Motif hias keratonan identik dengan bentuk
wadasan dan ada pula motif yang tidak menyertakan wadasan.
Batik Keratonan tumbuh dan berkembang diatas dasar-dasar
falsafah kebudayaan Jawa yang mengacu pada nilai-nilai spiritual
dan pemurnian diri, serta memandang manusia dalam konteks
harmoni semesta alam yang tertib, serasi dan seimbang (Anas,
1997, h.17)
Motif batik keratonan mengambil hiasan pokok dari jenis
arum, wadasan, bentuk-bentuk sayap, bentuk-bentuk perhiasan,
dan mega mendung.
Gambar 2.6 Motif Paksi Naga Liman
(Sumber: Dokumen Pribadi)
Gambar 2.7 Motif Patran Kangkung
2. Batik Pesisiran Cirebon
Adanya motif batik pesisiran ditandai dengan penggunaan
tata warna, perkembangan desain dan fungsi, dinamis dan berani
dengan menggunakan banyak warna dan sangat ditentukan oleh
pasar. Masyarakat pesisiran mempunyai karakter yang
dipengaruhi oleh budaya asing karena letaknya dipinggir pantai.
Kebereragaman motif batik pesisiran Cirebon dikelompokkan
berdasarkan struktur pola desainnya menggunakan pola desain
geometris, pangkaan, byur dan semarangan (Casta&Taruna,
2007, h.181)
Gambar 2.8 Motif Lockcan
Salah satu jenis motif byur
(Sumber: Dokumen Pribadi)
2.2.4 Teknik Pewarnaan Batik Trusmi
Penggunaan warna batik disetiap daerah perbatikan di
Nusantara terdapat perbedaan. Perbedaan itu dipengaruhi oleh teknik,
selera, dan bahan pewarna yang tersedia. Warna batik dapat
setempat, dan selera pasar. Untuk proses pembuatannya sama seperti
dari daerah lain, hanya saja perbedaannya terletak pada cara
mencampurkan warna yang satu dengan warna yang berseberangan
menggunakan sistem tumpuk atau buka tutup.Teknik pewarnaan batik
Trusmi Cirebon pada mulanya menggunakan bahan-bahan alam.
Warna-warna tersebut diperoleh dari bahan pohon pace (mengkudu)
yang menghasilkan warna merah. Warna biru dihasilkan dari tumbuhan
tom (tarum). Penggunaan bahan pewarna ini memerlukan proses yang
lama dan warna yang dihasilkan pun terbatas. Teknik pewarnaan
tersebut kurang sesuai dengan kebutuhan pasar yang menuntut variasi
warna yang lebih kaya. Maka tak heran para perajin batik di Cirebon
menggunakan warna-warna kimia.
Batik Trusmi mengenal dua jenis warna yang berasal dari
produsennya, yaitu warna buatan Jerman yang umumya disebut
dengan istilah obat sol dan warna buatan Jepang atau terkenal dengan
obat Jawo dan napthol. Kedua warna ini menggunakan campuran air
sebagai pengencernya. Penggunaan warna kimia tidak menutup
kemungkinan memunculkan gaya pewarnaan yang sama. Pewarnaan
tidak lagi dijadikan sebagai suatu ciri dan rahasia suatu daerah
perbatikan. Faktor yang paling dominan adalah dengan adanya
Tidak hanya menggunakan teknik yang cukup rumit melainkan
kadar ph air menentukan keberhasilan suatu proses pewarnaan batik.
Untuk proses pembuatannya sama seperti dari daerah lain, hanya saja
perbedaannya terletak pada cara mencampurkan warna yang satu
dengan warna yang berseberangan menggunakan sistem tumpuk atau
buka tutup. Jika ingin menghasilkan warna yang berseberangan batik
terlebih dahulu di tutup dengan menggunakan lilin malam kemudian
diwarna kembali dengan menggunakan warna yang berseberangan.
Pengrajin batik Trusmi bisa membuat tembokan putih
(http://wongtrusmi.blogspot.com/2010/03//batik-cirebon-rahasia-dan-hitam saja, tapi ada pula yang dirancang untuk siap pakai dengan
Gambar 2.9 Motif Mega Mendung
Dengan menggunakan tata warna biron
(Sumber: Dokumen Pribadi)
2. Babar Mas
Tata warna babar mas tipis sedangkan warna motifnya
berwarna biru tua, hitam dan coklat soga, sebagian isen-isen
diwarnai coklat muda (pada ornament hitam).
Gambar 2.10 Motif Kereta Kencana
Dengan menggunakan tata warna babar mas
3. Bangbiru atau Bangbiron
Istilah ini diambil dari warna batik yang dominan warna
merah atau abang dan biru. Bangbiru memerlukan dua kali proses
pelorodan. Biasanya menampilkan warna dasar putih atau krem,
coklat muda (tipis). Sedangkan motifnya berwarna merah, biru,
dan sebagian violet kehitaman.
Gambar 2.11 Motif Sawat Ukel
Dengan menggunakan tata warna bangbiru
(Sumber: Dokumen Pribadi)
4. Soloan
Tata warna soloan dihasilkan dari dua kali proses lorodan.
Soloan merupakan istilah Cirebon yang berarti warna dasar batik
ini berwarna tua tidak terikat, sedangkan garis kontur dan motif
berwarna muda. Pada teknik soloan tidak dilakukan proses
penutupan awal (tembokan) dan tidak menggunakan warna-warna
yang monokromatik. Untuk menghasilkan teknik soloan yang
Gambar 2.12 Motif Ganggengan
Dengan menggunakan tata warna soloan
(Sumber: Dokumen Pribadi)
5. Sogan
Tata warna sogan dihasilkan oleh satu kali lorodan.
Sedangkan komposisi warnanya bebas, untuk warna isen-isen
harus berwarna coklat soga kecuali isen yang berbentuk titik-titik
ini harus putih.
Gambar 2.13 Motif Buketan
Dengan menggunakan tata warna sogan
6. Tigo Negerian
Tata warna batik tigo negerian terdiri dari warna biru, hijau,
coklat dan merah. Prosesnya menggunakan tiga kali lorodan.
Warnanya bermacam-macam antara lain merah-biru, hijau-kuning,
violet dan coklat soga lebih dominan dibatasi dengan garis-garis
tertentu, motif pokoknya berwarna merah
(http://sanggarbatikkatura.com/babaran-cirebon/)
Gambar 2.14 Motif Tigo Negerian
Dengan menggunakan tata warna tigo negerian
(Sumber: Dokumen Pribadi)
2.2.5 Motif Batik Trusmi Cirebon
Motif batik Trusmi pada saat ini tidak ada perbedaan motif jika
dilihat dari jenisnya. Semua jenis batik seperti batik tulis, batik cap dan
batik printing penggunaan motifnya sama, hanya saja tingkat ketelitian
dari corak yang ada pada batik tulis yang sulit dibuat kedalam batik cap
atau printing tidak akan digunakan. Itu yang mengakibatkan ada
Motif batik Cirebon atau batik Trusmi pada dasarnya dapat
digolongkan menjadi lima jenis, yaitu:
1. Jenis Wadasan, adanya beberapa ornamen dan benda-benda
yang bersumber dari kraton Cirebon, termasuk ornamen Wadasan
itu sendiri. Kelompok jenis ini biasanya disebut batik Keraton.
Nama motif jenis ini diantaranya adalah: Singa Payung, Naga
Saba, Taman Arum, Mega Mendung, dan lain sebagainya.
Gambar 2.15 Motif Rajeg Wesi
(Sumber: Dokumen Pribadi)
2. Jenis Geometris, proses pendisainannya menggunakan alat bantu
penggaris. Sebelum dibatik, kain harus diberi garis-garis terlebih
dahulu. Contohnya adalah Motif Tambal Sewu, Liris, Kawung dan
Lengko-lengko.
Gambar 2.16 Motif Kawung Rambutan
3. Jenis Pangkaan (Buqet), batik dengan motif pangkaan
menampilkan pelukisan pohon atau rangkaian bunga-bunga yang
lengkap dengan ujung pangkalnya dan sering sekali dilengkapi
burung atau kupu-kupu, ikan. Nama-nama motif ini diantaranya
adalah Pring Sedapur, Kelapa Setundun, Soko Cina, Kembang
Terompet, dan lain sebagainya.
Gambar 2.17 Motif Pangkaan Modif
(Sumber: Dokumen Pribadi)
4. Jenis Byur, ditandai dengan penuhnya ornamen bunga-bungaan
dan daun-daunan kecil yang mengelilingi ornamen pokok,
sebagian contoh motif ini adalah : Karang Jahe, Mawar Sepasang,
Dara Tarung, Banyak Angrum, dan lain sebagainya.
Gambar 2.18 Motif Daro Tarung
5. Jenis Semarangan, motif ulang yang ditata agak renggang. Yang
termasuk kedalam jenis ini adalah motif Piring Selampad,
Kembang Kantil, kembang melati dan kembang gempol
(http://www.sanggarbatikkatura.com/motif-batik-cirebon/)
Gambar 2.19 Motif Kembang Melati
(Sumber: Dokumen Pribadi)
2.3 Analisa Masalah
Analisa terdapat dua masalah yaitu mengenai motif batik Trusmi
dan pendokumentasian hak cipta motif batik untuk didaftarkan ke Hak
Kekayaan Intelektual (HAKI).
1. Informasi mengenai motif batik Trusmi yang beralih peminatnya
dilakukan dengan dua tahapan yaitu melalui wawancara dengan
Bapak Katura salah seorang pengrajin batik diwilayah batik Trusmi
- Menurut Bapak Katura, motif batik Trusmi beralih
peminatnya (masyarakat yang membeli batik dilihat dari segi
harga yang murah dan motif bagus) ke teknik pembuatan
kain printing yang bermotif batik dari Cina, karena
banyaknya produk impor teknik printing dari Cina yang
masuk ke Indonesia.Teknik printing Cina dijual dengan harga
yang sangat murah, berkisar antara Rp. 20.000 sampai
dengan Rp. 30.000 untuk satu potong pakaian atasan,
sedangkan harga batik cap Trusmi yang paling murah pada
saat ini berkisar Rp.60.000. Ciri-ciri printing bermotif batik
dari Cina adalah kain yang digunakan bukanlah kain yang
berkualitas baik dan motifnya pun agak kusam, motif yang
dipakai cenderung kontemporer, harga relatif lebih murah
dibanding batik cap. Printing bukan merupakan jenis motif
batik Cirebon karena tidak dibuat oleh tangan seperti canting
dan cap atau stempel, hanya saja motif batik yang dibuat
diatas kain printing atau sablon bukan batik. Selama masih
banyaknya konsumen dan kolektor yang mencintai batik.
Batik Trusmi pun tidak akan berkurang peminatnya jika para
pengrajin membuat motif batik mengikuti permintaan pasar
Sumber data mengenai informasi tentang motif-motif batik Trusmi
Cirebon diperoleh dari hasil penelitian yaitu:
- Data Primer
Proses pencarian data yang dilakukan oleh peneliti adalah
mendatangi langsung tempat pengraji batik Trusmi dan
mewawancarai pengrajin atau produsen batik Trusmi serta
memberikan kuisioner kepada pengunjung yang datang dan juga
memberikan ke masyarakat yang ada di Cirebon.
a. Wawancara
Wawancara dilakukan dirumah pengrajin dan produsen
batik Trusmi yaitu Masniri dan Lia, dan juga di Sanggar Batik
Katura milik Katura A.R dengan menggunakan metode perekam
suara agar kita dan pengrajin dapat lebih mudah dalam
melakukan sesi tanya-jawab. Sample wawancara yang diberikan kepada pengrajin batik Trusmi atau batik Cirebon adalah:
- Sejarah awal mulanya batik ada di Cirebon?
- Jenis batik apa sajakah yang ada di Cirebon?
- Motif-motif apa sajakah yang terdapat di Trusmi?
- Bagaimana teknik pewarnaan batik Trusmi?
b. Kuisioner
Kuisioner atau angket berupa pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan kepada masyarakat yang ada didaerah Cirebon.
Kuisioner yang baik dan perolehan data yang akurat dilakukan
kepada 100 orang, dengan khalayak sasaran yang dituju yaitu
remaja-dewasa dan orang tua serta responden yang menyukai
dan tertarik dengan seni batik. Kuisioner ini disebarkan di daerah
sentra batik Trusmi, serta sekolah dan perkantoran.
Kuisioner menggunakan teknik jawaban pertanyaan seperti :
- Kuisioner nomer 1, 3, 6, 13 menggunakan jawaban
pertanyaan, ya atau tidak.
- Kuisioner nomer 2, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12 menggunakan
jawaban pertanyaan yang dijawab sendiri.
Berdasarkan data kuisioner dengan responden yang berjumlah
100 orang, dapat disimpulkan masyarakat daerah Cirebon banyak yang
mengetahui tentang batik Trusmi, lokasi daerah sentra batik Trusmi pun
cukup strategis. Masyarakat yang jarang mengunjungi batik Trusmi
- Data Sekunder
Peneliti mencari sebagian data melalui media buku dan
media internet. dimana sumber data isi buku yang diperoleh
berasal dari buku “Batik Cirebon: Sebuah Pengantar Apresiasi,
Motif dan makna”.
2. Surat permohonan pendaftaran ciptaan yang diajukan oleh Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon 4 September
2008 kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dan
surat pemberitahuan yang diajukan oleh Direktorat Jenderal
Industri Kecil dan Menengah 20 Januari 2009 kepada Dirjen Hak
Kekayaan Intelektual (HAKI), Departemen. Hukum dan HAM
sehubungan dengan 100 permohonan pendaftaran ciptaan motif
batik Cirebon diberitahukan bahwa karya-karya atau
produk-produk yang diajukan permohonannya tersebut tidak termasuk
ciptaan yang dilindungi sebagaimana dimaksud pada Pasal 12
Undang-undang no.19 tahun 2002 (UUHC) karena merupakan
hasil kebudayaan rakyat (ekspresi folklor) yang menjadi milik
bersama, ada 17 motif yang termasuk ke dalam kebudayaan
(folklor) yang menjadi milik bersama yaitu sawat pengantin,
kembang kecubung, bajang, naga Utah, burung phoenix, kembang suru, daro tarung, bata rongkong, kembang kecubung,
kembang boled, slobog, lengko-lengko, mangle, kembang bakung,
Menurut pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Cirebon (Disperindag) masih ada 300 motif batik yang
didaftarkan ciptaannya, namun sampai saat ini pihak Disperindag
belum menerima kabar lebih lanjut tentang pengajuan
permohonan ciptaan tersebut oleh HAKI.
Yang memprihatinkan, perkembangan batik saat ini tak lagi
memiliki unsur pelestarian budaya membatik, motif yang
berkembang juga tidak mengandung falsafah lagi. Baginya, yang
berkembang saat ini hanyalah tekstil bermotif batik, bukan batik
dalam pemaknaan sebenarnya. Pengetahuan masyarakat akan
motif batik Trusmi masih kurang karena motif batik Trusmi
beraneka ragam motif dan warna, yang mengakibatkan
masyarakat tidak mengenali motif batik berasal dari daerah mana.
Hanya orang yang benar-benar mencintai batik yang bisa
membedakan motif batik dari berbagai daerah.
2.4 Penyelesaian Masalah
Berdasarkan analisa data primer dan sekunder yang peroleh
dapat disimpulkan bahwa media informasi berupa buku merupakan
sarana yang tepat untuk mengenalkan motif-motif batik Cirebon dan
pendokumentasian informasi akan unsur-unsur bentuk motif, warna dan
2.5 Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran dipilih berdasarkan uraian secara spesifik dari
sumber-sumber data yang diperoleh secara tepat berupa:
1. Demografis
- Remaja dewasa dan orang tua baik laki-laki dan perempuan.
- Usia:
a. Remaja
Usia 20-25 tahun, remaja dewasa yang aktif dan
menyukai seni, khususnya yang tertarik pada seni batik.
b. Orang tua
Usia 25 tahun keatas, orang tua biasanya lebih
tertarik untuk membeli dan menggunakan batik pada
saat kerja serta acara-acara khusus.
- Status sosial
Buku motif batik Trusmi Cirebon dibuat untuk semua
kalangan, terutama kalangan yang lebih memprioritaskan
untuk membeli media yang memuat pengetahuan khususnya
buku dan instansi-instansi yang selalu membeli buku tentang
2. Psikografis
Segmentasi yang dituju:
- Masyarakat yang mencintai seni dan produk dalam negeri,
serta produk yang mempunyai ciri khas dan unik.
- Masyarakat yang memliki rasa ingin tahu yang besar
terhadap motif-motif batik.
- Masyarakat yang senang berbelanja, berwisata dan selalu
menginginkan sesuatu yang baru.
- Masyarakat yang selalu ingin mengetahui tentang
perkembangan batik.
3. Geografis
Penyebaran perancangan buku tentang motif batik Trusmi
Cirebon ini adalah masyarakat yang berada di Jawa Barat
khususnya Cirebon dan wisatawan lokal maupun domestik.
Alasannya karena jika kita ingin batik Trusmi kuat dikota-kota lain,
maka batik Trusmi harus memperkuat citranya diwilayah asalnya.
2.6 Solusi
- Batik Trusmi mampu bersaing dengan motif-motif batik dari
daerah ataupun negara lain.
- Perlu adanya pendokumentasian berupa kumpulan motif batik
Trusmi dan menarik minat masyarakat untuk membeli produk batik
Trusmi dengan cara membuat suatu media informasi berupa
- Membuat media informasi serta media pendukung untuk
menunjang proses pembuatan buku motif batik Trusmi.
2.7 Buku
Buku sebagai media yang berisi muatan mengenai informasi.
Buku yang digunakan untuk membuat kumpulan-kumpulan motif batik
Trusmi Cirebon adalah buku yang tidak berdasarkan muatan informasi
dari kaca mata pemerintahan melainkan buku yang dibuat dari hasil
pengamatan secara objektif, berisi tentang pengetahuan akan motif
batik yang ada di Cirebon dengan menggunakan konten, gaya, format,
desain dan urutan dari berbagai komponen dapat menjadi sumber
informasi yang mudah dan praktis, penjelasan singkat berupa text dan gambar visual didukung dengan perkembangan informasi sesuai
BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
3.1 Konsep Perancangan
Konsep “Perancangan Media Informasi Buku Motif Batik Trusmi Cirebon”, terdapat dalam uraian sebagai berikut:
Cirebon, yang memiliki nilai estetik dan informatif, menginformasikan
motif-motif batik yang ada di Cirebon. Perancangan sebagai sumber
informasi, serta merancang sebuah media promosi lainnya sebagai
pendukung untuk mempromosikan kumpulan motif batik Trusmi
Cirebon.
1.3 Strategi Kreatif
Untuk memperlancar proses tujuan komunikasi, diperlukan
strategi kreatif dalam merancang buku yang tepat dengan konsep
kreatif, gaya visual berupa klasik dan modern, diambil dari motif batik
bermunculan dan menghasilkan buku yang dapat menarik perhatian
pasar, melalui desain cover sampul buku menggunakan kain batik dan
isi konten buku yang sesuai dengan khalayak sasaran dari buku motif
batik Trusmi Cirebon. Melalui buku ini diharapkan dapat membantuk
para wisatawan lokal maupun asing, penggemar batik, kolektor batik
untuk lebih memahami tentang berbagai macam motif yang berasal dari
Cirebon.
1.4 Strategi Media
Pendekatan yang dilakukan dalam mempromosikan buku adalah
dengan cara membuat penyampaian pesan untuk media cetak dengan
desain sampul dan desain cover yang menarik. Pengemasan informasi
tidak hanya menggunakan satu media saja, ada media pendukung
yang menjadi pelengkap untuk memperkenalkan kepada masyarakat
tentang informasi mengenai motif batik Trusmi Cirebon.
1.4.1 Media Utama
Media utama berupa buku “Motif Batik Trusmi Cirebon” yang
berisi tentang kumpulan – kumpulan ilustras buku berupa fotografi motif batik beserta penjelasan mengenai motif batik Trusmi Cirebon
1.4.2 Media pendukung
Media pendukung merupakan suatu media tambahan atau media
promosi dari perindustrian buku, yang berfungsi sebagai rangsangan
komunikasi untuk membeli atau memiliki buku ini. Pemilihan media
pendukung demi tercapainya promosi buku motif batik Trusmi Cirebon
ini berupa poster dan brosur, sedangkan media kreatif berupa shopping bag dan media pendukung yang berfungsi untuk menginformasikan buku adalah CD yang berisi tentang kumpulan gambar motif batik
Trusmi Cirebon, X-banner, pembatas buku, serta didalam halaman
buku terdapat gimmick berupa amplop yang berisi sapu tangan motif batik.
3.5 Strategi Distribusi
Penyebaran media pendukung dikategorikan pada beberapa bagian:
a. Secara geografis
Wilayah penyebaran meliputi toko buku, toko buku kecil, tempat wisata,
maupun lingkungan pendidikan, seperti : sekolah, universitas, kantor,
LSM yang berkaitan dengan seni dan kebudayaan, tempat wisata yang
banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal serta wisatawan asing sebagai
b. Lokasi penyebaran media
Lokasi penyebaran diarahkan ke lingkungan pendidikan,
perkantoran, toko buku dan LSM yang berkaitan dengan seni dan
kebudayaan. Pemilihan media pendukung dikarenakan adanya
kedekatan media dengan khalayak sasaran.
Media Promosi Buku Wilayah Penyebaran Lokasi
1.Media
Media
1. Media Promosi
- Poster
Poster adalah karya seni yang memuat komposisi gambar
dan huruf diatas kertas berukuran besar. Poster merupakan media
yang dapat menginformasikan langsung informasi buku.
- Brosur
Brosur adalah terbitan berkala yang terdiri dari satu hingga
sejumlah kecil halaman, yang tidak dijilid keras, lengkap (dalam
satu kali terbitan), memiliki paling sedikit 5 halaman. Brosur
digunakan untuk media promosi buku. Isi konten brosur
ditampilkan dengan bentuk komunikasi berupa pertanyaan agar
menarik minat dan membuat penasaran konsumen.
2. Media Kreatif
- Shopping bag
Shopping bag adalah kantong dengan pembungkus yang dibuat dari kertas tebal atau plastic, digunakan untuk memuat dan
membawa barang. Shopping bag dibuat untuk membawa buku serta media pendukung yang lainnya seperti, buku yang
didalamnya sudah terdapat amplop dan pembatas buku serta CD
3. Media pendukung informasi buku
- CD
CD berisi kumpulan-kumpulan motif batik Cirebon, khalayak
sasaran tidak hanya bisa melihat motifnya melalui buku saja tetapi
juga bisa lebih jelas mengamati motif melalui CD dengan desain
layout isi CD seperti pembuka majalah menggunakan flash page
flip.
- X Banner
Banner adalah gambar yang bertujuan untuk mengajak,
memberitahukan atau memperkenalkan suatu produk kepada
konsumen yang ditempatkan langsung dilokasi kegiatan promosi
buku, serta ditempatkan juga di jalan raya daerah sentra batik
Trusmi. X Banner digunakan untuk menginformasikan buku efektif.
- Pembatas Buku
Pembatas buku digunakan untuk menandai lokasi pada
karya cetak. Jenis pembatas buku yang digunakan adalah kertas
dengan diberi pita berwarna biru.
4. Gimmick
- Amplop
Amplop yang berisi sapu tangan batik. Agar para pembaca
3.6 Konsep Visual
Gaya perancangan desain yang dibuat berupa buku yang ditulis
berdasarkan keilmuan. Isi yang di dapat berupa hasil penelitian,
terjemahan, dan kompilasi pengalaman penulis dengan kajian pustaka.
Penjelasan mengenai informasi untuk isi buku didapatkan dari buku
“Batik Cirebon : sebuah pengantar apresiasi, motif dan makna simboliknya” karya Casta&Taruna dan gambar motif diambil dari “Sanggar Batik Katura”, pengrajin batik Masniri dan Lia, serta showroom
IBR dan EB “Batik Tradisional”.
Gaya desain dan konsep buku yang dibuat menggunakan layout berupa background putih dan gambar berada disebelah kiri serta tulisan
disebelah kanan.
3.6.1 Format Desain
Format desain buku yang digunakan berupa:
- Format halaman landscape , agar memudahkan dalam proses
me-layout motif batik dengan memasukkan fotografi.
- Ukuran buku 20 cm x 25 cm, rincian 0,8 cm untuk ruang
penjilidan.
- Dicetak full Color dengan kertas Art Paper Tipis, 80 gram dan
cover menggunakan Art Paper tebal, 160 gram laminasi doff dingin menggunakan glossy.
- Didalam buku terdapat bonus amplop (berisi kain batik) serta
pembatas buku dan CD.
- Penerbit buku ini adalah Gramedia Pustaka Utama karena
memiliki distribusi yang mendukung untuk pemasaran buku ini.
Pemakaian penerbit ini karena layout isi buku sesuai dengan
layout buku-buku dari gramedia.
Gambar 3.1 Cover buku
1. Cover Sampul Buku
Desain cover sampul buku menggunakan kain batik dengan
gambar motif mega mendung berwarna biru dengan latar
berwarna hitam, penggunaan motif tersebut jika kita melihat cover
buku berupa motif batik mega mendung maka khalayak sasaran
dapat langsung mengetahui bahwa motif mega mendung tersebut
berasal dari daerah Cirebon, karena motif batik mega mendung
lebih banyak dikenal oleh masyarakat. Penggunaan bahan kain
sasaran selain mengetahui isi dari buku terlebih dahulu melihat
dan mengetahui kain motif batik mega mendung yang dibuat
untuk kalangan para pecinta batik dan khalayak sasaran yang
tertarik dengan seni batik.
Gambar 3.2 Sampul Buku
2. Cover Buku
Desain cover buku menggunakan motif batik sawat, motif
batik ini dikenal pula di Yogyakarta dan Solo. Cirebon sendiri
mempunyai gaya pengungkapan yang berbeda dengan daerah
lain karena bentuknya lebih terbuka dan terkesan sedang terbang.
Ini menunjukkan ekspresi orang Cirebon yang ingin lebih bebas.
Layout motif ini diletakkan dipinggir cover depan dan cover
Gambar 3.3 Cover buku tampak depan dan belakang
3.6.2 Fotografi
Data visual berupa fotografi sebagai elemen utama dalam
buku ini mengenai motif-motif batik Trusmi, proses pembuatan
batik, serta daerah sekitar sentra batik Trusmi. Teknik foto motif
menggunakan kamera digital canon ixus 105 dan foto proses
pembuatan batik serta wilayah daerah sentra batik Trusmi
menggunakan kamera Nikon D90.
3.6.3 Layout
Nomer halaman menggunakan motif batik mega mendung.
Layout isi buku menggunakan 3 layout yaitu:
- Layout halaman pembuka isi buku, menggunakan gambar
motif yang dibuat menutupi seluruh dua halaman buku.
- Layout halaman pembuka daftar isi serta halaman pembuka
dan ragam motif batik Trusmi Cirebon menggunakan gambar
yang menutupi seluruh satu halaman sampai ke setengah
halaman berikutnya.
- Layout isi buku, Penjelasan tentang profil berupa gambar
disimpan dihalaman sebelah kiri dan bodycopy disimpan dihalaman sebelah kanan menggunakan background tipis berupa outline bagian dari motif batik yang disimpan ditengah-tengah tulisan, dengan menggunakan warna
abu-abu dibuat tipis fill 30 % agar memudahkan khalayak sasaran dapat dengan nyaman membacanya.
Desain layout menggunakan Adobe Photoshop CS3.
Outline motif batik dibuat di Corel Draw 12 dengan mengambil salah satu bagian motif. Tiap halaman menggunakan outline motif
yang berbeda-beda disesuaikan dengan motif yang digunakan.
Outline motif pada batik keratonan,background menggunakan warna coklat karena batik keratonan identik dengan
warna coklat, dan pada batik pesisiran background menggunakan warna coklat muda yang identik dengan menggunakan
Layout Isi konten buku:
Gambar 3.4 Layout nomer halaman
Gambar 3.5 Layout halaman pembuka
Dibuat full image dan ada layout lainnya yang menggunakan full
image seperti halaman penutup motif batik keratonan dan pesisiran.
Gambar 3.6 Layout Daftar Isi
Halaman lain yang menggunakan layout yang sama yaitu :
halaman pembuka tata warna motif batik, batik keratonan, batik
Gambar 3.7 Layout Isi halaman keterangan motif batik
Gambar 3.8 Layout Isi halaman keterangan motif batik dengan gambar portrait
Gambar 3.9 Layout Isi halaman keterangan motif batik dengan gambar landscape
Halaman lain yang menggunakan layout yang sama yaitu
Gambar 3.10 motif batik pesisiran, untuk halaman depan menggunakan outline
berwarna abu-abu yang diletakkan ditengah-tengah halaman
Gambar 3.11 motif batik naga utah, outline berwarna coklat tua yang diletakkan ditengah-tengah halaman
Gambar 3.12 motif batik lockcan, outline berwarna coklat muda yang diletakkan ditengah-tengah halaman
Motif yang digunakan pada setiap batik, ada yang berupa bentuk
dari objek utama motif dan ada juga yang mengambil salah satu bentuk
daun-daunan atau wadasan yang menyatu pada motif tersebut,
3.6.4 Studi Font
Font yang digunakan adalah font Ajile dan Candara. Font ajile berupa font yang cocok dengan konsep motif buku batik, hurufnya melengkung dan tipis untuk menyeimbangkan objek cover. Font Candara merupakan font sederhana tidak rumit dan bersifat santai.
Ukuran Font Ajile untuk halaman pembuka dengan ukuran 50 pt.
Daftar Isi
Untuk awal pembuka isi halaman motif dengan ukuran 24 pt.
3.
Batik Keraton dengan pokok
hiasan Tumbuhan
A. Motif Kangkungan
Ukuran font Candara pada isi layout adalah 12 pt.3.6.5 Studi Kontekstual Warna
Warna yang digunakan untuk layout buku adalah warna yang
berdasarkan filosofi makna warna pada batik Cirebon. Dominan warna
asli batik Cirebon adalah biru dan merah, Warna biru dan merah tua
menggambarkan psikologi masyarakat pesisir yang lugas, terbuka dan
egaliter. Selain itu, warna biru juga melambangkan warna langit yang
luas, bersahabat dan tenang. Biru muda menggambarkan makin
cerahnya kehidupan dan biru tua menggambarkan awan gelap yang
mengandung air hujan dan memberi kehidupan serta warna-warna lain
seperti coklat, kuning, hitam dan hijau (Wikipedia, Batik Mega
BAB IV
TEKNIS PRODUKSI MEDIA
4.1 Media Utama
Media utamanya adalah sebuah buku berupa fotografi motif
batik, dimana konsep perancangannya berupa penjelasan tentang profil
kota Cirebon, profil batik Trusmi, alat-alat yang digunakan, proses
pembuatan, jenis motif batik, tata warna batik serta karakteristik batik
Trusmi Cirebon yang dibagi menjadi dua yaitu motif batik keratonan
Cirebon dan motif batik Pesisiran Cirebon, jadi konsep yag dibuat
berdasarkan sejarah adanya batik di Cirebon sampai ke motif-motif
yang berkembang di Cirebon. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan
storyboard untuk memudahkan pengaturan skema tata letak penjabaran yang akan dibahas pada buku motif batik Trusmi dengan
menggunakan sketsa manual, setelah itu dibuat kedalam sketsa digital
dengan layout buku menggunakan Adobe Photoshop CS3 dan outline motif batik ditrace dengan menggunakan CorelDraw 12. Setelah selesai seluruh artwork dalam file disusun dengan ukuran 20 x 25 cm.
Proses terakhir adalah percetakan semua artwork dengan
Gambar 4.1 Cover
Cover buku menggunakan salah satu motif batik Cirebon yaitu
motif sawat.
4.2 Media Pendukung
1. Media Promosi
1. Poster
Gambar 4.2 Poster
Ukuran : A3 ( 29,7 X 42 cm)
Material : Art Paper 160 gram
Teknis Produksi : Digital printing
2. Brosur
Gambar 4.3 Brosur tampak depan
Gambar 4.4 Isi Brosur dilipat menjadi tiga bagian
Isi brosur berisi tentang penjesalan mengenai batik Cirebon yang dibuat
menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membuat
Ukuran : ( 27cm x 11 cm ) dengan lipatan
( 9 x 11 cm )
Material : Art Paper 80 gram
Teknis Produksi : Digital printing
2. Media Kreatif
- Shopping bag
Gambar 4.5 Shopping Bag
Shopping bag menggunakan salah satu bagian dari motif batik sawat
dengan menonjolkan daun dan penyangga berbentuk setengah
lingkaran.
Ukuran : ( 21,5 x 25.5 x 4 cm )
Material : Art Paper 160 gram
3. Media pendukung informasi buku
- CD
Gambar 4.6 Cover CD
Cover CD menggunakan motif batik sawat dengan tidak menampilkan
keseluruhan dari motif.
Ukuran : ( 12 x 12 cm )
Material : sticker CD
Teknis Produksi : Digital printing
Gambar 4.7 CD
- X Banner
Gambar 4.8 Isi X Banner
X banner berisi tentang penjelasan singkat mengenai isi buku
Ukuran : ( 60 x 160 cm )
Material : Flexi Autdoor
Teknis Produksi : Digital printing
- Pembatas Buku
Gambar 4.9 Pembatas Buku
Ukuran : ( 9 x 9 cm )
Material : Art Paper 160 gram
Teknis Produksi : Digital printing
4. Gimmick
- Amplop
Tampak Depan Tampak Belakang
Gambar 4.10 Amplop
Merchandise menggunakan amplop yang berisi sapu tangan kain batik.
Ukuran : ( 13.5 x 7.5 cm )
Material : Art Paper 80 gram
Sapu Tangan kain batik
Gambar 4.11 Sapu Tangan
4.3 Biaya Produksi
Biaya Produksi
Biaya cetak warna 1halaman ukuran A4 Rp 1.500,-
Biaya cetak warna cover buku A3 Rp 5.000,-
Jilid soft cover Rp 10.000,-
Biaya Produksi 1 buku
Biaya cetak isi buku @ Rp. 1.500 x 93 halaman Rp 139.500,-
Biaya cetak warna cover @ Rp 5.000 x 2 Rp 10.000,-
Jilid soft cover Rp 10.000,-
Biaya produksi 1 eksemplar buku Rp. 159.500,-
Biaya produksi 100 eksemplar buku Rp 15.950.000,-
Biaya kreatif 15% dari total biaya produksi Rp 23.925,-
Pembatas buku
Rp. 400,- x 100 = Rp 40.000,-
Amplop
Rp. 1500,- x 100 = Rp 150.000,-
Sapu tangan batik
Rp. 3.000,- x 100 = Rp 300.000,-
Cover kain batik
Rp 3.000,- x 100 = Rp 300.000,-
Shopping bag
Rp 3.000,- x 100 = Rp.300.000,-
CD&Cover CD
Rp 6.000,- x 100 = Rp 600.000,-
Brosur
Rp 1.000,- x 100 = Rp 100.000,-
X-banner
Rp 100.000,- x 100 = Rp 10.000.000,-
Poster
Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir
PERANCANGAN MEDIA INFORMASI BUKU
MOTIF BATIK TRUSMI CIREBON
DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2010/2011
Oleh:
Evi Afryanti 51907164 Program Studi
Desain Komunikasi Visual