• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan media Informasi Buku Motif Batik Trusmi Cirebon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan media Informasi Buku Motif Batik Trusmi Cirebon"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

5 awalnya batik hanya dikenal oleh kalangan keraton yang digunakan untuk upacara keagamaan maupun acara-acara kerajaan, sehingga pada waktu itu batik banyak digunakan oleh para raja, bangsawan, dan abdi kerajaan.

(2)

5 kalangan tertentu. Motif yang terdapat pada batik Trusmi atau batik Cirebon tidak hanya mendapat pengaruh dari keraton saja, tetapi motif batik Trusmi atau batik Cirebon juga mendapat pengaruh dari pesisiran yang banyak menyerap pengaruh dari luar daerah Cirebon dan mendapat pengaruh dari budaya asing.

(3)

5 Percampuran kebudayaan telah mempengaruhi sikap-sikap dinamis dari masyarakat pembatikan di Cirebon. Motif batik Trusmi atau batik Cirebon dipengaruhi kebudayaan dari Hindu, Cina dan Islam. Para pendatang dari Arab, Persia, India, Malaka, Jawa Timur, Madura,dan Palembang membawa pengaruh budayanya sehingga menambah kekayaan motif batik Cirebon.

(4)

5 terdapat pada batik Trusmi atau batik Cirebon melambangkan ciri khas dan watak masyarakat daerah Cirebon (Agus Dhianto, 1985, h.15)

(5)

5 sekitar pun masih banyak yang tidak mengetahui tentang motif-motif batik yang ada di daerahnya sendiri. Sangat disayangkan motif batik Trusmi atau batik Cirebon di Indonesia sulit di patenkan yaitu berupa hak khusus atas hasil penemuan yang

(6)

5

1.3Fokus Permasalahan

Kurangnya media informasi mengenai motif batik Trusmi atau batik Cirebon yang lama maupun yang baru dikarenakan kedinamisan motif batik yang ada pada saat ini.

1.4Tujuan perancangan

(7)

BAB II

Tinjauan Umum Motif Batik Trusmi Cirebon

2.1 Batik

Kata batik berasal dari bahasa Jawa. Secara etimologi kata batik diambil dari kata “ambatik”, yaitu kata “amba” (bahasa jawa) yang berarti menulis dan “tik” yang berarti titik kecil, tetesan, atau membuat titik. Jadi, batik adalah menulis atau melukis titik. Secara umum,

membatik adalah sebuah teknik menahan warna dengan lilin malam

secara berulang-ulang di atas kain. Lilin malam digunakan sebagai

penahan untuk mencegah agar warna tidak menyerap ke dalam serat

kain di bagian-bagian yang dikehendaki.

Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan

keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian.

Sehingga di masa lalu, membatik adalah pekerjaan eksklusif bagi

perempuan, sampai akhirnya ditemukan batik cap yang memungkinkan

masuknya laki-laki ke dalam bidang kerajinan ini.

Pada tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO mengukuhkan batik

Indonesia sebagai global cultural heritage (warisan budaya dunia) yang berlangsung di Prancis. Untuk memperkuat legitimasi Indonesia dalam

pengembangan batik sebagai salah satu warisan budaya, tanggal 2

(8)

Gambar 2.1 Orang sedang Membatik

(Sumber: www.justrizkytegug.wordpress.com)

2.2 Batik Trusmi Cirebon

Batik mulai ada di desa Trusmi sejak abad ke 14. Nama Trusmi

berasal dari cerita masyarakat bahwa di daerah tersebut tumbuh

banyak tumbuhan, kemudian para warga menebang tumbuhan tersebut

namun secara seketika kemudian tumbuhan itu tumbuh kembali.

Sehingga tanah tersebut dinamakan Desa Trusmi yang berasal dari

kata terus bersemi.

Awal mula batik ada di Trusmi menurut Masniri salah seorang

pengrajin batik Trusmi, dikarenakan sultan kraton kasepuhan menyuruh

orang Trusmi dan Kaliwulu untuk membuat batik yang sama dengan

batik yang dia buat. Sultan hanya memperlihatkan motifnya saja. Orang

Trusmi dan Kaliwulu pun bilang bahwa mereka bisa membuat batik

yang sama dengan buatan sultan. Orang Kaliwulu membuat kayu dan

orang Trusmi membuat batik. Kemudian orang Trusmi dan Kaliwulu

membawa hasil batik yang mereka buat dan memperlihatkannya

(9)

batik yang asli namun saking miripnya sultan tidak dapat

membedakannya. Batik yang dibuat orang trusmi tersebut sangat mirip

dengan aslinya, sehingga sultan pun menyuruh mereka untuk membuat

dan memproduksi batik yang sampai sekarang pembuatan batik

menjadi turun temurun.

Masa keemasan kerajinan batik di daerah ini terjadi pada kurun

waktu 1950-1968. Bila dibanding dengan batik Yogyakarta, Solo, atau

Pekalongan, batik Trusmi mempunyai ciri yang berbeda dan khas.

Perbedaan ini terlihat dari segi warna dan motif. Batik Trusmi

menampilkan warna yang cerah dan ceria, seperti warna merah, merah

muda, biru langit, hijau pupus. Gambar motifnya pun lebih bebas,

melambangkan kehidupan masyarakat pesisir, seperti gambar aktivitas

masyarakat di pedesaan atau gambar flora dan fauna yang memikat.

(Agus Dhianto, 1985, h.6)

Lokasi daerah sentra pembuatan batik Trusmi Cirebon. berada di

propinsi Jawa Barat. Trusmi sendiri adalah nama desa di kecamatan

Plered, kabupaten Cirebon dan berjarak 5 km dari pusat kota.

Lokasinya dari arah perempatan pasar Plered, terdapat papan nama

“Objek Wisata Belanja Batik Trusmi”. Desa Trusmi dibagi menjadi dua

yaitu Trusmi Kulon dan Trusmi Wetan, dan ada beberapa desa disekitar

Trusmi yang juga menghasilkan produk atau pengrajin batik yaitu

Gamel, Kaliwulu, Wotgali, Kalitengah dan Panembahan. Desa Trusmi

(10)

memajangkan hasil sandang yang diperoleh dari batik dan ada juga

pengrajin yang menggunakan rumahnya sebagai ruang pamer.

Gambar 2.2 Sentra Batik Trusmi Cirebon

(Sumber: Dokumen Pribadi)

2.2.1 Ciri Khas Batik Trusmi

Batik dari daerah Trusmi memiliki ciri khas tersendiri yang

berbeda dengan batik dari daerah lain, yaitu:

1. Pada bagian-bagian motif tertentu, desain batik Cirebonan atau

batik Trusmian selalu mengikut sertakan motif wadasan (batu

cadas) yang bernuansa klasik tradisional.

2. Desain batik Cirebonan, terdapat pula unsur ragam hias berbentuk

awan (mega) pada bagian-bagian yang disesuaikan dengan motif

utamanya.

3. Ciri batik Cirebonan klasik tradisional memiliki warna pada bagian

latar (dasar kain) lebih muda dibandingkan dengan warna garis

pada motif utamanya.

4. Bagian dasar kain biasanya nampak bersih dari noda hitam atau

(11)

Noda diakibatkan oleh penggunaan lilin batik yang pecah,

sehingga proses pewarnaan zat warna yang tidak dikehendaki

meresap pada kain.

5. Garis-garis motif menggunakan garis tunggal dan tipis (kecil)

kurang lebih 0,5 mm dengan warna garis yang lebih tua

dibandingkan dengan warna latarnya. Karena secara proses, batik

Cirebon unggul dalam penutupan (blocking area) dengan

menggunakan canting khusus untuk melakukan proses

penutupan, yaitu menggunakan canting tembok dan bleber

(terbuat dari batang bambu yang pada bagian ujungnya diberi

potongan benang-benang katun yang tebal serta dimasukkan

pada salah satu ujung batang bambu).

6. Warna-warna dominan batik Cirebonan klasik tradisional,

biasanya memiliki warna kuning (sogan gosok), hitam dan warna

dasar krem, atau berwarna merah tua, biru tua, hitam dengan

dasar warna kain krem atau putih gading.

7. Batik Cirebonan cenderung sebagian latar kainnya dibiarkan

kosong tanpa diisi dengan ragam hias berbentuk tanahan atau

rentesan (berbentuk tanaman ganggeng). Bentuk ragam hias

tanahan atau rentesan ini biasanya digunakan oleh batik-batik dari

Pekalongan.

Dari teknik pembuatan batik, terdapat Wit. Wit adalah garis

kontur atau tali air atau juga lung-lungan dan sejenisnya, yang relatif

(12)

Istilah Wit ini hanya ditemukan pada batik Tembokan (Cirebon),

Popokan (Jawa), yang pada saat ini hanya dapat dikerjakan oleh

pengrajin batik Cirebon.

Gambar 2.3 Motif Tembokan

(Sumber: http://3.bp.blogspot.com/)

Batik Cirebon lebih cenderung memenuhi selera konsumen dari

berbagai daerah (lebih kepada pemenuhan komoditas perdagangan

dan komersialitas), sehingga warna-warna batik Cirebonan Pesisiran

lebih atraktif dengan menggunakan banyak warna

(13)

2.2.2 Jenis Batik Trusmi

Jenis batik menurut teknik :

- Batik Tulis : Antara ornamen yang satu dengan ornamen lainnya

agak berbeda walaupun bentuknya sama. Bentuk isen-isen relatif

rapat, rapih, dan tidak kaku, prosesnya dikerjakan secara manual,

satu per satu, dengan canting, lilin malam, kain, dan pewarna.

Gambar 2.4 Batik Tulis Menggunakan Canting

(Sumber: Dokumen Pribadi)

- Batik Cap : Antara ornamen yang satu dengan ornamen lainnya

pasti sama, namun bentuk isen-isen tidak rapi, agak renggang dan

agak kaku. Apabila isen-isen agak rapat maka akan terjadi

mbeleber (goresan yang satu dan yang lainnya menyatu,

sehingga kelihatan kasar). Proses pembuatan menggunakan alat

cap atau stempel yang telah terpola batik. Stempel tersebut

dicelupkan ke dalam lilin panas, kemudian ditekan pada kain

(14)

Gambar 2.5 Cap atau stempel

(Sumber: Dokumen Pribadi)

2.2.3 Karakteristik Batik Cirebon

1. Batik Keratonan Cirebon

Pada awalnya batik yang berkembang di Cirebon dibuat

untuk kerabat sultan. Batik keratonan Cirebon tidak mempunyai

aturan tertentu dalam pemakaiannya, motif hias batik keratonan

pun akhirnya digunakan pula oleh masyarakat umum. Motif hias

batik keratonan banyak mengambil bentuk-bentuk peninggalan

keratonan Cirebon. Motif hias keratonan identik dengan bentuk

wadasan dan ada pula motif yang tidak menyertakan wadasan.

Batik Keratonan tumbuh dan berkembang diatas dasar-dasar

falsafah kebudayaan Jawa yang mengacu pada nilai-nilai spiritual

dan pemurnian diri, serta memandang manusia dalam konteks

harmoni semesta alam yang tertib, serasi dan seimbang (Anas,

1997, h.17)

Motif batik keratonan mengambil hiasan pokok dari jenis

(15)

arum, wadasan, bentuk-bentuk sayap, bentuk-bentuk perhiasan,

dan mega mendung.

Gambar 2.6 Motif Paksi Naga Liman

(Sumber: Dokumen Pribadi)

Gambar 2.7 Motif Patran Kangkung

(16)

2. Batik Pesisiran Cirebon

Adanya motif batik pesisiran ditandai dengan penggunaan

tata warna, perkembangan desain dan fungsi, dinamis dan berani

dengan menggunakan banyak warna dan sangat ditentukan oleh

pasar. Masyarakat pesisiran mempunyai karakter yang

dipengaruhi oleh budaya asing karena letaknya dipinggir pantai.

Kebereragaman motif batik pesisiran Cirebon dikelompokkan

berdasarkan struktur pola desainnya menggunakan pola desain

geometris, pangkaan, byur dan semarangan (Casta&Taruna,

2007, h.181)

Gambar 2.8 Motif Lockcan

Salah satu jenis motif byur

(Sumber: Dokumen Pribadi)

2.2.4 Teknik Pewarnaan Batik Trusmi

Penggunaan warna batik disetiap daerah perbatikan di

Nusantara terdapat perbedaan. Perbedaan itu dipengaruhi oleh teknik,

selera, dan bahan pewarna yang tersedia. Warna batik dapat

(17)

setempat, dan selera pasar. Untuk proses pembuatannya sama seperti

dari daerah lain, hanya saja perbedaannya terletak pada cara

mencampurkan warna yang satu dengan warna yang berseberangan

menggunakan sistem tumpuk atau buka tutup.Teknik pewarnaan batik

Trusmi Cirebon pada mulanya menggunakan bahan-bahan alam.

Warna-warna tersebut diperoleh dari bahan pohon pace (mengkudu)

yang menghasilkan warna merah. Warna biru dihasilkan dari tumbuhan

tom (tarum). Penggunaan bahan pewarna ini memerlukan proses yang

lama dan warna yang dihasilkan pun terbatas. Teknik pewarnaan

tersebut kurang sesuai dengan kebutuhan pasar yang menuntut variasi

warna yang lebih kaya. Maka tak heran para perajin batik di Cirebon

menggunakan warna-warna kimia.

Batik Trusmi mengenal dua jenis warna yang berasal dari

produsennya, yaitu warna buatan Jerman yang umumya disebut

dengan istilah obat sol dan warna buatan Jepang atau terkenal dengan

obat Jawo dan napthol. Kedua warna ini menggunakan campuran air

sebagai pengencernya. Penggunaan warna kimia tidak menutup

kemungkinan memunculkan gaya pewarnaan yang sama. Pewarnaan

tidak lagi dijadikan sebagai suatu ciri dan rahasia suatu daerah

perbatikan. Faktor yang paling dominan adalah dengan adanya

(18)

Tidak hanya menggunakan teknik yang cukup rumit melainkan

kadar ph air menentukan keberhasilan suatu proses pewarnaan batik.

Untuk proses pembuatannya sama seperti dari daerah lain, hanya saja

perbedaannya terletak pada cara mencampurkan warna yang satu

dengan warna yang berseberangan menggunakan sistem tumpuk atau

buka tutup. Jika ingin menghasilkan warna yang berseberangan batik

terlebih dahulu di tutup dengan menggunakan lilin malam kemudian

diwarna kembali dengan menggunakan warna yang berseberangan.

Pengrajin batik Trusmi bisa membuat tembokan putih

(http://wongtrusmi.blogspot.com/2010/03//batik-cirebon-rahasia-dan-hitam saja, tapi ada pula yang dirancang untuk siap pakai dengan

(19)

Gambar 2.9 Motif Mega Mendung

Dengan menggunakan tata warna biron

(Sumber: Dokumen Pribadi)

2. Babar Mas

Tata warna babar mas tipis sedangkan warna motifnya

berwarna biru tua, hitam dan coklat soga, sebagian isen-isen

diwarnai coklat muda (pada ornament hitam).

Gambar 2.10 Motif Kereta Kencana

Dengan menggunakan tata warna babar mas

(20)

3. Bangbiru atau Bangbiron

Istilah ini diambil dari warna batik yang dominan warna

merah atau abang dan biru. Bangbiru memerlukan dua kali proses

pelorodan. Biasanya menampilkan warna dasar putih atau krem,

coklat muda (tipis). Sedangkan motifnya berwarna merah, biru,

dan sebagian violet kehitaman.

Gambar 2.11 Motif Sawat Ukel

Dengan menggunakan tata warna bangbiru

(Sumber: Dokumen Pribadi)

4. Soloan

Tata warna soloan dihasilkan dari dua kali proses lorodan.

Soloan merupakan istilah Cirebon yang berarti warna dasar batik

ini berwarna tua tidak terikat, sedangkan garis kontur dan motif

berwarna muda. Pada teknik soloan tidak dilakukan proses

penutupan awal (tembokan) dan tidak menggunakan warna-warna

yang monokromatik. Untuk menghasilkan teknik soloan yang

(21)

Gambar 2.12 Motif Ganggengan

Dengan menggunakan tata warna soloan

(Sumber: Dokumen Pribadi)

5. Sogan

Tata warna sogan dihasilkan oleh satu kali lorodan.

Sedangkan komposisi warnanya bebas, untuk warna isen-isen

harus berwarna coklat soga kecuali isen yang berbentuk titik-titik

ini harus putih.

Gambar 2.13 Motif Buketan

Dengan menggunakan tata warna sogan

(22)

6. Tigo Negerian

Tata warna batik tigo negerian terdiri dari warna biru, hijau,

coklat dan merah. Prosesnya menggunakan tiga kali lorodan.

Warnanya bermacam-macam antara lain merah-biru, hijau-kuning,

violet dan coklat soga lebih dominan dibatasi dengan garis-garis

tertentu, motif pokoknya berwarna merah

(http://sanggarbatikkatura.com/babaran-cirebon/)

Gambar 2.14 Motif Tigo Negerian

Dengan menggunakan tata warna tigo negerian

(Sumber: Dokumen Pribadi)

2.2.5 Motif Batik Trusmi Cirebon

Motif batik Trusmi pada saat ini tidak ada perbedaan motif jika

dilihat dari jenisnya. Semua jenis batik seperti batik tulis, batik cap dan

batik printing penggunaan motifnya sama, hanya saja tingkat ketelitian

dari corak yang ada pada batik tulis yang sulit dibuat kedalam batik cap

atau printing tidak akan digunakan. Itu yang mengakibatkan ada

(23)

Motif batik Cirebon atau batik Trusmi pada dasarnya dapat

digolongkan menjadi lima jenis, yaitu:

1. Jenis Wadasan, adanya beberapa ornamen dan benda-benda

yang bersumber dari kraton Cirebon, termasuk ornamen Wadasan

itu sendiri. Kelompok jenis ini biasanya disebut batik Keraton.

Nama motif jenis ini diantaranya adalah: Singa Payung, Naga

Saba, Taman Arum, Mega Mendung, dan lain sebagainya.

Gambar 2.15 Motif Rajeg Wesi

(Sumber: Dokumen Pribadi)

2. Jenis Geometris, proses pendisainannya menggunakan alat bantu

penggaris. Sebelum dibatik, kain harus diberi garis-garis terlebih

dahulu. Contohnya adalah Motif Tambal Sewu, Liris, Kawung dan

Lengko-lengko.

Gambar 2.16 Motif Kawung Rambutan

(24)

3. Jenis Pangkaan (Buqet), batik dengan motif pangkaan

menampilkan pelukisan pohon atau rangkaian bunga-bunga yang

lengkap dengan ujung pangkalnya dan sering sekali dilengkapi

burung atau kupu-kupu, ikan. Nama-nama motif ini diantaranya

adalah Pring Sedapur, Kelapa Setundun, Soko Cina, Kembang

Terompet, dan lain sebagainya.

Gambar 2.17 Motif Pangkaan Modif

(Sumber: Dokumen Pribadi)

4. Jenis Byur, ditandai dengan penuhnya ornamen bunga-bungaan

dan daun-daunan kecil yang mengelilingi ornamen pokok,

sebagian contoh motif ini adalah : Karang Jahe, Mawar Sepasang,

Dara Tarung, Banyak Angrum, dan lain sebagainya.

Gambar 2.18 Motif Daro Tarung

(25)

5. Jenis Semarangan, motif ulang yang ditata agak renggang. Yang

termasuk kedalam jenis ini adalah motif Piring Selampad,

Kembang Kantil, kembang melati dan kembang gempol

(http://www.sanggarbatikkatura.com/motif-batik-cirebon/)

Gambar 2.19 Motif Kembang Melati

(Sumber: Dokumen Pribadi)

2.3 Analisa Masalah

Analisa terdapat dua masalah yaitu mengenai motif batik Trusmi

dan pendokumentasian hak cipta motif batik untuk didaftarkan ke Hak

Kekayaan Intelektual (HAKI).

1. Informasi mengenai motif batik Trusmi yang beralih peminatnya

dilakukan dengan dua tahapan yaitu melalui wawancara dengan

Bapak Katura salah seorang pengrajin batik diwilayah batik Trusmi

(26)

- Menurut Bapak Katura, motif batik Trusmi beralih

peminatnya (masyarakat yang membeli batik dilihat dari segi

harga yang murah dan motif bagus) ke teknik pembuatan

kain printing yang bermotif batik dari Cina, karena

banyaknya produk impor teknik printing dari Cina yang

masuk ke Indonesia.Teknik printing Cina dijual dengan harga

yang sangat murah, berkisar antara Rp. 20.000 sampai

dengan Rp. 30.000 untuk satu potong pakaian atasan,

sedangkan harga batik cap Trusmi yang paling murah pada

saat ini berkisar Rp.60.000. Ciri-ciri printing bermotif batik

dari Cina adalah kain yang digunakan bukanlah kain yang

berkualitas baik dan motifnya pun agak kusam, motif yang

dipakai cenderung kontemporer, harga relatif lebih murah

dibanding batik cap. Printing bukan merupakan jenis motif

batik Cirebon karena tidak dibuat oleh tangan seperti canting

dan cap atau stempel, hanya saja motif batik yang dibuat

diatas kain printing atau sablon bukan batik. Selama masih

banyaknya konsumen dan kolektor yang mencintai batik.

Batik Trusmi pun tidak akan berkurang peminatnya jika para

pengrajin membuat motif batik mengikuti permintaan pasar

(27)

Sumber data mengenai informasi tentang motif-motif batik Trusmi

Cirebon diperoleh dari hasil penelitian yaitu:

- Data Primer

Proses pencarian data yang dilakukan oleh peneliti adalah

mendatangi langsung tempat pengraji batik Trusmi dan

mewawancarai pengrajin atau produsen batik Trusmi serta

memberikan kuisioner kepada pengunjung yang datang dan juga

memberikan ke masyarakat yang ada di Cirebon.

a. Wawancara

Wawancara dilakukan dirumah pengrajin dan produsen

batik Trusmi yaitu Masniri dan Lia, dan juga di Sanggar Batik

Katura milik Katura A.R dengan menggunakan metode perekam

suara agar kita dan pengrajin dapat lebih mudah dalam

melakukan sesi tanya-jawab. Sample wawancara yang diberikan kepada pengrajin batik Trusmi atau batik Cirebon adalah:

- Sejarah awal mulanya batik ada di Cirebon?

- Jenis batik apa sajakah yang ada di Cirebon?

- Motif-motif apa sajakah yang terdapat di Trusmi?

- Bagaimana teknik pewarnaan batik Trusmi?

(28)

b. Kuisioner

Kuisioner atau angket berupa pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan kepada masyarakat yang ada didaerah Cirebon.

Kuisioner yang baik dan perolehan data yang akurat dilakukan

kepada 100 orang, dengan khalayak sasaran yang dituju yaitu

remaja-dewasa dan orang tua serta responden yang menyukai

dan tertarik dengan seni batik. Kuisioner ini disebarkan di daerah

sentra batik Trusmi, serta sekolah dan perkantoran.

Kuisioner menggunakan teknik jawaban pertanyaan seperti :

- Kuisioner nomer 1, 3, 6, 13 menggunakan jawaban

pertanyaan, ya atau tidak.

- Kuisioner nomer 2, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12 menggunakan

jawaban pertanyaan yang dijawab sendiri.

Berdasarkan data kuisioner dengan responden yang berjumlah

100 orang, dapat disimpulkan masyarakat daerah Cirebon banyak yang

mengetahui tentang batik Trusmi, lokasi daerah sentra batik Trusmi pun

cukup strategis. Masyarakat yang jarang mengunjungi batik Trusmi

(29)
(30)

- Data Sekunder

Peneliti mencari sebagian data melalui media buku dan

media internet. dimana sumber data isi buku yang diperoleh

berasal dari buku “Batik Cirebon: Sebuah Pengantar Apresiasi,

Motif dan makna”.

2. Surat permohonan pendaftaran ciptaan yang diajukan oleh Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon 4 September

2008 kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dan

surat pemberitahuan yang diajukan oleh Direktorat Jenderal

Industri Kecil dan Menengah 20 Januari 2009 kepada Dirjen Hak

Kekayaan Intelektual (HAKI), Departemen. Hukum dan HAM

sehubungan dengan 100 permohonan pendaftaran ciptaan motif

batik Cirebon diberitahukan bahwa karya-karya atau

produk-produk yang diajukan permohonannya tersebut tidak termasuk

ciptaan yang dilindungi sebagaimana dimaksud pada Pasal 12

Undang-undang no.19 tahun 2002 (UUHC) karena merupakan

hasil kebudayaan rakyat (ekspresi folklor) yang menjadi milik

bersama, ada 17 motif yang termasuk ke dalam kebudayaan

(folklor) yang menjadi milik bersama yaitu sawat pengantin,

kembang kecubung, bajang, naga Utah, burung phoenix, kembang suru, daro tarung, bata rongkong, kembang kecubung,

kembang boled, slobog, lengko-lengko, mangle, kembang bakung,

(31)

Menurut pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Cirebon (Disperindag) masih ada 300 motif batik yang

didaftarkan ciptaannya, namun sampai saat ini pihak Disperindag

belum menerima kabar lebih lanjut tentang pengajuan

permohonan ciptaan tersebut oleh HAKI.

Yang memprihatinkan, perkembangan batik saat ini tak lagi

memiliki unsur pelestarian budaya membatik, motif yang

berkembang juga tidak mengandung falsafah lagi. Baginya, yang

berkembang saat ini hanyalah tekstil bermotif batik, bukan batik

dalam pemaknaan sebenarnya. Pengetahuan masyarakat akan

motif batik Trusmi masih kurang karena motif batik Trusmi

beraneka ragam motif dan warna, yang mengakibatkan

masyarakat tidak mengenali motif batik berasal dari daerah mana.

Hanya orang yang benar-benar mencintai batik yang bisa

membedakan motif batik dari berbagai daerah.

2.4 Penyelesaian Masalah

Berdasarkan analisa data primer dan sekunder yang peroleh

dapat disimpulkan bahwa media informasi berupa buku merupakan

sarana yang tepat untuk mengenalkan motif-motif batik Cirebon dan

pendokumentasian informasi akan unsur-unsur bentuk motif, warna dan

(32)

2.5 Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran dipilih berdasarkan uraian secara spesifik dari

sumber-sumber data yang diperoleh secara tepat berupa:

1. Demografis

- Remaja dewasa dan orang tua baik laki-laki dan perempuan.

- Usia:

a. Remaja

Usia 20-25 tahun, remaja dewasa yang aktif dan

menyukai seni, khususnya yang tertarik pada seni batik.

b. Orang tua

Usia 25 tahun keatas, orang tua biasanya lebih

tertarik untuk membeli dan menggunakan batik pada

saat kerja serta acara-acara khusus.

- Status sosial

Buku motif batik Trusmi Cirebon dibuat untuk semua

kalangan, terutama kalangan yang lebih memprioritaskan

untuk membeli media yang memuat pengetahuan khususnya

buku dan instansi-instansi yang selalu membeli buku tentang

(33)

2. Psikografis

Segmentasi yang dituju:

- Masyarakat yang mencintai seni dan produk dalam negeri,

serta produk yang mempunyai ciri khas dan unik.

- Masyarakat yang memliki rasa ingin tahu yang besar

terhadap motif-motif batik.

- Masyarakat yang senang berbelanja, berwisata dan selalu

menginginkan sesuatu yang baru.

- Masyarakat yang selalu ingin mengetahui tentang

perkembangan batik.

3. Geografis

Penyebaran perancangan buku tentang motif batik Trusmi

Cirebon ini adalah masyarakat yang berada di Jawa Barat

khususnya Cirebon dan wisatawan lokal maupun domestik.

Alasannya karena jika kita ingin batik Trusmi kuat dikota-kota lain,

maka batik Trusmi harus memperkuat citranya diwilayah asalnya.

2.6 Solusi

- Batik Trusmi mampu bersaing dengan motif-motif batik dari

daerah ataupun negara lain.

- Perlu adanya pendokumentasian berupa kumpulan motif batik

Trusmi dan menarik minat masyarakat untuk membeli produk batik

Trusmi dengan cara membuat suatu media informasi berupa

(34)

- Membuat media informasi serta media pendukung untuk

menunjang proses pembuatan buku motif batik Trusmi.

2.7 Buku

Buku sebagai media yang berisi muatan mengenai informasi.

Buku yang digunakan untuk membuat kumpulan-kumpulan motif batik

Trusmi Cirebon adalah buku yang tidak berdasarkan muatan informasi

dari kaca mata pemerintahan melainkan buku yang dibuat dari hasil

pengamatan secara objektif, berisi tentang pengetahuan akan motif

batik yang ada di Cirebon dengan menggunakan konten, gaya, format,

desain dan urutan dari berbagai komponen dapat menjadi sumber

informasi yang mudah dan praktis, penjelasan singkat berupa text dan gambar visual didukung dengan perkembangan informasi sesuai

(35)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1 Konsep Perancangan

Konsep “Perancangan Media Informasi Buku Motif Batik Trusmi Cirebon”, terdapat dalam uraian sebagai berikut:

Cirebon, yang memiliki nilai estetik dan informatif, menginformasikan

motif-motif batik yang ada di Cirebon. Perancangan sebagai sumber

informasi, serta merancang sebuah media promosi lainnya sebagai

pendukung untuk mempromosikan kumpulan motif batik Trusmi

Cirebon.

1.3 Strategi Kreatif

Untuk memperlancar proses tujuan komunikasi, diperlukan

strategi kreatif dalam merancang buku yang tepat dengan konsep

kreatif, gaya visual berupa klasik dan modern, diambil dari motif batik

(36)

bermunculan dan menghasilkan buku yang dapat menarik perhatian

pasar, melalui desain cover sampul buku menggunakan kain batik dan

isi konten buku yang sesuai dengan khalayak sasaran dari buku motif

batik Trusmi Cirebon. Melalui buku ini diharapkan dapat membantuk

para wisatawan lokal maupun asing, penggemar batik, kolektor batik

untuk lebih memahami tentang berbagai macam motif yang berasal dari

Cirebon.

1.4 Strategi Media

Pendekatan yang dilakukan dalam mempromosikan buku adalah

dengan cara membuat penyampaian pesan untuk media cetak dengan

desain sampul dan desain cover yang menarik. Pengemasan informasi

tidak hanya menggunakan satu media saja, ada media pendukung

yang menjadi pelengkap untuk memperkenalkan kepada masyarakat

tentang informasi mengenai motif batik Trusmi Cirebon.

1.4.1 Media Utama

Media utama berupa buku “Motif Batik Trusmi Cirebon” yang

berisi tentang kumpulan – kumpulan ilustras buku berupa fotografi motif batik beserta penjelasan mengenai motif batik Trusmi Cirebon

(37)

1.4.2 Media pendukung

Media pendukung merupakan suatu media tambahan atau media

promosi dari perindustrian buku, yang berfungsi sebagai rangsangan

komunikasi untuk membeli atau memiliki buku ini. Pemilihan media

pendukung demi tercapainya promosi buku motif batik Trusmi Cirebon

ini berupa poster dan brosur, sedangkan media kreatif berupa shopping bag dan media pendukung yang berfungsi untuk menginformasikan buku adalah CD yang berisi tentang kumpulan gambar motif batik

Trusmi Cirebon, X-banner, pembatas buku, serta didalam halaman

buku terdapat gimmick berupa amplop yang berisi sapu tangan motif batik.

3.5 Strategi Distribusi

Penyebaran media pendukung dikategorikan pada beberapa bagian:

a. Secara geografis

Wilayah penyebaran meliputi toko buku, toko buku kecil, tempat wisata,

maupun lingkungan pendidikan, seperti : sekolah, universitas, kantor,

LSM yang berkaitan dengan seni dan kebudayaan, tempat wisata yang

banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal serta wisatawan asing sebagai

(38)

b. Lokasi penyebaran media

Lokasi penyebaran diarahkan ke lingkungan pendidikan,

perkantoran, toko buku dan LSM yang berkaitan dengan seni dan

kebudayaan. Pemilihan media pendukung dikarenakan adanya

kedekatan media dengan khalayak sasaran.

Media Promosi Buku Wilayah Penyebaran Lokasi

1.Media

(39)

Media

(40)

1. Media Promosi

- Poster

Poster adalah karya seni yang memuat komposisi gambar

dan huruf diatas kertas berukuran besar. Poster merupakan media

yang dapat menginformasikan langsung informasi buku.

- Brosur

Brosur adalah terbitan berkala yang terdiri dari satu hingga

sejumlah kecil halaman, yang tidak dijilid keras, lengkap (dalam

satu kali terbitan), memiliki paling sedikit 5 halaman. Brosur

digunakan untuk media promosi buku. Isi konten brosur

ditampilkan dengan bentuk komunikasi berupa pertanyaan agar

menarik minat dan membuat penasaran konsumen.

2. Media Kreatif

- Shopping bag

Shopping bag adalah kantong dengan pembungkus yang dibuat dari kertas tebal atau plastic, digunakan untuk memuat dan

membawa barang. Shopping bag dibuat untuk membawa buku serta media pendukung yang lainnya seperti, buku yang

didalamnya sudah terdapat amplop dan pembatas buku serta CD

(41)

3. Media pendukung informasi buku

- CD

CD berisi kumpulan-kumpulan motif batik Cirebon, khalayak

sasaran tidak hanya bisa melihat motifnya melalui buku saja tetapi

juga bisa lebih jelas mengamati motif melalui CD dengan desain

layout isi CD seperti pembuka majalah menggunakan flash page

flip.

- X Banner

Banner adalah gambar yang bertujuan untuk mengajak,

memberitahukan atau memperkenalkan suatu produk kepada

konsumen yang ditempatkan langsung dilokasi kegiatan promosi

buku, serta ditempatkan juga di jalan raya daerah sentra batik

Trusmi. X Banner digunakan untuk menginformasikan buku efektif.

- Pembatas Buku

Pembatas buku digunakan untuk menandai lokasi pada

karya cetak. Jenis pembatas buku yang digunakan adalah kertas

dengan diberi pita berwarna biru.

4. Gimmick

- Amplop

Amplop yang berisi sapu tangan batik. Agar para pembaca

(42)

3.6 Konsep Visual

Gaya perancangan desain yang dibuat berupa buku yang ditulis

berdasarkan keilmuan. Isi yang di dapat berupa hasil penelitian,

terjemahan, dan kompilasi pengalaman penulis dengan kajian pustaka.

Penjelasan mengenai informasi untuk isi buku didapatkan dari buku

“Batik Cirebon : sebuah pengantar apresiasi, motif dan makna simboliknya” karya Casta&Taruna dan gambar motif diambil dari “Sanggar Batik Katura”, pengrajin batik Masniri dan Lia, serta showroom

IBR dan EB “Batik Tradisional”.

Gaya desain dan konsep buku yang dibuat menggunakan layout berupa background putih dan gambar berada disebelah kiri serta tulisan

disebelah kanan.

3.6.1 Format Desain

Format desain buku yang digunakan berupa:

- Format halaman landscape , agar memudahkan dalam proses

me-layout motif batik dengan memasukkan fotografi.

- Ukuran buku 20 cm x 25 cm, rincian 0,8 cm untuk ruang

penjilidan.

- Dicetak full Color dengan kertas Art Paper Tipis, 80 gram dan

cover menggunakan Art Paper tebal, 160 gram laminasi doff dingin menggunakan glossy.

(43)

- Didalam buku terdapat bonus amplop (berisi kain batik) serta

pembatas buku dan CD.

- Penerbit buku ini adalah Gramedia Pustaka Utama karena

memiliki distribusi yang mendukung untuk pemasaran buku ini.

Pemakaian penerbit ini karena layout isi buku sesuai dengan

layout buku-buku dari gramedia.

Gambar 3.1 Cover buku

1. Cover Sampul Buku

Desain cover sampul buku menggunakan kain batik dengan

gambar motif mega mendung berwarna biru dengan latar

berwarna hitam, penggunaan motif tersebut jika kita melihat cover

buku berupa motif batik mega mendung maka khalayak sasaran

dapat langsung mengetahui bahwa motif mega mendung tersebut

berasal dari daerah Cirebon, karena motif batik mega mendung

lebih banyak dikenal oleh masyarakat. Penggunaan bahan kain

(44)

sasaran selain mengetahui isi dari buku terlebih dahulu melihat

dan mengetahui kain motif batik mega mendung yang dibuat

untuk kalangan para pecinta batik dan khalayak sasaran yang

tertarik dengan seni batik.

Gambar 3.2 Sampul Buku

2. Cover Buku

Desain cover buku menggunakan motif batik sawat, motif

batik ini dikenal pula di Yogyakarta dan Solo. Cirebon sendiri

mempunyai gaya pengungkapan yang berbeda dengan daerah

lain karena bentuknya lebih terbuka dan terkesan sedang terbang.

Ini menunjukkan ekspresi orang Cirebon yang ingin lebih bebas.

Layout motif ini diletakkan dipinggir cover depan dan cover

(45)

Gambar 3.3 Cover buku tampak depan dan belakang

3.6.2 Fotografi

Data visual berupa fotografi sebagai elemen utama dalam

buku ini mengenai motif-motif batik Trusmi, proses pembuatan

batik, serta daerah sekitar sentra batik Trusmi. Teknik foto motif

menggunakan kamera digital canon ixus 105 dan foto proses

pembuatan batik serta wilayah daerah sentra batik Trusmi

menggunakan kamera Nikon D90.

3.6.3 Layout

Nomer halaman menggunakan motif batik mega mendung.

Layout isi buku menggunakan 3 layout yaitu:

- Layout halaman pembuka isi buku, menggunakan gambar

motif yang dibuat menutupi seluruh dua halaman buku.

- Layout halaman pembuka daftar isi serta halaman pembuka

(46)

dan ragam motif batik Trusmi Cirebon menggunakan gambar

yang menutupi seluruh satu halaman sampai ke setengah

halaman berikutnya.

- Layout isi buku, Penjelasan tentang profil berupa gambar

disimpan dihalaman sebelah kiri dan bodycopy disimpan dihalaman sebelah kanan menggunakan background tipis berupa outline bagian dari motif batik yang disimpan ditengah-tengah tulisan, dengan menggunakan warna

abu-abu dibuat tipis fill 30 % agar memudahkan khalayak sasaran dapat dengan nyaman membacanya.

Desain layout menggunakan Adobe Photoshop CS3.

Outline motif batik dibuat di Corel Draw 12 dengan mengambil salah satu bagian motif. Tiap halaman menggunakan outline motif

yang berbeda-beda disesuaikan dengan motif yang digunakan.

Outline motif pada batik keratonan,background menggunakan warna coklat karena batik keratonan identik dengan

warna coklat, dan pada batik pesisiran background menggunakan warna coklat muda yang identik dengan menggunakan

(47)

Layout Isi konten buku:

Gambar 3.4 Layout nomer halaman

Gambar 3.5 Layout halaman pembuka

Dibuat full image dan ada layout lainnya yang menggunakan full

image seperti halaman penutup motif batik keratonan dan pesisiran.

Gambar 3.6 Layout Daftar Isi

Halaman lain yang menggunakan layout yang sama yaitu :

halaman pembuka tata warna motif batik, batik keratonan, batik

(48)

Gambar 3.7 Layout Isi halaman keterangan motif batik

Gambar 3.8 Layout Isi halaman keterangan motif batik dengan gambar portrait

Gambar 3.9 Layout Isi halaman keterangan motif batik dengan gambar landscape

Halaman lain yang menggunakan layout yang sama yaitu

(49)

Gambar 3.10 motif batik pesisiran, untuk halaman depan menggunakan outline

berwarna abu-abu yang diletakkan ditengah-tengah halaman

Gambar 3.11 motif batik naga utah, outline berwarna coklat tua yang diletakkan ditengah-tengah halaman

Gambar 3.12 motif batik lockcan, outline berwarna coklat muda yang diletakkan ditengah-tengah halaman

Motif yang digunakan pada setiap batik, ada yang berupa bentuk

dari objek utama motif dan ada juga yang mengambil salah satu bentuk

daun-daunan atau wadasan yang menyatu pada motif tersebut,

(50)

3.6.4 Studi Font

Font yang digunakan adalah font Ajile dan Candara. Font ajile berupa font yang cocok dengan konsep motif buku batik, hurufnya melengkung dan tipis untuk menyeimbangkan objek cover. Font Candara merupakan font sederhana tidak rumit dan bersifat santai.

Ukuran Font Ajile untuk halaman pembuka dengan ukuran 50 pt.

Daftar Isi

Untuk awal pembuka isi halaman motif dengan ukuran 24 pt.

3.

Batik Keraton dengan pokok

hiasan Tumbuhan

(51)

A. Motif Kangkungan

Ukuran font Candara pada isi layout adalah 12 pt.

3.6.5 Studi Kontekstual Warna

Warna yang digunakan untuk layout buku adalah warna yang

berdasarkan filosofi makna warna pada batik Cirebon. Dominan warna

asli batik Cirebon adalah biru dan merah, Warna biru dan merah tua

menggambarkan psikologi masyarakat pesisir yang lugas, terbuka dan

egaliter. Selain itu, warna biru juga melambangkan warna langit yang

luas, bersahabat dan tenang. Biru muda menggambarkan makin

cerahnya kehidupan dan biru tua menggambarkan awan gelap yang

mengandung air hujan dan memberi kehidupan serta warna-warna lain

seperti coklat, kuning, hitam dan hijau (Wikipedia, Batik Mega

(52)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

4.1 Media Utama

Media utamanya adalah sebuah buku berupa fotografi motif

batik, dimana konsep perancangannya berupa penjelasan tentang profil

kota Cirebon, profil batik Trusmi, alat-alat yang digunakan, proses

pembuatan, jenis motif batik, tata warna batik serta karakteristik batik

Trusmi Cirebon yang dibagi menjadi dua yaitu motif batik keratonan

Cirebon dan motif batik Pesisiran Cirebon, jadi konsep yag dibuat

berdasarkan sejarah adanya batik di Cirebon sampai ke motif-motif

yang berkembang di Cirebon. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan

storyboard untuk memudahkan pengaturan skema tata letak penjabaran yang akan dibahas pada buku motif batik Trusmi dengan

menggunakan sketsa manual, setelah itu dibuat kedalam sketsa digital

dengan layout buku menggunakan Adobe Photoshop CS3 dan outline motif batik ditrace dengan menggunakan CorelDraw 12. Setelah selesai seluruh artwork dalam file disusun dengan ukuran 20 x 25 cm.

Proses terakhir adalah percetakan semua artwork dengan

(53)

Gambar 4.1 Cover

Cover buku menggunakan salah satu motif batik Cirebon yaitu

motif sawat.

4.2 Media Pendukung

1. Media Promosi

1. Poster

Gambar 4.2 Poster

(54)

Ukuran : A3 ( 29,7 X 42 cm)

Material : Art Paper 160 gram

Teknis Produksi : Digital printing

2. Brosur

Gambar 4.3 Brosur tampak depan

Gambar 4.4 Isi Brosur dilipat menjadi tiga bagian

Isi brosur berisi tentang penjesalan mengenai batik Cirebon yang dibuat

menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membuat

(55)

Ukuran : ( 27cm x 11 cm ) dengan lipatan

( 9 x 11 cm )

Material : Art Paper 80 gram

Teknis Produksi : Digital printing

2. Media Kreatif

- Shopping bag

Gambar 4.5 Shopping Bag

Shopping bag menggunakan salah satu bagian dari motif batik sawat

dengan menonjolkan daun dan penyangga berbentuk setengah

lingkaran.

Ukuran : ( 21,5 x 25.5 x 4 cm )

Material : Art Paper 160 gram

(56)

3. Media pendukung informasi buku

- CD

Gambar 4.6 Cover CD

Cover CD menggunakan motif batik sawat dengan tidak menampilkan

keseluruhan dari motif.

Ukuran : ( 12 x 12 cm )

Material : sticker CD

Teknis Produksi : Digital printing

Gambar 4.7 CD

(57)

- X Banner

Gambar 4.8 Isi X Banner

X banner berisi tentang penjelasan singkat mengenai isi buku

Ukuran : ( 60 x 160 cm )

Material : Flexi Autdoor

Teknis Produksi : Digital printing

- Pembatas Buku

Gambar 4.9 Pembatas Buku

(58)

Ukuran : ( 9 x 9 cm )

Material : Art Paper 160 gram

Teknis Produksi : Digital printing

4. Gimmick

- Amplop

Tampak Depan Tampak Belakang

Gambar 4.10 Amplop

Merchandise menggunakan amplop yang berisi sapu tangan kain batik.

Ukuran : ( 13.5 x 7.5 cm )

Material : Art Paper 80 gram

(59)

Sapu Tangan kain batik

Gambar 4.11 Sapu Tangan

4.3 Biaya Produksi

Biaya Produksi

Biaya cetak warna 1halaman ukuran A4 Rp 1.500,-

Biaya cetak warna cover buku A3 Rp 5.000,-

Jilid soft cover Rp 10.000,-

Biaya Produksi 1 buku

Biaya cetak isi buku @ Rp. 1.500 x 93 halaman Rp 139.500,-

Biaya cetak warna cover @ Rp 5.000 x 2 Rp 10.000,-

Jilid soft cover Rp 10.000,-

Biaya produksi 1 eksemplar buku Rp. 159.500,-

Biaya produksi 100 eksemplar buku Rp 15.950.000,-

Biaya kreatif 15% dari total biaya produksi Rp 23.925,-

(60)

Pembatas buku

Rp. 400,- x 100 = Rp 40.000,-

Amplop

Rp. 1500,- x 100 = Rp 150.000,-

Sapu tangan batik

Rp. 3.000,- x 100 = Rp 300.000,-

Cover kain batik

Rp 3.000,- x 100 = Rp 300.000,-

Shopping bag

Rp 3.000,- x 100 = Rp.300.000,-

CD&Cover CD

Rp 6.000,- x 100 = Rp 600.000,-

Brosur

Rp 1.000,- x 100 = Rp 100.000,-

X-banner

Rp 100.000,- x 100 = Rp 10.000.000,-

Poster

(61)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI BUKU

MOTIF BATIK TRUSMI CIREBON

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2010/2011

Oleh:

Evi Afryanti 51907164 Program Studi

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVESITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

Gambar

Gambar 2.2 Sentra Batik Trusmi Cirebon
Gambar 2.3 Motif Tembokan
Gambar 2.4 Batik Tulis Menggunakan Canting
Gambar 2.5 Cap atau stempel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan perancangan buku ini adalah untuk memperkenalkan motif dan filosofi yang terkandung pada motif Batik Garut secara mendalam untuk menambah wawasan

Perancangan motif batik merupakan sesuatu yang sangat penting untuk mempromosikan ikon atau keunggulan Kabupaten Ngawi melalui batik, bukan hanya untuk

Motif Batik Jatiwangi merupakan sebuah perwujudan nilai estetika ragam hias khas Blora. Motif-motif batik yang tercetak pada batik Jatiwangi tidak hanya merupakan

Akan tetapi ketika batik dikembangkan masyarakat luar keraton, terutama di daerah pesisiran perkembangan ragam hiasnya sangat pesat sekali, karena perkembangan

Disamping itu terdapat pula unsur ragam hias berbentuk awan (mega) pada bagian-bagian yang disesuaikan dengan motif utamanya; (b) Batik Cirebonan klasik tradisional selalu

K.. 1) Motif batik Ponorogo sudah ada sejak tahun 1921, namun hingga kini hanya terdapat dua buah komponen utama yang dominan dalam produk batik Ponorogo yaitu merak

Koleksi yang ada di Museum Trupak terdiri dari koleksi sejarah Kota Cirebon yang berkaitan dengan kehidupan keraton, sejarah batik, proses pembuatan batik, jenis

Perancangan motif batik Jombangan dalam media buku visual merupakan salah satu upaya untuk memberikan edukasi dan sebagai sumber referensi terhadap pengrajin batik di