• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INOVASI PRODUK DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEUNGGULAN BERSAING PENGUSAHA BATIK TRUSMI DI KABUPATEN CIREBON.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH INOVASI PRODUK DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEUNGGULAN BERSAING PENGUSAHA BATIK TRUSMI DI KABUPATEN CIREBON."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR HAK CIPTA

BERITA ACARA

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

MOTTO

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR……….….. iii

DAFTAR ISI……….…. vi

DAFTAR TABEL……….…. x

DAFTAR GAMBAR……….…..….. xii

DAFTAR LAMPIRAN……….….… xiv

BAB I PENDAHULUAN………... 1

1.1 Latar Belakang……….……….... 1

1.2 Rumusan Masalah………..….……. 7

1.3 Tujuan Penelitian………...….. 8

1.4 Manfaat Penelitian……….…..… 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS…..… 10

2.1 Tinjauan Pustaka………... 10

2.1.1 Keunggulan Bersaing……….……... 10

2.1.1.1 Konsep Keunggulan Bersaing……….……... 10

▸ Baca selengkapnya: mengetahui nama produk, keunggulan produk, manfaat produk yang di lihatnya di tv, adalah promosi dengan menggunakan teknik ….

(2)

2.1.1.3 Keunggulan Diferensiasi……….……….….. 15

2.1.2 Inovasi Produk……….…...…… 18

2.1.2.1 Konsep Inovasi Produk……….…….… 18

2.1.2.2 Pengaruh Inovasi Produk Terhadap Keunggulan Bersaing……… 24

2.1.3 Kualitas Produk………... 25

2.1.3.1 Konsep Kualitas Produk………... 25

2.1.3.2 Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keunggulan Bersaing………... 29

2.1.4 Kajian Empirik Beberapa hasil Penelitian………..………. 31

2.2 Kerangka Pemikiran……….…. 33

2.3 Hipotesis………..…. 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….…... 40

3.1 Objek Penelitian……….………..… 40

3.2 Metode Penelitian……….... 40

3.3 Populasi Dan Sampel……….……….. 41

3.3.1 Populasi………... 41

3.3.2 Sampel………... 41

3.4 Operasional Variabel………..….…. 42

3.5Teknik Pengumpulan Data……….…..………… 45

3.6 Teknik Pengolahan Data………..….... 45

3.7 Teknik Analisis Data ……….……….…….. 48

3.7.1 Tes Validitas……….……… 48

3.7.2 Tes Reliabilitas………...……. 49

(3)

3.8.1 Uji Muktikolinearitas……….….. 50

3.8.2 Uji Heterokedastisitas………...….. 52

3.8.3 Uji Autokorelasi……….………..… 53

3.9 Pengujian Hipotesis………..…. 56

3.9.1 Uji Parsial (uji t )……….…... 56

3.9.2 Uji Simultan (uji F )………..….. 57

3.9.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)……….….…. 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 60

4.1Hasil Penelitian……….…..… 60

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian……… 60

4.1.2 Gambaran Umum Responden……….. 65

4.1.2.1Penyebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….… 65

4.1.2.2Penyebaran Responden Berdasarkan Usia……….…… 67

4.1.2.3Penyebaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir……...…. 69

4.1.2.4Penyebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha…….…… 70

4.1.3 Gambaran Umum Variabel Penelitian………...…. 72

4.1.3.1Keunggulan Bersaing... 72

4.1.3.2Inovasi Produk... 78

4.1.3.3Kualitas Produk... 81

4.1.4 Pengujian Instrumen Penelitian... 85

4.1.4.1Uji Validitas... 85

4.1.4.2Uji Reliabilitas... 87

(4)

4.1.5.1Koefisien Korelasi antara Variabel-variabel X dengan variabel Y... 90

4.1.5.2Koefisien Korelasi Ganda dan Koefisien Determinasi……….. 91

4.1.5.3Model Persamaan Regresi………... 93

4.1.6 Uji Asumsi Klasik……….. 94

4.1.6.1Uji Multikolinearitas……….. 94

4.1.6.2Uji Heterokedastisitas……… 95

4.1.6.3Uji Autokorelasi……….... 96

4.1.7 Pengujian Hipotesis………... 96

4.1.7.1Analisis Regresi Secara Parsial (Uji t)……….. 97

4.1.7.2Analisis Regresi Secara Simultan (Uji F)……….… 99

4.2Pembahasan Hasil Penelitian………..……… 100

4.2.1 Pengaruh Inovasi Produk terhadap Keunggulan Bersaing Pengusaha Batik Trusmi……….. 101

4.2.2 Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keunggulan Bersaing Pengusaha Batik Trusmi……….. 104

4.2.3 Implikasi Pendidikan……….……. 107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 110

5.1Kesimpulan ……….………..…….... 110

5.2Saran ………...………..…..….. 111

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Jumlah Tenaga Kerja diIndustri Batik Trusmi………... 2

Tabel 1.2 Data Penjualan Batik Trusmi Di Cirebon……….. 5

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel……….……. 42

Tabel 3.2 Uji Statistik Durbin Watson... 54

Tabel 3.3 Koofisien Korelasi………... 49

Tabel 4.1 Distribusi Responden Pengusaha Showroom Batik Trusmi di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Jenis Kelamin………...…. 66

Tabel 4.2 Distribusi Responden Pengusaha Showroom Batik Trusmi di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Usia……… 67

Tabel 4.3 Distribusi Responden Pengusaha Showroom Batik Trusmi di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Pendidikan Terakhir……….. 69

Tabel 4. 4 Distribusi Responden Pengusaha Showroom Batik Trusmi di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Pengalaman Usaha……….…... 70

Tabel 4.5 Nilai Bobot Standar………..……….….... 73

Tabel 4.6 Gambaran Variabel Keunggulan Bersaing Pada Usaha Batik Trusmi….… 74 Tabel 4.7 Gambaran Inovasi Produk Pada Usaha Batik Trusmi……….………….…. 78

Tabel 4.8 Gambaran Kualitas Produk Pada Usaha Batik Trusmi….…….……… 81

Tabel 4.9 Hasil Validitas Item Inovasi Produk……….…… 84

(6)

Tabel 4.11 Hasil Validitas Item Keunggulan Bersaing……….... 86

Tabel 4.12 Hasil Reliabilitas Item Inovasi Produk... 88

Tabel 4.13 Hasil Reliabilitas Item Kualitas Produk... 88

Tabel 4.14 Hasil Reliabilitas Item Keunggulan Bersaing..………. 89

Tabel 4.15 Koefisien Korelasi antara Variabel-Variabel X dengan Variabel Y…….… 91

Tabel 4.16 Koefisien Korelasi Ganda dan Koefisien Determinasi antara Variabel-variabel X dengan Variabel Y……….…... 92

Tabel 4.17 Nilai Penduga Koefesien Regresi………...…... 93

Tabel 4.18 Nilai VIF & Tolerance……….……….….… 94

Tabel 4.19 Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t)………..……….….… 99

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Keunggulan Bersaing………..…………... 12

Gambar 2.2 Siklus Inovasi……….……….……… 19

Gambar 2.3 Model Diamond Porter……….…….. 34

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran………...….... 38

Gambar 3.1 Statistika Durbin-Watson………..……...….. 55

Gambar 4.1 Motif kereta singa barong………...…... 61

Gambar 4.2 Motif kompeni pedesaan………...…. 61

Gambar 4.3 Motif taman arum……….…….. 62

Gambar 4.4 Motif mega mendung….………. 62

Gambar 4.5 Motif kawung rambutan………..………..….. 62

Gambar 4.6 Motif lengko-lengko………..…. 62

Gambar 4.9 Motif karang jahe………... 63

Gambar 4.10 Motif banyak angrum………....… 63

Gambar 4.11 Motif piring selampad………...….... 63

Gambar 4.12 Motif kembang kantil………...…….….... 63

Gambar 4.13 Pengusaha Showroom Batik Trusmi di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Jenis Kelamin………..…... 66

Gambar 4.14 Pengusaha Showroom Batik trusmi di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Usia………..……….. 68

(8)

Gambar 4.16 Pengusaha Showroom Batik Trusmi di Kabupaten Cirebon Berdasarkan

Pengalaman Usaha………...………….. 71

Gambar 4.17 Scatter Plot……….….……….. 96

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Instrumen Penelitian

Lampiran B Identitas Responden

Lampiran C Data Hasil Penelitian

Lampiran D Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran E Hasil Uji Methods of Succesive Interval (MSI)

Lampiran F Perhitungan Manual

Lampiran G Perhitungan SPSS

Lampiran H Dokumentasi Penelitian

Lampiran I Surat Keterangan Perijinan

Lampiran J Lembar Bimbingan

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang terkenal dengan keanekaragaman kesenian

dan budaya. Salah satu yang populer diantaranya, berasal dari bidang fashion

adalah batik. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di

daerah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada awalnya batik hanya

dikenal oleh kalangan keraton yang digunakan untuk upacara keagamaan maupun

acara-acara kerajaan, sehingga pada waktu itu batik hanya digunakan oleh para

raja, bangsawan dan abdi kerajaan. Namun begitu kini batik telah berkembang

menjadi ikon pakaian nasional Indonesia.

Batik mulai digunakan oleh masyarakat umum pada awal abad ke-19 dan

jenis batik yang dikenal berupa batik tulis, kemudian berkembang menjadi batik

cap dan printing bermotif batik. Selain masyarakat lokal, turis mancanegara juga

sudah menggunakan batik. Hal itu dikarenakan keindahan dari berbagai motif

serta mutu warna alami yang menarik.

Salah satu daerah penghasil batik terbesar yang ada di Jawa Barat terdapat

di daerah Cirebon. Sentra pembuatan batik Cirebon berada di Desa Trusmi Wetan

dan Trusmi Kulon, Kecamatan Plered. Batik Cirebon disebut juga batik Trusmi

(11)

batik. Produk batik Cirebon antara lain adalah batik pesisiran, batik mega

mendung, batik sawat penganten, batik urang jejer, dan lain-lain.

Bagi sebagian besar masyarakat disana, industri batik Trusmi adalah salah

satu mata pencaharian utama. Industri kerajinan batik Trusmi tergolong kedalam

industri padat karya, karena membutuhkan cukup banyak tenaga kerja manusia

dengan beberapa keahlian khusus, telah memberikan kontribusi bagi Kabupaten

Cirebon dengan membuka lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja bagi

penduduk angkatan kerja dari dalam desa tempat industri itu berada, maupun

angkatan kerja dari luar daerah.

Tabel 1.1

Data Jumlah Tenaga Kerja Di Industri Batik Trusmi

Tahun Jumlah Tenaga Kerja (Orang) Prosentase Pertumbuhan (%)

2007 1.210 -

2008 1.197 -0,010 %

2009 1.189 -0,006 %

2010 998 -0,160 %

2011 1.102 0,104 %

Sumber : Desperindag Kabupaten Cirebon, 2012

Berdasarkan tabel 1.1 di atas, dapat dilihat bahwa dengan adanya industri

batik Trusmi cukup membantu penyerapan tenaga kerja, walaupun dari data relatif

ada penurunan sebanyak -0,010%, -0,006%, dan -0,160% yang terjadi seperti pada

tahun 2008, 2009 dan 2010. Namun begitu, pada tahun 2011 adanya peningkatan

sebesar 0,104% atau sejumlah 1.102 orang dari tahun 2010 yang hanya sebesar

998 orang, membuktikan bahwasanya industri batik Trusmi masih berperan baik

(12)

Usaha yang bermula dari skala rumahan lama-kelamaan menjadi industri

kerajinan yang berorientasi bisnis. Produk batik Trusmi kini bukan sekedar

memenuhi kebutuhan lokal, tetapi sebagian pengrajin mengekspor ke Jepang,

Amerika, Australia dan Belanda. Karenanya, industri batik Trusmi merupakan

salah satu sektor penyumbang pendapatan bagi Kabupaten Cirebon sekaligus

penghasil devisa bagi Indonesia.

Selain berguna bagi aspek perekonomian, batik Trusmi juga penting

sebagai salah satu aset kekayaan budaya daerah khususnya bagi Kabupaten

Cirebon dan bangsa Indonesia pada umumnya. Oleh karena itu harus dijaga

kelestariannya agar tidak sampai menghilang seiring berjalannya waktu.

Daerah produksi batik Cirebon terdapat di lima wilayah desa yang

berbeda, diantaranya desa Gamel, Kaliwulu, Wotgali, Kalitengnah dan

Panembahan. Pertumbuhan batik Trusmi semakin bergerak cepat mulai dari tahun

2000-an, hal ini bisa dilihat dari banyaknya bermunculan showroom-showroom

batik yang berada di sekitar jalan utama Desa Trusmi dan Panembahan.

Namun begitu tidak selamanya pertumbuhan batik Trusmi dapat

berlangsung baik. Batik Trusmi yang semula sedang berkembang, menjadi

terganggu kelangsungan usahanya, pada saat krisis perekonomian dan arus

globalisasi, serta beredarnya batik ilegal ke pasar Indonesia pada tahun 2008.

Produk selundupan yang sebagian besar berasal dari China itu diperkirakan

mencapai 290 miliar rupiah. Kedatangan batik asing ini langsung mengambil alih

pangsa pasar batik yang selama ini menjadi tumpuan penghasilan pengusaha

(13)

Industri Kecil dan Menengah Departemen Perindustrian Fauzi Aziz

(www.indonesia.go.id, 11 November 2011).

Kemunduran industri batik juga semakin menjadi dengan adanya

perjanjian ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA), sejak 1 Januari 2010.

Sebagaimana isi penggalan artikel Pikiran Rakyat (www.pikiranrakyat.com)

tertanggal 29 Oktober 2009 berikut ini :

… Dan pada awal tahun 2010 adalah saat diberlakukan CAFTA (China-ASEAN Free Trade Agreement) di Indonesia dan negara peserta CAFTA lainnya. Diberitakan melalui berbagai media informasi, akhir-akhir ini produk China mendominasi pasar Indonesia, bahkan ke pelosok daerah. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan terutama bagi usaha kecil dan menengah yang sedang berkembang akan kalah bersaing denga produk-produk China sehingga ditakutkan akan mengalami kebangkrutan.

Melalui artikel di atas, dapat dikatakan bahwa ACFTA telah membuat

produsen lokal, tak terkecuali pengusaha batik Trusmi, mulai terganggu,

sebagaimana pendapat Buchori dan H. Abed, pengusaha batik Trusmi di

Kabupaten Cirebon yang terlihat dalam artikel Pengusaha Cemas Terhadap

Membanjirnya Batik China pada http://nasional .kompas.com tertanggal 1

Oktober 2008 berikut ini :

“Masuknya batik impor dari China dipastikaan akan menjadi gejolak bagi pengusaha dan pengrajin setelah Lebaran 2008 usai. Kedatangan batik China tersebut akan mempengaruhi usaha kerajinan batik asal Cirebon karena mereka mempunyai keunggulan dalam bidang modal, teknologi, dan menguasai bahan baku batik sehingga dipastikan akan mengancam kelangsungan usaha batik lokal”.

Selain itu terganggu usaha batik lokal juga terlihat dari omset mereka yang

menurun akibat pasar lokal semakin dipenuhi oleh produk-produk asing, terutama

(14)

Maret 2010. Penurunan omset/pendapatan pengusaha tersebut dapat dilihat dari

data penjualan produk batik Trusmi dibawah yang pertumbuhannya relatif

semakin menurun.

Tabel 1.2

Data Penjualan Batik Trusmi Di Cirebon

Tahun Data Penjualan(RP) Prosentase Pertumbuhan

2007 447.178.200 -

2008 307.738.000 -0,31%

2009 228.360.600 -0,26%

2010 208.280.200 -0,09%

2011 198.260.800 -0,04%

Sumber : Desperindag Kabupaten Cirebon, 2011

Berdasarkan tabel 1.2 diatas, tampak bahwa volume dan nilai penjualan

batik Trusmi mengalami kondisi yang tidak tetap, bahkan cenderung menurun.

Pada tahun 2007, volume batik mencapai 447.178.200 dan mengalami penurunan

-0,31% pada tahun 2008 menjadi 307.738.000. Voume batik pada tahun 2009 pun

mengalami penurunan lagi -0,26% atau sebesar 228.360.600. Pertumbuhan batik

pun semakin menurun pada tahun 2010 dan 2011 hingga sebesar 0,09% dan

-0,04% atau sebesar 208.280.200 dan 198.260.800. Menurut sumber dari

Disperindag Kabupaten Cirebon, kondisi pertumbuhan penjualan yang buruk ini

dipengaruhi oleh adanya krisis ekonomi, kenaikan harga bahan bakar, kenaikan

tarif dasar listrik, dan masuknya produk-produk batik asing, seperti dari China.

(15)

dianggap lebih menampilkan model-model terkini, warna yang bervariatif dan

harga yang relatif lebih terjangkau dari batik lokal.

Meskipun demikian, keberadaan industri batik Cirebon tetap harus

dipertahankan mengingat batik merupakan ciri khas produk Indonesia.

Perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri batik harus tetap didorong

sehingga memiliki keunggulan bersaing yang kuat.

Ada beberapa faktor yang diduga memberikan pengaruh terhadap

keunggulan bersaing para pengusaha/produsen batik agar produknya tidak kalah

saing dibandingkan batik asing lainnya, sebagaimana disampaikan oleh Ketua

Laboratorium Studi Kebijakan Ekonomi yang juga Guru Besar Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, FXSugiyanto (www.kompas.co.id)

Saya pikir produsen lokal ( batik Trusmi) akan melakukan penyesuaian-penyesuaian menghadapi serbuan produk China ini, misalnya perbaikan mutu dan kualitas produk, penginovasian produk, serta standardisasi produk. Sejumlah produsen lokal, tampaknya melakukan pembelajaran atas implikasi membanjirnya produk China selama satu tahun pertama. Kemudian melakukan penyesuaian-penyesuaian agar mampu merebut pasar.

Dari pernyataan FXSugiyanto tersebut, penulis pun menduga bahwasanya

beberapa faktor yang mungkin dapat meningkatkan keunggulan bersaing bagi

pengusaha/produsen batik Trusmi diantaranya adalah inovasi produk dan kualitas

produk.

Inovasi produk batik dilakukan untuk menarik perhatian dan minat para

konsumen, sekaligus membuktikan bahwa batik Indonesia, khususnya batik

(16)

jaman. Adanya inovasi produk juga bermanfaat untuk memenuhi keinginan para

konsumen atau pelanggan masa kini yang selalu menginginkan produk-produk

inovatif.

Selain inovasi produk, faktor lain yang diduga dapat berpengaruh pada

keunggulan bersaing yaitu kualitas produk. Kualitas akan menentukan eksistensi

produk dan pembeda yang paling efektif dengan produk lain sejenis. Semakin

baik kualitas produk, kepuasan dan loyalitas konsumen atau pelanggan pun dapat

terus dipertahankan.

Berdasarkan paparan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

penulis akan mencoba melakukan penelitian yang berjudul “PENGARUH

INOVASI PRODUK DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP

KEUNGGULAN BERSAING PENGUSAHA BATIK TRUSMI DI

KABUPATEN CIREBON.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di dalam latar belakang,

maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1) Bagaimana gambaran keunggulan bersaing, inovasi produk dan

kualitas produk pengusaha batik Trusmi di Kabupaten Cirebon ?

2) Bagaimana pengaruh inovasi produk terhadap keunggulan bersaing

(17)

3) Bagaimana pengaruh kualitas produk terhadap keunggulan bersaing

pengusaha batik Trusmi di Kabupaten Cirebon ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan penulis untuk mengetahui dan mempelajari:

1) Mengetahui bagaimana gambaran keuunggulan bersaing, inovasi

produk dan kualitas produk pengusaha batik Trusmi di Kabupaten

Cirebon.

2) Mengetahui bagaimana pengaruh inovasi produk terhadap keunggulan

bersaing pengusaha batik Trusmi di Kabupaten Cirebon.

3) Mengetahui bagaimana pengaruh kualitas produk terhadap keunggulan

bersaing pengusaha batik Trusmi di Kabupaten Cirebon.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan didapat dari penelitian yang akan dilakukan

(18)

1) Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah

ilmu pengetahuan dan memberikan sumbangan pemikiran bagi

perkembangan ilmu ekonomi mikro terkait dengan keunggulan bersaing

pengusaha.

2) Secara Praktis, penelitian ini diharapkan :

a. Dapat memberikan informasi tambahan dan gambaran tentang

inovasi produk dan kualitas produk serta pengaruhnya terhadap

keunggulan bersaing pengusaha batik di Desa Trusmi Kabupaten

Cirebon.

b. Bagi pelaku usaha dapat dimanfaatkan sebagai acuan atau bahan

untuk kemajuan, keberhasilan usahanya dan meningkatkan

keunggulan bersaingnya.

c. Dapat memberikan informasi, sumber pengetahuan, dan bahan

kepustakaan atau bahan penelitian bagi penelitian-penelitian

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:18), objek penelitian adalah variabel

penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian. Objek

dalam penelitian ini adalah para pengusaha showroom batik Trusmi, di Kabupaten

Cirebon.

Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel yang diteliti yaitu 2 variabel bebas

yaitu Inovasi Produk, dan Kualitas Produk, serta variabel terikat (Y) yaitu

Keunggulan Bersaing.

3.2Metode Penelitian

Metode merupakan suatu cara ilmiah yang dilakukan untuk mencapai

maksud dan tujuan tertentu (Sugiono, 2006:1). Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode explanatory survey. Metode explanatory survey,

yaitu suatu metode yang digunakan untuk menjelaskan hubungan kausal antara

variabel-variabel melalui pengujian hipotesis.

Penelitian ini bersifat verifikatif, yang pada dasarnya penelitian ini ingin

menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan

(20)

3.3Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Suharsimi Arikunto (2006:108) mengatakan bahwa populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut, maka populasi

penelitian ini adalah seluruh pengusaha showroom batik Trusmi, Kecamatan

Plered, Kabupaten Cirebon yang berjumlah 35 pengusaha.

3.3.2 Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:131) sampel adalah sebagian atau

wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini mempergunakan pengambilan

sampel dengan teknik sampling jenuh. Teknik ini diambil berdasarkan pendapat

Sugiyono (2006 : 95) yaitu ”Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila

semua anggota populasi digunakan sebagai sampel”. Karena populasi kurang dari

100 maka teknik sampling yang diambil adalah semua anggota populasi sebanyak

(21)

Untuk menguji hipotesis yang diajukan, dalam penelitian terlebih dahulu setiap

variabel didefinisikan, kemudian dijabarkan melalui operasionalisasi variabel. Hal ini

dilakukan agar setiap variabel dan indikator penelitian dapat diketahui skala

pengukurannya secara jelas. Operasionalisasi variabel penelitian secara rinci diuraikan

pada Tabel 3.1

Tabel 3. 1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris Konsep Analitis Skala

Variabel Bebas

a) Produk baru diihat dari :

a) Performance (kinerja) diihat dari :

Manfaat penggunaan

(22)
(23)
(24)

3.5Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu proses pengadaan data untuk

keperluan penelitian dimana data yang terkumpul adalah untuk menguji hipotesis

yang telah dirumuskan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini didapatkan

dengan menggunakan teknik sebagai berikut :

1. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara

mengumpulkan data dan dokumen-dokumen yang sudah ada serta

berhubungan dengan variabel penelitian, tujuan digunakannya teknik studi

dokumenter ini adalah untuk mencari data yang berkaitan dengan

variabel-variabel yang di teliti baik berupa catatan,laporan maupun dokumen yang ada.

2. Angket/quesioner, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui

penggunaan daftar pertanyaan yang telah disusun dan disebar kepada

responden agar diperoleh data yang dibutuhkan.

3. Wawancara bertujuan untuk membantu dalam melengkapi pengumpulan data

yang tidak terdapat dalam angket.

3.6Teknik Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul sebeum digunakan didalam analisis data harus

diolah terlebih dahulu, adapun teknik pengolahan data yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menyeleksi data, yaitu untuk melihat atau memeriks kejelasan dan benar

(25)

2. Mentabulasi data, yaitu suatu proses merubah data mentah dari responden

menjadi data yang bermakna. Data yang telah dikelompokan kemudian

dimasukan ke dalam tabel-tabel untuk dihitung berdasarkan aspek-aspek yang

dijadikan variabel penelitian untuk memudahkan dalam menganalisis data.

3. Menghitung ukuran-ukuran karakteristik berdasarkan variabel-variabel

4. Menganalisis data berdasarkan metode statistik yang dirancang.

5. Melakukan pengujian hipotesis yang telah digunakan dalam penelitian ini.

6. Membuat laporan penelitian.

3.7Teknik Analisis Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini mengunakan analisis regresi

berganda (multiple regression). Sedangkan alat analisis yang digunakan yaitu

software SPSS. Dengan demikian, maka data yang bersifat ordinal pada penelitian

ini yaitu variabel inovasi produk, kualitas produk dan keunggulan bersaing harus

dubah dan ditingkatkan menjadi data interval melalui MSI Methods of Succesive

Interval (MSI). Salah satu kegunaan dari MSI dalam pengukuran adalah untuk

menaikkan pengukuran dari ordinal ke interval.

Langkah kerja Methods of Succesive Interval (MSI) adalah sebagai berikut :

a. Perhatikan tiap butir pernyataan, misalnya dalam angket.

b. Untuk butir tersebut, tentukan berapa banyak orang yang mendapatkan

(menjawab) skor 1,2,3,4,5 yang disebut frekuensi.

c. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut

(26)

d. Tentukan Proporsi Kumulatif (PK) dengan cara menjumlah antara proporsi

yang ada dengan proporsi sebelumnya.

e. Dengan menggunakan tabel distribusi normal baku, tentukan nilai Z

untuk setiap kategori.

f. Tentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan

menggunakan tabel ordinat distribusi normal baku.

g. Hitung SV (Scale Value) = Nilai Skala dengan rumus sebagai berikut:

)

h. Menghitung skor hasil tranformasi untuk setiap pilihan jawaban dengan rumus:

SVMin

SV

Y   1

Dimana K 1

SVMin

Permasalahan yang diajukan akan di proses dan kemudian dilakukan

pengolahan dengan menggunakan statistik parametrik. Model analisis yang

digunakan untuk melihat pengaruh antara variabel-variabel bebas terhadap

variabel terikat serta untuk menguji kebenaran dari hipotesis akan digunakan

model persamaan regresi berganda yang rumus penghitungan dari regresi

berganda tersebut adalah sebagai berikut :

Dimana :

Y adalah Keunggulan Bersaing X2 adalah Kualitas Produk

(27)

X1 adalah Inovasi Produk

3.7.1 Tes Validitas

Tes validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan dan kesahihan sesuatu instrumen. Dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan.Cara menguji validitas adalah:

1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur

2. Melakukan uji coba skala pengukur tersebut pada sejumlah responden

3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban

4. Menghitung korelasi antar masing-masing pernyataan dengan skor total

dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment:

  

R = Koefisien validitas yang dicari

X = Skor yang diperoleh dari subjek setiap item

Y = Skor total item instrumen

∑X = Jumlah skor dalam distribusi X

∑Y = Jumlah skor dalam distribusi Y

∑ = Jumlah kuadrat pada masing-masing skor X

∑ = Jumlah kuadrat pada masing-masing skor Y

(28)

Dalam hal ini kriterianya adalah :

rxy < 0,20 : Validitas sangat rendah 0,20 - 0,39 : Validitas rendah

0,40 - 0,59 : Validitas sedang/cukup 0,60 - 0,89 : Validitas tinggi

0,90 - 1,00 : Validitas sangat tinggi

Dengan menggunakan taraf signifikan α = 0,05 koefisien korelasi yang

diperoleh dari hasil perhitungan, dibandingkan dengan nilai tabel korelasi nilai r

dengan derajat kebebasan (n-2) dimana n menyatakan jumlah baris atau

banyaknya responden.

Jika r hitung r0,05 Instrumen valid

jika r hitung r 0,05 Instrumen tidak valid

3.7.2 Tes Relialibilitas

Tes reliabilitas digunakan sebagai alat pengumpul data yang dapat

dipercaya karena instrumen sudah baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat

keterandalan sesuatu. Uji reabilitas ini menggunakan rumus alpha karena data

berupa skor dari 1-5. Rumus mencari reliabilitas instrumen adalah:

r11 = Reliabilitas instrumen

(29)

2

b

= jumlah varian butir

2 1

= varian total

Keputusannya dengan membandingkan r11 dengan r tabel, dengan ketentuan

sebagai berikut :

Jika r 11> r tabel berarti reliabel dan jika r 11< r tabel berarti tidak reliabel.

3.8Pengujian Asumsi Klasik

3.8.1 Uji Multikolinearitas

Pada mulanya multikoliniearitas berarti adanya hubungan linier yang

sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari

model regresi. Dalam hal ini variabel-variabel bebas ini bersifat tidak orthogonal.

Variabel-variabel bebas yang bersifat orthogonal adalah variabel bebas yang nilai

korelasi diantara sesamanya sama dengan nol. Terdapat beberapa metode yang

bisa dilakukan untuk mengetahui multikolinearitas diantaranya adalah :

1. Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai t hitung. Jika R2

tinggi (biasanya berkisar 0,7-1,0) tetapi sangat sedikit koefisien regresi

yang signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala

multikolinieritas.

2. Melakukan uji korelasi derajat nol. Apabila koefisien korelasinya

tinggi, perlu dicurigai adanya masalah multikolinearitas. Akan tetapi

tingginya koefisien korelasi tersebut tidak menjamin terjadi

(30)

3. Menguji korelasi antar sesama variabel bebas dengan cara meregresi

setiap Xi terhadap X lainnya. Dari regresi tersebut, kita dapatkan R2 dan

F. Jika nilai Fhitung melebihi nilai kritis Ftabel pada tingkat derajat

kepercayaan tertentu, maka terdapat multikolinearitas variabel bebas.

Dalam penelitian ini penulis untuk memprediksi ada atau tidaknya

multikolinearitas, penulis melihat dari nilai probabilitas hasil pengujian SPSS.

Apabila terjadi Multikolinearitas menurut Yana Rohmana (2010:150) disarankan

untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Tidak ada Perbaikan

Multikolinearitas akan tetap menghasilkan estimator yang BLUE karena

masalah estimator yang BLUE tidak memeerlukan asusmsi tidak adanya

korelasi antar variabel independen.

2. Dengan Perbaikan

Tindakan perbaikan yang dapat dilakukan apabila terdapat

multikolinearitas yang serius, yaitu sebagai berikut :

a. Menghilangkan variabel independen

b. Transformasi variabel

c. Penambahan data

3.8.2 Uji Heterokedastisitas

Salah satu asumsi model regresi linier klasik ialah bahwa varian dari setiap

(31)

merupakan bilangan konstan dengan simbol σ2

. Inilah asumsi heteroskedastisitas

atau sama (homo) penyebarannya (skedastisitas) maksudnya sama varian.

Dengan adanya heteroskedastisitas maka estimator OLS tidak akan

menghasilkan estimator yang Best Linear Unbiased Estimator (BLUE).

Konsekuensi jika varian yang minimum adalah :

1. Jika varian tidak minimum maka menyebabkan perhitungan standar eror

metode OLS menjadi tidak bisa dipercaya kebenarannya.

2. Akibat dari no.1 di atas, maka interval estimasi maupun uji hipotesis yang

didasarkan pada uji F tidak bisa lagi dipercaya untuk evaluasi hasil regresi

Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk mengetahui adanya

heteroskedastisitas, metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

White. Adapun langkah-langkah untuk uji white adalah:

1. Estimasi persamaan dan dapatkan residualnya

2. Lakukan regresi pada persamaan yang disebut regresi auxiliary

3. Hipotesis nol dalam uji ini adalah tidak ada heteroskedastisitas. Uji white

didasarkan pada jumlah sampeldegree of freedom sebanyak variabel

independen tidak termasuk konstanta dalam regresi auxiliry.

4. Ketentuannya adalah :

a.Jika nilai chi-sqare hitung (n, R2) lebih besar dari nilai x2 kritis dengan

derajat kepercayaan tertentu (α) maka heteroskedastisitas.

b.Jika nilai chi-sqare hitung (n, R2) lebih kecil dari nilai x2 kritis dengan

(32)

3.8.3 Uji Autokorelasi

Dalam suatu analisa regresi dimungkinkan terjadinya hubungan antara

variabel-variabel bebas atau korelasi sendiri, gejala ini disebut autokorelasi. Istilah

autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian

observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang.

Autokorelasi merupakan suatu keadaan dimana tidak adanya korelasi

antara variabel pengganggu (disturbance term) dalam multiple regression.

Faktor-faktor penyebab autokorelasi antara lain kesalahan dalam menentukan model,

penggunaan lag dalam model dan tidak dimasukannya variabel penting.

Konsekuensi adanya autokorelasi menyebabkan hal-hal berikut :

 Parameter yang diestimasikan dalam model regresi OLS menjadi bias dan

varian tidak minim lagi sehingga koefisien estimasi yang diperoleh kurang

akurat dan tidak efisien.

 Varians sampel tidak menggambarkan varians populasi, karena diestimasi

terlalu rendah (underestimated) oleh varians residual taksiran.

 Model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menduga niai

variabel terikat dari variable bebas tertentu.

 Uji tidak berlaku lagi, jika uji ttetap digunakan maka kesimpulan yang

(33)

Adapun cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi pada model

regresi, pada penelitian ini pengujian asumsi autokorelasi dapat diuji melalui

beberapa cara di bawah ini:

1) Uji Durbin Watson (DW), yaitu dengan cara membandingkan nilai DW

statistik dengan DW tabel.

Uji DW menurunkan niai kritis batas bawah (dt) dan batas atas (du)

sehingga jika nilai d hitung terleak diluar nilai kritis ini maka ada tidaknya

autokorelasi baik positif maupun negatif dapat diketahui. Penentuan ada

tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan jelas dalam tabel 3.2 dibawah

ini :

Tabel 3.2

Uji Statistik Durbin Watson

Nilai Statistik d Hasil

0 < d < d1

d1≤ d ≤ du

du≤ d ≤ 4 - du

4 - du≤ d ≤ 4 - d1

4 - d1≤ d ≤ 4

Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi positif

Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan

Menerima hipotesis nol; tidak ada autokorelasi

Positif/negatif

Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan

Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi positif

Salah satu keuntungan dari uji DW yang didasarkan pada residual

adalah bahwa setiap program komputer untuk regresi selalu memberi

(34)

1. Melakukan regresi metode OLS dan kemudian mendapatkan nilai

residualnya

2. Menghitung nilai d dari persamaan regresi

3. Dengan jumlah observasi (n) dan jumlah variabel independen tertentu

tidak termasuk konstanta (k), kita cari nilai kritis dL dan dU di statistik

Durbin Watson

4. Keputusan ada tidaknya autokorelasi didasarkan pada tabel diatas.

Dengan pedoman : bila nilai X2hitung lebih kecil dibandingkan nilai

X2tabel maka tidak ada autokorelasi. Sebaliknya bila nilai X2hitung lebih

besar dibandingkan nilai X2tabelmaka ditemukan adanya autokorelasi.

Nilai Durbin-Watson menunjukan ada tidaknya autokorelasi baik

positif atau negatif. Jika digambarkan adalah sebagai berikut:

(35)

2) Metode Uji Langrange Multilier (LM) atau Uji Breusch Godfrey yaitu

dengan membandingkan nilai X2tabel dengan X2hitung. Rumus untuk mencari

X2hitung sebagai berikut :

X2 = (n-1) R2

Dengan pedoman : bila X2hitung lebih keci dibandingkan nilai X2tabel

maka tidak ada autokorelasi. Sebaliknya bila nilai X2hitung lebih

besardibandingkan dengan niai X2tabel maka ditemukan adaya autokorelasi.

3.9Pengujian Hipotesis

3.9.1 Uji Parsial (uji t )

Uji t pada dasarnya menunjukkan “seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel

dependen.” (Gujarati, 2001:84). Dalam penelitian ini, berarti uji t digunakan untuk

mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen yang terdiri atas

inovasi produk dan kualitas produk terhadap keunggulan bersaing yang

merupakan variabel dependennya.

Rumus uji t adalah :

Dimana : r = Koefisien Regresi

n = Jumlah responden

(36)

Kriteria pengujian :

1. Menentukan taraf nyata (level of significant) sebesar 0,05 atau 5%

2. Menentukan derajat kebebasan (df) dimana df=n-2

3. Menentukan formula H0 dan Ha

H0 : β1,2= 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara inovasi

produk (X1), kualitas produk (X2) terhadap keunggulan bersaing (Y)

Ha: β1,2> 0, artinya ada pengaruh yang signifikan antara inovasi

produk(X1), kualitas produk (X2) terhadap keunggulan bersaing (Y).

4. Keputusan pengujian

a. Jika thitung>ttabel, maka hipotesis yang menyatakan ada pengaruh

positif antara inovasi produk(X1) terhadap keunggulan bersaing (Y)

atau antara kualitas produk (X2) terhadap keunggulan bersaing (Y)

adalah diterima.

b. Jika thitung<ttabel, maka hipotesis yang menyatakan tidak ada

pengaruh positif antara inovasi produk(X1) terhadap keunggulan

bersaing (Y) atau antara kualitas produk (X2) terhadap keunggulan

bersaing (Y) adalah ditolak.

3.9.2 Uji Simultan (uji F )

Pengujian hipotesis secara keseluruhan merupakan penggabungan variabel

X terhadap variabel terikat Y untuk diketahui seberapa besar pengaruhnya.

(37)

Dimana :

R2 = Koefisien korelasi berganda dikuadratkan

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel bebas

Kriteria pengujian :

1. Menentukan taraf nyata (level of significant) 0,05 atau 5%.

2. Menentukan derajat kebebasan (df) Ftabel = 2; n-k-1

3. Menentukan formulasi H0 dan Ha

a. H0 : β1,2 = 0, artinya variabel X {inovasi produk (X1) dan kualitas

produk (X2) } secara bersama-sama tidak berpengaruh positif

terhadap variabel Y(keunggulan bersaing)

b. Ha : β1,2 ≤ 0, artinya variabel X {inovasi produk (X1) dan kualitas

produk (X2) } secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap

variabel Y(keunggulan bersaing)

4. Keputusan pengujian

b. Jika Fhitung>Ftabel, maka hipotesis yang menyatakan ada pengaruh

positif antara inovasi produk(X1), kualitas produk (X2) terhadap

(38)

c. Jika Fhitung<Ftabel, maka hipotesis yang menyatakan tidak ada

pengaruh positif antara inovasi produk(X1), kualitas produk (X2)

terhadap keunggulan bersaing (Y) adalah ditolak.

3.9.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Gujarati (2001:98) dijelaskan bahwa koefisien determinasi (R2)

yaitu angka yang menunjukkan besarnya derajat kemampuan menerangkan

variabel bebas terhadap variabel terikat dari fungsi tersebut. Koefisien determinasi

sebagai alat ukur kebaikan dari persamaan regresi yaitu memberikan proporsi atau

persentase variasi total dalam variabel tidak bebas (Y) yang dijelaskan oleh

variabel bebas (X). Rumus yang digunakan adalah :

Dimana :

R2 = Koefisien determinasi n = Jumlah observasi

ESS = Jumlah kuadrat residual TSS = Total jumlah kuadrat residual

K = Jumlah parameter (termasuk intersep)

Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0<R2<1), dengan ketentuan sebagai berikut :

- Jika nilai semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel

semakin erat atau baik.

- Jika nilai semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel

(39)
(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai pengaruh inovasi produk

dan kualitas produk terhadap keunggulan bersaing, dapat dikemukakan

kesimpulan sebagai berikut :

1. Gambaran keunggulan bersaing pengusaha batik Trusmi di Kabupaten

Cirebon sudah baik karena termasuk kategori tinggi walaupun pada aspek

keunggulan biaya masih ada yang berada pada kategori sedang karena

beberapa faktor antara lain: terkadang masih kesulitan dalam

memperoleh bahan baku produksi, kesulitan mendapatkan harga bahan

baku murah dan kurangnya antusiasme melakukan pemasaran produk

secara online. Gambaran aspek inovasi produk dan kualitas produk sudah

baik karena termasuk kategori tinggi, walaupun untuk inovasi produk

pada menambah bentuk corak batik baru dan mengeluarkan bentuk

kemasan yang menarik dan berbeda berada pada kategori sedang.

2. Inovasi produk berpengaruh positif terhadap keunggulan bersaing. Artinya

semakin banyak atau sering inovasi produk yang dilakukan oleh

pengusaha batik Trusmi, maka keunggulan bersaing yang dimiliki akan

semakin besar dan sebaliknya jika inovasi produknya sedikit, maka akan

keunggulan bersaingnya akan rendah. Disaat sebuah perusahaan sering

(41)

Kejenuhan mereka pada produk yang itu-itu saja dan hampir seragam

dijual dibeberapa tempat lainnya hilang. Semakin banyaknya konsumen,

maka menandakan bahwa perusahaan itu lebih baik dan diminati daripada

perusahaan lain, dengan kata lain keunggulan bersaing perusahaan itu

lebih besar daripada para pesaing.

3. Kualitas produk berpengaruh positif terhadap keunggulan bersaing.

Artinya semakin tinggi kualitas produk yang diciptakan, akan semakin

tinggi pula keunggulan bersaingnya. Suatu barang yang tampilannya baik

ataupun harganya murah, tidak menjamin bahwa semua konsumen akan

lebih menyukainya. Sebaik apapun tampilannya, maupun semurah atau

semahal apapun harganya apabila cepat rusak, maka konsumen akan jera

untuk melakukan pembelian di waktu mendatang. Tetapi apabila kualitas

produk yang dirasakan oleh konsumen sesuai dengan yang mereka

harapkan tentu akan terjadi pembelian ulang. Dari terjadinya pembelian

yang berulang-ulang itulah sudah menandakan bahwa perusahaan

memiliki nilai lebih dan keunggulan bersaing lebih besar dibandingkan

pesaing.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis rekomendasikan adalah sebagai

berikut :

1. Sebaiknya para pengusaha selalu meningkatkan kreativitasnya, menggali

(42)

bagaimana yang sekiranya akan diminati dan dibutuhkan oleh para

konsumen. Selain itu, para pengusaha harus selalu mengikuti

perkembangan jaman, mengetahui trend terkini karena bagaimanapun,

batik termasuk dalam bidang fashion yang akan terus berkembang dan

berubah sewaktu-waktu.

2. Para pengusaha hendaknya sering mengikuti workshop-worksop atau

seminar seputar batik khususnya untuk menambah pengetahuan dan

wawasan, bagaimana mengembangkan produk atau usahanya agar lebih

baik lagi serta berkembang.

3. Sebaiknya pengusaha, sering memberikan pelatihan untuk

pegawai/pekerjanya tentang bagaimana membatik yang baik dan benar

serta melayani konsumen dengan baik pula. Hal itu diperlukan, karena,

sisi sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sama pentingnya

dengan keunggulan produk bagi keunggulan bersaing sebuah usaha.

4. Para pengusaha sebaiknya bisa mencari peluang atau pangsa pasar baru,

berpromosi untuk memasarkan produknya sekaligus mempopulerkan

batik, tidak hanya sekedar menunggu konsumen datang ke

toko/showroom. Hal itu dapat dilakukan dengan mengikuti

pameran-pameran, membuat website, berjualan online ataupun bekerjasama

dengan pihak-pihak terkait/tertentu misal DESPERINDAG, KADIN dan

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Tertulis :

Agus Setiawan. (2008). Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keunggulan

Bersaing Pada Kendaraan Bermotor Honda Beat di Netral Jaya Motor

Tasikmalaya. Tidak diterbitkan. [online]. Tersedia :

http://dr-skripsi.blogspot.com/2010/11/pengaruh-kualitas-produk-terhadap.html.

Ajeng Nurnidaningsih. Pengaruh Inovasi Perusahaan

Terhadap Daya Saing Batik TRUSMI KAB.CIREBON

(Studi tentang Persepsi Konsumen Batik Trusmi mengenai Pengaruh Inovasi

Perusahaan). (2011). Bandung. UPI. Tidak diterbitkan.

Bayu Hadyanto Mulyono. (2008). Analisis Pengaruh Kualitas Produk dan

Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen (Studi Kasus Pada

Perumahan Puri Meiterania Semarang). Tidak diterbitkan. [online]. Tersedia

: http//eprints..undip.a.id/17230/

Buchari Alma. (2007). Manajemen Pemasaran da Pemasaran Jasa. Cetakan

ketujuh, Alfabeta, Bandung.

Fandy Tjiptono. (2008). Strategi Pemasaran, Edisi ke tiga. Yogyakarta.

Gasperz, Dr. Vincent. (2001). Ekonomi Manajerial Pembuat Keputusan Bisnis.

Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

(44)

Humiras Hadi Purba. (2008). Inovasi Nilai Pelanggan Dalam Perencanaan &

Pengembangan Produk. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kotler, Philip. (2005). Manajemen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta : PT.Indeks

Kelompok Gramedia.

Lisda Rahmasari. (2004). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas

Produk dan Dampaknya terhadap Keungulan Bersaing Serta Kinerja

Pemasaran (Studi Kasus pada Industri manufaktur Semarang). Tidak

diterbitkan. [Online]. Tersedia: http://undip.ac.id/14687/1/2004MM3054.pdf

Mudrajat Kuncoro. (2005). Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif.

Erlangga.

Porter, Michael E. (2008). Competitive Advantage (Menciptakan dan

Mempertahankan Kinerja Unggulan). Kharisma Publishing Grup.

Renni Graphia. (2008). Pengaruh Produk Baru Terhadap Kepuasan Konsumen

Pada Batik Visa Cirebon. UNIKOM. Tidak Diterbitkan.

Riduwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sadono Sukirno. (2005). Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta : PT. Raja Grafindo.

Persada.

Sensi Tribuana Dewi. (2006). Analisis Pengaruh Orientasi Pasar dan Inovasi

Produk Terhadap Keunggulan Bersaing Untuk meningkatkan Kinerja

Pemasaran (Studi pada Industri Batik di Kota dan kabupaten Pekalongan).

(45)

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Widi Dewi Ruspitasari. (2010). Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi.. Pentingnya

Strategi Inovasi Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing. Tidak

diterbitkan.

Yulia Sartika Risman. (2011). Pengaruh Kualitas Produk terhadap Keputusan

Pembelian Busana Muslim PT. Musaafir Setia Utama ( Survei Pada

Konsumen Busana Muslim PT. Musaafir Setia Utama Kota Bandung). UPI.

Yana Rohmana. (2010). Ekonometrika (Teori dan Aplikasi dengan EViews).

Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi . Bandung.

Desperindag Kab. Cirebon. 2010. Laporan Data Penjualan Batik Khas Cirebon.

Sumber Internet :

. Perkembangan batik menurun. [online]. Tersedia :

http//www.kabarindonesia.com/html/ [ 11/11/2012]

. China dominasi pasar batik. [online]. Tersedia :

http//www.pikiranrakyat.com/html/ [ 14/11/2011]

. Omset batik lokal menurun. [online]. Tersedia :

(46)

. Penyesuaian hadapi serbuan barang China. [online]. Tersedia :

http//www.kompas.co.id/html/ [20/01/2012]

. Motif batik Mega Mendung [online]. Tersedia : http// www.

id.wikipedia.org/html/ [06/10/2012]

. Batik Mega Mendung di tangan desainer Malayia [online]. Tersedia :

http://finunu.wordpress.com/html/ [06/10/2012]

. Mega Mendung di Amerika [online]. Tersedia : http://

Gambar

Gambar   4.18 Hasil Uji Autokorelasi Statistika Durbin- Watson……….……………... 97
Tabel 1.1 Data Jumlah Tenaga Kerja Di Industri Batik Trusmi
Tabel 1.2 Data Penjualan Batik Trusmi Di Cirebon
Tabel 3. 1 Operasionalisasi Variabel
+3

Referensi

Dokumen terkait

Motif yang terdapat pada batik Trusmi atau batik Cirebon tidak hanya mendapat pengaruh dari keraton saja, tetapi motif batik Trusmi atau batik Cirebon juga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana inovasi produk pada UD.Rezeki Baru, Keunggulan Bersaing pada UD.Rezeki Baru dan untuk mengetahui pengaruh inovasi

Berdasarkan pada perumusan masalah mengenai bagaimana analisis optimalisasi laba UMKM BT Batik Trusmi Kabupaten Cirebon melalui pendekatan kontribusi margin pada

Secara keseluruhan tingkat partisipasi pengrajin batik dalam mengelola limbah industri batik di Desa Trusmi Kulon Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon tergolong

Secara parsial dapat disimpulkan bahwa variable kualitas produk memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keunggulan bersaing UMKM Kuliner pada masa

Pengaruh inovasi produk dan kualitas produk terhadap keunggulan bersaing Hasil pengujian analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa terdapat nilai signifikansi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) persepsi konsumen terhadap inovasi produk, kreativitas produk, kualitas produk, dan keunggulan bersaing pada kerajinan enceng gondok

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh inovasi produk dan kinerja pemasaran terhadap keunggulan bersaing batik Kerinci dengan menggunakan teknik analisis statistik