DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR HAK CIPTA
BERITA ACARA
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
MOTTO
ABSTRAK……….. i
KATA PENGANTAR……….….. iii
DAFTAR ISI……….…. vi
DAFTAR TABEL……….…. x
DAFTAR GAMBAR……….…..….. xii
DAFTAR LAMPIRAN……….….… xiv
BAB I PENDAHULUAN………... 1
1.1 Latar Belakang……….……….... 1
1.2 Rumusan Masalah………..….……. 7
1.3 Tujuan Penelitian………...….. 8
1.4 Manfaat Penelitian……….…..… 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS…..… 10
2.1 Tinjauan Pustaka………... 10
2.1.1 Keunggulan Bersaing……….……... 10
2.1.1.1 Konsep Keunggulan Bersaing……….……... 10
▸ Baca selengkapnya: mengetahui nama produk, keunggulan produk, manfaat produk yang di lihatnya di tv, adalah promosi dengan menggunakan teknik ….
(2)2.1.1.3 Keunggulan Diferensiasi……….……….….. 15
2.1.2 Inovasi Produk……….…...…… 18
2.1.2.1 Konsep Inovasi Produk……….…….… 18
2.1.2.2 Pengaruh Inovasi Produk Terhadap Keunggulan Bersaing……… 24
2.1.3 Kualitas Produk………... 25
2.1.3.1 Konsep Kualitas Produk………... 25
2.1.3.2 Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keunggulan Bersaing………... 29
2.1.4 Kajian Empirik Beberapa hasil Penelitian………..………. 31
2.2 Kerangka Pemikiran……….…. 33
2.3 Hipotesis………..…. 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….…... 40
3.1 Objek Penelitian……….………..… 40
3.2 Metode Penelitian……….... 40
3.3 Populasi Dan Sampel……….……….. 41
3.3.1 Populasi………... 41
3.3.2 Sampel………... 41
3.4 Operasional Variabel………..….…. 42
3.5Teknik Pengumpulan Data……….…..………… 45
3.6 Teknik Pengolahan Data………..….... 45
3.7 Teknik Analisis Data ……….……….…….. 48
3.7.1 Tes Validitas……….……… 48
3.7.2 Tes Reliabilitas………...……. 49
3.8.1 Uji Muktikolinearitas……….….. 50
3.8.2 Uji Heterokedastisitas………...….. 52
3.8.3 Uji Autokorelasi……….………..… 53
3.9 Pengujian Hipotesis………..…. 56
3.9.1 Uji Parsial (uji t )……….…... 56
3.9.2 Uji Simultan (uji F )………..….. 57
3.9.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)……….….…. 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 60
4.1Hasil Penelitian……….…..… 60
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian……… 60
4.1.2 Gambaran Umum Responden……….. 65
4.1.2.1Penyebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….… 65
4.1.2.2Penyebaran Responden Berdasarkan Usia……….…… 67
4.1.2.3Penyebaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir……...…. 69
4.1.2.4Penyebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha…….…… 70
4.1.3 Gambaran Umum Variabel Penelitian………...…. 72
4.1.3.1Keunggulan Bersaing... 72
4.1.3.2Inovasi Produk... 78
4.1.3.3Kualitas Produk... 81
4.1.4 Pengujian Instrumen Penelitian... 85
4.1.4.1Uji Validitas... 85
4.1.4.2Uji Reliabilitas... 87
4.1.5.1Koefisien Korelasi antara Variabel-variabel X dengan variabel Y... 90
4.1.5.2Koefisien Korelasi Ganda dan Koefisien Determinasi……….. 91
4.1.5.3Model Persamaan Regresi………... 93
4.1.6 Uji Asumsi Klasik……….. 94
4.1.6.1Uji Multikolinearitas……….. 94
4.1.6.2Uji Heterokedastisitas……… 95
4.1.6.3Uji Autokorelasi……….... 96
4.1.7 Pengujian Hipotesis………... 96
4.1.7.1Analisis Regresi Secara Parsial (Uji t)……….. 97
4.1.7.2Analisis Regresi Secara Simultan (Uji F)……….… 99
4.2Pembahasan Hasil Penelitian………..……… 100
4.2.1 Pengaruh Inovasi Produk terhadap Keunggulan Bersaing Pengusaha Batik Trusmi……….. 101
4.2.2 Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keunggulan Bersaing Pengusaha Batik Trusmi……….. 104
4.2.3 Implikasi Pendidikan……….……. 107
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 110
5.1Kesimpulan ……….………..…….... 110
5.2Saran ………...………..…..….. 111
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Jumlah Tenaga Kerja diIndustri Batik Trusmi………... 2
Tabel 1.2 Data Penjualan Batik Trusmi Di Cirebon……….. 5
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel……….……. 42
Tabel 3.2 Uji Statistik Durbin Watson... 54
Tabel 3.3 Koofisien Korelasi………... 49
Tabel 4.1 Distribusi Responden Pengusaha Showroom Batik Trusmi di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Jenis Kelamin………...…. 66
Tabel 4.2 Distribusi Responden Pengusaha Showroom Batik Trusmi di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Usia……… 67
Tabel 4.3 Distribusi Responden Pengusaha Showroom Batik Trusmi di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Pendidikan Terakhir……….. 69
Tabel 4. 4 Distribusi Responden Pengusaha Showroom Batik Trusmi di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Pengalaman Usaha……….…... 70
Tabel 4.5 Nilai Bobot Standar………..……….….... 73
Tabel 4.6 Gambaran Variabel Keunggulan Bersaing Pada Usaha Batik Trusmi….… 74 Tabel 4.7 Gambaran Inovasi Produk Pada Usaha Batik Trusmi……….………….…. 78
Tabel 4.8 Gambaran Kualitas Produk Pada Usaha Batik Trusmi….…….……… 81
Tabel 4.9 Hasil Validitas Item Inovasi Produk……….…… 84
Tabel 4.11 Hasil Validitas Item Keunggulan Bersaing……….... 86
Tabel 4.12 Hasil Reliabilitas Item Inovasi Produk... 88
Tabel 4.13 Hasil Reliabilitas Item Kualitas Produk... 88
Tabel 4.14 Hasil Reliabilitas Item Keunggulan Bersaing..………. 89
Tabel 4.15 Koefisien Korelasi antara Variabel-Variabel X dengan Variabel Y…….… 91
Tabel 4.16 Koefisien Korelasi Ganda dan Koefisien Determinasi antara Variabel-variabel X dengan Variabel Y……….…... 92
Tabel 4.17 Nilai Penduga Koefesien Regresi………...…... 93
Tabel 4.18 Nilai VIF & Tolerance……….……….….… 94
Tabel 4.19 Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t)………..……….….… 99
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Keunggulan Bersaing………..…………... 12
Gambar 2.2 Siklus Inovasi……….……….……… 19
Gambar 2.3 Model Diamond Porter……….…….. 34
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran………...….... 38
Gambar 3.1 Statistika Durbin-Watson………..……...….. 55
Gambar 4.1 Motif kereta singa barong………...…... 61
Gambar 4.2 Motif kompeni pedesaan………...…. 61
Gambar 4.3 Motif taman arum……….…….. 62
Gambar 4.4 Motif mega mendung….………. 62
Gambar 4.5 Motif kawung rambutan………..………..….. 62
Gambar 4.6 Motif lengko-lengko………..…. 62
Gambar 4.9 Motif karang jahe………... 63
Gambar 4.10 Motif banyak angrum………....… 63
Gambar 4.11 Motif piring selampad………...….... 63
Gambar 4.12 Motif kembang kantil………...…….….... 63
Gambar 4.13 Pengusaha Showroom Batik Trusmi di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Jenis Kelamin………..…... 66
Gambar 4.14 Pengusaha Showroom Batik trusmi di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Usia………..……….. 68
Gambar 4.16 Pengusaha Showroom Batik Trusmi di Kabupaten Cirebon Berdasarkan
Pengalaman Usaha………...………….. 71
Gambar 4.17 Scatter Plot……….….……….. 96
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Instrumen Penelitian
Lampiran B Identitas Responden
Lampiran C Data Hasil Penelitian
Lampiran D Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran E Hasil Uji Methods of Succesive Interval (MSI)
Lampiran F Perhitungan Manual
Lampiran G Perhitungan SPSS
Lampiran H Dokumentasi Penelitian
Lampiran I Surat Keterangan Perijinan
Lampiran J Lembar Bimbingan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang terkenal dengan keanekaragaman kesenian
dan budaya. Salah satu yang populer diantaranya, berasal dari bidang fashion
adalah batik. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di
daerah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada awalnya batik hanya
dikenal oleh kalangan keraton yang digunakan untuk upacara keagamaan maupun
acara-acara kerajaan, sehingga pada waktu itu batik hanya digunakan oleh para
raja, bangsawan dan abdi kerajaan. Namun begitu kini batik telah berkembang
menjadi ikon pakaian nasional Indonesia.
Batik mulai digunakan oleh masyarakat umum pada awal abad ke-19 dan
jenis batik yang dikenal berupa batik tulis, kemudian berkembang menjadi batik
cap dan printing bermotif batik. Selain masyarakat lokal, turis mancanegara juga
sudah menggunakan batik. Hal itu dikarenakan keindahan dari berbagai motif
serta mutu warna alami yang menarik.
Salah satu daerah penghasil batik terbesar yang ada di Jawa Barat terdapat
di daerah Cirebon. Sentra pembuatan batik Cirebon berada di Desa Trusmi Wetan
dan Trusmi Kulon, Kecamatan Plered. Batik Cirebon disebut juga batik Trusmi
batik. Produk batik Cirebon antara lain adalah batik pesisiran, batik mega
mendung, batik sawat penganten, batik urang jejer, dan lain-lain.
Bagi sebagian besar masyarakat disana, industri batik Trusmi adalah salah
satu mata pencaharian utama. Industri kerajinan batik Trusmi tergolong kedalam
industri padat karya, karena membutuhkan cukup banyak tenaga kerja manusia
dengan beberapa keahlian khusus, telah memberikan kontribusi bagi Kabupaten
Cirebon dengan membuka lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja bagi
penduduk angkatan kerja dari dalam desa tempat industri itu berada, maupun
angkatan kerja dari luar daerah.
Tabel 1.1
Data Jumlah Tenaga Kerja Di Industri Batik Trusmi
Tahun Jumlah Tenaga Kerja (Orang) Prosentase Pertumbuhan (%)
2007 1.210 -
2008 1.197 -0,010 %
2009 1.189 -0,006 %
2010 998 -0,160 %
2011 1.102 0,104 %
Sumber : Desperindag Kabupaten Cirebon, 2012
Berdasarkan tabel 1.1 di atas, dapat dilihat bahwa dengan adanya industri
batik Trusmi cukup membantu penyerapan tenaga kerja, walaupun dari data relatif
ada penurunan sebanyak -0,010%, -0,006%, dan -0,160% yang terjadi seperti pada
tahun 2008, 2009 dan 2010. Namun begitu, pada tahun 2011 adanya peningkatan
sebesar 0,104% atau sejumlah 1.102 orang dari tahun 2010 yang hanya sebesar
998 orang, membuktikan bahwasanya industri batik Trusmi masih berperan baik
Usaha yang bermula dari skala rumahan lama-kelamaan menjadi industri
kerajinan yang berorientasi bisnis. Produk batik Trusmi kini bukan sekedar
memenuhi kebutuhan lokal, tetapi sebagian pengrajin mengekspor ke Jepang,
Amerika, Australia dan Belanda. Karenanya, industri batik Trusmi merupakan
salah satu sektor penyumbang pendapatan bagi Kabupaten Cirebon sekaligus
penghasil devisa bagi Indonesia.
Selain berguna bagi aspek perekonomian, batik Trusmi juga penting
sebagai salah satu aset kekayaan budaya daerah khususnya bagi Kabupaten
Cirebon dan bangsa Indonesia pada umumnya. Oleh karena itu harus dijaga
kelestariannya agar tidak sampai menghilang seiring berjalannya waktu.
Daerah produksi batik Cirebon terdapat di lima wilayah desa yang
berbeda, diantaranya desa Gamel, Kaliwulu, Wotgali, Kalitengnah dan
Panembahan. Pertumbuhan batik Trusmi semakin bergerak cepat mulai dari tahun
2000-an, hal ini bisa dilihat dari banyaknya bermunculan showroom-showroom
batik yang berada di sekitar jalan utama Desa Trusmi dan Panembahan.
Namun begitu tidak selamanya pertumbuhan batik Trusmi dapat
berlangsung baik. Batik Trusmi yang semula sedang berkembang, menjadi
terganggu kelangsungan usahanya, pada saat krisis perekonomian dan arus
globalisasi, serta beredarnya batik ilegal ke pasar Indonesia pada tahun 2008.
Produk selundupan yang sebagian besar berasal dari China itu diperkirakan
mencapai 290 miliar rupiah. Kedatangan batik asing ini langsung mengambil alih
pangsa pasar batik yang selama ini menjadi tumpuan penghasilan pengusaha
Industri Kecil dan Menengah Departemen Perindustrian Fauzi Aziz
(www.indonesia.go.id, 11 November 2011).
Kemunduran industri batik juga semakin menjadi dengan adanya
perjanjian ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA), sejak 1 Januari 2010.
Sebagaimana isi penggalan artikel Pikiran Rakyat (www.pikiranrakyat.com)
tertanggal 29 Oktober 2009 berikut ini :
… Dan pada awal tahun 2010 adalah saat diberlakukan CAFTA (China-ASEAN Free Trade Agreement) di Indonesia dan negara peserta CAFTA lainnya. Diberitakan melalui berbagai media informasi, akhir-akhir ini produk China mendominasi pasar Indonesia, bahkan ke pelosok daerah. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan terutama bagi usaha kecil dan menengah yang sedang berkembang akan kalah bersaing denga produk-produk China sehingga ditakutkan akan mengalami kebangkrutan.
Melalui artikel di atas, dapat dikatakan bahwa ACFTA telah membuat
produsen lokal, tak terkecuali pengusaha batik Trusmi, mulai terganggu,
sebagaimana pendapat Buchori dan H. Abed, pengusaha batik Trusmi di
Kabupaten Cirebon yang terlihat dalam artikel Pengusaha Cemas Terhadap
Membanjirnya Batik China pada http://nasional .kompas.com tertanggal 1
Oktober 2008 berikut ini :
“Masuknya batik impor dari China dipastikaan akan menjadi gejolak bagi pengusaha dan pengrajin setelah Lebaran 2008 usai. Kedatangan batik China tersebut akan mempengaruhi usaha kerajinan batik asal Cirebon karena mereka mempunyai keunggulan dalam bidang modal, teknologi, dan menguasai bahan baku batik sehingga dipastikan akan mengancam kelangsungan usaha batik lokal”.
Selain itu terganggu usaha batik lokal juga terlihat dari omset mereka yang
menurun akibat pasar lokal semakin dipenuhi oleh produk-produk asing, terutama
Maret 2010. Penurunan omset/pendapatan pengusaha tersebut dapat dilihat dari
data penjualan produk batik Trusmi dibawah yang pertumbuhannya relatif
semakin menurun.
Tabel 1.2
Data Penjualan Batik Trusmi Di Cirebon
Tahun Data Penjualan(RP) Prosentase Pertumbuhan
2007 447.178.200 -
2008 307.738.000 -0,31%
2009 228.360.600 -0,26%
2010 208.280.200 -0,09%
2011 198.260.800 -0,04%
Sumber : Desperindag Kabupaten Cirebon, 2011
Berdasarkan tabel 1.2 diatas, tampak bahwa volume dan nilai penjualan
batik Trusmi mengalami kondisi yang tidak tetap, bahkan cenderung menurun.
Pada tahun 2007, volume batik mencapai 447.178.200 dan mengalami penurunan
-0,31% pada tahun 2008 menjadi 307.738.000. Voume batik pada tahun 2009 pun
mengalami penurunan lagi -0,26% atau sebesar 228.360.600. Pertumbuhan batik
pun semakin menurun pada tahun 2010 dan 2011 hingga sebesar 0,09% dan
-0,04% atau sebesar 208.280.200 dan 198.260.800. Menurut sumber dari
Disperindag Kabupaten Cirebon, kondisi pertumbuhan penjualan yang buruk ini
dipengaruhi oleh adanya krisis ekonomi, kenaikan harga bahan bakar, kenaikan
tarif dasar listrik, dan masuknya produk-produk batik asing, seperti dari China.
dianggap lebih menampilkan model-model terkini, warna yang bervariatif dan
harga yang relatif lebih terjangkau dari batik lokal.
Meskipun demikian, keberadaan industri batik Cirebon tetap harus
dipertahankan mengingat batik merupakan ciri khas produk Indonesia.
Perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri batik harus tetap didorong
sehingga memiliki keunggulan bersaing yang kuat.
Ada beberapa faktor yang diduga memberikan pengaruh terhadap
keunggulan bersaing para pengusaha/produsen batik agar produknya tidak kalah
saing dibandingkan batik asing lainnya, sebagaimana disampaikan oleh Ketua
Laboratorium Studi Kebijakan Ekonomi yang juga Guru Besar Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, FXSugiyanto (www.kompas.co.id)
Saya pikir produsen lokal ( batik Trusmi) akan melakukan penyesuaian-penyesuaian menghadapi serbuan produk China ini, misalnya perbaikan mutu dan kualitas produk, penginovasian produk, serta standardisasi produk. Sejumlah produsen lokal, tampaknya melakukan pembelajaran atas implikasi membanjirnya produk China selama satu tahun pertama. Kemudian melakukan penyesuaian-penyesuaian agar mampu merebut pasar.
Dari pernyataan FXSugiyanto tersebut, penulis pun menduga bahwasanya
beberapa faktor yang mungkin dapat meningkatkan keunggulan bersaing bagi
pengusaha/produsen batik Trusmi diantaranya adalah inovasi produk dan kualitas
produk.
Inovasi produk batik dilakukan untuk menarik perhatian dan minat para
konsumen, sekaligus membuktikan bahwa batik Indonesia, khususnya batik
jaman. Adanya inovasi produk juga bermanfaat untuk memenuhi keinginan para
konsumen atau pelanggan masa kini yang selalu menginginkan produk-produk
inovatif.
Selain inovasi produk, faktor lain yang diduga dapat berpengaruh pada
keunggulan bersaing yaitu kualitas produk. Kualitas akan menentukan eksistensi
produk dan pembeda yang paling efektif dengan produk lain sejenis. Semakin
baik kualitas produk, kepuasan dan loyalitas konsumen atau pelanggan pun dapat
terus dipertahankan.
Berdasarkan paparan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
penulis akan mencoba melakukan penelitian yang berjudul “PENGARUH
INOVASI PRODUK DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP
KEUNGGULAN BERSAING PENGUSAHA BATIK TRUSMI DI
KABUPATEN CIREBON.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di dalam latar belakang,
maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1) Bagaimana gambaran keunggulan bersaing, inovasi produk dan
kualitas produk pengusaha batik Trusmi di Kabupaten Cirebon ?
2) Bagaimana pengaruh inovasi produk terhadap keunggulan bersaing
3) Bagaimana pengaruh kualitas produk terhadap keunggulan bersaing
pengusaha batik Trusmi di Kabupaten Cirebon ?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan penulis untuk mengetahui dan mempelajari:
1) Mengetahui bagaimana gambaran keuunggulan bersaing, inovasi
produk dan kualitas produk pengusaha batik Trusmi di Kabupaten
Cirebon.
2) Mengetahui bagaimana pengaruh inovasi produk terhadap keunggulan
bersaing pengusaha batik Trusmi di Kabupaten Cirebon.
3) Mengetahui bagaimana pengaruh kualitas produk terhadap keunggulan
bersaing pengusaha batik Trusmi di Kabupaten Cirebon.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan didapat dari penelitian yang akan dilakukan
1) Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah
ilmu pengetahuan dan memberikan sumbangan pemikiran bagi
perkembangan ilmu ekonomi mikro terkait dengan keunggulan bersaing
pengusaha.
2) Secara Praktis, penelitian ini diharapkan :
a. Dapat memberikan informasi tambahan dan gambaran tentang
inovasi produk dan kualitas produk serta pengaruhnya terhadap
keunggulan bersaing pengusaha batik di Desa Trusmi Kabupaten
Cirebon.
b. Bagi pelaku usaha dapat dimanfaatkan sebagai acuan atau bahan
untuk kemajuan, keberhasilan usahanya dan meningkatkan
keunggulan bersaingnya.
c. Dapat memberikan informasi, sumber pengetahuan, dan bahan
kepustakaan atau bahan penelitian bagi penelitian-penelitian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:18), objek penelitian adalah variabel
penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian. Objek
dalam penelitian ini adalah para pengusaha showroom batik Trusmi, di Kabupaten
Cirebon.
Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel yang diteliti yaitu 2 variabel bebas
yaitu Inovasi Produk, dan Kualitas Produk, serta variabel terikat (Y) yaitu
Keunggulan Bersaing.
3.2Metode Penelitian
Metode merupakan suatu cara ilmiah yang dilakukan untuk mencapai
maksud dan tujuan tertentu (Sugiono, 2006:1). Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode explanatory survey. Metode explanatory survey,
yaitu suatu metode yang digunakan untuk menjelaskan hubungan kausal antara
variabel-variabel melalui pengujian hipotesis.
Penelitian ini bersifat verifikatif, yang pada dasarnya penelitian ini ingin
menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan
3.3Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Suharsimi Arikunto (2006:108) mengatakan bahwa populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut, maka populasi
penelitian ini adalah seluruh pengusaha showroom batik Trusmi, Kecamatan
Plered, Kabupaten Cirebon yang berjumlah 35 pengusaha.
3.3.2 Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:131) sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini mempergunakan pengambilan
sampel dengan teknik sampling jenuh. Teknik ini diambil berdasarkan pendapat
Sugiyono (2006 : 95) yaitu ”Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel”. Karena populasi kurang dari
100 maka teknik sampling yang diambil adalah semua anggota populasi sebanyak
Untuk menguji hipotesis yang diajukan, dalam penelitian terlebih dahulu setiap
variabel didefinisikan, kemudian dijabarkan melalui operasionalisasi variabel. Hal ini
dilakukan agar setiap variabel dan indikator penelitian dapat diketahui skala
pengukurannya secara jelas. Operasionalisasi variabel penelitian secara rinci diuraikan
pada Tabel 3.1
Tabel 3. 1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris Konsep Analitis Skala
Variabel Bebas
a) Produk baru diihat dari :
a) Performance (kinerja) diihat dari :
Manfaat penggunaan
3.5Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu proses pengadaan data untuk
keperluan penelitian dimana data yang terkumpul adalah untuk menguji hipotesis
yang telah dirumuskan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini didapatkan
dengan menggunakan teknik sebagai berikut :
1. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara
mengumpulkan data dan dokumen-dokumen yang sudah ada serta
berhubungan dengan variabel penelitian, tujuan digunakannya teknik studi
dokumenter ini adalah untuk mencari data yang berkaitan dengan
variabel-variabel yang di teliti baik berupa catatan,laporan maupun dokumen yang ada.
2. Angket/quesioner, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui
penggunaan daftar pertanyaan yang telah disusun dan disebar kepada
responden agar diperoleh data yang dibutuhkan.
3. Wawancara bertujuan untuk membantu dalam melengkapi pengumpulan data
yang tidak terdapat dalam angket.
3.6Teknik Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul sebeum digunakan didalam analisis data harus
diolah terlebih dahulu, adapun teknik pengolahan data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menyeleksi data, yaitu untuk melihat atau memeriks kejelasan dan benar
2. Mentabulasi data, yaitu suatu proses merubah data mentah dari responden
menjadi data yang bermakna. Data yang telah dikelompokan kemudian
dimasukan ke dalam tabel-tabel untuk dihitung berdasarkan aspek-aspek yang
dijadikan variabel penelitian untuk memudahkan dalam menganalisis data.
3. Menghitung ukuran-ukuran karakteristik berdasarkan variabel-variabel
4. Menganalisis data berdasarkan metode statistik yang dirancang.
5. Melakukan pengujian hipotesis yang telah digunakan dalam penelitian ini.
6. Membuat laporan penelitian.
3.7Teknik Analisis Data
Teknik analisa data dalam penelitian ini mengunakan analisis regresi
berganda (multiple regression). Sedangkan alat analisis yang digunakan yaitu
software SPSS. Dengan demikian, maka data yang bersifat ordinal pada penelitian
ini yaitu variabel inovasi produk, kualitas produk dan keunggulan bersaing harus
dubah dan ditingkatkan menjadi data interval melalui MSI Methods of Succesive
Interval (MSI). Salah satu kegunaan dari MSI dalam pengukuran adalah untuk
menaikkan pengukuran dari ordinal ke interval.
Langkah kerja Methods of Succesive Interval (MSI) adalah sebagai berikut :
a. Perhatikan tiap butir pernyataan, misalnya dalam angket.
b. Untuk butir tersebut, tentukan berapa banyak orang yang mendapatkan
(menjawab) skor 1,2,3,4,5 yang disebut frekuensi.
c. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut
d. Tentukan Proporsi Kumulatif (PK) dengan cara menjumlah antara proporsi
yang ada dengan proporsi sebelumnya.
e. Dengan menggunakan tabel distribusi normal baku, tentukan nilai Z
untuk setiap kategori.
f. Tentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan
menggunakan tabel ordinat distribusi normal baku.
g. Hitung SV (Scale Value) = Nilai Skala dengan rumus sebagai berikut:
)
h. Menghitung skor hasil tranformasi untuk setiap pilihan jawaban dengan rumus:
SVMin
SV
Y 1
Dimana K 1
SVMin
Permasalahan yang diajukan akan di proses dan kemudian dilakukan
pengolahan dengan menggunakan statistik parametrik. Model analisis yang
digunakan untuk melihat pengaruh antara variabel-variabel bebas terhadap
variabel terikat serta untuk menguji kebenaran dari hipotesis akan digunakan
model persamaan regresi berganda yang rumus penghitungan dari regresi
berganda tersebut adalah sebagai berikut :
Dimana :
Y adalah Keunggulan Bersaing X2 adalah Kualitas Produk
X1 adalah Inovasi Produk
3.7.1 Tes Validitas
Tes validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan dan kesahihan sesuatu instrumen. Dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan.Cara menguji validitas adalah:
1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur
2. Melakukan uji coba skala pengukur tersebut pada sejumlah responden
3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban
4. Menghitung korelasi antar masing-masing pernyataan dengan skor total
dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment:
R = Koefisien validitas yang dicari
X = Skor yang diperoleh dari subjek setiap item
Y = Skor total item instrumen
∑X = Jumlah skor dalam distribusi X
∑Y = Jumlah skor dalam distribusi Y
∑ = Jumlah kuadrat pada masing-masing skor X
∑ = Jumlah kuadrat pada masing-masing skor Y
Dalam hal ini kriterianya adalah :
rxy < 0,20 : Validitas sangat rendah 0,20 - 0,39 : Validitas rendah
0,40 - 0,59 : Validitas sedang/cukup 0,60 - 0,89 : Validitas tinggi
0,90 - 1,00 : Validitas sangat tinggi
Dengan menggunakan taraf signifikan α = 0,05 koefisien korelasi yang
diperoleh dari hasil perhitungan, dibandingkan dengan nilai tabel korelasi nilai r
dengan derajat kebebasan (n-2) dimana n menyatakan jumlah baris atau
banyaknya responden.
Jika r hitung r0,05 Instrumen valid
jika r hitung r 0,05 Instrumen tidak valid
3.7.2 Tes Relialibilitas
Tes reliabilitas digunakan sebagai alat pengumpul data yang dapat
dipercaya karena instrumen sudah baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat
keterandalan sesuatu. Uji reabilitas ini menggunakan rumus alpha karena data
berupa skor dari 1-5. Rumus mencari reliabilitas instrumen adalah:
r11 = Reliabilitas instrumen
2b
= jumlah varian butir
2 1
= varian total
Keputusannya dengan membandingkan r11 dengan r tabel, dengan ketentuan
sebagai berikut :
Jika r 11> r tabel berarti reliabel dan jika r 11< r tabel berarti tidak reliabel.
3.8Pengujian Asumsi Klasik
3.8.1 Uji Multikolinearitas
Pada mulanya multikoliniearitas berarti adanya hubungan linier yang
sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari
model regresi. Dalam hal ini variabel-variabel bebas ini bersifat tidak orthogonal.
Variabel-variabel bebas yang bersifat orthogonal adalah variabel bebas yang nilai
korelasi diantara sesamanya sama dengan nol. Terdapat beberapa metode yang
bisa dilakukan untuk mengetahui multikolinearitas diantaranya adalah :
1. Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai t hitung. Jika R2
tinggi (biasanya berkisar 0,7-1,0) tetapi sangat sedikit koefisien regresi
yang signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala
multikolinieritas.
2. Melakukan uji korelasi derajat nol. Apabila koefisien korelasinya
tinggi, perlu dicurigai adanya masalah multikolinearitas. Akan tetapi
tingginya koefisien korelasi tersebut tidak menjamin terjadi
3. Menguji korelasi antar sesama variabel bebas dengan cara meregresi
setiap Xi terhadap X lainnya. Dari regresi tersebut, kita dapatkan R2 dan
F. Jika nilai Fhitung melebihi nilai kritis Ftabel pada tingkat derajat
kepercayaan tertentu, maka terdapat multikolinearitas variabel bebas.
Dalam penelitian ini penulis untuk memprediksi ada atau tidaknya
multikolinearitas, penulis melihat dari nilai probabilitas hasil pengujian SPSS.
Apabila terjadi Multikolinearitas menurut Yana Rohmana (2010:150) disarankan
untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Tidak ada Perbaikan
Multikolinearitas akan tetap menghasilkan estimator yang BLUE karena
masalah estimator yang BLUE tidak memeerlukan asusmsi tidak adanya
korelasi antar variabel independen.
2. Dengan Perbaikan
Tindakan perbaikan yang dapat dilakukan apabila terdapat
multikolinearitas yang serius, yaitu sebagai berikut :
a. Menghilangkan variabel independen
b. Transformasi variabel
c. Penambahan data
3.8.2 Uji Heterokedastisitas
Salah satu asumsi model regresi linier klasik ialah bahwa varian dari setiap
merupakan bilangan konstan dengan simbol σ2
. Inilah asumsi heteroskedastisitas
atau sama (homo) penyebarannya (skedastisitas) maksudnya sama varian.
Dengan adanya heteroskedastisitas maka estimator OLS tidak akan
menghasilkan estimator yang Best Linear Unbiased Estimator (BLUE).
Konsekuensi jika varian yang minimum adalah :
1. Jika varian tidak minimum maka menyebabkan perhitungan standar eror
metode OLS menjadi tidak bisa dipercaya kebenarannya.
2. Akibat dari no.1 di atas, maka interval estimasi maupun uji hipotesis yang
didasarkan pada uji F tidak bisa lagi dipercaya untuk evaluasi hasil regresi
Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk mengetahui adanya
heteroskedastisitas, metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
White. Adapun langkah-langkah untuk uji white adalah:
1. Estimasi persamaan dan dapatkan residualnya
2. Lakukan regresi pada persamaan yang disebut regresi auxiliary
3. Hipotesis nol dalam uji ini adalah tidak ada heteroskedastisitas. Uji white
didasarkan pada jumlah sampeldegree of freedom sebanyak variabel
independen tidak termasuk konstanta dalam regresi auxiliry.
4. Ketentuannya adalah :
a.Jika nilai chi-sqare hitung (n, R2) lebih besar dari nilai x2 kritis dengan
derajat kepercayaan tertentu (α) maka heteroskedastisitas.
b.Jika nilai chi-sqare hitung (n, R2) lebih kecil dari nilai x2 kritis dengan
3.8.3 Uji Autokorelasi
Dalam suatu analisa regresi dimungkinkan terjadinya hubungan antara
variabel-variabel bebas atau korelasi sendiri, gejala ini disebut autokorelasi. Istilah
autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian
observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang.
Autokorelasi merupakan suatu keadaan dimana tidak adanya korelasi
antara variabel pengganggu (disturbance term) dalam multiple regression.
Faktor-faktor penyebab autokorelasi antara lain kesalahan dalam menentukan model,
penggunaan lag dalam model dan tidak dimasukannya variabel penting.
Konsekuensi adanya autokorelasi menyebabkan hal-hal berikut :
Parameter yang diestimasikan dalam model regresi OLS menjadi bias dan
varian tidak minim lagi sehingga koefisien estimasi yang diperoleh kurang
akurat dan tidak efisien.
Varians sampel tidak menggambarkan varians populasi, karena diestimasi
terlalu rendah (underestimated) oleh varians residual taksiran.
Model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menduga niai
variabel terikat dari variable bebas tertentu.
Uji tidak berlaku lagi, jika uji ttetap digunakan maka kesimpulan yang
Adapun cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi pada model
regresi, pada penelitian ini pengujian asumsi autokorelasi dapat diuji melalui
beberapa cara di bawah ini:
1) Uji Durbin Watson (DW), yaitu dengan cara membandingkan nilai DW
statistik dengan DW tabel.
Uji DW menurunkan niai kritis batas bawah (dt) dan batas atas (du)
sehingga jika nilai d hitung terleak diluar nilai kritis ini maka ada tidaknya
autokorelasi baik positif maupun negatif dapat diketahui. Penentuan ada
tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan jelas dalam tabel 3.2 dibawah
ini :
Tabel 3.2
Uji Statistik Durbin Watson
Nilai Statistik d Hasil
0 < d < d1
d1≤ d ≤ du
du≤ d ≤ 4 - du
4 - du≤ d ≤ 4 - d1
4 - d1≤ d ≤ 4
Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi positif
Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan
Menerima hipotesis nol; tidak ada autokorelasi
Positif/negatif
Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan
Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi positif
Salah satu keuntungan dari uji DW yang didasarkan pada residual
adalah bahwa setiap program komputer untuk regresi selalu memberi
1. Melakukan regresi metode OLS dan kemudian mendapatkan nilai
residualnya
2. Menghitung nilai d dari persamaan regresi
3. Dengan jumlah observasi (n) dan jumlah variabel independen tertentu
tidak termasuk konstanta (k), kita cari nilai kritis dL dan dU di statistik
Durbin Watson
4. Keputusan ada tidaknya autokorelasi didasarkan pada tabel diatas.
Dengan pedoman : bila nilai X2hitung lebih kecil dibandingkan nilai
X2tabel maka tidak ada autokorelasi. Sebaliknya bila nilai X2hitung lebih
besar dibandingkan nilai X2tabelmaka ditemukan adanya autokorelasi.
Nilai Durbin-Watson menunjukan ada tidaknya autokorelasi baik
positif atau negatif. Jika digambarkan adalah sebagai berikut:
2) Metode Uji Langrange Multilier (LM) atau Uji Breusch Godfrey yaitu
dengan membandingkan nilai X2tabel dengan X2hitung. Rumus untuk mencari
X2hitung sebagai berikut :
X2 = (n-1) R2
Dengan pedoman : bila X2hitung lebih keci dibandingkan nilai X2tabel
maka tidak ada autokorelasi. Sebaliknya bila nilai X2hitung lebih
besardibandingkan dengan niai X2tabel maka ditemukan adaya autokorelasi.
3.9Pengujian Hipotesis
3.9.1 Uji Parsial (uji t )
Uji t pada dasarnya menunjukkan “seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen.” (Gujarati, 2001:84). Dalam penelitian ini, berarti uji t digunakan untuk
mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen yang terdiri atas
inovasi produk dan kualitas produk terhadap keunggulan bersaing yang
merupakan variabel dependennya.
Rumus uji t adalah :
Dimana : r = Koefisien Regresi
n = Jumlah responden
Kriteria pengujian :
1. Menentukan taraf nyata (level of significant) sebesar 0,05 atau 5%
2. Menentukan derajat kebebasan (df) dimana df=n-2
3. Menentukan formula H0 dan Ha
H0 : β1,2= 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara inovasi
produk (X1), kualitas produk (X2) terhadap keunggulan bersaing (Y)
Ha: β1,2> 0, artinya ada pengaruh yang signifikan antara inovasi
produk(X1), kualitas produk (X2) terhadap keunggulan bersaing (Y).
4. Keputusan pengujian
a. Jika thitung>ttabel, maka hipotesis yang menyatakan ada pengaruh
positif antara inovasi produk(X1) terhadap keunggulan bersaing (Y)
atau antara kualitas produk (X2) terhadap keunggulan bersaing (Y)
adalah diterima.
b. Jika thitung<ttabel, maka hipotesis yang menyatakan tidak ada
pengaruh positif antara inovasi produk(X1) terhadap keunggulan
bersaing (Y) atau antara kualitas produk (X2) terhadap keunggulan
bersaing (Y) adalah ditolak.
3.9.2 Uji Simultan (uji F )
Pengujian hipotesis secara keseluruhan merupakan penggabungan variabel
X terhadap variabel terikat Y untuk diketahui seberapa besar pengaruhnya.
Dimana :
R2 = Koefisien korelasi berganda dikuadratkan
n = jumlah sampel
k = jumlah variabel bebas
Kriteria pengujian :
1. Menentukan taraf nyata (level of significant) 0,05 atau 5%.
2. Menentukan derajat kebebasan (df) Ftabel = 2; n-k-1
3. Menentukan formulasi H0 dan Ha
a. H0 : β1,2 = 0, artinya variabel X {inovasi produk (X1) dan kualitas
produk (X2) } secara bersama-sama tidak berpengaruh positif
terhadap variabel Y(keunggulan bersaing)
b. Ha : β1,2 ≤ 0, artinya variabel X {inovasi produk (X1) dan kualitas
produk (X2) } secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap
variabel Y(keunggulan bersaing)
4. Keputusan pengujian
b. Jika Fhitung>Ftabel, maka hipotesis yang menyatakan ada pengaruh
positif antara inovasi produk(X1), kualitas produk (X2) terhadap
c. Jika Fhitung<Ftabel, maka hipotesis yang menyatakan tidak ada
pengaruh positif antara inovasi produk(X1), kualitas produk (X2)
terhadap keunggulan bersaing (Y) adalah ditolak.
3.9.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Gujarati (2001:98) dijelaskan bahwa koefisien determinasi (R2)
yaitu angka yang menunjukkan besarnya derajat kemampuan menerangkan
variabel bebas terhadap variabel terikat dari fungsi tersebut. Koefisien determinasi
sebagai alat ukur kebaikan dari persamaan regresi yaitu memberikan proporsi atau
persentase variasi total dalam variabel tidak bebas (Y) yang dijelaskan oleh
variabel bebas (X). Rumus yang digunakan adalah :
Dimana :
R2 = Koefisien determinasi n = Jumlah observasi
ESS = Jumlah kuadrat residual TSS = Total jumlah kuadrat residual
K = Jumlah parameter (termasuk intersep)
Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0<R2<1), dengan ketentuan sebagai berikut :
- Jika nilai semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel
semakin erat atau baik.
- Jika nilai semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai pengaruh inovasi produk
dan kualitas produk terhadap keunggulan bersaing, dapat dikemukakan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Gambaran keunggulan bersaing pengusaha batik Trusmi di Kabupaten
Cirebon sudah baik karena termasuk kategori tinggi walaupun pada aspek
keunggulan biaya masih ada yang berada pada kategori sedang karena
beberapa faktor antara lain: terkadang masih kesulitan dalam
memperoleh bahan baku produksi, kesulitan mendapatkan harga bahan
baku murah dan kurangnya antusiasme melakukan pemasaran produk
secara online. Gambaran aspek inovasi produk dan kualitas produk sudah
baik karena termasuk kategori tinggi, walaupun untuk inovasi produk
pada menambah bentuk corak batik baru dan mengeluarkan bentuk
kemasan yang menarik dan berbeda berada pada kategori sedang.
2. Inovasi produk berpengaruh positif terhadap keunggulan bersaing. Artinya
semakin banyak atau sering inovasi produk yang dilakukan oleh
pengusaha batik Trusmi, maka keunggulan bersaing yang dimiliki akan
semakin besar dan sebaliknya jika inovasi produknya sedikit, maka akan
keunggulan bersaingnya akan rendah. Disaat sebuah perusahaan sering
Kejenuhan mereka pada produk yang itu-itu saja dan hampir seragam
dijual dibeberapa tempat lainnya hilang. Semakin banyaknya konsumen,
maka menandakan bahwa perusahaan itu lebih baik dan diminati daripada
perusahaan lain, dengan kata lain keunggulan bersaing perusahaan itu
lebih besar daripada para pesaing.
3. Kualitas produk berpengaruh positif terhadap keunggulan bersaing.
Artinya semakin tinggi kualitas produk yang diciptakan, akan semakin
tinggi pula keunggulan bersaingnya. Suatu barang yang tampilannya baik
ataupun harganya murah, tidak menjamin bahwa semua konsumen akan
lebih menyukainya. Sebaik apapun tampilannya, maupun semurah atau
semahal apapun harganya apabila cepat rusak, maka konsumen akan jera
untuk melakukan pembelian di waktu mendatang. Tetapi apabila kualitas
produk yang dirasakan oleh konsumen sesuai dengan yang mereka
harapkan tentu akan terjadi pembelian ulang. Dari terjadinya pembelian
yang berulang-ulang itulah sudah menandakan bahwa perusahaan
memiliki nilai lebih dan keunggulan bersaing lebih besar dibandingkan
pesaing.
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis rekomendasikan adalah sebagai
berikut :
1. Sebaiknya para pengusaha selalu meningkatkan kreativitasnya, menggali
bagaimana yang sekiranya akan diminati dan dibutuhkan oleh para
konsumen. Selain itu, para pengusaha harus selalu mengikuti
perkembangan jaman, mengetahui trend terkini karena bagaimanapun,
batik termasuk dalam bidang fashion yang akan terus berkembang dan
berubah sewaktu-waktu.
2. Para pengusaha hendaknya sering mengikuti workshop-worksop atau
seminar seputar batik khususnya untuk menambah pengetahuan dan
wawasan, bagaimana mengembangkan produk atau usahanya agar lebih
baik lagi serta berkembang.
3. Sebaiknya pengusaha, sering memberikan pelatihan untuk
pegawai/pekerjanya tentang bagaimana membatik yang baik dan benar
serta melayani konsumen dengan baik pula. Hal itu diperlukan, karena,
sisi sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sama pentingnya
dengan keunggulan produk bagi keunggulan bersaing sebuah usaha.
4. Para pengusaha sebaiknya bisa mencari peluang atau pangsa pasar baru,
berpromosi untuk memasarkan produknya sekaligus mempopulerkan
batik, tidak hanya sekedar menunggu konsumen datang ke
toko/showroom. Hal itu dapat dilakukan dengan mengikuti
pameran-pameran, membuat website, berjualan online ataupun bekerjasama
dengan pihak-pihak terkait/tertentu misal DESPERINDAG, KADIN dan
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Tertulis :
Agus Setiawan. (2008). Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keunggulan
Bersaing Pada Kendaraan Bermotor Honda Beat di Netral Jaya Motor
Tasikmalaya. Tidak diterbitkan. [online]. Tersedia :
http://dr-skripsi.blogspot.com/2010/11/pengaruh-kualitas-produk-terhadap.html.
Ajeng Nurnidaningsih. Pengaruh Inovasi Perusahaan
Terhadap Daya Saing Batik TRUSMI KAB.CIREBON
(Studi tentang Persepsi Konsumen Batik Trusmi mengenai Pengaruh Inovasi
Perusahaan). (2011). Bandung. UPI. Tidak diterbitkan.
Bayu Hadyanto Mulyono. (2008). Analisis Pengaruh Kualitas Produk dan
Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen (Studi Kasus Pada
Perumahan Puri Meiterania Semarang). Tidak diterbitkan. [online]. Tersedia
: http//eprints..undip.a.id/17230/
Buchari Alma. (2007). Manajemen Pemasaran da Pemasaran Jasa. Cetakan
ketujuh, Alfabeta, Bandung.
Fandy Tjiptono. (2008). Strategi Pemasaran, Edisi ke tiga. Yogyakarta.
Gasperz, Dr. Vincent. (2001). Ekonomi Manajerial Pembuat Keputusan Bisnis.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Humiras Hadi Purba. (2008). Inovasi Nilai Pelanggan Dalam Perencanaan &
Pengembangan Produk. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kotler, Philip. (2005). Manajemen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta : PT.Indeks
Kelompok Gramedia.
Lisda Rahmasari. (2004). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas
Produk dan Dampaknya terhadap Keungulan Bersaing Serta Kinerja
Pemasaran (Studi Kasus pada Industri manufaktur Semarang). Tidak
diterbitkan. [Online]. Tersedia: http://undip.ac.id/14687/1/2004MM3054.pdf
Mudrajat Kuncoro. (2005). Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif.
Erlangga.
Porter, Michael E. (2008). Competitive Advantage (Menciptakan dan
Mempertahankan Kinerja Unggulan). Kharisma Publishing Grup.
Renni Graphia. (2008). Pengaruh Produk Baru Terhadap Kepuasan Konsumen
Pada Batik Visa Cirebon. UNIKOM. Tidak Diterbitkan.
Riduwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Sadono Sukirno. (2005). Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta : PT. Raja Grafindo.
Persada.
Sensi Tribuana Dewi. (2006). Analisis Pengaruh Orientasi Pasar dan Inovasi
Produk Terhadap Keunggulan Bersaing Untuk meningkatkan Kinerja
Pemasaran (Studi pada Industri Batik di Kota dan kabupaten Pekalongan).
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Widi Dewi Ruspitasari. (2010). Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi.. Pentingnya
Strategi Inovasi Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing. Tidak
diterbitkan.
Yulia Sartika Risman. (2011). Pengaruh Kualitas Produk terhadap Keputusan
Pembelian Busana Muslim PT. Musaafir Setia Utama ( Survei Pada
Konsumen Busana Muslim PT. Musaafir Setia Utama Kota Bandung). UPI.
Yana Rohmana. (2010). Ekonometrika (Teori dan Aplikasi dengan EViews).
Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi . Bandung.
Desperindag Kab. Cirebon. 2010. Laporan Data Penjualan Batik Khas Cirebon.
Sumber Internet :
. Perkembangan batik menurun. [online]. Tersedia :
http//www.kabarindonesia.com/html/ [ 11/11/2012]
. China dominasi pasar batik. [online]. Tersedia :
http//www.pikiranrakyat.com/html/ [ 14/11/2011]
. Omset batik lokal menurun. [online]. Tersedia :
. Penyesuaian hadapi serbuan barang China. [online]. Tersedia :
http//www.kompas.co.id/html/ [20/01/2012]
. Motif batik Mega Mendung [online]. Tersedia : http// www.
id.wikipedia.org/html/ [06/10/2012]
. Batik Mega Mendung di tangan desainer Malayia [online]. Tersedia :
http://finunu.wordpress.com/html/ [06/10/2012]
. Mega Mendung di Amerika [online]. Tersedia : http://