• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI BERBANTUAN MEDIA KARTU GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK TK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI BERBANTUAN MEDIA KARTU GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK TK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI BERBANTUAN MEDIA KARTU GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BAHASA ANAK TK

Ni Luh Eni Agustini 1, A. A. Gede Agung,2Ni Ketut Suarni,3

Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini1, Teknologi Pendidikan2, Bimbingan Konseling3 UniversitasPendidikanGanesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:[email protected]1, [email protected]2, [email protected]3

Abstrak

Perkembangan bahasa anak kelompok A TK Kumara Sari Denpasar sebelum dilakukan penelitian ditemukan bahwa persentase perkembangan bahasanya hanya mencapai 55% yaitu berada pada criteria sangat rendah. Hal ini diduga karena anak belum mampu menyampaikan pesan secara lisan dimana guru hanya menerapkan model pembelajaran secara monoton dan kurang menarik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan anak dalam bidang pengembangan kemampuan bahasa melalui penerapan model pembelajaran artikulasi berbantuan media kartu gambar pada anak kelompok A semester II di Taman Kanak-Kanak Kumara Sari tahun ajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa TK Kumara Sari Semester II di KelompokA, pada Tahun Akademik 2013/2014. Data kemampuan berbahasa dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi. Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan statistic deskriptif. Hasil analisis data menunjukan bahwa terjadi peningkatan kemampuan bahasa anak pada siklus I sebesar 59,06% yang berada pada kategori rendah ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 85,62% yang berada pada kategori tinggi. Ada peningkatan kemampuan bahasa anak sebesar 26,56% setelah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model artikulasi berbantuan media kartu gambar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran artikulasi berbantuan media kartu gambar dapat meningkatkan pengembangan kemampuan bahasa anak.

Kata kunci :model pembelajaran artikulasi, media kartu gambar, kemampuan bahasa.

Abstract

Language development of children in group A TK Kumara Sari Denpasar before doing the study found thet percentage of language development only reach 55% which is at the very low criteria. In this case because of the students not interest to express their language, which the teacher just apply monotone and not attractive learning. This research was aimed to determine the improvement in concept development of language ability through the model of articulation learning by using media of pictures card in group A the second semester at Kumara Sari Kindergarten in academic year 2013/2014. This research was an action research. This research was done in two cycles. The subjects of this study were the students of Kumara Sari Kindergarten in group A the second semester in academic year 2013/2014. The data of the development about language ability was collected by using the method of observation instrument. Data were analyzed by using descriptive statistics. The results of data analysis showed that there was an improvement in language ability at the first cycle 59,06% which was in the low category.

There was an improvement in the second cycle85,62% which is in the high category. The improvement in achievement language ability was 26,56% after apply the model of articulation learning by using media of pictures card. It could be concluded that the model of articulation learning by using media of pictures card could improve the students’s language ability.

Key words :model of articulation learning, pictures card media, language ability.

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling fundamental untuk dasar-dasar pendidikan berikutnya, sehingga apapun yang kita berikan kepada anak pada usia ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya.

Dimana hal ini dituangkan didalam Undang- Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional dinyatakan bahwa:

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiaspan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Taman Kanak-kanak untuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun sebagai jenis layanan sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang ada, baik dalam jalur pendidikan formal,non formal dan informal.

Muba (2009) menyatakan “Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pelayanan pendidkan bagi anak usia dini (0-6) yang dilakukan dilingkungan keluarga, sekolah, lembaga atau tempat pengasuhan anak yang berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak, agar dapat berkembang secara optimal dan memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan dasar”.

Sejalandengan yang tercantum pada Peraturan Menter iPendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009 bahwa“ tujuan pendidikan Taman Kanak- kanak adalah membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi ruang lingkup perkembangan nilai agama dan moral, fisik/motorik, kognitif, bahasa, serta social emosional kemandirian”.

Dari beberapadefinisi PAUD yang dijabarkan diatas sudah sangat jelas menggambarkan betapapentingnya pendidik anak usiadini sebagai langkah awal untuk menapaki dunia pendidikan.

Untuk itu kita sebagai seorang pendidik harus mengetahui karakteristik yang dimiliki oleh anak usia dini secara umum. Adapun

beberapa karakteristik umum yang muncul pada anak usia dini tersebut antara lain:

rasa ingin tahu yang besar, merupakan pribadi yang unik, suka berfantas idan berimajinasi, masa paling potensial untuk belajar, menunjukkan sikap egosentris, mempunyai rentang daya konsentrasi yang pendek, sebagai bagian dari makhluk sosial (Us, 2013)

Pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pada usia tersebut bisa dikatakan sebagai the golden age, yaitu masa keemasan pada manusia seutuhnya yang membuat anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Tugas utama seorang pengajar adalah menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang mencakup kegiatan belajar dan mengajar. Kegiatan pembelajaran dilakukan berdasarkan rencana yang terorganisir secara sistematis yang mencakup tujuan pembelajaran, materi pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang mencakup metode dan media pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan umpan balik pembelajaran.

Selanjutnya anak akan mencapai tingkat perkembangan yang optimal apabila pembelajaran dilakukan memenuhi prinsip- prinsip pembelajaran anak usia dini. Hartati (dalam Partana) mengungkapkan prinsip- prinsip pembelajaran tersebut sebgai berikut. Berangkat dari yang dimiliki anak, Belajar harus menantang pemahaman anak, Belajar dilakukan sambil bermain, Menggunakan alam sebagai sarana belajar, Belajar dilakukan melalui sensori, belajar membekali keterampilan hidup, dan belajar sambil melakukan. Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan tingkah laku atau kompetensi pada anak setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Salah satu perkembangan anak yang sedang berkembang saat usia Taman Kanak-Kanak adalah kemampuan bahasa karena sebelum anak belajar pengetahuan- pengetahuan lain, anak perlu menggunakan bahasa agar dapat memahaminya dengan baik. Bahasa merupakan alat komunikasi berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh

(3)

indera manusia. Bahasa yang dalam bahasa Inggrisnya disebut language berasal dari bahasa Latin yang berarti

“Lidah” (Arini,dkk, 2007: 1). Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Muslich, 2007: 14) disebutkan bahwa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, ada empat keterampilan berbahasa yang selalu menjadi acuan utama dalam penyusunan standar kompetensi lulusan.

Empat aspek keterampilan berbahasa tersebut terdiri atas menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat komponen itu berhubungan erat satu sama lain, dan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam berkomunikasi.

Sebelum anak belajar pengetahuan- pengetahuan lain, anak perlu menggunakan bahasa agar dapat memahaminya dengan baik. Bahasa diartikan sebagai alat komunikasi berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh indera pengecap manusia.

Badudu (dalam Dhieni, 2007: 1.11) mengungkapkan bahwa bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antar anggota masyarakat yang terdiri dari individu- individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya.

Pemerolehan bahasa pada tiap individu telah dimulai sejak kecil (anak usia dini).

Slobin (dalam Iskandarwassid dan Sunendar, 2011: 84) mengemukakan bahwa setiap pendekatan modern terhadap pemerolehan bahasa dibangun sejak semula oleh anak, memanfaatkan aneka kapasitas bawaan sejak lahir yang beraneka ragam dalam interaksinya dengan pengalaman-pengalaman dunia fisik dan sosial. Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, dan membaca yang sangat mendukung kemampuan keaksaraan di tingkat yang lebih tinggi.

Penguasaan bahasa sangat erat kaitannya dengan kemampuan kognisi anak. Perkembangan bahasa anak usia Taman Kanak-Kanak memang masih jauh dari sempurna. Namun demikian potensinya dapat dirangsang lewat komunikasi yang aktif dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

Kualitas bahasa yang digunakan orang- orang yang dekat dengan anak-anak akan

mempengaruhi keterampilan dalam berbicara atau bahasa.

Kemampuan berbicara seseorang tidak lepas dari kemampuan menyimak. Secara alamiah, setiap orang yang normal belajar berbahasa melalui proses menyimak pada akhirnya akan belajar berbicara. Begitu pula sebaliknya, apabila anak belajar berbahasa melalui proses berbicara, akhirnya akan belajar menyimak.

Menyimak (Anderson dalam Dhieni, 2007: 4.6) bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Sementara itu Tarigan (dalam Dhieni, 2007: 4.6) bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

Melalui pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah kegiatan mendengarkan secara aktif dan kreatif untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan secara lisan.

Kegiatan keterampilan menyimak merupakan keterampilan yang paling sering dilakukan diantara tiga keterampilan berbahasa lainnya. Bromley (dalam Dhieni, 2007: 4.7) menyatakan bahwa ada dua alasan mengajari anak mendengarkan. Dua alasan tersebut yaitu, anak dan orang dewasa sebaagian besar menghabiskan waktunya untuk mendengar, kemampuan mendengarkan sangat penting tidak hanya belajar di dalam kelas tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Karenna hal-hal tersebutlah kemampuan menyimak memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, tidak terkecuali dalam kehidupan anak.

Sabarti (dalam Dhieni, 2007: 4.7) mengemukakan bahwa menyimak berperan sebagai dasar belajar bahasa, membaca, dan menulis, penunjang komunikasi lisan, penambah informasi atau pengetahuan.

Selanjutnya Dhieni (2007: 4.7) menguraikan keterampilan menyimak dapat berfugsi untuk: Menjadi dasar belajar bahasa, baik

(4)

bahasa pertama maupun bahasa kedua, Menjadi dasar pengembangan kemampuan bahasa tulis (membaca dan menulis), Menunjang keterampilan berbahasa lainnya, Memperlancar komunikasi lisan, Memperoleh informasi dan pengetahuan.

Apabila bahasa pembicara sama dengan bahasa penyimak, maka penyimak akan dapat mengetahui ciri-ciri pembicara berdasarkan hasil simakannya. Selain itu, penyimak akan memperoleh tambahan perbendaharaan kata yang dapat meningkatkan keterampilan berbahasanya.

Adapun tujuan menyimak menurut Tarigan (dalam Dhieni, 2007: 4.9) yaitu untuk belajar, untuk memecahkan masalah, untuk mengevaluasi, untuk mengapresiasi, untuk mengkomunikasikan ide-ide, untuk mengemukakan bunyi-bunyi, untuk meyakinkan.

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa kemampuan menyimak sangat erat kaitannya dengan kemampuan berbicara. Sehingga seseorang yang belajar menyimak, selanjutnya secara alamiah akan belajar mengkomunikasikan hal yang disimaknya (berbicara).

Berbicara bukanlah sekedar pengucapan kata atau bunyi, tetapi merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan, atau mengkomunikasikan pikiran, ide, maupun perasaan. Tujuan berbicara adalah untuk memberitahukan melaporkan, menghibur, membujuk, dan meyakinkan seseorang.

Hurlock (dalam Dhieni, 2007: 3.6) mengemukakan dua kriteria untuk mengukur tingkat kemampuan berbicara anak, apakah anak berbicara secara benaratau hanya sekedar “membeo”

sebagai berikut: Anak mengetahui arti kata yang digunakan dan mampu menghubungkannya dengan objek yang diwakilinya. Anak mampu melafalkan kata- kata yang dapat dipahami orang lain dengan mudah. Anak memahami kata-kata tersebut bukan karena telah sering mendengar atau menduga-duga.

Keterampilan berbicara mensyaratkan adanya pemahaman minimal dari pembicara dalam membentuk sebuah kalimat. Sebuah kalimat, betapapun kecilnya, memiliki struktur dasar yang saling

bertemali sehingga mampu menyajikan sebuah makna.

Iskandarwassid dan Sunendar (2011:

240) menyatakan dalam konteks komunikasi, pembicara berlaku sebagai pengirim signal (sender), sedangkan penerima (receiver) adalah penerima warta (message). Warta terbentuk oleh informasi yang disampaikan sender, dan message merupakan objek dari komunikasi.

Feedback muncul setelah warta diterima, dan merupakan reaksi dari penerima pesan. Tujuan keterampilan berbicara akan mencakup pencapaian hal-hal berikut (Iskandarwassid dan Sunendar, 2011: 242) : Kemudahan berbicara, yaitu anak harus mendapat kesempatan yang besar untuk berlatih berbicara sampai mereka mengembangkan keterampilan ini secara wajar, lancar, dan menyenangkan, baik di dalam kelompok kecil maupun di hadapan pendengar umum yang lebih besar jumlahnya. Kejelasan, dalam hal ini anak berbicara dengan tepat dan jelas, baik artikulasi maupun diksi kalimat-kalimatnya.

Gagasan yang diucapkan hrus tersusun dengan baik. Dengan latihan berdiskusi yang mengatur cara berfikir yang logis dan jelas, kejelasan berbicara tersebut dapat dicapai. Bertanggung jawab, dapat diartikan sebagai latihan berbicara yang bagus menekankan pembicara untuk bertanggung jawab agar berbicara secara tepat, dan dipikirkan dengan sungguh-sungguh mengenai apa yang menjadi topik pembicaraan, tujuan pembicaraan, siapa yang diajak berbicara, dan bagaimana situasi pembicaraan serta momentumnya.

Latihan demikian akan menghindarkan anak dari berbicara yang tidak bertanggung jawab atau bersilat lidah yang mengelabui kebenaran. Membentuk pendengaran yang kritis, dapat diartikan sebagai latihan berbicara yang baik sekaligus mengembangkan keterampilan menyimak secara tepat dan kritis juga menjadi tujuan utama program ini. Disini anak perlu belajar untuk mengevaluasi kata-kata, niat, dan tujuan pembicara yang secara emplisit mengajukan pertanyaan. Membentuk kebiasaan, yaitu kebiasaan berbicara tidak dapat dicapai tanpa kebiasaan berinteraksi dalam bahasa yang dipelajari atau bahkan dalam bahasa ibu. Faktor ini demikian

(5)

penting dalam membentuk kebiasaan berbicara seseorang.

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak usia dini adalah model pembelajaran artikulasi. Artikulasi berasal dari kata articulate yang artinya pandai berbicara, pandai mengeluarkan pikiran dan mengucapkan kata-kata dengan jelas.

Artikulasi juga merupakan salah satu model pembelajaran yang baru. Model pembelajaran artikulasi (Santoso, 2011) merupakan model yang prosesnya seperti pesan berantai, artinya apa yang telah diberikan guru, seorang siswa wajib meneruskan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Di sinilah keunikan model pembelajaran ini. Siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai

‘penerima pesan’ sekaligus berperan sebagai ‘penyampai pesan’.

Model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang masing-masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang baru dibahas. Konsep pemahaman sangat diperlukan dalam model pembelajaran ini.

Model Pembelajaran Artikulasi memiliki tujuan untuk membantu siswa cara mengungkapkan kata-kata dengan jelas dalam mengembangkan pengetahuan, pemahaman serta kemampuan yang dimiliki sehingga siswa dapat membuat suatu keterhubungan antara materi dengan disiplin ilmu. Melalui model pembelajaran ini siswa diharapkan mampu bernalar dan berkomunikasi secara baik dalam suatu masalah.

Sebagai penunjang untuk mencapai tujuan yang dimaksud, maka terdapat konsep-konsep dasar dalam Artikulasi yakni (Bastiar, 2013) : Materi, yaitu artikulasi di organisasikan dengan memilih materi yang berbeda-beda antar siswa dalam satu kelompok. Keterhubungan, yaitu artikulasi menekankan pada keterhubungan yang signifikan antara sub-sub pokok bahasan dalam satu materi. Penalaran, yaitu artikulasi membantu siswa untuk tumbuh sesuai dengan kemampuan untuk bernalar

secara efektif dengan mempresentasikan informasi yang berhubungan dengan materi yang diperoleh dari guru. d) Teknologi, yaitu pendekatan dalam model pembelajaran Artikulasi merefleksikan proses perolehan informasi yang didapat dari guru dan menerapkan pengetahuan siswa dalam memecahkan masalah.

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Artikulasi menurut Bastiar (2013) yakni: Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, Guru menyajikan materi sebagaimana biasa, Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang, Suruhlah seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengarkan sambil membuat catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lain Suruh siswa secara bergiliran atau diacak menyampaikan hasil wawancara dengan teman pasangannya, sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya, Guru mengulangi atau menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa, Kesimpulan atau penutup.

Seperti halnya berbagai jenis model pembelajaran, model pembelajaran artikulasi juga memiliki berbagai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran artikulasi menurut Santoso (2011) antara lain:Kelebihan model pembelajaran artikulasi, Semua siswa terlibat (mendapat peran), Melatih kesiapan siswa, Melatih daya serap pemahaman dari orang lainCocok untuk tugas sederhana, Interaksi lebih mudah, Lebih mudah dan cepat membentuknya, dan Meningkatkan partisipasi anak.

Kelemahan model pembelajaran artikulasi,Untuk mata pelajaran tertentu, Waktu yang dibutuhkan banyak, Materi yang didapat sedikit, Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor, Lebih sedikit ide yang muncul, Jika ada perselisihan tidak ada penengah.

Adapun manfaat Pembelajaran Artikulasi bagi siswa (Bastiar: 2013) antara lain:Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, Rasa harga diri menjadi lebih tinggi, Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar, Perilaku mengganggu

(6)

lebih kecil, Konflik antar pribadi berkurang, Pemahaman yang lebih mendalam, Motivasi lebih besar, Hasil belajar lebih tinggi, Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

Pengalaman siswa terhadap dunia nyata pada umumnya dapat dibentuk melalui media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran yang diintegrasikan dengan tujuan dan isi pelajaran dimaksudkan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. Soeparno (dalam Djuanda, 2006:102) menyatakan media adalah “suatu alat yang dipakai sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan pesan atau informasi dari sumber kepada penerima pesan.” Sedangkan media pembelajaran menurut Sudirman dalam Djuanda (2006: 102), adalah “segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat, serta perhatian siswa agar proses belajar terjadi”.

Selain menggunakan model pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran, hendaknya guru juga menggunakan media pembelajaran untuk mempermudah proses penerimaan informasi bagi anak. Ketiadaan sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran seringkali menyebabkan guru hanya mengajar dengan metode ceramah dengan bantuan media seadanya bahkan seringkali mengajar tanpa bantuan media yang mendukung untuk pemahaman anak terhadap materi yang diajarkan. Sementara anak usia dini pada prinsipnya lebih mudah menangkap hal-hal yang sifatnya konkret daripada yang sifatnya abstrak. Media sangat diperlukan untuk mengkonkretkan sesuatu hal untuk mempermudah pemahaman anak. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu memilih dan menerapkan pendekatan pembelajaran serta media pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan berbahasa anak.

Salah satu jenis media pembelajaran yang digunakan untuk memperjelas pesan, untuk keterbatasan ruang karena obyek terlalu besar, kejadian di masa lalu atau

jauh ialah dengan menggunakan gambar.

Selain dapat menjelaskan berbagai hal, gambar juga mudah diperoleh. Melalui gambar siswa dapat menerjemahkan ide- ide abstrak dalam bentuk lebih realistis.

Media kartu gambar merupakan sebuah media pembelajaran yang meghadirkan gambar di dalam media kartu.

Basuki dan Farida (dalam Ian, 2010) mengemukakan bahwa kelebihan media gambar adalah sebagai berikut, Umumnya murah harganya, Mudah didapat, Mudah digunakan, Dapat memperjelas suatu masalah, Lebih realistis, Dapat membantu mengatasi keterbatasan pengamatan, Dapat mengatasi keterbatasan ruang.

Model pembelajaran artikulasi berbantuan media kartu gambar adalah sebuah model pembelajaran yang mengutamakan pada ketepatan kemampuan mengomunikasikan pesan oleh anak. Pesan berantai yang diberikan guru dituangkan melalui media kartu gambar. Melalui kartu gambar tersebut anak ditugaskan untuk mengkomunikasikan isi pesan berantai kepada teman sekelompoknya. Pada saat itulah anak melatih kemampuan berbahasanya dalam hal berbicara dan menyimak.

Siswa sebagai subjek pembelajaran merupakan kunci utama bagi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dicanangkan. Untuk itulah kesiapan anak dituntut dalam menerima pelajaran, kesiapan tersebut meliputi kesiapan mental, kondisi fisik, bakat dan tingkat kecerdasan.Selain kesiapan anak, kesiapan guru memiliki peran penting bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Adapun kesiapan guru yang diharapkan di antaranya dapat mengelola kelas, dapat menggunakanmodeldan media yang tepat dalam melakukan kegiatan pembelajaran, dapat memilih alat peraga yang sesuai dengan materi yang disajikan, serta menguasai materi pembelajaran.

Anak yang lebih besar tidak hanya belajar banyak kata baru tetapi juga mempelajari arti baru dari kata-kata lama.

Hal ini selanjutnya memperbanyak kosa kata. Disamping mempelajari kata-kata baru dalam kosa kata umum, anak menambah kosa kata khusus. Kosa kata yang terdiri dari kata-kata yang berarti

(7)

khusus dan penggunaan yang terbatas.

Kesalahan dalam pengucapan kalimat lebih sedikit pada usia ini dari pada sebelumnya.

Sebuah kalimat baru yang pertama kali diucapkan dengan tidak tepat dan di dengar oleh anak, maka setelah beberapa kali mendengar pengucapan yang benar, anak sudah mampu mengucapkannya secara benar.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti, ditemukan bahwa perkembangan bahasa anak di kelompok A tergolong rendah dengan nilai rata-rata 55% dan aktivitas siswa di dalam proses pembelajaran kurang aktif.

Jika dilihat dari kenyataan, masih banyak guru yang kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam memilih dan mengaplikasikan berbagai metode, model, teknik, strategi, ataupun pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa ingin tahu, minat, dan motivasi belajar siswa.

Bertolak dari latar belakang diatas penulis akan melaksanakan penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Artikulasi Berbantuan Media Kartu Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Pada Anak Kelompok A di Taman Kanak-Kanak Kumara Sari Tahun Ajaran 2013/2014.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada semester II di TK Kumara Sari Denpasar Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, tahun pelajaran 2013/2014.

Subjek penelitian ini adalah anak TK kelompok A di TK Kumara Sari Denpasar yang berjumlah 20 orang dengan 12 anak perempuan dan 8 anak laki-laki. Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah model pembelajaran artikulasi berbantuan media kartu rgambar untuk meningkatkan kemampuan bahasa.

Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Agung (2010: 2) menyatakan “PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional”.

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari beberapa tahapan yaitu pertama, rencana tindakan.

Kegiatan yang dilakukan pada rencana tindakan ini adalahmenyamakan persepsi dengan guru mengenai kemampuan bahasa pada anak usia dini, menyiapkan materi yang akan diajarkan, menyusun rencana kegiatan harian (RKH), menyiapkan media gambar, serta menyiapkan instrumen penilaian berupa pedoman observasi.Kedua, pelaksanaan.

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana kegiatan harian (RKH) yang telah dipersiapkan. Ketiga, evaluasi/observasi. Evaluasi dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui hasil dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati guru dan anak dalam proses pembelajaran di kelas. Kegiatan observasi meliputi: (1) mengobservasi guru dalam mengajar di kelas dari membuka pelajaran, menyampaikan materi sampai menutup pelajaran, dan (2) mengobservasi anak dalam proses bermain. Keempat, refleksi.

Tahap refleksi dilakukan untuk melihat, mengkaji dan mempertimbangkan dampak tindakan yang telah diberikan. Berdasarkan hasil refleksi maka dapat dilakukan perbaikan kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rencana refleksi ini adalah mengkaji hasil penelitian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dan jika terjadi kendala, akan dicari pemecahan masalahnya untuk direncanakan tindakan pada siklus selanjutnya.

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi.

Menurut Agung (2010: 68) menyatakan bahwa “metode observasi adalah suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu”.

Observasi dilakukan terhadap kegiatan anak dalam menggunakan media kartubergambar melalui kegiatan kemampuan bahasa. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan pada saat pelaksanaan

(8)

tindakan pada masing-masing siklus dengan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar observasi.Adapun lembar observasi untuk penilaian kemampuan bahasa dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rubrik Penskoran Kemampuan Bahasa

No Indikator Skor

1 2 3 4 1. Menirukan

kembali 3-4 urutan kata.

2. Mengulang

kembali kalimat sederhana.

3. Menyebutkan kembali kata-kata yang baru di dengar.

4. Menyebutkan nama benda yang diperlihatkan.

Keterangan:

1 : Belum Berkembang (BB) 2 : Mulai Berkembang (MB)

3 : Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 4 : Berkembang Sangat Baik (BSB)

Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan metode analisi statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Agung menyatakan bahwa ada dua jenis metode analisis statistik yaitu metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik inferensial. Dalam hubungan ini Agung (2010: 76) menyatakan bahwa: Metode analisis statistik deskrptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus- rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik angka rata-rata (Mean), media (Me), modus (Mo), untuk menggambarkan keadan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum. Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2010: 76).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilaksanakan di kelompok A TK Kumara Sari Denpasar dengan jumlah siswa 20 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus dimana siklus I terdiri dari delapan kali pertemuan, yaitu delapan kali pertemuan untuk pembelajaran dan untuk evaluasi setelah melakukan pembelajaran, sedangkan pada siklus II terdiri dari empat kali pertemuan yaitu empat kali pertemuan untuk pembelajaran dan untuk evaluasi penilaian dilakukan setelah melakukan pembelajaran.

Siklus I, pertemuan satu sampai empat RKH (lampiran), dan diadakan evaluasi penilaian setelah setelah pembelajaran pada siklus I (lampiran). Sedangkan siklus II untuk pertemuan pertama sampai empat penerapan RKH (lampiran), dan diadakan evaluasi penilaian setelah pembelajaran pada siklus II (lampiran).

Data yang dikumpulkan adalah mengenai hasil belajar anak terhadap

kemampuan bahasa dengan

mediakartubergambar. Selanjutnya data yang telah didapat tersebut dianalisis dengan menggunakan model-model yang telah diterapankan sebelumnnya. Hasil analisisnya dipaparkan sebagai berikut.

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu bulan Maret sampai bulan April 2014

Pada siklus I diperoleh rata-rata(mean) sebesar 9,45 nilai tengah (median) sebesar 10, dan nilai yang paling banyak muncul (modus) sebesar 10. Jika, nilai mean, median, dan mous tersebut digambarkan kedalam kurva polygon, maka akan membentuk kurve polygon juling negatif (Mo=Me<M). Untuk menentukan tingkat belajar siswa maka, rata-rata dibandingkan dengan kriteria Penilaian Acuan patokan.

Perbandingan rata-rata presentase yang diperoleh yaitu 59,06 berada pada kategori 50-59% yang tergolong pada kategori rendah. Jadi, hasil belajar siswa kelompok A TK Kumara Sari Denpasar dalam perkembangan bahasa siklus I berada pada

(9)

kategori rendah.

Gambar 2. Kurva Polygon Siklus I

Dari hasil refleksi siklus I, maka siklus II perlu lebih meningkatkan proses belajar dengan perkembangan bahasa. Hal ini dapat dilakukan dengan menyesuaikan metode yang dipakai dan beberapa media yang mendukung pembelajaran. Pada siklus II lebih ditekankan pada penerapan metode ini diharapkan siswa dapat menerima pelajaran dengan baik, sehingga perkembangan anak akan lebih optimal.

Pada siklus II diperoleh rata-rata (mean) sebesar 13,7, nilai tengah (median) sebesar 10,00 dan nilai yang paling banyak muncul (modus) sebesar 12,00. Jika, nilai mean, median, dan modus tersebut digambarkan ke dalam kurve poligon, maka akan membentuk kurve poligon juling negatif (Mo>Me<M). Untuk menentukan tingkat belajar siswa, maka rata-rata dibandingkan dengan kriterian Penilaian Acuan Patokan.

Perbandingan rata-rata prensentase yang diperoleh yaitu 85,62% berada pada kategori 80-89% yang tergolong pada kategori tinggi. Jadi, perkembanganbahasa siklus II berada pada kategori tinggi.

Gambar 3. Kurva Polygon Siklus II

Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan metode pemberian tugas berbantuan media gambar ternyata dapat meningkatkan perkembangan bahasa di TK Kumara Sari.

Selanjutnya berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya perkembangan bahasa siswa berada pada kategori tinggi, yaitu proses pada saat pembelajaran guru sudah mampu menyesuaikan dengan model pembelajaran artikulasi yang digunakan sehingga perkembangan bahasa anak menjadi meningkat.

Kenyataan ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran artikulasi berbantuan media kartu gambar ternyata sangat efektif meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Oleh karenanya para guru sangat perlu menerapkan metode pemberian tugas secara intensif dan berkelanjutan guna meningkatkan hasil belajar siswa.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di urutkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran artikulasi berbantuan media kartu gambar dapat meningkatkan perkembangan bahasa kelompok A semester II pada anak TK Kumara Sari Denpasar tahun pelajaran 0

1 2 3 4 5 6

7 8 9 10 11 12

0 1 2 3 4 5 6 7 8

11 12 13 14 15 16

Mo,Me = 10

M = 9,45 Me = 10

Mo = 12

M = 13,7

(10)

2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan rata-rata pada sisklus I adalah 59,06% yang berada pada kategori rendah dan rata-rata pada siklus II sebesar 85,62%

berada pada kategori tinggi. Pelaksanaan tindakan ini secara keseluruhan dapat dikatakan berhasil karena telah memenuhi kriteria keberhasilan yaitu daya serap minimal mencapai katagori tinggi dan ketuntasan klasipikasi minimal 80%.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, maka dapat diajukan beberapa saran yaitu,kepada anak disarankan untuk dapat termotivasi dalam meningkatkan kemampuan bahasa melalui permainan pesan berantai dengan media gambar.

Kepada guru disarankan untuk dapat meningkatkan kreatifitas dan kemampuan dalam membuat media gambar yang lebih inovatif dan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak. Kepada Kepala Sekolah disarankan mampu memberikan suatu informasi mengenai media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelanjaran sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif, efisien dan inovatif.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2010. Metodologi Pendidikan, Suatu Pengantar.

Singaraja:FIP Undiksha.

---, 2010.Evaluasi Pendidikan, Suatu Pengantar. Singaraja: FIP Undiksha.

Arini, dkk. 2007. Pendidikan Bahasa Indonesia 1 (Materi dan Metodologi Dasar Bahasa Indonesia). Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha.

Bastiar, Bernandus. 2013. Model Artikulasi.

Tersediapadahttp://pejantann.blogspot.c om/2013/02/model-artikulasi.html.

(diaksestanggal 6 Oktober 2013).

Dhieni, Nurbiana. 2007. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta:

Universitas Terbuka

Djuanda, Dadan. 2006. Pembelajaran bahasa Indonesia yang Komunikatif dan Menyenangkan. Jakarta: Depdiknas.

Ian. 2010. Kelebihandan Keterbatasan Media Gambar. Tersedia pada http://ian43.wordpress.com/2010/12/17/k elebihan-dan-keterbatasan-media-

gambar/.(diaksestanggal 7 Okober 2013) Iskandarwassid dan Sunendar. 2011.

Strategi Pembelajaran Bahasa.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Muslich, Masnur. 2007. KTSP DasarPemahaman dan Pengembangan.

Jakarta:BumiAksara.

Santoso, Ras Eko Budi. 2011. Model Pembelajaran Artikulasi.

http://www.raseko.com/2011/05/model- pembelajaran-artikulasi.html.

(diaksestanggal 6 Oktober 2013).

Us,Muanmar.2013.

KarakteristikUmumAnakUsiaDini.

Tersediapadahttp://mumhh.blogspot.com /2013/05/karakteristik-umum-anak-usia- dini.html.(diaksestanggal 6 Oktober 2013).

Gambar

Gambar 2. Kurva Polygon Siklus I

Referensi

Dokumen terkait

Proses produksi etanol dari lignoselulosa tanaman jagung yang terdiri dari delignifikasi, hidrotermolisis, sakarifikasi dan ko-fermentasi simultan, dan pemurnian

Dari hasil pemeriksaan sarang nyamuk / jentik nyamuk pada minggu pertama di Desa Gisik Cemandi menunjukkan bahwa dari 71 rumah warga yang dilakukan pemeriksaan,

Permasalahan anak tersebut dapat diatasi dengan mengembangkan kemampuan kognitif anak khususnya dalam mengklasifikasikan benda menurut warna, bentuk dan ukuran melalui

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dicoba mengadakan suatu penelitian tindakan kelas dengan penerapan model pembelajaran make a match berbantuan media

Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada saat penerapan metode mind mapping berbantuan media kartu gambar untuk meningkatkan kemampuan bahasa menggunakan

Dalam proses pendidikan di pendidikan anak usia dini (PAUD) kegiatan pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Berhasil tidaknya tujuan pengajaran banyak

Melalui proses perbaikan kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I maka pada pelaksanaan di siklus II telah tampak adanya peningkatan proses pembelajaran

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Students Team Achievement Division (STAD) ini yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak berbantuan media