• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek analgesik infusa daun Macaranga tenarius L. pada mencit betina galur Swiss - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Efek analgesik infusa daun Macaranga tenarius L. pada mencit betina galur Swiss - USD Repository"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

D M

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh : Dina Wulandari NIM : 078114089

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2010

(2)

EFEK ANA PA

D M

i

NALGESIK INFUSA DAUNMacaranga tan PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh : Dina Wulandari NIM : 078114089

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2010

tanariusL. S

(3)
(4)
(5)

iv

”Aku bisa karna aku percaya”

Kupersembahkan skripsi ini untuk

Allah SWT karena Engkau adalah sumber kekuatanku

Keluarga tercinta atas kasih sayang, dukungan, doa dan semangat

(6)
(7)
(8)

vii PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efek Analgesik Infusa Daun Macaranga tanariusL. pada Mencit Betina Galur Swiss” ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

2. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., selaku pembimbing skripsi ini atas segala kesabaran untuk selalu membimbing, memberi motivasi, dan memberi masukan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

3. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku penguji skripsi atas bantuan dan masukkan kepada penulis demi kemajuan skripsi ini.

(9)

viii

6. Ibu dan Bapak, atas dukungan, kasih sayang dan perjuangan untuk terus memberikan yang terbaik bagiku, baik secara materi maupun non-materi sehingga aku tetap bersemangat dalam penyusunan skripsi ini.

7. Rekan-rekan penelitian tim macaranga, Aryanti Prima Andini, Elisa Eka, Ary Widya Nugraha dan Andreas Arry Mahendra atas bantuan, kerjasama, perjuangan dan suka duka yang telah kita alami bersama selama penelitian.

8. Ignatius Mariandrianto Saputra, semangatku ketika aku sedang merasa lengah, atas kesabaran, dukungan, semangat dan doa sehingga penyusunan skripsi ini dapat berlangsung dengan baik.

9. Teman-teman seperjuangan, sano, ticubiz, yesia, ririn, fenny, sisca, mami dewi, mba paol, inonk, tante xaxa, atas persahabatan, suka duka dan kebersamaan kita. 10. Teman-teman FKK B angkatan 2007 atas kebersamaan kita.

11. Pihak-Pihak lain yang turut membantu penulis namun tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik, saran dan masukan demi kemajuan di masa yang akan datang.

(10)
(11)

x

HALAMAN PENGESAHAN………... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……… v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... vi

PRAKATA………... vii

DAFTAR ISI………... x

DAFTAR TABEL………... xiii

DAFTAR GAMBAR... …. xiv

DAFTAR LAMPIRAN………... xv

INTISARI………... xvi

ABSTRACT……….. xvii

BAB I. PENGANTAR………... 1

A. Latar Belakang………..………... 1

1. Perumusan masalah...………...………... 3

2. Keaslian penelitian………...……... 3

3. Manfaat penelitian………..…... 4

B. Tujuan Penelitian... …. 4

(12)

xi

A.M. tanarius... 6

1. Keterangan botani... … 6

2. Morfologi... ... …… 6

3. Kandungan kimia..………..………... 6

4. Khasiat dan kegunaan ……….... 8

5. Ekologi penyebaran dan budidaya ………... 8

B. Infusa ... ….. 8

1. Definisi………. 8

2. Pembuatan……… 9

C. Nyeri ... ….. 9

1. Pengertian nyeri…….……….. 9

2. Terjadinya nyeri..………. 10

3. Jenis nyeri……….. 11

4. Mekanisme nyeri………... 11

D. Analgesik ... …… 13

1. Analgetika non narkotik……..………. 13

2. Analgetika narkotik……… 13

E. Metode Pengujian Efek Analgesik ... 14

F. Asetosal ... ... 15

G. Landasan Teori...…... 15

K. Hipotesis ... …… 17

(13)

xii

D. Alat Penelitian………. 21

E. Tata Cara Penelitian ... 22

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Penyiapan Bahan... ... 28

B. Uji Pendahuluan... 29

C. Uji Analgesik Infusa DaunM. tanarius……... 35

D. Perhitungan ED50InfusaDaun M. tanarius…….... 46

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 48

A. Kesimpulan... 48

B. Saran... …... 48

DAFTAR PUSTAKA... 49

LAMPIRAN... 52

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I Rata-rata jumlah geliat pada orientasi dosis asam asetat... .30 Tabel II Hasil uji Scheffe data geliat mencit pada uji pendahuluan penetapan

dosis asam asetat... 31 Tabel III Rata-rata jumlah geliat pada berbagai selang waktu pemberian asam

asetat dosis 50 mg/kgBB…... 32 Tabel IV Hasil ujiScheffejumlah geliat pada penetapan selang waktu pemberian

asam asetat... 33 Tabel V Rata-rata jumlah geliat pada kelompok perlakuan infusa daun

M. tanarius………... 35

Tabel VI Persen proteksi geliat pada kelompok perlakuan infusa daun

M. tanarius………... 37

Tabel VII Hasil uji Scheffe persen proteksi geliat pada kelompok perlakuan infusa daunM. tanarius………... 38 Tabel VIII Perubahan persen proteksi geliat pada kelompok perlakuan infusa daun

M. tanarius………... 40

(15)

xiv

Gambar 3. Diagram batang rata-rata jumlah geliat pada orientasi dosis asam asetat... 30 Gambar 4. Grafik rata-rata jumlah geliat pada orientasi selang waktu pemberian

asam asetat dosis 50 mg/kgBB... 32 Gambar 5. Diagram batang rata-rata kumulatif jumlah geliat kelompok perlakuan

infusa daunM. tanarius... 36 Gambar 6. Diagram batang persen proteksi geliat kelompok perlakuan infusa daun

M. tanarius………... 37

Gambar 7. Diagram batang perubahan persen proteksi nyeri kelompok perlakuan infusa daunM. tanarius... 40 Gambar 8. Perpindahan elektron ikatanα-βunsaturatedpadamacarangiosideA

danmallophenolB………44

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto daunM. tanarius...53

Lampiran 2. Foto infusa daunM. tanarius……... 53

Lampiran 3. Foto geliat mencit yang memenuhi syarat... 54

Lampiran 4. Hasil analisis statistik jumlah geliat pada penetapan dosis asam asetat... 54

Lampiran 5. Hasil analisis statistik jumlah geliat pada penetapan selang waktu pemberian………... 56

Lampiran 6. Hasil analisis statistik jumlah geliat pada uji efek analgesik infusa daun M. tanarius... 58

Lampiran 7. Data persen proteksi geliat pada uji efek analgesik berserta hasil analisis statistiknya... 61

Lampiran 8. Data perubahan persen proteksi geliat terhadap asetosal dosis 91 mg/kgBB pada uji efek analgesik... 65

Lampiran 9. Perhitungan penetapan peringkat dosis infusa daunM. tanarius pada kelompok perlakuan...……….... 68

Lampiran 10. Penetapan kadar air serbuk daunM. tanarius... 70

Lampiran 11. Surat keterangan hewan uji………... 71

(17)

xvi

Macaranga tanarius L. merupakan tanaman yang jarang dimanfaatkan di Indonesia. Secara tradisional, dilaporkan khasiat M. tanarius sebagai obat diare, luka dan pencegahan peradangan. Oleh karena itu dimungkinkan M. tanarius digunakan sebagai pengobatan alternatif analgesik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah infusa daun M. tanarius mempunyai efek analgesik; berapa persen proteksi geliat; berapa perubahan proteksi geliat dan berapa ED50infusa daun

M. tanarius.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Metode yang digunakan adalah metode rangsang kimia dengan asam asetat sebagai penginduksi nyeri. Mencit betina sehat, galur Swiss secara acak dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 hewan uji. Kelompok I-III diberikan infusa dosis 666,68; 3333,4 dan 16667 mg/kgBB, kelompok IV diberikan aquadest dosis 16667 mg/kgBB dan kelompok V diberikan asetosal dosis 91 mg/kgBB. Asam asetat (1% v/v) diberikan secara intraperitoneal untuk semua kelompok, setelah 15 menit setelah pemberian senyawa uji. Geliat diamati setiap 5 menit selama 1 jam. Data dievaluai dengan ANOVA satu arah, dilanjutkan dengan UjiScheff euntuk membandingkan rata-rata dari setiap kelompok dosis dengan kelompok kontrol. P<0,05 menunjukkan tingkat signifikansi secara statistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa daun M. tanarius memiliki efek analgesik. Persen proteksi geliat infusa daunM. tanarius pada dosis 666,68; 3333,4 dan 16667 mg/kgBB berturut-turut adalah 57,6 %; 64,5% dan 73,7%. Sedangkan perubahan persen proteksi geliat infusa daun M. tanariuspada dosis 666,68; 3333,4, dan 16667 mg/kgBB berturut-turut adalah -9,7%; 1,2% dan 15,6% dan ED50infusa

(18)

xvii ABSTRACT

Pain was an upleasant feel and it usually a symptom of a disease. Recently the role of medicine plant increasingly important in pain treatment, in fact, it mainly promoted by back to nature issue. Macaranga tanarius L. is a plant that rarely exploited Indonesia people. Traditionally, reported that the efficacy as a cure diarrhoea, injuries and prevention of inflammation. Therefore, it is possible M. tanarius used as alternative analgesic treatment. This study aimed at knowing whether the aqueous extract of M. tanarius leaf has analgesic effect, the percent protection, the change in percent protection and ED50 of the aqueous extract of M.

tanariusleaf.

This was a experimental study with one way-complete-random design. The study method used was acetic acid induced. Healthy female mice of Swiss strain were randomly divided into 5 group of 5 animals in each. Group I, II and III received respectively, aqueous extract ofM. tanariusleaf at dose of 666.68; 3333.4 and 16667 mg/kgBW. Group IV received distilled water at dose of 16667 mg/kgBW. Group V received asetosal at dose of 91 mg/kgBW. Acetic acid (1% v/v) was administred intraperitoneally to all the group 15 min after administration of test compounds. Writhings were counted for a period of 5 min for 1 hour. Data were evaluated by one-way ANOVA, followed by Scheffe test to compare the mean of each dose group with the control group. P<0.05 was the possibility level used to determine statistical significance.

Result of the study suggesting that the aqueous extract of M. tanarius leaf having analgesic effect. Percent protection of the aqueous extract ofM. tanariusleaf at doses of 666.68; 3333.4 and 16667 mg/kgBW were 57.6; 64.5 and 73.7 percent, respectively. The change in percent protection the aqueous extract of M. tanariusleaf at doses of 666.68; 3333.4 and 16667 mg/kgBW were -9.7; 1.2 and 15.6 percent, respectively and the ED50 of the aqueous extract of M. tanarius leaf were 154.88

mg/kgBW.

(19)

1

Nyeri merupakan perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan (Tjay dan Rahardja, 2007). Rasa nyeri dalam kebanyakan hal merupakan suatu gejala yang menandakan adanya gangguan pada jaringan. Nyeri merupakan gejala umum dan sering kali mengikuti salah satu penyakit, salah satunya adalah inflamasi. Walaupun nyeri dapat digunakan sebagai petunjuk adanya suatu penyakit, namun nyeri memerlukan penanganan karena penderita merasakannya sebagai hal yang tidak menyenangkan.

Seiring dengan perkembangan jaman serta teknologi, peran tanaman obat masih menjadi pilihan bagi masyarakat ketika menderita sakit terlebih dengan adanya issue back to nature. Tanaman obat menjadi alternatif pengobatan karena semakin

tingginya biaya pengobatan. Selain itu tanaman obat diyakini mempunyai efek samping yang relatif lebih kecil daripada menggunakan obat sintetik (Pramono, 2003).

(20)

2

antiinflamasi pada uji siklooksigenase-2 (Phommart, Sutthivaiyakit, Chimnoi, Ruchirawat, Sutthivaiyakit, 2005).

Matsunami, Takamori, Shinzato, Aramoto, Kondo, Otsukaet al. (2006) dan Matsunami, Otsuka, Kondo, Shinzato, Kawahata, Yamaguchi et al. (2009) melaporkan adanya senyawa glikosida yaitumacarangiosideA-C danmallophenolB yang diisolasi dari ekstrak metanolM. tanarius menunjukkan aktivitas penangkapan radikal terhadap DPPH.

Radikal bebas memegang peranan dalam timbulnya nyeri. Radikal bebas lazimnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah menjadi substansi yang tidak lagi membahayakan bagi tubuh. Namun, apabila radikal bebas bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda, maka hal tersebut merupakan awal dari kerusakan sel. Tjay dan Rahardja (2007) menyatakan bahwa ada kaitan antara penangkapan radikal bebas dengan penghambatan mediator-mediator nyeri dan peradangan. Bila radikal bebas tersebut dapat ditangkap maka kemungkinan proses terjadinya nyeri dan peradangan juga dapat terhambat.

(21)

menimbulkan efek penangkapan radikal bebas yang semakin besar pula yang akhirnya dapat menghambat terjadinya nyeri.

1. Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan diteliti adalah :

a. Apakah infusa daunM. tanariusmemiliki efek analgesik pada mencit betina galur Swiss?

b. Berapa persen proteksi geliat infusa daunM. tanariuspada mencit betina galur Swiss?

c. Berapa perubahan persen proteksi geliat infusa daunM. tanariuspada mencit betina galur Swiss?

d. Berapa nilai ED50infusa daunM. tanariuspada mencit betina galur Swiss?

2. Keaslian Penelitian

Sejauh pengetahuan penulis, penelitian tentang efek analgesik infusa daun M. tanariuspada mencit betina galur Swiss belum pernah dilakukan.

(22)

4

Selain itu penelitian mengenaiM. tanariusjuga dilakukan oleh Matsunamiet al. (2006; 2009). Dari penelitian tersebut diketahui bahwa kandungan pada daun

M. tanarius yang diisolasi dari esktrak metanol mempunyai aktivitas penangkapan radikal terhadap DPPH. Puteri dan Kawabata (2010) melaporkan ekstrak metanol daunM. tanariusmempunyai aktivitas penghambatan terhadapα-glukosidase.

3. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai khasiat daun M. tanariusyang dapat digunakan sebagai analgesik.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang ada tidaknya efek analgesik dari infusa daunM. tanarius, persen proteksi geliat infusa daunM. tanarius, perubahan persen proteksi geliat infusa daunM. tanarius dan ED50dari infusa daunM. tanarius.

B. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah infusa daun M. tanarius memiliki efek analgesik pada mencit betina galur Swiss.

2. Untuk mengetahui berapa persen proteksi geliat infusa daunM. tanariuspada mencit betina galur Swiss.

(23)

4. Untuk mengetahui berapa nilai ED50infusa daunM. tanariuspada mencit betina galur

(24)

6 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A.M. tanarius 1. Keterangan botani

Tanaman Macaranga tanarius termasuk dalam famili euphorbiaceae. Tanaman ini dikenal di beberapa daerah dengan nama Tutup ancur (Jawa), Mapu (Batak) dan Mara (Sunda) (Anonim, 2010a).

2. Morfologi

Tanaman M. tanariusmerupakan pohon kecil sampai sedang dengan dahan agak besar. Daun berseling, agak membundar dengan stipula besar yang luruh. Perbungaan bermalai di ketiak, bunga ditutupi oleh daun gagang. Buah kapsul berkokus 2, ada kelenjar kekuningan di luarnya. Biji membulat, menggelembur. Jenis ini juga mengandung tanin yang cukup untuk menyamak jala dan kulit (Anonim, 2010a).

3. Kandungan Kimia

(25)

(+)-pinoresinol 4-O-[600-O-galloyl]-b-D-glucopyranosidedan 2 megastigman glukosida, yang dinamakan macarangioside E dan F. Berikut ini merupakan struktur senyawa tanariflavanon C dan D, nymphaeol A, B dan C, macarangioside A-C dan mallophenolB (gambar 1).

tanariflavanon C tanariflavanon D nymphaeolA

nymphaeolB nymphaeolC mallophenolB

macarangiosideA macarangiosideB macarangiosideC

(26)

8

4. Khasiat dan kegunaan

Tanaman M. tanarius dimanfaatkan antara lain sebagai antipiretik dan antitusif yaitu pada bagian akar tanaman dengan bentuk sediaan berupa dekokan. Akar kering dari tanaman ini digunakan sebagai agen emetik, sementara daun segarnya digunakan sebagai penutup luka pencegah terjadinya inflamasi (Phommart et al., 2005). Secara tradisional daun M. tanariusdigunakan sebagai fermentasi pada tempe dan pakan hewan (Puteri dan Kawabata, 2010).

5. Ekologi penyebaran dan budidaya

M. tanariustersebar luas, dari Kepulauan Andaman dan Nicobar, Indo-Cina, Cina Selatan, Taiwan dan Kepulauan Ryukyu, seluruh Malesia, sampai ke Australia Utara dan Timur dan Melanesia. Jenis ini umum dijumpai di daratan Asia Tenggara (Thailand Selatan, Semenanjung Malaya) dan pada banyak pulau di Malesia (Sumatra, Borneo, Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Nugini, seluruh Kepulauan Filipina) (Anonim, 2010a).

B. Infusa 1. Definisi

(27)

stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Depkes RI, 1986). 2. Pembuatan

Infusa dapat dibuat dengan cara mencampur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, dipanaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90°C sambil sekali-kali diaduk. Kemudian diserkai selagi panas melalui kain flannel, ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki (Depkes RI, 1995).

C. Nyeri

1. Pengertian nyeri

(28)

10

tergantung pada penyebab rasa nyeri, seperti obat penghilang rasa nyeri, akupunktur dan operasi (Dugdale, 2009).

Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu perasaan yang subyektif dan ambang toleransinya berbeda-beda bagi setiap orang. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan pada jaringan, seperti peradangan, infeksi atau kejang otot (Tjay dan Rahardja, 2007).

2. Terjadinya nyeri

(29)

3. Jenis nyeri

Menurut DiPiro, Tabert, Yee, Matzke, Wells, dan Posey (2008) nyeri digolongkan menjadi :

a. Nyeri akut

Nyeri akut dapat menjadi proses peringatan fisiologis individu dari adanya penyakit dan situasi berbahaya. Penyebab umum nyeri akut adalah pembedahan, penyakit akut, trauma, akivitas dan prosedur medis.

b. Nyeri kronik

Dalam kondisi normal, nyeri akut menghilang cepat karena adanya proses penyembuhan dengan mengurangi produksi rangsangan nyeri. Namun, dalam beberapa kasus, nyeri tetap terjadi selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun, yang mengarah ke keadaan nyeri kronis dengan karakteristik yang sangat berbeda dengan nyeri akut.

4. Mekanisme nyeri

Menurut DiPiroet al. (2008) proses penghantaran nyeri terdiri atas 4 tahap yaitu stimulasi, transmisi, persepsi nyeri dan modulasi.

a. Stimulasi

(30)

12

potensial yang ditransmisikan sepanjang serabut saraf aferen menuju sumsum tulang belakang (DiPiroet al., 2008).

b. Transmisi

Transmisi rangsang nyeri terjadi pada serabut aferen A dan C. Serabut saraf aferen tersebut merangsang serabut nyeri di berbagai lamina spinal cord’s dorsal horn melepaskan berbagai neurotransmiter termasuk glutamat, substansi P, dan kalsitonin (DiPiroet al., 2008).

c. Persepsi nyeri

Persepsi nyeri merupakan titik utama transmisi impuls nyeri. Otak akan mengartikan sinyal nyeri dengan batas tertentu, sedangkan fungsi kognitif dan tingkah laku akan memodifikasi nyeri sehingga tidak lebih parah. Relaksasi, pengalihan, meditasi dan berkhayal dapat mengurangi rasa nyeri. Sebaliknya, perubahan biokimia saraf yang terjadi pada keadaan seperti depresi dan stres dapat memperparah rasa nyeri (DiPiroet al., 2008).

d. Modulasi

(31)

D. Analgesik

Analgesik adalah zat-zat yang pada dosis terapeutik menghilangkan atau menekan rasa nyeri (senyawa yang dalam dosis terapeutik meringankan atau menekan rasa nyeri (Schmitz, Lepper and Heidrich, 2009). Berdasarkan kerja farmakologisnya, analgesik dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

1. Analgesik non narkotik (perifer) yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Analgesik antiradang termasuk ke dalam kelompok ini.

2. Analgesik narkotik, khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat seperti fractura dan kanker. Atas dasar cara kerjanya, obat ini dibagi dalam 3 kelompok yaitu:

a. Agonis opiat, cara kerja obat ini sama dengan morfin hanya berlainan mengenai potensi dan lama kerjanya, efek samping dan resiko akan ketergantungan fisik. b. Antagonis opiat, bila digunakan sebagai analgesik, obat ini dapat menduduki

salah satu reseptor.

(32)

14

E. Metode Pengujian Efek Analgesik

Metode-metode pengujian aktivitas analgetika secara in vivo dilakukan dengan menilai kemampuan zat uji untuk menekan atau menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi pada hewan uji (mencit, tikus, marmot), yang meliputi induksi secara mekanik, termik, elektrik dan secara kimia (Phytomedika, 1991).

Turner (1965) mengatakan bahwa metode rangsang kimia menggunakan zat kimia yang diinjeksikan pada hewan uji secara intraperitoneal, sehingga akan menimbulkan nyeri. Beberapa zat kimia yang biasanya digunakan antara lain asam asetat dan fenil kuinon. Metode ini sederhana, reproducible (dapat diulang-ulang hasilnya) dan cukup peka untuk menguji senyawa analgesik dengan daya analgesik lemah, namun mempunyai kekurangan yaitu masalah kespesifikasinya. Oleh karena itu metode ini sering digunakan untuk penapisan (screening). Efek analgesik dapat dievaluasi menggunakan persen proteksi geliat.

(33)

F. Asetosal

Gambar 2. Struktur asetosal(Helmenstine, 2010)

Asetosal (gambar 2) merupakan ester salisilat dari asam yang berbentuk kristal putih seperti batang atau jarum, berbau, sedikit larut dalam air dan sangat larut dalam alkohol. Asetosal termasuk dalam golongan analgesik non narkotik. Indikasi dari asetosal adalah sebagai pereda nyeri, sakit kepala, nyeri-nyeri ringan lain yang berhubungan dengan adanya inflamasi, nyeri ringan sampai sedang setelah operasi, melahirkan, sakit gigi dan dismenore (Anonim, 2010c).

G. Landasan Teori

(34)

16

Matsunami et al. (2006) melaporkan adanya senyawa glikosida, yaitu macarangioside A-C dan mallophenol B yang diisolasi dari ekstrak metanol M. tanariusmenunjukkan aktivitas penangkapan radikal terhadap DPPH.

Pendekatan dari penelitian ini adalah dilaporkan adanya senyawa glikosida yang memiliki aktivitas penangkapan radikal terhadap DPPH (Matsunami et al., 2006) yang dapat diperoleh dari ektrak metanol. Glikosida merupakan senyawa yang kurang larut dalam pelarut organik dan lebih mudah larut dalam air (Robinson, 1995). Oleh karena itu, diharapkan dengan menggunakan air sebagai pelarut infusa, dapat diperoleh lebih banyak senyawa yang memiliki aktivitas dalam menangkap radikal bebas.

(35)

Banyak metode yang dapat digunakan untuk menguji efek analgesik namun untuk skrining awal untuk penapisan farmakologi cukup menggunakan metode rangsang kimia. Pada metode ini asam asetat merupakan iritan yang dapat merusak jaringan secara lokal. Setelah pemberian secara intraperitoneal, asam asetat akan menyebabkan perubahan pH di dalam rongga perut akibat pembebasan ion H+ dari asam asetat dan menyebabkan luka pada membran sel. Fosfolipid dari membran sel akan melepaskan asam arakhidonat yang pada akhirnya akan membentuk prostaglandin dan menimbulkan nyeri (Wilmana,1995). Metode ini dipilih karena cakupan untuk menguji efek analgesik cukup luas, sehingga sekalipun belum diketahui secara spesifik bagaimana mekanisme namun efeknya tetap dapat terlihat.

H. Hipotesis

(36)

18 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian efek analgesik infusa daun M. tanarius pada mencit betina galur Swiss termasuk penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah.

B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel utama

a. Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah dosis infusa daunM. tanarius. b. Variabel tergantung

Variabel tergantung dari penelitian ini adalah persen proteksi geliat yang dihasilkan setelah perlakuan dengan infusa daunM. tanarius.

2. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali

1) Hewan uji adalah mencit dengan galur Swiss. 2) Jenis kelamin hewan uji adalah betina.

(37)

7) Waktu pemanenan daunM. tanarius pada bulan Maret 2010.

8) Tempat pemanenan daun M. tanarius yaitu Kebun Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

b. Variabel pengacau tak terkendali

1) Ketahanan mencit, yaitu kemampuan individu mencit dalam menahan rasa sakit.

2) Kemampuan absorpsi, yaitu kemampuan absorpsi infusa daun M. tanarius oleh individu mencit.

3. Definisi operasional

a. Infusa daunM. tanarius adalah infusa dengan konsentrasi 100% yang diperoleh dengan cara mencampur serbuk kering daun M. tanarius dalam panci dengan air, dipanaskan di atas heater selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90°C sambil sekali-kali diaduk dan diserkai selagi panas.

b. Dosis infusa daun M. tanarius adalah sejumlah berat infusa daun M. tanarius tiap satuan berat badan hewan uji dengan satuan mg/kgBB.

c. Persen proteksi geliat adalah seratus dikurangi jumlah kumulatif geliat kelompok perlakuan dibagi rata-rata jumlah kumulatif geliat kelompok kontrol dikali 100 persen.

(38)

20

rangsang nyeri dengan pemberian asam asetat 1% yang diberikan secara intraperitoneal.

e. Penetapan kriteria geliat mencit

Kriteria geliat mencit yang diamati dan dihitung adalah gerakan menggeliat dengan menarik satu atau kedua kaki ke belakang serta menempelkan perut pada alas tempat berpijak mencit tersebut (kotak kaca pengamatan geliat).

C. Bahan Penelitian 1. Bahan utama

a. Hewan uji : mencit betina galur Swiss dengan berat badan 20-30 gram dengan umur 2-3 bulan yang diperoleh dari Lembaga Pusat Penelitian dan Teknologi (LPPT) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

b. Bahan senyawa uji, yaitu daun M. tanarius yang diperoleh dari Kebun Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang dipanen pada bulan Maret 2010.

2. Bahan kimia

Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian antara lain:

a. Asetosal diproduksi oleh Merck dan diperoleh dari Laboratorium Farmakologi-Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(39)

c. Asam asetat glasial diproduksi oleh Merck dan diperoleh dari Laboratorium Biokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

d. Aquadest diperoleh dari Laboratorium Farmakologi-Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

D. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Oven

2. Mesin penyerbuk 3. Timbangan elektrik 4. Panci lapis alumunium 5. Heater

6. Termometer 7. Gelas ukur

8. Stopwatch(Olympic)

9. Kotak kaca tempat pengamatan geliat

10. Jarum yang digunakan untuk pemberian peroral (Terumo)

11. Spuit injeksi yang memiliki ujung runcing dan digunakan untuk pemberian secara intraperitoneal (Terumo)

(40)

22

E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tanaman

Determinasi tanaman M. tanarius dilakukan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Determinasi dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sesuai dengan buku acuan (Koordes and Valeton, 1918).

2. Pengumpulan bahan

Daun M. tanarius yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari tanaman M. tanarius yang diperoleh dari Kebun Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Daun yang dikumpulkan adalah daun yang segar berwarna hijau dan dipanen pada bulan Maret 2010.

3. Pembuatan simplisia daunM. tanarius

Daun M. tanarius yang telah terkumpul kemudian dicuci dengan air mengalir, ditiriskan kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 45°-50°C selama 24 jam dan diserbuk dengan menggunakan mesin penyerbuk di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Serbuk simplisia kemudian diayak dengan menggunakan ayakan nomor 40.

4. Penetapan kadar air serbuk daunM. tanarius

(41)

sebagai bobot sebelum pemanasan. Serbuk dipanaskan pada suhu 110° C selama 15 menit dan ditimbang bobot serbuk setelah pemanasan. Selisih bobot serbuk sebelum dan setelah pemanasan merupakan kadar air dari serbuk yang diselidiki. 5. Penetapan dosis infusa daunM. tanarius

Dasar penetapan peringkat:

a. Bobot tertinggi mencit = 30 gram

b. Pemberian infusa menggunakan ½ dari volume maksimal pemberian secara peroral

c. Konsentrasi infusa daunM. tanarius yang digunakan yaitu 100% Penetapan dosis tertinggi infusa daunM. tanarius yaitu:

D x BB = C x V

D x 0,03 g = 1000 mg/ml x 0,5 ml D = 16,667 mg/g

D = 16667 mg/kg

Dua dosis lainnya diperoleh dengan membagi 5 dosis 16667 mg/kg kemudian dibagi 5 lagi sehingga diperoleh 3 peringkat dosis yaitu: 16667 mg/kg; 3333,4 mg/kg dan 666,68 mg/kg.

6. Penyiapan hewan uji

(42)

24

yang diberikan secara peroral dengan peringkat dosis 666,68 mg/Kg BB; 3333,4 mg/kg BB dan 16667 mg/kg BB. Kelompok IV adalah kelompok kontrol negatif aquadest dosis 16667 mg/kgBB. Kelompok V adalah kelompok kontrol positif asetosal dosis 91 mg/kgBB. Sebelum digunakan, mencit dipuasakan terlebih dahulu selama 24 jam dengan tetap diberi minum.

7. Pembuatan sediaan

a. Pembuatan larutan asam asetat 1% v/v sebanyak 25,0 ml

Larutan asam asetat 1% dibuat dari larutan asam asetat glasial 100% v/v dengan menggunakan rumus V1C1= V2C2. Dengan menggunakan rumus

tersebut, larutan asam asetat 1% dapat dibuat dengan mengambil asam asetat glasial 100% sebanyak 0,250 ml dilarutkan dengan menggunakan aquadest sampai diperoleh volume 25,0 ml dengan menggunakan labu ukur 25 ml. b. Pembuatan larutan CMC Na 1% sebanyak 100,0 ml

Larutan CMC Na 1% dibuat dengan cara menimbang 1,0 gram serbuk CMC Na kemudian ditaburkan di atas air panas sedikit demi sedikit hingga mengembang sambil diaduk. Setelah terbentuk larutan kemudian dimasukkan dalam labu ukur 100 ml dan ditambah aquadest hingga 100,0 ml lalu digojog. c. Pembuatan suspensi asetosal 1%, 25,0 ml dalam CMC Na 1%

(43)

d. Pembuatan infusa daunM. tanarius 100%, 10,0 ml

Infusa daun M. tanarius dengan konsentrasi 100% dibuat dengan mencampur 10,0 gram serbuk kering daun M. tanarius dengan 40 ml air. Campuran ini kemudian dipanaskan di atas heaterpada suhu 90°C selama 15 menit. Waktu 15 menit dihitung ketika suhu pada campuran mencapai 90°C. Campuran kemudian diserkai selagi panas.

8. Penetapan dosis asam asetat 1%

Penetapan dosis asam asetat dilakukan pada konsentrasi 1%, dimana larutan ini dibuat dengan cara pengenceran asam asetat glasial. Larutan ini diuji pada 3 peringkat dosis yaitu 25 mg/kgBB; 50 mg/kgBB dan 75 mg/kgBB. Dari ketiga dosis tersebut, dicari dosis optimal dalam menghasilkan geliat .

9. Penetapan selang waktu pemberian asam asetat

Sebanyak 9 ekor mencit digunakan dalam penetapan waktu pemberian yang dibagi ke dalam 3 kelompok. Masing-masing kelompok yang terdiri dari 3 ekor mencit betina galur Swiss dengan berat antara 20-30 gram, umur 2-3 bulan yang telah dipuasakan selama 24 jam, diinjeksi dengan asam asetat 1% secara intraperitoneal menggunakan dosis efektif yang didapatkan dari penetapan dosis asam asetat dengan selang waktu 5, 10 dan 15 menit setelah pemberian suspensi asetosal dosis 91 mg/kgBB secara peroral.

10. Penetapan dosis asetosal

(44)

26

adalah dosis lazim 500 mg. Jika dikonversikan pada manusia dengan berat badan 70 kg maka : (70/50) x 500 mg = 700 mg. Konversi dosis ke mencit dengan berat badan 20 gram dengan faktor konversi manusia dengan berat badan 70 kg ke mencit 20 gram adalah 0,0026 maka dosisnya dapat dihitung sebagai berikut:

Dosis = 700 mg x 0,0026 = 1,82 mg/20 gramBB = 91 mg/kgBB

Dosis asetosal yang digunakan menurut Handara (2006); Riadiani (2006) dan Tusthi (2007) adalah 91 mg/kgBB.

11. Perlakuan hewan uji

(45)

12. Perhitungan % proteksi geliat

Besarnya proteksi geliat dihitung dengan persamaan yaitu : % proteksi geliat = (100 – [(P/K) x 100])% Keterangan :

P= jumlah kumulatif geliat hewan uji setelah pemberian senyawa uji K= jumlah rata-rata kumulatif geliat hewan uji kontrol negatif

Data persen proteksi geliat tersebut kemudian dianalisis menggunakan analisa variansi satu arah dengan taraf kepercayaan 95%.

Perubahan persen proteksi geliat terhadap kontrol positif dihitung menggunakan rumus :

Perubahan % proteksi geliat = [(A-B)/B] x 100 Keterangan :

A = % proteksi geliat pada tiap kelompok perlakuan B = rata-rata proteksi geliat pada kontrol positif 13. Analisis hasil

(46)

28 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penyiapan Bahan 1. Hasil determinasi tanaman

Tanaman yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah M. tanarius. Determinasi tanaman dilakukan dengan tujuan untuk memastikan bahwa tanaman maupun bagian tanaman yang akan digunakan memang benar sesuai dengan yang diharapkan, sehingga tidak ada kesalahan mengenai bahan yang dipakai. Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Determinasi dilakukan hingga tingkat spesies pada bagian daun, bunga, batang, biji dan buah dan terbukti bahwa tanaman yang dipakai merupakan tanaman M. tanarius.

2. Penetapan kadar air serbuk daunM. tanarius

(47)

sebagai jaminan kualitas dari serbuk daun M. tanarius yang akan dilakukan untuk penelitian selanjutnya.

B. Uji Pendahuluan 1. Penetapan dosis asam asetat

Uji analgesik yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode rangsang kimia. Dalam metode ini, senyawa penginduksi nyeri, dalam penelitian ini adalah asam asetat diinjeksikan secara intraperitoneal pada mencit putih betina galur Swiss dengan selang waktu tertentu.

(48)

30

Konsentrasi yang digunakan didasarkan pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu 1% (Putra, 2003). Dosis yang digunakan dalam penelitian ini adalah, 25; 50; dan 75 mg/kgBB. Hasil orientasi berupa geliat pada tiga peringkat dosis dapat dilihat pada tabel I dan gambar 3.

Tabel I. Rata-rata jumlah geliat pada orientasi dosis asam asetat Kelompok Perlakuan

(mg/kgBB)

Rata-rata jumlah geliat (X ± SE)

25 28,0 ± 4,0

50 85,0 ± 6,2

75 87,7 ± 1,7

Keterangan :

X =Mean(Rata-rata) SE =Standard Error(SD/n)

Dosis Asam Asetat

dosis 75 mg/kgBB dosis 50 mg/kgBB

dosis 25 mg/kgBB

R Orientasi Dosis Asam Asetat

Gambar 3. Diagram batang rata-rata jumlah geliat pada orientasi dosis asam asetat

(49)

mengetahui kebermaknaan perbedaan antar kelompok maka dilanjutkan dengan uji Scheffe. Data dan analisisnya dapat dilihat di tabel II.

Tabel II. Hasil ujiScheffedata geliat mencit pada uji pendahuluan penetapan dosis asam asetat Kelompok Dosis

(mg/kgBB)

25 50 75

25 - B B

50 B - TB

75 B TB

-Keterangan :

B = Berbeda bermakna (p < 0,05) TB = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05)

Dari tabel II, diketahui bahwa pemberian asam asetat pada dosis 25 mg/kgBB berbeda bermakna dengan dosis 50 dan 75 mg/kgBB. Dosis 50 mg/kgBB berbeda bermakna dengan dosis 25 mg/kgBB dan berbeda tidak bermakna dengan dosis 100 mg/kgBB. Hal ini berarti bahwa asam asetat dosis 50 mg/kgBB dan 100 mg/kgBB sudah dapat memberikan jumlah geliat yang cukup. Oleh karena itu, asam asetat dosis 50 mg/kgBB dipilih sebagai penginduksi nyeri untuk percobaan selanjutnya agar mempermudah pengamatan.

2. Penetapan selang waktu pemberian asam asetat

(50)

32

Pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat ini digunakan asetosal dosis 91 mg/kgBB. Selang waktu yang diujikan adalah 5 menit, 10 menit, dan 15 menit. Rata-rata jumlah geliat pada berbagai selang waktu dapat dilihat pada tabel III dan gambar 4.

Tabel III. Rata-rata jumlah geliat

pada berbagai selang waktu pemberian asam asetat dosis 50 mg/kgBB Kelompok Jumlah Geliat (X ± SE)

5 menit 67,7 ± 3,3

10 menit 45,0 ± 1,7

15 menit 37,3 ± 1,3

Keterangan :

X =Mean(Rata-rata) SE =Standard Error(SD/n)

Dari tabel III, selang waktu 15 menit menghasilkan jumlah geliat yang lebih sedikit dibandingkan dengan selang waktu 5 dan 10 menit. Untuk melihat perbedaan antar kelompok maka dilakukan analisis variansi satu arah dan uji Scheffe. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel IV.

Gambar 4. Grafik rata-rata jumlah geliat

(51)

Berdasarkan hasil analisis variansi satu arah diperoleh probabilitasnya adalah 0,000 (฀0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pada ketiga kelompok tersebut terdapat perbedaan. Kemudian dilakukan uji Scheffe untuk mengetahui perbedaan tersebut bermakna atau tidak.

Tabel IV. Hasil ujiScheffejumlah geliat pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat Kelompok

(menit)

5 10 15

5 - B B

10 B - TB

15 B TB

-Keterangan :

B = Berbeda bermakna (p < 0,05) TB = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05)

Dari hasil ujiScheffe diketahui bahwa kelompok selang waktu pemberian 5 menit berbeda bermakna dengan selang waktu pemberian 10 menit dan 15 menit. Kelompok selang waktu pemberian 10 menit berbeda bermakna dengan selang waktu pemberian 5 menit dan berbeda tidak bermakna dengan selang waktu pemberian 15 menit. Kelompok selang waktu pemberian 15 menit berbeda bermakna dengan selang waktu pemberian 5 menit dan berbeda tidak bermakna dengan selang waktu pemberian 10 menit.

(52)

34

jumlah geliat yang paling sedikit. Pada selang waktu 10 menit dan 15 menit menunjukkan perbedaan jumlah geliat yang tidak bermakna secara statistik. Hal ini berarti bahwa selang waktu 10 menit dan selang waktu 15 menit memberikan hasil yang sama. Namun untuk penelitian selanjutnya digunakan selang waktu pemberian 15 menit karena dilihat dari rata-rata jumlah geliat pada selang waktu 15 menit lebih kecil daripada selang waktu 10 menit.

3. Penetapan dosis asetosal

Kontrol positif yang digunakan dalam penelitian ini adalah asetosal. Asetosal telah terbukti memiliki efek analgesik sehingga digunakan sebagai pembanding terhadap senyawa uji. Penentuan dosis asetosal dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan dosis yang optimal dalam menurunkan geliat.

Asetosal digunakan sebagai kontrol positif sehingga harus memberikan respon pengurangan geliat. Dosis asetosal yang digunakan dalam penelitian ini adalah dosis lazim 500 mg. Jika dikonversikan pada manusia dengan berat badan 70 kg maka : (70/50) x 500 mg = 700 mg. Konversi dosis ke mencit dengan berat badan 20 gram dengan faktor konversi manusia dengan berat badan 70 kg ke mencit 20 gram adalah 0,0026 maka dosisnya dapat dihitung sebagai berikut:

(53)

Selain itu, penetapan dosis asetosal ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yaitu menurut Handara (2006); Riadiani (2006) dan Tusthi (2007) adalah 91 mg/kg BB.

C. Uji Analgesik Infusa DaunM. tanarius

Pengujian efek analgesik dilakukan setelah seluruh uji pendahuluan selesai dilakukan. Dari uji pendahuluan yang telah dilakukan, diperoleh zat penginduksi nyeri yang digunakan adalah asam asetat 1% dengan dosis 50 mg/kgBB. Kontrol positif yang digunakan adalah asetosal dosis 91 mg/kgBB, yang diberikan 15 menit sebelum pemberian asam asetat. Dengan menggunakan hasil orientasi, diperoleh rata-rata kumulatif jumlah geliat pada kelompok perlakuan dengan infusa daun M. tanarius beserta kelompok kontrol negatif dan kontrol positif. Hasilnya dapat dilihat pada tabel V dan gambar 5.

Tabel V. Rata-rata jumlah geliat pada kelompok perlakuan infusa daun M. tanarius

Kelompok Uji Jumlah

subjek uji

Rata-rata jumlah geliat (X ± SE) IDM dosis 666,68 mg/kgBB 5 45,2 ± 1,4 IDM dosis 3333,4 mg/kgBB 5 37,8 ± 3,3

IDM dosis 16667 mg/kgBB 5 28,0 ± 0,4

Aquadest dosis 16667 mg/kgBB 5 106,6 ± 5,4 Asetosal dosis 91 mg/kgBB 5 38,6 ± 2,3 Keterangan :

(54)

36

Kelompok perlakuan

Asetosal dosis 91 mg/kgBB Aquadest dosis

16667 mg/kgBB IDM dosis 16667

mg/kgBB IDM dosis 3333,4

mg/kgBB IDM dosis 666,68

mg/kgBB

Gambar 5. Diagram batang rata-rata kumulatif jumlah geliat kelompok perlakuan infusa daunM. tanarius

Keterangan :

IDM = Infusa DaunM. tanarius

Berdasarkan tabel V, rata-rata jumlah geliat berkurang seiring dengan kenaikan dosis infusa daunM. tanarius , mulai dosis 666,68 mg/kgBB, dosis 3333,4 hingga dosis 16667 mg/kgBB. Rata-rata jumlah geliat kelompok infusa daun M. tanarius dengan peringkat dosis terendah sampai dosis tertinggi berturut-turut adalah 45,2; 37,8 dan 28,0. Hal ini berarti bahwa semakin besar dosis infusa daun M. tanarius maka semakin besar pula kemampuan infusa daun M. tanarius tersebut untuk menghambat nyeri yang ditunjukkan dengan pengurangan jumlah geliat.

(55)

persen proteksi geliat kelompok perlakuan yang dibandingkan dengan kontrol positif. Hasilnya dapat dilihat pada tabel VI dan gambar 6.

Tabel VI. Persen proteksi geliat pada kelompok perlakuan infusa daun M. tanarius

Kelompok Uji Jumlah subjek uji

Rata-rata persen proteksi geliat (X + SE)

IDM dosis 666,68 mg/kgBB 5 57,6 ± 1,3

IDM dosis 3333,4 mg/kgBB 5 64,5 ± 3,1

IDM dosis 16667 mg/kgBB 5 73,7 ± 0,4

Aquadest dosis 16667 mg/kgBB 5 0,00 ± 5,0

Asetosal dosis 91 mg/kgBB 5 63,8 ± 2,2

Keterangan :

X =Mean(Rata-rata) SE =Standard Error(SD/n) IDM = Infusa DaunM. tanarius

Kelompok perlakuan

Asetosal dosis 91 mg/kgBB Aquadest dosis 16667 mg/kgBB IDM dosis 16667

mg/kgBB IDM dosis 3333,4

mg/kgBB IDM dosis 666,68

mg/kgBB

Gambar 6. Diagram batang persen proteksi geliat kelompok perlakuan infusa daunM. tanarius

Keterangan :

(56)

38

Persen proteksi geliat pada masing-masing kelompok uji kemudian dianalisis menggunakan analisis variansi satu arah dengan taraf kepercayaan 95%. Dari analisis variansi satu arah yang dilakukan, diperoleh nilai probabilitasnya 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelompok uji terdapat perbedaan. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan antar kelompok tersebut bermakna atau tidak, pengujian dilanjutkan dengan uji Scheffe. Data dan analisis uji Scheffedapat dilihat pada tabel VII.

Tabel VII. Hasil ujiScheffepersen proteksi geliat pada kelompok perlakuan infusa daunM. tanarius

Kelompok IDM dosis 666,68 IDM dosis 666,68

mg/kgBB

- TB B B TB

IDM dosis 3333,4 mg/kgBB

TB - TB B TB

IDM dosis 16667 mg/kgBB

B TB - B TB

Aquadest dosis 16667 mg/kgBB

B B B - B

Asetosal dosis 91 mg/kgBB

TB TB TB B

-Keterangan :

TB = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05) B = Berbeda bermakna (p < 0,05) IDM = Infusa DaunM. tanarius

(57)

64,5% dan 73,7%. Hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa kelompok kontrol negatif (aquadest) memiliki perbedaan persen proteksi geliat yang bermakna dengan kontrol positif (asetosal) dan ketiga kelompok senyawa uji (infusa daunM. tanarius). Hal ini menunjukkan bahwa aquadest tidak mempunyai efek analgesik yang ditunjukkan dengan rata-rata jumlah geliat yang paling besar dibandingkan dengan kelompok lain (106,6 ± 5,4) dan persen proteksi geliat yang paling kecil (0,0 ± 5,0).

Pada kelompok kontrol positif asetosal dan ketiga kelompok perlakuan infusa daunM. tanarius memiliki proteksi terhadap nyeri yang ditunjukkan dengan berkurangnya respon geliat dari mencit.

Hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa antara kelompok kontrol positif asetosal dengan kelompok infusa dosis 666,68 mg/kgBB, dosis 3333,4 mg/kgBB, dan dosis 16667 mg/kgBB terdapat perbedaan persen proteksi geliat yang tidak bermakna. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa ketiga peringkat dosis infusa daun M. tanarius memberikan efek yang sebanding dengan asetosal.

Suatu senyawa uji dikatakan memiliki efek analgesik jika mampu mengurangi ≥50% dari jumlah geliat pada kelompok kontrol negatif (Phytomedika, 1991). Oleh karena itu, ketiga peringkat dosis infusa daun M. tanarius memenuhi syarat untuk dapat dikatakan memiliki efek analgesik karena memiliki persen analgesik lebih dari 50%.

(58)

40

dan kelompok infusa daun M. tanarius terhadap kontrol positif dapat dilihat pada tabel VIII dan gambar 7.

Tabel VIII. Perubahan persen proteksi geliat terhadap asetosal dosis 91 mg/kgBB pada kelompok perlakuan infusa daunM. tanarius

Kelompok Uji Jumlah subjek uji Perubahan % proteksi nyeri (X ± SE)

IDM dosis 666,68 mg/kgBB 5 -9,7 ± 2,1

IDM dosis 3333,4 mg/kgBB 5 1,2 ± 4,8

IDM dosis 16667 mg/kgBB 5 15,6 ± 0.7

Aquadest dosis 16667 mg/kgBB 5 -100,0 ± 7,9

Asetosal dosis 91 mg/kgBB 5 0,0 ± 3,4

Keterangan :

X =Mean(Rata-rata) SE =Standard Error(SD/n) IDM = Infusa DaunM. tanarius

Kelompok perlakuan

Asetosal dosis 91 mg/kgBB Aquadest dosis

16667 mg/kgBB IDM dosis 166667

mg/kgBB IDM dosis 3333,4

mg/kgBB IDM dosis 666,68

mg/kgBB

Gambar 7. Diagram batang perubahan persen proteksi geliat terhadap asetosal dosis 91 mg/kgBB kelompok perlakuan infusa daunM. tanarius Keterangan :

(59)

Berdasarkan tabel VIII, kontrol negatif dengan perubahan persen proteksi geliat sebesar -100,0 ± 7,9% memiliki perbedaan 100 % dengan kontrol positif. Hal ini disebabkan tidak terjadi proteksi rangsang nyeri oleh kontrol negatif. Dengan kata lain, kontrol negatif tersebut dikatakan tidak memiliki efek analgesik.

Besar perubahan persen proteksi geliat ketiga peringkat dosis infusa daunM. tanarius dari dosis terendah hingga dosis tertinggi terhadap kontrol positif berturut-turut adalah -9,7%; 1,2% dan 15,6%.

(60)

42

Tabel IX. Hasil ujiScheffeperubahan persen proteksi geliat terhadap asetosal dosis 91 mg/kgBB pada kelompok perlakuan infusa daunM. tanarius Kelompok IDM dosis

666,68 IDM dosis 666,68

mg/kgBB

- TB B B TB

IDM dosis 3333,4 mg/kgBB

TB - TB B TB

IDM dosis 16667 mg/kgBB

B TB - B TB

Aquadest dosis 16667 mg/kgBB

B B B - B

Asetosal dosis 91 mg/kgBB

TB TB TB B

-Keterangan :

TB = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05) B = Berbeda bermakna (p < 0,05) IDM = Infusa DaunM. tanarius

Hasil ujiScheffemenunjukkan bahwa ketiga peringkat dosis infusa daunM. tanarius (dosis 666,68 mg/kgBB; dosis 3333,4 mg/kgBB dan dosis 16667 mg/kgBB) memiliki perubahan persen proteksi geliat yang berbeda tidak bermakna dengan asetosal. Hal ini berarti bahwa ketiga peringkat dosis memiliki potensi analgesik yang sebanding dengan asetosal 91 mg/kgBB.

(61)

(92,36 g). Dengan demikian tidak menutup kemungkinan adanya efek toksik yang dapat ditimbulkan setelah penggunaan infusa daun M. tanarius sehingga perlu dilakukan pengujian mengenai toksisitas akut dari infusa daun M. tanarius untuk mengetahui batas keamanan penggunaan infusa daunM. tanarius.Dosis yang terlalu tinggi juga dapat dihindari dengan cara pengujian efek analgesik daun M. tanarius dengan bentuk sediaan maupun penyari yang berbeda. Phommart et al. (2005) melaporkan bahwa salah satu konstituen dari ekstrak n-heksan dan kloroform dari daun M. tanarius berupa flavonoid mempunyai aktivitas penangkapan radikal terhadap DPPH dan nymphaeol B sebagai agen antiinflamasi pada uji siklooksigenase-2 sehingga tidak menutup kemungkinan dapat dilakukan pengujian efek analgesik dengan bentuk sediaan yang berbeda.

(62)

44

Gambar 8. Perpindahan elektron ikatanα-βunsaturatedpadamacarangiosideA danmallophenolB

Atom C pada posisi β akan bermuatan positif. Hal ini dikarenakan adanya lompatan elektron pada ikatan phi. Kemungkinan besar, atom C pada posisiβinilah yang akan menangkap radikal bebas.

Sumber utama radikal bebas pada mamalia di antaranya pada proses sintesis prostlagandin. Radikal bebas yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan nyeri. Dalam proses nyeri dan peradangan, radikal bebas terbentuk ketika asam arakidonat dikonversi menjadi endoperoksida melalui jalur siklooksigenase dan hidroperoksida melalui jalur lipooksigenase sehingga terjadi pelepasan mediator nyeri dan inflamasi (gambar 9).

O O

+

- -OH

a b

(63)

Fosfolipida (membran sel)

Fosfolipase

Radikal bebas Siklooksigenase Lipooksigenase Radikal bebas

COX-1 COX-2

-vasokonstriksi -proteksi lambung -peradangan

-bronkokonstriksi -vasodilatasi -peradangan -vasokonstriksi

-agregasi -antiagregasi -permeabilitas

meningkat

Gambar 9. Gambar mekanisme pelepasan mediator nyeri dan inflamasi

Ketika terjadi kerusakan jaringan, jumlah radikal bebas meningkat seiring dengan peningkatan produksi peroksida, padahal tubuh memproduksi antioksidan endogen tang terbatas seperti superoksida dismutase (SOD) yang bekerja menstabilkan radikal. Apabila jumlah radikal bebas makin banyak, antioksidan endogen tak mampu lagi mengatasinya secara efektif sehingga dibutuhkan antioksidan dari luar (eksogen). Adanya senyawamacarangiosideA danmallophenol

Asam arakidonat

Asam hidroperoksida

Endoperoksida

tromboksan prostasiklin prostaglandin

Leukotrien

(64)

46

B dapat menangkap radikal bebas tersebut yang diduga dapat menghambat jalur siklooksigenase dan lipooksigenase. Dengan demikian mediator-mediator nyeri dan peradangan tidak dapat terbentuk dan tidak terjadi nyeri (Tjay dan Rahardja, 2007).

Penelitian skrining awal farmakologi untuk mengetahui ada tidaknya efek analgesik dari infusa daun M. tanarius pada mencit betina galur Swiss ini membuktikan bahwa infusa daun M. tanarius memiliki efek analgesik pada mencit betina galur Swiss namun informasi yang terkait dengan senyawa yang bertanggung jawab terhadap efek analgesik serta bagaimana mekanisme efek analgesik dari infusa daunM. tanarius tersebut belum pernah dilaporkan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas analgesik dari infusa daunM. tanarius.

D. Perhitungan ED50Infusa daunM. tanarius

Dosis efektif median atau ED50merupakan dosis yang dapat menimbulkan

efek terapi pada 50% individu. ED50ini biasa digunakan untuk menentukan indeks

terapi, dimana indeks terapi suatu obat merupakan ukuran keamanan obat.

Pada penelitian ini, ED50yang ditetapkan merupakan ED50 infusa daun M.

tanarius yang memiliki efek analgesik. ED50dari infusa daun M. tanarius berarti

(65)

Nilai ED50 infusa daun M. tanarius dapat diperoleh dengan persamaan

regresi antara log dosis infusa daun M. tanarius dengan persen proteksi geliat. Hasilnya dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Grafik log dosis vs % proteksi geliat infusa daunM. tanarius

Dari gambar 10 dapat diketahui bahwa persamaan regresi yang diperoleh adalah y = 11,52x + 24,73. Dari persamaan tersebut maka dapat diperoleh nilai ED50

(66)

48 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Infusa daunM. tanariusmemiliki efek analgesik pada mencit betina galur Swiss. 2. Persen proteksi geliat infusa daunM. tanariuspada mencit betina galur Swiss pada

dosis 666,68 mg/kgBB, dosis 3333,4 mg/kgBB, dan dosis 16667 mg/kgBB berturut-turut adalah 57,6 %; 64,5% dan 73,7%.

3. Perubahan persen proteksi geliat infusa daunM. tanariuspada mencit betina galur Swiss

pada dosis 666,68 mg/kgBB, dosis 3333,4 mg/kgBB, dan dosis 16667 mg/kgBB berturut-turut adalah -9,7%; 1,2% dan 15,6%.

4. ED50infusa daunM. tanariuspada mencit betina galur Swiss adalah 154,88 mg/kgBB.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, perlu dilakukan penelitian tentang :

1. Penelitian mengenai pengujian efek analgesik daun M. tanarius dengan bentuk sediaan yang berbeda.

2. Penelitian lanjutan untuk mengetahui senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas analgesik dari infusa daunM. tanarius.

(67)

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2010a,Prosea-Macaranga tanarius,

http://www.proseanet.org/prohati4/browser.php?docsid=162, diakses tanggal 19 Maret 2010

Anonim, 2010b,Pain, http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/Pain, diakses tanggal 24 November 2010

Anonim, 2010c,Informasi Obat Asetosal,

http://diskes.jabarprov.go.id/index.php?mod=pubInformasiObat&idMenuKi ri=45&idSelected=1&idObat=18&page, diakses tanggal 24 November 2010 Anonim, 2010d,Teknologi Penyiapan Simplisia Terstandar Tanaman Obat,

http://balittro.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&vie w=article&id=75:teknologi-penyiapan-simplisia-terstandar-tanaman-obat&catid=19:artikel, diakses tanggal 20 November 2010

Depkes RI, 1986, Sediaan Galenik, 8-25, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, 31, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

DiPiro, J.T., Tabert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, M., 2008,Pharmacotherapy: A Patophysiologic Approach, 989-1002, McGraw-Hill, USA

Dugdale, D.C., 2009, Pain, http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/pain.html, diakses tanggal 22 November 2010

(68)

50

Helmenstine, A. M., 2010,Aspirin or Acetylsalicylic Acid,

http://chemistry.about.com/od/medicalhealth/ig/Drug-Photo-Gallery/Aspirin.-1VJ.htm, diakses tanggal 24 November 2010

Koorders dan Valeton, 1918, Atlas Der Baumarten Von Java, Buch und Steindruckerei von Fa. P. W. M. TRAP, Leiden

Matsunami, K., Takamori, I., Shinzato, T., Aramoto, M., Kondo, K., Otsuka, H., et al., 2006, Radical-Scavenging Activities of New Megastigmane Glucosides from Macaranga tanarius (L.) MÜL(L.)-ARG., Chem. Pharm. Bul(L.) 54(10)1403-1407

Matsunami, K., Otsuka, H., Kondo, K., Shinzato, T., Kawahata, M., Yamaguchi, K., et al.,2009, Absolute configuration of (+)-pinoresinol 4-O-[600-O-galloyl]-b-D-glucopyranoside, macarangiosides E, and F isolated from the leaves of Macaranga tanarius,Phytochemistry70 (2009)1277–1285

Phytomedika, 1991, Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik, 49, Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alami Phytomedika, Jakarta

Phommart, S., Sutthivaiyakit, P., Chimnoi, N., Ruchirawat, S., dan Sutthivaiyakit, S., 2005, Constituents of the Leaves ofMacaranga tanarius, J. Nat. Prod.,68, 927-930

Pramono, S., 2003, Bahan Obat Alami Ditinjau dari Prospek Bisnis, Makalah seminar, 25 Mei 2003, Yogyakarta

Puteri, M.G., dan Kawabata, J., 2010, Novel alfa-glucosidase inhibitors from Macaranga tanarius leaves,Food Chemistry,123 (2010), 384-389

(69)

Riadiani, R.P., 2006, Efek Analgesik Ekstrak Petroleum Eter Daun Senggani (Melastoma polyanthum BI.) Pada Mencit Putih Betina,Skripsi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Robinson, T., 1991, The Organic Constituents of Higher Plants, 6th edition, diterjemahkan oleh Padmawinata, K., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, 191, Penerbit ITB, Bandung

Schmitz, G., Lepper, H., and Heidrich, M., 2009, Pharmacards: Lernkartensystem Pharmakologie und Toxikologie, diterjemahkan oleh Setiadi, L., Farmakologi dan Toksikologi, Edisi 3, 226-268, Penerbit Buku kedokteran EGC, Jakarta

Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2007, Obat-obat Penting: Khasiat penggunaan dan Efek-efek Sampingnya, Edisi VI, Cetakan ke-1, 312, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Turner, R. A., 1965, Screening Method in Pharmacology, Vol I, 160, Academic Press, New York

Tusthi, G.N.T., 2007, Uji Efek Analgesik Ekstrak Etanol Daun Senggani(Melastoma polyanthum BI.) Pada Mencit Putih Betina, Skripsi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

(70)

52

(71)

Lampiran 1. Foto daunM. tanarius(Anonim, 2010a)

(72)

54

Lampiran 3. Foto geliat mencit yang memenuhi syarat

Lampiran 4. Hasil analisis statistik jumlah geliat pada penetapan dosis asam asetat

Descriptive Statistics

9 2.0000 .86603 1.00 3.00

dosis_asam_asetat

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

9 Normal Parametersa,b

Absolute Asymp. Sig. (2-tailed)

dosis_asam_ asetat

Test distribution is Normal. a.

(73)

Oneway

Descriptives

jumlah_geliat

3 28.0000 7.00000 4.04145 10.6110 45.3890 20.00 33.00 3 85.0000 10.81665 6.24500 58.1299 111.8701 76.00 97.00 3 87.6667 3.05505 1.76383 80.0775 95.2558 85.00 91.00 9 66.8889 29.93094 9.97698 43.8819 89.8958 20.00 97.00 dosis 25 mg/kgBB

dosis 50 mg/kgBB dosis 75 mg/kgBB Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

ANOVA

jumlah_geliat

6816.222 2 3408.111 58.314 .000

350.667 6 58.444

7166.889 8

Between Groups Within Groups Total

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: jumlah_geliat Scheffe

-57.00000* 6.24203 .000 -77.0198 -36.9802 -59.66667* 6.24203 .000 -79.6865 -39.6469 57.00000* 6.24203 .000 36.9802 77.0198 -2.66667 6.24203 .914 -22.6865 17.3531 59.66667* 6.24203 .000 39.6469 79.6865 2.66667 6.24203 .914 -17.3531 22.6865 (J) dosis_asam_asetat

dosis 50 mg/kgBB dosis 75 mg/kgBB dosis 25 mg/kgBB dosis 75 mg/kgBB dosis 25 mg/kgBB dosis 50 mg/kgBB (I) dosis_asam_asetat

dosis 25 mg/kgBB

dosis 50 mg/kgBB

dosis 75 mg/kgBB

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

(74)

56

dosis 25 mg/kgBB dosis 50 mg/kgBB dosis 75 mg/kgBB Sig.

N 1 2

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000. a.

Lampiran 5. Hasil analisis statistik jumlah geliat pada penetapan selang waktu pemberian

NPar Tests

Descriptive Statistics

9 2.0000 .86603 1.00 3.00

selang_waktu_ pemberian

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

9 Normal Parametersa,b

Absolute Asymp. Sig. (2-tailed)

selang_ waktu_ pemberian

Test distribution is Normal. a.

(75)

Oneway

Descriptives

jumlah_geliat

3 67.6667 5.77350 3.33333 53.3245 82.0088 61.00 71.00 3 45.0000 3.00000 1.73205 37.5476 52.4524 42.00 48.00 3 37.3333 2.30940 1.33333 31.5965 43.0702 36.00 40.00 9 50.0000 14.08900 4.69633 39.1702 60.8298 36.00 71.00 5 menit

10 menit 15 menit Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

ANOVA

jumlah_geliat

1492.667 2 746.333 46.972 .000

95.333 6 15.889

1588.000 8

Between Groups Within Groups Total

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: jumlah_geliat Scheffe

22.66667* 3.25463 .001 12.2282 33.1051 30.33333* 3.25463 .000 19.8949 40.7718 -22.66667* 3.25463 .001 -33.1051 -12.2282 7.66667 3.25463 .140 -2.7718 18.1051 -30.33333* 3.25463 .000 -40.7718 -19.8949 -7.66667 3.25463 .140 -18.1051 2.7718 (J) selang_waktu_

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

(76)

58

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000. a.

Lampiran 6. Hasil analisis statistik jumlah geliat pada uji efek analgesik infusa daunM. tanarius

Descriptive Statistics

25 3.0000 1.44338 1.00 5.00

perlakuan

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

perlakuan Std. Deviation 1.44338 Most Extreme

Kolmogorov-Smirnov Z .779

Asymp. Sig. (2-tailed) .579

(77)

Descriptives

jumlah_geliat

5 45.2000 3.19374 1.42829 41.2344 49.1656 41.00 49.00

5 37.8000 7.32803 3.27719 28.7011 46.8989 30.00 49.00

5 28.0000 1.00000 .44721 26.7583 29.2417 27.00 29.00

5 106.6000 11.99166 5.36284 91.7104 121.4896 96.00 126.00 5 38.6000 5.17687 2.31517 32.1721 45.0279 34.00 47.00 25 51.2400 29.47496 5.89499 39.0733 63.4067 27.00 126.00 IDM dosis

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

ANOVA

jumlah_geliat

19908.560 4 4977.140 105.672 .000

942.000 20 47.100

20850.560 24

Between Groups Within Groups Total

Sum of

(78)

60

Multiple Comparisons

Dependent Variable: jumlah_geliat Scheffe

7.40000 4.34051 .584 -7.2965 22.0965

17.20000* 4.34051 .016 2.5035 31.8965

-61.40000* 4.34051 .000 -76.0965 -46.7035 6.60000 4.34051 .682 -8.0965 21.2965

-7.40000 4.34051 .584 -22.0965 7.2965

9.80000 4.34051 .313 -4.8965 24.4965

-68.80000* 4.34051 .000 -83.4965 -54.1035 -.80000 4.34051 1.000 -15.4965 13.8965

-17.20000* 4.34051 .016 -31.8965 -2.5035

-9.80000 4.34051 .313 -24.4965 4.8965

-78.60000* 4.34051 .000 -93.2965 -63.9035 -10.60000 4.34051 .243 -25.2965 4.0965

61.40000* 4.34051 .000 46.7035 76.0965

68.80000* 4.34051 .000 54.1035 83.4965

78.60000* 4.34051 .000 63.9035 93.2965

68.00000* 4.34051 .000 53.3035 82.6965

-6.60000 4.34051 .682 -21.2965 8.0965

.80000 4.34051 1.000 -13.8965 15.4965

10.60000 4.34051 .243 -4.0965 25.2965

-68.00000* 4.34051 .000 -82.6965 -53.3035 (J) perlakuan

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

(79)

jumlah_geliat

Scheffea

5 28.0000

5 37.8000 37.8000

5 38.6000 38.6000

5 45.2000

5 106.6000

.243 .584 1.000

perlakuan

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

a.

Lampiran 7. Data persen proteksi geliat pada uji efek analgesik beserta hasil analisis statistiknya

74.6717 72.7955 74.6717 72.7955 73.7336 73.7336

IDM dosis 3333,4 mg/kgBB

69.0432 62.4765 54.0338 71.8574 65.2908 64.54034

IDM dosis 666,68 mg/kgBB

56.848 61.5385 55.9099 54.0338 59.6623 57.5985

Aquadest dosis 16667

mg/kgBB

2.439 -18.1989 -2.2514 8.0675 9.9437 0

Asetosal dosis 91 mg/kgBB

(80)

62

NPar Tests

Descriptive Statistics

25 3.0000 1.44338 1.00 5.00

perlakuan

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

25 Normal Parametersa,b

Absolute Asymp. Sig. (2-tailed)

perlakuan

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Oneway

Descriptives

persen_proteksi

5 57.59850 2.99602139 1.339861 53.8784481 61.3185519 54.03380 61.53850 5 64.54034 6.87432040 3.074290 56.0047438 73.0759362 54.03380 71.85740 5 73.73360 .93810000 .41953107 72.5687950 74.8984050 72.79550 74.67170 5 -.0000200 11.24921342 5.030801 -13.9677633 13.9677233 -18.1989 9.94370 5 63.78986 4.85638272 2.171840 57.7598644 69.8198556 55.90990 68.10510 25 51.93246 27.65006833 5.530014 40.5190688 63.3458432 -18.1989 74.67170 IDM dosis

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

(81)

ANOVA

persen_proteksi

17519.664 4 4379.916 105.672 .000

828.967 20 41.448

18348.631 24 Between Groups

Within Groups Total

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: persen_proteksi Scheffe

-6.9418400 4.071773 .584 -20.7284610 6.8447810

-16.135100* 4.071773 .016 -29.9217210 -2.3484790

57.598520* 4.071773 .000 43.8118990 71.3851410

-6.1913600 4.071773 .682 -19.9779810 7.5952610

6.94184000 4.071773 .584 -6.8447810 20.7284610

-9.1932600 4.071773 .313 -22.9798810 4.5933610

64.540360* 4.071773 .000 50.7537390 78.3269810

.75048000 4.071773 1.000 -13.0361410 14.5371010

16.135100* 4.071773 .016 2.3484790 29.9217210

9.19326000 4.071773 .313 -4.5933610 22.9798810

73.733620* 4.071773 .000 59.9469990 87.5202410

9.94374000 4.071773 .243 -3.8428810 23.7303610

-57.598520* 4.071773 .000 -71.3851410 -43.8118990

-64.540360* 4.071773 .000 -78.3269810 -50.7537390

-73.733620* 4.071773 .000 -87.5202410 -59.9469990

-63.789880* 4.071773 .000 -77.5765010 -50.0032590

6.19136000 4.071773 .682 -7.5952610 19.9779810

-.75048000 4.071773 1.000 -14.5371010 13.0361410

-9.9437400 4.071773 .243 -23.7303610 3.8428810

63.789880* 4.071773 .000 50.0032590 77.5765010 (J) perlakuan

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

(82)

64

Homogeneous Subsets

persen_proteksi

Scheffea

5 -.0000200

5 57.59850

5 63.78986 63.78986

5 64.54034 64.54034

5 73.73360

1.000 .584 .243

perlakuan Aquadest dosis 16667 mg/kgBB IDM dosis 666,68 mg/kgBB Asetosal dosis 91 mg/kgBB IDM dosis 3333,4 mg/kgBB IDM dosis 16667 mg/kgBB Sig.

N 1 2 3

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

(83)

Lampiran 8. Data perubahan persen proteksi geliat terhadap asetosal dosis 91 mg/kgBB pada uji efek analgesik

Perlakuan Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Replikasi 4 Replikasi 5 Rata-rata IDM dosis

16667 mg/kgBB

17.0589 14.1177

17.0589 14.1177 15.5884 15.5883 IDM dosis

3333,4 mg/kgBB

8.2354 -2.0585 -15.2941 12.6471 2.353 1.1766 IDM dosis

666,68 mg/kgBB

-10.8824 -3.5293 -12.353 -15.2941 -6.4706 -9.7059 Aquadest

dosis 16667 mg/kgBB

-96.1766 -128.53 -103.529 -87.353 -84.4118 -100

Asetosal dosis 91 mg/kgBB

-12.353

-2.0585 3.8236 3.8236 6.7648 0

NPar Tests

Descriptive Statistics

25 -18.5882 43.34558212 -128.530 17.05890 perubahan_persen_

proteksi_geliat

Gambar

Gambar 1. Struktur senyawa dalam tanaman M. tanarius(Phommart, 2005) dan (Matsunami, 2006)
Gambar 2. Struktur asetosal (Helmenstine, 2010)
Tabel I. Rata-rata jumlah geliat pada orientasi dosis asam asetat
Tabel II. Hasil uji Scheffe data geliat mencit
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdo’alah kepada Allah Swt: “Yā Allah Yā Qayy ū m, wahai Tuhan Yang Maha Berdiri Sendiri/Mandiri, jadikanlah hidup kami tidak selalu bergantung kepada orang lain”!. • Al-Ahad

Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini; jadi seni kontemporer adalah seni

[r]

Alasan digunakannya PTK dalam penelitian ini adalah peneliti ingin meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan metode hand sign Kodaly saat proses

Studi kasus adalah suatu studi tentang kekhasan dan sekaligus kompleksitas dari suatu atau sejumlah kasus, guna memahami kegiatan subyek penelitian dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami mahasiswa dalam memahami materi integral lipat dua pada koordinat polar mata kuliah

Saat ini bermunculan aplikasi lain yang dapat digunakan untuk melakukan chatting dengan id YM, seperti misalnya: YM dengan teks pada Meebo ( www.meebo.com ), aplikasi Gaim,