PELATIHAN HAM DASAR DOSEN HUKUM HAM SE-INDONESIA Singgasana Hotel Surabaya, 10 – 13 Oktober 2011
MAKALAH
Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain Yang Kejam, Tidak Manusiawi Atau Merendahkan Martabat Manusia
Oleh:
Zainal Abidin
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) www.elsam.or.id
KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN
PERLAKUAN ATAU HUKUMAN LAIN YANG KEJAM, PERLAKUAN ATAU HUKUMAN LAIN YANG KEJAM,
TIDAK MANUSIAWI ATAU MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA
Z i l Abidi Zainal Abidin
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) www elsam or id
www.elsam.or.id
Disampaikan pada Pelatihan Dasar HAM Bagi Para Dosen Pengajar Hukum dan HAM yang diselenggaran oleh Pusat Studi HAM Universitas Islam
dan HAM yang diselenggaran oleh Pusat Studi HAM Universitas Islam
Indonesia (PUSHAM UII) dan Norwegian Centre for Human Rights (NCHR) Surabaya 12 Oktober 2011
Surabaya, 12 Oktober 2011
Sejarah Sejarah
Deklarasi Universal HAM menyatakan: “tidak seorangpun boleh
Deklarasi Universal HAM menyatakan: tidak seorangpun boleh disiksa atau diperlakukan secara kejam, memperoleh perlakuan atau dihukum secara tidak manusiawi atau direndahkan
martabatnya”. y
International Covenant on Civil and Political Rights menyatakan:
“tidak seorangpun dapat dikenakan penyiksaan atau perlakuan atau hukuman yang keji, tidak manusiawi atau merendahkan martabat. y g j Pada khususnya tidak seorang pun dapat dijadikan obyek
eksperimen medis atau ilmiah tanpa persetujuan yang diberikan secara bebas”.
K di b d k R l i M j li U PBB t l 10
Kemudian, berdasarkan Resolusi Majelis Umum PBB tanggal 10 Desember 1984 ditetapkan Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment (Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakukan atau Hukuman Lain Yang Menentang Penyiksaan dan Perlakukan atau Hukuman Lain Yang Kejam, Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia).
Saat ini 149 negara telah menjadi negara pihak.
Muatan Konvensi Muatan Konvensi
Landasan Konvensi :
Landasan Konvensi :
Prinsip-prinsip dalam Piagam PBB, pengakuan atas hak yang sama dan hak-hak yang tidak dapat dipisahkan dari
i k l d k b b k dil
umat manusia merupakan landasan kebebasan, keadilan dan perdamaian dunia;
Hak-hak tersebut melekat pada manusia sebagai pribadi;p g p
Kewajiban negara-negara untuk memajukan
penghormatan dan pentaatan yang universal terhadap hak asasi dan kebebasan dasar manusia.
Tidak seorangpun menjadi sasaran penyiksaan atau perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat manusia;a us a , atau e e da a a tabat a us a;
Untuk menjadikan lebih efektif perjuangan menentang penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan diseluruh
kejam, tidak manusiawi atau merendahkan diseluruh dunia.
Pengertian Penyiksaan Pengertian Penyiksaan
Pengetian Penyiksaan:
Pengetian Penyiksaan:
“setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik
j i h i d j dil k k
jasmani maupun rohani, yang dengan sengaja dilakukan pada seseorang untuk memperoleh pengakuan atau
keterangan dari orang itu atau dari orang ketiga, dengan menghukumnya atas suatu perbuatan yang telah dilakukan menghukumnya atas suatu perbuatan yang telah dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh orang itu atau orang ketiga, atau mengancam atau memaksa orang itu atau orang ketiga, atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada setiap bentuk atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau penderitaan tersebut
ditimbulkan oleh, atas hasutan atau dari, dengan
persetujuan, atau sepengatahuan pejabat publik atau orang persetujuan, atau sepengatahuan pejabat publik atau orang lain yang bertindak dalam kapasitas resmi. Hal itu tidak
meliputi rasa sakit atau penderitaan yang semata-mata timbul dari, melekat, atau tambahan dari sanksi yang resmi”. , , y g
Muatan Konvensi – Negara Pihak
Harus mengambil langkah langkah legislatif administratif hukum
Harus mengambil langkah-langkah legislatif, administratif, hukum, atau lainnya untuk mencegah penyiksaan diwilayah hukumnya;
Tidak ada pengecualian apapun, baik dalam keadaan perang atau ancaman perang atau ketidakstabilan politik atau keadaan darurat ancaman perang, atau ketidakstabilan politik, atau keadaan darurat lainnya dapat digunakan alasan untuk pembenaran penyiksaan;
Perintah atasan atau penguasa tidak boleh menjadi alasan penyiksaan;
penyiksaan;
Tidak ada negara pihak yang boleh mengusir, mengembalikan atau mengekstradisi seseorang ke negara lain bila ada alasan kuat
bahwa orang itu akan mengalami penyiksaan;
bahwa orang itu akan mengalami penyiksaan;
Apabila ada alasan-alasan semacam itu, harus ada pertimbangan semua hal yang berkaitan, apabila mungkin terdapat pola tetap pelanggaran yang besar, mencolok, atau massal terhadap
p gg y g , , p
pelanggaran HAM yang berat.
Muatan Konvensi – Negara Pihak
Memastikan setiap tindakan penyiksaan adalah tindak
Memastikan setiap tindakan penyiksaan adalah tindak pidana (kejahatan), termasuk percobaan melakukan penyiksaan, oleh siapa saja yang membantu dan turut
t serta;
Mengatur bahwa tindak pidana itu dihukum setimpal dengan sifat kejahatannya;
dengan sifat kejahatannya;
Jika ada tindakan penyiksaan, harus melakukan
penahanan terhadap pelaku dan melakukan tindakan
h k l i l k k lidik l d
hukum lainnya; melakukan penyelidikan awal, dan melakukan proses pengadilan dengan menjamin adanya peradilan yang adil pada setiap prosesnya; y p y g p p p y ;
Negara pihak harus memberikan bantuan untuk
memberikan semua bukti untuk proses perkara, dan saling memberikan bantuan hukum yang mungkin;
saling memberikan bantuan hukum yang mungkin;
Muatan Konvensi – Negara Pihak
Menjamin pendidikan dan informasi mengenai larangan
Menjamin pendidikan dan informasi mengenai larangan terhadap penyiksaan seluruhnya dimasukkan dalam
pelatihan bagi aparat penegak hukum sipil/militer, dan pihak lain yang relevan;
lain yang relevan;
Mencantumkan larangan penyiksaan dalam peraturan atau instruksi yang dikeluarkan sehubungan dengan tugas dan fungsi terhadap orang orang/penegak hukum dan pihak fungsi terhadap orang-orang/penegak hukum dan pihak berwenang lain yang relevan;
Mengawasi secara sistemik peraturan-peraturan tentang
i t i t d k bi d t l k k
interogasi, metode, kebiasaan dan peraturan melakukan penahanan serta perlakuan terhadap orang-orang yang ditangkap, ditahan, dipenjara untuk mencegah penyiksaan;
M j i i t i i t i b l k k
Menjamin agar instansi-instansi yang berwenang melakukan penyelidikan dengan cepat dan adil, jika ada alasan kuat
telah terjadi tindakan penyiksaan;
Muatan Konvensi – Negara Pihak
M j i ti t k
Menjamin agar setiap orang yang menyatakan telah disiksa mempunyai hak untuk mengadu,
agar kasusnya diperiksa dengan segera dan tidak g y p g g memihak. Ada langkah-langkah untuk melindungi pengadu dan saksi-saksi dari perlakukan buruk atau intimidasi akibat dari pengaduan atau
atau intimidasi akibat dari pengaduan atau kesaksian yang diberikan;
Menjamin dalam sistem hukumnya agar korban
Menjamin dalam sistem hukumnya agar korban memperoleh ganti kerugian dan kompensasi yang layak, termasuk rehabilitasi. Jika korban
meninggal dunia ahli warisnya mendapatkan
meninggal dunia, ahli warisnya mendapatkan
kompensasi;
Muatan Konvensi – Komite Muatan Konvensi Komite
Dibentuk Komite Menentang Penyiksaan untuk
Dibentuk Komite Menentang Penyiksaan untuk melaksanakan tugas-tugas yang ditetapkan, yang terdiri dari 10 pakar bermoral tinggi dan diakui
k d b t d l k it
kemampuannya, dan bertugas dalam kapasitas pribadinya.
Pemilihan anggota komite; dipilih oleh negara pihak
Pemilihan anggota komite; dipilih oleh negara pihak, diajukan oleh negara pihak, melalui pemungutan
rahasia.
Di ilih t k j b t l 4 t h d d t di ilih
Dipilih untuk jabatan selama 4 tahun, dan dapat dipilih kembali.
Komite memilih pejabat-pejabatnya untuk masa 2
Komite memilih pejabat pejabatnya untuk masa 2
tahun dan dapat dipilih kembali dan menetapkan tertib
organisasinya sendiri.
Muatan Konvensi – Negara Pihak
Negara pihak harus menyerahkan kepada Komite melalui Sekjen
Negara pihak harus menyerahkan kepada Komite melalui Sekjen PBB, laporan awal (initial report) tentang tindakan yang telah
dilakukan dalam rangka pelaksanaan Konvensi ini, setelah itu melakukan laporan pelengkap setiap 4 tahun sekali (periodic p p g p p (p report), dan laporan lain yang diminta Komite.
Sekjen PBB meneruskan laporan kepada semua negara pihak.
Setiap laporan harus dipertimbangkan oleh Komite yang dapat
Setiap laporan harus dipertimbangkan oleh Komite yang dapat memberikan komentar umum atas laporan tersebut dan
meneruskan ke negara bersangkutan. Negara dapat memberikan tanggapan.
Jika Komite mendapat informasi adanya penyiksaan yang sedang dilakukan secara sistemtik di suatu negara, Komite dapat
mengundang negara untuk bekerja sama memeriksa kebenaran informasi untuk keperluan observasi atas kebenaran informasi informasi untuk keperluan observasi atas kebenaran informasi tersebut. Komite juga dapat melakukan penyelidikan rahasia dan hasilnya dilaporkan kepada Komite.
Mekanisme Perlindungan –
P l N Pih k
Pelaporan Negara Pihak
P l l h t d l b i
Pelaporan oleh negara memuat: dalam bagian umumnya, informasi dasar dan menguraikan
konteks dalam hal mana pelarangan penyiksaan konteks dalam hal mana pelarangan penyiksaan dijamin, menunjukkan status konvensi dalam
hukum domestik, dan termasuk menguraikan , g struktur organisasi negara tentang kekuasaan yudikatif, legislatif dan yudikatif dan tanggung
j b k
jawab mereka.
Bagian kedua memuat informasi dasar terperinci
l d i l i l k
pasal demi pasal mengenai pelaksanaan
kewajiban yang diatur dalam Konvensi.
Mekanisme Perlindungan – Mekanisme T tik PBB P l kh
Tematik PBB: Pelapor khusus
Mekanisme tematik PBB terdiri dari sejumlah pelapor khusus
Mekanisme tematik PBB terdiri dari sejumlah pelapor khusus (special rappourteurs), perwakilan (representatives), pakar independen (independent experts), atau kelompok kerja (working groups) yang biasanya dibentuk untuk menangani (working groups), yang biasanya dibentuk untuk menangani pelangaran HAM secara spesifik yang terjadi.
Mandat dari pelapor khusus tindak penyiksaan berdasarkan DUHAM ICCPR dan Kovensi Menentang Penyiksaan yang DUHAM, ICCPR, dan Kovensi Menentang Penyiksaan, yang menegaskan jaminan hak untuk tidak mengalami penyiksaan, atau perlakuan atau hukuman yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat
dan merendahkan martabat.
Kegiatan seorang pelapor khusus biasanya; 1) penelitian, 2) menerima pengaduan, 3) komunikasi dengan pemerintah suatu negara 4) laporan tahunan ke Komisi HAM PBB 5) suatu negara, 4) laporan tahunan ke Komisi HAM PBB, 5) kunjungan ke negara-negara, 6) sidang tahunan.
Mekanisme Perlindungan –
P d P d I di id l
Prosedur Pengaduan Individual
Berdasarkan pasal 22 Konvensi; Negara pihak menyatakan
Berdasarkan pasal 22 Konvensi; Negara pihak menyatakan mengakui kewenangan Komite untuk menerima dan
membahas pengaduan individu. Seorang individu dapat
melakukan pengaduan dengan menyatakan menjadi korban melakukan pengaduan dengan menyatakan menjadi korban pelanggaran yang dilakukan oleh negara pihak.
Komite tidak akan menerima laporan yang tidak jelas
identitas pengirim atau merupakan penyalahgunaan hak ini identitas pengirim atau merupakan penyalahgunaan hak ini.
Komite membawa laporan pengaduan ini untuk mendapatkan perhatian negara pihak, negara harus memberikan
j l t t li t k j l k l h d
penjelasan tertulis untuk menjelaskan permasalahan dan langkah perbaikan, yang mungkin telah dilakukan oleh negara itu.
Protokol Opsional pada Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakukan atau Hukuman Lain Yang Kejam, Tidak g j , Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia (0PCAT)
Tujuan : Menetapkan sistem kunjungan berkala yang
Tujuan : Menetapkan sistem kunjungan berkala yang dilakukan badan-badan internasional dan nasional yang independen ketempat-tempat dimana orang-orang tercabut kebebasannya dalam rangka mencegah terjadinya
kebebasannya, dalam rangka mencegah terjadinya
penyiksaan dan perlakuan atau hukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat;
Sub komite pencegahan penyiksaan atau penghukuman lain
Sub komite pencegahan penyiksaan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat dibentuk dan melaksanakan tugas berdasarkan protokol ini, melaksanakan tugasnya berdasarkan kerangka kerja Piagam melaksanakan tugasnya berdasarkan kerangka kerja Piagam PBB dan didasari oleh tujuan-tujuan darn prinsip-prinsip yang ada, berpegang pada prinsip kerahasiaan, adil, tidak
memihak, universal dan obyektif.
memihak, universal dan obyektif.
OPCAT – NEGARA PIHAK OPCAT NEGARA PIHAK
Setiap negara harus membentuk menunjuk atau melanjutkan pada tingkat
Setiap negara harus membentuk, menunjuk atau melanjutkan pada tingkat domestik satu atau beberapa badan-badan pencegahan penyiksaan dan perlakuan atau hukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau
merendahkan martabat (mekanisme pencegahan nasional).
Setiap negara harus mengijinkan kunjungan-kunjungan ke tempat-tempat penahanan, yang harus diupayakan unutk memperkuat, dan jika dipandang perlu perlindungan bagi orang-orang tersebut dari penyiksaan dan
perlakuan atau hukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau perlakuan atau hukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat.
Mekanisme Pencegahan Nasional : paling lama setelah 1 tahun setelah berlakunya protokol ini atau setalah ratifikasi/aksesi, setiap negara pihak har s men nj k/membent k sat ata beberapa mekanisme nasional harus menunjuk/membentuk, satu atau beberapa mekanisme nasional pencegahan penyiksaan di level dalam negeri.
Negara pihak menjamin independensi fungsional dari mekanisme- mekanisme pencegahan nasional sebagaimana juga independensi mekanisme pencegahan nasional sebagaimana juga independensi personel-personelnya, juga bertanggungjawab menyediakan sumber- sumber daya yang diperlukan agar fungsi mekanisme-mekanisme pencegahan nasional dapat berjalan.
Konteks Indonesia Konteks Indonesia
Jaminan Hak untuk bebas dari Penyiksaan dan Perlakukan
Jaminan Hak untuk bebas dari Penyiksaan dan Perlakukan atau Hukuman Lain Yang Kejam, Tidak Manusiawi dan
Merendahkan Martabat Manusia sudah cukup banyak.
J i t b t t d t d l K tit i k i UU 1945
Jaminan tersebut terdapat dalam Konstitusi yakni UU 1945, UU No. 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan sejumlah UU Sektoral lainnya, maupun Peraturan yang lebih rendah lainnya
lainnya.
Indonesia telah meratifikasi International Covenant on Civil and Political Rights dengan UU No. 12 Tahun 2005.
Indonesia telah meratifikasi Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment dengan UU No. 5 tahun 1989.
Larangan Penyiksaan Larangan Penyiksaan
UUD 1945 P l 28I t (1)
UUD 1945 : Pasal 28I ayat (1)
“Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, ....
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.”
UU No. 39/1999 :
“Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga
menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat baik jasmani maupun rohani pada menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani, maupun rohani, pada seseorang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang atau dari orang ketiga, dengan menghukumnya atas suatu perbuatan yang telah dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh seseorang atau orang ketiga, atau untuk suatu alasan yang
did k d ti b t k di k i i i bil kit t d it t b t
didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan dari, dengan persetujuan, atau sepengetahuan siapapun dan atau pejabat politik.”
“Hak untuk hidup hak untuk tidak disiksa hak kebebasan pribadi pikiran dan hati nurani
“Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan
persamaan di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak hak manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan keadaan y g p g apapun dan oleh siapapun.” (pasal 4)
Implementasi Paska Ratifikasi
K i
Konvensi
Telah banyak regulasi (UU atau regulasi yang lebih rendah)
Telah banyak regulasi (UU atau regulasi yang lebih rendah) memasukkan Konvensi sebagai instrumen yang diperhatikan untuk mencegah terjadinya penyiksaan.
T d t j l h l tih b i k h k d
Terdapat sejumlah pelatihan bagi penegak hukum dan
pejabat yang relevan tentang pencegahan penyiksaan dan perlakukan atau hukuman lain yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat manusia
dan merendahkan martabat manusia.
Sejumlah putusan pengadilan merujuk pada dan
meggunakan Konvensi sebagai landasan pertimbangan.
Terdapat mekanisme pengaduan dan konsep pemulihan terhadap korban penyiksaan, misalnya melalui Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
Kekurangan Kekurangan
Kejahatan Penyiksaan sebagaimana maksud dari Konvensi
Kejahatan Penyiksaan sebagaimana maksud dari Konvensi belum masuk dalam KUHP, sehingga kasus-kasus
penyiksaan sering diperiksa dan diadili dengan dengan delik penganiayaan khususnya yang dilakukan oleh penegak
penganiayaan, khususnya yang dilakukan oleh penegak hukum. Namun, telah ada upaya menjadikan kejahatan penyiksaan dengan dimasukkannya delik penyiksaan berdasakan Konvensi dalam RUU KUHAP
berdasakan Konvensi dalam RUU KUHAP.
Indonesia belum meratifikasi OPCAT, sehingga belum ada upaya yang sistematis untuk melakukan pemantauan ke tempat-tempat penahanan dalam rangka pencegahan tempat-tempat penahanan dalam rangka pencegahan penyiksaan, Perlakuan atau Hukuman Lain Yang Kejam, Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia.
Pemerintah telah memasukkan rencana ratifikasi OPCAT ini Pemerintah telah memasukkan rencana ratifikasi OPCAT ini dalam Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) periode 2011-2014.
Kasus-Kasus Penyiksaan Kasus Kasus Penyiksaan
Sejumlah kasus penyiksaan masih terjadi Contoh Kasman Noho tahanan
Sejumlah kasus penyiksaan masih terjadi. Contoh Kasman Noho, tahanan Pencurian Sepeda Motor dipaku tangannya oleh N, yang merupakan
Anggota Polres Kota Gorontalo. Kedua tangannya dipaku di atas meja serta dipukul dengan kayu hingga bengkak di kaki, kepala, dan punggung.
Survey LBH Jakarta tentang tahun 2005 dan 2008, disebutkan, responden yang menyatakan telah mendapat kekerasan dari aparat kepolisian
mencapai 70 persen sampai 80 persen.
Sebagai gambaran pada survei 2005 sebanyak 491 (74 4 persen) dari 639
Sebagai gambaran, pada survei 2005, sebanyak 491 (74,4 persen) dari 639 responden menyatakan telah mendapat kekerasan dari polisi. Sebanyak 30 responden (4,5 persen) menyatakan pernah mendapat kekerasan sipir, 6 responden (0,9 persen) mendapat kekerasan dari TNI, dan 4 responden (0,6 persen) mendapat kekerasan dari penyidik pegawai negeri sipil (PPNS).
p ) p p y p g g p ( )
Pada survei 2008, disebutkan juga bahwa sebanyak 83,65 persen dari 367 responden atau 307 responden menyatakan saat berada di tingkat kepolisian, baik saat penangkapan maupun pemeriksaan, mengalami kekerasan.
Sejumlah kasus lainnya juga terjadi, diantaranya di Papua dan Atambua NTT. Di Atambua, salah seorang korban meninggal.
Sumber : Sumber :
D kl i U i l HAM
Deklarasi Universal HAM;
International Covenant on Civil and Political Rights;
Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment;
Protokol Opsional pada Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakukan atau Hukuman Lain Yang Kejam, Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia (0PCAT);
UUD 1945;
UU N 39 T h 1999 t t H k i M i
UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak asasi Manusia;
UU No. 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment;
UU No 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban;
UU No. 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban;
Agung Yudhawiranata, LLM., Konvensi Anti Penyiksaan, Seri Bahan Bacaan Kursus HAM Untuk Pengacara XI Tahun 2007, ELSAM, 2007. Dapat dilihat di www.elsam.or.id
Sejumlah Dokumen dan Peraturan PerUUan lainnya;
Sejumlah Dokumen dan Peraturan PerUUan lainnya;
http://www2.ohchr.org/english/bodies/cat/
http://www.tempo.co/hg/hukum/2010/12/29/brk,20101229-302512,id.html
http://www bantuanhukum or id/index php/id/berita/lbh di media/300 penyiksaan kepolisian
http://www.bantuanhukum.or.id/index.php/id/berita/lbh-di-media/300-penyiksaan-kepolisian- konvensi-pbb-menentang-penyiksaan-kekerasan