MAKALAH PENGANTAR ILMU EKONOMI
PROGRAM PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL UMKM DI MASA
PANDEMI
DOSEN MATA KULIAH :
ANDHIKA WAHYUDIONO, S.Pd., M. Pd
KELOMPOK 6
MAHASISWA
ANASTASYA BRILLIANTHY SALONG / 31206410
CANTIKA DWI UTAMI
/ 31206429
ARDYAN PRAYOGI
/ 31206435
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI
FAKULTAS EKONOMI
PRODI MANAJEMEN
2020
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia yang semakin meningkat setiap tahunnya memberikan angin segar bagi sector perekonomian. Kebangkitan ini sejalan dengan peran UMKM sebagai penopang perekonomian negara. Sebagai Negara
kepulauan,Indonesia perlu bekerja secara ekstra untuk bias mencapai kesejahteraan. Kehadiran UMKM dianggap mampu meratakan perekonomian diberbagai pelosok. Masyarakat didaerah terpencil bias memenuhi kebutuhannya tanpa perlu mengunjungi kota besar. Apalagi jumlah total UMKM diIndonesia mencapai 99,9% dari total unit usaha di Indonesia, sehingga UMKM
memiliki peran besar dalam menyumbang perekonomian yang merata di Tanah Air.
UMKM memberikan peluang bagi pelaku usaha untuk membuka lapangan kerja baru. Penyerapan tenaga kerja yang tinggi bias mengurangi kemiskinan sehingga berkurangnya angka pengangguran di Indonesia. Dar i data UMKM yang dimiliki oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, angka pertumbuhan pelaku UMKM selalu naik dari tahun ketahun. Misal dari tahun2018, UMKM mampu menyerap tenaga kerja hingga 120 jutaan orang. Ini menunjukkan sinyal bagus bagi tenaga kerja karena semakin terbuka lebarnya peluang.
Negara kepulauan memberikan benefit lain bagi Indonesia dalam mengembangkan UMKM. Usaha kecil, mikro, dan menengah ini dinilai mampu menyumbang devisa bagi negara. Sumber-sumber devisa tersebut antara lain,adanya ekspor barang dan jasa ke Negara lain serta kehadiran wisatawan asing yang berbelanja didalam negeri.
Namun Pandemi COVID-19 mulai mengguncang dunia di awal tahun 2020 dan memberikan dampak yang signifikan pada pertumbuhan ekonomi. Indonesia termasuk kedalam penyebaran virus Covid-19, salah satu sektor yang terkena imbasnya adalahUMKM. Usaha Mikro Kecil Menengah kini tengah mengalami 2 krisis, selain krisis kesehatan akibat pandemi covid-19 juga menghadapi krisis ekonomi yang kini tengah dialami oleh Indonesia akibat pandemi covid-19. Dengan diterapkannya PSBB membuat aktivitas masyarakat di luar ruangan menjadi terganggu. Masyarakat banyak melakukan aktivitas belajar, olahraga, dan bekerja di dalam rumah yang membuat ekonomi para pelaku UMKM menurun.
Saat ini memang UMKM terdampak luar biasa. Hal ini berbeda dengan tahun 1998, di mana krisisnya hanya terjadi di dalam negeri, sehingga dahulu UMKM tampil sebagai penyelamat ekonomi nasional, dengan ekspor naik 350%. Per hari ekspor UMKM hanya 14%. Sekarang yang terjadi krisis terjadi global. Saat ini justru berdampak UMKM, dari dua sisi, pasokan dan
permintaan.
Seiring dengan transisi ke kehidupan yang baru, UMKM diharapkan mampu beradaptasi dengan kondisi yang ada, namun tetap dengan mematuhi protokol kesehatan yang ada dan tetap menjalankan social distancing. Dalam hal ini teknologi digital bisa menjadi salah satu jalan keluar.UMKM tidak perlu lagi mengandalkan kontak fisik dengan pelanggan dan beralih ke teknologi digital untuk melakukan transaksi.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik, Indonesia saat ini memiliki sekitar 64 juta UMKM namun hanya 13% saja yang sudah beralih atau terhubung ke digital. Sisanya, sekitar 87%
UMKM masih mengandalkan layanan offline mulai dari aktivitas jual-beli, pembukuan, perpajakan, dan lain sebagainya.
Sehingga pandemi COVID-19 bisa dijadikan sebagai momen bagi UMKM untuk bangkit dan menang. Pelaku UMKM perlu untuk mengedukasi diri mereka mengenai ekosistem digital, yang mana manfaatnya tidak hanya sebatas saat pandemic berlangsung tetapi berkepanjangan. Misal dengan mengetahui berbagai aplikasi yang memudahkan manajemen bisnis UMKM. Dengan menerapkan digitalisasi pada DNA UMKM, diharapkan bisnis local siap menghadapi globalisasi.
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID- 19) bukan hanya berdampak pada kesehatan manusia, tetapi telah berdampak pula terhadap memburuknya sistem keuangan yang ditunjukkan dengan penurunan berbagai aktivitas ekonomi domestik. Untuk itu, Pemerintah telah mengambil strategi kebijakan dan langkah-langkah luar biasa dalam rangka penyelamatan perekonomian nasional dan stabilitas sistem keuangan melalui berbagai kebijakan relaksasi yang berkaitan dengan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) khususnya dengan melakukan peningkatan belanja untuk kesehatan dan pemulihan perekonomian.
Dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional, penurunan penerimaan negara, peningkatan belanja negara dan pembiayaan, Pemerintah berusaha melakukan penyelamatan kesehatan dan perekonomian nasional. Menghadapi permasalahan tersebut Pemerintah mengambil strategi kebijakan “Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)”.
Program PEN ditujukan untuk membantu meningkatkan daya beli masyarakat serta
memulihkan perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Dimulai dari rumah tangga masyarakat yang paling rentan, lalu ke sektor usaha (UMKM). Pelan-pelan roda perekonomian mulai
berputar. Dengan adanya program PEN diharapkan adanya pertumbuhan ekonomi.
Program PEN yang diharapkan menjadi penolong ekonomi dimasa pandemic seperti ini ternyata masih belum diketahui oleh masyarakat yang kurang update terhadap informasi yang ada, maka adapun program PEN yang dimaksud adalah menganggarkan belanja penanganan Covid-19, melakukan perlindungan sosial melalui bansos kepada masyarakat berpenghasilan rendah, dan membantu Pemerintah Daerah dan Sektoral KL diantaranya program padat karya. Dan ternyata beberapa negara sudah menerapkan strategi pemulihan ekonomi di masa pandemi saat ini, antara lain : Amerika Serikat, Australia, India, dan China
Dengan adanya program PEN ini diharapkan ekonomi Indonesia di masa sulit seperti ini diharapkan perlahan-lahan membaik dan jika negara belajar dari strategi kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh beberapa negara, diharapkan Program Pemulihan Ekonomi Nasional dapat berjalan dengan baik sehingga angka kemiskinan dan pengangguran dapat ditekan dan ekonomi kembali pulih.
1.2 Rumusan masalah
1. Mengapa umkm menjadi sektor yang paling terdampak oleh Pandemi covid-19 ? 2. Bagaimana kondisi yang dialami para pelaku umkm di masa pandemi
3. Bagaimana cara para pelaku UMKM dalam mempertahankan usahanya
4. Bagaimana upaya pemerintah dalam perlindungan dan pemulihan terhadap umkm di masa pandemi
5. Bagaimana kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional yang diberikan pemerintah bagi pelaku usaha
PEMBAHASAN
1. Mengapa umkm menjadi sektor yang paling terdampak oleh Pandemi covid-19 ?
Pandemi virus Corona bukan hanya sekedar bencana kesehatan, virus yang dikenal sebagai Covid-19 ini telah menimbulkan kekacauan di sektor ekonomi.Tidak hanya industri besar, pandemi virus Corona telah membuat pelaku UMKM di Indonesia mulai gelisah. Secara garis besar, berikut merupakan dampak nyata yang disebabkan Covid-19 terhadap sektor UKM di Indonesia.
a. Penurunan Aktivitas Jual-Beli
Dampak Covid-19 terhadap perubahan aktivitas masyarakat jadi berkurang karena
masyarakat lebih banyak dirumah. Anjuran social distancing demi menghindari penularan virus Corona yang lebih luas, sedikit banyak turut andil menurunkan aktivitas jual-beli di tengah masyarakat.
b. Bahan Baku Sulit Didapat
Kebijakan social distancing yang dipilih pemerintah Indonesia, telah membuat aktivitas produksi terganggu. Beberapa perusahaan mengambil kebijakan Work From Home, beberapa lagi memutuskan untuk merumahkan karyawannya, hingga PHK massal. Efek domino dari badai PHK dan pekerja yang dirumahkan telah membuat penurunan kapasitas produksi mengalami penurunan ekstrem. Mau tidak mau kondisi ini telah menyebabkan bahan baku produksi industri rumah tangga mengalami kelangkaan, atau mengalami kenaikan harga yang ekstrem.
c. Distribusi Terhambat
Pemerintah terus berupaya untuk memaksimalkan jalur distribusi ke seluruh Indonesia lewat pembangunan infrastruktur besar-besaran di Indonesia.Proyek tersebut bahkan sudah dimulai sejak Presiden Joko Widodo menjabat di periode pertama.
Hasilnya cukup signifikan, jalur distribusi jadi lebih cepat, kesenjangan harga bisa dipangkas, dan laju perekonomian rakyat pun semakin kencang.
Namun kini, Covid-19 telah ‘menghancurkan’ semua itu.Menurut data Asosiasi Tol Indonesia (ATI), lalu-lintas harian rata-rata (LHR) seluruh jalan tol di Indonesia mengalami penurunan antara 40-60 persen sejak awal Maret 2020.
Terhentinya aktivitas distribusi tentu sangat merugikan pelaku bisnis UKM. Mereka kini kebingungan mencari cara mendistribusikan produk, terlebih bagi UKM yang sudah mulai memperluas jangkauan pasar hingga luar daerah, atau bahkan lintas pulau.
d. Penyedia Jasa Ikut Terpapar Dampak Covid-19
Tidak hanya UKM yang bergerak di sektor produksi rumahan, mereka yang bergerak di bidang jasa pun dilaporkan mengalami penurunan omset yang signifikan.Misalnya tukang cukur yang terpaksa harus kehilangan penghasilan akibat kebijakan social distancing.
Mereka yang bekerja sebagai buruh harian lepas, seperti pegawai bangunan, makeup artis,
pekerja wedding organizer, fotografer pernikahan, dan lainnya dilaporkan kesulitan mendapatkan penghasilan karena sejumlah proyek terpaksa ditunda akibat pandemi virus Corona.
2. Bagaimana kondisi yang dialami para pelaku umkm di masa pandemi
Dampak Covid-19 dan kebijakan PSBB sangat dirasakan UMKM di Indonesia. Mandiri Institute telah melakukan dua kali survei, yaitu di bulan Mei dan bulan Agustus-September untuk melihat kondisi UMKM pada masa pandemi.
Terdapat 319 UMKM yang tersebar di Pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Bali, berpartisipasi dalam survei kedua ini. Dari survei tersebut ditemukan bahwa pada Agustus 2020, mayoritas dari UMKM (sekitar 66%) masih membatasi operasional usahanya.
Hal ini meliputi pengurangan waktu operasional, pembatasan kapasitas produksi, atau usaha hanya menjalankan lini penjualan. Hanya 28% dari UMKM telah menjalankan aktivitas bisnis secara normal, baik produksi dan penjualan. Angka tersebut masih di bawah persentase usaha yang beroperasi normal ketika PSBB pada bulan Mei 2020, yaitu sebesar 50%.
Mayoritas usaha menyebutkan bahwa terbatasnya modal usaha (43%) dan kekhawatiran mengenai prospek usaha ke depan (24%) menjadi alasan utama membatasi aktivitas operasional usaha. Sementara sebanyak 14% responden yang melaporkan masih membatasi aktivitas
usahanya juga menyebutkan faktor lemahnya permintaan konsumen menyebabkan hal tersebut Akses terhadap platform digital dapat membantu UMKM dalam mitigasi dampak Covid-19. Berdasarkan survei Mandiri Institute, 9% dari UMKM dengan akses digital melaporkan adanya kenaikan omset usaha.Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan UMKM tanpa akses digital yang hanya 4%. UMKM dengan akses digital juga melakukan strategi bertahan yang lebih efisien dalam menghadapi dampak pandemi Covid-19.
Selain akses digital, dukungan pemerintah melalui program PEN juga membantu UMKM untuk bertahan. Sebanyak 79% dari UMKM yang kami survei mengetahui adanya program PEN. Selanjutnya, sebesar 83% dari UMKM yang telah menerima atau dalam proses pendaftaran program PEN dan restrukturisasi kredit menyebutkan bahwa program tersebut membantu kondisi usaha mereka.
Pemerintah perlu mendorong kesadaran pentingnya akses digital terhadap UMKM untuk memperluas daya jangkau dan segmen pasar. Hal ini disebabkan karena banyak dari pemilik usaha yang sudah mengetahui akses digital, tetapi belum dapat menggunakannya secara tepat guna. Dari aspek permodalan, Pemerintah dapat memperluas dan meningkatkan program PEN bantuan langsung tunai (BLT) dan fasilitas pelonggaran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sampai tahun depan
3. Bagaimana cara para pelaku UMKM dalam mempertahankan usahanya
Masa pandemi covid -19 memberikan dampak yang besar terhadap sektor perekonomian Indonesia khususnya Usaha Makro dan Mikro yang mengalami kemacetan pada usahanya. Dalam hal ini pelaku usaha makro dan mikro harus melakukan adapatasi dan survive agar usaha tetap menghasikan di masa pandemi. Berikut beberapa tips yang dapat diterapkan yaitu :
a. Jaga cashflow agar tetap sehat
Arus kas atau cashflow adalah unsur paling penting saat menjalankan usaha. Dalam situasi saat ini, Anda harus mengelola uang tunai secara optimal. Jaga arus kas untuk selalu positif, karena pengelolaan arus kas dapat menentukan keberlangsungan hidup bisnis Anda.
Menjaga arus kas juga bisa dilakukan dengan menekan biaya produksi seperti biaya pembelian bahan baku, membayar gaji karyawan, biaya operasional barang, dan lain-lain.
b. Terapkan sistem layanan delivery order
Adanya layanan delivery order dapat membantu konsumen untuk mendapatkan produk yang diinginkan. Pemberlakuan social distancing membuat orang-orang untuk menetap di rumah saja dan tidak bisa melakukan transaksi pembelian makanan secara langsung.
c. Terapkan protokol kesehatan sesuai standar
Menerapkan protokol kesehatan adalah salah satu bentuk empati kepada pelanggan agar mereka tidak was-was saat menerima makanan yang dibeli.
d. Manfaatkan teknologi digital
Dengan adanya penerapan social distancing oleh pemerintah, menyebakan berkurangnya aktivitas jual beli di kalangan masyarakat, oleh karena itu para pelaku UMKM harus cermat dalam memanfaatkan teknologi digital agar dapat menjaga kondisi kestabilan ekonomi pelaku UMKM.
e. Inovasi produk berdasarkan kebutuhan
Menciptakan produk berdasarkan kebutuhan adalah salah satu strategi bisnis untuk bertahan di tengah pandemi. Contohnya permintaan masker kain yang meningkat selama pandemi
membuat banyak pemilik bisnis dari segala bidang banting setir meciptakan produk-produk yang diperlukan masyarakat. Dengan memahami kebutuhan pasar yang sedang meingkat, dan
berinovasi akan lebih mudah mempertahankan kelangsungan usaha selama masa pandemi. f. Memperhatikan kualitas produk
Pilihan harga ekonomis ditengah pandemi marak dilakukn oleh berbagai pelakku usaha. Namun dari pada itu standar kualitas produk perlu tetap diperhatikan mulai dari penggunaan produk, hingga packinging tetap steril dan aman sebelum dikirimkan ke konsumen
4. Bagaimana upaya pemerintah dalam perlindungan dan pemulihan terhadap umkm di masa pandemi
Dalam program besar penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional (PEN) untuk merespons dampak pandemi, pemerintah memprioritaskan dukungan terhadap UMKM. Hal itu tampak dari adanya alokasi anggaran khusus untuk mendukung UMKM. Dari total biaya yang dialokasikan pemerintah untuk penanganan Covid-19 pada tahun 2020, sebesar Rp 695,2 triliun, sejumlah Rp 123,46 triliun dialokasikan khusus untuk mendukung UMKM.
Jumlah tersebut dialokasikan untuk lima kegiatan, yakni subsidi bunga sebesar Rp 35,28 triliun, penempatan dana untuk restrukturisasi sebesar Rp 78,78 triliun, belanja imbal jasa penjaminan (IJP) sebesar Rp 5 triliun, PPh final UMKM ditanggung pemerintah (DTP) sebesar Rp 2,4 triliun serta pembiayaan investasi kepada koperasi melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (LPDB KUMKM) sebesar Rp 1 triliun rupiah. Alokasi tersebut menempati urutan kedua dari sisi jumlah dari lima alokasi biaya
Rp 120,61 triliun, sektoral kementerian/lembaga dan pemda Rp 106,11 triliun, kesehatan Rp 87,55 triliun, serta pembiayaan korporasi Rp 53,57 triliun.
Prioritas dukungan terhadap UMKM juga tampak dari upaya pemerintah dalam mengatasi persoalan banyaknya urusan kementerian yang menangani UMKM. Selain Kementerian Koperasi dan UKM, berbagai kementerian memiliki program khusus terhadap UMKM, yakni Kementerian Sosial, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pekerjaan Umum, serta Perumahan Rakyat dan Kementerian Perindustrian.
Untuk mengatasi hal itu, pada bulan Juli 2020 telah dilakukan pembahasan di antara
kementerian-kementerian dan lembaga terkait UMKM yang diinisiasi oleh Kemenkop dan UKM. Dalam pembahasan tersebut disepakati bahwa demi menyelamatkan ekonomi negara, UMKM harus yang pertama diselamatkan.
Pemerintah melalui Kemenkop dan UKM juga melakukan usaha untuk mendukung
digitalisasi UMKM. Menurut kementerian, di tengah pandemic saat ini, transaksi daring terbukti meningkat. Kemenkop dan UKM merekam bahwa saat ini baru sekitar 13 persen dari 63 juta pelaku UMKM yang sudah masuk ke dalam ekosistem digital. Dalam usaha untuk mendorong digitalisasi UMKM di sektor pangan, Kemenkop dan UKM membangun kolaborasi beberapa platform digital, yakni tanihub, sayurbox, ekosis, dan modalrakyat. Ekosistem digital ini dibangun dan diharapkan menjangkau hulu hingga hilir.
Untuk membantu memperkenalkan pelaku UMKM dengan pasar daring, Kemenkop dan UKM bekerja sama dengan Smesco Indonesia mengeluarkan program E-Brochure. Program ini bertujuan menjadi wadah pemasaran produk UMKM secara digital. Ke depan, akan dibuat katalog produk UMKM seluruh Indonesia. Dalam E-Brochure ini, produk-produk UMKM dibagi ke dalam tujuh kategori, yaitu pakaian dan batik, kerajinan tangan, tenun dan songket, tas dan sepatu, herbal dan spa, makanan dan minuman, serta furnitur. Pemerintah menargetkan, pada akhir 2020 terdapat 10 juta UMKM yang terhubung ke pasar digital.
Berbagai upaya perlindungan dan pemulihan di atas dilakukan agar para pelaku UMKM mampu bertahan dan bangkit menjalankan usahanya di tengah pandemi Covid-19.
5. Bagaimana kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional yang diberikan pemerintah bagi pelaku usaha
Pemerintah mendukung dunia usaha untuk pemulihan ekonomi nasional dari pandemi COVID-19. Dukungan pemulihan ekonomi nasional sesuai PP 23/2020 yaitu harus memenuhi prinsip keadilan sosial dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, mendukung pelaku usaha yang terdampak pandemi COVID-19. Kemudian prudent, tata kelola baik, transparan, akseleratif, adil, sesuai ketentuan, tidak menimbulkan moral hazard, serta ada pembagian biaya dan resiko antar stakeholders sesuai tugas dan kewenangan masing-masing. Bentuk dukungan pemerintah bagi dunia usaha dibagi menjadi 3 kelompok, untuk UMKM, BUMN, dan korporasi.
Untuk UMKM, pemerintah siapkan subsidi bunga sebesar Rp34,15 triliun untuk 60,66 juta rekening, insentif PPh pasal 21 ditanggung pemerintah, begitu pula PPh Final UMKM. Subsidi bunga sebesar Rp34,15 triliun tersebut akan dialokasikan melalui BPR, perbankan dan
perusahaan pembiayaan sebesar Rp27,26 triliun. Kemudian melalui KUR, UMi, Pegadaian sebesar Rp6,4 triliun. Sedangkan melalui online, koperasi, petani, LPDB, LPMUKP, UMKM Pemda sebesar Rp0,49 triliun. Selain itu, pemerintah juga siapkan kredit modal kerja baru
UMKM sebesar Rp125 triliun dimana Rp6 triliun dialokasikan untuk imbal jasa penjaminan (Rp5 triliun) dan cadangan (Rp1 triliun).
Untuk BUMN, pemerintah akan memberikan Penyertaan Modal Negara (PMN), pembayaran kompensasi, dan talangan (investasi) modal kerja. Selain itu, pemerintah akan mendukung dalam bentuk lain seperti optimalisasi Barang Milik Negara (BMN), pelunasan tagihan, loss limit penjaminan, penundaan dividen, penjaminan pemerintah, pembayaran talangan tanah Proyek Strategis Nasional (PSN).
Sedangkan untuk korporasi, pemerintah siapkan insentif perpajakan sebesar Rp34,95 triliun berupa pembebasan PPh pasal 22 impor, pengurangan angsuran PPh pasal 25 sebesar 30%, dan pengembalian pendahuluan PPN. Kemudian, pemerintah juga akan melakukan penempatan dana di perbankan sehat dalam rangka restrukturisasi debitur UMKM sebesar Rp35 triliun.
Kemudian, pemerintah juga akan melakukan penempatan dana di perbankan sehat dalam rangka restrukturisasi dibitur UMKM sebesar 35 triliun.
KESIMPULAN
Pandemi Covid-19 membuat sektor kesehatan dan perekonomian seluruh global mengalami krisis. Dalam hal itu, Indonesia mengalami imbas dari krisis yang tengah dihadapi global. Sektor UMKM menjadi sektor yang paling terdampak. Akibat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar yang diterapkan di berbagai daerah membuat terbatasnya aktivitas masyarakat diluar rumah, akibat dari itu menurunnya aktivitas jual-beli, bahan baku yang sulit di dapat, terhambatnya
distribusi dan produksi barang. Dan terpaparnya penyedia jasa oleh virus covid-19. Padahal sektor UMKM memiliki peran yang penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, mengatakan bahwa UMKM selama ini menjadi salah satu penopang ekonomi nasional. Setidaknya terdapat lebih dari 64 juta unit UMKM yang berkontribusi 97% terhadap total tenaga kerja dan 60% dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Jumlah ini menunjukkan peran UMKM yang sangat besar bagi perekonomian nasional. Untuk memastikan agar UMKM tetap bertahan memang butuh dukungan bersama lintas sektoral Dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional, UMKM menjadi prioritas memperoleh modal kerja agar mampu pulih dan kembali produktif. Pemerintah menganggarkan penanganan Covid-19 untuk usaha mikro, kecil dan menengah senilai 123,46 Triliun dan berharap mereka yang tergabung dalam ekosistem platform digital dapat mengakses dan memperolehnya.
Teknologi digital juga sangat membantu terbentuknya ekosistem baru dari bisnis usaha seperti supply bahan baku, jasa packaging, jasa pengiriman dan jasa pembayaran. Dengan nilai kontribusi yang tinggi dari 1 perusahaan saja, apabila digabungkan dengan pelaku usaha lain dan sejenis, maka dampaknya akan terasa. Melalui data dan informasi yang akurat, mitra UMKM baik merchants dan mitra pengemudi di dalam ekosistem platform digital akan lebih mudah untuk dikelola baik dan transparan.
Daftar Pustaka https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13298/Melalui-Program-Pemulihan-Ekonomi- Nasional-PEN-Mari-Bersama-sama-Menggerakkan-Roda-Perekonomian-Untuk-Indonesia-Lebih-Baik.html https://www.online-pajak.com/seputar-pph-final/peran-umkm https://maucash.id/dampak-covid19-terhadap-bisnis-usaha-kecil-menengah-ukm-di-indonesia https://ekbis.sindonews.com/read/206618/34/bagaimana-kondisi-umkm-di-tengah-pandemi-simak-hasil-surveinya-1603465816/10 https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/kebijakan-perlindungan-dan-pemulihan-umkm-di-tengah-pandemi-covid-19