• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PENGANTAR ILMU EKONOMI DAMPAK PANDEMI COVID 19 PADA PENDAPATAN NASIONAL. DOSEN MATAKULIAH: ANDHIKA WAHYUDIONO, S.Pd.,M.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH PENGANTAR ILMU EKONOMI DAMPAK PANDEMI COVID 19 PADA PENDAPATAN NASIONAL. DOSEN MATAKULIAH: ANDHIKA WAHYUDIONO, S.Pd.,M."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PENGANTAR ILMU EKONOMI

DAMPAK PANDEMI COVID 19 PADA

PENDAPATAN NASIONAL

DOSEN MATAKULIAH:

ANDHIKA WAHYUDIONO, S.Pd.,M.Pd

KELOMPOK 7

MAHASISWA

NADIA NUKE OVILIA / 31206445

I LUH VERNIDA ADE LINA / 31206439

KHARISMA ALFIN ZAKIA / 31206414

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI

FAKUSTAS EKONOMI

PRODI MANAJEMEN

2020

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pandemi COVID-19 adalah peristiwa menyebarnya Penyakit koronavirus 2019 (bahasa Inggris: coronavirus disease 2019) . Penyakit ini disebabkan oleh koronavirus jenis baru yang diberi nama SARS-CoV-2.Wabah COVID-19 pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada tanggal 1 Desember 2019, dan ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020. Pandemi ini memiliki dampak terhadap beberapa aspek salah satunya aspek ekonomi dibidang pendapatan nasional.

Pendapatan Negara makin tertekan adanya Pandemi Covid 19, di mana situasi pelemahan ekonomi global dan Indonesia sangat berpengaruh terhadap kinerja pendapatan negara. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, sampai dengan akhir bulan Mei 2020, realisasi pendapatan negara dan hibah telah mencapai Rp 664,32 triliun. Tetapi capaian pendapatan negara dan hibah tersebut menyusut 9,02% (yoy). “Kontraksi penerimaan di Mei cukup dalam akibat perlambatan kegiatan ekonomi sebagai dampak Covid-19 dan pemanfaatan insentif fiskal dalam rangka pemulihan ekonomi nasional,” kata Sri Mulyani dalam telekonferensi APBN Kita, Selasa (16/6/2020).

Sementara itu, penerimaan seluruh sektor usaha di Januari hingga Mei 2020 tumbuh negatif. Ini berkebalikan dengan Januari-April 2020 di mana Industri Pengolahan dan Jasa Keuangan dan Asuransi masih tumbuh positif.

“Kegiatan produksi melambat akibat terbatasnya suplai bahan baku impor dan pembatasan kegiatan produksi akibat Covid-19. Volume penjualan barang dan jasa pada berbagai sektor juga sangat tertekan akibat PSBB, menurunnya daya beli, serta perubahan pola spending-saving masyarakat dalam menghadapi pandemi,” jelas Menkeu.

Untuk realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai hingga 31 Mei 2020 telah mencapai Rp 81,51 triliun, tumbuh 12,15%n (yoy), terutama berasal dari penerimaan cukai yang tercatat tumbuh 18,54% (yoy).

Selanjutnya, realisasi PNBP sampai dengan 31 Mei 2020 mencapai Rp 136,9 triliun, tumbuh negatif 13,61% (yoy). Menurut Menkeu, lebih rendahnya realisasi PNBP disebabkan oleh SDA Migas yang tumbuh negatif 24,38% akibat turunnya rata-rata ICP, penurunan lifting minyak bumi dan gas bumi, serta depresiasi nilai tukar rupiah. Kemudian, SDA Nonmigas tumbuh negatif 23,69% yang disebabkan penurunan rata-rata Harga Batubara Acuan (HBA), turunnya volume produksi batu bara, dan penurunan volume produksi kayu.

Untuk pendapatan dari Kekayaan Negara Dipisahkan (KND) juga tumbuh negatif 26,79% karena adanya pergeseran setoran sisa surplus BI ke pertengahan Juni 2020. Selanjutnya, rendahnya realisasi PNBP KND disebabkan karena belum selesainya RUPS pada sebagian besar BUMN kotributor PNBP dari setoran dividen. Sebaliknya, capaian

(3)

PNBP lainnya dan pendapatan BLU mengalami pertumbuhan positif. Peningkatan PNBP lainnya ditopang oleh adanya penerimaan akumulasi iuran pensiun. Sementara, peningkatan pendapatan BLU berasal dari penerimaan dari pungutan ekspor kelapa sawit yang tahun sebelumnya tidak ada pungutan dan adanya jasa pelayanan rumah sakit yang meningkat.

Untuk mengukur keberhasilan perekonomian suatu negara salah satunya dapat dilihat dari angka pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi (economic growth) dapat diukur dari kenaikan besarnya pendapatan nasional (produksi nasional) pada periode tertentu. Oleh karena itu, nilai dari pendapatan nasional (national income) ini merupakan gambaran dari aktivitas ekonomi secara nasional pada periode tertentu. Tingginya tingkat pendapatan nasional dapat mencerminkan besarnya barang dan jasa yang dapat diproduksi. Besarnya kapasitas produksi tersebut dapat menunjukkan tingginya tingkat kemakmuran masyarakat dalam suatu negara. Baik Negara yang sedang berkembang maupun negara-negara maju, semua mengiginkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi pendapatan nasional negara yang semakin tertekan dengan adanya pandemi covid-19?

2. Mengapa banyak sekali dampak pandemi terhadap pendapatan nasional? 3. Bagaimana strategi pemerintah untuk mengatasi masalah ini?

(4)

PEMBAHASAN

1. Bagaimana kondisi pendapatan nasional negara yang semakin tertekan dengan adanya pandemi covid-19

Kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 semakin tertekan. Penyebabnya wabah virus korona Covid-19 makin meluas, membuat semua asumsi makro meleset. Pertama, asumsi pertumbuhan ekonomi. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2020 hanya di kisaran 4,5%-4,9%. Proyeksi yang sudah di bawah asumsi APBN yakni sebesar 5,3% tahun ini di prediksi bakal lebih rendah lagi. Sebab, merebaknya virus korona di dalam negeri dan adanya pembatasan kegiatan masyarakat menyebabkan aktivitas perekonomian berkurang.

Kedua, realisasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat terus merosot. Secara year to date (ytd) masih di level Rp 13.910 per dollar Amerika Serikat (AS). Namun posisi nilai tukar rupiah kemarin hampir menyentuh Rp 15.100 per dollar AS, jauh dari asumsi di APBN 2020 yakni Rp 14.400 per dollar AS.

Ketiga, realisasi harga minyak mentah Indonesia (ICP) sebesar US$ 60,99 per barel secara ytd dan perkembangan terakhir sudah US$ 56,61 per barel. Adapun asumsi APBN sebesar US$ 63 per barel.

Belum lagi, kondisi penerimaan negara, khususnya penerimaan pajak yang juga tertekan akibat wabah Covid-19. Di sisi lain, pemerintah harus mengeluarkan dana untuk stimulus perekonomian baik untuk tanggap darurat menghadapi korona maupun insentif pajak bagi sebagian pelaku usaha meskipun saat ini semua perusahaan kesulitan. Makanya, Menkeu memperkirakan, defisit anggaran tahun ini akan melebar ke level 2,5% terhadap produk domestik bruto (PDB), dari target 1,76% terhadap PDB.

2. Mengapa banyak sekali dampak pandemi terhadap pendapatan nasional

Kehadiran virus corona atau coronavirus disease 2019 (covid-19) telah membuat situasi ekonomi di seluruh dunia memburuk. Bahkan, lembaga keuangan dunia seperti International Monetary Fund (IMF) telah memproyeksikan bahwa ekonomi global tumbuh minus di angka 3%. melalui Kementerian Keuangan telah mencatat setidaknya ada delapan dampak utama merebaknya covid-19 bagi perekonomian Indonesia, mulai dari Tenaga kerja hingga kinerja industri di Tanah Air. Dampak ini secara masif telah meluluh lantahkan sendi-sendi sosial dan perekonomian Indonesia.

Berikut adalah pengaruh merebaknya pandemik covid-19 bagi perekonomian Indonesia:

1. Meluasnya PHK

Pandemi Covid-19 telah membawa kesengsaraan yang semakin meluas terhadap para pekerja formal dan informal, Kementerian keuangan mencatat, setidaknya ada

(5)

lebih dari 1,5 juta jiwa pekerja telah dirumahkan dan terkena PHK. Dari angka tersebut 90 persen dirumahkan dan 10 persen sisanya terkena PHK. Sebanyak 1,24 juta orang merupakan berasal pekerja formal dan 265 ribu lainnya merupakan pekerja informal.

2. Kontraksi PMI Manufacturing

PMI Manufacturing umumnya menunjukkan kinerja industri pengolahan dalam negeri, baik dari sisi produksi, permintaan baru hingga ketenagakerjaan yang sangat besar sehingga membawa dampak yang sangat berat utamanya bagi para buruh. Kementerian keuangan mencatat, PMI Manufacturing Indonesia mengalami kontraksi yang cukup dalam hingga 45,3 atau lebih rendah dibandingkan angka per Agustus 2019 yang masih berada di angka 49.

3. Kinerja Impor

Kinerja Impor juga mengalami penurunan yang sangat drastic, sngka terakhir menunjukan, pada triwulan I 2020 turun 3,7 persen year-to-date (ytd).

4. Dampak Inflasi

Kementerian Keuangan mencatat, bahwa Inflasi dalam negeri per Maret 2020 mencapai 2,96 persen year-on-year (yoy). Inflasi ini disumbangkan oleh harga emas perhiasan dan beberapa komoditas pangan.

5. Pembatalan Penerbangan Domestik dan Internasional

Kementerian Perhubungan mencatat covid-19 turut menumbangkan industri penerbangan, setidaknya adalebih dari 12.703 penerbangan di 15 bandara Indonesia dibatalkan sepanjang Januari-Maret 2020, dengan rincian 11.680 untuk penerbangan domestik dan 1.023 untuk penerbangan internasional.

6. Menurunnya Jumlah Wisman

Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) memberikan pengaruh besar terhadap ekonomi dalam negeri, dan covid-19 telah memberikan pengaruhnya yang sangat massif, tak tanggung-tanggung kunjungan wisatawan mancaneggara turun lebih dari 7 ribu wisman per hari. Kunjungan wisman umumnya didominasi wisman dari China.

7. Kehilangan pendapatan Sektor Layanan Udara

Pembatalan penernbangan dan penurunan wisman tentunya memberikan pengaruhnya terhadap angka kehilangan pendapatan di sektor layanan udara mencapai lebih dari Rp 300 miliar per hari.

8. Penurunan Okupansi Hotel

Efek domino dari dibatalkan penerbanggan, berkurangnya wisman juga memberikan pengaruh bagi dunia perhotelan akibat menurunnya jumlah wisatawan mancanegara (wisman). Kementerian Pariwisata bahkan mencatat akibat covid-19, Indonesiia telah kehilangan kucuran devisa dari sector pariwisata

(6)

terpangkas 50% dibanding tahun lalu. Pun demikian dengan okupansi perhotelan di lebih dari 6 ribu hotel jumlah penurunanya lebih dari 50 persen.

3. Bagaimana strategi yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah ini Untuk itu, dibutuhkan upaya pemerintah untuk melakukan penyelamatan dan mengambil langkah-langkah luar biasa (extraordinary). Salah satunya, dengan memperlebar defisit anggaran, yang diperkirakan 5,07 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), lebih tinggi dari proyeksi dalam Undang-Undang APBN 2020 yakni 1,76 persen dan batasan maksimal defisit tiga persen yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Selain itu Pemerintah juga menerbitkan peraturan Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2020 (PERPPU 1/2020) yang baru saja disahkan pada bulan April 2020. Lahirnnya Perppu ini sebagai bentuk kesadaran dari pemerintah akan dampak kerusakan akibat pandemic covid-19 akan sangat massif ke depannya. Untuk itu, kewaspadaan dan kehati-hatian dalam penetapan kebijakan serta pengelolaan Keuangan Negara akan dilakukan ke depan.

Dalam rangka menunjang perekonomian, pemerintah telah menerbitkan PMK-23/2020 dan PMK 28/2020 yang mengatur mengenai insentif fiskal dalam rangka menghadapi pandemic Covid-19. Dengan adanya insentif fiskal ini, diperkirakan penerimaan pajak di bulan April akan menurun.

Terkait dengan (PERPPU 1/2020) yang antara lain mengatur penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Badan untuk tahun pajak 2020 (SPT PPh Badannya disampaikan di April 2021), diperkirakan akan terjadi penurunan angsuran PPh Pasal 25 badan mulai bulan Mei 2020. Lebih lanjut Pemerintah berkomitmen untuk menjaga industri dalam negeri ditengah pandemi Covid-19. Melalui PMK-30/2020, Pemerintah memberikan relaksasi penundaan pembayaran cukai akibat tersendatnya logistik di lapangan karena Covid-19.

Pemerintah berharap dengan adanya penundaan ini dapat membantu arus kas perusahaan sehingga perusahaan dapat terus menjalankan usahanya. Keberlangsungan industri sangat penting untuk mengatasi terhambatnya penyediaan logistik dan penyerapan tenaga kerja agar tidak terjadi pemutusan hubungan kerja. Selain itu Pemerintah juga telah mengantisipasi keadaan kahar ini dengan berbagai kebijakan yang relevan seperti relaksasi aturan impor untuk bahan baku pembuatan alat kesehatan.

Insentif fiskal dan prosedural dari segi kepabeanan dan cukai juga dilakukan Pemerintah untuk mereduksi dampak pandemi Covid-19 ini yang terdiri atas larangan sementara atas ekspor Alat Kesehatan, relaksasi Free Alongside Ship (FAS) Impor, pembebasan cukai alkohol dalam rangka penanganan Covid-19, relaksasi ijin impor untuk Alat Kesehatan, relaksasi PPh impor untuk perusahaan Kemudahan Impor Untuk Tujuan Ekspor (KITE), percepatan layanan online untuk penanganan Covid-19, relaksasi pelunasan cukai dan produksi rokok, percepatan logistik dengan sistem National Logistik Ecosystems (NLE), dan relaksasi penjualan lokal dari perusahaan KB/KITE.

Komitmen Pemerintah untuk menjaga keberlanjutan keuangan negara guna mewujudkan keselamatan dan kesejahteraan masyarakat ditunjukkan dengan upaya-upaya Pemerintah untuk mengelola fiskal dengan sebaik-baiknya melalui peningkatan pendapatan

(7)

negara secara optimal, pengelolaan utang yang pruden dan terus berupaya melakukan perbaikan kinerja penyerapan anggaran. Hal ini diarahkan agar pelaksanaan APBN dapat memberikan manfaat yang optimal dan berkeadilan bagi seluruh lapisan masyarakat

(8)

DAFTAR PUSTAKA

1. Haryati, S. (2013). Peningkatan Motivasi Belajar Ekonomi Materi Pendapatan Nasional dengan Model Pembelajaran Talking Stick Berbantuan Media Interaktif (ICT). Dinamika Pendidikan, 8 (1).

2. Sukirno,Sadono.2016.MakroEkonomi Teori Pengantar.Jakarta:PT RajaGrafindoPersada

Adji,Wahyu.Suwerli.Suratno.2007.Ekonomi.Jakarta:Erlangga

3. Bakti, T. D., Sumanjaya, R., & Hasution, S. H. (2010). Pengatar Ekonomi Makro. USUpress.

4.

https://www.jurnal.id/id/blog/2017-ketahui-3-cara-penghitungan-pendapatan-nasional/ https://slideplayer.info/slide/3756366/

5. Kurniawan, Paulus, and Made Kembar Sri Budhi. Pengantar ekonomi mikro dan

makro. Penerbit Andi, 2015.

6. Hasyim, A. I. (2017). Ekonomi Makro. Prenada Media.

7.

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan Penanganan Pandemi Corona Virus Disease – 19 (COVID-19), pengungkapan dan penyajian atas dampak dan penanganan pandemi Covid-19 berpedoman dengan Surat

Kedua, pendekatan sistem ekonomi, yaitu demokrasi ekonomi atau sistem pembangunan yang demokratis, disebut pembangunan partisipatif (participatory Development).Berdasarkan pengertian

Selain itu, alasan beberapa negara berkembang menawarkan insentif pajak antara lain sebagai penyeimbang dari adanya kelemahan dalam sistem pajak yang berlaku di negara tersebut,

Karena adanya hubungan antara kualitas udara dengan pandemi Covid-19 ini, maka dilakukan analisis dampak pandemi Covid- 19 terhadap kualitas udara di Surabaya

• Dalam rangka meminimalisir dampak pandemi COVID-19, Pemerintah Indonesia mengumumkan paket stimulus fiskal kedua yang terdiri dari: Relaksasi Pajak Penghasilan (PPh) 21

Berkat Rahmat dan Karunia-Nya lah yang telah memudahkan segala urusan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Dampak Pandemi Covid-19

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku petani cabai merah keriting saat pandemi COVID-19 dan bagaimana dampak pandemi COVID-19 terhadap kegiatan usahatani

Dalam menghadapi dampak dari pandemi Covid-19 terhadap bidang ekonomi dan usaha, berbagai hal yang dilakukan oleh Pemerintah untuk mengatasi kesulitan dan rintangan baik dari