• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah tahun Analisis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah tahun Analisis"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

(Pangastuti, 2013) telah melakukan penelitian tentang Pengaruh PDRB, Upah Minimum Kabupaten/kota(UMK), Pengangguran serta PAD terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2012. Analisis kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan Metode Random Effect (REM). Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh PDRB terhadap penyerapan tenaga kerja memilki hubungan negatif. Pengaruh UMK terhadap penyerapan tenaga kerja memiliki hubungan positif. Pengaruh pengangguran terhadap penyerapan tenaga kerja meiliki pengaruh positif. Pengaruh PAD terhadap penyerapan tenaga kerja memiliki hubungan positif.

(Putri, 2018) telah melakukan penelitian tentang menganalisis pengaruh Upah, PDRB, dan Investasi terhadap penyerapan tenaga kerja dikawasan gerbangkertasusila tahun 2012-2016. Data yang digunakan adalah data panel gabungan antara time series dan cross section. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Upah dan PDRB berpengaruh negatif dan Invetasi berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja.

(Indradewa & Natha, 2015). telah melakukan penelitian tentang pengaruh Inflasi, PDRB, dan Upah Minimum terhadap penyerapan tenaga kerja. Data yang digunakan adalah time series pada tahun 1994-2013. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

(2)

Inflasi berpengaruh negative dan PDRB , Upah Minimum berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja.

(Anamathofani, 2019). telah melakukan penelitian tentang pengaruh upah minimum, PDRB, Inflasi terhadap penyerapan tenaga kerja.Penelitian ini menggunakan deskriptif Metode analisis data penelitian ini menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Upah minimum dan inflasi berpengaruh tidak signifikan dan PDRB berpengaruh signifikan.

(Ziyadaturrofiqoh, 2018). telah melakukan penelitian tentang Pengaruh PDRB, Upah Minimum Provinsi dan Belanja Pemerintah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Jambi. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang bersifat sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan PDRB, UMP, Pengeluaran Pemerintah berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja diProvinsi Jambi periode 1997–2015.

(Putra, 2012). telah melakukan penelitian tentang pengaruh nilai investasi, nilai upah, dan nilai produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industry mebel dikecamatan pedurungan kota semarang. Metode penelitian ini menggunakan analisis regresi data linier bergada. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh nilai investasi, nilai upah, dan nilai produksi terhadap penyerapan tenaga kerja bersifat positif.

(Jambi, 2019) telah melakukan penelitian tentang pengaruh Upah Minimum Provinsi dan PDRB terhadap penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Jambi. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari Badan Pusat Statistik dengan alat analisis yang digunakan Regresi Model. Hasil penelitian menunjukkan

(3)

upah minimum berpengaruh negative terhadap penyerapan tenaga kerja sementara PDRB berengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jambi.

(Tandiawan et al., 2012) melakukan penelitian tentang pengaruh investasi swasta dan belanja pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dan dampaknya terhadap kesempatan kerja dikota Manado tahun 2001-2012. Penelitian ini menggunakan model analisis path dengan data sekunder yang diperoleh dari badan pusat statistik. Hasil penelitian menunjukkan Investasi swasta ke tenaga kerja melalui pertumbuhan ekonomi bersifat negative dan belanja pemerintah ke tenaga kerja melalui pertumbuhan ekonomi bersifat negative.

(Antiyatna et al., 2016) telah melakukan penelitian tentang pengaruh Upah Minimum, Pertumbuhan Ekonomi, dan pendidikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini menggunakan analisis linier berganda. Hasil dari penelitian ini upah minimum berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Selatan dan pendidikan berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Selatan.

Kesimpulan pada penelitian diatas adalah bahwa pengaruh upah minimum, PDRB, pendidikan dan belanja daerah serta beberapa variable lainnya berpengaruh signifikan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh (Ziyadaturrofiqoh, 2018) menunjukkan bahwa secara simultan PDRB, UMP, Pengeluaran Pemerintah berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja diProvinsi Jambi periode 1997–2015.

2.2. Tinjauan Teoritis

(4)

Salah satu indicator untuk mengetahui perkembangan dan kondisi perekonomian suatu daerah adalah tenaga kerja. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja dianggap sebagai satu faktor yang memicu pertumbuhan ekonomi. Dalam jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi. (Todaro, 2000)

Tenaga kerja merupakan bagian dari sumber daya manusia dalam pembangunan nasional dan merupakan faktor yang peting bagi keberhasiln pembangunan nasional. Namun dilihat dari sudt pndnag yang lain meningkatnya jumlah tenaga kerja akan menjadi persoalan ekonomi yang sulit diselesaikan. Karena ketesediaan lapangan pekerjaan akan menjadi dampak dari meningkatnya jumlah penduduk sehingga tenaga kerja yang ada tidak terserap secara keseluruhan. Angkatan kerja dibagi menjadi dua macam yaitu yang bukan angkatan kerja dan angkatan kerja. Yang bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan serta tidak sedang mencari pekerjaan. Sedangkan angkatan kerja adalah penduduk berusia 15 – 64 tahun atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. (Mulyadi, 2003)

Penyerapan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga yang diminta perusahaan atau instansi tertentu. Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam suatu unit usaha. (Badan Pusat Statistik Jawa Timur, 2017)

(5)

Secara umum penyerapan tenaga kerja bergantung pada besarnya kemampuan suatu perusahaan dalam menyerap tenaga kerja utnuk mengahasilkan berbagai produk. Kemampuan menyerap tenaga kerja dapat juga memberikan banyaknya lapangan kerja yang sudah terisi dari banyaknya jumlah angkatan kerja yang bekerja. (Todaro, 2003)

Dalam Model pertumbuhan Solow menunjukkan bagaimana pertumbuhan persediaan modal, petumbuhan angkatan kerja dan kemajuan tenknologi berinteraksi dalam perekonomian dan pengaruh terhadap output barang dan jasa suatu negara secara keseluruhan. Model ini memprediksi bahwa pada akhirnya akan terjadi konvergensi dalam perekonomian menuju kondisi pertumbuhan steady-state yang bergantung hanya pada perkembangan teknologi dan pertumbuhan tenaga kerja. Dalam hal ini, kondisi steady-state menunjukkan equilibrium perekonomian jangka panjang. (Mankiw, 2006)

2.2.3. Teori Upah Minimum Kabupaten/kota

Upah minimum adalah tingkat upah paling rendah yang masih boleh dibayarkan pelaku usaha kepada para pekerjanya. Dengan kata lain, upah yang dibayarkan tidak boleh lebih rendah daripada upah minimum. Tujuan utama dari kebijakan upah minimum adalah untuk melindungi pekerja dari rendahnya tingkat upah, terutama pada saat tingkat penawaran tenaga kerja yang tinggi sehingga tingkat upah tidak akan terus mengalami penurunan. Upah adalah suatu dorongan penting yang diberikan untuk pekerja. Hal ini tidaklah penting apabila tingkat upah yang menjadi pendorong utama, tingkat upah hanya menjadi dorongan utama bagi

(6)

tenaga kerja sehingga apabila pada tarif dimana upah tersebut belum mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup para tenaga kerja. (Santoso, 2012)

Faktor yang dapat mendorong semangat kerja dan produktivitas tenaga kerja adalah Upah, yang menyebabkan output yang dihasilkan tenaga kerja menjadi lebih baik. Perusahaan atau instansi memberikan upah kepada seorang pekerja tergantung kemampuan pekerja dalam memproduksi barang dan jasa. Semakin banyak atau produktif seorang pekerja akan semakin tinggi upah yang akan didapat.

Pada dasarnya upah adalah harga sewa tenaga kerja. Dalam pasar tenaga kerja para pekerja menerima upah sesuai dengan nilai kontribusi dalam melakukan produksi barang dan jasa. Besar atau kecilnya produk dapat dipengaruhi oleh banyak hal. Upah akan menyesuaikan diri demi terciptanya keseimbangan antara penawaran dan permintaan tenaga kerja. Upah sama dengan nilai produk marjinal pada tenaga kerja. (Mankiw, 2000)

Upah tebagi manjadi dua yaitu yaitu upah fleksibel da upah kaku. Kekakuan upah (wage rigidity) yakni gagalnya upah melakukan penyesuaian sampai penawaran tenaga kerja sama dengan permintaannya. Upah tidak selalu fleksibel menyeimbangkan penawaran dan permintaan tenaga kerja, kadang-kadang upah riil tertahan di atas tingkat kliring-pasar. Ketika upah riil di atas tingkat yang menyeimbangkan penawaran dan permintaan, jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah yang diminta sehingga terjadi pengangguran. Terdapat tiga faktor penyebab utama kekakuan upah yaitu adanya undang- undang upah minimum yang ditetapkan oleh pemerintah, menguatnya kekuatan serikat pekerja untuk mempertahankan tingkat upahnya dan berkaitan dengan “efisiensi upah”, yakni

(7)

pengusaha tidak serta merta menurunkan upah ketika terjadi “excess supply” karena khawatir akan mempengaruhi produktivitas tenaga kerja. Semakin kuat faktor-faktor tersebut berpengaruh maka semakin lamban atau semakin kaku upah merespon faktor determinannya. (Mankiw, 2003)

Penetapan upah minimum dihitung didasarkan pada Kebutuhan Hidup Khalayak (KHL) dengan memperhatikan produktifitas dan pertumbuhan ekonomi. Pada awanya perhitungan Upah Minimum dihitung yang didasarkan pada Kebutuhan Fisik Minimum (KFM), kemudian terjadi perubahan perhitungan yang didasarkan pada Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Perubahan disebabkan oleh tidak sesuainya lagi penetapan upah berdasarkan Kebutuhan Fisik Minimum sehingga dirubahnya perhitungan yang berdasarkan pada KHM. (Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali, n.d.)

Penelitan terdahulu menjelaskan bahwa Upah akan mempengaruhi biaya produksi perusahaan. Nainya tingkat upah akan meningkatkan biaya produksi perusahaan atau instansi dan akan berdampak pada meningkatnya harga per unit yang diproduksi. Konsumen akan memberikan apabila terjadi kenaikan harga barang, semakin tinggi harga barang maka konsumen akan mengurangi menggunakan barang tersebut. (Indradewa & Natha, 2015)

Upah merupakan sejumlah dana yang dikeluarkan pengusaha untuk membayar tenaga kerja karena telah melakukan pekerjaannya yaitu. Upah yang terus meningkat secara langsung tiap tahun atau penambahan penggunaan mesin mesin disebut juga efek subtitusi tenaga kerja atau substitution effect. (Sony Sumarsono, 2003)

(8)

Tingkat upah akan berubah apabila mengalami fluktuasi biaya perusahaan. Apabila digunakan asumsi tingkat upah nai, maka akan terjadi hal hal berikut:

a. Naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya produksi perusahaaan, yang selanjutnya meningkatkan pula harga per unit barang yang diproduksi. Biasanya konsumen memberikan respon cepat apabila terjadi kenaikan harga barang yaitu dengan mengurangi konsumsi bahkan tidak lagi membeli barang yang bersangkutan. Akibatnya banyak barang yang tidak terjual dan produsen terpaksa menurunkan jumlah produksinya.

b. Apabila upah naik (asumsi harga dari barang-barang lainnya tidak berubah) maka pengusaha ada yang lebih suka menggunakan teknologi padat modal untuk proses produksi dan menggantikan kebutuhan akan tenaga kerja dengan kebutuhan akan barang-barang modal seperti mesin dan lainnya.

Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena adanya penggan-suatu daerah akan mengalami peningkatan. Para pengusaha akan meningkatkan kapasitas produksinya dengan sejumlah modal. Demikian juga dengan tenaga kerja, apabila jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh perusahaan jumlahnya besar maka akan menghasilkan output yang besar pula, sehingga semakin banyak kemungkinan untuk terjadi penambahan output produksi atau tenaga kerja. (Sony Sumarsono, 2003)

2.2.4. Teori Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas harga berlaku maupun atas dasar harga konstan adalah bagian penting yang digunakan untuk mengetahui

(9)

kondisi perekonomian suatu daerah atau wilayah dalam suatu periode. PDRB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha pada suatu daerah tertentu dan dikatakan sebagai jumlah dari nilai barang dan jasa akhir (neto) yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. (Badan Pusat Statistik Jawa Timur, 2017)

Semua Produk domestic daerah merupakan barang dan jasa yang dihasikan dari kegiatan ekonomi yang dilakukan di wilayah domestic, tanpa memperdulikan kepemilikan faktor produksi dari penduduk daerah tersebut. Perhitungan produk domestic adalah Produk Domestik Regional Bruto karena menyangkut batas wilayah dan dinamakan bruto dikarenakan telah memasukkan komponen penyusutan alam perhitugannya.

Ukuran penting perekonomian wilayah dilihat dari kinerja dan tujuan pembangunan wilayah tersebut. Dengan meningkatka ekonomi, diharapkan dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja serta kesejahteraan masyarakat. Masalah perekonomian jangka panjang yang selalu dialami oleh Negara adalah PDRB.

Dilihat dari segi perekonomian, PDRB menimbulkan dua dampak penting, yang pertama adalah kesejahteraan atau taraf hidup masyarakat yang meningkat di setiap daerah tidak hanya wilayah perkotaan saja tetapi juga pada wilayah pedesaaan dan yang kedua adalah penciptaan kesempatan kerja baru. Dengan PDRB yang cukup tinggi diharapkan dapat mencapai stabilitas moneter dan ekonomi yang kuat dan stabil. Dan salah satu tolak ukur bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi adalah dengan meningkatnya pendapat per kapita. Salah satu indikator untuk melihat meningkatkannya pendapatan

(10)

perkapita dalam suatu Negara adalah melihat seberapa besar penyerapan tenaga kerja yang ada. Karena pertumbuhan penduduk harus diimbangi dengan penyediaan lapangan kerja, sebab jika tidak diimbangi dengan lapangan kerja itu akan menyebabkan banyaknya penganguran dan menjadi ketimpangan dengan pendapatan perkapita itu sendiri.

Perbedaan mendasar yang dimiliki oleh PDRB yaitu (1) PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan totalitas dari nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu (disebut tahun dasar). Dengan menggunakan harga konstan maka perkembangan agregat dari tahun ke tahun disebabkan oleh perkembangan riil dan sudah tidak mengandung fluktuasi harga (inflasi atau deflasi), (2) PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan total dari nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga berlaku pada tahun berjalan. Struktur PDRB suatu wilayah biasanya disajikan atas dasar harga berlaku.

2.2.5. Teori Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah wadah untuk mempersiapkan tenaga kerja yang diartikan sebagai kegiatan membimbing pelajar sehingga memiliki bekal dasar untuk pekerja. Pembekalan tersebut berupa pembenetukan sikap, pengetahuan dan keterampilan kerja. Dan pada tingkat perguruan tinggi memiliku teori mengenai tenaga kerja yaitu perusahaan manufaktur memproduksi barang dan jasa yang kelak akan dikonsumsi dan investasi dalam modal fisik. (Mankiw, 2003)

Pendidikan merupakan salah satu jalan pembekalan ilmu yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peran penting

(11)

pendidikan dalam kemajuan pembangunan ekonomi adalah dapat mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. (Hartanto, 2017)

Teori Human Capital mengatakan modal manusia merupakan salah satu yang dapat disamakan dengan modal fisik dan sumber daya alam dalam menciptakan output disuatu wilayah. Semakin tinggi Pendidikan yang dicapai maka produktivitas seseorang akan semakin meningkta juga. Dengan ini peningkatan modal manusia sangat mempengaruhi perekonomian disuatu wilayah.

Salah satu modal utama yang perlu dipenuhi untuk melaksanakan pembangunan ekonomi berkelanjutan adalah pendidikan. Bagi pembangunan ekonomi, kualitas buruh merupakan hal yang penting. Melalui pendidikan akan dapat meningatkan persediaan buruh secara efektif. Tingkat pedidikan akan menciptakan modal manusia yang berkualitas terhadap kinerja ekonomi yang lebih baik. Angkatan kerja yang memiliki pendidikan hingga tahap universitas dan bekerja di industry manufaktur akan memiliki kapabilitas dan mampu mengembangkan industry dengan cara memanfaatkan ilmu pengetahuan sebagai sarana meningkatkan output.

(12)

2.2.6. Teori Belanja Daerah

Belanja daerah, atau pengeluaran pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Semakin besar belanja daerah akan makin meningkatkan kegiatan perekonomian daerah yang dan akan menciptakan lapangan pekerjaan. Permasalahan kekurangan kesempatan kerja ini jika tidak ada tindak lanjut akan mempengaruhi perekonomian dan mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat. (Kairupan, 2012)

Belanja Daerah merupakan kegiatan dalam perekonomian yang ditentukan oleh pengeluaran agregrat. Jika pengeluaran pemerintah meningkat maka permintaan agregat akan meningkat. Selain itu, peranan pengeluaran pemerintah sangat bagus mengingat kemampuan sektor swasta untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masih sangat terbatas, oleh karena itu peranan pemerintah sangatlah penting. (Mankiw, 2006)

Salah satu unsur anggaran pemerintah adalah belanja, pengertian belanja pada umumnya hanya digunakan di sektor publik, tidak di sector bisnis. Belanja berkaitan dengan uang yang telah dikeluarkan dalam satu tahun anggaran. Belanja dapat meliputi belanja operasional dan belanja modal. Pengeluaran emerintah merupakan salah satu aspek penggunaan sumber daya ekonomi yang secara langsung dikuasai oleh pemerintah dan dimiliki masyarakat melalui pembayaran pajak. (Mahmudi, 2010)

Belanja daerah atau pengeluaran pemerintah meliputi pembelanjaan barang dan jasa oleh pemerintah daerah, negara bagian dan pusat (federal). Belanja

(13)

pemerintah mencakup upah pekerja pemerintah dan pembelanjaan untuk kepentingan umum. Namun, upah pekerja pemerintah ini dinamakan dengan pembayaran transfer karena tidak dibelanjakan untuk mendapatkan barang dan jasa yang diproduksi.(Nurmainah, 2013)

Pendapatan transfer mempengaruhi pendapatan rumah tangga, namun tidak mencerminkan produksi perekonomian tersebut. Untuk mengukur pendapatan dari produksi barang dan jasa serta pengeluaran atas produksi barang dan jasa , pembayaran transfer tidak dihitung sebagai bagian dari belanja pemerintah. Jenis belanja pemerintah dalam anggaran pendapatan dan belanja baik negara maupun daerah (provinsi/kabupaten/kota), pengeluaran dibedakan menjadi :

a. Belanja operasi. Rincian belanja operasi antara lain digunakan untuk belanja pegawai, belanja barang dan jasa, pemeliharaan, perjalanan dinas, pinjaman, subsidi, hibah dan belanja operasional lainnya.

b. Belanja modal. Belanja modal digunakan untuk pembelian /pembentukan aset tetap seperti gedung, jalan (infrastruktur) dan aset tetap lainnya. c. Belanja tak terduga. Merupakan belanja tidak terduga yang sebelumnya tidak dianggarkan seperti penanganan bencana.

2.2.7. Hubungan Upah Minimum terhadap penyerapan tenaga kerja

Penelitan terdahulu menjelaskan bahwa Upah akan mempengaruhi biaya produksi perusahaan. Nainya tingkat upah akan meningkatkan biaya produksi perusahaan atau instansi dan akan berdampak pada meningkatnya harga per unit yang diproduksi. Konsumen akan memberikan apabila terjadi kenaikan harga

(14)

barang, semakin tinggi harga barang maka konsumen akan mengurangi menggunakan barang tersebut. (Indradewa & Natha, 2015)

Upah dapat berubah pada kebijakan yang diberikan pemerintah. Upah minimum merupakan kontroversi bagi yang mendukung bahwa upah minimum diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pekerja agar mendapatkan pendapatan yang layak untuk hidupnya. Sebaliknya bagi yang tidak setuju atau sependapat dengan upah minimum mengemukakan bahwa penetapa upah minimu mengakibatkan naiknya pengagguran.

Upah yang dibayarkan kepada karyawan merupakan upah yang sudah dihitung berdasarkan tambahan output dengan penambahan karyawannya. Kenaikan tingkat upah akan mempengaruhi jumlah biaya yang akan ditanggung oleh pemerintah terutama biaya produksi, ada beberapa hal yang akan terjadi apabila tingkat upah naik (Sumarsono, 2009)

1. Pada saat tingkat upah naik maka akan berdampak ada biaya produksi yang meningkat, yang selanjutnya harga barang per unitnya juga akan naik. Biasanya konsumen akan memberikan respon yang cepat saat adanya kenaikan harga barang sehingga para konsumen akan mengurangi barang yang dikonsumsi atau bisa jadi konsumen tidak akan membeli barang tersebut, sehingga dampaknya bagi perusahaan yaitu banyak produk yang tidak terjual dan dengan terpaksa untuk mengurangi jumlah barang produksinya. Dalam keadaan ini dimana jumlah produksi yang berkurung, dari hal tersebut dapat dilihat bahwa adanya penurunan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan diakibatkan oleh penurunan skala produksi yang disebut sebagai scale effect atau efek skala produksi.

(15)

2. Pada saat tingkat upah naik terdapat beberapa pengusaha yang memilh untuk lebih banyak menggunakan teknologi dari pada tenaga kerja manusia dan menggantikan dengan kebutuhannya seperti beralih pada mesin dan lain sebagainya untuk proses produksinya.

Upah minimum juga memiliki efek negative pada pasar tenaga kerja dikarenakan ketika undang undang upah minimum diberlakukan makan pengangguran akan meningkat. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja karena upah menjadi sangat tinggi daripada apa yang mereka anggarkan sebelumnya bagi perusahaan mereka. Kebijakan upah minimum adalah pengaman bagi tenaga kerja yang masih menerima upah dibawah ketentuan upah minimum. (Anamathofani, 2019)

2.2.8. Hubungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap penyerapan tenaga kerja

Pada Penelitian terdahulu Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh sgnifikan yang berarti bahwa PDRB menjadi tolak ukur pembangunan suatu daerah atau wilayah. Dengan meningkatkan standar ekonomi diharapkan dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja serta kesejahteraan masyarakat. PDRB adalah masalah perekonomian jangka anjang dan akan selalu dialami oleh suatu bangsa. (Anamathofani, 2019)

Produk Domestik Regional Bruto adalah barang yang dihasilkan suatu wilayah atau daerah selama satu periode dimana jumlah barang dan jasa yang dihasillkan dinilai dengan uang atas dasar harga pasar yang sedang berjalan.

(16)

Perkembangan ekonomi membutuhkan PDRB sebagai cerminan ntuk penambahan output, apabila PDRB meningkat maka jumlah kesempatan kerja akan semakin besar. PDRB dapat mempengaruhi penyerapan tenaga kerja dengan asumsi apabila nilai PDRB meningkat maka jumlah nilai penjualan dalam seluruh kegiatan ekonomi disuatu daerah meningkat. Semakin besar penjualan yang dilakukan perusahaan maka akan mendorong perusahaan untuk menambah tenaga kerja agar kegiatan produksi dapat mengerjar peningkatan produksinya.

2.2.9. Hubungan Tingkat Pendidikan terhadap penyerapan tenaga kerja

Pada Penelitian terdahulu Penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh tingkat pendidikan karena masih rendahnya tingkat pendidikan penduduk yang bekerja disektor industry manufaktur akan menyebabkan rendahnya kuantitas dan kualitas output yang diproduksi oleh produsen dan secara langsung juga berdampak pada rendahnya penyerapan tenaga kerja di suatu sector industry ataupun perusahaan. (Antiyatna et al., 2016)

Meskipun tingkat pendidikan dan angka pengangguran pada lulusan perguruan tinggi meningkat, tetapi sebagian besar tenaga kerja Penduduk yang bekerja dan berpendidikan perguruan tinggi masih sangat kecil. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan dan menunjukkan daya saing yang rendah.

Pendidikan sebagai sarana untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Karena, pendidikan dianggap mampu untuk menghasilkan tenaga kerja yang bermutu tinggi, mempunyai pola pikir dan cara bertindak yang modern.

(17)

Sumber daya manusia seperti inilah yang diharapkan mampu menggerakkan roda pembangunan ke depan. Salah satu upaya dalam mewujudkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan pembangunan ini dikenal dengan kebijakan link and match.

2.2.10. Hubungan Belanja Daerah terhadap penyerapan tenaga kerja

Pada Penelitian sebelumnya disebutkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerintah daerah sebagai otoritas pembangunan dituntut untuk menerapkan kebijakan yang dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi kegiatan-kegiatan produktif para pelaku ekonomi. Salah satu kebijakan yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan tersebut adalah dengan mendorong terciptanya iklim investasi yang baik. (Chodariyanti, 2016)

Peran pemerintah daerah dapat dijalankan melalui beberapa kebijakan, yaitu pengeluaran pemerintah (seperti belanja rutin maupun pembangunan atau pemeliharaan dan belanja modal), dimana pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Bagaimanapun, pengeluaran pemerintah tidak pernah mengalami penurunan justru semakin naik.

Pengeluaran pemerintah merupakan seperangkat produk yang dihasilkan untuk memuat pilihan atau keputusan yang dibuat oleh pemerintah untuk menyediakan barang-barang publik dan pelayanan kepada masyarakat. Pengeluaran pemerintah dapat memperbesar output yang dihasilkan oleh suatu sektor ekonomi. Selain itu,juga dapat menaikkan pendapatan masyarakat karena pengeluaran pemerintah akan menjadi penerimaan masyarakat sehingga mendorong permintaan agregat.(Chodariyanti, 2016)

(18)

Karena adanya kenaikan permintaan agregat akan mendorong produsen untuk meningkatkan output produksinya. Untuk itu, produsen memerlukan tambahan input produksi, salah satunya adalah tenaga kerja, sehingga akan menciptakan kesempatan kerja baru. Kenaikan pengeluaran pemerintah akan menambah kesempatan kerja baru bagi masyarakat. Proyek-proyek yang dibiayai oleh pemerintah seperti fasilitas lain umum bersifat padat karya sehingga dapat menaikkan penyerapan tenaga kerja. (Chodariyanti, 2016)

2.3. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran menggambarkan isi penelitian secara keseluruhan, yang memuat pokok-pokok unsur penelitian dan tata hubungan antar pokok-poko tersebut dan dinyatakan dalam bentuk skema sederhana tetapi utuh dan jelas. Penyajian kerangka pemikiran bisa disajikan dalam dua bentuk:

Penelitian ini bertujuan untuk membantu menganalisis tentang permasalahan yang akan diteliti. Variable bebas dari penelitian ini adalah Upah Minimum Kabupaten/Kota (X1), Produk Domesti Regional Bruto (X2), Tingkat Pendidikan (X3), Belanja Daerah (X4). Sedangkan variable terikat dari penelitian ini adalah Tenaga Kerja (Y). berdasarkan penelitian terdahulu dan landasan teori yang sudah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa kerangka pemikiran sebagai berikut :

(19)

Studi Teoritik

1. Teori Ketenegakerjaan:

Mankiw (2006)

2. Teori Upah: Mankiw (2000), Sumarsono (2003)

3. Teori Pdrb: BPS (2019)

4. Teori Tingkat Pendidikan:

Mankiw (2003)

5. Teori Belanja Daerah: Mankiw (2006), Kauripan (2012),

Studi Empiris

1. Pengaruh PDRB, Upah Minimum

Kabupaten/kota(UMK), Pengangguran serta PAD terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2012. (Pangastuti,2013)

2. Pengaruh PDRB, Upah Minimum Provinsi dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Jambi (Ziyadaturrofiqoh, 2018)

3. Pengaruh Inflasi, PDRB, dan Upah

Minimum terhadap penyerapan tenaga kerja (Indradewa & Natha, 2015)

4. Pengaruh Upah Minimum, Pertumbuhan

Ekonomi, dan pendidikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Selatan.(Antiyatna,2016)

Determinan Penyerapan Tenaga Kerja Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur

Tahun 2015-2019

Apakah Upah Minimum Kabupaten/Kota, Produk Domestik Regional Bruto, Tingkat pedidikan, Belanja Daerah berpengaruh terhadap penyerapan

tenaga kerja di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2015-2019

HIPOTESIS

Teori Human Capital, Teori Model Pertumbuhan Solow, Teori Keynesian

Data Panel (Pooled)

(20)

2.4. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atau kesimpulan terhadap rumusan masalah. Berdasarkan teori diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Upah Minimum Kabupaten/Kota berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten/kota Jawa Timur 2015-2019

2. Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten/kota Jawa Timur 2015-2019

3. Tingkat Pendidikan berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten/kota Jawa Timur 2015-2019

4. Belanja Daerah berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten/kota Jawa Timur 2015-2019

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian sebagaimana disajikan pada Tabel 2 terkait dengan pengaruh edukasi gizi oleh kader terlatih dalam meningkatkan asupan energi dan protein pada

Adanya penumpukan lemak terutama pada pembuluh darah mengakibatkan penurunan tahanan perifer sehingga meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang mengakibatkan

a) Bukaan 1 (Pompa 2 = tutup) percobaan 1,2, dan 3 berakibat pompa bekerja lebih keras karena tekanan air dari hilir Tailing Flume yang besar, dan adanya gaya gravitasi

FORMULIR PENILAIAN BIDANG TAJWIED DAN FARASY AL HURUF Cabang : QIRA’ATUS SAB’AH MUJAWWAD.. Nomor Peserta :

Secara spasial, Nilai ZWD pada wilayah dengan stasiun berada pada daerah yang tinggi memiliki nilai yang lebih rendah hal ini karena nilai ZWD dipengaruhi oleh keadaan topografi

Judul : Konstitusionalitas Pembatasan Selisih Perolehan Suara Dalam Permohonan Pembatalan Penetapan Hasil Pemilihan Kepala Daerah Dalam Konteks Hak Demokrasi

JADWAL PENGALOKASIAN DAK FISIK TAHUN 2022 Maret- M1 April 2021 1 Penyusunan Kebijakan DAK Fisik 2021 (PN, Bidang, Subbidang, Menu, Rincian) Mei 2021 2 Penginputan usulan oleh

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dan kontribusi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Denpasar tahun