• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Komunikasi dan Unsur-unsur Komunikasi. dalam bahasa latin communicatio, bersumber dari kata communis yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Komunikasi dan Unsur-unsur Komunikasi. dalam bahasa latin communicatio, bersumber dari kata communis yang"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

17

BAB II

LANDASAN TEORITIS A. Komunikasi dan Unsur-unsur Komunikasi

Komunikasi dalam bahasa inggris adalah communication atau dalam bahasa latin communicatio, bersumber dari kata communis yang berarti sama, yaitu adanya kesamaan makna. Kesamaan bahasa yang digunakan dalam komunikasi belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Komunikasi yang komunikatif apabila antara komunikator dan komunikan selain mengerti bahasa yang digunakan juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan.1Kegiatan komunikasi tidak hanya informatif yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yakni orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan dan lain-lain.2

Komunikasi merupakan proses yang setiap saat terjadi dalam aktivitas manusia, baik secara vertikal dengan Tuhan, maupun secara horizontal dengan sesamanya. Komunikasi menyangkut suatu proses yang terjadi antara sumber dengan penerima. Komunikasi adalah hubungan kontak dengan manusia, baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Selain itu komunikasi diartikan pula sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan

11Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung : Remaja Rosdakarya,

1986), h. 11

(2)

18

masalah hubungan. Komunikasi juga dapat diartikan saling menukar pikiran atau pendapat.3

Devito mengungkapkan bahwa komunikasi mengacu pada tindakan oleh satu orang atau lebih yang mengirim pesan dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), yang terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan adanya kesempatan untuk melakukan umpan balik.4

Banyaknya defenisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai komunikasi, maka dapat diambil kesimpulan untuk mendefenisikan komunikasi, yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh individu atau sekelompok orang kepada lainnya untuk menyampaikan suatu pesan melalui suatu saluran sehingga tercapai suatu kesamaan makna antara sumber dan penerima. Pada proses ini akan ada kemungkinan terjadinya suatu gangguan (noise) yang dapat mengurangi keefektivan proses komunikasi.

Menurut Onong Uchjana Effendy komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa berupa gagasan, opini, informasi dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan,

3Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), h. 5 4Onong Uchjana Effendy, op. Cit., h. 5

(3)

19

keberanian, kegairahan yang timbul dari lubuk hati. Dalam hal ini komunikasi meliputi lima unsur, yaitu ; (1) komunikator, (2) pesan, (3) media atau saluran, (4) komunikan, (5) efek.5

Keberhasilan suatu proses komunikasi ditentukan oleh komponen. Pada dasarnya komponen komunikasi meliputi sumber pesan, penyandian, saluran, penguraian sandi, penerima, umpan balik, gangguan dan konteks.6

Sumber (komunikator) adalah pemrakarsa pesan. Penyandian atau penulisan sandi adalah suatu proses atau tindakkan penyeleksian simbol-simbol yang mewakili perasaan seseorang (sandi verbal dan nonverbal) dan mengirimkannya melalui media (saluran) yang dapat dipahami oleh penerima pesan. Penguraian sandi adalah proses pemberian arti terhadap simbol-simbol yang diterima. Penerima adalah orang yang menerima simbol-simbol tersebut. Umpan balik merupakan setiap pesan yang dikirim kembali oleh penerima kepada pemberi pesan berhubungan dengan pesan yang diberikan oleh sumber. Gangguan merupakan setiap faktor yang mengubah atau mencampuri penerimaan pesan yang jelas. Konteks meliputi kondisi fisik dan kondisi lainnya yang melingkupi tindakan komunikasi.

Komunikasi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena komunikasi mempunyai banyak makna diantaranya adalah komunikasi sebagai proses sosial, komunikasi sebagai peristiwa, komunikasi sebagai ilmu dan komunikasi sebagai kiat atau keterampilan. Sehingga komunikasi

5Ibid., h. 10

6Yuyun Wirasasmita (ed), Komunikasi Bisnis dan Profesional, (Bandung : Remaja

(4)

20

begitu penting karena berkaitan dengan suatu konsep disiplin yakni ilmu komunikasi. Manusia merupakan makhluk sosial, karena itu kehidupan manusia selalu ditandai dengan pergaulan antar manusia, misalnya pergaulan dalam lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, tempat bekerja, organisasi sosial dan lain-lain. Komunikasi juga dipengaruhi oleh derajat keintiman, frekuensi pertemuan, jenis relasi, mutu interaksi diantara mereka, terutama faktor sejauhmana keterlibatan dan saling mempengaruhi.7

Onong Uchjana Effendi juga menegaskan dalam bukunya bahwa yang penting dalam komunikasi adalah bagaimana cara agar suatu pesan yang disampaikan komunikator menumbuhkan dampak tertentu dalam diri komunikan. Lebih lanjut Onong Uchjana Effendi mengklasifikasikan dampak yang ditimbulkan menurut kadarnya, yakni :

1. Dampak kognitif, adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Misalnya menjadi sadar atau ingat, menjadi tahu atau kenal.

2. Dampak afektif, bukan hanya sekedar tahu, tetapi tergerak hatinya menimbulkan perasaan tertentu. Misalnya sikap setuju atau tidak setuju, perasaan sedih, gembira, perasaan benci dan menyukai.

3. Dampak behavioral, yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan seperti yang diraskana

(5)

21

oleh komunikator, atau bertindak sesuai atau tidak seperti apa yang dianjurkan oleh komunikator.8

Salah satu karakteristik yang paling mendasar (fundamental) dari komunikasi adalah bagaimana kaitannya atau hubungannya dengan prilaku (behavior). Behavior ini dikatakan dengan hubungan antara dua manusia atau lebih. Dengan demikian prilaku akan terlihat apabila telah timbul kontak sosial. Tanpa itu maka prilaku tidak tampak atau menampakkan diri, tidak timbul pada permukaan. Oleh sebab itu proses komunikasi telah terjadi apabila seseorang telah melihat perilaku orang lain dan kemudian mengaitkannya dengan sebuah arti dalam persepsinya.9

B. Komunikasi Efektif

Komunikasi akan berjalan efektif jika ketepatannya (fidelity) dapat ditingkatkan dan gangguan (noise) dapat diperkecil. Hal ini harus terjadi pada sumber (komunikator), pesan, saluran maupun penerimanya (komunikan) sebagai unsur-unsur komunikasi.

Tujuan dari proses komunikasi adalah terciptanya komunikasi yang efektif, yaitu kesamaan makna pesan antara pemberi pesan dan penerima pesan.Terdapat lima hal agar terjalin komunikasi yang efektif, yaitu pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang semakin baik dan tindakkan.

Pengertian merupakan penerimaan yang cermat dari pesan yang disampaikan seperti apa yang dimaksudkan oleh sumbernya. Kegagalan

8Onong Uchjana Effendi, op.cit., h. 6-7 9Widjaja, op. Cit., h. 10

(6)

22

utama komunikasi adalah ketidakberhasilan dalam menyampaikan isi pesan dengan cermat. Komunikasi yang menimbulkan kesenangan menjadikan hubungan yang terjalin menjadi lebih akrab dan menyenangkan, sehingga komunikasi berlangsung dengan lancar. Salah satu tujuan komunikasi adalah untuk mempengaruhi prilaku. Kadangkala proses komunikasi sudah berlangsung dengan baik dan saling pengertian, namun belum mampu merubah sikap orang lain, sehingga kegagalan dalam mengubah pandangan seseorang tidak dapat disamakan dengan kegagalan dalam meningkatkan pemahaman.

Komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Kegagalan komunikasi dalam menimbulkan pengertian dikatakan kegagalan komunikasi primer. Sedangkan kegagalan atau gangguan hubungan sosial yang timbul dari kesalahpahaman disebut kegagalan sekunder. Agar manusia dapat tetap hidup secara sosial, maka harus terampil dalam memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keefektivitasan komunikasi interpersonal.

Sebagai pengirim maupun sebagai penerima kita dapat membantu meningkatkan efektivitas komunikasi.

Sebagai penerima untuk meningkatkan efektivitas komunikasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1) Menggunakan bahasa yang tepat dan menarik serta dapat dimengerti oleh penerima; (2) Menggunakan empati dengan berusaha menempatkan diri di tempat penerima; (3) Mempertajam persepsi dengan membayangkan bagaimana pesan akan

(7)

23

diterima, dibaca, ditafsirkan dan ditanggapi oleh penerima; (4) Mengendalikan bentuk tanggapan dengan menggunakan kode atau lambang yang tepat dan saluran yang sesuai; (5) Bersedia menerima umpan balik yang positif maupun negatif; (6) Mengembangkan kredibilitas diri sehingga dapat dipercaya karena kualitas pribadi, mutu hidup dan keahlian atau profesional; (7) Mempertahankan hubungan baik dengan penerima.

Sementara menurut A. M. Hardjana, sebagai penerima untuk meningkatkan efektivitas komunikasi perlu diperhatikan hal-hal berikut ini : (1) Meningkatkan kemampuan untuk mendengar sampai mendengar dengan empatik; (2) Waspada terhadap prasangka, bias dan apriori dan sikap tidak terbuka dari kita; (3) Mengembangkan kecakapan bertanya; (4) Mengembangkan kecakapan menyampaikan umpan balik secara komunikatif; (5) Berusaha berpikir kreatif terhadap pesan yang diterima; (6) Bersikap terbuka tetapi kritis.10

Komunikasi efektif menjadi cita-cita semua orang yang berkomunikasi. Komunikasi yang efektif jika : (1) Pesan diterima dan dimengerti sebagaimana yang dimaksud oleh pengirimnya; (2) Pesan disetujui oleh penerima dan ditindaklanjuti dengan perbuatan yang diminta oleh pengirim; (3) Tidak ada hambatan untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk menindaklanjuti pesan yang diterima.11

10A. M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, (Yogyakarta :Kanisius,

2003), h. 25

(8)

24

Secara sederhana, efektivitas menunjukkan keberhasilan suatu kegiatan yang dilakukan. Komunikasi dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikannya dan yang dimaksud oleh sumber sama dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.

Konsep dasar dan utama efektivitas komunikasi terletak pada keberhasilan komunikator dan komunikan yang membentuk makna yang sama atas pesan yang mereka tukarkan. Kebersamaan dalam makna itu merupakan hasil proses pembagian informasi, melalui tindakan pertukaran, saling mengisi dan melengkapi kekurangan satu dengan yang lainnya 12

Komunikasi yang efektif terjadi tidak hanya sekedar saat seseorang telah melekatkan arti tertentu terhadap prilaku orang lain, tetapi juga pada persepsinya yang sesuai dengan pemberian pesan atau informasi. Cara untuk menjamin hal tersebut adalah dengan menghindarkan pesan yang tidak jelas atau tidak spesifik serta dengan meningkatkan frekuensi umpan balik (feed back) guna mengurangi tingkat ketidakpastian dan tanda tanya. Biasanya pesan yang bergerak ke atas (bottom-up) jauh lebih jelas dan spesifik dari pada pesan kebawah (top-down).13

Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi antarpribadi diantaranya adalah :

12Liliweri, op.cit., h. 13 13Hardjana, loc.cit.

(9)

25

1. Keterbukaan (openess). Membuka diri merupakan pengungkapan reaksi atau tanggapan seseorang terhadap situasi yang sedang dihadapi.14

2. Empati (empathy). Merasakan apa yang dirasakan orang lain atau mengalami apa yang dialami orang lain tanpa menghilangkan identitas diri. Dalam komunikasi antarpribadi, rasa empati menunjukkan kualitas komunikasi namun kemampuan ini sulit untuk diwujudkan.15 3. Dukungan (supportiveness). Keadaan yang berkaitan dengan evaluatif

atau penilaian. Apabila dalam komunikasi seseorang mengevaluasi positif terhadap orang lain, maka akan memberikan dukungan padanya, sebaliknya apabila evaluasi negatih, orang tidak akan memberikan dukungan padanya.16

4. Rasa positif (positiveness).Rasa positif merupakan sikap positif dalam komunikasi antarpribadi.Perasaan seseorang (positif ata negatif) akan jelas terlihat selama pembicaraan dan akan mempengaruhi kepuasan atau ketidakpuasan interaksi.17

5. Kesetaraan (equality). Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Komunikasi yang efektif dapat mengatasi berbagai hambatan yang dihadapi asalkan dalam pelaksanaannya harus memperhatikan tiga hal,

14Supratiknya, Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikologi, (Yogyakarta : Kanisius,

1995), h. 14

15Bimo Walgito, Psikologi Kelompok, (Yogyakarta : Andi, 2008), h. 85 16Ibid.

(10)

26

yaitu membuat suatu pesan secara lebih berhati-hati, meminimalkan gangguan dalam proses komunikasi dan mempermudah upaya umpan balik antara pengirim dan penerima pesan.18

C. Hambatan Komunikasi

Untuk mencapai komunikasi yang efektif tidaklah semudah yang kita bayangkan, karna begitu banyak faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan pada proses komuikasi, yang disebut sebagai hambatan komunikasi. Hambatan komunikasi bisa terjadi pada semua elemen komunikasi atau unsur-unur yang mendukung proses komunikasi tersebut. Dimana faktor-faktor penghambat komunikasi dapat dikelompokkan menjadi empat masalah utama.19 Keempat faktor tersebut yaitu :

1. Masalah dalam mengembangkan pesan.

Masalah dalam mengembangkan suatu pesan dapat mencakup antara lain munculnya keragu-raguan tentang isi pesan, kurang terbiasa dengan situasi yang ada, adanya pertentangan emosional dan kesulitan mengekspresikan ide atau gagasan.

2. Masalah dalam menyampaikan pesan.

Masalah dalam menyampaikan pesan yang paling sering terjadi yaitu diakibatkan oleh gangguan saluran (media) yang digunakan dalam berkomunikasi. Selain itu masalah lain yang muncul dari penyampaian suatu pesan adalah bila dua buah pesan yang disampaikan mempunyai arti yang berlawanan atau bermakna ganda.

18Purwanto, Komunikasi Bisnis, (Jakarta : Erlangga, 2003), Jilid 2, h. 45 19Ibid., h.46

(11)

27 3. Masalah dalam menerima pesan.

Masalah dalam menerima pesan biasanya diakibatkan oleh kondisi dari pihak penerima pesan yang bersangkutan dan juga kondisi lingkungannya. Misalnya gangguan penerimaan pesan terjadi akibat adanya persaingan antara penglihatan dengan suara, cahaya yang tidak terang, lingkungan yang terlalu bising dan kondisi lain yang dapat mengganggu kosentrasi penerima pesan.

4. Masalah dalam menafsirkan pesan.

Suatu pesan mungkin saja hilang selama proses penyampaian pesan terjadi, namun masalah terbesar adalah dimana suatu pesan ditafsirkan oleh penerima pesan. Munculnya kesalahpahaman dalam penafsirkan pesandapat diakibatkan oleh perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran kata dan perbedaan reaksi emosional.20

Kesalahapahaman dalam berkomunikasi dapat diatasi dengan memperhatikan persepsi lawan bicara, ketepatan penyampaiannya, kredibilitas pengirim pesan dan kemampuan mengendalikan pesan.

Banyak para ahli dan pakar komunikasi yang menyatakan tentang hambatan dan gangguan komunikasi. Diantara beberapa ahli tersebut adalah Onong Uchjana Effendy, Hafied Cangara, Richard Sihite, dan Widjaja, dan masih banyak lagi.

Onong Uchjana Effendy mengemukakan hambatan komunikasi merupakan suatu gejala bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam proses

(12)

28

komunikasi. Dalam proses komunikasi, faktor penyebab hambatan komunikasi antara lain oleh : (1) Hambatan sosio-antro-psikologis, dimana komunikator harus memperhatikan situasi ketika komunikasi dilangsungkan; (2) Hambatan semantis, yakni hambatan komunikasi yang menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pesan dan perasaannya kepada komunikan; (3) Hamabatan mekanis, yakni hambatan yang dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi; (4) Hambatan ekologis, terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap proses berlangsungnya komunikasi.21

Hafied Cangara dalam bukunya mengungkapkan bahwa ada tujuh hal yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada komunikasi, yaitu : (1) Gangguan teknis, terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam berkomunikasi mengalami gangguan, misalnya gangguan yang terjadi pada jaringan telpon; (2) Gangguan semantik, yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan; (3) Gangguan psikologis, terjadi karena gangguan yang disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu, seperti rasa curiga penerima kepada sumber pesan, situasi berduka atau gangguan kejiwaan sehingga dalam menerima pesan informasi tidak sempurna; (4) Gangguan fisik, disebabkan karena kondisi geografis; (5) Gangguan status, disebabkan karena jarak sosial diantara peserta komunikasi, misalnya perbedaan antara senior dan junior, atau

(13)

29

atasan dengan bawahan yang menuntut prilaku komunikasi untuk selalu memperhitungkan kondisi dan etika yang sudah membudaya dalam masyarakat; (6) Gangguan kerangka berpikir, disebabkan adanya perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang digunakan dalam berkomunikasi; dan (7) Gangguan budaya, disebabkan karena adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi.22

Sedangkan menurut A. W. Widjaja, masalah komunikasi merupakan suatu gejala bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Masalah komunikasi menunjukkan adanya masalah yang lebih dalam. Hambatan komunikasi ada yang berasal dari pengirim (komunikator), transmisi dan penerima. Hambatan dalam berkomunikasi antara lain : (1) Kurangnya perencanaan dalam komunikasi (tidak dipersiapkan terlebih dahulu); (2) Perbedaan persepsi; (3) Perbedaan pengetahuan; (4) Kondisi fisik dan mental yang kurang baik; (5) Pesan yang tidak jelas; (6) Prasangka buruk; (7) Transmisi yang kurang baik; (8) Penilaian atau evaluasi yang prematur; (9) Tidak ada kepercayaan; (10) Ada ancaman; (11) Perbedaan status, pengetahuan, bahasa; dan (12) Distorsi (kesalahan informasi).23

Sementara itu menurut Richard Sihite dalam bukunya “Ethics Communication”, membagi hambatan komunikasi dalam jenisnya yaitu :

22Hafied Cangara, op.cit., h. 153 23Widjaja, op.cit., h. 57

(14)

30

(1) Gangguan semantik; (2) Gangguan mekanik; (3) Gangguan antropologis; dan (4) Gangguan psikologis.24

Untuk lebih jelasnya penulis menguraikannya sebagai berikut : 1. Gangguan semantik

Merupakan gangguan yang disebabkan oleh para pelaku komunikasi yang mempergunakan bahasa. Baik itu komunikator maupun komunikan. Karna bahasa merupakan salah satu alat dalam komunikasi dan yang paling umum digunakan manusia dalam berkomunikasi.

Bahasa dikategorikan kepada tiga macam, yakni bahasa lisan atau yang diucapkan, bahasa tulisan atau bahasa yang dituangkan dalam berbagai bentuk tulisan dan bahasa badan yang dituangkan dalam bentuk gestur dan mimik.

Pesan akan disalah artikan oleh komunikan , jika komunikator menggunakan bahasa yang tidak dipahami oleh komunikan.

Bahasa sangat menentukan keefektivan dosen dan mahasiswa dalam proses bimbingan. Apabila dosen dan mahasiswa banyak menggunkan bahasa asing dan struktur bahasa yang tidak baik maka akan menyebabkan pesan yang disampaikan susah untuk dipahami, sehingga proses komunikasi terganggu dan tujuan komunikasi tidak tercapai.

(15)

31 2. Gangguan mekanik

Gangguan mekanik adalah gangguan yang terjadi akibat alat-alat komunikasi tersebut mengalami kerusakkan, sehingga proses komunikasi tidak berjalan dengan efektif. Disamping itu komunikan juga tidak dapat menangkap informasi secara jelas.

Sebagaimana yang telah dijelaskan, gangguan mekanik ini tidak dapat diterka oleh komuikator maupun kommunikan karena gangguan mekanik dapat terjadi kapan saja. Gangguan mekanik tidak hanya terjadi pada satu alat saja, tapi juga bisa pada semua alat. Contohnya saja tiba-tiba sinyal radio atau telpon genggam tiba-tiba hilang, atau mikrofon yang digunakan suaranya tidak jelas, dan masih banyak lagi. 3. Gangguan antropologis

Hambatan dalam proses komunikasi yang disebabkan oleh perbedaan berupa suku, ras, budaya, norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat setempat, cara dan gaya hidup, bahasa dan sebagainya. Misalnya orang Batak menyampaikan pesan dalam bentuk simbol, maka orang Jawa tidak bisa memahami maksud dan tujuan dari komunnikasi tersebut.

Cara dan gaya hidup juga dapat menghambat proses komunikasi, seperti cara hidup orang Minang dengan orang Papua. Semua faktor yang sudah penulis jelaskan tadi dapat menjadi penghambat komunikasi.

(16)

32 4. Gangguan psikologis

Gangguan psikologis adalah gangguan yang disebabkan oleh faktor kejiwaan, seperti susah, emosional, marah, sedih, kecewa, iri hati, berprasangka buruk.25 Misalnya komunikator dalam keadaan kecewa atau mara, kemudian berkomunikasi dengan komunikan dalam keadaan tersebut, maka pesan tidak akan dapat dipahami dengan jelas oleh komunikan.

Jadi bila dosen dan mahasiswa hendak berkomuniksi dalam bimbingan skripsi, maka keduanya harus memperhatikan dan menghindari beberapa gangguan psikologis yang telah dijelaskan diatas. Sebab bila gangguan ini ada terjadi pada salah satu atau keduanya, maka proses komunikasi dalam bimbingan skripsi tidak akan berjalan baik.

Hambatan akibat salah paham atau salah pengertian sehingga pesan tidak dimengerti seperti yang dimaksudkan oleh pengirim dan ditanggapi sebagaimana yang diinginkan oleh pengirim dalam komunikasi bisa saja terjadi.

Masalah kesalahpahaman menurut A. M. Hardjana dapat terjadi pada pengirim, penyampaian pesan dan penerimaan.

Pengirim, salah pengertian dapat terjadi karena : (1) Pengirim tidak jelas tentang isi pesan yang hendak disampaikan; (2) Meski isi pesan itu jelas, tetapi pengirim mengemas isi pesan itu secara tidak

(17)

33

tepat dan mengirim melalui media yang tidak mendukung; (3) Pada diri pengirim ada konflik batin tentang pesan yang akan dikirimkan dan tentang penerima yang dikirimi pesan; (4) Pengirim merasa sulit bagaimana mengungkapkan pesan yang akan disampaikan.

Penyampaian pesan. Pada penyampaian pesan, kesalahpahaman dalam berkomunikasi disebabkan karena : (1) Faktor-faktor fisik yang tidak mendukung, tulisan jelek yang tidak terbaca, saluran komunikasi rusak, alat pendengar tidak berfungsi baik, suara tidak jelas; (2) Dua pesan yang saling berebut perhatian penerima sehingga kosentrasi penerima kacau atau pesan sendiri mempunyai makna yang bertentangan; 3) Terlalu banyak gabungan saluran yang digunakan untuk menyampaikan sehingga pesan menjadi terlalu banyak pula.

Penerima pesan. Pada waktu menerima pesan, faktor-faktor yang bisa menyebakan salah pengertian dalam komunikasi antara lain : (1) Ada gangguan-gangguan fisik : penerangan, penglihatan, pendengaran, suara terlalu bising atau tidak terdengar; (2) Ada gangguan-gangguan mental : sulit berkosentrasi, sibuk dengan urusan lain, sikap menolak; (3) Kesehatan fisik : sakit, lelah, tidak ada gairah; (4) Latar belakang budaya, pendidikan dan pengalaman penerima jauh berbeda dari pengirim.

Hambatan komunikasi dapat menyebabkan arus pesan pada saluran komunikasi terbatas, terganggu, tercemar atau dalam kondisi yang rusak. Akibatnya jika kita sebagai sumber komunikasi berarti kita

(18)

34

telah gagal mengirim pesan yang berarti tujuan komunikasi kitapun tidak tercapai. Dalam hal komunikasi inovasi berarti kita telah gagal mengubah prilaku sasaran komunikasi kita untuk memberi inovasi yang kita difusikan. Hambatan yang muncul dapat bersifat internal pada individu, misalnya gagal menafsirkan pesan karena ketidaksamaan timbul pesan yang digunakan, atau bersifat eksternal misalnya tidak tersedianya media komunikasi yang memadai.

Terdapat tiga hambatan komunikasi inovasi, yaitu :

1. Hambatan teknis, yaitu hambatan yang terjadi jika salah satu alat yang digunakan untuk berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga komunikasi yang ditransmisi melewati saluran melalui kerusakan. Ini berhubungan dengan ketepatan transfer informasi (noise).

2. Hambatan sematik, yaitu perbandingan interpretasi antara sumber dan penerima. Jika interpretasi sumber terhadpa inovasi yang disampaikan berbeda dengan interpretasi penerima, maka muncul hambatan komunikasi.

3. Masalah-masalah keefektifan, yaitu berbagai hal yang berhubungan dengan keberhasilan transfer atau pengirim makna kepada penerima.

Selain itu hambatan komunikasi inovasi dapat berasal dari sumber, penerima atau hambatan alam.

Secara sederhana dapat disimpulkan dari semua definisi para ahli, hambatan komunikasi adalah suatu gejala yang menunjukkan

(19)

35

adanya masalah dalam komunikasi baik yang berasal dari pengirim (komunikator), transmisi atau penerima.

Hambatan komunikasi juga disebut sebagai rintangan komunikasi yaitu ketiadaan salah satu atau lebih faktor-faktor yang diperlukan untuk terciptanya komunikasi inovasi yang efektif.

Dimana hambatan komunikasi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (1) Semantik, yang terdiri dari penggunaan kata-kata, bahasa, struktur bahasa, dan latar belakang budaya. ((2) Psikologis, yang terdiri dari dua faktor, internal dan eksternal. Faktor internal seperti sifat, karakter, bakat dan keturunan. Faktor eksternal seperti lingkungan keluarga, sistem hukum, sosial budaya, pemerintahan, pendidikan, politik, pekerjaan dan masyarakat sekitar. (3)Media. Gangguan media hampir sama dengan gangguan teknis. Contohnya seperti kesalahan cetak, kata atau paragraf yang hilang, atau suara bising. (4) Lingkungan, lebih kepada jarak fisik dan sosial. (5) Waktu, lebih menunjukkan pada ketepatan waktu yang dipergunakan dalam berkomunikasi. (6) Citra diri, yaitu tampilan pelaku komunikasi, dan anggapan terhadap lawan komunikasi.26

D. Komunikasi Antar Pribadi

1. Defenisi Komunikasi Antar Pribadi

Komuikasi antar pribadi (interpersonal communication) merupakan komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka

26 Nurudin, Ilmu Komunikasi Ilmiah dan Populer, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,

(20)

36

antatra dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumun orang.27

Komunikasi antarpribadi juga merupakan proses pemberian dan penerimaan pesan antara dua orang atau diantara orang-orang dalam kelompok kecil melalui satu saluran atau lebih dengan melibatkan beberapa pengaruh dan umpan balik yang melibatkan hubungan pribadi antar individu atau lebih.28

Hafied Cangara mengemukakan bahwa menurut sifatnya, komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua macam, yakni Komunikasi Diadik (Dyadic Communication) dan Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication).29

Komunikasi diadik ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog dan wawancara. Percakapan berlangsung dalam suasana bersahabat dan informal. Dialog berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam dan lebih personal. Sedangkan wawancara sifatnya lebih serius, yakni adanya pihak yang lebih dominan pada posisi bertanya dan yang lainnya pada posisi menjawab.

Dalam rujukan lain Devito mengemukakan tiga ancangan utama defenisi komunikasi antarpribadi yaitu, defenisi dari segi komponen (komponential), defenisi dari segi hubungan diadik (relational/dyadic),

27Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : Grasindo, 2005), h.32

28Mohamad Surya, Psikologi Konseling, (Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2003), h.127 29Hafied Cangara, op.cit., h. 32

(21)

37

dan defenisi dari segi pengembangan (developmental).30 Untuk lebih jelasnya Devito menjabarkannya sebagai berikut :

a. Defenisi dari segi komponen (komponential) menjelaskan komunikasi antarpribadi dengan satu orang dan penerima pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.

b. Defenisi dari segi hubungan diadik (relational/dyadic) menjelaskan bahwa komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas.

c. Defenisi dari segi pengembangan (developmental) melihat komunikasi antarpribadi sebagai akhir dari perkembangan dari komunikasi yang bersifat non-pribadi pada satu ekstrim menjadi komunikasi pribadi yang lain.

Sedangkan menurut Curtis dkk komunikasi antarpribadi memiliki dimensi kualitatif dan dimensi kuantitatif. Dimana dijabarkan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang terjadi terutama di antara dua atau beberapa orang (kuantitatif) yang bersifat alamiah dan dapat menghasilkan suatu hubungan produktif secara terus-menerus (kualitatif). Komunikasi antarpribadi mengacu pada pesan-pesan yang dikirimkan oleh orang-orang secara intern

30Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, (Jakarta : Profesional Books, 1997), h.

(22)

38

(pemikiran), yang seringkali berhubungan dengan diri mereka sendiri (evaluasi diri).31

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi tatap muka, sehingga kemungkinan umpan balik (feed back) besar sekali. Dalam komunikasi itu, penerima pesan dapat langsung menanggapi dengan menyampaikan umpan balik. Dengan demikian, diantara pengirim dan penerima pesan terjadi interaksi (interaction) yang satu mempengaruhi yang lainnya, dan kedua-duanya saling mempengaruhi dan memberi serta menerima dampak. Pengaruh itu terjadi pada kognitif-pengetahuan, afektif-perasaan, dan behavioral-prilaku. Semakin berkembang komunikasi interpersonal itu, semakin intensif umpan balik dan interaksinya karena peran pihak-pihak yang terlihat berubah peran dari penerima pesan menjadi pemberi pesan, dan sebaliknya dari pemberi pesan menjadi penerima pesan. Agar komunikasi interpesonal itu berjalan secara teratur, dalam komunikasi itu pihak-pihak yang terlibat saling menangani sesuai isi pesan yang diterima. Sehingga terjadilah koherensi dalam komunikasi baik antara pesan yang disampaikannya dan umpan balik yang diberikan, maupun dalam keseluruhan komunikasi.32

2. Karakteristik Komunikasi Antar Pribadi

a. Komunikasi antar pribadi dimulai dari diri sendiri.

31Yuyun Wirasasmita (ed), op.cit., h. 30 32A. M. Hardjana, op.cit., h. 20

(23)

39

Komunikasi antar pribadi akan terjadi jika dia mempunyai kehendak dan kemauan serta dorongan yang kuat untuk melakukan bagi orang lain. Komunikasi antar pribadi mengisyaratka bahwa komunikasi terjadi jika ada aksi dan reaksi secara menyeluruh. Artinya ketika komunikasi berlangsung maka reaksi kita itu melibatkan tubuh secara fisik, pikiran, dan jiwa yang semuanya terlibat dalam kesatuan.

b. Ihwal mengelak, menghilangkan dan mengubah proses.

Komunikasi antar pribadi itu sudah menjadi ketetapan yang harus ada dalam kehidupan manusia. Komunikasi antar pribadi yang telah dilakukan tidak dapat dihapus atau dihilangkan dengan komuniasi yang baru dilakukan. Komunikasi antar pribadi juga dapat terjadi secara keetulan, sehingga tidak dapat dielakkan, demikian pula kita tidak dapat menghilangkan kesan dan mengurangi kembali sebuah proses komunikasi.

c. Ada prose penyesuaian dalam komunikasi antar pribadi.

Komunikasi antar pribadi bersifat sistemis, dimana komunikasi komunikasi itu dapat terjadi dalam berbagai sistem. Seluruh proses komunikasi antar pribadi dapat menyesuaikan diri dalam konteks komunikasi lainnya, makanya tidak heran jika komunikasi antar pribadi ada dalam kelompo, dalam organisasi, dalam publik dan massa.

(24)

40

Ada dua faktor yang mengontrol ketika komunikasi antar pribadi berlangsung, yaitu komunikasi antar pribadi yang bersifat symmetrical excahange dan complementary exchange. Dalam hubungan simetris, dua orang yang berkomunikasi masing-masing menampilkan prilaku yang sama.33

3. Model Komunikasi Antar Pibadi a. Model Pengirim-penerima

Setiap peristiwa komunikasi selalu berkosekuensi pada perspektif pengirim dan penerima. Pengirim adalah siapa yang menyediakan informasi tentang perubahan, sedangkan penerima adalah siapa yang ditujukan oleh informasi tentang dan sebagai sasaran perubahan. Dalam model ini, komunikasi cukup mengandung dua unsur saja, yaitu pengirim dan penerima. Karena pesan yang dipertukarkan sudah termasuk di dalam aktivitas pengirim dan penerima, apalagi jika pesan tersebut dilakukan secara sengaja atau disiapkan demi tujuan tertentu. Model komunikasi ini memandang bahwa komunikasi sudah berjalan efektif.

b. Model Penerima

Model ini berasumsi bahwa komunikasi cukup mengutamakan satu unsur saja, yaitu penerima. Karena komunikasi dimuai ketika ada pesan yang dimiliki pengirim, jika pesan itu

33 Alo Liliweri, Komunikasi Antar Personal, (Jakarta : Kencana Prenamedia Group,

(25)

41

diterima sebagai pesan yang bermakna bagi penerima, maka komunikasi telah berlangsung, tidak peduli apakah yang dikirm itu mangandung maka atau tidak.

c. Model Perilaku Komunikasi

Model ini berasumsi bahwa semua aktivitas pengiriman dan penerimaan pesan itu dilakukan secara sengaja dan bertujuan tertentu, akibatnya hubungan di antara pelaku komunikasi telah dianggap sebagai tindakan komunikasi.

d. Model Linear

Dalam model ini dijelaskan bahwa komunikasi melibatkan dua pihak, yaitu pengirim dan penerima pesan. Proses komunikasi dikatakan cukup apabila satu orang mengirimkan pesan dan orang lain menerima pesan tersebut.

e. Model Interaksional

Pada model ini diasumsikan bahwa pengirim mengkodekan pesan melalui encoding, demikian juga penerima mengkodekan pesan melalui decoding dan mengembalikan pesan tersebut sebagai umpan balik.

f. Model Transaksional

Model ini menunjukkan bahwa baik penerima maupun pengirim pesan mengalami perubahan pesan seiring dengan perubahan waktu. Penerima juga merupakan pengirim pesan, sedangkan pegirim juga dianggap sebagai penerima pesan.

(26)

42 g. Model Kekuasaan

Komunikasi ditunjukkan oleh hubungan kekuasaan dimana para partisipan tidak hanya melakukan komunikasi yang berdaya pengaruh pada suatu situasi tertentu, tapi dalam sebagian besar situasi, termasuk komunikasi dalam komunitas atau masyarakat tertentu.

h. Model Budaya

Model ini menempatkan budaya ditengah-tengah sebuah proses komunikasi. komunikasi terjadi karena budaya, artinya jika partisipan tidak mempunyai pemahaman yang memadai tentang budaya, maka mereka tidak dapat memahami proses komunikasi. karena dari budayalah setiap orang dapat memahami kode-kode pesan verbal dan nonverbal.34

4. Tujuan Komunikasi Antar Pribadi

Setiap komunikasi yang dilakukan oleh manusia pasti memiliki tujuan, apakah untuk saling mempengaruhi ataupun sekedar bersosialisasi dengan manusia lain. Menurut Mohamad Surya tujuan komunikasi antarpribadi adalah : (a) menemukan diri sendiri, (b) menemukan dunia luar, (c) membentuk dan memelihara hubungan yang bermakna dengan orang lain, (d) mengubah sikap dan prilaku

(27)

43

sendiri dan orang lain, (e) bermain dan hiburan, (f) memberikan bantuan.35

Untuk lebih jelasnya, maka penulis akan menguraikannya : a. Mengenal diri sendiri dan orang lain

Komunikasi antarpribadi memberikan kesempatan pada seseorang untuk berbincang tentang dirinya sendiri, dengan orang lain, mengenal dan memahami diri sendiri serta memahami sikap dan prilaku diri sendiri.

b. Mengetahui dunia luar

Dengan komunikasi antarpribadi, seseorang memahami lingkungan dengan baik, seperti kejadian atau peristiwa. Dimana dengan berkomuikasi seseorang akan mendapatkan informasi tentang dunia sekitar.

c. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi lebih bermakna. Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam kehidupan. Manusia cendrung mencari dan berhubungan dengan orang lain sebagai tempat mengadu, berbagi, menyampaikan isi hati dan lain sebagainya.

d. Mengubah sikap dan prilaku

Komunikasi antarpribadi dapat mempengaruhi orang lain dalam bersikap dan berprilaku. Dalam hal ini dilakukan persuasi (mempengaruhi) orang lain dalam dalam berkomunnikasi.

(28)

44 e. Bermain dan mencari hiburan

Dengan komunikasi antarpribadi dapat menghilangkan kejenuhan dan ketegangan. Misalnya saja bercerita dengan teman. f. Membantu

Komunikasi antarpribadi juga bisa menjadi sumber bantuan kepada orang lain, yaitu seperti pemberian saran dan masukan kepada orang lain.36

Dari uraian di atas terdapat dua tujuan komunikasi antarpribadi. Pertama, tujuan komunikasi antarpriadi dilihat dari faktor motivasi atau mengapa seseorang terlibat dalam komunikasi antarpribadi, yaitu untuk memperoleh kesenangan, membantu orang lain dan merubah sikap orang lain. Kedua, tujuan komunikasi antarpribadi dapat dipandang dari akibat atau hasil dari komunikasi itu sendiri, seperti mengenal diri sendiri, membuat hubungan lebih bermakna, dan memperoleh pengetahuan dari dunia luar.

Sementara itu Alo Liliweri juga mengatakan, ditinjau dari segi media, maka terdapat dua bentuk komunikasi antarpribadi, yakni komunikasi bermedia dan tidak bermedia.37Namun banyak orang lebih menyukai komunikasi tidak bermedia (tatap muka) dari pada melalui media seperti menggunakan telepon, surat-menyurat dan sebagainya.

Komunikasi antarpribadi tatap muka tetap mempunyai kelebihan antara lain karena para peserta langsung mengadakan kontak

36Riswandi, Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2013), h. 87 37Liliweri, op.cit,. h.23

(29)

45

antarpribadi, saling menukar informasi, saling mengontrol prilaku antarpribadi karena jarak dan ruang antara komunikator dan komunikan sangat dekat. Akibatnya komunikasi tatap muka selalu memuaskan kedua belah pihak.38

E. Komunikasi Bermedia dan Tidak Bermedia

1. Komunikasi Bermedia

Komunikasi bermedia (Mediated communication) adalah komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh tempatnya dan ataupun banyak jumlahnya.39 Adapun kerugian dalam komunikasi antarpribadi melalui media adalah antara komunikator dan komunikan tidak dapat menyatakan ekspresi nonverbal secara sempurna. Tetapi yang terpenting adalah: (a) Bagaimana cara mengekspresikan perilaku pesan nonverbal sesuai media sehingga kesempurnaan itu sesuai dengan jenis media yang dipilih; (b) Bagaimana komunikator dan komunikan memulai komunikasi, yaitu komunikasi antarpribadi yang mengalami situasi lahir dan batin tanpa memandang jenis media.40

2. Komunikasi Tak Bermedia

Onong Uchjana Effendy mengemukakan bahwa komunikasi dikatakan tatap muka karena ketika komunikasi berlangsung, antara komunikator dan komunikan berhadapan dan sambil saling melihat. Kegiatan tatap muka antarpribadi merupakan suatu dinamika

38Ibid., h.22 39Ibid., h. 9-10 40Liliwer, op.cit., h. 24

(30)

46

hubungan antarpribadi dalam waktu dan ruang sebagai wujud keberadaan dan aktivitas manusiawi.41 Dinamika hubungan atarpribadi ini menyebabkan setiap orang selalu berusaha menarik orang lain agar memasuki area pengaruh komunikasi, area pengalaman dan area rujukan kepribadian. Dikatakan pula bahwa keistimewaan utama dari komunikasi antarpribadi tatap muka terletak pada umpan balik yang tidak ditunda. Fungsi umpan balik komunikasi antarpribadi bagi peserta komunikasi adalah setiap komunikator segera mengetahui secara langsung apakah pesan-pesan diterima atau ditolak oleh komunikan.42

Komunikasi tatap muka memiliki beberapa kelebihan, antara lain : (a) Komikator dapat melihat dan mengkaji diri komunikni secara langsung; (b) Komunikator dapat mengetahui efek komunikasinya pada saat itujuga; (c) Arus balik atau umpan balik (feed back) terjadi secara langsung.43

41Onong Uchjana Effendy, op.cit., h. 7 42Liliweri, op.cit., h. 11

Referensi

Dokumen terkait

pekerjaan) perlu dilaksanakan proses analisis jabatan, sedangkan untuk dapat menentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan perlu dilaksanakan analisis beban kerja

Tahapan penting dalam latihan membaca puisi: (1) pahamilah isinya; (2) bubuhkan tanda- tanda pembacaan untuk pemandu penggunaan nada, tempo, irama, dan jeda; (3) bacalah

Pencegahan dan pengobatan akibat penyalahgunaan narkoba merupakan persoalan yang komplek yang masih perlu banyak dipelajari tentang apa yang terbaik dilakukan dan oleh siapa,

Sudah berdiri lebih kurang 1 tahun 6 bulan yang lalu, Warung Mbah Lanang Banyuwangi sangat perlunya menerapkan strategi promosi berkelanjutan yang telah di singgung

Persepsi tentang kualitas pelayanan dimensi jaminan di RSGMP FKG USU Medan menunjukkan bahwa dari 5 pernyataan ditemukan jawaban terbanyak adalah baik dengan persentase

Untuk mengetahui karakteristik dari material beton kedap suara dengan pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit, semen PC, dan pasir sebagai bahan baku utamanya... 1.3

Namun, dikarenakan pada penelitian ini menggunakan bahasa pemrograman Java yang berbasis CLA.publik, CLA.private Membuat koneksi jaringan Mengirim CLA.cert ke voter

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen kelas di SMP Negeri 1 Stabat