• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip Arsitektur Organik Pada Museum Geologi Indonesia di Kota Baru Parahyangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Prinsip Arsitektur Organik Pada Museum Geologi Indonesia di Kota Baru Parahyangan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Repository Tugas Akhir Arsitektur No.14 | Vol. V

© Prodi Arsitektur Itenas Oktober 2020

Prinsip Arsitektur Organik Pada Museum Geologi Indonesia

di Kota Baru Parahyangan

Ilham Miladi Gurnita

Jurusan Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Itenas, Bandung Email: ilhammiladigurnita@gmail.com

ABSTRAK

Museum Geologi merupakan salah satu jenis museum yang dapat memperkenalkan sejarah pembentukan dan asal mula bumi dengan cara memperkenalkan benda-benda arkelolog atau zoologi. Faktanya, di Indonesia sendiri hanya ada satu museum geologi, yaitu Museum Geologi Bandung. Proyek ini dibuat untuk menarik minat masyarakat dalam mempelajari ilmu geologi dan menambah sarana museum geologi di Indonesia. Tapak Museum Geologi Indonesia Kota Baru Parahyanagan berada di Jalan Parahyangan Raya, Kota Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung Barat, yang merupakan daerah suburban dengan luas lahan lebih dari 1.250 Ha. Tapak berada di daerah iklim tropis, dengan kondisi tapak yang memilki bentuk lahan berkontur. Museum ini sendiri memiliki fungsi menjadi sarana rekreasi, edukasi dan penelitian ilmu geologi. Dengan fungsi tersebut diharapkan museum dapat memperkenalkan lebih luas ilmu geologi kepada publik umum, pelajar dan juga wisatawan dan juga dapat meningkatkan ekonomi lingkungan sekitar. Tema arsitektur organik digunakan pada desain museum ini. Tema arsitektur organik dipilih karena memiliki keterkaitan dengan alam sesuai dengan ilmu geologi yang ditampilkan di museum. Dengan pendekatan tema arsiterktur organik, gubahan massa, fasad dan interior bangunan menerapkan tema dengan cara memperhatikan kondisi sekitar dan juga membuat kesan bangunan menyatu dengan alam dengan pemilihan material. Untuk memperkuat hubungan bangunan dan tapak, elemen lansekap diolah agar menyatu lingkungan sekitar dengan merespon terhadap potensi bentuk kontur tapak dan respon terhadap sundial di seberang tapak..

Kata kunci: Arsitektur, Geologi, Museum, Organik

ABSTRACT

Geology Museum is one type of museum that can introduce the history and origin of the earth by introducing archaeological or zoological objects. In fact, in Indonesia there is only one geological museum, which is Museum Geologi Bandung. This project was created to attract public interest in studying geology and to add geological facilities in Indonesia. Museum Geologi Indonesia Kota Baru Parahyanagan is located on Jalan Parahyangan Raya, Kota Baru Parahyangan Housing in Kabupaten Bandung Barat which is a suburban area with a land area of 1,250 hectares. The site is located in a tropical climate, with site conditions that have contoured landforms. The museum itself has the function of being a means of recreation, education and geological research. With this function, it is hoped that the museum can introduce geology science to the general public, students and tourists as well as improve the economy of the surrounding environment. The organic architectural theme used in the design of this museum. Theme of organic architecture was chosen because it has a relationship with nature in accordance with the geology related to the museum. With an organic architectural theme approach, mass compositions, facades and interior buildings that apply the theme by paying attention to the surrounding conditions and also make the building feel one with nature with the choice of materials. Bond more relationship between the building and the site, landscape elements it is processed so that the surrounding environment responds to the potential shape of the site contours and responses to the sundial across the site.

Keywords: Architecture, Geology, Museum, Organic

(2)

dibuat untuk menambah sarana Museum Geologi di Indonesia namun dengan tampilan yang lebih modern diharapkan Museum Geologi ini dapat menjadi sarana pembelajaran geologi yang lebih menarik dan juga menjadi tempat rekreasi baru bagi masyarakat. Museum ini bertujuan menjadi Museum Nasional, yaitu museum yang benda koleksinya terdiri dari berbagai kumpulan benda bernilai nasional yang berasal dari seluruh wilayah Indonesia sehingga dapat mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia atau lingkungannya [1]. Lokasi tapak pembangunan berada di Kota Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Kota Baru Parahyangan yang terletak di Kabupaten Bandung Barat ini memiliki lingkungan yang sangat strategis dan mudah diajangkau baik kendaraan umum maupun pribadi, sehingga memiliki potensi sebagai tempat wisata baik bagi penghuni perumahan maupun wisatawan. Dalam perancangan museum ini, untuk menciptakan kesesuaian tema bangunan dengan ilmu difokuskan pada museum ini, maka harus dipilih tema arsitektur yang cocok degan ilmu geologi, maka tema yang dipilih adalah arsitektur organik. Alasan lain pemilihan tema arsitektur organik sebagai tema perancangan karena tema ini merupakan tema yang berkaitan erat dengan alam dan arsitektur organik merupakan tema yang memperhatikan harmoni antara manusia, bangunan dan alam.

2. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANGAN

2.1 Definisi Proyek

Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat [2]. Sementara itu, eologi merupakan ilmu tentang bumi yang berkaitan dengan struktur, sejarah, komposisi, asal, proses alami terbentuknya dan perkembangan kehidupan di bumi baik sebelum terbentuk, yang sedang berlangsung dan juga saat ini [3]. Dengan pengertian tersebut, judul proyek bangunan ini adalah Museum Geologi Indonesia Kota Baru Parahyangan. Museum ini adalah sebuah museum geologi yang terletak di lokasi Perumahan Kota Baru Parahyangan yang berfungsi sebagai sarana penelitian, edukasi sekaligus rekreasi yang betujuan untuk mengenalkan hal-hal tentang ilmu geologi sehingga masyarakat dapat lebih mengenal dan tertarik dengan ilmu geologi, terutama geologi Indonesia. Museum ini dirancang dengan pendekatan tema arsitektur organik.

2.2 Lokasi Proyek

Tapak berlokasi di Kota Baru Parahyangan, tepatnya ada di Jalan Parahyangan Raya, Kertajaya, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Lokasi tapak berada di daerah iklim tropis dan memiliki kondisi tapak yang bentuk lahannya berkontur dan cukup curam, sehingga dibutuhkan perlakuan khusus pada tapak sebelum memulai pembangunan proyek. Selain itu tapak ini berada pada jalan arteri, sehingga keadaan lalu lintas sangat ramai dan banyak dilewati kendaraan baik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Lokasi proyek dapat dilihat pada Gambar 1. Luas tapak proyek ini adalah sebesar 17.939 m2. Selain itu, tapak memiliki bebrapa regulasi yang harus diperhatikan diantaranya: KDB sebesar 40%, KLB 1, KDH, sebesar 20 %, dan GSB dari jalan utama berjarak 10 meter. Selain itu, tapak memiliki batasan sebagai berikut: batas tapak arah Utara dibatasi Giant Express, arah Selatan tapak dibatasi jalan raya, arah Barat tapak dibatasi perumahan warga dan arah Timur tapak dibatasi jalan raya.

(3)

Prinsip Asrsitektur Organik Pada Museum Geologi Indonesia di Kota Baru Parahyangan

Gambar 1. Lokasi tapak

Sumber: https://maps.google.com, diunduh tanggal 01 Juli 2020

2.3 Tema Perancangan

Arsitektur organik sebuah konsep arsitektur yang terinspirasi pada bentuk atau prinsip dari alam yang penerapannya dapat diterapkan sebagian atau keseluruhan pada bangunan. Arsitektur organik biasanya memperhatikan lingkungan dan harmoni dengan tapaknya [4]. Pengertian lain arsitektur organik menurut ahli adalah arsitektur yang secara lingkungan dan tampak bangunannya saling harmonis, terintegrasi dengan tapak dan mencerminkan kepedulian arsitek terhap proses dan lingkungan yang digunakan [5]. Beberapa konsep dasar dalam desain arsitektur organik yang dapat diterapkan sebagian atau keseluruhan pada bangunan diantaranya: building as nature, continous present, form follows flow, of the people, of the hill of the materials, youthful and unexpected, living music [6].

2.4 Elaborasi Tema

Elaborasi tema berdasarkan pengertian museum, Museum Geologi Indonesia dapat dijadikan sebagai sarana penelitian, rekreasi dan edukasi yang dapat meningkatkan wawasan mengenai ilmu geologi kepada masyarakat luas. Tujuan secara tema, terciptanya bangunan Museum Geologi sebagai sarana penelitian, rekreasi dan edukasi dengan menampilkan desain bangunan yang memperhatikan lingkungan sekitarnya dapat mencirikan identitas melalui pendekatan arsitektur organik. Hasil dari elaborasi tema diperoleh konsep yaitu merancang Museum Geologi Indonesia Kota Baru Parahyangan dengan metode pendekatan arsitektur organik dengan menerapkan prinsipnya pada massa, fasad dan tapak bangunan.

2.5 Konsep Zoning Tapak

Zoning dibagi menjadi beberapa area, yaitu area publik, area semi publik, area privat dan area servis yang dapat dilihat pada Gambar 2, antara lain:

a. Area sisi tapak yang dekat dengan jalan akan menjadi area publik, tempat drop off penumpang dan parkir untuk bus

b. Area semi publik adalah area rencana bangunan akan ditempatkan pada site yaitu berada pada bagian tengah site

c. Area servis diperuntukan sebagai tempat bongkar muat barang

d. Area privat merupakan area yang dapat diakses oleh pengguna bangunan tertentu saja.

(4)

Gambar 2. Konsep Zoning Tapak

2.6 Konsep Aksesibilitas dan Sirkulasi Tapak

Sirkulasi pada tapak dibagi menjadi sirkulasi kendaraan (motor, mobil, bus, kendaraan servis) dan pejalan kaki. Aksesibilitas dan sirkulasi tapak dapat dilihat pada Gambar 3. Seluruh kendaraan pribadi masuk dan keluar site melalui Jl. Parahyangan Raya. Untuk pejalan kaki dan kendaraan umum dapat mengakses dari seberang sundial.

Gambar 3. Konsep Aksesibilitas dan Sirkulasi Tapak

2.7 Konsep Gubahan Massa

Konsep gubahan massa pada bangunan berawal dari kondisi tapak yang dikaitkan dengan tema perancangan. Dengan mengikuti salah satu prinsip arsitektur organik yaitu forms follow the flow, dimana bangunan menyesuikan dengan energi sekitarnya, massa bangunan mengikuti bentuk kontur dan orientasi bangunan utama diarahkan ke arah sundial dan berbentuk setengah lingkaran sebagai respon terhadap lingkaran jalan. Lalu sebagai penyesuaian bentuk bangunan dilakukan substraktif dan aditif.

Konsep gubahan massa dapat dilihat pada Gambar 4.

(5)

Prinsip Asrsitektur Organik Pada Museum Geologi Indonesia di Kota Baru Parahyangan

Gambar 4. Konsep Gubahan Massa

2.8 Konsep Fasad

Fasad pada rancangan bangunan ini mengaitkan tema arsitektur organik dan ilmu geologi, bangunan akan memilki fasad yang menggunakan material batuan tempel, marmer dan juga beton ekspos sebagai penguat unsur arsitektur organik pada bangunan. Penggunaan konsep material dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Konsep Fasad

2.9 Konsep Struktur

Sistem struktur yang digunakan pada bangunan ini adalah sistem struktur rangka. Penyaluran beban pada struktur rangka ini terdistribusikan dari atap kemudian disalurkan pada balok dan kolom hingga berakhir di pondasi. Material yang digunakan kolom dan balok adalah beton. Adapun modul yang digunakan pada bangunan adalah 6 m x 8,1 m dan 6 m x 6 m yang dapat dilihat pada Gambar 6. Untuk atap akan ada dua jenis atap yaitu atap bentang lebar sistem flat truss dan atap dak.

(6)

Gambar 6. Modul Bangunan

3. HASIL RANCANGAN

3.1 Zoning Dalam Tapak

Zona tapak terbagi kedalam 4 bagian yaitu zona publik, zona semi publik, zona zona servis dan zona privat yang dapat dilihat pada Gambar 7. Dapat dilihat taman merupakan area publik yang dapat diakses oleh semua orang, bangunan merupakan area semi publik yang hanya dapat diakses oleh pemegang tiket dan orang yang berkepentingan, sementara itu, bagian belakang digunakan sebagai area servis dan privat dari bangunan.

Gambar 7. Zoning dalam tapak

3.2 Pola Sirkulasi Dalam Tapak

Akses bangunan dibagi dua, yaitu kendaraan dan pejalan kaki yang dapat dilihat pada Gambar 8. Seluruh kendaraan baik servis maupun pengunjung dapat memasuki tapak dari Jalan Parahyangan Raya (arah keluar). Sementara itu pejalan kaki dapat langsung mengakses tapak dari seberang sundial dan juga dapat mengakses langsung taman di samping bangunan. Pemisahan sirkulasi antara pejalan kaki dan kendaraan pada tapak bertujuan untuk mencegah cross sirkulasi antara pejalan kaki dan kendaraan sehingga meningkatkan kenyamanan dan memudahkan akses bagi berbagai pengunjung museum baik yang membawa kendaraan maupun tidak.

(7)

Prinsip Asrsitektur Organik Pada Museum Geologi Indonesia di Kota Baru Parahyangan

Gambar 8. Pola Sirkulasi Dalam Tapak

3.3 Zoning Dalam Bangunan

Bangunan terdiri dari tiga lantai dengan dua lantai atas berfungsi sebagai ruang pamer dan ground floor berfungsi sebagai area servis, gudang, dan juga kantor museum. Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa sebagian ruang besar di lantai 1 berfungsi sebagai ruang publik yang terdiri dari ruang pameran dan juga restoran, sementara itu area semi publik adalah perpustakaan, area servis adalah mushola, toilet dan tangga kebakaran. Selain itu ada sedikit area privat yag berfungsi sebagai area utilitas dan juga ruang pegawai restoran.

Gambar 9. Zoning Pada Lantai 1

Selanjutnya, pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa terdapat ruang pameran yang berfungsi sebagai ruang publik dan ruang auditorium yang berfungsi sebagi ruang semi publik, semantara itu ruang servis adalah tangga kebakaran, toilet dan ruang peralatan dan ada sebagian kecil ruang yang berfungsi sebagai ruang privat yaitu ruang utilitas dan juga ruang persiapan.

(8)

Gambar 10. Zoning Pada Lantai 2

Pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa ground floor sebagian besar berfungsi sebagai ruang privat dan servis, yang sebagian besar fungsi ruangnya adalah sebagai kantor dan juga gudang.

Gambar 11. Zoning Pada Lantai Ground Floor

3.4 Fasad Bangunan

Fasad pada bangunan ini mengaitkan tema arsitektur organik dan ilmu geologi, bangunan akan memiliki fasad yang menonjolkan sifat alami seperti material batuan alam tempel, kayu dan juga beton ekspos sebagai penguat unsur arsitektur organik pada bangunan. Selain itu warna yang dipilih memiliki warna alam. Fasad dapat dilihat pada Gambar 12 dan 13. Karena sebagian besar fasad lebih banyak menghadap ke arah barat dan timur, maka fasad diberi perlakuan khusus dengan menambahkan kisi-kisi pada bukaan sebagai filter cahaya matahari.

Gambar 12. Tampak Barat Daya

(9)

Prinsip Asrsitektur Organik Pada Museum Geologi Indonesia di Kota Baru Parahyangan

Gambar 13. Tampak Timur Laut

3.5 Interior Bangunan

Interior bangunan didesain sesuai dengan pendekatan tema yang digunakan yaitu arsitektur organik dengan pendekatan material bangunan yang digunakan pada lantai, dinding dan plafon yang memiliki warna dan tekstur alam sehingga suasana tetap memiliki kesan alam. Interior bangunan dapat dilihat pada Gambar 14. Dapat terlihat sebagian besar pameran mengandalkan pencahayaan alami pada siang hari sehingga bangunan dapat meminimalkan penggunaan energi listrik.

Gambar 14. Interior Bangunan

3.6 Eksterior Bangunan

Bentuk Bangunan mengikuti tapak yang memanjang, pada Gambar 15 terlihat bahwa bangunan merespon lingkaran jalan dengan cara membentuk lengkungan pada bangunan yang menghadap ke sundial.

Gambar 15. Prespektif Mata Burung

Pada Gambar 16 dapat terlihat bahwa eksterior bangunan menggunakan kisi-kisi kayu dan beton ekspos sebagai daya tarik utama bangunan agar memberi kesan menyatu dengan warna alam sehingga sesuai dengan kaidah arsitektur organik.

(10)

Gambar 16. Entrance Bangunan

Elemen lanskap pada tapak yaitu mengoptimalkan penghijauan dengan menanam vegetasi, menata perkerasan pada site dengan pola mengikuti kontur dan bentuk tapak serta memperhitungkan luasan perkerasan agar tidak melebihi ketentuan yang ditetapkan. Ilustrasi lanskap dapat dilihat pada Gambar 17. Dapat terlihat bahwa di sekeliling bangunan ditanami tanaman dan bagian samping fasad bangunan dipasang tanaman merambat agar memperkuat kesan bangunan menyatu dengan alam.

Gambar 17. Taman depan dan samping

3.7 Rancangan Struktural

Sistem struktur yang digunakan pada bangunan ini adalah sistem struktur rangka. Penyaluran beban pada struktur rangka ini terdistribusikan dari atap kemudian disalurkan pada balok dan kolom hingga berakhir di pondasi. Detail dan struktur bangunan dapat dilihat pada Gambar 18 dan 19. Material utama kolom dan balok adalah beton, atap menggunakan struktur flat truss dan penutup atap metal sheet, sementara itu pondasi menggunakan tiang pancang.

Gambar 18. Detail Struktur

(11)

Prinsip Asrsitektur Organik Pada Museum Geologi Indonesia di Kota Baru Parahyangan

Gambar 19. Isometri Struktur

4. SIMPULAN

Museum Geologi Indonesia Kota Baru Parahyangan menggunakan konsep arsitektur organik pada desainnya, museum ini memiliki tujuan untuk memperkenalkan lebih luas ilmu geologi kepada publik umum dan juga pelajar. Tema arsitektur organik dipilih karena memiliki keterkaitan dengan alam sesuai dengan ilmu geologi. Berdasarkan hasil rancangan dapat disimpulkan bahwa Museum Geologi Indonesia memiliki beberapa penekanan diantaranya:

a. Merancang gubahan massa dan fasad yang menerapkan arsitektur organik dengan cara memperhatikan kondisi sekitar dan juga membuat kesan menyatu dengan alam. Sementara itu interior dibuat dengan menyesuaikan dengan eksterior dan tema yang dipilih.

b. Struktur yang digunakan adalah struktur rangka dengan pondasi tiang pancang dan atap rangka flat truss.

c. Mengolah elemen lansekap agar menyatu lingkungan sekitar dengan merespon terhadap potensi bentuk kontur tapak dan respon terhadap sundial di seberang site.

d. Aksesibilitas bangunan dibuat agar pejalan kaki dan seluruh kendaraan dapat terpisah dengan cara memisahkan jalan masuk bagi pejalan kaki dan jalan masuk kendaraan.

(12)

Van Nostrand Reinhold

[5] Fleming, John. (1999). The Dictionary of Architecture and Landscape Architecture. Inggris:

Penguin Group.

[6] Himaarta. (2016). Organic Architecture. Diakses tanggal 11 Maret 2020.

http://himaartra.petra.ac.id/organic-architecture/

Gambar

Gambar 1. Lokasi tapak
Gambar 2. Konsep Zoning Tapak
Gambar 5. Konsep Fasad
Gambar 7. Zoning dalam tapak
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular digunakan untuk mendapatkan desain arsitektur museum yang menerapkan dengan nilai-nilai budaya Palembang dalam bentuk

Area kawasan Jalan Raya Parahyangan yang dimana memiliki jalur akses pintu masuk tol dikenal area yang cukup padat dengan kendaraan, tidak hanya itu kawasan

Sekolah Tinggi Arsitektur dan Desain ini merupakan perguruan tinggi di kawasan Kota Baru Parahyangan yang didalamnya terdapat jurusan Arsitektur, Desain Interior,

1.6 Metoda Perancangan Metoda pendekatan perancangan yang digunakan dalam merancang Museum Transportasi Parahyangan sebagai berikut : a Membangun museum dengan konsep kearifan lokal

Dengan bangunan yang mengekspresikan struktur dipilih sebagai perancangan bangunan museum yang akan menunjang penampilan arsitektur bangunan dengan penerapan struktur yang akan

Dengan kondisi demikian, maka akan dirancang Museum Wayang Nusantara di Kota Baru Parahyangan sebagai sarana merawat, memamerkan, edukasi, rekreasi dan berbagai jenis wayang dengan

HALAMAN PENGESAHAN RANCANGAN MUSEUM GEOLOGI INDONESIA DI KOTA BARU PARAHYANGAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK TUGAS AKHIR Oleh: Ilham Miladi Gurnita 212016116 Diajukan

PENERAPAN ARSITEKTUR MODERN PADA TAMAN REKREASI EDUKATIF BOTANI DI KOTA BARU PARAHYANGAN TUGAS AKHIR Merupakan sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur