5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Teknik
Unit penangkapan pancing rumpon merupakan unit penangkapan ikan yang sedang berkembang pesat di PPN Palabuhanratu. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang unit penangkapan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu.
5.1.1 Unit penangkapan pancing rumpon
Unit penangkapan pancing rumpon merupakan kesatuan dari kapal, alat penangkapan ikan dan nelayan yang mengoperasikannya. Alat tangkap pancing rumpon yang digunakan di PPN Palabuhanratu biasa digunakan untuk menangkap ikan berukuran besar dan bernilai ekonomis penting seperti tuna dan cakalang.
Pancing rumpon terdiri atas bagian tali pancing, mata pancing, pelampung, swivel dan pemberat. Dalam satu kali pengoperasian pancing rumpon, terdapat 4 jenis pancing, yaitu pancing tonda, pancing kotrek, pancing layang-layang dan pancing jerigen.
1) Alat penangkapan ikan
Pancing tonda merupakan pancing yang ditarik oleh kapal. Pancing tonda terbentuk dari tali pancing berbahan nilon monofilamen dengan nomor 500-800.
Umpan yang digunakan adalah umpan buatan berbentuk ikan dan cumi-cumi, atau mata pancing ditutupi dengan bulu-bulu ayam. Mata pancing yang digunakan terbuat dari baja dengan ukuran nomor 2. Panjang tali pancing yang diulur 15-20 meter. Pemberat yang digunakan terbuat dari timah dengan bobot sekitar 250 gram. Konstruksi pancing tonda dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Konstruksi pancing tonda
Pancing layang-layang menggunakan umpan buatan. Layang-layang yang digunakan terbuat dari plastik dan bilah bambu sebagai rangka seperti layang- layang pada umumnya. Tali pancing yang digunakan berbahan nilon monofilamen nomor 500 dan 800. Panjang tali pancing yang memiliki mata pancing sekitar 10- 15 m dengan nomor 500, sedangkan panjang tali pancing yang digunakan untuk mengendalikan layang-layang sekitar 50 m dengan nomor 800. Konstruksi pancing layang-layang dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Konstruksi pancing layang-layang
Pancing jerigen terdiri atas tali pancing dari bahan nilon monofilamen nomor 1.000-1.200. Panjang tali pancing bagian atas yang digunakan berkisar antara 180-225 m. Tali pancing bagian atas dan bagian bawah dihubungkan menggunakan swivel. Swivel berguna agar tali pancing tidak mudah putus dan terbelit. Tali pancing bagian bawah terbuat dari nilon monofilamen yang lebih kuat sepanjang 10-15 m. Mata pancing yang digunakan bernomor 1 atau 2 dan terbuat dari baja. Pelampung yang digunakan terbuat dari drum bekas berbahan plastik berukuran 30 liter dan pemberat dari bahan timah dengan berat sekitar 250 gram. Umpan yang digunakan biasanya umpan hidup berupa ikan tongkol kecil,kembung dan lain-lain. Konstruksi pancing jerigen dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Konstruksi pancing jerigen
Pancing kotrek merupakan pancing ulur yang dioperasikan dengan cara disentak-sentakkan. Rangkaian pancing kotrek digunakan untuk menangkap ikan umpan. Tali pancing yang digunakan berbahan nilon monofilamen nomor 150- 200 sepanjang 150-200 m. Mata pancing terbuat dari baja dengan ukuran nomor 7 atau 8. Pemberat yang digunakan terbuat dari timah seberat 250 gram. Umpan yang digunakan adalah umpan buatan. Konstruksi pancing kotrek dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Konstruksi pancing kotrek 2) Kapal
Kapal yang digunakan untuk mengoperasikan alat tangkap pancing rumpon berbahan dasar kayu. Umumnya, kapal pancing rumpon dengan fishing base di PPN Palabuhanratu memiliki panjang (LOA) 11-16 m, lebar 2,7-3,15 m dan tinggi sekitar 1,2-1,5 m. Kapal ini biasanya memiliki 2-3 palkah yang terbuat dari bahan kayu berukuran 1,7 x 1,6 x 1,4 m. Palkah ini ditempatkan di bagian depan kapal. Kapal yang digunakan terlihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Kapal pancing rumpon di PPN Plabuhanratu
Mesin yang digunakan untuk menggerakan kapal pancing rumpon berjumlah dua buah. Mesin utama biasanya memiliki kekuatan 300 PK dan mesin
tambahan berkekuatan 30 PK. Bahan bakar yang digunakan adalah solar. Kemudi kapal biasanya terletak di bagian tengah kapal. Mesin dan bahan bakar biasanya diletakkan di bawah dek kapal. Perlengkapan masak diletakkan di bagian belakang, sedangkan perlengkapan memancing dan perlengkapan lain diletakkan di bawah dek kapal.
3) Nelayan
Nelayan yang ikut dalam pengoperasian pancing rumpon biasanya berjumlah 5-6 orang. Secara umum, nelayan mempunyai tugas masing-masing, diantaranya :
(1) Juru mudi atau tekong, bertugas mengemudikan kapal;
(2) Juru masak, bertugas memasak;
(3) Juru mesin, bertugas mengecek dan memastikan mesin dalam keadaan optimal;
(4) Pemancing, bertugas memancing ikan.
Meskipun memiliki tugas masing-masing, jika pada saat memancing semua awak kapal bertugas untuk memancing kecuali juru mudi.
4) Metode pengoperasian pancing rumpon
Operasional pancing rumpon dilakukan selama 7-10 hari dalam satu kali trip. Perjalanan menuju daerah pengoperasian pancing rumpon dilakukan pada siang atau sore hari, agar tiba di lokasi penangkapan ikan pada pagi hari. Ada empat metode pengoperasian masing-masing alat pancing yang dioperasikan sesuai dengan urutan berikut :
(1) Pancing kotrek. Rangkaian pancing terdiri atas tali pancing, mata pancing dan pemberat diulur dengan tangan. Setelah mencapai kedalaman tertentu, pancing dioperasikan dengan cara disentak-sentakkan. Umpan yang digunakan adalah umpan buatan dan gerakan umpan buatan akan menyebabkan umpan terlihat seperti ikan asli. Jumlah pancing kotrek yang digunakan pada saat pengoperasian sejumlah nelayan yang ikut operasi atau bahkan lebih banyak dan hasil tangkapan pancing kotrek adalah untuk umpan pada pancing rumpon jenis lainnya.
(2) Pancing jerigen. Dinamakan pancing jerigen karena alat pengapung atau pelampung dari pancing ini menggunakan jerigen kapasitas 30 liter.
Konstruksi pancing jerigen terdiri atas pelampung yang terbuat dari drum atau jerigen bekas, swivel dan mata pancing. Pancing ini dioperasikan dengan cara diapungkan di sekitar rumpon. Sebagai pemikat ikan, digunakan umpan berupa ikan hidup yang tertangkap oleh pancing kotrek. Rangkaian mata pancing yang dioperasikan terdiri atas 6-10 buah. Beberapa nelayan bertugas untuk memperhatikan pelampung rangkaian tersebut sekitar 30 menit hingga 1 jam. Kondisi kapal dalam keadaan mesin mati dan menjauhi pancing jerigen.
Apabila ada ikan yang memakan umpan dan terjerat mata pancing, rangkaian langsung diangkat dan ikan diangkat ke perahu dengan bantuan ganco.
(3) Pancing tonda, dioperasikan dengan cara ditonda atau ditarik menggunakan kapal. Penarikan ini dilakukan dengan kecepatan kapal 4-8 knot di sekitar rumpon dan dilakukan sekitar 15-30 menit. Umpan buatan yang ditarik akan bergerak seperti ikan sungguhan dan menarik ikan target tangkapan untuk memakannya. Ketika ikan target sudah terkait mata pancing, ikan diangkat dari perairan ke atas kapal dengan bantuan ganco. Dalam satu kali penarikan terdapat 2-4 pancing yang ditarik sekaligus di belakang kapal.
(4) Pancing layang-layang, dioperasikan dengan cara menerbangkan layangan dengan tali pancing yang digantungkan pada layangan, sehingga tali pancing terhentak-hentak. Umpan buatan yang terhentak-hentak ini lah yang membuat umpan buatan bergerak layaknya ikan asli dan kondisi kapal dalam keadaan berhenti. Ketika umpan dimakan ikan target, maka layangan digulung dengan cepat dan ikan dinaikkan ke perahu dengan bantuan ganco. Dalam satu kali trip, nelayan membawa 10-15 layangan. Hal tersebut karena layangan akan sobek bila hasil tangkapan terlalu besar.
Cara pengoperasian keempat pancing tersebut biasanya dikombinasikan pada saat pemancingan. Ketika tiba di fishing ground, nelayan terlebih dahulu mengoperasikan pancing kotrek untuk memancing ikan umpan. Ikan umpan biasanya berupa ikan tongkol kecil, kembung dan lain-lain. Umpan segar ini diperlukan untuk memancing dengan cara diapungkan. Sambil menunggu umpan dimakan, biasanya beberapa nelayan mengoperasikan pancing tonda dengan cara
ditarik oleh kapal. Setelah itu barulah pancing layangan dioperasikan. Jika angin sedang bagus, maka pancing layang-layang dioperasikan dengan kapal dalam keadaan berhenti. Jika kondisi angin tidak begitu bagus, maka pancing layang- layang dioperasikan dengan keadaan kapal melaju pelan dengan kecepatan kurang lebih 4-8 knot. Kegiatan memancing biasanya dilakukan pada pagi hingga sore hari. Kegiatan pemancingan dapat berakhir lebih cepat dari 7-10 hari apabila hasil tangkapan sudah tidak tertampung di dalam palka.
5) Hasil tangkapan pancing rumpon
Ikan yang tertangkap dalam pengoperasian pancing rumpon diantaranya yellowfin tuna (Thunnus albacares), cakalang (Katsuwonus pelamis), marlin (Makaira mazarra), tongkol (Euthynnus affinis) dan lemadang (Coryphaena hippurus). Jenis ikan yang paling banyak tertangkap yaitu yellowfin tuna dan cakalang. Jumlah hasil tangkapan rata-rata unit penangkapan pancing rumpon pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 11 dan proporsi hasil tangkapannya dapat dilihat pada Gambar 13.
Tabel 11 Jumlah hasil tangkapan rata-rata unit penangkapan pancing rumpon per tahun PPN Palabuhanratu tahun 2011
No Nama Ikan Jumlah (kg)
1 Yellow fin tuna (Thunnus Albacares) 10.720
2 Cakalang (Katsuwonus Pelamis) 7.550
3 Marlin (Makaira mazarra) 1.700
4 Tongkol (Euthynnus affinis) 420
5 Lemadang (Coryphaena hippurus) 450
Jumlah 20.840
Sumber: PPN Palabuhanratu 2011
Yellowfin tuna, cakalang, tongkol dan lemadang dapat ditangkap menggunakan pancing tonda maupun pancing jerigen, sedangkan ikan marlin lebih banyak ditangkap menggunakan pancing layang-layang, serta pancing kotrek menangkap ikan kecil untuk dijadikan umpan atau dijadikan konsumsi nelayan. Hasil tangkapan pancing kotrek adalah tongkol kecil, kembung dan lain- lain.
Gambar 13 Proporsi hasil tangkapan unit penangkapan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2011
6) Daerah pengoperasian pancing rumpon
Penggunaan alat bantu rumpon dalam operasi penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu dimulai pada tahun 2007, dengan alat bantu rumpon telah mengubah cara penangkapan ikan dari berburu menjadi memanen ikan di suatu lokasi dan ini dapat memudahkan nelayan untuk menangkap ikan. Daerah penangkapan pancing rumpon PPN Palabuhanratu yaitu di sekitar keberadaan rumpon yang ditanam pada posisi 070-080 Lintang Selatan. Daerah penangkapan ikan berada di luar Teluk Palabuhanratu, sehingga dapat mengurangi tekanan eksploitasi sumberdaya ikan di dalam teluk. Rumpon yang ditanam di posisi 070- 080Lintang Selatan dan 105o.110`-107o.340` Bujur Timur di Teluk Palabuhanratu pada Gambar 14.
5.1.2 Produktivitas
Produktivitas alat tangkap dapat dihitung berdasarkan hasil tangkapan yang diperoleh dalam setahun. Produktivitas dapat dihitung tiap unit alat tangkap, tiap trip penangkapan, tiap nelayan, tiap biaya operasional penangkapan, maupun tiap biaya investasi. Hasil perhitungan produktivitas alat tangkap pancing rumpon dapat dilihat pada Tabel 12.
Sumber: PPN Palabuhanratu 2011
Gambar 14 Rumpon yang digunakan armada pancing tonda di PPN Palabuhanratu
Tabel 12 Produktivitas alat tangkap pancing rumpon (dalam kg)
No Produktivitas Jumlah
1 Per unit (kg/unit penangkapan/tahun) 20.840
2 Per trip (kg/trip) 651
3 Per nelayan (kg/orang/trip) 4.168
4 Per biaya operasional (Rp/kg) 5.639,98
5 Per biaya investasi (Rp/kg) 7,3770
Sumber: Diolah dari data primer
Berdasarkan Tabel 12, produktivitas yang diperoleh unit penangkapan pancing rumpon terbilang sedikit. Produktivitas yang lebih sedikit pada pancing rumpon disebabkan oleh hasil tangkapannya. Ikan tuna memiliki ukuran yang besar sehingga memerlukan ruang yang lebih besar untuk penyimpanannya.
Namun, harga ikan tersebut tinggi sehingga pendapatan yang dihasilkan cukup besar meskipun produktivitasnya rendah. Perhitungan tentang produktivitas dapat dilihat pada Lampiran 2.
5.2 Analisis Finansial 5.2.1 Analisis usaha
Biaya investasi yang dikeluarkan untuk usaha pengoperasian pancing rumpon berjumlah Rp. 282.500.000,00. Jumlah investasi terbesar diserap untuk pembelian kapal, mencapai 0,68 %. Uraian lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Biaya investasi usaha perikanan pancing rumpon
Uraian harga (Rp) Jumlah (Rp)
1. Kapal 192.500.000,00 192.500.000,00
2. Mesin Utama 55.000.000,00 55.000.000,00
3. Mesin Tambahan 26.500.000,00 26.500.000,00
4. Alat tangkap 3.500.000,00 3.500.000,00
5. GPS 2.000.000,00 2.000.000,00
6. Perlengkapan (serok,ember,dll) 3.000.000,00 3.000.000,00
Total Investasi 282.500.000,00
Sumber: Diolah dari data primer
Biaya tetap yang dikeluarkan untuk usaha penangkapan ikan menggunakan pancing rumpon berjumlah Rp. 51.055.000,00 dalam satu tahun.
Komponen terbesar adalah untuk kapal, berjumlah Rp. 20.875.000,00, yaitu untuk
penyusutan dan perawatan kapal. Uraian biaya tetap yang dikeluarkan dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Biaya tetap usaha perikanan pancing rumpon
Uraian Jumlah (Rp)
1. SIUP 550.000,00
2. SIB 200.000,00
3. Biaya penyusutan
Kapal 19.250.000,00
Mesin utama 11.000.000,00
Mesin tambahan 13.250.000,00
GPS 2.000.000,00
Perlengkapan (serok,ember,dll) 3.000.000,00
4. Biaya pemeliharaan
- Kapal 1.625.000,00
5. Biaya tambat 180.000,00
Total biaya tetap 51.055.000,00
Sumber: Diolah dari data primer
Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan jika kegiatan operasi penangkapan ikan dilaksanakan. Biaya ini berupa biaya operasional seperti solar, es, oli, ransum dan sebagainya. Selain itu, biaya bagi hasil dengan ABK masuk dalam biaya ini. Pada usaha perikanan pancing rumpon, biaya pembelian tambahan alat, karyawan darat, simpanan untuk perbaikan mesin dan biaya rumpon juga masuk ke dalam biaya variabel. Biaya variabel dalam satu tahun sebesar Rp. 358.939.500,00. Komponen biaya terbesar adalah untuk rumpon sebesar Rp. 1.456.000,00 per trip nya atau sebesar 5 % dari biaya variabel yang dikeluarkan. Rincian biaya variabel yang dikeluarkan dapat dilihat pada Tabel 15.
Pendapatan unit penangkapan pancing rumpon bergantung pada jumlah hasil tangkapan yang diperoleh. Pendapatan yang diperoleh dalam satu tahun berjumlah Rp. 426.185.000,00. Kontribusi terbesar dari hasil penjualan jenis ikan tuna, yaitu sebesar Rp. 268.000.000,00 atau 0,63 % dari yang diperoleh.
Pendapatan yang diperoleh dari usaha perikanan pancing rumpon secara rinci dapat dilihat dalam Tabel 16.
Tabel 15 Biaya variabel usaha perikanan pancing rumpon dalam satu tahun Uraian Jumlah satuan Harga (Rp) Jumlah (Rp) 1. Mata pancing dan senar 32 trip 400.000,00 12.800.000,00
2. Solar 200 Liter 4.550,00 29.120.000,00
3. Es 60 Balok 20.000,00 38.400.000,00
4. Oli 7 Liter 24.000,00 5.376.000,00
5. Air Bersih 32 trip 20.000,00 640.000,00
6. Ransum 32 trip 1.350.000,00 43.200.000,00
7. Karyawan darat 5 persen 45.500,00 1.456.000,00 8. Simpanan Perbaikan
Perahu 32 trip 375.000,00 12.000.000,00
9. Rumpon 5 persen 1.456.000,00 46.592.000,00
10. Bagi hasil 50 persen 118.300.500,00
TOTAL BIAYA 358.939.500,00
Sumber: Diolah dari data primer
Tabel 16 Penerimaan rata-rata usaha perikanan pancing rumpon
Uraian unit satuan Harga (Rp) Jumlah (Rp) Persentase (%) PENERIMAAN
Yellow fin 10.720 kg 25.000,00 268.000.000,00 58,90 Cakalang 7.550 kg 15.000,00 113.250.000,00 29,45
Marlin 1.700 kg 20.000,00 34.000.000,00 8,64
Tongkol 420 kg 18.000,00 7.560.000,00 2,12
Lemadang 450 kg 7.500,00 3.375.000,00 0,88
Sumber: Diolah dari data primer
Berdasarkan keseluruhan biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang dihasilkan dalam setahun, diketahui bahwa usaha unit penangkapan pancing rumpon memperoleh keuntungan sebesar Rp. 67.245.500,00. Nilai R/C didapatkan sebesar 1,19, berarti total penerimaan lebih besar dari total pengeluaran atau dengan kata lain setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp1,19. Payback period sebesar 4,2, berarti modal usaha dapat dikembalikan dalam jangka waktu 4,2 tahun. Return on Investment (ROI) sebesar 0,24, berarti nilai ini menunjukkan bahwa setiap rupiah yang ditanamkan sebagai modal investasi dapat dikembalikan sebesar 0,24% dari keuntungan yang diperoleh. Hasil analisis usaha dapat dilihat pada Tabel 17 dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.
Tabel 17 Hasil analisis usaha perikanan pancing rumpon
No Aspek Analisis Usaha Hasil
1 Total Penerimaan (Rp) 426.185.000,00
2 Total Pengeluaran (Rp) 358.939.500,00
3 Keuntungan (Rp) 67.245.500,00
4 Revenue Cost Ratio (R/C) 1,19
5 Payback Period (tahun) 4,20
6 Return On Investment (ROI) 0,24
Sumber: Diolah dari data primer
5.2.2 Analisis kriteria investasi
Saat penelitian dilakukan, modal usaha yang digunakan adalah modal sendiri. Nilai NPV diperoleh sebesar Rp174.720.445,00 artinya dari investasi yang ditanam selama umur proyek akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp174.720.445,00 di nilai sekarang dengan tingkat suku bunga 15%. Net B/C sebesar 2,35 menunjukkan pengertian bahwa setiap Rp1 yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp2,35 selama umur proyek pada tingkat suku bunga 15 %. Nilai IRR diperoleh sebesar 98 % artinya manfaat internal yang diperoleh sebagai akibat investasi yang ditanam selama umur proyek sebesar 98 %. Hasil perhitungan analisis kriteria investai terhadap usaha pancing rumpon dengan modal sendiri usaha baru menunjukkan nilai NPV yang lebih besar, sedangkan nilai Net B/C dan IRR nya lebih kecil. Hasil perhitungan analisis kriteria dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Hasil analisis kriteria investasi usaha perikanan pancing rumpon Indikator Modal Sendiri
Usaha Lama
Modal Sendiri Usaha Baru
Pinjaman dari Bank
NPV (Rp) 174.720.445 777.455.000 909.455.000
Net B/C 2,35 2,31 5,78
IRR 98% 47% 125%
Sumber: Diolah dari data primer
5.3 Analisis Sensitivitas
Berdasarkan hasil analisis sensitifitas terhadap kenaikan harga solar, usaha perikanan pancing rumpon akan menjadi tidak layak dijalankan dengan modal sendiri usaha lama jika terjadi kenaikan harga solar mencapai 180 %. Sementara untuk modal sendiri usaha baru, akan menjadi tidak layak jika kenaikan harga
solar mencapai 198 %. Hasil analisis sensitifitas selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19 Hasil perhitungan analisis sensitivitas usaha unit penangkapan pancing rumpon
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah NPV (Rp) 268.000.000 (823.104) 777.455.000 (1.065.967) 909.455.000 (597.855)
Net B/C 2,35 0,996 2,31 0,995 5,78 0,993
IRR 98% 14,70% 47% 14,86% 125% 14,78%
Kriteria Investasi
Pinjaman dari Bank Modal Sendiri
Kenaikan Harga 288%
Usaha Baru
Kenaikan Harga 198%
Kenaikan Harga 180%
Usaha Lama
Sumber: Diolah dari data primer
5.4 Peluang Pengembangan Usaha Perikanan Pancing
Alat tangkap pancing rumpon merupakan alat tangkap yang banyak digunakan di PPN Palabuhanratu. Hasil tangkapan pancing rumpon bernilai ekonomis. Daerah pengoperasian pancing rumpon berada di luar Teluk Palabuhanratu, sehingga dapat mengurangi tekanan eksploitasi sumberdaya ikan di perairan dalam teluk. Pancing rumpon diminati banyak nelayan, karena pengoperasiannya mudah. Berdasarkan produktivitasnya, alat tangkap pancing rumpon memiliki produktivitas sebesar 20.840 kg tiap tahunnya. Produktivitas yang kecil pada pancing rumpon disebabkan oleh ukuran hasil tangkapan yang besar, sehingga memerlukan ruang yang lebih luas di dalam palka. Walaupun hasil tangkapan pancing rumpon terbilang sedikit, namun hasil tangkapannya memiliki nilai yang cukup tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat tangkap yang disarankan digunakan di Palabuhanratu yaitu pancing rumpon. Berdasarkan aspek teknik tidak ada kendala karena pengoperasiannya lebih sederhana. Walaupun produktivitasnya kecil, namun nilai jual hasil tangkapannya tinggi.
Berdasarkan hasil analisis usaha yang telah dilakukan, semua hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan bahwa pancing rumpon layak untuk dikembangkan, karena kegiatan ini menguntungkan. Nilai R/C yang diperoleh lebih besar dari 1. Modal usaha dapat dikembalikan dalam waktu yang cepat, hanya memerlukan waktu 4,2 tahun.
Berdasarkan analisis kriteria investasi NPV>0, Net B/C>1 dan IRR>i, sehingga usaha pancing rumpon layak untuk dijalankan dan dikembangkan.
Sejauh ini nelayan menggunakan modal sendiri, baik untuk usaha lama, maupun usaha baru. Seandainya menggunakan skenario pinjaman dari bank konvensional, maka manfaat bersih yang akan diperoleh jauh lebih besar (Tabel 17).
Berdasarkan analisis sensitivitas, ketika terjadi kenaikan harga solar usaha pancing rumpon dengan modal sendiri usaha lama adalah yang paling sensitif.
Keadaan ini adalah wajar jika dikaitkan dengan aspek teknik, yaitu akibat dari umur mesin yang lebih tua sehingga lebih boros solar. Seandainya modal usaha menggunakan skenario pinjaman dari bank, maka usaha ini menjadi tidak layak dikembangkan jika terjadi kenaikan harga solar mencapai 288 %. Analisis ini dihitung hanya menggunakan kenaikan harga solar, belum termasuk multiplier effect dari kenaikan harga solar tadi. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan analisis lebih dalam terkait pengaruh kenaikan harga solar terhadap aspek-aspek lain yang akhirnya akan berpengaruh pula terhadap usaha penangkapan ikan yang dilakukan. Berdasarkan hasil perhitungan analisis sensitivitas, ketiga skenario modal usaha tidak sensitif terhadap kenaikan harga solar. Hal ini karena nilai sensitivitas yang diperoleh jauh lebih besar dari 50 %.
Artinya jika pemerintah menaikkan harga solar, tidak akan mempengaruhi kelayakan usaha pancing rumpon.
Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan, modal usaha pancing rumpon dapat diarahkan pada skenario pinjaman bank. Pengambil kebijakan dapat menyediakan modal usaha bagi nelayan pancing rumpon melalui lembaga keuangan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai NPV, Net B/C, IRR dan sensitivitas yang paling besar diantara tiga skenario yang dianalisis (Tabel 18).