• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUKUM MENGENAI TINDAK PIDANA PENGHINAAN PRESIDEN DALAM PERSPEKTIF KRIMINOLOGI (STUDY PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 153/ PK/ PID/ 2010) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS HUKUM MENGENAI TINDAK PIDANA PENGHINAAN PRESIDEN DALAM PERSPEKTIF KRIMINOLOGI (STUDY PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 153/ PK/ PID/ 2010) SKRIPSI"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM MENGENAI TINDAK PIDANA PENGHINAAN PRESIDEN DALAM PERSPEKTIF KRIMINOLOGI

(STUDY PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 153/ PK/ PID/ 2010)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh :

LAMTORANG HASUGIAN 150200244

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)

ABSTRAK Lamtorang Hasugian1

M. Hamdan

Edi Yunara

Tindak pidana penghinaan merupakan kejahatan hukum yang sangat perlu diperhatikan. Tidak tangung-tanggung bahkan seorang presiden juga sudah menjadi korban kejahatan penghinaan. Saat ini banyak kasus-kasus penghinaan yang berkembang luas seiring terdapatnya media, baik media cetak maupun media elektronik. Presiden yang merupakan seorang pemimpin negeri ini yang mana seharusnya presiden itu dibela dan dihormati, malah dihina oleh rakyat sendiri.

Berdasarkan dengan permasalahan tersebut maka dapat dirumuskan beberapa rumusan permaslahan yaitu bagaimana pengaturan hukum tindak pidana penghinaan prsiden dalam KUHP maupun diluar KUHP? apa yang menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya penghinaan terhadap presiden? bagaimana upaya penanggulangan terhadap tindak pidana penghinaan terhadap presiden.

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif yaitu suatu penelitian yang bersifat deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder. Teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan (library search). Analisis data secara kualitatif.

Pengaturan tindak pidana penghinaan terhadap presiden awalnya diatur dalam KUHP pasal 134, 136 bis, 137, hingga akhirnya keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi No. 013-022/PUU-IV/2006, menyatakan bahwa Pasal 134, Pasal 136 bis, dan Pasal 137 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang tindak pidana penghinaan terhadap Presiden atau Wakil Presiden tidak lagi mempunyai kekuatan mengikat atau dengan kata lain sudah tidak berlaku lagi. Meskipun demikian pengaturan tindak pidana presiden tetap ada pengaturannya dalam KUHP pasal 310 s/d pasal 320 tentang penghinaan biasa dan dalam UU ITE pasal 27 ayat (3) dan Pasal 45 ayat (1) tentang penghinaan melalui media elektronik. Faktor-faktor terjadinya tindak pidana penghinaan terhadap presiden terdiri dari adanya 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Penanggulangan tindak pidana terhadap presiden dengan upaya preventif dan upaya represif. Pada Putusan MA No 153 PK/PID/2010 menyatakan bahwa Eggi Sudjana tetap bersalah yang dikenakan pasal 314, 316 bis, 317.

Penulis mengira putusan tersebut sudah tepat karena Putusan tersebut tidaklah bertentangan dengan (Putusan Mahkamah Konstitusi No. 013- 022/PUUIV/2006 tanggal 4 Desember 2006 yang menyatakan Pasal 134, Pasal 136 bis, dan Pasal 137 KUHP tidak mempunyai Kekuatan hukum mengikat) karena perbuatan yang di lakukan/didakwakan kepada Terdakwa terjadi pada tanggal 3 Januari 2006 sedangkan Putusan Mahkamah Konstitusi dijatuhkan pada tanggal 6 Desember 2006 sehingga putusan tetap berlaku

1 Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

 Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan menyusun skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Penghinaan Presiden Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Mahkamah Agung No.153 PK/PID/2010)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (Strata-1) pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum USU ;

2. Bapak Dr. Ok. Saidin, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum USU ;

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum USU ;

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum USU ;

5. Bapak Dr. Hamdan, S.H., M.H, selaku Ketua Departemen Hukum Pidana pada Fakultas Hukum USU ;

6. Ibu Liza Erwina, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum Pidana pada Fakultas Hukum USU ;

7. Ibu Dr. Marlina, S.H., M.Hum., selaku Dosen Penasihat Akademik atas bimbingan dan motivasinya selama Penulis Kuliah di Fakultas Hukum USU;

8. Bapak Dr. Hamdan, S.H., M.H, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberi masukan kepada Penulis terkait dengan skripsi Penulis ;

(5)

9. Bapak Dr. Edi Yunara, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberi masukan kepada Penulis terkait dengan skripsi Penulis ;

10. Seluruh Staf pengajar dan Pegawai di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, terimakasih atas semua ilmu yang Bapak/Ibu dosen berikan selama ini, semoga ilmu tersebut dapat menjadi batu loncatan menuju kesuksesan bagi penulis ;

11. Terkhusus kepada Orangtua Penulis, Ayah dan Ibu saya H.Hasugian/

R.Sitohang, yang sangat saya sayangi dan cintai yang selalu memberi dukungan, motivasi dan selalu memberikan waktu disaat waktu yang saya perlukan. Terima kasih buat kasih sayang, kepercayaan dan kesabaran Ayah dan Ibu berikan kepada saya, sehingga skripsi ini dapat saya kerjakan dengan baik ;

12. Kepada Abang saya Johannes Hasugian, dan adik-adik saya Yudi S Hasugian, Sadrat Hasugian, Ester F Hasugian, yang telah memberikan doa dan dukungan semangat supaya menulis dapat menyelesaikan skripsi ini ; 13. Kepada KMK Groub GOLANIDE Kakak PKK Agus T Saragih SH,

teman-teman Fish Mouses Rinngo, Garrys Fitcer, Chendra fotograper, Jantrio Parhusip, Vivi Damanik, dan Retno H Gultom terima kasih atas kebersamaan berbagi kasih sayang selama kehidupan perkuliahan ;

14. Kepada abang senior Samuel J Tinambunan S.H, dan abang kakak lainya, terima kasih atas saran dan arahannya ;

15. Kepada Kawan-kawan perjuangan stambuk 2015 Silih Jisandi, Lae Tommy, Tuken, Hengki Papji, Lae Kliwon, Abgan Gultom, Lae Ray tayo, Lae Tumeng, terimakasih atas kebersamaan berbagi kasih sayang, Lae Tumeng terima kasih atas berbagi Wifi nya, sukses selalu buat kita.

Mengingat skrispsi ini masih membutuhkan kajian yang cukup mendalam dan sifat ilmu pengetahuan yang mengalami perkembangan maka penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kemajuan ilmu pengetahuan dan kesempurnaan skripsi ini.

(6)

Akhir kata, Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi kita semua dan pihak-pihak yang membutuhkannya. Terimakasih.

Medan, Maret 2019

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I.PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan dan Manfaat... 12

D. Keaslian Penulisan ... 13

E. Tinjauan Pustaka ... 13

1. Tindak Pidana ... 13

2. Penghinaan ... 15

3. Presiden ... 18

4. Kriminologi ... 20

F. Metode Penelitian ... 23

G. Sistematika Penulisan ... 25

BAB II.PENGATURAN HUKUM MENGENAI PENGHINAAN PRESIDEN ... 27

A. Aturan Hukum Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang mengatur tentang Tindak Pidana Penghinaan Terhadap Presiden ... 27

B. Aturan Hukum yang mengatur tentang Penghinaan Terhadap Presiden Melalui Media Sosial (UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik) ... 40

BAB III.FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA PENGHINAAN PRESIDEN, SERTA UPAYA PENANGGULANGANNYA DALAM PERSPEKTIF KRIMINOLOGI ... 46

(8)

A. Teori-teori Kriminologi Tentang Sebab-sebab Kejahatan ... 46

B. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Penghinaan Presiden ... 55

C. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Penghinaan Presiden ... 70

BAB IV.TINJAUAN KASUS PENGHINAAN PRESIDEN ... 77

A. Perkara Putusan No 153 PK/ PID/ 2010 ... 77

a. Kronologis Kasus ... 77

b. Dakwaan ... 78

c. Fakta-fakta Hukum ... 79

d. Tuntutan ... 81

e. Putusan Hakim ... 81

1. Putusan Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (No.1411/PID.B/2006/PN.JKT.PST) ... 81

2. Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta (No.159/PID/2007/PT.DKI) ... 82

3. Putusan Mahkamah Agung ... 84

B. Analisis Putusan Mahkamah Agung No 153 PK/PID/2010 ... 102

BAB V.PENUTUP ... 107

A. Kesimpulan ... 107

B. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA

(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tindak Pidana penghinaan atau pencemaran nama baik merupakan kejahatan hukum yang sangat perlu untuk diperhatikan. Saat ini banyak kasus-kasus penghinaan atau pencemaran nama baik yang berkembang luas seiring terdapatnya media, baik media cetak maupun media elektronik. Penghinaan atau pencemaran nama baik yang disebarkan secara tertulis dikenal sebagai libel, sedangkan yang diucapkan disebut slander.

Dalam hal penghinaan atau pencemaran nama baik tersebut dilakukan secara lisan sebagaimana terdapat dalam Pasal 310 ayat (1) KUHP, supaya dapat dihukum maka pencemaran nama baik itu harus dilakukan dengan cara menuduh seseorang telah melakukan perbuatan tertentu dengan maksud tuduhan itu akan tersiar (diketahui orang banyak). Sedangkan, penghinaan atau pencemaran nama baik dengan tulisan, dimana media yang digunakan dalam melakukan penghinaan tersebut dapat berupa tulisan atau gambar. Dalam hal ini penghinaan dengan tulisan maka surat atau gambar tersebut dibutuhkan sebagai bukti adanya penghinaan atau pencemaran nama baik tersebut.2

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) “pencemaran nama baik” dikenal sebagai “penghinaan”. Menerangkan pasal 310 KUHP bahwa,

“menghina” adalah menyerang kehormatan dan nama baik seseorang. Yang diserang ini biasanya merasa malu. Kehormatan yang diserang disini hanya

2 R.Soesilo. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politea, Bogor, 1991, hal 225

(10)

mengenai kehormatan tentang nama baik bukan kehormatan dalam lapangan seksuil.3

Pencemaran nama baik seperti yang tercantum dalam Pasal 310 dan 311 KUHP adalah pihak yang diserang kehormatannya, direndahkan martabatnya, sehingga namanya menjadi tercela di depan umum. Meskiipun demikian tetap ada pembelaan bagi pihak yang dituduh melakukan pencemaran nama baik apabila menyampaikan infomasi ke publik. Pertama, menyampaikan informasi itu ditujukan untuk kepentingan umum. Kedua, untuk membela diri. Ketiga, untuk mengungkapkan kebenaran. Sehingga orang yang menyampaikan informasi, secara lisan ataupun tertulis diberi kesempatan untuk membuktikan bahwa tujuannya itu benar. Kalau tidak bisa membuktikan kebenarannya, itu namanya penistaan atau fitnah.4 Namun bagaimanakah apabila pihak yang diserang kehormatannya bukan orang biasa pada umumnya melainkan seorang Presiden?.

Penghinaan terhadap presiden juga sangat kerap terjadi di Indonesia, dimana akhir-akhir ini marak sekali terjadi kasus-kasus penghinaan yang dilakukan seorang warga negara kepada seorang kepala negara atau wakil kepala negara.

Penghinaan terhadap presiden sudah menjadi khalayak dikalangan masyarakat luas baik penghinaan yang dilakukan secara lisan, tulisan maupun gambar baik itu melalui media sosial seperti, facebook, twitter, dan lain sebagainya ataupun pernyataan didepan wartawan secara langsung yang disebarkan melalui media massa.

3 Ibid

4.Muladi, “Ancaman Pencemaran Nama Baik Mengintai”, www.hukumonline.com (diakses pada 7 Februari 2019 pukul 14.00 WIB)

(11)

3

Salah satu contoh seperti halnya kasus pencemaran nama baik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dilakukan oleh Eggy Sudjana. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 3 Januari 2006, beliau mengucapkan perkataan-perkataan yang menyerang nama baik, martabat atau keagungan Presiden Republik Indonesia di hadapan Pers baik dari media cetak dan elektronik diantaranya Reporter RCTI, TPI, Metro TV, Detik Com, Radio Elsinta, wartawan Rakyat Merdeka, Kompas, dan Republika. Kemudian disertai dengan saksi Alexander Zulkarnain (Reporter RCTI), dan saksi Ubaidilah (kameramen TPI) yang menyebut bahwa Presiden beserta Kementriannya mendapat sebuah mobil jaguar yang diberi oleh seorang pengusaha yang bernama Hary Tanoesoedibjo.

Atas pernyataan tersebut Eggy dilaporkan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan ancaman pidana Pasal 134, 136 bis KUHP. Pada tanggal 22 Februari 2007 Eggy divonis bersalah oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yaitu 3 bulan penjara dengan masa percobaan 6 bulan. Tidak terima dengan vonis yang diterimanya, Eggy pun mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung namun permohonannya ditolak.5

Perkembangan Kasus Penghinaan terhadap Presiden di Indonesia sudah ada sejak zaman Presiden RI ke-5 Megawati Soekarno Putri yaitu dimana pada tanggal 6, 8, dan 31 Januari 2003 Supratman seorang redaktur harian nasional Rakyat Merdeka (RM) harus dibui selama 6 bulan dan dihukum masa percobaan 12 bulan setelah menulis judul "Mulut Mega Bau Solar", "Mega Lintah Darat", dan "Mega Lebih Ganas dari Sumanto”. Ia dijerat pasal 134 juncto pasal 65 Ayat

5 Putusan Nomor: 1411/PID.B/2006/PN.JKT.PST

(12)

1 dan pasal 137 Ayat 1. Kasus lainnya Monang J Tambunan, Presidium Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia dipenjara selama 6 bulan setelah menghina Presiden SBY dengan sengaja di depan umum pada Mei 2005. Dia dijerat pasal 310 KUHP.6

Baik buruknya kinerja seorang Presiden dalam memimpin sebuah negara walaupun berstatus pimpinan tertinggi sebuah negara, presiden ternyata juga seorang manusia biasa. Tak terkecuali Presiden Republik Indonesia. Itu karena ketujuh presiden yang pernah memimpin Negara ini memiliki hobi unik seperti masyarakat biasa, seperti presiden pertama Republik Indonesia, Ir.

Soekarno itu hobinya menyanyi di kamar mandi, menonton film dan mengumpulkan aneka benda seni, seperti lukisan. Sementara presiden kedua Indonesia, Soeharto, juga memiliki hobi yang tentunya jauh dari urusan kenegaraan, dia suka sekali memancing. Berikutnya presiden ketiga Indonesia, BJ. Habibie yang senang main pesawat sejak kecil, lalu membaca dan fotografi.Kemudian KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), presiden keempat Indonesia, juga senang menulis, membaca buku agama dan internasional, mendengarkan musik klasik, dan guyonan. Selanjutnya presiden kelima Indonesia, Megawati Soekarnoputri, sejak remaja sering diabadikan sedang menari, dan mengakui kalau dirinya senang surat-menyurat dan merawat tanaman.

Presiden keenam Indonesia, Soesilo Bambang Yudhoyono rupanya menyukai seni musik, mulai dari main gitar, bernyanyi, bahkan mengeluarkan beberapa album.

6 https://www.rappler.com/indonesia/102508-daftar-korban-pasal-penghinaan-presiden- megawati-sby-jokowi (diakses pada 8 Febuari 2019 pukul 16.00 WIB.)

(13)

5

Dan Presiden ketujuh Indonesia, Joko Widodo, mengakui bila dirinya menyukai musik metal, futsal, memelihara hewan, naik motor gede, dan menonton film.7

Meskipun apabila dikatakan presiden tetap manusia biasa bukan berarti menjadi mengurangi atau mengilangkan kehormatan seorang presiden, malah kita harus semakin menghargai presiden sebagai pemimpin negara dan sebagai sesama manusia. Menteri Pertahanan (Menhan) RI Ryamizard Ryacudu mengatakan Presiden Indonesia sebagai kepala negara wajib dihormati semua pihak. "Kalau ada yang memusuhi Presiden saya bumpernya. Nggak boleh, Presiden harus kita hormati, kalau Presiden tidak dihormati siapa lagi yang menghormati Presiden.

Saya dulu sudah bicara dengan Gus Dur, Megawati juga dulu. Saya kalau masalah Presiden tidak boleh diganggu atau terancam keselamatannya itu yang harus dipegang," kata Menhan Ryamizard, Jakarta, Jumat (11/11/2016).8

Beberapa kasus Penghinaan terhadap Presiden yang marak terjadi dalam 1 (satu) dekade ini dimasa kepemimpinan Presiden Joko Widodo yaitu, MFB atau Ringgo ditangkap Jumat 18 Agustus 2017 di Medan Timur, Medan. Dalam penangkapan itu, polisi juga mengamankan laptop, 1 buah flashdisk 16 GB yang berisi gambar-gambar Presiden RI yang diedit, 3 unit handphone, 1 unit router merek Huawai warna putih, dan 1 unit router merek Zyxel warna hitam. Polisi langsung menggelandang Ringgo ke Polrestabes Medan. Ia menjalani pemeriksaan penyidik terkait aksinya tersebut. Maraknya aksi penghinaan di

7 https://indonesiabaik.id/infografis/presiden-indonesia-juga-manusia( diakses pada 8 Februari 2019 pukul 16.50 WIB)

8 http://www.teropongsenayan.com/51743-presiden-wajib-dihormati. (Perrnyataan Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu . diakses pada 8 Februari 2019 pukul 17.15 WIB)

(14)

media sosial membuat Bareskrim dengan Direktorat Tindak Pidana Siber makin gencar berpatroli. Jerat pidana tak ayal diberikan kepada mereka yang menebar benci. Ada yang berujung bui adapula yang memohon maaf atas kekhilafannya.

Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Brigjen Pol Fadil Imran menduga, mereka yang terjerat ujaran kebencian tersebut sengaja mengunggah konten berbau kebencian maupun SARA karena pesanan. Hal ini, kata Fadil, berkaca pada penangkapan Faizal Muhamad Tonong, Kamis 21 Juli 2017. Dari hasil interogasi, didapatkan bahwa tersangka sengaja mengunggah konten berbau SARA, hate speech, maupun hoax karena pesanan. "Umumnya pesanan," kata Fadil di Bareskrim Polri, gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta Pusat, Selasa 8 Agustus 2017. Siswa salah satu SMK di Medan itu telah ditetapkan tersangka setelah menjalani pemeriksaan di Mapolrestabes Medan, Sumatera Utara. "Statusnya sudah ditingkatkan menjadi tersangka," ujar Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Rina Sari Ginting, saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Minggu 20 Agustus 2017. Farhan akan dijerat dengan Pasal 45 ayat 2 jo Pasal 28 ayat 2 subs Pasal 27 ayat 2 UU RI Nomor 19 Tahun 2016 atas perubahan UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE. Dia terancam enam tahun penjara.

Selanjutnya kasus Jamil Adil yang ditangkap polisi karena menghina Presiden dan Kapolri. Dia ditangkap pada 29 Desember 2016, pukul 08.30 WIB . atas tindakannya tersebut. JA sendiri merupakan warga Bantaeng, Jalan Kebon Baru, Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara (Jakut). "Sekitar pukul 06.00 WIB, saat anggota Polri protap pagi untuk melaksanakan atur lalin, menemukan adanya tulisan penghinaan dan caci-maki kepada Presiden Jokowi dan Kapolri. Kemudian

(15)

7

dilakukan foto dan di-share ke grup Polsek Cilincing," kata Kasat Reskrim Polres Jakarta Utara AKBP Yuldi Yuswan saat dikonfimasi, Jakarta Utara, Kamis 29 Desember 2016. Polisi mengejar dan menangkap Jamil di pinggir jalan dekat rumahnya yang ada di Jalan Kebon Baru Nomor 24 RT 10 RW 10, Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara. Dari penggeladahan di rumahnya, polisi menyita barang bukti, satu buah cat pilox merek Diton warna hitam ukuran 300 cc, dua buah cat pilox merek Acrylic Epoxy warna putih ukuran 150 cc, dan 1 buah cat pilox merek Acrylic Epoxy warna hitam ukuran 85 cc. "Diduga cat itu yang digunakan pelaku untuk mencoret tadi. Belum diketahui apakah pria ini pura-pura gila, apa memang gila beneran. Ini masih diselidiki," ujar Yuldi.9

Kasus berikutnya Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Mabes Polri menangkap Ropi Yatsman (36). Ropi ditangkap di Padang, Sumatera Barat, Senin 27 Februari 2017. Dia ditangkap karena diduga mengunggah dan menyebarkan sejumlah konten gambar hasil editan dan tulisan di media sosial bernada ujaran kebencian dan penghinaan terhadap pemerintah, di antaranya Presiden Joko Widodo. Selain wajah Presiden Jokowi, tersangka juga mengunggah editan wajah presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Akibatnya dia dikenakan Pasal 45 ayat 2 juncto Pasal 28 ayat 2 dan/atau Pasal 45 ayat 3 juncto Pasal 27 ayat 3 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Serta Pasal 16

9 https://m.liputan6.com/amp/3065726/9-kasus-penghinaan-presiden-jokowi-berujung-bui (diakses pada 8 Februari 2019 pukul 18.00 WIB)

(16)

juncto Pasal 4 huruf b angka 1 UU Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis dan/atau Pasal 207 KUHP dan/atau Pasal 208 KUHP dan/atau Pasal 310 KUHP dan/atau Pasal 311 KUHP. Kasus penghinaan lainnya, Muhammad rsyad alias Imen (24) secara sengaja melakukan penghinaan terhadap presiden Joko idodo dan mantan presiden Megawati Soekarnoputri melalui akun facebook. Hingga diketahui akun facebook itu adalah milik seorang bernama Muhammad Arsyad Assegaf alias Imen dengan nama Facebook-nya Arsyad Assegaf. Imen pun ditangkap di Ciracas, Jakarta Timur pada tanggal 23 Oktober 2014. Untuk itu pelaku dikenakan tindak pidana pornografi, penghinaan, dan pencemaran nama baik melalui media sosial. Tersangka dikenakan Pasal 2 UU 44 tahun 200 tentang Pornografi dengan ancaman hukuman 12 tahun penjara. Juga dilapis dengan Pasal 310 dan 311 KUHP tentang penghinaan secara tertulis.10

Perbuatan-perbuatan menyimpang tersebut mungkin dikarenakan adanya faktor-faktor atau alasan daripada pelaku itu sendiri, seperti misalnya kasus RJ pemuda berumur 16 tahun yang ditetapkan sebagai tersangka penghinaan dan mengancam Presiden Joko Widodo melalui media sosial, Instagram. Psikolog &

Sexpert Elizabeth Santoso memaparkan beberapa alasan remaja berusia 16 tahun, RJ, menghina dan mengancam Joko Widodo, yaitu:

 Agresif, anak yang agresif cenderung melakukan perilaku fisik atau lisan yang disengaja namun merugikan dan menyakiti orang lain.

10 Ibid

(17)

9

Misalnya meremehkan, merugikan, merusak, mengejek, dan mencemooh orang lain seperti kasus RJ.

 Mencari Perhatian, suka mencari perhatian orang-orang di sekitarnya

termasuk dalam penyimpangan perilaku, karena dia akan melakukan berbagai cara agar bisa mendapat perhatian. Seperti RJ yang mengancam dengan kata-kata kasar pada foto Jokowi, itu hanya semata untuk mencari perhatian.

 Ingin Eksis, RJ ingin mendapat pengakuan dari orang sekitar bahwa

dia hebat dan pemberani sehingga melakukan pengancaman tanpa rasa bersalah.

 Pemasalahan keluarga dan Pola asuh, keluarga terutama orang tua

sangat berpengaruh untuk perkembangan fisik dan mental seorang anak. Jika anak tinggal dikeluarga bermasalah, sehingga cenderung menimbulkan aura negatif terhadap anak.

 Lingkungan, lingkungan anak menjalankan rutinitas sehari-hari

sangat penting karena karakter terbentuk dari lingkugan sekitar. Jika lingkungan sekolah, tempat tinggal atau tempat bermain anak bagus, sudah pasti anak akan memiliki karakter bagus, begitu juga sebaliknya.

Psikolog & Sexpert Elizabeth Santosa mengatakan bahwa” sebenarnya ada 1001 alasan, namun berhubung beliau tidak mengenalnya, hanya melihat saja, jadi

(18)

hanya 5 (lima) alasan dasar yang bisa jadi penyebab remaja berperilaku seperti RJ” ujar Eliabeth.11

Dengan maraknya kasus penghinaan terhadap Presiden yang akhir-akhir ini terjadi maka perlulah bagi kita untuk mengetahui, bagaimanakah caranya atau upaya menanggulangi agar kasus penghinaan terhadap presiden tidak terjadi lagi.

Sebagai warga negara yang baik kita harus ikut membantu dalam upaya menanggulangi tindak pidana penghinaan terhadap presiden tersebut. Salah satu upaya yang dapat kita lakukan adalah menanamkan nilai-nilai/norma-norma baik sehingga norma-norma tersebut terinternalisasi dalam diri seseorang itu, contohnya dengan memberikan perhatian ataupun teguran yang mengandung nilai norma yang baik, sehingga meskipun kesempatan melalukan kejahatann masih ada tapi niat untuk melakukannya telah hilang.12

Berdasarkan kasus-kasus penghinaan terhadap presiden yang telah dijelaskan sebelumnya membuktikan semakin menipisnya kesadaran hukum dan rasa malu pada masyarakat, sehingga kasus demi kasus serupa dapat terjadi dilingkungan masyarakat. Semua ini perlu dikaji kembali mengingat masyarakat Indonesia yang masih tetap agamis dan tetap mendambakan hidup adil, damai tentram dengan tetap menjunjung Hak Asasi Manusia secara proporsional sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

11 https://www.google.com/amp/wartakota.tribunnews.com/amp/2018/05/25/5 alasan penyebab remaja menghina dan mengancam presiden joko widodo (diakses pada 8 Februari 2019 pukul 21.00 WIB)

12 https://handarsubhandi.blogspot.com/2015/08/upaya penanggulangan kejahatan (diakses pada 8 Februari 2019 pukul 21.05 WIB)

(19)

11

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas serta mengkaji permasalahan tersebut dari perspektif kriminologi dengan mengambil judul

“Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Penghinaan Presiden Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor:153/ PK/

PID/ 2010)”

B. Perumusan Masalah

Maraknya kasus pengihaan presiden yang sedang terjadi menghawatirkan banyak pihak karena presiden yang merupakan orang nomor 1 (satu) di negeri ini dan yangmana seharusnya presiden itu dibela dan dihomati, malah dihina oleh rakyat sendiri. Maka dari itu adapun perumusan masalah yang penulis bahas di skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan hukum mengenai penghinaan presiden?

2. Bagaimana faktor penyebab terjadinya tindak pidana penghinaan presiden serta upaya penanggulangannya dalam perspektif kriminologi?

3. Bagaimana kebijakan kriminal yang diberikan oleh hakim atas tindak pidana penghinaan presiden?

Inilah permasalahan yang menjadi acuan bagi penulis dalam menulis skipsi ini sehingga tidak lari dari jalur dengan judul sehingga sampailah apa yang hendak menjadi tujuan yang ingin disampaikan oleh penulis melalui skripsi ini.

(20)

C. Tujuan dan Manfaat

Adapun yang hendak menjadi tujuan yang ingin dicapai oleh oleh penulis melalui skripsi, adalah sebagai berikut :

1. Agar mengetahui pengaturan hukum mengenai penghinaan presiden.

2. Agar mengetahui faktor penyebab terjadinya tindak pidana penghinaan presiden serta upaya penanggulangannya dalam perspektif kriminologi.

3. Agar mengetahui kebijakan kriminal yang diberikan oleh hakim atas tindak pidana penghinaan presiden.

Adapun yanng menjadi manfaat dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, skripsi ini dapat menyumbang pemikiran dan pemahaman dari masalah-masalah yang telah dirumuskan diatas terhadap bagaimana kajian kriminologi dan upaya penanggulangan kejahatan penghinaan terhadap presiden yang terjadi di Indonesia.

Dapat memberi masukan serta memberi pengertian kepada masyarakat tentang hukum yang berlaku pada kejahatan penghinaan terhadap presiden di Indonesia.

2. Manfaat praktis

Secara praktis, yaitu dimana dari permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini dapat memberikan masukan kepada masyarakat bahwa presiden sebagai seorang pemimpin negeri ini yang seharusnya di bela dan dihormati, bukan

(21)

13

menjadi korban penghinaan oleh masyarakatnya sendiri, sehingga memberi pengetahuan yang lebih lagi kepada masyarakat sehingga kasus presiden yang menjadi korban kejahatan penghinaan tidak terjadi lagi.

Kemudian menjadi masukan pada pemerintah dan aparat penegak hukum untuk bagaimana menanggulangi kejahatan penghinaan terhadap presiden yang semakin hari semakin marak terjadi.

D. Keaslian Penulisan

“ nalisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Penghinaan Presiden Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Mahkamah Agung nomor 153/PK/Pid/2010)” yang diangkat menjadi skripsi ini belum pernah ditulis sebelumnya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Rumusan masalah-masalah yang diangkat dalam penulisan skripsi ini merupakan buah hasil pemikiran penulis sendiri yang dikaitkan dengan melalui refrensi buku-buku, media elektronik dan bantuan dari berbagai pihak, dalam rangka melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dan apabila ternyata di kemudian hari terdapat judul dan permasalahan yang sama, maka penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap skripsi ini.

E. Tinjauan Pustaka 1. Tindak Pidana

a. Pengertian Tindak Pidana

(22)

Pengertian tindak pidana (strafbaarfeit) menurut W.J.P pompe adalah : tindak lain daripada suatu tindakan yang menurut sesuatu rumusan Undang-undang telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum13

Pengertian tindak pidana ini terbagi 2 (dua), yaitu : - Tindak Pidana Material

Apabila tindak pidana yang dimaksudkan dalam suatu ketentuan hukum pidana disana dirumuskan sebagai perbuatan yang menyebabkan suatu akibat tertentu, tanpa merumuskan wujud dari perbuatan itu, maka tindak pidana ini dikalangan ilmu pengetahuan hukum disebut tindak pidana material.

- Tindak Pidana Formil

Apabila tindak pidana yang dimaksudkan dirumuskan sebagai wujud perbuatan tanpa menyebutkan akibat yang disebabkan oleh perbuatan itu, maka kini terdapat tindak pidana formil.14

Tindak pidana dipakai sebagai pengganti strafbaar feit. Menurut Muljatno, tindak pidana adalah keadaan yang dibuat seseorang atau barang sesuatu yang dilakukan, dan perbuatan itu menunjuk baik pada akibatnya maupun yang menimbulkan akibat.15

13 Mohammad Ekaputra, Dasar-dasar Hukum Pidana, USU Press, Medan, 2010, hal 81.

14 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, (Jakarta: Rafika Aditama,2003).hal 36.

15 Deni, Pengertian Tindak Pidana Menurut Para Ahli, http://hukumpidana.com, diakses pada tanggal 10 Februari 2019 pukul 20.00 WIB

(23)

15

b. Unsur-unsur Tindak Pidana

Menurut Van Apeldoorn, bahwa unsur-unsur tindak pidana atau elemen delik terdiri dari elemen objektif yang berupa adanya suatu kelakuan (perbuatan) yang bertentangan demgan hukum (onrechtmatig/wederrechtelijk) dan elemen subjektif yang berupa adanya seorang pembuat (dader) mampu bertanggung jawab atau dapat dipersalahkan (toerekeningsvatbaarheid) terhadap kelakuan yang bertentangan dengan hukum itu.16

2. Penghinaan

a. Pengerian Penghinaan

Penghinaan berasal dari kata “hina atau hinaan” yang artinya merendahkan kedudukuan atau martabat, cercaan, dan nistaan. Jadi menurut KBBI penghinaan adalah proses, cara atau perbuatan menghina atau menista yang dilontarkan untuk seseorang. Berbeda dengan istilah pencemaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari kata “cemar” yang artinya kotor/ternoda, buruk, tercela. Jadi pencemaran menurut KBBI adalah proses atau cara atau perbuatan mencamari atau mencemarkan (pengotoran).17

Berdasarkan uraian diatas, istilah penghinaan lebih tepat digunakan dalam istilah hukum, karena istilah pencemaran lebih tepat digunakan untuk mengartikan lingkungan yang kurang bersih (kotor). Jadi kata penghinaan yang lebih tepat digunakan.

16 Mohammad Ekaputra, Dasar-dasar Hukum Pidana Edisi 2, USU Press, Medan, 2015, hal 107.

17 http://kbbi.we.id/cemar/hina&ei (diakses pada 11 Februari 2019 pukul 08.30 WIB)

(24)

Dalam hal penghinaan tersebut terdapat hubungan antara kehormatan dan nama baik. Yang mana, kehormatan adalah perasaan terhormat seseorang dimata masyarakat, dimana setiap orang memiliki hak untuk diperlakukan sebagai anggota masyarakat yang terhormat. Menyerang kehormatan berarti melakukan perbuatan menurut penilaian secara umum menyerang kehormatan seseorang. Rasa hormat dan perbuatan yang termaksuk kategori menyerang kehormatan seseorang ditentukan menurut lingkungan masyarakat pada tempat perbuatan tersebut dilakukan.18

Sedangkan, nama baik adalah penilaian baik menurut anggapan umum tentang perilaku atau kepribadian seseorang dari sudut moralnya. Nama baik seseorang selalu dilihat dari sudut orang lain, yakni moral atau kepribadian yang baik, sehingga ukurannya ditentukan berdasarkan peniliaan secara umum dalam suatu masyarakat tertentu ditempat mana perbuatan tersebut dilakukan dan konteks perbuatannya.19

Penghinaan yang pada dasarnya adalah menyerang nama baik dan kehormatan seseorang yang bukan dalam arti seksual sehingga orang itu merasa dirugikan. Kehormatan dan nama baik mempunyai pengertian yang berbeda, tetapi keduanya tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena menyerang kehormatan akan berakibat kehormatan dan nama baiknya terhina. Oleh sebab itu, menyerang salah satu diantara

18 Mudzakir, Delik Penghinaan dalam Pemberitaan Pers Mengenai Pejabat Publik, Dictum 3, 2004, hlm 17

19 Ibid, hlm 18

(25)

17

kehormatan atau nama baik sudah cukup dijadikan alasan untuk menuduh seseorang telah melakukan penghinaan.20

b. Penghinaan Menurut KUHP

Sebagaimana yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Penghinaan diatur dalam Pasal 310 ayat (1 & 2) KUHP yaitu:

(1) “Barangsiapa sengaja merusak kehormatan atau nama baik seseorang dengan jalan menuduh dia melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud yang nyata akan tersiarnya tuduhan itu, dihukum karena menista, dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500,-.

(2) “kalau hal ini dilakukan dengan tulisan atau gambar yang disiarkan, dipertunjukkan pada umum atau ditempelkan, maka yang berbuat itu dihukum karena menista dengan tulisan dengan hukuman penjara selama-lamanya satu tahun empat bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500,-.21

Berdasarkan uraian diatas orang yang melakukan penghinaan sebagaimana diatur dalam Pasal 310 KUHP haruslah menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu terhadapnya, dengan tujuan diketahui secara luas. Tindakan ini diancam dengan pidana penjara maksimal sembilan bulan. Jika tindakan ini

20 Ibid

21 R.Soesilo. Op.cit. hal 225

(26)

dilakukan melalui tulisan maka ancaman pidana penjaranya maksimal satu tahun.22

Sedangkan dalam kasus Penghinaan yang dilakukan ditempat umum yang berupa kata-kata makian yang sifatnya menghina. R Soesilo, dalam penjelasan Pasal 315 KUHP, sebagaimana kami sarikan, mengatakan bahwa jika penghinaan itu dilakukan dengan jalan lain selain

“menuduh suatu perbuatan”, misalnya dengan mengatakan “anjing”,

“asu”, “sundel”, “bajingan” dan sebagainya, masuk Pasal 315 KUHP dan dinamakan “penghinaan ringan”.23

3. Presiden

Presiden Indonesia (nama jabatan resmi: Presiden Republik Indonesia) adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan Indonesia.

Sebagai kepala negara, Presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di dunia. Sebagai kepala pemerintahan, Presiden dibantu oleh wakil presiden dan menteri-menteri dalam kabinet memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintah sehari- hari. Presiden (dan Wakil Presiden) menjabat selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan.24

Presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat melalui mekanisme pemilu. Pemilihan secara langsung presiden dan wakil

22 http://wwwgresnews.com/berita/tips/81513/ aturan hukum tentang penghinaan (diakses pada 11 Februari 2019 pukul 11.00 WIB)

23 R.Soesilo. Op.cit. hlm 228

24 https://id.wikipedia.org/wiki/Presiden_Indonesia (diakses pada 11 Februari 2019 Pukul 13.00 WIB)

(27)

19

presiden akan memperkuat legitimasi seorang presiden sehingga presiden diharapkan tidak mudah untuk diberhentikan di tengah jalan tanpa dasar memadai, yang bisa mempengaruhi stabilitas politik dan pemerintahan secara aktual.25

Presiden merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan dibidang eksekutif. Seiring dengan Perubahan UUD 1945, saat ini kewenangan Presiden diteguhkan hanya sebatas pada bidang kekuasaan dibidang pelaksanaan pemerintahan negara. Namun demikian, dalam UUD 1945 juga diatur mengenai ketentuan bahwa Presiden juga menjalankan fungsi yang berkaitan dengan bidang legisltif maupun bidang yudikatif.

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Dasar, Presiden haruslah warga negara Indonesia yang sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain. Perubahan ketentuan mengenai persyaratan calon Presiden dan calon Wakil Presiden dimaksudkan untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan tuntutan zaman serta agar sesuai dengan perkembangan masyarakat yang semakin demokratis, egaliter, dan berdasarkan rule of law yang salah satu cirinya adalah pengakuan kesederajatan di depan hukum bagi setiap warga negara.26

Selanjutnya, sebagai perwujudan negara hukum dan checks and balances system, dalam UUD diatur mengenai ketentuan tentang periode

25 Hidayat Nur Wahid, Lembaga Negara Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, artikel, Legallitas, 2006, diambil dari http://www.legalitas.org/?q=node/75, (diakses pada 11 Februari 2019 pukul 13.30 WIB)

26 ibid

(28)

masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden serta adanya ketentuan tentang tata cara pemberhentian Presiden dan Wakil Presiden dalam masa jabatannya. Ketentuan tersebut menunjukkan bahwa jabatan Presiden dapat dikontrol oleh lembaga negara lainnya, dengan demikian akan terhindar dari kesewenang-wenangan dalam penyelenggaraan tugas kenegaraan.27

Berkaitan dengan pelaksanaan prinsip checks and balances system serta hubungan kewenangan antara Presiden dengan lembaga negara lainnya, antara lain mengenai pemberian grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi yang semula menjadi prerogatif Presiden sebagai kepala negara, saat ini dalam menggunakan kewenangannya tersebut harus dengan memperhatikan pertimbangan lembaga negara lain yang memegang kekuasaan sesuai dengan wewenangnya.28

4. Kriminologi

Kriminologi teoritis merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berdasarkan pengalaman seperti ilmu pengetahuan lainnya yang sejenis, memperhatikan gejala-gejala dan mencoba menyelidiki sebab-sebab dari gejalan tersebut dengan cara-cara yang ada padanya.29

Nama kriminologi yang ditemukan oleh P. Topinard (1830 – 1911) seseorang ahli anthropologi Prancis, secara harafiah berasal dari kata “crimen”

yang berarti kejahatan atau penjahat dan “logos” yang berarti ilmu

27 Harjono, Mahkamah Konstitusi dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, artikel, Legalitas, 2007, (diambil dari http://www.legalitas.org/?q=Mahkamah Konstitusi Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia) di akses pada 11 Februari 2019 pukul 15.00 WIB

28 Ibid

29 W. A. Bonger, Pengantar Tentang Kriminologi, Ghalia Indonesia, Jakarta,1982 hal 21.

(29)

21

pengetahuan, maka diartikan kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan.30

Beberapa para sarjana kriminologi mengemukakan defenisi atau batasan serta pengertian tentang kriminologi antara lain :

a) Sutherland berpendapat Kriminologi adalah keseluruhan ilmu mengenai kejahatan sebagai gejala masyarakat.

b) Bonger berpendapat Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki kejahatan seluas-luasnya.

c) Van Bemelen berpendapat Kriminologi adalah ilmu yang mempelajari kejahatan, yaitu perbuatan yang merugikan dan kelakuan yang tidak sopan yang menyebabkan adanya teguran dan tantangan.

d) Frij mengatakan Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan, bentuk, sebab dan akibatnya.

e) Wood mengatakan Kriminologi ialah ilmu yang meliputi segala pengetahuan yang dipeeroleh baik oleh pengalaman, maupun teori- teori tentang kejahatan dan penjahat serta pengetahuan yang meliputi reaksi-reaksi masyarakat terhadap penjahat dan kejahatan itu.

Dari beberapa defenisi diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kriminologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari serta menyelidiki maupun membahas masalah kejahatan, baik mengenai pengertiannya, bentuknya, sebab-sebabnya, akibat-akibatnya dan

30 Topo Santoso, Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, Raja Grasindo Persada, Jakarta, 2001, hal 9.

(30)

penyelidikannya terhadap suatu kejahatan maupun hal-hal lain yang ada hubungannya dengan kejahatan itu.

Kriminologi dalam Arti Sempit

Pengertian kriminologi dalam arti sempit ialah ilmu pengetahuan yang membahas masalah-masalah kejahatan mengenai bentuk-bentuknya, sebabnya dan akibat-akibatnya, yakni dengan istilah :

a) Phaenomologi (Bentuk-Bentuk Perbuatan Jahat)

Yang dimaksud dengan bentuk-bentuk perbuatan jahat ialah hakekat dari perbuatan jahat itu, misalnya : membunuh, merampok, mencuri, mencopet, menipu. Maka untuk ini perlu suatu batasan atau defenisi yang tepat yang dapat membedakan perbuatan-perbuatan kejahatan itu satu dengan yang lainnya.

Bentuk-bentuk dari kejahatan dapat kita kenal dari :

(1) Cara melakukan kejahatan itu, misalnya : dengan cara dilihat dari si korban, seperti menikam dengan alat tajam atau menembak dan dengan cara yang tidak dilihat si korban seperti menipu, memalsukan dengan cara memakai alat-alat khusu seperti racun, kunci palsu.

(2) Luasnya perlakuan jahat itu, misalnya : apa yang menjadi objek kejahatan, ditempat mana dan diwaktu mana kejahatan itu sering terjadi.

(3) Frequensi perlakuan kejahatan itu, misalnya : jumlah kejahatan yang bentuk-bentuknya sama dalam jangka waktu tertentu.

b) Etiologi (Sebab-sebab Kejahatan)

Sebab-sebab dari suatu kejahatan dapat dilihat dari faktor :

(31)

23

(1) Bakat si penjahat (2) Alam sekitarnya (3) Spritual

(4) Bakat + sekitar + spritual si penjahat, dapat pula merupakan suatu kebetulan saja.

c) Penologi (Akibat – akibat kejahatan)

Penologi adalah ilmu pengetahuan timbulnya dan pertumbuhan hukuman, arti dan faedah sebagai akibat-akibat kejahatan dapat tertuju pada :

(1) Korban si penjahat (2) Masyarakat umum

(3) Individi atau diri si penjahat.

Dengan akibat – akibat kejahatan ini amat berkembanglah ilmu pengetahuan tentang hukum dan apa arti serta manfaatnya hukuman itu.

Kriminologi dalam Arti Luas

Kriminologi dalam arti luas ialah semua pengertian kriminologi dalam arti sempit dan ditambah dengan kriminalistik. Kriminalistik ialah :31

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Spesifikasi penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian hukum Yuridis Normatif dinamakan juga dengan penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian

31 http://forensikadigital.wordpress.com/2012/10/04/kriminalistik dan kriminologi (diakses pada 11 Februari 2019 pukul 20.00 WIB)

(32)

normatif data sekunder sebagai sumber/ bahan informasi dapat merupakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.32 Penelitian ini dilakukan dengan cara terlebih dahulu meneliti bahan-bahan perpustakaan hukum yang berhubungan dengan permasalahan dan selanjutnya dilihat secara obyektif melalui ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Penelitian ini bersifat deskrptif yaitu menggambarkan dan menganalisis permasalahan yang dikemukakan yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara konkret tentang analisis hukum tindak pidana penghinaan presiden.

2. Sumber Data

Sumber data terdiri dari 2 yaitu data primer dan data sekunder, dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan data sekunder yang terdiri dari :

a. Bahan Hukum Primer, yaitu berasal dari peraturan-peraturan hukum yang berlaku,

b. Bahan Hukum Sekunder, berupa keterangan, kajian, analisis tentang hukum positif seperti makalah, skripsi, atau tesis

c. Bahan Hukum Tertier, bahan yang mendukung, memberi penjelasan bagi bahan hukum sekunder seperti kamus hukum.

3. Analisis Data

Data sekunder yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini, yaitu dengan

32 Ediwarman, Monograf Metodologi Penelitian Hukum Panduan penulisan skripsi, Tesis, dan Disertasi, PT. Softmedia, Medan, 2015, Halaman 94.

(33)

25

mempelajari secara utuh dan menyeluruh untuk memperoleh jawaban mengenai skripsi ini. Metode kualitatif tidak hanya bertujuan mengungkap kebenaran tetapi juga memahami kebenaran tersebut dan latar belakang terjadinya peristiwa.33

G. Sistematika Penulisan

Penulisan ini dibuat secara terperinci dan sistematis agar memberikan kemudahan bagi pembacanya dalam memahami makna dan dapat pula memperoleh manfaatnya. Keseluruhan sistematika ini merupakan suatu kesatuan yang dapat dilihat sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Bab ini merupakan bab yang memberikan ilustrasi guna memberikan informasi yang bersifat umum dan menyeluruh serta sistematis yang terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan, dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : Pengaturan Hukum Mengenai Penghinaan Presiden

Pada bagian ini akan membahas mengenai aturan-aturan yang berkaitan dengan tindak pidana penghinaan presiden seperti aturan- aturan hukum yang diatur dalam KUHP maupun diluar KUHP.

BAB III : Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Penghinaan Presiden, Serta Upaya Penanggulangannya Dalam Perspektif Kriminologi

33 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press,Djakarta 1986, hal 250.

(34)

Pada bagian ini akan membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan faktor penyebab, dan upaya penanggulangan tindak pidana Presiden dalam tinjauan perspektif kriminologi

BAB IV: Analisis Hukum Putusan No. 153 PK/ Pid/ 2010

Pada bab ini akan menganalisis mengenai kajian hukum pidana terhadap putusan tindak pidana penghinaan presiden pada putusan ini.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran sebagai hasil dari pembahasan dan penguraian secara keseluruhan.

(35)

BAB II

PENGATURAN HUKUM MENGENAI PENGHINAAN PRESIDEN A. Aturan Hukum Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang

mengatur tentang Tindak Pidana Penghinaan Terhadap Presiden Di dalam kitab undang-undang pidana (KUHP) juga mengatur masalah penghinaan terhadap presiden. KUHP yang berlaku pada tahun 1918 menunjukkan bahwa pada masa penjajahan kolonial pun penghinaan dianggap sebagai suatu tindakan kejahatan yang layak mendapatkan sanksi pidana bagi setiap pelakunya, adapun beberapa Pasal dalam KUHP yang mengatur tentang penghinaan terhadap presiden :

1. Pasal 134 KUHP

Pasal 134 berbunyi “penghinaan dengan sengaja terhadap Presiden atau Wakil Presiden dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya enam tahun atau denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah”. Didalam pasal ini mengancam pula hukuman pada ,penghinaan dengan sengaja” terhadap Presiden atau akil Presiden, yang diartikan dengan, penghinaan dengan sengaja” yaitu perbuatan-perbutan macam apapun yang menyerang nama baik, martabat, atau keagungan Presiden atau Wakil Presiden.34

Dalam pasal ini juga menjelaskan bahwa penghinaan terhadap Presiden atau Wakil Presiden harus dituntut dengan tidak perlu ada pengaduan dari yang

34 R.Soesilo. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar- komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, PT.Karya Nusantara, Bandung, 1986, hal 121

(36)

dihina, berbeda dengan penghinaan terhadap orang biasa umumnya tidak dapat dituntut, apabila tidak ada pengaduan dari orang yang dihina (delik aduan).

Orang yang menghina itu harus mengetahui, bahwa ia berhadapan dengan Presiden atau Wakil Presiden. Penghinaan yang dilakukan terhadap orang yang oleh penghina tidak diketahui, bahwa orang itu Presiden atau wakil Presiden, tidak masuk pasal ini, tetapi masuk pada pasal penghinaan yang diancam hukuman dalam bab XVI buku ke II.

2. Pasal 136 bis KUHP

Dalam pasal ini menerangkan bahwa, “perkataan penghinaan dengan sengaja dalam pasal 134 mengandung juga perbuatan yang diterangkan dalam pasal 315, jika itu dilakukan kalau yang dihinakan tak hadir, yaitu baik dimuka umum, tetapi dihadapan lebih dari empat orang atau dihadapan orang lain, yang hadir dengan tidak kemauannya dan yang merasa tersentuh hatinya, akan itu, dengan perbuatan-perbuatan, atau dengan lisan atau dengan tulisan.35

Pasal 136 bis ini adalah perluasan dari pasal 134 & pasal 315, Dimana penghinaan ringan terhadap orang biasa (bukan Presiden atau Wakil Presiden) sebagaimana tersebut dalam pasal 315 itu hanya dapat dihukum, bila memenuhi syarat-syarat :

- Sedang yang dihina ada ditempat itu, orang menghinanya dengan jalan ucapan lisan atau perbuatan, tidak perlu ditempat umum atau

35 Ibid, Halaman 122.

(37)

29

- Sedang yang dihina tidak ada ditempat itu, orang menghinanya dengan jalan ucapan lisan atau tulisan (ini harus ditempat umum) atau dengan surat yang dialamatkan kepada yang dihina itu.

Akan tetapi bagi penghinaan dalam pasal 134 (terhadap Presiden atau Wakil Presiden) kemungkinan-kemungkinan yang terseut dalam pasal 315 sebagaimana telah diterangkan diatas itu diperluas lagi, sehingga penghinaan disini bisa pula terjadi, bila : ,,sedang yang dihina tidak ditempat itu, orang menghina dengan perbuatan (harus ditempat umum), atau baik dengan perbuatan, ucapan lisan, maupun tulisan, (ini tidak perlu ditempat umum, akan tetapi harus dimuka lebih dari empat orang, atau dihadapan seorang lain yang hadir disitu tidak dengan kemauannya dan merasa tersentuh hatinya oleh penghinaan itu).36

3. Pasal 137 KUHP

Pasal ini memuat 2 (dua) butir ayat, yaitu : (1) Barangsiapa menyiarkan, mempertontonkan atau menempelkan tulisan atau gambar yang isinya menghina Presiden atau wakil Presiden dengan niat supaya isinya yang menghina itu diketahui oleh orang banyak atau lebih diketahui oleh orang banyak, dihukum penjara selama-lamanya satu tahun empat bulan atau denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah, (2) Jika sitersalah melakukan kejahatan itu dalam jabatannya dan pada waktu melakukan kejahatan itu belum lagi lalu dua tahun

36 Ibid

(38)

sesudah tetap hukumannya yang dahulu sebab kejahatan yang serupa itu juga, maka ia dapat dipecat dari jabatannya.37

Dalam pasal ini memuat delik penyebaran (verpreidingsdelict).

Penyebaran berarti mengedarkan sesuatu barang dengan jumlah yang banyak, umpamanya memperbanyak atau mencetak surat selebaran, majalah, koran, buku- buku atau gambar dan sebagainya. Pasal ini juga menjelaskan bahwa kejahatan tidak perlu dibuktikan, apakah orang yang berbuat itu mempunyai sengaja akan menghina atau tidak, akan tetapi ia sudah dapat dihukum apabila ia tahu akan tulisan dansebagainya yang bersifat menghina itu dan memang ia ada maksud untuk menyebarkan isi tulisan itu menjadi lebih tersiar lagi. Didalam pasal inilah yang menjelaskan bahwa kejahatan tindak pidana penghinaan terhadap presiden ini bukan delik aduan, jadi senantiasa harus dituntut, tidak perlu ada pengaduan dari yang dihina.38

4. Pasal 139 ayat 3 KUHP

Dalam pasal 13 butir ke tiga bertbunyi “pada waktu menjatuhkan hukuman karena salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 134, maka dapat dijatuhkan pula hukuman mencabut hak yang tersebut dalam pasal 35 No. 1 – 3 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.39

Pasal ini mengatur tentang adanya penjatuhan hukuman tambahan, yaitu pencabutan hak yang tersebut dalam pasal 35 no 1, 2,dan 3. Hak - hak yang dicabut antara lain :

37 Ibid, Halaman 123

38 Ibid, Halaman 123

39 Ibid

(39)

31

a. Hak menjabat segala jabatan atau jabatan yang ditentukan, b. Hak masuk pada kekuasaan bersenjata (balatentara),

c. Hak memilih dan hak boleh dipilih pada pemilihan yang dilakukan menurut undang-undang umum.40

Beberapa pasal yg telah disebutkan sebelumnya, dalam Putusan Mahkamah Konstitusi No. 013-022/PUU-IV/2006, menyatakan bahwa Pasal 134, Pasal 136 bis, dan Pasal 137 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang tindak pidana penghinaan terhadap Presiden atau Wakil Presiden tidak lagi mempunyai kekuatan mengikat atau dengan kata lain sudah tidak berlaku lagi. Dalam pertimbangannya, Mahkamah Konstitusi (MK) menilai bahwa Pasal- Pasal ini dapat menimbulkan ketidakpastian hukum, menghambat hak atas kebebasan menyatakan pikiran, dengan lisan, tulisan, dan ekspresi, dan sudah tidak relevan lagi untuk diterapkan di Indonesia yang menjunjung tinggi hak asasi manusia.41

Namun, Rancangan Undang-Undang (RUU) KUHP tahun 2015, mengatur kembali perbuatan tersebut sebagai tindak pidana sehingga menimbulkan perdebatan berbagai pihak.

Analisis dari kebijakan kriminalisasi menyimpulkan bahwa tindak pidana ini tidak perlu diatur lagi karena bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945), terutama dalam hal

40 R.Soesilo, Op.Cit, Halaman 55

41 https://www.researchgate.net/publicatiion/327864268 TINDAK PIDANA PENGHINAAN TERHADAP PRESIDEN ATAU WAKIL PRESIDEN PERLUKAH DIATUR DALAM KUHP (diakses pada 14 Februri 2019 pukul 10.00 WIB)

(40)

jaminan atas Hak Asasi Manusia (HAM) bagi setiap warga negara. Penjelasan Pasal RUU KUHP yang merumuskan tindak pidana penghinaan terhadap Presiden atau Wakil Presiden tersebut tidak menyebutkan secara jelas kepentingan apa yang ada di balik pengaturan penghinaan terhadap Presiden atau Wakil Presiden.42

Meskipun pasal penghinaan terhadap presiden atau wakil presiden telah dihapus melalui putusan Mahkamah Konstitusi, KUHP juga memuat pasal penghinaan lain yang berkaitan tentang penghinaan terhadap Presiden.

Penghinaan ditafsirkan sebagai serangan terhadap kehormatan atau nama baik seseorang. Dalam Bab XVI Bukku II Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) memuat banyak ketentuan tentang penghinaan, mulai dari yang disebut penghinaan, fitnah, penghinaan terhadap pegawai negeri, perbuatan menuduh yang sifatnya memfitnah, serta penghinaan terhadap orang yang telah meninggal dunia. Berikut pasal-pasalnya meliputi :

5. Pasal 310 KUHP

Pasal ini memuat 3 (tiga) butir ayat, ayat (1) berbunyi “Barangsiapa sengaja merusak kehormatan atau nama baik seseorang dengan jalan menuduh dia melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud yang nyata akan tersiarnya tuduhan itu, dihukum karena pencemaran, dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah.

42 Ibid, (diakses pada 14 Februari 2019 pukul 11.10 WIB)

(41)

33

Ayat (2) berbunyi “Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan dimuka umum, maka diancam karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

yat (3) berbunyi “Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis jika perbuatan jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk membela diri.43

Pasal ini menjelaskan bahwa orang yang melakukan penghinaan sebagaimana diatur dalam Pasal 310 KUHP haruslah menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan suatu terhadapnya, dengan tujuan tuduhan itu akan tersiar (diketahu orang banyak).

Menurut ayat (3) pasal 310 KUHP, perbuatan-perbuatan yang disebubkan dalam ayat (1) dan (2) itu tidak masuk dalam kejahatan pencemaran atau pencemaran dengan tulisan dan tidak dapat dihukum. Namun perlu diingat, jika tuduhan terhadap seseorang tersebut dilakukan demi kepentingan umum, agar khalayak mengetahuinya, maka hal itu tidak dapat digolongkan sebagai tindak pidana pencemaran nama baik atau penghinaan.

6. Pasal 311 KUHP

Pasal ini memuat 2 butir ayat, ayat (1) berbunyi “Jika yang melakukan kejahatan pencemaran atau pencemaran tertulis dibolehkan untuk membuktikan apa yang dituduhkan itu benar, tidak membuktikannya, dan tuduhan dilakukan

43 A.Hamzah, KUHP dan HUHAP Edisi Digabungkan dalam satu buku,RINEKA CIPTA, 2015.halaman 124

(42)

bertentangan dengan apa yang diketahui, maka dia diancam melakukan fitnah dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

yat (2) berbunyi “Pencabutan hak-hak berdasarkan pasal 35 No. 1-3 dapat dijatuhkan.44

Pasal ini menjelaskan bahwa terdakwa yang melakukan kejahatan diberi kesempatan untuk membuktikan apa yang dituduhkan itu benar, namun apabila pelaku tidak dapat membuktikannya maka terdakwa diancam melakukan fitnah dengan pidana penjara empat tahun.

7. Pasal 312 KUHP

Dalam pasal ini mengatur tentang pembuktian akan kebenaran tuduhan hanya dibolehkan dalam hal-hal berikut :

- Apabila hakim memandang perlu untuk memeriksa kebenaran itu guna menimbang keterangan terdakwa, bahwa perbuatan dilakukan demi kepentingan umum, atau karena terpaksa untuk membela diri

- Apabila seorang pegawai negeri dituduh sesuatu hal dalam menjalankan tugasnya.

Pasal ini berhubungan dengan pasal 311 KUHP, bahwa terdakwa yang diberikan kesempatan untuk membuktikan tuduhannya itu benar, sebelumnya harus mendapatkan ijin terlebih dahulu oleh hakim, karena hakim memerlukannya sebagai pertimbangan, apakah terdakwa melakukan perbuatan itu untuk kepentingan umum atau karena untuk membela diri.

44 Ibid, Halaman 125

(43)

35

8. Pasal 313 KUHP

Dalam pasal ini menerangkan tentang “pembuktian yang dimaksud dalam pasal 312 tidak dibolehkan, jika hal yang dituduhkan hanya dapat dituntut atas pengaduan dan pengaduan tidak dimajukan”. Salah satu contoh dari pasal ini, yaitu misalnya apabila orang telah menyiarkan menuduh seseorang telah berbuat zinah, kemudian mengatakan, bahwa ia telah menyiarkan tuduhan itu karena kepentingan umum atau pembelaan diri, maka dalam hal ini tidak boleh diadakan pemeriksaan tentang betul atau tidaknya perihal perzinahan itu, apabila dalam hal peristiwa perzinahan itu tidak ada pengaduan yang diajukan oleh pihak yang menderita.

9. Pasal 314 KUHP

Pasal ini memuat 3 (tiga) butir ayat, ayat (1) berbunyi “Jika yang dihina, dengan putusan hakim yang menjadi tetap, dinyatakan bersalah atas hal yang dituduhkan, maka pemidanaan karena fitnah tidak mungkin.

yat (2) berbunyi “Jika dia dengan putusan hakim yang menjadi tetap dibebaskan dari hal yang dituduhkan, maka putusan itu dipandang sebagai bukti sempurna bahwa hal yang dituduhkan tidak benar.

yat (3) berbunyi “Jika terhadap yang dihina telah dimulai penuntutan pidana karena hal yang dituduhkan padanya, maka penuntutan karena fitnah

(44)

dihentikan sampai mendapat putusan yang menjadi tetap tentang hal yang dituduhkan.45

10. Pasal 315 KUHP

Dalam pasal ini mengatur tentang penghinaan ringan, yang berbunyi

“Tiap-tiap penghnaan dengan sengaja yang tidak bersifat pencemaran atau pencemaran tertulis yang dilakukan terhadap seseorang, baik dimuka umum dengan lisan atau tulisan, maupun di muka orang itu sendiri dengan lisan atau perbuatan, atau dengan surat yang dikirimkan atau diterimakan kepadanya, diancam karena penghinaan ringan dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Pasal ini menjelaskan bila penghinaan itu dilakukan dengan jalan

“menuduh suatu perbuatan” terhadap seseorang masuk dalam pasal 310 atau 311.

pabila dengan jalan lain, misalnya dengan mengatakan : “anjing, asu, sundel, bajingan”,dsb masuk pasal 315 yang dinamakan penghinaan ringan (eenvoudige belediging). Supaya dapat dihukum kata-kata penghinaan itu baik lisan maupun tulisan, harus dilakukan ditempat umum meskipun pihak yang dihina tidak berada disitu, namun jika penghinaan itu tidak dilakukan ditempat umum, maka supaya dapat dihukum, (a)dengan lisan atau perbuatan, maka orang yang dihina itu harus ada disitu melihat dan mendengar sendir ; (b)bila dengan suratt (tulisan), maka surat itu harus disampaikan kepada yang dihina.46

45 Ibid, Halaman 126

46 R.Soesilo, OpCit, Hal 228

(45)

37

11. Pasal 316 KUHP

Pidana yang ditentukan dalam pasal-pasal sebelumnya dalam bab ini, dapat ditambah dengan sepertiga jika yang dihina adalah seorang pejabat pada waktu atau karena menjalankan tugasnya yang sah. Pasal ini menerangkan supaya ancaman hukuman dapat ditambah dengan sepertiganya, maka kejahatan tersebut dalam pasal 310 – 315 diatas harus dilakukan terhadap seorang pegawai negeri pada waktu menjalankan tugasnya yang sah, misalnya Agen Polisi sedang meronda, dsb.47

12. Pasal 317 KUHP

Pasal ini memuat aturan, dimana ayat (1) berbunyi “Barangsiapa dengan sengaja mengajukan pengaduan atau pemberitahuan palsu kepada penguasa, baik secara tertulis maupun untuk dituliskan, tentang seseorang sehingga kehormatan atau nama baiknya terserang, diancam karena melakukan pengaduan fitnah, dengan pidana penjara paling lama empat tahun, (2) penjatuhan hak-hak berdasarkan pasal 35 No, 1-3 dapat dijatuhkan.

Perbuatan yang dimaksudkan dalam pasal ini dinamakan “mengadu secara memfitnah”. Bahwa orang itu harus mengetahui benar-benar, bahwa apa yang dilakukan itu tidak benar; sedang pengaduan itu akan menyerang kehormatan dan nama baik yang diadukan itu. Pengaduan atau pemberitahuan yang keliru (tidak sengaja) tidak dihukum.48

47 Ibid, Halaman 229

48 Ibid,

(46)

13. Pasal 318 KUHP

Dalam pasal ini memuat aturan, ayat (1) berbunyi “Barangsiapa dengan sesuatu perbuatan sengaja, menimbulkan secara palsu persangkaan terhadap seseorang bahwa dia melakukan suatu perbuatan pidana, diancam karena menimbulkan persangkaan palsu, dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

(2)Pencabutan hak-hak berdasarkan pasal 35 No.1-3 dapat dijatuhkan.

kejahatan ini dinamakan “tuduhan memfitnah”(lasterlijke verdachtmaking). Contoh praktek dalam pasal ini banyak terjadi misalnya dengan diam-diam menaruh barang asal dari curian, didalam rumah orang lain, agar supaya orang ini bila kedapatan barang itu dirumahnya, akan dituduh melakukan pencurian, yang sebenarnya dia tidak mencuri.49

14. Pasal 319 KUHP

Pasal ini mengatur bahwa penghinaan yang diancam dengan pidana menurut bab ini,tidak dituntut jika tidak ada pengaduan dari orang yang terkena kejahatan itu, kecuali berdasarkan pasal 316.

Pasal ini menjelaskan bahwa semua kejahatan (penghinaan) tersebut dalam pasal 310-321 ini adalah delik aduan, kecuali apabila dilakukan tehadap pegawai negeri yang sedang melakukan tugasnya yang sah, untuk penuntutannya tidak perlu dibutuhkan suatu pengaduan dari orang yang menderita (bukan delik aduan). Dalam prakteknya adalah lebih baik, meskipun penghinaan itu dilakukan

49 Ibid, Hal 230

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar 6 ditunjukkan plot PNLT untuk pesawat C, rata-rata tiap plot PNLT tiap pesawat memiliki bentuk yang hampir sama dan tidak ada satupun sampel pesawat C yang

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus karena kasih serta tuntunan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Bahwa Permohonan PK beserta Memori PK (Peninjauan Kembali) ini diajukan dengan dasar bahwa Pemohon PK telah menerima Relas Pemberitahuan Isi Putusan Mahkamah

Bahwa alasan-alasan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali dalam perkara a quo yaitu tidak dapat diterimanya permohonan banding Pemohon Banding (sekarang Pemohon Peninjauan

[r]

Bahwa alasan-alasan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali dalam perkara a quo yaitu ditolaknya permohonan gugatan Penggugat (sekarang Pemohon Peninjauan Kembali) terhadap

Kalibrasi efisiensi dilakukan dengan cara melakukan pencacahan terhadap sumber standar tanah dengan kandungan radionuklida alam dan sumber standar tanah dengan kandungan

Sesudah dilakukan proses rekonstruksi citra menggunakan software koreksi_ortho.exe dan DEM-SRTM didapat nilai RMS terjadi perubahan hal ini disebabkan karena