• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III: DATA DAN ANALISA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III: DATA DAN ANALISA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III: DATA DAN ANALISA

3.1. Data Fisik dan Non Fisik

1.1.1. Data Fisik

Letak Geografis

Jakarta Selatan terletak pada 106’22’42 Bujur Timur (BT) s.d. 106’58’18 BT, dan 5’19’12 Lintang Selatan (LS). Luas Wilayah sesuai dengan Keputusan Gubernur KDKI Nomor 1815 tahun 1989 adalah 145,37 km2 atau 22,41% dari luas DKI Jakarta.

Topografi

Topografi Wilayah Jakarta Selatan pada umumnya dapat dikategorikan sebagai daerah perbukitan rendah dengan tingkat kemiringan 0,25%. Ketinggian tanah rata- rata mencapai 5-50 meter di atas permukaan laut. Pada wilayah bagian selatan, banjir kanal relatif merupakan daerah perbukitan jika dibandingkan dengan wilayah bagian utara.

Iklim

Jakarta Selatan beriklim panas dengan suhu rata-rata pertahun 27°C dengan tingkat

kelembapan berkisar antara 80-90%. Arah angin dipengaruhi angin Muson Barat

terutama pada bulan Mei-Oktober.

(2)

Data Tapak

Gambar 3. 1 Lokasi Tapak Google Maps Sumber : Google maps

• Pemilik, Jenis dan pelayanan Rumah Sakit

o Pemilik : Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta o Nama Rumah Sakit : RS Jakarta Selatan

o Kelas : B

o Sasaran Pelayanan : Masyarakat DKI Jakarta dan sekitarnya

• Data Teknis

o Lokasi Tanah adalah di Jalan TB simatupang / Jalan Harsono RM No.1.

o Kelurahan : Ragunan o Kecamatan : Pasar Minggu

• Kota Administrasi : Jakarta Selatan

• Provinsi : DKI Jakarta

o Luas Tanah : 25.087 m2

o Daerah Perencanaan (DP) : 21.211 m2 o Koefisien Dasar Bangunan dari DP : 20%

o Koefisien Lantai Bangunan : 3

o Lapis Bangunan Maksimum : 24 lantai

U

(3)

• Batas-batas Lahan

o Utara : JL.TB.Simatupang o Selatan : BUPERTA Ragunan o Timur : UPT Balai Benih Induk o Barat : Kali, Permukiman Warga

• Kondisi existing : terdapat bangunan-bangunan yang akan dibongkar

• Elevasi tapak existing : berkontur, semakin menurun ke arah batas barat (kali).

• Bangunan

o Jumlah Lantai Podium : 3 lantai o Jumlah Lantai Tower / Tipikal : 8 lantai

o Jumlah Kebutuhan Tempat Tidur Rawat Inap : 432 tempat tidur

• Jumlah Tempat Tidur per Kamar : 4 tempat tidur ( standar )

• Fasilitas parkir ( dapat diusulkan gedung parkir atau sebagian basement  ) o Jumlah Kendaraan Roda 4 : 300 mobil

o Jumlah Kendaraan Roda 2 : 500 motor

• Gedung Penunjang ( utilitas ) o GENSET

o R.Pompa o R.Travo o STP

o dll. yang diperlukan

• Fasilitas : o Masjid

o Ruang Serbaguna

o Ramp Darurat ( setiap lantai ).

o Restaurant / FoodCourt / Kantin o ATM  Center  

o Rental  Space/retail  

o Ruang IT

(4)

1.1.2. Data Non Fisik

Terlihat bahwa Wilayah Kota Adminstrasi Jakarta Selatan belum mempunyai RSUD sebagai pelayanan masyarakat dibidang kesehatan.

Karakteristik Wilayah Kota Administrasi Jakarta selatan :

• Luas sekitar ± 145,73 km2 merupakan wilayah terluas kedua di Provinsi DKI Jakarta setelah Jakarta Timur.

• Jumlah penduduk sekitar yang sudah cukup padat yaitu sekitar ± 2.057.080 jiwa, merupakan jumlah penduduk terbanyak ketiga di Provinsi DKI Jakarta setelah Jakarta Timur dan Jakarta Barat, dan akan terus bertambah sejalan dengan pembangunan perumahan dan infrastruktur lainnya.

Hal tersebut di atas merupakan pertimbangan awal bahwa Wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan perlu dibangun fasilitas kesehatan berupa Rumah Sakit Daerah, ditambah dengan pertimbangan-pertimbangan lain seperti:

• Kebutuhan masyarakat Wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan akan akses pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau untuk lapisan menengah bawah yang berjumlah sekitar ± 171.568 jiwa.

• Sudah terjadi overload pada Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta yang berdekatan dengan Wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan, seperti RSUD Pasar Rebo.

• Pemenuhan Rasio Fasilitas Kesehatan dan Populasi untuk melihat kecukupan sarana yang tersedia di masyarakat seperti rasio tempat tidur rumah sakit dan populasi dimana untuk Wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan yang berpenduduk sekitar ± 2. 057.080 jiwa menurut Rasio WHO 1 : 500 harus mempunyai 4.115 tempat tidur dimana saat ini dari rumah sakit- rumah sakit yang ada di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan baru tersedia sekitar ± 3.250 tempat tidur sehingga masih dibutuhkan sekitar ± 865 tempat tidur.

Wilayah  Jakarta  Selatan  menempati  hampir  21,8  %  (  4089  )  jumlah  tempat  tidur  yang  ada,  

(5)

yang terbagi  atas:  

• 85%  tempat  tidur  rumah  sakit  umum.

• 15%  tempat  tidur  Rumah  Sakit  Khusus  bersalin.

Demikian   pula   gambaran   distribusi   tempat   tidur   rumah   sakit   dan   rumah   bersalin   pada   keempat  wilayah yang  rata-­‐rata  72,7%  adalah  tempat  tidur  rumah  sakit  dan  sisanya  tempat   tidur  rumah  bersalin  (  tahun 2010  ).  

Tabel 1 Jumlah Pertumbuhan Tempat Tidur Pada Rumah Sakit Umum Daerah Di DKI Jakarta  

(6)

3.2. Analisa Non Fisik

3.2.1. Analisa Penguna Bangunan

Bangunan ini adalah bangunan rumah sakit umum daerah Jakarta Selatan sehingga pengguna bangunan terdiri dari beberapa jenis yaitu:

1. Perugas/karyawan rumah sakiit : petugas/karyawan rumah sakit adalah setiap orang yang bekerja di rumah sakit. Berdasarkan fungsinya petugas dibagi menjadi :

a. Direksi/karyawan b. Petugas medis c. Petugas non medis

2. Pasien : pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di rumah sakit serta mendapatkan perawatan di rumah sakit.

3. Pengunjung / keluarga pasien : adalah setiap orang yang datang ke rumah

sakit hanya untuk berkunjung dalam waktu singkat atau menemani

keluarganya saat mendapat pelayanan kesehatan dari rumah sakit.

(7)

3.2.2. Analisa aktifitas pengguna dalam bangunan 1. Pasien

Bagan 1 Aktifitas Pasien

DATANG

ENTRANCE

MEMARKIR KENDARAAN /DENGAN KENDARAAN UMUM

PARKIR

MEMASUKI R. IGD

ENTRANCE IGD

DITANGANI PETUGAS

ENTRANCE IGD

PENGURUSAN ADMINISTRASI

R.PENDAFTARAN DAN KASIR

PULANG IGD

MEMASUKI BAGIAN

HALL/LOBBI

PENDAFTARAN RAWAT

R.PENDAFTARAN

PERAWATAN

R.RAWAT INAP

PULANG

RAWAT INAP

MEMASUKI BAGIAN

HALL/LOBBI

PENDAFTARAN

R.PENDAFTARAN

PELAYANAN Dr

R.POLI MASING-MASING

PULA NG

RAWAT JALAN

PEMBELIAN OBAT

R.FARMASI

PEMBAYARAN

KASIR

(8)

2. Petugas dan karyawan rumah sakit

Bagan 2 Petugas Aktifitas

3. Pengunjung

Bagan 3 Pengunjung Aktifitas DATANG

ENTRANCE

MEMARKIR KENDARAAN

PARKIR

MEMASUKI BAGIAN

HALL/LOBBY

PULANG

BEKERJA

R.KERJA MASING 2

DATANG

ENTRANCE

MEMARKIR KENDARAAN

PARKIR

MEMASUKI BAGIAN YANG DITUJU

HALL/LOBBY, R. INAP, R. ADMIN, DLL

PULANG

(9)

3.3. Analisa Fisik

3.3.1. Ruang dan Bangunan Sekitar

Gambar 3. 2 Ruang dan Bangunan Sekitar

U

Jalan utama di depan tapak Pusat penangkaran bibit

Halte busway

Peumahan warga samping tapak

Peumahan warga samping tapak

Bumi Perkemahan Ragunan Universitas Nasional

Departement Pertanian

(10)

Potensi

• Bangunan tinggi sekitar tapak menjadi daya tarik untuk dilihat orang, sehingga rancangan rumah sakit ini dapat menjadi perhatian orang yang melintas di jalan utama karena rancangan rumah sakit ini memiliki ketingian diatas 4 lantai.

• Pembuatan RSUD ini dapat menjadi main gate dari kawasan Ragunan karena di sisi sebelah timur ( gedung kementrian pertanian ) sudah ada bangunan high rise lainnya sehingga bangunan RSUD ini dapat menjadi gerbang kawasan Ragunan.

• Terbentuknya skyline dari kawsan tersebut dari ketinggian bangunan tersebut Permasalahan

• Ketinggian bangunan pada kawsan tersebut tidak beraturan.

• Tidak teraturnya garis horizon atau skyline dari kawasan tersebut.

• Tata guna lahan pada kawsan tersebut tidak tertata dengan baik.

Solusi

• Mengatur tata guna lahan pada kawsan tersebut agar beraturan dan memiliki irama.

• Pembuatan bangunan yang setara dengan ketinggian highrise lainnya dan di atur sehingga memiliki sky line kawasan tersebut.

Kementrian RSUD Penangkaran Perumahan

(11)

Gambar 3. 3 Skyline Kawasan

3.3.2. View Tapak Luar dan Dalam

Gambar 3. 4 View Tapak Luar dan Dalam

U

VIEW LUAR TAPAK

VIEW DALAM TAPAK

(12)

Potensi

• View keluar tapak merupakan potensi karena di depan tapak merupakan jalan utama yang dilalui banyak orang yang sering melihat ke arah tapak.

• Pembuatan bangunan fasilitas umum yang fungsional dan estetis sehingga banyak orang yang berobat ke RSUD ini karena dari bentuk bangunannya dan dari pelayanananya.

Permasalahan

• Pada jam kerja di depan tapak merupakan salah satu jalan yang sangat macet sekali.

Solusi

• Penataan ruang luar pada tapak sehingga tapak tertata rapih dan mempunyai view yang baik.

• Mengatur zoning dalam tapak sehingga tapak teratur dan mempunyai view ke dalam tapak yang baik.

3.3.3. Orientasi Matahari

Gambar 3. 5 Orientasi Matahari

U

(13)

Potensi

• Cahaya matahari yang masuk ke dalam site dapat diolah sebagai sumber cahaya alami.

• Mengolah cahaya matahari di bagian barat karena sangat panas.

• Mengolah cahaya matahari di bagian timur yang merupakan sumber cahaya yang sehat.

• Pengolahan cahaya matahari dapat di gunakan sebagai salah satu faktor untuk penyembuhan pasien.

Permaslahan

• Bangunan yang menghadap ke barat harus di beri buffer berupa vegetasi dan sebagainya agar tidak terlalu panas.

• Bagian barat harus mendapat perhatian khusus terutama di segi penghawaannya.

Solusi

• Sisi bangunan sebelah barat dapat diolah agar mendapat penghawaan yang baik agar tidak terlalu panas dengan sun screen atau solar shading agar bangunan dapat menghasilkan energi.

• Penggunaan material yang dapat menghemat energi terutama untuk menghemat pencahayaan dan memasukan cahaya alami ke dalam bangunan.

• Membuat banyak bukaan untuk memasukan cahaya alami ke dalam bangunan agar dapat mengehemat cahaya lampu.

Gambar 3. 6 Solar Shading

(14)

3.3.4. Arah Angin

Gambar 3. 7 Arah Angin

Potensi

• Udara yang masuk ke dalam site daat diolah sebagai sumber penghawaan ke dalam bangunan agar tidak terlalu panas.

• Udara yang masuk harus ditangkap atau diolah terlebih dahulu agar masuk ke dalam tapak.

Permasalahan

• Udara yang masuk ke tapak sangat sedikit karena perbatasan tapak terdapat perumahan dan bangunan lain yang mengapit tapak.

• Udara yang masuk ke dalam tapak lebih di dominasi dari arah jalan raya utama.

Solusi

• Udara atau angin yang masuk langsung ditangkap oleh bangunan karena letaknya yang di depan dengan cara pembuatan ventilasi silang agar udara mengalir lambat di dalam bangunan dan akan membuat sejuk di dalam bangunan.

• Pembuatan banyak ventilasi pada bangunan ini sebagai salah satu untuk membuat bangunan tidak terlalu panas karena radiasi matahari.

U

(15)

Gambar 3. 8 Ventilasi Silang

3.3.5. Kebisingan

Gambar 3. 9 Sumber Kebisingan

Gambar 3. 10 Kebisingan

Permasalahan

• Intensitas kendaraan yang melalui jalur utama menimbulkan kebisingan yang sangat tinggi terutama di jam kerja dan jam pulang kerja.

• Kebisingan juga karena di depan tapak ada jalan tol yang berisik karena kecepatan kendaraan yang tinggi.

U

(16)

Solusi

• Memberikan buffer pada kawasan yang mendapatkan kebisingan tertinggi.

• Penzoningan yang tepat. Area public harus berada di tempat yang mendapatkan kebisingan tertinggi.

• Membuat lanskap pada area yang terdaat kebisingan tertinggi untuk mengatasi kebisingan tersebut.

• Pemilihan bahan meterial yang dapat meredam kebisingan atau membuat dinding akustik agar suara bising tersebut sedikit berkurang.

3.4. Konsep Zoning

Pembagian zoning pada RSUD ini yang akan dirancang nantinya akan dibagi menjadi 2 yaitu :

• zoning berdasarkan atas penyakit infeksi, menular berbahaya dan area non infeksi.

• Pembagian menurut jenis pelayanananya yaitu akses umum pasien dan pengunjung dan area khusus staf dan karyawan.

Selain itu peletakan zoning dan massa bangunan di perhitungkan atas permasalahan dari analisa tapak seperti:

• Orientasi matahari

• Arah angin

• Akses utama menuju tapak

• View

• Kebisingan, dll

Sehingga tercapainya rancangan desain rumah sakit RSUD yang dapat mengatasi

persoalan atas analisa tapak dan tercapainya tujuan dari rancangan yang medasari

persoalan latar belakang yang bertema Healing environment.

Referensi

Dokumen terkait

1) Tingkat terendah dalam pemahaman adalah pemahaman terjemah, yang dimulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya, misalnya mengartikan.. Bhineka Tunggal Ika.

Peribahasa yang sesuai atau berkaitan dengan perilaku budak lelaki dalam gambar ialah.... Abang menjadi __________ kepada

Hasil penelitian yang diperoleh dari 40 penelitian terhadap tes kemahiran membaca cepat siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 4 Tanjungpinang Tahun Pelajaran

Pada pemanasan BCCO dengan memakai oksigen memperlihatkan bahwa kristalisasi senyawa BaCuO 2 yang terjadi lebih baik dibandingkan kristalisasi senyawa BaCuO 2 pada

Prasasti mempunyai sifat resmi sebagai suatu keputusan atau perintah yang diturunkan oleh seorang raja atau penguasa, sehingga dalam penulisannya ada aturan- aturan penulisan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) keberhasilan dari penggunaan model pembelajaran penemuan terbimbing dalam mata pelajaran

Untuk mendapatkan jarak pupil pada penglihatan jauh dapat dilakukan dengan cara yang sama, namun pasien memfiksasikan penglihatannya pada objek yang jauh.. Selain itu jarak pupil

47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dapat menjadi dasar kebijaksanaan dalam upaya menjaga pemanfaatan dan pengelolaan danau dan waduk yang tetap