• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Central Business District (CBD)

Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial serta kegiatan ekonomi. Salah satu sarana di perkotaan adalah CBD yang terletak di pusat kota dengan berbagai fasilitas kota serta jalur sirkulasi utama yang memudahkan pengguna keluar dan masuk kawasan CBD. Kawasan CBD mempunyai karakteristik sebagai area perdagangan utama yang komersial dengan banyak bangunan-bangunan fasilitas umum seperti tempat beribadah, pertokoan, perkantoran, hotel atau penginapan. Selain itu, dalam kawasan CBD juga terdapat tempat rekreasi, alun-alun kota, pedestrian dan area parkir yang luas. Lanskap sebagai bagian dari kawasan CBD mempunyai keterikatan dan peranan yang besar untuk mendukung segala aktivitas yang berlangsung di dalam kawasan ini. Kehadiran lanskap pada suatu kawasan CBD disamping mendukung aktivitas juga dapat memenuhi kebutuhan rekreasi bagi masyarakat di sekitarnya. Menurut Simonds (1983), lanskap pada kawasan CBD biasanya terdiri dari tiga bagian yaitu: 1) Daerah untuk pejalan kaki, 2) Jalur sirkulasi, dan 3) Ruang terbuka, dimana ruang terbuka dibagi menjadi dua yakni:

1) Ruang terbangun dan 2) Ruang terbuka hijau.

2.2 Fungsi Ekologis Tanaman dalam Lanskap

(Soemarwoto, 1994) mengartikan ekologi sebagai ilmu tentang hubungan timbal balik makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya. Pada penelitian Harti (2004), menjelaskan bahwa secara umum pengaruh komponen vegetasi akan memberikan pengaruh secara signifikan terhadap penurunan suhu udara sekitarnya apabila lingkungan memiliki vegetasi yang rapat dan padat, sedangkan untuk lingkungan dengan dominasi perkerasan dan tanah serta aktivitas kendaraan yang ramai menyebabkan kondisi selang suhu lingkungan memiliki sebaran suhu

(2)

udara tinggi. Tanaman sebagai salah satu ruang luar yang utama dapat difungsikan untuk merakayasa lingkungan sehingga dapat menyamankan gedung, mereduksi kebisingan di sekitar sumber bunyi, mengurangi pencemaran udara sekitarnya, mengarahkan sirkulasi dan melembutkan lingkungan luar (Nurisjah dan Pramukanto, 1995). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan tanaman memberikan kenyamanan dengan perbaikan iklim mikro.

Menurut Robinette (1993), vegetasi dapat mengontrol pengaruh sinar matahari dengan cara : (1) Menyaring radiasi langsung dari sinar matahari, (2) Permukaan tanah mengalami perbedaan suhu setiap saat tergantung radiasi panas yang diterimanya pada permukaan yang berbeda, (3) Melalui penahan radiasi matahari secara keseluruhan, (4) Melalui radiasi yang dipantulkan. Maka dengan pengaturan sinar matahari yang datang dapat memberikan rasa nyaman bagi pengguna tapak dan tidak memberikan efek silau jika sinar matahari terpantul oleh perkerasan pada area CBD, yang pada umumnya banyak perkerasan dan bangunan. Terdapat suatu perbandingan radiasi yang dipantulkan oleh suatu benda dengan radiasi yang datang pada benda tersebut dalam (%) disebut albedo.

Tabel 1 Nilai Albedo untuk Vegetasi dan Perkerasan

Vegetasi Albedo (%)

Rumput 20-30

Padang Rumput 10-30

Lapangan Hijau 3-15

Vegetasi Berkayu 5-20

Hutan Semak 10-20

Hutan Pohon Berjarum 5-16

Hutan Rawa 12

Perkerasan

Aspal 5-15

Beton 10-50

Batubata 20-50

Batu 20-35

Atap Beraspal dan Kerikil 8-18

Genteng Atap 10-35

Atap Batu 10

Atap Ilalang 15-20

Besi Berombak 10-16

Cat Putih 50-90

Cat Merah, Cokelat, Hijau 20-35

Cat Hitam 2-15

Sumber: Brown dan Gillespie (1995)

Berdasarkan (Tabel 1) semakin terang warna suatu permukaan, semakin kering dan permukaan halus maka semakin besar nilai albedonya. Hal sebaliknya terjadi bila permukaan banyak mengandung uap air, berwarna gelap dan

(3)

permukaan kasar atau bergelombang maka makin kecil nilai albedo, yang menandakan indikator radiasi banyak mengalami absorpsi atau penyerapan. Pada permukaan tanaman mempunyai nilai albedo yang rendah. Hal tersebut menandakan bahwa tanaman dapat menyerap radiasi dengan baik.

2.3 Modifikasi Angin dalam Lanskap

Angin adalah elemen mikroklimat yang dapat dimodifikasi secara signifikan oleh komponen lanskap dan juga berpengaruh kuat terhadap kenyamanan suhu manusia, pemakaian energi pada bangunan atau gedung serta banyak lagi lainnya dalam lanskap (Brown dan Gillespie, 1995). Angin mempunyai suatu karakteristik diantaranya adalah : (1) Bergerak dari area bertekanan tinggi ke area bertekanan rendah, (2) Hampir semua kandungan dari angin adalah gas, maka normalnya angin tidak dapat dilihat, (3) Jika kelembaban udara lebih kering dari kulit manusia maka sejumlah angin akan berevaporasi dari kulit dan angin akan masuk ke dalam kulit yang akan menimbulkan efek sejuk, (4) Jika suhu udara lebih dingin dari suhu kulit manusia maka panas akan dipindahkan ke udara dan kulit akan terasa lebih dingin.

Menurut Geiger dalam Brown dan Gillespie (1995), banyak objek lanskap yang dapat mempengaruhi angin, pengaruhnya berupa : (1) Mengurangi kecepatan angin, (2) mengalihkan arah angin, dan (3) meningkatkan kecepatan angin.

Sedangkan menurut Brooks (1988), vegetasi dapat mengontrol atau memodifikasi angin dengan cara menghalangi, memecah, mengalihkan, dan mengarahkan.

Gambar 2 Diagram Kecepatan Angin dengan Pohon

(Sumber: Geiger dalam Brown dan Gillespie, 1995)

(4)

Berdasarkan ilustrasi tersebut dapat dikatakan bahwa beberapa molekul angin naik ke atas melewati pohon, lewat diantara daun dan ranting, kemudian terhenti oleh pohon. Menurut Dahlan (1992), agar tanaman dapat berfungsi sebagai penahan angin yang baik diperlukan beberapa syarat, diantaranya: (1) Memiliki dahan yang kuat dan cukup lentur, (2) Daunnya tidak mudah gugur oleh terpaan angin, (3) Tajuk tidak terlalu rapat dan terlalu jarang, (4) Kerapatan ideal 75% - 85%, (5) Tinggi tanaman harus cukup, (6) Jalur tanaman yang cukup tebal agar dapat menahan angin dengan baik, (7) Mempunyai perakaran yang kuat, banyak serta masuk ke dalam tanah, (8) Mempunyai daerah cabang yang cukup rendah sehingga angin tidak dapat menerobos dari bawah. Menurut Grey dan Denekke (1978), vegetasi dapat mengontrol angin dengan kriteria sebagai berikut;

morfologi daun (tebal, bentuk jarum) dan jarak tanam yang rapat. Karena itu pohon merupakan elemen lanskap yang paling efektif dalam memodifikasi kecepatan dan arah angin dibandingkan elemen lainnya. Elemen lain tersebut dapat diilustrasikan dengan tembok yang berketinggian 2m dari tanah yang disajikan dalam diagram pada Gambar 3.

Gambar 3 Diagram Kecepatan Angin dengan Dinding

(Sumber: Geiger dalam Brown dan Gillespie, 1995)

Berdasarkan ilustrasi di atas, tembok merupakan barrier yang bersifat impermeable. Ketika itu, pola kecepatan angin yang datang membentuk suatu area kecil dari penurunan kecepatan angin tetapi jarak penurunannya terlalu luas (Geiger dalam Brown dan Gillespie, 1995). Pada area perkotaan ketinggian gedung-gedung dapat menahan angin dengan pergerakan angin yang lebih cepat pada level yang tinggi dan mengarahkannya ke permukaan tanah. Angin ini

(5)

menjadi sangat tidak menyenangkan karena dekat dengan pintu masuk gedung dan mengakibatkan tingginya suhu dingin di pedestrian saat musim dingin. Salah satu solusi yang mungkin dalam masalah ini adalah dengan membelokkan angin sebelum sampai ke permukaan tanah (Geiger dalam Brown dan Gillespie, 1995).

2.4 Modifikasi Radiasi Matahari dalam Lanskap

Radiasi merupakan perpindahan energi berupa rambatan gelombang elektromagnetik tanpa membutuhkan medium perantara. Matahari adalah sumber energi utama bagi atmosfer, lautan, dan semua benda hidup yang ada di bumi (Turyanti dan Effendy, 2006). Menurut Brown dan Gillespie (1995), radiasi melintas dalam garis lurus, garis pararel dan tidak bergelombang sampai radiasi tersebut ditangkap atau dipantulkan oleh suatu benda. Radiasi matahari langsung yang melintas dalam garis pararel lurus dan dapat membentuk bayangan yang dapat diprediksi, terlihat dalam Gambar 4.

Gambar 4 Radiasi Matahari Membentuk Garis Lurus (Sumber: Brown dan Gillespie, 1995)

Terdapat neraca radiasi matahari yang menerangkan bahwa, dari 100%

radiasi matahari yang datang hanya 46% yang sampai secara langsung ke permukaan bumi, 6% yang dipantulkan permukaan, 19% diserap udara (uap air, debu, ozon), 4% diserap awan, 17% dipantulkan awan dan 8% dipantulkan oleh

(6)

udara. (Turyanti dan Effendy, 2006). Neraca radiasi matahari disajikan dalam Gambar 5.

Gambar 5 Neraca Radiasi Matahari

(Sumber: Turyanti dan Effendy, 2006)

Gambar 6 menerangkan mengenai bayangan yang terbentuk dari pohon berdaun lebat yang mengandung sangat sedikit radiasi cahaya tampak dan banyak mengandung radiasi cahaya inframerah yang bermanfaat dalam input energy budget. Hal ini terjadi karena daun banyak menyerap dan menggunakan cahaya tampak untuk pertumbuhannya tetapi banyak memantulkan dan meneruskan cahaya inframerah yang tidak dibutuhkannya (Brown dan Gillespie, 1995).

Gambar 6 Radiasi Cahaya Tampak dan Inframerah (Sumber: Brown dan Gillespie, 1995)

(7)

Menurut Dahlan (1992), suhu udara pada area pepohonan lebih nyaman daripada daerah yang tidak ditumbuhi tanaman. Karena daun dapat memantulkan sinar infra merah sebesar 70% dan cahaya tampak sekitar 6% - 12%. Cahaya hijau adalah cahaya tampak yang paling banyak dipantulkan oleh daun yakni sebesar 10% - 20%, tergantung dari warna daun dan morfologi daun. Sedangkan cahaya jingga dan merah adalah cahaya yang paling sedikit dipantulkan oleh daun yaitu 3% - 10%. Terdapat 70% cahaya yang masuk ke dalam jaringan mesofil yang akan diserap oleh kloroplas. Sinar Ultra-Violet paling sedikit dipantulkan oleh daun yakni sebesar 3%. Sinar yang diserap dengan baik oleh daun adalah sinar infra merah yakni sebesar 97%. Terdapat empat strategi dasar untuk mengontrol radiasi matahari dengan menggunakan vegetasi yaitu dengan cara admission, menghalangi, menyerap, dan memantulkan. Vegetasi menghasilkan bayangan, menangkap dan menyerap 60% - 90% radiasi matahari yang datang. Karena itu suhu permukaan tanah yang ternaungi vegetasi dapat dikurangi dengan mudah oleh bayangan vegetasi tersebut (Brooks, 1988). Menurut Grey dan Denekke (1978), daun dapat menangkap, memantulkan, menyerap, dan meneruskan radiasi matahari yang dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Vegetasi Mengontrol Radiasi Matahari dan Memberikan Manfaat Kepada Manusia (Sumber: Grey dan Denekke,1978)

2.5 Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Berbagai fungsi yang terkait dengan keberadaan RTH (fungsi ekologis, sosial, ekonomi dan arsitektural) dan nilai estetika yang dimilikinya (obyek lingkungan) tidak hanya dapat meningkatkan kualitas lingkungan untuk

(8)

kelangsungan kehidupan perkotaan tetapi juga dapat menjadi nilai kebanggaan dan identitas kota. Untuk mendapatkan RTH yang fungsional dan estetik dalam suatu sistem perkotaan maka luas minimal, pola, struktur, bentuk dan distribusinya harus menjadi pertimbangan dalam membangun dan mengembangkan RTH kota (Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum). Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang- ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan tidak langsung, yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan.

Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu: (1) bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung), (2) bentuk RTH non alami atau RTH binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga, pemakaman).

Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasifikasi menjadi dua yaitu: (1) bentuk RTH kawasan, (2) bentuk RTH jalur. Berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasi menjadi lima:(1) RTH kawasan perdagangan, (2) RTH kawasan perindustrian, (3) RTH kawasan permukiman, (4) RTH kawasan pertanian, dan (5) RTH kawasan-kawasan khusus (Direktorat Jendral Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum

2.6 Evaluasi

Menurut Napisah (2009), evaluasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menelaah atau menduga hal-hal yang sudah diputuskan sehingga diketahui kelemahan dan kelebihan keputusan tersebut. Selanjutnya ditentukan langka-langkah alternatif perbaikan untuk mengurangi kelemahan tersebut.

Napisah juga menambahkan bahwa kegiatan evaluasi dilakukan berdasarkan suatu standar dengan diikuti pemberian saran untuk perbaikan dalam kegiatan selanjutnya. (Hidayah, 2010) Untuk keberhasilan evaluasi terdapat empat hal yang perlu dilakukan diantaranya desain data, pengumpulan data, analisis data, dan presentasi.

(9)

1. Desain data adalah pendefinisian dengan jelas mengenai tujuan evaluasi, pertanyaan apa yang harus dijawab, informasi apa yang dibutuhkan, bagaimana cara pengumpulannya, dan bagaimana menggunakan informasi tersebut.

2. Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi yagn benar dan akurat yang mendukung pencapaian hasil evaluasi harus dikumpulkan. Untuk itu, perlu diketahui apakah informasi tersebut memang tersedia dan bagaimana cara memperolehnya, siapa yang bertanggung jawab untuk melakukan wawancara dengan para karyawan kunci, meninjau kebijakan dan prosedur, dan memastikan bahwa data akan tersedia untuk diakses.

3. Informasi yang telah didapat dan dikumpulkan tidak memiliki arti apa-apa sepanjang belum dianalisis dan diinterpretasikan sehingga dapat menjadi bahan pendukung dalam membuat simpulan hasil evaluasi. Dengan analisis, evaluator akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkait.

4. Presentasi adalah pengidentifikasian temuan dan rekomendasi yang oleh evaluator perlu didiskusikan dengan pihak lain untuk mendapatkan masukan bagi perbaikan dan penyempurnaan hasil-hasil analisis.

Gambar

Gambar 2 Diagram Kecepatan Angin dengan Pohon
Gambar 3 Diagram Kecepatan Angin dengan Dinding
Gambar 5 Neraca Radiasi Matahari
Gambar 7 Vegetasi Mengontrol Radiasi Matahari dan Memberikan Manfaat   Kepada Manusia (Sumber: Grey dan Denekke,1978)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisistotal bakteri Vibro dan kepadatan koloni bakteri baik pada sedimen tanah maupun media air untuk kedua perlakuan berada kisaran yang belum

Natangsa surbakti S.H, M.Hum selaku Wakil Dekan I fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta dan juga selaku pembimbing II yang telah memberikan motivasi

Khalayak kita bisa berupa pengambil keputusan, atau orang yang dapat menolong untuk mempengaruhi pengambil keputusan.?. Khalayak Sasaran Pengambil Keputusan Pihak yang

Dalam sesi ini, kita akan mengajak peserta melakukan kegiatan berlatih melakukan framing semacam itu untuk mengemas isu anak yang lain.. Reframing

Hasil pengamatan terhadap perubahan tindakan yang diberikan pada siklus II, ternyata mengalami perubahan yang cukup berarti bagi siswa. Hasil pengamatan tersebut

Hasil penelitian ini diharapkan sistem informasi pengurusan formulir akademik untuk pengajuan izin belajar dan tinggal bagi mahasiswa asing di Indonesia studi kasus

Tidak demikian halnya pada awal abad 21, berdasarkan pengamatan melalui berbagai publikasi, arah pengembangan penelitian bahan magnet lebih terfokus pada rekayasa struktur

Bab III berisi tentang peribahasa bahasa Indonesia yang memiliki dan tidak memiliki arti yang mirip dengan peribahasa bahasa Jepang yang diterjemahkan. Dalam bab