MODUL 10
Mengemas Isu Anak
dengan Framing dan Reframing
TUJUAN
• Berlatih cara memberi makna (frame & reframe) pada isu tentang Anak. • Menerapkan keterampilan framing & reframing dalam rangka advokasi.
PERKIRAAN WAKTU
90 menit
PERLENGKAPAN
Buku KHA sejumlah peserta
BACAAN PENGANTAR UNTUK FASILITATOR
Latihan Mengemas Isu Anak dengan Framing dan Reframing
Seperti sudah diuraikan sebelumnya, sebuah isu merupakan persoalan yang menarik hanya bagi yang memihaknya. Bagi “pihak lain”, isu itu tak lebih dari angin lewat yang sama sekali tidak menarik, atau malah mungkin anca man yang ingin dihindari. Di modul ini akan dibahas bagaimana cara mengemas isu anak menjadi suatu sudut pandang yang memiliki “nilai jual” bagi legislatif maupun eksekutif. Dalam hal ini kita akan menggunakan framing dan reframing sebagai alat untuk melakukan pengemasan/pembingkaian.
Jika isu tentang anak tersebut dibawakan dalam sebuah forum di mana persoalan ini jarang menjadi wacana, maka daya jualnya akan rendah. Maka diperlukan upaya mengemas persoalan anak ini agar menjadi lebih cantik lagi.
Pembingkaian akan menggunakan metode framing, kemudian diikuti dengan reframing sebagai cara membingkai ulang suatu keberatan dari pihak lain.
• Agreement Frame
“Telah kita ketahui bersama bahwa Indonesia sudah meratifikasi Konvensi Hak Anak. Artinya, Negara Indonesia telah menyatakan kesediaannya untuk terikat secara yuridis dengan ketentuan-ketentuan di dalam konvensi tersebut, bahkan sudah dikeluarkan UUPA (Undang-undang Perlindungan Anak). Dengan demikian, hak anak untuk mendapatkan perlindungan merupakan amanah bagi kita semua untuk mendukungnya. Di level kabupaten, salah satu dukungan itu berupa diterbitkannya Peraturan Daerah yang sesuai situasi dan kondisi setempat.”
• Contrast Frame (untung-rugi, dll)
“Pengalaman di berbagai daerah membuktikan bahwa penggratisan biaya akta kelahiran akan meningkatkan kualitas “vital statistik” yang lebih akurat. Maka kabupaten akan mendapat manfaat berupa kemudahan perencanaan pembangunan, prediksi jumlah pemilih dalam Pilkada, dan sebagainya sehingga terhindar dari kerugian kesalahan proyeksi kebutuhan pembangunan.”
• As If Frame
“Kita semua pernah menjadi anak, atau memiliki anak, bisa dibayangkan bagaimana rasanya saat kita hendak mendaftar suatu sekolah atau institusi ternyata ditolak hanya karena kita tidak punya akta kelahiran. Saat mengurus hak waris ternyata kita pun gagal karena tidak ada bukti tertulis nasab-nya” • Outcome Frame
“Tentunya kita semua di sini dengan tujuan sa ma, hendak memberikan yang terbaik bagi kabupaten/kota dan negara kita. Kami hadir di sini ingin menyukseskan tujuan dibentuknya DPRD, yakni menjadi perwakilan suara rakyat yang diwakilinya. Kami tahu sulit bagi Bapak Ibu semuanya untuk bisa menjaring seluruh aspirasi masyarakat secara langsung, maka kami datang ke sini untuk membantu memberikan informasi ….”
“Tentunya jelas bahwa tujuan Tuhan memberikan anak kepada kita adalah untuk dirawat dan dilindungi agar supaya selamat hingga mereka dewasa dan bisa berguna bagi masyarakat. Jadi jelas bahwa tujuan melindungi anak bukan hanya menerbitkan UU, namun merupakan amanah Tuhan.”
• Frame Lain (misalnya Frame Orang Tua dan Anak – kasus di Lombok)
Kami hadir ke sini -di ruang DPRD- adalah sebagai seorang anak yang ingin mengadu dan minta bantuan pada orang tuanya sendiri -para anggota dewan, para Tuan Guru- yang kami hor mati. Sebagai seorang anak tentunya kami ...” Contoh di atas dapat diganti dengan kalimat lain sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Dalam sesi ini, kita akan mengajak peserta melakukan kegiatan berlatih melakukan framing semacam itu untuk mengemas isu anak yang lain. Reframing dan Keberatan
Sudah disinggung dalam sesi sebelumnya, manfaat utama reframing dalam pelatihan ini adalah untuk menangani keberatan. Sebuah keberatan umumnya dikemukakan oleh pihak lain saat menanggapi ‘proposal’ kita, dan di balik setiap keberatan itu ada framing-nya juga, meskipun tanpa disadari oleh si pelaku.
Frame itu saat berhasil kita singkapkan akan mengungkapkan intensi (maksud) baik dari si pelaku. Perlu ditekankan di sini, menurut NLP, di balik suatu keberatan, biasanya akan ada intensi positif dari si pelaku.
Contoh: Isu :
Akta Kelahiran Harus Gratis Sesuai Amanah UUPA Keberatan yang muncul, misalnya:
“Menggratiskan Akta akan mengurangi PAD.” Frame (dari lawan):
Contras Frame dari sisi PAD (cost benefit – contras frame) Intensi positifnya adalah:
Pembicara (pihak lain) ingin mempertahankan PAD, bukan tidak setuju akta digratiskan.Context Reframing
Ubah kontek suatu hal, sehingga terjadi pergeseran makna semula menjadi berbeda diametral dalam konteks yang baru.
Penggratisan Akta Kelahiran akan menghasilkan suatu vital statistik yang jelas berguna bagi perencanaan pembangunan daerah dalam mengembangkan berbagai sektor penggalian sumber PAD. Selain itu akan memicu daya kreativitas PEMDA untuk menggali sumber PAD yang lain, bukan sekedar menarik dari orang yang tak berdaya.Content Reframing
Mengubah makna suatu peristiwa secara langsung, ditandai dengan kata “artinya”.
Keberanian suatu daerah melepaskan sumbangan PAD dari retribusi Akta Kelahiran artinya pemerintah dan DPRD betul-betul serius menanggapi aspirasi masyarakat yang diwakilinya.Ringkasan Alur Sesi
Topik Tujuan Alat Bantu Metode Waktu
1. Cipta Suasana
• Membangun suasana (state of mind). • Menjelaskan tujuan sesi.
- • Kisah • Ceramah
5” 2. Kasus Sungai
Berbuaya
• Mengenali pengaruh penggunaan framing dalam analisis suatu kasus. Lembar Kasus Flipchart • Studi Kasus 20” 3. Melatih framing untuk KHA
• Menerapkan pengetahuan framing untuk diterapkan dalam konteks isu Hak Anak.
Buku KHA • Praktak 30”
4. Melatih Reframing
• Menerapkan pengetahuan reframing untuk diterapkan dalam mengatasi keberatan.
• Praktak 30”
PROSES LENGKAP
No Kegiatan Keterangan
1 Cipta Suasana
• Berdiri di depan, ucapkan kalimat pembukaan yang positif, hangat, apresiatif, segar dan mantap.
• Ajukan beberapa pertanyaan sederhana untuk memancing partisipasi dan perhatian.
o Misalnya, “Sudah kebagian cofee break semuanya?” • Ceritakan dengan gaya berkisah cerita tentang Kisah Sungai
Berbuaya (Lampiran 1). 2 Kasus Sungai Berbuaya
• Peserta kembali dalam 4 kelompok. • Dibagikan kertas kasus pada tiap peserta.
• Minta mereka membaca kemudian mendiskusikan per kelompok mengenai pertanyaan ini:
o Dari kelima orang ini, buatlah urutan (rangking) berdasarkan siapakah yang paling bersalah. o Jelaskan mengapa urutan demikian?
• Hindari mengaitkan kasus ini dengan framing, agar peserta memperoleh “Aha” di akhir latihan.
Kisah ini boleh diganti, asalkan punya intisari sama: Perbedaan framing akan membedakan penilaian. 3 • Minta seorang peserta mewakili kelompok
mempresentasikan hasilnya, yakni urutan kesalahan dan alasan-alasannya.
• Beri kesempatan kelompok lain untuk menyanggah.
Di setiap sesi, upayakan peserta yang presentasi bukan selalu orang yang sama. 4 • Bahas hasil presentasi keempat kelompok tadi berdasarkan
framing apa yang dipakai?
o Religius: Nona dan Mata Satu yang paling bersalah. o Pertemanan: Pak Ogah yang paling bersalah. o Ekonomi: Nona yang paling bersalah, Mata Satu
Paling Benar.
o Intelektual: Iwan paling benar, Jaka paling salah. o Dan seterusnya. Bisa juga peserta diminta mencari berbagai framing yang lain.
5 • Peserta dipilah dalam 4 kelompok, masing-masing diberikan kertas flipchart.
• Berikan beberapa isu mengenai anak sesuai dengan lingkup Unicef:
o Penyederhanaan Pencatatan Kelahiran dan Penggratisan Akta Kelahiran.
o BPTA o ESKA
o Garam Yodium
o Ekploitasi anak di Media o Anak dan Hukum
o Manajemen Berbasis Sekolah o Kesehatan Ibu dan Anak o Dll.
• Minta tiap kelompok untuk merumuskan: o Apa framing-nya
o Ramalkan keberatan serta membuat reframing terhadap contoh yang diangkat.
Dengan tujuan agar pihak lain melihat untung dan ruginya secara jelas.
8 Diskusi dan kesimpulan
CATATAN
Kreativitas fasilitator dalam membuat framing sangat diperlukan di sesi ini.
Situasi dan kondisi setempat juga bisa menjadi dasar pembuatan framing, seperti framing “Orang Tua-Anak” sangat cocok di daerah Lombok (NTB), karenaLampiran
Kisah Sungai Berbuaya
Nona dan Jaka adalah sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta. Mereka tinggal di suatu daerah yang dipisahkan oleh sebuah sungai yang penuh dengan buaya ganas. Meskipun tempat tinggal mereka dipisahkan oleh sungai itu, na mun mereka dapat saling berkunjung menyeberangi sungai melalui jembatan kecil.
Pada suatu hari terjadi badai besar yang meruntuhkan dan menghanyutkan jembatan tersebut. Pasangan kekasih itu sangat menderita oleh karenanya. Lenyaplah satu-satunya cara untuk bertemu. Nona berdiri di tepi sungai setiap hari, menantikan terjadinya mu'jizat, hingga sebulan lamanya. Perasaannya sungguh gundah, mengapa kekasihnya –yang notabene adalah seorang laki-laki- kok sepertinya acuh dan tidak melakukan suatu upaya apapun. Pikirannya semakin kalut, memikirkan jangan-jangan kekasihnya telah mati ditelan gelombang badai itu.
Pada suatu hari, lewatlah Si Mata Satu seorang pelaut, berlayar di sepanjang sungai itu mendekati tempat tinggal Nona. Gadis itu berteriak-teriak memanggilnya dan meminta tolong mengantarkannya ke seberang sungai untuk menjumpai Jaka.
Si Mata Satu merasa gembira atas permintaan itu dan berkata: “Tentu saja! Saya akan dengan senang hati membawamu ke seberang, tetapi ada syaratnya, kau harus tidur denganku dulu”. Nona terkejut alang kepalang dan berlari menangis mendengar syarat yang diajukan Si Mata Satu. Dia belum pernah berhubungan sex dengan siapa pun. Dia memutuskan untuk meminta nasihat seorang sahabat paling dekatnya sejak kecil yang bernama Pak Ogah. Ternyata Pak Ogah bersikap acuh tak acuh dan dingin terhadap persoalan itu. Dia hanya berpangku tangan dan berkata kepada Nona: "Itu urusanmu, saya tidak ingin terlibat.”
Jawaban Pak Ogah yang begitu dingin membuat Nona berpikir berkali-kali mengenai masalah yang dihadapinya itu. Akhirnya dengan berat hati, Nona memutuskan untuk memenuhi tuntutan Si Mata Satu.
Ketika akhirnya Nona bertemu dengan Jaka pada esok harinya, lega sekaligus bingung perasaannya karena ternyata pacarnya sehat tanpa masalah apa pun. Akhirnya diceritakannya kepada Jaka semua yang telah terjadi dan bagaimana sulitnya dia berjuang untuk membuat keputusan ini.
Jaka sangat marah atas apa yang telah dilakukan oleh Nona dan dia mena mpar dan mengusir gadis itu supaya tidak kembali lagi. Gadis yang malang itu berlutut dan merangkul Jaka sambit menangis, memohon supaya Jaka tidak meninggalkannya, tetapi Jaka tidak menghiraukannya.
Dengan berlinang air mata, Nona pergi kepada teman lainnya yang bernama Jabrik, seorang jagoan. Setelah diceritakan kisahnya dari awal sampai akhir, Jabrik memutuskan untuk menemui Jaka. Dia menghajar Jaka habis-habisan sampai babak belur berdarah-darah. Pikirnya, bagaimanapun juga, mengapa seseorang seperti Jaka sampai hati memperlakukan gadis sedemikian itu?
Diskusi Kelompok:
• Dari kelima orang ini, buatlah urutan (ranking) berdasarkan siapakah yang paling bersalah.