• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Alam dan Energi dalam pembangunan. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Alam dan Energi dalam pembangunan. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumber Daya Alam dan Energi dalam pembangunan 2.1.1 Sumber daya energi

Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam membangun nilai didalam kondisi dimana kita menemukannya. Untuk itu sumber daya energi adalah aset untuk pemenuhan kepuasan dan utilitas manusia. Selain itu sesuatu dapat dikatakan sebagai sumber daya harus memiliki 2 kriteria, yaitu:

 Harus ada pengetahuan, teknologi atau keterampilan (skill) untuk memanfaatkannya.

 Harus ada permintaan (demand) terhadap sumber daya tersebut.

Sumber daya alam dan energi bisa meliputi semua yang terdapat di bumi baik yang hidup maupun benda mati, berguna bagi manusia, terbatas jumlahnya dan penguasaannya memenuhi kriteria-kriteria teknologi, ekonomi, sosial dan lingkungan. Sumber daya energi di sisi lain merupakan sumber daya yang digunakan untuk kebutuhan menggerakan energi melalui proses transformasi panas maupun transpormasi energi lainnya.

Sumber daya energi terdiri dari sumber daya alam non-hayati mineral patra, yaitu minyak bumi dan gas bumi, mineral seperti batubara dan uranium.

Sumber daya energi di luar air dan minyak/gas bumi, seperti panas bumi, surya, angin, arus laut, pasang surut, panas laut serta sumber daya alam hayati seperti kayu bakar. Energi itu sendiri dapat berupa energi kimiawi, listrik, gelombang, nuklir, mekanis, dan panas.

(2)

2.1.2 Jenis sumber daya energi

Menurut Sukanto Reksohadiprojo (1994), jenis-jenis sumber daya energi dapat dibedakan atas 2 yaitu:

a. Sumber daya energi yang dapat diperbaharui

Sumber daya energi yang dapat diperbaharui atau dapat diisi kembali atau tidak terhabiskan (renewable) adalah sumber daya energi yang bisa dihasilkan kembali baik secara alamiah maupun dengan bantuan manusia.

b. Sumber daya energi yang tidak dapat diperbaharui

Sumber daya energi yang tidak dapat diperbaharui adalah sumber daya energi yang habis sekali pakai. Misalnya: minyak bumi, gas bumi, dan batu bara.

2.1.3 Kelangkaan sumber daya energi

Makin menipisnya sumber daya energi menimbulkan kekhawatiran tidak lancarnya perekonomian. Usaha manusia untuk menghindari semakin langkanya sumber daya energi telah banyak dilakukan.

Usaha tersebut diwujudkan antara lain dalam bentuk substitusi dalam produksi, substitusi dalam konsumsi, dan inovasi teknologi hemat sumber daya energi.

Substitusi dalam produksi dapat dilakukan dengan mengubah kombinasi masukan maupun pengganti masukan dengan substitusinya. Substitusi dalam konsumsi dilakukan antara lain dengan mengganti barang- barang konsumsi tanpa mengubah kualitas/kegunaan konsumsi. Inovasi teknologi untuk memperoleh.

(3)

pemanfaatan sumber daya energi tersebar dan terus mengalami kemajuan.

Akan tetapi meskipun usaha-usaha mengatasi kelangkaan ternyata masih menjadi momok bagi masayarakat.

Perbedaan kondisi tersedianya sumber daya energi akan membatasi pertumbuhan potensial suatu perekonomian sebab kelangkaan sumber daya energi dalam segala bentuknya akan sangat mempengaruhi ruang gerak dalam berproduksi.

2.1.4 Peranan Energi dalam Pembangunan di Indonesia

Energi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan bagi tercapainya sasaran pembangunan. Peranan energi untuk pembangunan di Indonesia mencakup dua hal yaitu sebagai sumber dana pembangunan (penerimaan pemerintah) yang berasal dari devisa (ekspor) dan yang utama untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri yang dibutuhkan dalam pembangunan.

a. Peranan energi sebagai sumber penerimaan negara

Penerimaan negara dari sektor minyak dan gas bumi (penerimaan migas), memberikan sumbangan yang cukup penting dalam perekonomian Indonesia.

Walaupun peranan minyak dan gas bumi dalam penerimaan negara relatif semakin menurun, namun dalam jangka waktu lima tahun terakhir (1996/97- 1999/2000) rata-rata penerimaan minyak dan gas bumi dibandingkan dengan jumlah penerimaan dalam negeri masih mencakup yaitu sekitar 30%.

Penerimaan minyak dan gas bumi dipengaruhi antara lain oleh besarnya tingkat produksi minyak mentah dan kondesat, volume ekspor LNG dan LPG, harga minyak mentah dan biaya produksi. Unsur lain yang juga penting dan

(4)

mempengaruhi besarnya penerimaan minyak dan gas adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Selain sebagai sumber penerimaan negara, minyak dan gas bumi juga berperan sebagai sumber penerimaan devisa.

b. Peranan energi untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri.

Dalam hal ini terlihat bahwa hubungan perekonomian dengan energi sedemikian kuat, peningkatan kegiatan ekonomi biasanya diikuti dengan meningkatnya konsumsi energi. Di Indonesia tercermin dari meningkatnya pertumbuhan ekonomi sebesar 7% per tahun mengakibatkan pertumbuhan konsumsi energi meningkat sebesar 10%. Hubungan tersebut disebut dengan

”elastisitas energi” terhadap kegiatan energi, atau dapat didefenisikan sebagai perubahan pertumbuhan konsumsi energi sebagai akibat perubahan pertumbuhan konsumsi energi sebagai akibat perubahan kegiatan ekonomi.

2.1.5 Listrik sebagai Sumber Daya Energi

Tenaga listrik merupakan sarana produksi maupun sarana kehidupan sehari-hari yang memegang peranan penting dalam upaya mencapai sasaran pembangunan. Sebagai sarana produksi, tersedianya tenaga listrik dalam jumlah dan mutu pelayanan yang baik serta harga yang terjangkau merupakan penggerak utama dan sangat mendorong laju pembangunan di berbagai sektor lain.

Pembangunan di berbagai sektor ini sangat penting bagi tercapainya tujuan pembangunan seperti menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapapatan nasional, mengubah struktur ekonomi, yang pada gilirannya akan meningkatkan permintaan tenaga listrik. Di samping itu, tersedianya tenaga listrik yang merata

(5)

dan dipergunakan secara luas untuk keperluan sehari-hari akan dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat.

Minyak bumi, gas bumi dan batu bara merupakan sumber daya energi yang dapat dimanfaatkan untuk memproduksi listrik. Pemanfaatan minyak bumi, gas bumi dan batu bara sebagai pemasok untuk memproduksi listrik di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Keterbatasan cadangan minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri menyebabkan pemerintah mengambil kebijaksanaan untuk melakukan diversifikasi energi untuk sektor Pembangkit Listrik Negara (PLN) bentuk diversifikasi ini telah dapat dirasakan dengan berdirinya pusat-pusat pembangkit listrik tenaga air, tenaga gas, maupun panas bumi.

Sebagai salah satu bentuk energi yang sudah siap dipergunakan oleh konsumen, tenaga listrik merupakan salah satu faktor yang menentukan untuk mencapai sasaran pembangunan, sehingga perlu diusahakan serasi, selaras, dan serempak dengan tahap pembangunan nasional. Hal ini berarti bahwa sasaran pembangunan ketenagalistrikan harus selalu menunjang setiap tahap pembangunan nasional baik dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat maupun dalam mendorong peningkatan ekonomi.

2.1.6 Peranan Tenaga Listrik dalam Pembangunan

Listrik membawa peranan penting dalam pembangunan, bahkan tingkat pemakaian listrik telah menjadi salah satu ukuran bagi perkembangan dan kemajuan suatu negara. Aspek-aspek kehidupan manusia telah banyak dikuasai

(6)

oleh listrik mulai dari kehidupan yang paling kecil sampai kepada yang besar sekalipun.

Bagaimana pentingnya peranan listrik dapat ditinjau dari penggunaannya untuk beberapa bidang antara lain: bidang komunikasi dan mass media, bidang rumah tangga, dan lain sebagainya. Hal tersebut menunjukkan pentingnya peranan listrik dalam pembangunan, demikian pula halnya untuk perbaikan kesehatan, pendidikan, dan sebagainya, peranan listrik ini sangat menentukan. Ini mengandung arti bahwa dalam pelaksanaan program pembangunan penyediaan tenaga listrik harus diutamakan, sehingga dengan demikian dapat membantu bidang-bidang lainnya.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Teori Konsumsi

Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan. Pembelanjaan masyarakat atas makan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang di produksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi.

2.2.1.1. Teori Konsumsi John Maynard Keynes

Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan intropeksi dan observasi kausal.

Pertama dan terpenting keynes menduga bahwa, kecendrungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap

(7)

tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecendrungan mengkonsumsi marginal merupakan rekomendasi kebijakan keynes untuk menurunkan penggangguran yang kian meluas. Kekuatan kebijakan fikal, untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pegganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi.

Kedua, Keynes mengatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecendrungan mengkonsumsi rata-rata(average prospensity to consume), turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah

kemewahan, sehingga ia berharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin.

Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes mengatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori. Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting. Berdasarkan tiga dugaan ini, persamaan konsumsi Keynes sering ditulis sebagai berikut (Mankiw,2006):

C = a + bY,

a > 0, 0 < b < 1...(2.1)

Keterangan :

C = Konsumsi

Y = Pendapatan disposebel

(8)

a = Konstanta

b = Kecendrungan mengkonsumsi marginal

Secara grafis, fungsi konsumsi Keynes digambarkan sebagai berikut:

Konsumsi Y=C

C

Co

0 Pendapatan Gambar 2.1. Fungsi Konsumsi Keynes

Menurut Mankiw (2006) ada beberapa catatan mengenai fungsi konsumsi Keynes:

1. Keynes menduga bahwa kecendrungan mengkonsumsi marjinal (marginal proprnsity to consume). C adalah antara nol dan satu.

2. Kecendrungan mengkonsumsi rata-rata turun ketika pendapatan naik.

3. Konsumsi ditentukan oleh pendapatan sekarang.

Pada gambar 2.1. terlihat bahwa fungsi konsumsi Keynes tidak melalui titik 0, tetapi melalui sumbu vertikal pada nilai positif (Co). Konsekwensi fungsi konsumsi ini, dengan meningkatnya pendapatan nasional akan memberikan dampak terhadap penerunan hasrat konsumsi rata-rata atau APC. Jika APC akan mengalami penurunan dengan terjadinya peningkatan pendapatan nasional, dalam konsumsi Keynes akan terlihat pertama, peningkatan pendapatan masih diikuti

(9)

dengan peningkatan konsumsi, kedua, pada saat garis konsumsi C memotong garis OY maka peningkatan pendapatan diiringi dengan penurunan konsumsi atau APC.

2.2.1.2 Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen (Milton Friedman)

Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh Milton Friedman pada tahun 1957. Menurut beliau perlu dibedakan dalam pembahasan konsumsi antara measured income dengan permanent income. Measured income adalah pendapatan yang diterima pada suatu waktu tertentu, sedangkan permanent income adalah pendapatan yang diramalkan oleh konsumen akan dapat diterima pada masa yang akan datang (expected income). Kemudian transitory income merupakan pendapatan ang dapat mengurangi atau meningkatkan permanent income.

Friedman menganggap tidak ada hubungan antara pendapatan sementara dengan pendapatan permanen, juga antara konsumsi sementara dengan konsumsi permanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga MPC dari pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhi konsumsi. Demikian pula bila konsumen menerima pendapatan sementara yang negatif maka tidak akan mengurangi konsumsi (Mankiw, 2006).

(10)

2.2.1.3 Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup

Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukakan oleh Franco Modigliani.

Franco Modigliani menerangkan bahwa pola pengeluaran konsumsi masyarakat mendasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya dipandang sebagai faktor yang sangat penting.

Oleh sebab itu menurut Franco Modigliani faktor penentu tingkat konsumsi agregatif adalah sumber daya yang dimiliki oleh konsumen, tingkat pengembalian modal (rate of return on capital) dan si umur dan si konsumen itu sendiri.

Sumber daya yang dimiliki konsumen diwakili oleh jumlah kekayaan (wealth) ditambah dengan nilai yang sekarang dari seluruh upah yang akan diterima selama hidupnya. Konsumen dalam menentukan konsumsinya memperhitungkan seluruh sumberdaya yang dimiliki sehingga tingkat konsumsi agregatif bukan hanya ditentukan oleh jumlah pendapatan yang diteima suatu waktu, akan tetapi nilai kekayaan yang dimiliki.

2.2.1.4 Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif

James Dussenbery mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya saving. Apabila pendapatan bertambah

(11)

maka konsumsi mereka juga akan bertambah, tetapi bertambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan saving akan bertambah besar dengan pesatnya.

Kenyataan ini akan terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah kita capai tercapai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan di lain pihak bertambahnya saving tidak begitu cepat (Mankiw, 2006).

Dalam teorinya, Dussenbery menggunakan dua asumsi yaitu:

1. Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen.

Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya.

2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversibel. Artinya pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan.

Dusenberry dalam teorinya menemukan bahwa persentase dari konsumsi dan pendapatan akan cenderung kecil pada saat perekonomian baik, dan cenderung tinggi pada saat ekonomi dalam keadaan buruk. Ketika terjadi perubahan pada penghasilan, maka konsumsi tidak langsung meningkat, karena terjadi pengaruh konsumsi periode yang lalu yang lebih kecil. Demikian pula, ketika pendapatan turun, maka konsumsi tidak akan turun secara tajam karena terbiasa dengan hidup senang, yang terjadi adalah persentase dari konsumsi dan pendapatannya menjadi semakin besar.

(12)

2.2.2. Fungsi Konsumsi

Dalam teori makro ekonomi dikenal berbagai variasi tentang model fungsi koonsumsi. Fungsi konsumsi yang paling dikenal dan sangat sering ditemukan dalam buku-buku makro ekonomi adalah fungsi konsumsi Keynes, yaitu:

C = f(Y)... (2.2)

Persamaan ini menyatakan bahwa konsumsi adalah fungsi dari disposible income. Hubungan antara konsumsi dan disposible income disebut consmption function (Mankiw, 2006).

Keynes mengatakan bahwa pengeluaran konsumsi masyarakat tergantung (berbanding lurus) dengan tingkat pendapatannya. Secara lebih spesifik, Keynes memasukkan komponen marginal propensity to consume (MPC) kedalam persamaan konsumsinya seperti yang telah diuraikan pada persamaan (2.1) sebelumnya.

Teori daur hidup (life-cycle) yang terutama dikembangkan oleh Franco Modigliani, melihat bahwa individu merencanakan perilaku konsumsi dan tabungan mereka untuk jangka panjang dengan tujuan mengalikasikan konsumsi mereka dengan cara terbaik yang mungkin selama masa hidup mereka. Tabungan dipandang sebagai akibat dari keinginan individu untuk menjamin konsumsi di hari tua. Fungsi konsumsi yang dikembangkan berdasarkan teori daur hidup adalah:

C = aWR + Cyl ... (2.3)

(13)

Dimana WR merupakan kekayaan riel, a adalah kecendrungan mengkonsumsi marjinal dari kekayaan, YL merupakan pendapatan tenaga kerja dan c adalah kecendrungan mengkonsumsi marjinal dari pendapatan tenaga kerja.

Miton Friedman dengan teori mengatakan bahwa konsumsi seseorang tergantung pada pendapatan permanennya (pendapatan yang rutin yang ia terima setiap periode tertentu) dan bukan pada pendapatan transitori (pendapatan yang tak terduga).

Dalam bentuk yang paling sederhana, hipotesis pendapatan permanen dari perilaku konsumsi berpendapat bahwa konsumsi itu adalah proporsional terhadap pendapatan permanen, yaitu:

C = cYP ...(2.4)

Dimana YP merupakan pendapatan (disposibel) permanen. Dari persamaan (2.4), konsumsi bervariasi menurut proporsi yang sama dengan pendapatan permanen. Kenaikan 5% dalam pendapatan permanen akan menaikan konsumsi sebesar 5%.

Lebih jauh hipotesis Friedman menjelaskan bahwa konsumsi pada saat ini tidak tergantung pada pendapatan normal. Bentuk lain fungsi konsumsinya adalah:

C = f(Y P,i) ...(2.5)

Dimana YP adalah permanen income dan i adalah interest rate.

Sukirno (2001) dalam buku makro ekonominya membuat suatu defenisi tentang fungsi konsumsi yang menyatakan bahwa fungsi konsumsi adalah suatu kurva

(14)

yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposebel) perekonomian tersebut.

Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan :

C = a + bY ...(2.6)

Dimana:

a : konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0, b : kecondongan konsumsi marginal,

C : tingkat konsumsi dan Y : tingkat pendapatan asional.

Ada dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan disposibel dengan konsumsi yaitu kecondongan mengkonsumsi marginal dan kecondongan mengkonsumsi rata-rata. Kecondongan mengkonsumsi marginal dapat dinyatakan sebagai MPC (berasal dari istilah Marginal Propensity to consume). Dapat didefenisikan sebagai perbandingan di antara pertambahan

konsumsi (ΔC) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposiebel (ΔYd) yang diperoleh. Nilai MPC dapat dihitung dengan menggunakan

ΔC

MPC = ... (2.7) ΔYd

(15)

Kecondongan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average Propensity to Consume), dapat didefenisikan sebagai perbandingan di antara

tingkat pengeluaran konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposebel pada ketika konsumsi tersebut dilakukan (Yd)

2.2.3. Determinan Konsumsi

Banyak ahli yang telah menguraikan pendapatnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi sebagimana telah diuraikan sebelumnya dan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi tersebut telah dijabarkan ke dalam suatu fungsi konsumsi yang terangkum dalam persamaan (2.1) sampai dengan (2.7) tersebut di atas.

Begitu pentingnya bahasan tentang konsumsi sehingga banyak ahli lainnya yang turut membahas tentang determinan konsumsi. Misalnya, faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi diantaranya adalah pendapatan disposibel yang merupakan faktor utama, banyaknya anggota keluarga, usia anggota keluarga, pendapatan yang terdahulu dan pengharapan akan pendapatan dimasa yang akan datang.

Adapun faktor-faktor pokok yang mempengaruhi dan menentukan jumlah pengeluaran untuk konsumsi adalah pendapatan disposibel sebagai faktor utama, pendapatan permanen dan pendapatan menurut daur hidup, kekayaan dan faktor permanen lainnya seperti faktor sosial dan harapan tentang kondisi ekonomni dimasa yang akan datang.

(16)

Sadono Sukirno (2006), selanjutnya menyebutkan bahwa disamping faktor-faktor pendapatan rumah tangga, kekayaan dan pajak pemerintah, konsumsi rumah tangga juga ditentukan oleh beberapa faktor antara lain:

1. Ekspektasi, mengenai keadaan di masa yang akan datang sangat mempengaruhi konsumsi rumah tangga pada masa kini, keyakinan bahwa pada masa yang akan datang mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi akan mendorong rumah tangga untuk meningkatkan konsumsi di masa sekarang.

2. Jumlah penduduk, dalam analisis mengenai pembelanjaan agregat yang diperhatikan adalah konsumsi penduduk negara. Oleh sebab itu tingkat konsumsi bukan saja bergantung pada tingkat pendapatan yang diperoleh seseorang tetapi juga yang diterima penduduk secara keseluruhan.

3. Tingkat harga, dalam analisis keynesian sederhana dimisalkan bahwa tingkat harga adalaj tetap, maka setiap kenaikan pendapatan berarti terjadi kenaikan pendapatan riel. Dalam keadaan yang demikian, apabila pendapatan meningkat 100 persen dan MPC sebesar 0,80 atau 80% dari kenaikan pendapatan itu akan dikonsumsikan, maka hal ini akan meninjukkan terjadinya kenaikan konsumsi yang sebenarnya.

Mankiw (2006) menyatakan bahwa persentase pendapatan yang dibelanjakan untuk pangan cendrung turun jika pendapatan meningkat. Kondisi ini menunjukkan adanya hubungan yang terbalik antara persentase kenaikan pendapatan dengan persentase pengeluaran untuk pangan.

(17)

Adapun faktor-faktor penyebab perubahan konsumsi, yaitu:

1. Penyebab Faktor Ekonomi a. Pendapatan

Pendapatan yang meningkat tentu saja biasanya otomatis diikuti dengan peningkatan pengeluaran konsumsi. Contoh : seseorang yang tadinya makan nasi aking ketika mendapat pekerjaan yang menghasilkan gaji yang besar akan meninggalkan nasi aking menjadi nasi beras. Orang yang tadinya makan sehari dua kali bisa jadi 3 kali ketika dapat tunjangan tambahan dari pabrik.

b. Kekayaan

Orang kaya yang punya banyak aset riil biasanya memiliki pengeluaran konsumsi yang besar. Contohnya seperti seseorang yang memiliki banyak rumah kontrakkan dan rumah kost biasanya akan memiliki banyak uang tanpa harus banyak bekerja. Dengan demikian orang tersebut dapat membeli banyak barang dan jasa kerena punya banyak pemasukan dari hartanya.

c. Tingkat bunga

Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi yang tinggi karena orang lebih tertarik menabung di bank dengan bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi dibandingkan dengan membelanjakan banyak uang.

(18)

d. Perkiraan Masa Depan

Orang yang was-was tentang nasibnya di masa yang akan datang akan menekan konsumsi. Biasanya seperti orang yang mau pensiun, punya anak yang butuh biaya sekolah, ada yang sakit butuh banyak biaya perobatan, dan lain sebagainya.

2. Penyebab Faktor Demografi a. Komposisi Penduduk

Dalam suatu wilayah jika jumlah orang yang usia kerja produktif banyak maka konsumsinya akan tinggi. Bila yang tinggal di kota ada banyak maka konsumsi suatu daerah akan tinggi juga.

Bila tingkat pendidikan sumber daya manusia di wilayah itu tinggi-tinggi maka biasanya pengeluaran wilayah tersebut menjadi tinggi.

b. Jumlah Penduduk

Jika suatu daerah jumlah orangnya sedikit sekali maka biasanya konsumsinya sedikit. Jika orangnya ada sangat banyak maka konsumsinya sangat banyak pula.

3. Penyebab / Faktor lain

a. Kebiasaan Adat Sosial Budaya

Suatu kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Di daerah yang memegang teguh adat istiadat untuk hidup sederhana biasanya akan memiliki tingkat konsumsi yang kecil.

(19)

2.2.4 Rumah Tangga Sebagai Konsumen

Konsumen adalah semua anggota masyarakat yang menerima uang dan kemudian membelanjakan untuk pembelanjaan barang dan jasa. Dalam perekonomian konsumen bertindak sebagai pemakai barang dan jasa untuk dikonsumsi. Konsumen pada umumnya terdiri individu atau perorangan dalam masyarakat dalam kenyataan sebagian besar terkumpul dalam satu rumah tangga.

Menurut Sadono Sukirno sebuah rumah tangga didefenisikan sebagai semua orang yang bertempat tinggal dalam satu atap dan memuat keputusan keuangan bagi mereka atau pemilik dari berbagai faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian.

Menurut Sadono Sukirno rumah tangga dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Rumah tangga mengambil keputusan yang konsisten seperti rumah tangga itu terdiri dari satu orang, sehingga dapat dikatakan bahwa rumah tangga merupakan titik pusat perilaku konsumen.

2. Rumah tangga secara konsisten berusaha memperoleh keputusan maksimal atau utilitas dalam batas sumber daya yang tersedia.

3. Rumah tangga merupakan pemilik utama faktor produksi yang dijual pada perusahaan dan menerima penghasilan sebagai imbalannya.

Menurut Sadono Sukirno, pada umumnya rumah tangga menggunakan penghasilannya untuk 2 macam tujuan, yaitu:

1. Membeli berbagai macam barang atau jasa yang diperlukan memungkinkan rumah tangga menjadi konsumen. Pada perekonomian yang rendah taraf

(20)

perkembangannya sebagian besar pendapatan dibelanjakan untuk keperluan sehari-hari yang paling pokok (makanan dan pakaian).

2. Disimpan atau ditabung. Penabung ini dikatakan untuk memperoleh bunga atau deviden dan sebagai dana untuk menghadapi berbagai kemungkinan kesusahan di masa depan atau untuk berjaga-jaga.

2.3 Penelitian Terdahulu

Dalam hal ini memuat berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh penelitian lain, dan permasalahan yang diangkat juga pernah dilakukan oleh beberapa penelitian lain, baik itu melalui penelitian biasa, tesis, dan skripsi. Yang mana berbagai penelitian ini mendasari pemikiran penulis dalam penyusunan skripsi, seperti oleh beberapa penelitian di bawah ini:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Fitriana Hayati tahun 2003 tentang ” Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Terhadap Listrik Pada Rumah Tangga”. Penelitian ini dilakukan di Dusun Namongan, Desa Caturharjo, kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Subing tahun 1995 tentang ” Konsumsi Listrik Pada Masyarakat Pedesaan”. Penelitian ini dilakukan di pedesaan Lampung Tengah.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Andi Setyawan tahun 2008 tentang ” Analisis Permintaan Listrik Pada Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo”.

Referensi

Dokumen terkait

 Laboratorium klinik umum utama, yaitu laboratorium yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik dengan kemampuan pemeriksaan lebih. lengkap dari laboratorium klinik

PERILAKU ASERTlF UNTUK KELUAR DARI SITUASI KEKERASAN PADA ISTRI KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) DITINJAU DART PERAN GENDER FEMININ, MASKULIN, DAN

Belajar bermufakat : dalam permainan tradisional samba lakon anak anak lebih dahulu melakukan mufakat untuk menetapkan permainan apa yang akan dimainkan bersama sama,

Masa inkubasi rabies sangat bervariasi, mulai dari 7 hari sampai lebih dari 1 tahun, rata-rata 1-2 bulan, tergantung jumlah virus yang masuk, berat dan luasnya kerusakan jaringan

Beberapa proses penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan manisan kering belimbing wuluh dalam bentuk industri skala kecil sebagai bentuk pengembangan adalah

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

• rincian data sosialisasi yang telah dilakukan termasuk mulai dari persiapan sampai diskusi untuk mencapai kesepakatan harga kompensasi. • hasil penilaian nilai tanah dari

- Pengumpulan data yang terkait dengan penjadwalan produksi yaitu jenis produk, jenis mesin yang digunakan, urutan pekerjaan, waktu produksi, jumlah permintaan