• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA SENI RUPA DUA DIMENSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KARYA SENI RUPA DUA DIMENSI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Kegiatan Belajar 1

KARYA SENI RUPA DUA DIMENSI

A. MENGGAMBAR 1. Gambar Bentuk

Menggambar bentuk adalah kegiatan menggambar dengan meniru kemiripan bentuk benda model yang disimpan di depan penggambar. Bagi anak SD kemiripan tidak selalu harus seperti memotret, tetapi yang penting adalah bagaimana anak-anak bisa mengekspresikan ide/gagasan tentang bentuk benda yang diamatinya itu. Mungkin terjadi penyimpangan bentuk yang tidak sesuai dengan model yang digambarnya itu bukan suatu kesalahan. Dianjurkan guru sebelum menentukan kebijakan dalam mengkritisi atau menilai gambar buatan anak sebaiknya mempelajari dahulu perkembangan gambar anak dari berbagai jenjang usia.

Pemilihan objek yang akan digambar harus terprogram secara sistematis:

pertama, benda yang digambar harus memiliki daya tarik bagi siswa, bentuknya dimulai dari bentuk yang sederhana seperti benda geometris sampai benda yang bentuknya yang komplek seperti rumah, sepeda, mobil dsb.

Bahan dan alat yang diperlukan: kertas gambar, benda/model yang akan digambar, pinsil hitam/pinsil warna/ballpoint/spidol, dsb.

Prosedur pengerjaan:

 Tempatkan benda/model yang akan digambar di tengah anak-anak yang akan menggambar, sehingga memungkinkan setiap siswa melihat model dengan jelas atau tidak terhalang.

 Anak-anak menggambar benda dengan mencontoh langsung benda yang dijadikan modelnya sesuai posisi mereka.

 Penyelesaian akhir gambar bisa hanya hitam putih, hanya dengan pinsil saja, dengan ballpoint, atau mungkin dengan pinsil warna.

 Anjurkan anak harus sering melihat objek gambar dan mengamatinya secara seksama, dan selalu dibimbing oleh guru.

(2)

2. Gambar Ilustrasi

Peran gambar ilustrasi ialah untuk menjelaskan sesuatu, artinya dengan dibantu atau dilengkapi gambar ilustrasi memudahkan seseorang untuk

menafsirkan konsep tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat di bawah ini:

Ilustrasi berasal dari bahasa Latin “illustrate”, yang berarti menerangi atau menghias. Kata yang bersumber dari bahasa Latin ini dapat pula berarti penghias atau pendukung dalam membantu proses pemahaman terhadap suatu objek.

Dalam Seni Rupa, gambar ilustrasi dapat berarti gambar yang menghias dan membantu pemahaman terhadap sesuatu,… Kata ilustrasi dapat pula dipakai dalam seni Musik atau Seni Drama, yang berarti musik yang menghiasi atau membantu pemahaman terhadap sesuatu. (Soegiarty, Tity, 2005: 141)

(3)

Menggambar ilustrasi adalah kegiatan menggambar dengan tujuan untuk melengkapi suatu cerita, teks, atau sebagai penjelasan visual dari suatu bagian tulisan, atau ada pula karya ilustrasi berdiri sendiri tanpa disertai tulisan. Tulisan yang dimaksudkan bisa berupa cerita fiksi ataupun non fiksi (pelajaran, ilmu pengetahuan). Bahan dan alat yang diperlukan: kertas gambar, pinsil hitam, pinsil berwarna, spidol warna, tinta, cat air, kuas cat air.

Prosedur pelaksanaan.

Membuat rancangan gambar sesuai dengan tema. Misalnya kegiatan yang berhubungan dengan pelajaran. Rancangan dibuat dengan pinsil hitam pada kertas gambar.

Penyelesaian akhir gambar seperti pada gambar bentuk atau gambar dekorasi. Gambar cukup hitam putih, menggunakan pinsil hitam atau tinta, dapat juga diselesaikan dengan menggunakan warna. Warna dapat diambil dari pinsil warna, spidol warna, atau cat air.

3. Gambar Model

Menggambar model tidak jauh berbeda dengan menggambar bentuk.

Perbedaannya hanya terletak pada objek benda yang digambar. Bila dalam menggambar bentuk kita kenal benda yang digambar adalah alam benda atau benda mati, sedangkan dalam kegiatan menggambar model benda yang digambar adalah makhluk hidup. Makhluk hidup bisa manusia atau binatang. Dianjurkan dalam belajar menggambar model objek benda yang digambar selalu ada di depan penggambar. Hal ini dimaksudkan agar bentuk benda yang digambar tidak

menyimpang dari bentuk aslinya. Dalam tahapan belajar menggambar model dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya: Pertama. belajar menggambar model dengan cara global, artinya, menggambar model dengan menggambar bentuk keseluruhan dari benda dengan tidak memperhatikan bentuk bagian.

Kedua, dapat juga dilakukan dengan latihan menggambar bagian dari model yang dihadapi penggambar. Misalnya diawali dengan latihan menggambar tangan, kaki,

(4)

kepala dan sebagainya, dilakukan secara bertahap. Ketiga, dapat juga dilakukan dengan cara mempelajari secara cermat tentang model yang akan digambar.

Diawali dengan mengamati bentuk keseluruhan, proporsi atau perbandingan bagian anggota tubuh model, ciri-ciri atau karakteristik model.

Cara-cara tersebut di atas dapat ditempuh oleh siapapun dalam berlatih

menggambar model. Namun, harus selalu diingat cara mana yang akan dilakukan harus disesuaikan dengan tingkat kematangan atau usia peserta didik. Sebagai contoh, tidak ada salahnya bila siswa sekolah dasar diajak untuk belajar

menggambar model, tetapi harus diingat tahapan kemampuan menggambar model siswa sesuai usianya. Karakter gambar model siswa sekolah dasar kelas tinggi atau kelas rendah tentu berbeda.

4. Gambar Ekspresi

Setiap manusia memiliki berbagai reaksi manakala merespon sesuatu yang dihadapinya. Sesuatu yang sudah menyita perhatian seseorang akan memancing

(5)

respon balik berupa tanggapan, seperti: merasakan kesedihan, kegembiraan, keharuan, kebingungan. Respon balik yang terjadi dapat berupa sikap fisik manusia sendiri yang tampak seperti: tertawa, marah, menangis, mengacungkan jempol, tepuk tangan dan sebagainya. Bagi kelompok tertentu respon balik ini bisa berbentuk ungkapan kreatif dalam bentuk karya seni diantaranya lewat coretan garis atau menggambar. Gambar seperti ini disebut gambar ekspresi.

“Ekspresi dipergunakan untuk menyebutkan reaksi-reaksi emosional yang langsung, namun bentuk-bentuk yang dicapai melalui aturan–aturan yang ketat pun merupakan suatu cara berekspresi” (Herbert Read dalam Soedarso SP., 2000:5)

Kegiatan menggambar ekspresif lebih mengutamakan pengungkapan emosi yang dicurahkan dalam bentuk karya gambar. Dalam karya gambar ekspresif mengabaikan kemiripan akan objek yang digambar, tetapi lebih mengutamakan perasaan, keinginan pribadi penggambar yang bukan mustahil menghasilkan gambar yang kreatif sesuai dengan keinginannya. Dalam berkarya seniman atau penggambar (termasuk anak) tidak dibatasi oleh suatu teknis yang baku. Yang jelas karya ekspresi akan mewakili perasaan seniman atau anak untuk menanggapi sesuatu sesuai keinginan pribadinya.

“ Karya Ekspresionistik dalam seni merefleksi secara emosional terhadap realitas tau kenyataan. Imej atau gambaran secara visual biasanya merupakan rekaman simbolik dari perasaan sang artis atau seniman berupaya menyatakan secara langsung dan penuh makna. Terkadang schok, sentimental atau romantik adalah gaya mengekspresikan realitas perasaan pribadi kita tentang alam dan kondisi manusia.” (Laura Chapman, 1978: 41)

Anak kelas rendah termasuk anak usia TK cenderung lebih menyukai gambar ekspresif. Mereka menggambar dengan tidak menghiraukan kemiripan, harmoni, proporsi dan sebagainya. Cenderung dalam gambar terjadi distorsi, perubahan, pewarnaan yang bebas, penggubahan bentuk yang tidak menjadi penghambat dalam berkarya. Malahan bila diamati dari sudut pandang lain, justru menjadi ciri yang menarik dari gambar anak. Mereka melepaskan diri dari unsur kasat mata, mereka bebas berkarya.

(6)

Sejalan dengan pendapat Van Gelder dan Van Praag yang mengatakan sebagai berikut:

Eksrpesi kerupaan yang kepenghayatan kepribadian sendirinya berdominasi di atas kepenghayatan berdasarkan keterlihatan nyata, kita beri nama ekspresionistis.

Arahan kepenghayatan inilah yang menjadi landasan ideoplastik. Bagi pemilihan media kerupaan tidaklah penting, apakah bentuk nyata yang tergambar itu bias dikenali kembali, melainkan hanya apakah kepenghayatan ke-akuan tercapai.

(Gelder, 1990: 52)

5. Gambar Dekoratif

Menggambar dekoratif ialah kegiatan menggambar hiasan (ornamen) pada kertas gambar, atau pada benda tertentu. Sifat dekoratif pada gambar

menunjukkan fungsi gambar sebagai hiasan (motif hias). Bahan dan alat yang diperlukan: kertas gambar, pewarna, kuas, pinsil hitam/pinsil warna/spidol.

Bentuk gambar diantaranya: geometris, stilasi, deformasi, atau bentuk realistis.

(7)

Prosedur pelaksanaannya:

 Buat rancangan atau gambar berupa motif hias/ornamen pada kertas yang sudah disediakan atau benda 3 dimensi tertentu.

 Motif hias bisa berupa stilasi dari alam (fauna, flora, alam benda), abstrak, atau geometris.

 Penyelesaian akhir gambar seperti pada gambar bentuk, hanya hitam putih saja, atau berwarna.

 Warna-warna yang digunakan bisa diambil dari: pewarna buatan, atau pewarna alam.

B. MENCETAK

Karya gambar yang akan disajikan dalam modul ini meliputi;

1. Cetak Penampang

Bahan dan alat yang diperlukan: kertas, pewarna, pelepah daun, buah, daun-daunan, umbi-umbian, belimbing atau umbi dan buah yang memiliki penampang menarik, pisau, alas pewarna, spon/busa, kapas, dan koran bekas.

Proses pengerjaannya:

(8)

 Pilihlah penampang apa yang akan dijadikan acuan cetaknya pelepah daun atau buah-buahan. Pelepah daun yang sering dijadikan acuan cetak adalah:

pelepah daun pisang, pelepah daun talas, pelepah daun pepaya. Buah belimbing dapat pula dijadikan sebagai acuan cetak.

 Potonglah penampang bahan acuan cetak itu dengan pisau. Arah potongan bebas. Usahakan agar permukaan potongan rata. Kerataan permukaan potongan sangat menentukan hasil cetakannya.

 Siapkan pewarna. Pewarna yang disiapkan bergantung dari keadaan bahan acuan cetaknya. Bila acuan cetaknya masih mengeluarkan getah/cairan, cukup disediakan serbuk pewarna saja. Pewarna akan menjadi cair setelah bersatu dengan cairan acuan cetak. Akan tetapi bila acuan cetaknya tidak mengeluarkan cairan, kita perlu menyediakan pewarna yang sudah dicampur dengan air. Pewarna serbuk, cukup disebarkan pada alas warna yang bentuknya datar dan rata misalnya: kaca, formica, lembaran plastik, piring. Penampang acuan cetak yang mengandung cairan digosok-gosokan pada serbuk warna yang ditaburkan di alas hingga rata, maka terjadilah warna yang siap pakai. Pewarna cair dapat dipulaskan pada busa/spon, atau pada kapas.

Mencetakkan acuan cetak. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan ikutilah petunjuk ini.

1. Penampang acuan cetak yang masih basah tekankan pada pewarna yang ada pada alas warna tadi.

2. Selanjutnya tempelkan (sambil ditekan) acuan cetak tersebut pada kertas yang sudah diletakkan di atas koran.

3. Kemudian angkat acuan cetaknya. Gambar acuan cetak akan tertera pada kertas.

Untuk membuat bentuk/gambar yang sama, lakukan kegiatan seperti yang dilakukan sebelumnya beberapa kali bergantung kebutuhan pada kertas yang sama atau yang lain. Acuan cetak yang sudah kering (tidak mengeluarkan cairan), pengisian warnanya harus dengan cara menempelkan acuan cetak tersebut pada spon/busa, atau kapas yang sudah diisi pewarna. Pencetakannya sama seperti pada

(9)

pencetakkan acauan cetak sebelumnya. Demikian pula pengulangan pencetakkannya. Perlu diperhatikan agar pewarna yang menempel pada acuan cetak tidak berlebihan, tidak pula kekurangan. Bila hal ini terjadi, hasil cetakannya tidak akan memuaskan.

Proses pencetakkan daun-daunan dilakukan sebagai berikut:

 Pilihlah bentuk daun yang menarik serta ukurannya tidak terlalu lebar.

 Siapkan pewarna pada alas warna seperti pada cetak penampang.

Usahakan agar keadaan pewarna pada alas merata keadaannya, serta tidak terlalu encer.

 Tempelkan permukaan daun tadi serata mungkin pada alas pewarna.

 Selanjutnya permukaan daun yang sudah berwarna tadi tempelkan pada kertas yang sudah disiapkan terlebih dahulu.

 Gosoklah permukaan daun itu dengan hati-hati. Agar aman dan leluasa menggosok, simpanlah kertas di atas permukaan daun tersebut.

 Bila mencetakkannya sempurna, bentuk daun serta warna yang dipilih akan tergambarkan pada kertas.

2. Cetak Umbi-umbian

Pada cetak umbi-umbian, kita harus membuat acuan cetak terlebih dahulu.

Umbi-umbian yang biasa digunakan untuk acuan cetak diantaranya adalah: ubi jalar, kentang, talas, wortel, ketela pohon.

Proses kerjanya sebagai berikut:

 Potonglah umbi yang sudah dipilih untuk acuan cetak serata mungkin.

 Buatlah gambar/bentuk pada permukaan potongan yang rata tadi.

 Selanjutnya hilangkan atau rendahkan bagian permukaan yang nantinya tidak akan memindahkan gambar/bentuk dengan jalan mengerat atau menorehnya.

 Siapkan pewarna sebelum melakukan pencetakkan. Namun sebaiknya lihat kembali proses pencetakan penampang yang basah dan yang kering. Pada cetak umbi-umbian-pun berlaku hal seperti itu, karena ternyata ada umbi-

(10)

umbian yang masih mengandung cairan dan sebaliknya. Oleh sebab itu untuk acuan cetak dari umbi-umbian yang masih basah, gunakan serbuk warna. Sedangkan untuk acuan cetak dari umbi-umbian yang sudah kering, pewarna harus dicampur dahulu dengan air. Sekali lagi tata cara pencetakkannya lihat proses cetak penampang.

 Perlu diperhatikan agar pada proses cetak ini (penampang, daun-daunan, dan umbi-umbian), digunakan alas yang agak empuk. Alas yang keras kurang baik hasilnya.

3. Cetak sablon

Alat dan bahan yang dibutuhkan: pisau, cutter, gunting, kuas, kapas, spon/busa, sisir, sikat gigi, kertas, pewarna, koran bekas, dan tempat pewarna.

Proses pengerjaannya:

 Membuat acuan cetak dari kertas: buatlah gambar/bentuk untuk acuan cetaknya. Torehlah kontur/pinggir gambar tadi sampai tembus. Acuan cetak ini dapat pula dengan cara mengambil daun-daunan yang memiliki bentuk menarik dan ukuran yang sesuai dengan ukuran bidang gambar.

 Siapkan pewarna. Buatlah campuran warna pada tempat yang disediakan.

Pewarna pada proses sablon ini sama dengan pewarna yang digunakan pada proses cetak sebelumnya. Kita dapat menggunakan cat air, ontan/sepuhan, pewarna kue cair, atau pewarna alam yang sudah disebutkan sebelumnya.

 Letakkan acuan cetak di atas kertas yang masih utuh. Acuan cetak harus menempel serapat-rapatnya agar tidak terjadi kebocoran pada saat pemulasan/pencetakkan. Sebaiknya kertas tersebut dialasi kertas koran.

 Ambil kuas, celupkan ke pewarna, selanjutnya pulaskan pada acuan yang ditoreh tadi. Bila pewarnaan menggunakan kapas atau spon yang dicelupkan pada pewarna, tentu saja tidak dipulaskan seperti kuas namun kapas atau spon itu ditekan-tekankan pada lubang acuan cetaknya.

(11)

Cara sederhana lainnya kita gunakan sikat gigi dan sisir untuk memberi warna hasil cetakan. Dengan menggosokkan sikat gigi yang terlebih dahulu dicelupkan ke pewarna pada sisir, akan terjadi cipratan pewarna yang akan melalui lubang- lubang acuan cetaknya. Hasil cetak berwarna pada proses ini dapat diatur pada saat memulaskan atau menyemprotkan pewarna. Bidang mana serta warna apa yang dipilih bergantung pada pilihan masing-masing.

4. Monoprint

Alat dan bahan yang diperlukan: rol karet, pewarna, alas pewarna (kaca, permukaan benda yang rata dan licin), dan kertas.

Prosedur pengerjaan:

 Siapkan pewarna. Pewarna pada proses monoprint biasanya lebih kental dan agak lengket bila dibanding dengan pewarna yang digunakan pada proses cetak lainnya. Pewarna yang berbentuk serbuk (ontan/sepuhan) ditaburkan di atas alas pewarna yang permukaannya datar dan ukurannya cukup lebar, campurkan sedikit air dan tambahkan glycerine beberapa tetes diaduk dengan rol karet/plastik (digelindingkan) hingga rata.

 Siapkan pula rol karet/plastik sederhana bisa dibuat dari bahan yang sederhana pula. Caranya sebagai berikut: siapkan slang plastik yang berdiameter ¾ inchi sepanjang 15 cm, isi bagian dalam slang itu dengan kayu yang bulat lubangi masing-masing ujung kayu itu ditengahnya setelah sebelumnya dirapikan dahulu potongannya, gunakan kawat jemuran yang agak besar untuk as dan sekaligus pegangan rol tersebut.

 Setelah keadaan pewarna cukup merata pada alasnya, simpan kertas kosong di atasnya. Jangan ditekan.

 Gambari kertas tersebut dengan benda yang agak runcing, pinsil, ballpoint, atau yang lainnya. Tekanan benda tadi akan mengakibatkan warna yang ada pada alas pewarna akan berpindah menempel pada kertas.

 Gambar yang terjadi akan terbalik keadaannya.

(12)

C. M3 (MELIPAT, MENGGUNTING, MENEMPEL)

1. Kolase

Bahan dan alat yang diperlukan: kertas gambar, kertas warna, kertas limbah, bahan alam, potongan kain, lem, pinsil, gunting, atau/dan cutter.

Prosedur pengerjaan:

 Buatlah rancangan/gambar yang akan diselesaikan dengan kolase pada kertas gambar yang disediakan.

 Jiplakkan bentuk/gambar pada warna sesuai pilihan, potong/gunting secermat mungkin. Kemudian tempelkan bentuk/gambar tersebut menggunakan lem pada tempat yang sudah dirancang tadi. Warna yang digunakan dapat diambil dari kertas warna, potongan kain, limbah percetakan, limbah alam (daun, kulit pohon dan sebagainya).

2. Montase

Bahan dan alat yang diperlukan: gambar dari majalah/koran/kalender bekas, atau reproduksi potret, gunting, cutter, lem.

Prosedur pengerjaan:

 Potonglah gambar-gambar atau reproduksi potret dari majalah, poster, kalender atau lainnya mengikuti kontur gambar/potret tersebut. Gambar yang dipotong mungkin hanya bagian tertentu saja.

 Susunlah hasil guntingan tadi berdasarkan kreasi masing-masing, pada kertas gambar yang sudah disediakan. Susunan gambar tadi akan menghasilkan suatu susunan bentuk yang baru, dan kadang-kadang aneh, lucu, dan fantastik. Penyusunannya menggunakan lem.

 Untuk memberikan kesan gambar yang artistik dan fantastik, gambar montase ini bisa dilengkapi dengan goresan spidol warna, atau pulasan cat air pada bagian tertentu yang dianggap perlu.

3. Mozaik

(13)

Bahan pokok yang dapat dimanfaatkan untuk membuat mosaik ini sangat beragam. Bahan tersebut misalnya: potongan kertas, lempengan kayu, kaca, potongan keramik, marmer, biji-bijian, batu-batuan. Alat yang digunakan untuk mengerjakan bahan tersebut disesuaikan dengan jenis bahan yang akan

ditempelkan, misalnya: triplekss atau karton (sebagai bidang dasar), pensil (untuk merancang pola gambar), lem (kertas, aibon, lem putih/kayu), cutter (pisau).

Prosedur pengerjaan:

 Buat rancangan, gambar pada kertas yang disediakan.

 Sediakan bahan yang akan ditempelkan.

 Tempelkanlah bahan-bahan yang sudah disediakan itu pada tempat yang sudah dirancang. Perlu diingat bahwa ukuran dari bahan yang ditempelkan umumnya sama. Pada satu hasil karya mosaik, mungkin saja ada beberapa kelompok ukuran.

Proses pengerjaannya:

 Pilihlah penampang apa yang akan dijadikan acuan cetaknya pelepah daun atau buah-buahan. Pelepah daun yang sering dijadikan acuan cetak adalah:

pelepah daun pisang, pelepah daun talas, pelepah daun pepaya. Buah belimbing dapat pula dijadikan sebagai acuan cetak.

 Potonglah penampang bahan acuan cetak itu dengan pisau, cutter atau silet. Arah potongan bebas. Usahakan agar permukaan potongan rata.

Kerataan permukaan potongan sangat menentukan hasil cetakannya.

 Siapkan pewarna. Pewarna yang disiapkan bergantung dari keadaan bahan acuan cetaknya. Bila acuan cetaknya masih mengeluarkan getah/cairan, cukup disediakan serbuk pewarna saja. Pewarna akan menjadi cair setelah bersatu dengan cairan acuan cetak. Akan tetapi bila acuan cetaknya tidak mengeluarkan cairan, kita perlu menyediakan pewarna yang sudah dicampur dengan air.Pewarna serbuk, cukup disebarkan pada alas warna yang bentuknya datar dan rata misalnya: kaca, formica, lembaran plastik, piring. Penampang acuan cetak yang mengandung cairan digosok-gosokan

(14)

pada serbuk warna yang ditaburkan di alas hingga rata, maka terjadilah warna yang siap pakai. Pewarna cair dapat dipulaskan pada busa/spon, atau pada kapas.

 Mencetakkan acuan cetak. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan ikutilah petunjuk ini.

 Penampang acuan cetak yang masih basah tekankan pada pewarna yang ada pada alas warna tadi.

 Selanjutnya tempelkan (sambil ditekan) acuan cetak tersebut pada kertas yang sudah diletakkan di atas koran.

 Kemudian angkat acuan cetaknya. Gambar acuan cetak akan tertera pada kertas. Untuk membuat bentuk/gambar yang sama, lakukan kegiatan seperti yang dilakukan sebelumnya beberapa kali bergantung kebutuhan pada kertas yang sama atau yang lain.

 Acuan cetak yang sudah kering (tidak mengeluarkan cairan), pengisian warnanya harus dengan cara menempelkan acuan cetak tersebut pada spon/busa, atau kapas yang sudah diisi pewarna. Pencetakannya sama seperti pada pencetakkan acauan cetak sebelumnya. Demikian pula pengulangan pencetakkannya.

 Perlu diperhatikan agar pewarna yang menempel pada acuan cetak tidak berlebihan, tidak pula kekurangan. Bila hal ini terjadi, hasil cetakannya tidak akan memuaskan.

Proses pencetakkan daun-daunan dilakukan sebagai berikut:

 Pilihlah bentuk daun yang menarik serta ukurannya tidak terlalu lebar.

 Siapkan pewarna pada alas warna seperti pada cetak penampang.

Usahakan agar keadaan pewarna pada alas merata keadaannya, serta tidak terlalu encer.

 Tempelkan permukaan daun tadi serata mungkin pada alas pewarna.

 Selanjutnya permukaan daun yang sudah berwarna tadi tempelkan pada kertas yang sudah disiapkan terlebih dahulu. Gosoklah permukaan daun itu

(15)

dengan hati-hati. Agar aman dan leluasa menggosok, simpanlah kertas di atas permukaan daun tersebut.

 Bila mencetakkannya sempurna, bentuk daun serta warna yang dipilih akan tergambarkan pada kertas.

 Pada cetak umbi-umbian, kita harus membuat acuan cetak terlebih dahulu.

Umbi-umbian yang biasa digunakan untuk acuan cetak diantaranya adalah:

ubi jalar, kentang, talas, wortel, ketela pohon.

Proses kerjanya sebagai berikut:

 Potonglah umbi yang sudah dipilih untuk acuan cetak serata mungkin.

 Buatlah gambar/bentuk pada permukaan potongan yang rata tadi.

 Selanjutnya hilangkan atau rendahkan bagian permukaan yang nantinya tidak akan memindahkan gambar/bentuk dengan jalan mengerat atau menorehnya.

 Siapkan pewarna sebelum melakukan pencetakkan. Namun sebaiknya lihat kembali proses pencetakan penampang yang basah dan yang kering. Pada cetak umbi-umbian-pun berlaku hal seperti itu, karena ternyata ada umbi- umbian yang masih mengandung cairan dan sebaliknya. Oleh sebab itu untuk acuan cetak dari umbi-umbian yang masih basah, gunakan serbuk warna. Sedangkan untuk acuan cetak dari umbi-umbian yang sudah kering, pewarna harus dicampur dahulu dengan air. Sekali lagi tata cara pencetakkannya lihat proses cetak penampang.

 Perlu diperhatikan agar pada proses cetak ini (penampang, daun-daunan, dan umbi-umbian), digunakan alas yang agak empuk. Alas yang keras kurang baik hasilnya.

RANGKUMAN

Kegiatan berkarya seni rupa yang umum dilaksanakan di sekolah dasar adalah menggambar, mencetak dan M3 (melipat, menggunting, menempel).

Masing masing kegiatan memiliki beberapa kegiatan lainnya sebagai variasi pembelajaran praktek berkarya seni rupa. Karya-karya yang di maksud adalah:

(16)

Menggambar, terdiri dari: (a) Gambar Ilustrasi, (b) Gambar Model, (d) , Gambar Ekspresi dan (c) Mengambar Dekoratif. Mencetak, terdiri dari : (a) Cetak Penampang, (b) Cetak Umbi-umbian, (c) Cetak sablon dan (d) Monoprint

M3 (Melipat, Menggunting, Menempel), terdiri dari : (a) Kolase, (b) Montase dan (c) Mozaik

Test Formatif 1

Pilih satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan

1. Kegiatan menggambar dengan meniru kemiripan bentuk benda model yang disimpan di depan penggambar adalah menggambar……

a. bentuk b. model

c. ekspresi d. ilustrasi

2. Peran gambar ini ialah untuk menjelaskan sesuatu, artinya dengan dibantu atau dilengkapi gambar ini memudahkan seseorang untuk menafsirkan konsep tertentu. Jenis gambar yang dimaksud adalah gambar ……..

a. bentuk b. model

c. ekspresi d. ilustrasi

3. Kegiatan menggambar manusia atau binatang, maka kegiatan ini disebut kegiatan menggambar………

a. bentuk b. model

c. ekspresi d. ilustrasi

4. Kegiatan menggambar yang lebih mengutamakan pengungkapan emosi yang dicurahkan dalam bentuk karya gambar adalah kegiatan menggambar……..

a. bentuk b. model

c. ekspresi d. ilustrasi

5. Kegiatan menggambar hiasan (ornamen) pada kertas gambar, atau pada benda tertentu adalah kegiatan menggambar……

a. bentuk b. model

c. dekorasi d. ilustrasi

6. Kegiatan mencetak dengan menggunakan ubi jalar, kentang, talas, wortel, ketela pohon sebagai acuan cetaknya adalah:

a. cetak umbi-umbian b. monoprint

c. cetak penampang d. cetak sablon

7. Bahan dan alat yang diperlukan: kertas, pewarna, pelepah daun, buah, daun- daunan, umbi-umbian, belimbing atau umbi dan buah yang memiliki permukaan potongan yang menarik, pisau, alas pewarna, spon/busa, kapas, dan koran bekas digunakan pada kegiatan …………

(17)

a. cetak umbi-umbian b. monoprint

c. cetak penampang d. cetak sablon

8. Teknik cetak dengan merintangi bidang gambar termasuk teknik….

a. cetak umbi-umbian b. monoprint

c. cetak penampang d. cetak sablon

9. Kegiatan berkarya seni rupa M3 (menggunting, melipat dan menempel) yang umum dilakukan pada pembelajaran seni rupa di Sekolah Dasar adalah…..

a. Mozaik, Kolase, Origami b. Montase, Kolase, Origami

c. Mozaik, Kolase, Montase d. Mozaik, Kolase, Monoprint

10. Potonglah gambar-gambar atau reproduksi potret dari majalah, poster, kalender atau lainnya mengikuti kontur gambar/potret tersebut. Susunlah hasil guntingan tadi berdasarkan kreasi masing-masing, pada kertas gambar yang sudah disediakan. Kegiatan berkarya seni ini adalah kegiatan berkarya seni…..

a. Mozaik b. Montase

c. Kolase d. Monoprint

Untuk melihat kemampuan Anda, coba cocokan jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat pada akhir Bahan Belajar Mandiri ini.

Kemudian hitunglah jawaban Anda yang benar dan gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap Materi Kegiatan Pembelajaran ini.

Rumus:

Tingkat penguasaan= Jumlah Jawaban Anda yang benar x 100%

10 Arti tingkat penguasan yang Anda capai:

90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang

Catatan: Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Pembelajaran selanjutnya, tetapi bila tingkat penguasan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Gambar

Ilustrasi berasal dari bahasa Latin “illustrate”, yang berarti menerangi atau  menghias

Referensi

Dokumen terkait

Bintang (2000) melaporkan suplementasi lisin pada dedak dalam ransum itik manila yang sedang tumbuh, menunjukkan bahwa itik manila jantan dan betina yang mendapat

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hukuman mati dalam definisi hukum pidana Islam, yaitu hukuman yang sudah ada ketetapannya dalam al- Qur’an dan hadis, sebagai

Alhamdulilah Puji Syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, serta hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Penilaian Pengetahuan : Penilaian pengetahuan dilakukan dengan memberikan tugas kepada siswa secara berkelompok untuk menganalisis informasi yang ada pada label yang diberikan

Bapa Kami yang di Surga, dikuduskanlah namaMu, Datanglah kerajaanMu, Jadilah kehendakMu di bumi seperti di Surga, Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang

Hubungan diplomasi dengan negosiasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam hubungan luar negeri walaupun dalam negosiasi mempunyai

1, Menggali informasi tentang faktor internal (riwayat kehamilan, tingkat pendidikan, pengetahuan gizi dan kesehatan kehamilan, persepsi terhadap kehamilan dan