• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

1.1 Prestasi Belajar 1.1.1 Pengertian Belajar

Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut.

Bagi seorang siswa, belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut.

Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun di lingkungan masyarakat.

Irwanto (1997:105) berpendapat bahwa “belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu.”

Di dalam belajar, siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu, karena itu menurut Cronbach (Sumadi Suryabrata,1998:231) :“Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu pelajar mempergunakan pancainderanya. Pancaindera tidak terbatas hanya indera pengelihatan saja, tetapi juga berlaku bagi indera yang lain.”

Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri siswa,

namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena perubahan

tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas (Muhibbidin

(2)

Syah, 2000:116) antara lain : (a).Perubahan Intensional,(b). Perubahan positif dan aktif,(c). Perubahan efektif dan fungsional.

Pendapat diatas dapat di jelaskan sebagai brikut;

a. Perubahan dalam proses berlajar adalah karena pengalaman atau praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Pada ciri ini siswa menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan.

b. Positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi kehidupan serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu yang baru, yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aktif artinya perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha dari siswa yang bersangkutan.

c. Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan manfaat tertentu bagi siswa. Sedangkan perubahan yang fungsional artinya perubahan dalam diri siswa tersebut relatif menetap dan apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan lagi.

Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, secara sengaja, disadari dan

perubahan tersebut relatif menetap serta membawa pengaruh dan manfaat yang

positif bagi siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

(3)

1.1.2 Hakekat Prestasi Belajar

Mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang dibayangkan, karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi.

Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauhmana ia telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Seperti yang dikatakan oleh Winkel (1997:168) bahwa “proses belajar yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan.” Adanya perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru. Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar.

Sedangkan Marsun dan Martaniah dalam SiaTjundjing (2000:71) berpendapat bahwa “prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik.”

Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.

“ Menurut Poerwordarminto ( Mila Ratnawati, 1996 : 206 ) yang di

maksud dengan prestasi adalah hasil yang telah di capai, di lakukan atau di

kerjakan oleh seseorang.’’ Sedangkan prestasi belajar itu sendiri di artikan sebagai

(4)

prestasi yang telah di capai oleh seorang siswapada jangka waktu tertentu dan di catat dalam buku rapor sekolah.

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar pada bidang akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu yang di catat pada setiap akhir semester di dalam buku laporan yang di sebut rapor.

2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar.

Meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang perlu diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tapi dalam kenyataannya prestasi yang dihasilkan di bawah kemampuannya.

Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-faktor yang perlu diperhatikan. “Menurut Sumadi Suryabrata (1998 : 233) secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal :”

a. Faktor Internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu : (1).Faktor fisiologis,dan (2).faktor psikologis.

Faktor fisiologis yang mempengaruhi prestasi belajar seperti, faktor yang

berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera. Sedangkan pada faktor

(5)

psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seperti, intelegensi, sikap, dan motivasi.

b. Faktor Eksternal

Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain di luar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, antara lain adalah :

1. Faktor lingkungan keluarga a. Sosial ekonomi keluarga

Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah

b. Pendidikan orang tua

Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak- anaknya, dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.

c. Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga

Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara langsung, berupa pujian atau nasihat; maupun secara tidak langsung, seperti hubugan keluarga yang harmonis.

2. Faktor Lingkungan Sekolah

a. Sarana dan Prasarana

(6)

Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, LCD, ruangan laboratorium,akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah; selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar

b. Kompetensi Guru dan Siswa

Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka. Bila seorang siswa merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik di sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik yang berkualitas, yang dapat memenuhi rasa Keingintahuannya, hubungan dengan guru dan teman-temannya berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh proses belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong untuk terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.

c. Kurikulum dan metode mengajar

Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi tersebut kepada siswa. Metode pembelajaran yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran.

3. Faktor Lingkungan Masyarakat a. Sosial Budaya

Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan

mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik. Masyarakat

(7)

yang masih memandang rendah pendidikan akan enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan cenderung memandang rendah pekerjaan guru/

pengajar.

b. Partisipasi terhadap pendidikan

Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah, setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di tarik kesimpulan, bahwa prestasi belajar siswa, dapat di pengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor internal, yaitu faktor yang terjadi dari dalam diri siswa. dan faktor ekstenal yaitu faktor yang terjadi dari luar diri siswa. Oleh karena itu, dalam proses kegiatan belajar siswa akan nampak berhasil apabila dalam komponen pembelajaran saling menunjang.

2.1.4.Pengukuran Prestasi Belajar

Pada dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan. Menilai merupakan salah satu proses belajar dan mengajar.

“Syaifuddin Azwar (1998 :11) menyebutkan bahwa ada beberapa fungsi penilaian dalam pendidikan, yaitu :” (a). Penilaian berfungsi selektif (fungsi sumatif), (b). Penilaian berfungsi diagnostik, (c). Penilaian berfungsi sebagai penempatan (placement), (d). Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan .

Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan sebagai berikut;

- Fungsi penilaian selektif merupakan pengukuran akhir dalam suatu

program dan hasilnya dipakai untuk menentukan apakah siswa dapat dinyatakan

(8)

lulus atau tidak dalam program pendidikan tersebut. Dengan kata lain penilaian berfungsi untuk membantu guru mengadakan seleksi terhadap beberapa siswa, misalnya :

1. Memilih siswa yang akan diterima di sekolah 2. Memilih siswa untuk dapat naik kelas

3. Memilih siswa yang seharusnya dapat beasiswa

- Fungsi penilaian di agnostik untuk mengetahui hasil yang dicapai siswa juga mengetahui kelemahan siswa sehingga dengan adanya penilaian, maka guru dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-masing siswa. Jika guru dapat mendeteksi kelemahan siswa, maka kelemahan tersebut dapat segera diperbaiki.

- Penilaian placement dilakukan untuk mengetahui di mana seharusnya siswa tersebut ditempatkan sesuai dengan kemampuannya yang telah diperlihatkannya pada prestasi belajar yang telah dicapainya. Sebagai contoh penggunaan nilai Rapor SMA kelas II menentukan jurusan studi di kelas III.

- Penilaian berfungsi normatif yaitu untuk mengetahui sejauh mana suatu program dapat diterapkan. Sebagai contoh adalah raport di setiap semester di sekolah-sekolah tingkat dasar dan menegah dapat dipakai untuk mengetahui apakah program pendidikan yang telah diterapkan berhasil diterapkan atau tidak pada siswa tersebut.

1.2 Hakekat Kemampun Kognitif

Menurut kamus umum bahasa Indonesia, kemampuan adalah

“kesanggupan; kecakapan; kekuatan”. Sedangkan Spencer and Spencer

mendefinisikan “kemampuan sebagai karakteristik yang menonjol dari seorang

(9)

individu yang berhubungan dengan kinerja afektif dan superor dalam suatu pekerjaan atau situasi”.

1. Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah

“perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976)http://staff.ui.ac.id/internal/130611035/publikasi/KognitifMetakogPe mahaman-JPS.pdf

Dari pengertian di atas kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Tingkat kemampuan kognitif tergambar pada hasil belajar yang diukur dengan tes hasil belajar. Tes hasil belajar menghasilkan nilai kemampuan kognitif yang bervariasi, variasi nilai tersebut menggambarkan perbedaan kemampuan kognitif tiap-tiap individu.

1.3 Fakor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Kognitif

Menurut Jean Piaget (dalam Hamzah dkk. 2008: 44) proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap Asimilasi, Akomodasi dan Equilibrasi.”

a. Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Asimilasi di pandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklarifikasikan kejadian atau rangsangan yang baru dalam skema yang ada..

b. Akomodasi Sering terjadi dalam menghadapi ransangan atau pengalaman

baru, seseorang tidak dapat mengasimilasi pengalaman yang baru itu dengan

(10)

skema yang telah di miliki. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan seperti ini orang akan mengadakan akomodasi, yaitu: Membentuk skema baru yang dapat atau cocok dengan skema yang baru atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan ransangan itu.

c. Equilibration Proses asimilasi dan akomodasi perlu untuk kemampuan kognitif seseorang. Agar seseorang dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuannya sekaligus menjaga stabilitas mental dalam dirinya, maka diperlukan proses penyeimbangan. Proses penyeimbangan yaitu menyeimbangkan antara asimilasi dan akomodasi. Proses tersebut disebut equilibrium, yakni pengaturan diri secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi.

2.4 Tahap Perkembangan Kognitif

Menurut Jean Piaget (dalam Hamzah dkk. 2008: 45), perkembangan kognitif seseorang mengikuti tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap pertama : Masa sensori motor (0,0-2,5 tahun) 2. Tahap kedua : Masa pra-operasional (2,0-7,0 tahun) 3. Tahap ketiga : Masa konkret operasional (7,0-11,0 tahun) 4. Tahap keempat : Masa operasional (11,0-dewasa.

Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensori motor tentu

lain dengan yang dialami seorang anak yang sudah mencapai tahap kedua (Pra

operasional) dan lain lagi yang dialami siswa lain yang telah sampai ke tahap yang

(11)

lebih tinggi. Secara umum, semakin tinggi tingkat kognitif seseorang semakin teratur cara berfikirnya.

2.5 Tingkatan Kognitif

Dalam klasifikasi taksonominya Bloom mengemukakan enam tingkatan kognitif meliputi:

1. Pengetahuan (mengingat, menghafal);

2. Pemahaman (menginterprestasikan);

3. Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah);

4. Analisis (menjabarkan suatu konsep);

5. Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)

6. Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode dan sebagainya.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tingkatan hasil belajar dalam kecakapan kognitif yang pertama adalah memperoleh informasi atau pengetahuan yang selanjutnya dengan pengetahuan tersebut tercipta suatu konsep yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah.

2.6 Perumusan Hipotesis Penelitian

Yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan

signifikan antara kemampuan kognitif Siswa dengan prestasi belajar pada mata

pelajaran sejarah kelas XI di SMA Negeri 2 Kota Gorontalo.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa semua biaya overhead perusahaan disatukan dalam satu kelompok biaya ( cost pool ), kemudian dialokasikan pada produk dengan

mungkin benar karena struktur luar kerucut gunungapi muda merupakan sebuah struktur kaldera namun bukan merupakan kaldera yang terbentuk akibat pengaruh longsornya

Perbedaan pola pertumbuhan ikan nilem antar jenis kelamin dalam penelitian ini disebabkan sebagian besar populasi ikan nilem yang tertangkap berukuran dewasa dan

menangkap pesan yang terdapat pada buku dan video yang telah di tentukan oleh peneliti. 4 Treatment: Merupakan tahap pelaksanaan bantuan yang ditetapkan pada

Uraian materi I ini membahas tentang tinjauan ulang materi yang pernah di bahas pada modul sebelumnya. Materi pertama adalah membahas tipe data dasar pada Turbo Pascal. Tipe dasar

Secara umum, pengertian manajemen sumber daya manusia dapat dinyatakan sebagai suatu proses pencapaian tujuan yang dilakukan dengan menggunakan sumber daya manusia yang tersedia

Catatan: PCN yang dilaporkan akan mengindikasikan bahwa suatu pesawat udara dengan nomor klasifikasi pesawat udara [aircraft classification number (ACN)] sama dengan atau

Ibu Anggrek sambil ketawa ketika peneliti menanyakan tentang dampak keikutsertaan anaknya belajar agama di Sekolah Dasar Santa Maria Pekanbaru, “begini mbak, anak saya