• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU AKIBAT PANDEMI COVID- 19 SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir Memenuhi Syarat Syarat Untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU AKIBAT PANDEMI COVID- 19 SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir Memenuhi Syarat Syarat Untuk"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir Memenuhi Syarat – Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

MUHAMMAD SATRIA ALDISTA NIM : 150200526

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

(2)
(3)

i

ABSTRAK

*) Muhammad Satria Aldista

**) Tan Kamello

***) Muhammad Husni

Corona Virus Disease 2019 (Covid-l9) telah dinyatakan oleh World Healtlt Organization (WHO) sebagai pandemi dan Indonesia telah menyatakan Corona Virus Disease 2019 (Covid-l9) sebagai bencana non alam berupa wabah penyakit yang wajib dilakukan upaya penanggulangan sehingga tidak terjadi peningkatan kasus. pandemi covid-19 yang memiliki dampak dalam perkembangan arus globalisasi dunia dan kerjasama disegala bidang sangat memburuk. Dimana perusahaan banyak mengalami penutupan dikarenakan peraturan pemerintah dalam menangani covid-19, serta membuat pekerja banyak mengalami pembatalan perjanjian kerja yang dilakukan sepihak oleh perusahaan. Untuk itu perlu dikaji bagaimana Pandemi Covid-19 Ditinjau Dari Undang-Undang Dan Kepres Tentang Wabah Penyakit Menular, bagaimana Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Ditinjau Dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, bagaimana Batalnya Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Akibat Dari Pandemi Covid-19.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif analisis yang didasarkan pada data sekunder (bahan kepustakaan).

Mengenai wabah pandemi Covid 19 dikategorikan sebagai bencana non alam berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai Bencana Nasional. Dasar pemberlakuannya, yakni UU Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular dan UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Perjanjian untuk waktu adalah suatu jenis perjanjian kerja yang umum dijumpai dalam suatu perusahaan, dengan waktu tertentu. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu berlaku terus, sampai: Pihak pekerja/buruh memasuki usia pensiun (55 tahun); Pihak pekerja/buruh diputuskan hubungan kerjanya karena melakukan kesalahan; Pekerja/buruh meninggal dunia; dan Adanya putusan pengadilan yang menyatakan pekerja/buruh telah melakukan tindak pidana sehingga perjanjian kerja tidak bisa dilanjutkan. Alasan pemutusan hubungan kerja dimasa-masa pandemi sebagai force majeure untuk mengurangi kerugian akibat adanya pandemi covid- 19, sebagaimana disebut dalam Pasal 164 Ayat (1) UU Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Kata Kunci: Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Pandemi Covid 19.

* Mahasiswa Fakultas Hukum USU / Penulis

** Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum USU

*** Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum USU

(4)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan kasih dan sayang-Nya kepada kita, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu, yang kami beri judul “ Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Akibat Pandemi Covid 19”

Tujuan dari penyusunan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk bisa menempuh ujian sarjana pendidikan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Di dalam pengerjaan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak yang sangat membantu dalam banyak hal. Oleh sebab itu, disini penulis sampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

2. Prof. Dr. OK. Saidin, S.H., M.Hum Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

3. Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum Selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

4. Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum Selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

5. Dr. Rosnidar Sembiring,S.H.,M.Hum. selaku Ketua Departemen Keperdataan yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada saya

6. Dr. Yefrizawati,S.H.,M.Hum Selaku Dosen Penasihat Akademik saya yang selalu memberikan support kepada saya.

7. Prof. Dr. Tan Kamello, S.H.,M.S. Selaku Dosen Pembimbing I saya yang selalu

memberikan masukkan kepada saya dalam proses pengerjaan skripsi.

(5)

iii

8. Muhammad Husni, S.H.,M.H., Selaku Dosen Pembimbing II saya yang selalu meluangkan waktunya untuk membimbing saya dalam pengerjaan skripsi saya.

9. Kedua orang tua saya yang telah memberikan support kepada saya baik itu secara materi, non materi, moral maupun secara motivasi

10. Kepada teman saya yang selalu memberikan bantuan, dukungan dan semangat, teman-teman stambuk 015 dan teman-teman grup Par Par dan KKR

11. Kepada abangku Muhammad Rachwi Ritonga, S.H. yang selalu memberikan semangat dan bantuan kepada saya dalam proses penyelesaian skripsi saya ini.

12. Terakhir, kepada Siti Hartatti selaku orang paling saya sayangi yang telah mendukung saya selama ini dan memberikan motivasi kepada saya dalam pengerjaan skripsi saya ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan, namun penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terkhusus bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Medan, 12 Januari 2021 Hormat Penulis,

Muhammad Satria Aldista

NIM. 150200526

(6)

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 7

C.Tujuan Penulisan ... 8

D.Manfaat Penulisaan ... 8

E. Metode Penelitian ... 9

F. Keaslian Penulisan... 11

G.Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PANDEMI COVID-19 DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG DAN KEPPRES TENTANG WABAH PENYAKIT MENULAR ... 14

A. Sejarah Dan Definisi Covid-19 ... 14

B.Penggolongan Pandemi Covid-19 Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular ... 24

C.Pandemi Covid-19 Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana ... 31

D.Dampak Yuridis dan Bisnis Akibat Dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor

12 Tahun 2020 Tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus

Disease 2019 (Covid-19) Sebagai Bencana Nasional ... 34

(7)

v

BAB III TINJAUAN UMUM PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN ... 37

A.Jenis Perjanjian Kerja Menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan Di Indonesia ... 37

B.Asas-Asas Perjanjian Kerja Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan Di Indonesia... 38

C.Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Dari Undang-Undang Ketenagakerjaan Di Indonesia... 42

D.Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Ditinjau Dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. ... 48

BAB IV BATALNYA PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU AKIBAT DARI PANDEMI COVID-19 ... 54

A.Definisi Batal Dan Pembatalan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu ... 54

B.Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Batalnya Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Akibat Dari Pandemi Covid-19 ... 62

C.Pertanggungjawaban Hukum Bagi Perusahaan Atas Batalnya Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Akibat Dari Pandemi Covid-19 ... 64

D.Mekanisme Penyelesaian Sengketa Atas Batalnya Perjanjian Kerja Waktu Tertentu ... 72

BAB V PENUTUP ... 78

A.Kesimpulan... 78

B.Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA... 80

A. BUKU : ... 80

B. LAINNYA ... 83

(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah subjek hukum menurut konsep biologis, sebagai gejala alam, sebagai makhluk budaya ciptaan Tuhan yang dilengkapi dengan akal, perasaan dan kehendak. Pengakuan terhadap manusia sebagai subjek hukum sejak masih didalam kandungan ibunya dengan ketentuan dilahirkan hidup (Terdapat pada Pasal 2 KUHPerdata).

1

Wabah merupakan kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu yang dapat menimbulkan malapetaka. Adapun yang dimaksud kejadian luar biasa yaitu timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dan merupakan kejadian yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.

2

Saat ini Indonesia mengalami pandemi Covid-19 sama dengan negara lain diseluruh dunia. Kasus Virus Corona semakin hari semakin bertambah dengan beberapa melaporkan kesembuhan tapi tak sedikit yang meninggal. Karena semakin mewabahnya penyakit ini di Indonesia, penyakit ini menjadi pandemi yang sampai sekarang belum terselesaikan.

1 Abdulkadir Muhammad. 2014. Hukum Perdata Indonesia. Bandung : Pt Citra Aditya Bakti. Halaman 23.

2 Cecep Triwibowo. 2014. Etika Dan Hukum Kesehatan. Cet 1. Yogyakarta: Nuha Medika.

Halaman 128.

(9)

Corona Virus Disease 2019 (Covid-l9) telah dinyatakan oleh World Healtlt Organization (WHO) sebagai pandemi dan Indonesia telah menyatakan Corona Virus Disease 2019 (Covid-l9) sebagai bencana non alam berupa wabah penyakit yang wajib dilakukan upaya penanggulangan sehingga tidak terjadi peningkatan kasus. dalam rangka upaya penanggulangan dilakukan penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan.

Pada saat ini, karena terjadinya pandemi covid-19 yang memiliki dampak dalam perkembangan arus globalisasi dunia dan kerjasama disegala bidang sangat memburuk. Dimana perusahaan banyak mengalami penutupan dikarenakan peraturan pemerintah dalam menangani covid-19, serta membuat pekerja banyak mengalami pembatalan perjanjian kerja yang dilakukan sepihak oleh perusahaan.

Padahal perjanjian kerja sudah ditetapkan oleh perusahaan dan pekerja.

Membuat suatu perjanjian adalah melakukan suatu hubungan hukum. Yang dapat melakukan suatu hubungan hukum adalah setiap pendukung hak dan kewajiban baik orang atau badan hukum, yang harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Jika yang membuat perjanjian adalah suatu badan hukum, badan hukum tersebut harus memenuhi syarat sebagai badan hukum yang sah.

3

3 Handri Raharjo. 2009. Hukum Perusahaan. Yogyakarta : Pustaka Yustisia. Halaman 25.

(10)

Berdasarkan Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Hubungan Kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Hubungan kerja adalah suatu hubungan antara pengusaha dengan pekerja yang timbul dari perjanjian kerja yang diadakan untuk waktu tertentu maupun waktu tidak tertentu.

Hubungan kerja disebut juga hubungan perburuhan atau hubungan industrial. Ada beberapa istilah mengenai hubungan kerja ini:

4

1)

Labour Relations

2)

Labour Management Relations

3)

Industrial Relations

Ada 3 (tiga) unsur/faktor yang menentukan adanya hubungan kerja, yaitu:

1)

Adanya pekerjaan yang harus dilakukan;

2)

Adanya perintah (bekerja atas perintah atasan/pengusaha); dan

3)

Adanya upah.

Tanpa adanya salah satu dari ketiga unsur tersebut maka tidak ada hubungan kerja. Hubungan kerja ini menunjukkan kedudukan kedua belah pihak tersebut, yang pada dasarnya menggambarkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban kedua belah pihak. Menurut Iman Soepomo, dikatakan bahwa pada dasarnya hubungan kerja yaitu hubungan antara buruh dan majikan, terjadi setelah diadakan perjanjian oleh buruh dengan majikan, dimana buruh menyatakan kesanggupannya untuk

4 Aries Harianto. 2016. Hukum Ketenagakerjaan: Makna Kesusilaan Dalam Perjanjian Kerja. Cet 1. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo. Halaman 194.

(11)

bekerja pada majikan dengan menerima upah dan dimana majikan menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan buruh dengan membayar upah.

5

Menurut pendapat Husni, bahwa hubungan kerja adalah hubungan antara buruh dan majikan setelah adanya perjanjian kerja, yaitu suatu perjanjian dimana pihak buruh mengikatkan dirinya pada pihak majikan untuk bekerja mendapatkan upah dan majikan menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan si buruh dengan membayar upah. Unsur-unsur hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja.

6

Menurut Wiwoho Soedjono menyatakan bahwa perjanjian kerja adalah hubungan hukum antara seseorang yang bertindak sebagai pekerja dengan seseorang yang bertindak sebagai pengusaha/pemberi pekerjaan, atau perjanjian orang-perorang pada satu pihak dengan pihak lain untuk melaksanakan suatu pekerjaan dan memenuhi perjanjian kerja yang dijanjikan, hak dan kewajiban para pihak.

7

Perjanjian kerja yang dalam bahasa Belanda disebut Arbeidsoverenkoms, mempunyai beberapa pengertian. Pasal 1601a KUHPerdata memberikan pengertian sebagai berikut:

8

“Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian di mana pihak kesatu (si buruh), mengikatkan dirinya untuk di bawah perintah pihak yang lain, si majikan untuk suatu waktu tertentu melakukan pekerjan dengan menerima upah.”

5 Ibid., Halaman 195.

6 Ibid.

7 Zaeni Ashadie. 2008. Hukum Kerja. Jakarta : Rajawali Pers. Halaman 57.

8 Lalu Husni. 2014. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Cet 12. Jakarta:

Rajawali Pers. Halaman 62

(12)

Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 1 angka 14 memberikan pengertian yakni:

“Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja/buruh dan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja hak dan kewajiban kedua belah pihak.”

Macam-Macam Perjanjian Kerja, yaitu Perjanjian Kerja terdiri atas:

9

1. Perjanjian Kerja untuk waktu tertentu, yaitu perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu. Selanjutnya disebut dengan PKWT 2. Perjanjian Kerja untuk waktu tertentu, yaitu perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja titak tetap.

Selanjutnya disebut dengan PKWT.

a. Perjanjian Kerja untuk waktu tertentu dapat dibuat:

1.) Berdasarkan jangka waktu;

2.) Bedasarkan selesainya suatu pekerjaan tertentu.

b. Perjanjian Kerja untuk waktu tertentu terjadi karena hal-hal sebagai berikut:

1.) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dibuat dalam bahasa Indonesia dan huruf Latin.

9 F.X. Djumialdji. 2010. Perjanjian Kerja. Edisi Revisi. Cet 4. Jakarta: Sinar Grafika.

Halaman 11.

(13)

2.) Perjanjian kerja waktu tertentu tidak dibuat untuk pekerjaan yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu:

10

a) Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;

b) Pekerjaan yang diperkirakan dapat diselesaikan dalam waktu yang tidak terlalu lama, paling lama 3 (tiga) tahun;

c) Pekerjaan yang bersifat musiman;

d) Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.

3.) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap

4.) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu diadakan untuk lebih dari 2 (dua) tahun dan diperpanjang lebih dari satu kali untuk jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun

5.) Pengusaha yang bermaksud memperpanjang perjanjian kerja waktu tertentu, paling lama 7 (tujuh) hari sebelum perjanjian kerja untuk waktu tertentu tersebut berakhir tidak memberikan maksudnya secara tertulis kepada pekerja/buruh yang bersangkutan

6.) Pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu diadakan tidak melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari berakhirnya perjanjian kerja waktu

10 Ibid. Halaman 12.

(14)

tertentu yang lama. Pembaruan perjanjian kerja untuk waktu tertentu ini diadakan lebih dari 1 (satu) kali dan lebih dari 2 (dua) tahun.

Namun akibat terjadinya pandemi covid-19 ini menyebabkan terjadinya penutupan sekolah, tempat kerja dan kegiatan keagamaan serta banyaknya kegiatan fasilitas umum yang ditutup oleh pemerintah untuk menekan angka penyebaran dan kematian yang disebabkan oleh covid-19.

Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik mengangkat skripsi ini dengan judul: “Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Akibat Pandemi Covid-19”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan pokok yang dikemukakan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Pandemi Covid-19 Ditinjau Dari Undang-Undang Dan Kepres Tentang Wabah Penyakit Menular?

2. Bagaimana Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Ditinjau Dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan?

3. Bagaimana Batalnya Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Akibat Dari Pandemi Covid-19 ?

Permasalahan di atas merupakan beberapa penilaian yang tepat untuk

membahas mengenai Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Akibat Pandemi Covid-19.

(15)

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulis membuat penulisan skripsi tentang ini adalah sebagai berikut

;

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Pandemi Covid-19 Ditinjau Dari Undang- Undang Dan Kepres Tentang Wabah Penyakit Menular.

2. Untuk Mengetahui Bagaimana Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Ditinjau Dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

3. Untuk Mengetahui Bagaimana Batalnya Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Akibat Dari Pandemi Covid-19.

D. Manfaat Penulisaan 1. Secara Teoritis

Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan di bidang hukum khususnya hukum perdata berlaku dalam kehidupan sehari-hari menyangkut hukum perjanjian kerja waktu tertentu.

2. Secara Praktis

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk menambah ilmu

pengetahuan pembaca/masyarakat serta dapat membantu memecahkan masalah

yang mungkin sedang dihadapi oleh masyarakat terutama menyangkut masalah

dalam perjanjian kerja waktu tertentu akibat dari pandemi covid-19

(16)

E. Metode Penelitian a. Lokasi Penelitian

Lokasi yang ditentukan dalam melakukan penelitian skripsi hukum normatif, lokasi penelitian jelas dilakukan diberbagai perpustakaan, baik perpustakaan pribadi, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan instansi, perpustakaan umum, perpustakaan pemerintah, dan perpustakaan swasta.

Perpustakaan yang dikunjungi adalah perpustakaan yang didalamnya terdapat bahan-bahan hukum yang dicari yang berkaitan dengan topik penelitian.

b. Spesifikasi Penelitian dan Metode Pendekatan 1. Spesifikasi penelitian

Spesifikasi penelitian ini adalah termasuk deskriptif.

11

Karena bertujuan hanya menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta mengenai perjanjian kerja waktu tertentu akibat dari pandemi covid-19.

2. Metode pendekatan

Metode pendekatan penelitian ini mempergunakan metode pendekatan yuridis normatif dan metode kualitatif. Metode pendekatan yuridis normatif.

12.

Dipergunakan dengan cara melihat bahan-bahan pustaka seperti Undang-Undang dan literatur-literatur tentang pokok permasalahan yang di teliti.

Metode pendekatan secara kualitatif bermanfaat untuk melakukan analisis data secara menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang integral (holistic), hasil

11 Deni Damayanti. 2016. Pintar Menulis Karya Ilmiah Sejak Bangku Kuliah Esai, Jurnal, Skripsi, Tesis, Dan Karya Ilmiah Populer. Yogyakarta : Araska. Halaman 43.

12 Bahder Johan Nasution. 2016. Metode Penelitian Hukum. Bandung : CV. Mandar Maju.

Halaman 89.

(17)

penelitian dipaparkan secara deskriptif dan mendalam dengan tidak mempergunakan analisis secara kualitatif.

13

c. Metode Pengumpulan Data dan Analisa Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini merupakan landasan utama dalam menyusun skripsi dan menggunakan metode penelitian Tinjauan Kepustakaan yakni berupa buku bacaaan yang relevan dengan penulisan skipsi ini, dengan cara membaca dan mempelajari bahan buku bacaan maupun perUndang-Undangan dan juga sumber lain yang berhubungan dengan penulisan ini dan dijadikan sebagai dasar untuk menghasilkan suatu karya ilmiah dengan sebaik-baiknya agar lebih berbobot, yang mana data-data ini diperoleh dari penelitian kepustakaan (library research).

14

2. Analisis Data

Untuk dapat memberikan penilaian terhadap penelitian dan penulisan skripsi ini melalui suatu pengamatan yang teruji, guna mendapatkan gambaran tentang pemecahan masalah, pengajuan analisa sangat diperlukan, sehingga studi ini memenuhi syarat untuk dijadikan bahan masukan bagi pihak terkait. Maka penelitian ini mempergunakan analisis kualitatif, yang dijabarkan dan disajikan lebih lanjut dalam pembahasan secara tuntas permasalahannya.

13 Ibid., Halaman 92.

14 Pedoman penulisan Skripsi dan Metode Penelitian Hukum. 2005. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(18)

F. Keaslian Penulisan

Berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaaan di Perpustakaan Pusat Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara maka diketahui bahwa belum pernah dilakukan penulisan yang serupa mengenai Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Akibat Pandemi Covid-19.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai isi penulisan skripsi, maka penulis membuat sistematika sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Di dalam Bab ini berisi: tentang Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Keaslian Penelitian, Sistematika Penulisan.

Bab II :Pandemi Covid-19 Ditinjau Dari Undang-Undang Dan Keppres Tentang Wabah Penyakit Menular

Di dalam Bab ini berisi tentang : Sejarah dan Definisi Covid-19,

Penggolongan Pandemi Covid-19 Ditinjau Dari Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular, Pandemi

Covid-19 Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007

Tentang Penanggulangan Bencana, dan Dampak Yuridis dan

Bisnis Akibat Dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 12

Tahun 2020 Tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran

(19)

Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Sebagai Bencana Nasional.

Bab III : Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Ditinjau Dari Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Di dalam Bab ini berisi tentang: Jenis Perjanjian Kerja Menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan Di Indonesia, Asas-Asas Perjanjian Kerja Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan Di Indonesia, Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Dari Undang-Undang Ketenagakerjaan Di Indonesia, Dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Ditinjau Dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

BAB IV : Batalnya Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Akibat Dari Pandemi Covid-19

Di dalam Bab ini berisikan tentang : Definisi Batal Dan

Pembatalan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Peraturan

Perundang-Undangan Mengenai Batalnya Perjanjian Kerja Waktu

Tertentu Akibat Dari Pandemi Covid-19, Pertanggungjawaban

Hukum Bagi Perusahaan Atas Batalnya Perjanjian Kerja Waktu

Tertentu Akibat Dari Pandemi Covid-19, Dan Mekanisme

Penyelesaian Sengketa Atas Batalnya Perjanjian Kerja Waktu

Tertentu.

(20)

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Di dalam Bab ini diuraikan mengenai kesimpulan dari seluruh

Penulisan serta saran yang mudah-mudahan berguna bagi penulis

dan pembaca

(21)

14

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI PANDEMI COVID-19 DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG DAN KEPPRES TENTANG WABAH PENYAKIT

MENULAR

A. Sejarah Dan Definisi Covid-19 1. Definisi Pandemi

Pandemi adalah wabah yang berjangkit serempak dimana-mana, meliputi daerah geografis yang luas.

15

Pandemi adalah adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) frekuensinya dalam waktu yang singkat memperlihatkan peningkatan yang amat tinggi serta penyebarannya telah mencakup suatu wilayah yang amat luas.

16

Pandemi (dari bahasa Yunani πᾶν pan yang artinya semua dan δήμος demos yang artinya orang) adalah epidemi penyakit yang menyebar di wilayah yang luas, misalnya beberapa benua, atau di seluruh dunia. Penyakit endemik yang meluas dengan jumlah orang yang terinfeksi yang stabil bukan merupakan pandemi.

Kejadian pandemi flu pada umumnya mengecualikan kasus flu musiman.

Sepanjang sejarah, sejumlah pandemi penyakit telah terjadi, seperti cacar (variola) dan tuberkulosis. Salah satu pandemi yang paling menghancurkan adalah maut hitam, maut hitam disebut juga wabah hitam atau (black death) adalah suatu

15 Kamisa. 2013.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Surabaya:Cahaya Agency.Halaman 392.

16 M. Arie Wuryanto. “Dasar Epidemiologi”.

http://arie_wuryanto.blog.undip.ac.id/files/2009/10/definisi-epidemiologi. Diakses Pada Tanggal 4 Agustus 2020. Pada Jam 14.00 WIB.

(22)

pandemi hebat yang pertama kali melanda Eropa yang menewaskan sekitar 75–200 juta orang pada abad ke-14.

17

Saat ini Indonesia sedang mengalami Koronavirus atau coronavirus (istilah populernya: virus korona, virus corona, atau virus Corona) adalah sekumpulan virus dari subfamili Orthocoronavirinae dalam keluarga Coronaviridae dan ordo Nidovirales. Kelompok virus ini yang dapat menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia (termasuk manusia). Pada manusia, koronavirus menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang umumnya ringan, seperti pilek, meskipun beberapa bentuk penyakit seperti SARS, MERS, dan COVID-19 sifatnya lebih mematikan.

Manifestasi klinis yang muncul cukup beragam pada spesies lain: pada ayam, koronavirus menyebabkan penyakit saluran pernapasan atas, sedangkan pada sapi dan babi menyebabkan diare. Belum ada vaksin atau obat antivirus untuk mencegah atau mengobati infeksi koronavirus pada manusia.

18

Sekarang Indonesia mengalami pandemi Covid 19 sama dengan negara lain diseluruh dunia. Kasus virus Corona semakin hari semakin bertambah dengan beberapa melaporkan kesembuhan tapi tak sedikit yang meninggal. Karena semakin mewabahnya penyakit ini di Indonesia, penyakit ini menjadi pandemi yang sampai sekarang belum terselesaikan.

17 Anonym. https://id.wikipedia.org/wiki/Pandemi. Diakses Pada Tanggal 13 Agustus 2020. Pada Jam 21.00 WIB.

18 Anonym. https://id.wikipedia.org/wiki/Koronavirus. Diakses Pada Tanggal 13 Agustus 2020. pada jam 22.00 WIB

(23)

Secara umum, ada 3 (tiga) gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu:

19

a. Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius);

b. Batuk;

c. Sesak napas

Gejala-gejala Covid 19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 (dua) hari sampai 2 (dua) minggu setelah penderita terpapar virus Corona.

Penyebab Virus Corona (Covid-19) yang dapat menularkan seseorang dapat tertular Covid 19 melalui berbagai cara, yaitu:

20

a. Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat penderita Covid 19 batuk atau bersin;

b. Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu setelah menyentuh benda yang terkena cipratan ludah penderita Covid 19;

c. Kontak jarak dekat dengan penderita Covid 19.

Diagnosis atas virsus corona dapat dilakukan dengan cara, yaitu :

21

a. Rapid test sebagai penyaring;

b. Tes usap (swab) tenggorokan untuk meneliti sampel dahak (tes PCR);

c. CT scan atau Rontgen dada untuk mendeteksi infiltrat atau cairan di paru- paru.

19 Ari Fadli. “Mengenal Covid-19 Dan Cegah Penyebarannya Dengan “Peduli Lindungi”

Aplikasi Berbasis Andorid”. Artikel Pengabdian Kepada Masyarakat Jurusan Teknik Elektro, Di Desa Blater Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga Selasa, 21 April 2020.

https://www.researchgate.net/publication/340790225. Diakses pada Tanggal 24 Juli 2020, Pada Jam 20.00 WIB. Halaman 2.

20 Ibid, Halaman 3.

21 Ibid.

(24)

Pengobatan atas virus corona dapat dilakukan dengan jalan, yaitu :

22

a. Merujuk penderita COVID-19 yang berat untuk menjalani perawatan dan karatina di rumah sakit rujukan;

b. Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai kondisi penderita;

c. Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi mandiri dan istirahat yang cukup;

d. Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih untuk menjaga kadar cairan tubuh.

Dalam pencegahan virus corona (Covid-19) sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus Corona atau Covid 19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah dengan menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan Anda terinfeksi virus ini, yaitu:

23

a. Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain, dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan mendesak;

b. Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian;

c. Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang mengandung alkohol minimal 60%, terutama setelah beraktivitas di luar rumah atau di tempat umum;

d. Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan;

e. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat.

22 Ibid.

23 Ibid.

(25)

f. Hindari kontak dengan penderita Covid 19, orang yang dicurigai positif terinfeksi virus Corona, atau orang yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek;

g. Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang tisu ke tempat sampah;

h. Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan, termasuk kebersihan rumah.

Untuk orang yang diduga terkena Covid 19 atau termasuk kategori ODP (orang dalam pemantauan) maupun PDP (pasien dalam pengawasan), ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar virus Corona tidak menular ke orang lain, yaitu:

24

a. Lakukan isolasi mandiri dengan cara tinggal terpisah dari orang lain untuk sementara waktu. Bila tidak memungkinkan, gunakan kamar tidur dan kamar mandi yang berbeda dengan yang digunakan orang lain;

b. Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan;

c. Bila ingin ke rumah sakit saat gejala bertambah berat, sebaiknya hubungi dulu pihak rumah sakit untuk menjemput;

d. Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda sampai Anda benar-benar sembuh;

e. Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang sedang sakit;

24 Ibid, Halaman 4.

(26)

f. Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta perlengkapan tidur dengan orang lain;

g. Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum atau sedang bersama orang lain;

h. Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu segera buang tisu ke tempat sampah.

2. Sejarah Pandemi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pandemi diartikan sebagai wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi yang luas.

Menurut WHO awal dari pandemi influenza adalah terjadinya episenter pandemi influenza di lokasi yang terbatas dan masih mungkin untuk ditanggulangi. Episenter pandemi influenza yang tidak berhasil ditanggulangi akan berkembang. Kasus pandemi ini dapat dianalisis dari sisi ilmu lingkungan yaitu tentang bagaimana interaksi antarorganisme dalam suatu komunitas dalam kaitannya dengan keseimbangan dan daya dukung lingkungan.

25

Influenza yang diakibatkan oleh virus ternyata memiliki tipe, strain, dan tingkatan. Meski kemajuan teknologi obat-obatan telah mampu menanggulangi banyak penyakit, tetapi influenza tetap saja diwaspadai oleh para ahli kesehatan.

Sebab di awal tahun 2000 saja banyak terjadi pandemi influenza yang menyerang hewan ternak bahkan manusia. Dalam cakupan yang lebih luas, pandemi dapat

25 Muhammad Luthfi Hidayat. 2015. Virus Influenza Penegur Anthroposentrisme Manusia.

Yogyakarta : Misterluthfi Self Publishing. Halaman 4.

(27)

dianalisis dari sisi ekologi, untuk tidak membatasinya pada lingkup kesehatan manusia saja. Berikut sejumlah pandemi influenza yang pernah menjangkiti dunia dan mengakibatkan jatuhnya korban dalam jumlah besar yang dapat dianalisis dari sisi ilmu lingkungan. :

26

1. Flu Spanyol

Flu Spanyol, juga dikenal sebagai pandemi flu 1918, adalah flu mematikan yang disebabkan oleh virus H1N1 influenza A.

27

Waktu itu kalender Gregorian menunjukkan bulan Oktober tahun 1918. Kondisi sebagain besar eropa sedang dilanda Perang Dunia I. Meski perseteruan antar negara itu tampak akan segera berakhir, penyensoran berita masih berlaku. Spanyol, yang waktu itu tidak terlibat perang dan hanya bertindak sebagai negara netral, melaporkan bahwa penduduk sipil di banyak tempat jatuh sakit dan meninggal dengan kecepatan yang meresahkan. Dari situasi inilah muncul nama yang akan melekat pada penyakit itu untuk selamanya flu Spanyol.

28

Pandemi itu berawal pada bulan Maret 1918 di Amerika. Banyak penyidik menelusuri asal usulnya ke negara bagian Kansas, AS. Dari sana, penyakit itu tampaknya menyebar ke Prancis melalui tentara AS yang baru tiba. Setelah lonjakan korban jiwa akibat influenza, pada bulan Juli 1918, bagian terburuk tampaknya telah berlalu. Para dokter sama sekali tidak menyangka bahwa pandemi itu sedang mengumpulkan kekuatan untuk menjadi pembunuh yang lebih ganas.

29

26 Ibid.

27 https://en.wikipedia.org/wiki/Spanish_flu, diakses tanggal 8 Januari 2021, pukul 16.00 WIB.

28 Muhammad Luthfi Hidayat, Op.Cit, Halaman 5.

29 Ibid.

(28)

Ketika Perang Dunia I berakhir pada tanggal 11 November 1918, dunia sejenak bergembira. Namun, ironisnya, hampir pada waktu yang sama, wabah merebak di seluruh bumi. Wabah itu bagaikan monster yang menjadi tajuk berita internasional. Hanya segelintir orang pada masa itu yang luput, dan semuanya diliputi ketakutan. Para pakar kesehatan waktu itu memberi komentar, ”Angka harapan kehidupan di Amerika Serikat anjlok hingga lebih dari 10 tahun pada tahun 1918.”

30

Dalam waktu yang relatif singkat, flu itu telah menewaskan lebih banyak orang daripada pandemi lain sejenisnya sepanjang sejarah manusia.

2. Flu Burung Di Asia

Flu Burung (Avian influenza) merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1 (H=hemaglutinin; N=neuraminidase) yang pada umumnya menyerang unggas (burung dan ayam). Flu burung disebabkan oleh virus influenza A dari genus Alphainfluenzavirus.

31

Penyakit ini menular dari unggas ke unggas tetapi dapat juga menular ke manusia (zoonosis). Sebagian besar kasus infeksi pada manusia berhubungan dengan adanyariwayat kontak dengan peternakan unggas atau benda yang terkontaminasi.

32

Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi. Kejadian avian influenza menyebar di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan negara-negara yang terjangkit avian influenza

30 Ibid.

31 https://id.wikipedia.org/wiki/Flu_burung, diakses tanggal 8 Januari 2021, pukul 16.10 WIB.

32 Muhammad Luthfi Hidayat, Op.Cit, Halaman 9.

(29)

adalah: Hongkong,Cina, Belanda, Vietnam dan Thailand. Di Hongkong avian influenza menyerang ayam dan manusia (tahun 1997). Jumlah penderita sebanyak 18 orang dengan 6 kematian.

33

Kejadian ini merupakan pertama kali dilaporkan adanya penularan langsung dari unggas ke manusia. Sejak pertengahan tahun 2003 peternakan unggas di Indonesia mengalamikejadian luar biasa untuk avian influenza, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur,namun kasus avian influenza pada manusia baru didapatkan pada bulan Juli 2005. WHO menyatakan bahwa di Indonesia hingga tanggal 4 Juli 2006 telah didapatkan 52 kasus avian influenza pada manusia dan 40 diantaranya fatal.

34

Lima negara Asia bisa menjadi target virus flu burung H7N9 yang telah menelan korban ratusan nyawa sejak Maret 2013, termasuk Indonesia. Sebagian wilayah Bangladesh, India, Indonesia, Filipina dan Vietnam terancam virus H7N9 karena, seperti Cina, negara-negara ini juga memiliki pasar burung di kawasan padat penduduk. Demikian menurut tim peneliti internasional yang terdiri dari ilmuwan-ilmuwan Free University of Brussels, International Livestock Research Institute, Oxford University dan Chinese Centre for Disease Control and Prevention.

35

Daerah yang berpotensi terkena risiko termasuk pusat kota pesisir timur dan tenggara Cina dimana kasus H7N9 belum dilaporkan; sebagian wilayah Bengal dari

33 Ibid, Halaman 10.

34 Ibid.

35 Ibid.

(30)

Bangladesh dan India, Sungai Merah dan Delta Mekong di Vietnam, dan wilayah terpencil di Indonesia dan Filipina.

36

Pandemi yang terjadi saat ini adalah HIV/AIDS dan Pandemi koronavirus 2019–2020 (COVID-19). Koronavirus atau Coronavirus ditemukan pada 1960-an.

Virus yang paling awal ditemukan adalah virus bronkitis infeksius pada ayam dan dua virus dari rongga hidung manusia dengan flu biasa yang kemudian diberi nama human coronavirus 229E dan human coronavirus OC43. Sejak saat itu, anggota koronavirus yang lain mulai diidentifikasi, termasuk SARS-CoV pada 2003, HCoV NL63 pada 2004, HKU1 pada 2005, MERS-CoV (sebelumnya dikenal sebagai 2012- nCoV) pada 2012, dan SARS-CoV-2 (sebelumnya dikenal sebagai 2019-nCoV) pada 2019; sebagian besar dari virus-virus ini terkait dengan infeksi saluran pernapasan yang serius.

37

Pada Desember 2019, kasus pneumonia misterius pertama kali dilaporkan di Wuhan, Provinsi Hubei. Sumber penularan kasus ini masih belum diketahui pasti, tetapi kasus pertama dikaitkan dengan pasar ikan di Wuhan. Tanggal 18 Desember hingga 29 Desember 2019, terdapat lima pasien yang dirawat dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Sejak 31 Desember 2019 hingga 3 Januari 2020 kasus ini meningkat pesat, ditandai dengan dilaporkannya sebanyak 44 kasus. Tidak sampai satu bulan, penyakit ini telah menyebar di berbagai provinsi lain di China, Thailand, Jepang, dan Korea Selatan.

38

36 Ibid.

37 Anonym. https://id.wikipedia.org/wiki/Koronavirus. Diakses Pada Tanggal 13 Agustus 2020. pada jam 22.00 WIB.

38 Adityo Susilo, dkk. “Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini”. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. Vol. 7 No. 1. Maret 2020. Halaman 45.

(31)

Sampel yang diteliti menunjukkan etiologi coronavirus baru. Awalnya, penyakit ini dinamakan sementara sebagai 2019 novel coronavirus (2019-nCoV), kemudian WHO mengumumkan nama baru pada 11 Februari 2020 yaitu Coronavirus Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2).

39

Virus ini dapat ditularkan dari manusia ke manusia dan telah menyebar secara luas di China dan lebih dari 190 negara dan teritori lainnya. Pada 12 Maret 2020, WHO mengumumkan COVID-19 sebagai pandemik.

B. Penggolongan Pandemi Covid-19 Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular

Pasal 1 huruf (a) dan (b) yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular, Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

a. Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

Penjelasannya : Yang dimaksud dengan penyakit menular dalam Undang- Undang ini adalah penyakit menular pada manusia. Karena penyakit dapat berjangkit dari hewan kepada manusia atau sebaliknya ("zoonosa").

39 Ibid.

(32)

b. Sumber penyakit adalah manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda yang mengandung dan/atau tercemar bibit penyakit, serta yang dapat menimbulkan wabah.

Penjelasannya : Yang dimaksud dengan bibit penyakit ialah kuman penyakit yang dapat menimbulkan wabah antara lain dapat berupa virus, parasit, bakteri, riketsia dan lain-lain.

Upaya Penanggulangan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular yaitu :

Pasal 5 :

(1)

Upaya penanggulangan wabah meliputi:

a. penyelidikan epidemiologis;

b. pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita, termasuk tindakan karantina;

c. pencegahan dan pengebalan;

d. pemusnahan penyebab penyakit;

e. penanganan jenazah akibat wabah;

f. penyuluhan kepada masyarakat; dan g. upaya penanggulangan lainnya.

(2)

Upaya penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.

(3)

Pelaksanaan ketentuan ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 6 :

(33)

(1) Upaya penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dilakukan dengan mengikutsertakan masyarakat secara aktif.

(2) Tata cara dan syarat-syarat peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pihak yang bertanggung jawab yang terdapat dalam undang-undang ini sesuai dengan penanganan virus covid-19 dimasa pandemi ini yaitu menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular :

Pasal 10 : Pemerintah bertanggung jawab untuk melaksanakan upaya penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1).

Pasal 11 :

(1) Barang siapa yang mempunyai tanggung jawab dalam lingkungan tertentu yang mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, wajib melaporkan kepada Kepala Desa atau Lurah dan/atau Kepala Unit Kesehatan terdekat dalam waktu secepatnya.

(2) Kepala Unit Kesehatan dan/atau Kepala Desa atau Lurah setempat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) masing-masing segera melaporkan kepada atasan langsung dan instansi lain yang bersangkutan.

(3) Tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) serta tata cara penyampaian laporan adanya penyakit yang dapat menimbulkan wabah bagi nakoda kendaraan air dan udara, diatur dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 12 :

(34)

(1) Kepala Wilayah/Daerah setempat yang mengetahui adanya tersangka wabah di wilayahnya atau adanya tersangka penderita penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah, wajib segera melakukan tindakan- tindakan penanggulangan seperlunya.

(2) Tata cara penanggulangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan perundang-undangan.

Pemerintah bertanggung jawab terhadap kejadian penyakit menular. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan melalui Pasal 152 yang berbunyi:

(1) Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat bertanggung jawab melakukan upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular serta akibat yang ditimbulkannya.

(2) Upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk melindungi masyarakat dari tertularnya penyakit, menurunkan jumlah yang sakit, cacat dan/atau meninggal dunia, serta untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat penyakit menular.

(3) Upaya pencegahan, pengendalian, dan penanganan penyakit menular sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif bagi individu atau masyarakat.

(4) Pengendalian sumber penyakit menular sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dilakukan terhadap lingkungan dan/atau orang dan sumber penularan lainnya.

(35)

(5) Upaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan harus berbasis wilayah.

(6) Pelaksaan upaya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan melalui lintas sektor.

(7) Dalam melaksanakan upaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah dapat melakukan kerja sama dengan negara lain.

(8) Upaya pencegahan pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pemerintah mempunyai kewenangan untuk menentukan suatu daerah dalam keadaan KLB/wabah, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 156 ayat (1). Pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501 tentang Jenis-Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Menimbulkan Wabah Pasal 7 dan Pasal 8 disebutkan bahwa pemerintah dalam hal ini adalah kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan provinsi, atau Menteri.

40

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 156 ayat (2) menyebutkan bahwa dalam penentuan wilyah terkena wabah harus melalui riset terlebih dahulu. Secara detail penetapan daerah KLB diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501 tentang jenis Penyakit Menular Tertentu yang

40 Cecep Triwibowo. Op.,Cit. Halaman 129.

(36)

Menimbulkan wabah Pasal 6 yang berbunyi, “suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB, apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:

41

a. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.

b. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari, atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.

c. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya.

d. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.

e. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) menunjukan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya.

f. Angka kematian kasus suatu penyakit (case fatality rate) dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

41 Ibid. Halaman 130.

(37)

g. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

Adapun penetapan daerah wabah, diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501 tentang jenis Penyakit Tertentu Yang Menimbulkan Wabah Pasal 10 ayat (1) yang berbunyi penetapan suatu daerah dalam keadaan wabah dilakukan apabila situasi KLB berkembang atau meningkat dan berpotensi menimbulkan malapetaka, dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Secara epidemiologis data penyakit menunjukkan peningkatan angka kesakitan dan/atau angka kematian

b. Terganggunya keadaan masyarakat berdasarkan aspek sosial budaya, ekonomi, dan pertimbangan kemanan.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Menimbulkan Wabah Pasal 13 ayat (1) menyatakan penanggulangan KLB/Wabah dilakukan secara terpadu oleh pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Kemudian pada ayat (2) dijelaskan bahwa penanggulangan KLB/Wabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

42

a. Penyelidikan epidemiologis

b. Penatalaksanaan penderita yang mencakup kegiatan pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita, termasuk tindakan karantina

c. Pencegahan dan pengebalan

42 Ibid. Halaman 131.

(38)

d. Pemusnahan penyebab penyakit e. Penangan jenazah akibat wabah f. Penyuluhan kepada masyarakat, dan g. Upaya penanggulangan lainnya.

Pada ayat (3) dijelaskan bahwa upaya penanggulangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g antara lain berupa meliburkan sekolah untuk sementara waktu, menutup fasilitas umum untuk sementara waktu, melakukan pengamatan secara itensif/surveilans selama terjadi KLB serta melakukan evaluasi terhadap upaya penanggulangan secara keseluruhan.

C. Pandemi Covid-19 Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana

Pasal 1 ayat (1) dan (3) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:

(1)

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

(3) Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal

modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

(39)

Hak Dan Kewajiban Masyarakat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana yaitu :

Bagian Kesatu adalah Hak Masyarakat Pasal 26 :

(1) Setiap orang berhak:

a. mendapatkan perlindungan sosial dan rasa aman, khususnya bagi kelompok masyarakat rentan bencana;

b. mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan keterampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana;

c. mendapatkan informasi secara tertulis dan/atau lisan tentang kebijakan penanggulangan bencana;

d. berperan serta dalam perencanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan program penyediaan bantuan pelayanan kesehatan termasuk dukungan psikososial;

e. berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap kegiatan penanggulangan bencana, khususnya yang berkaitan dengan diri dan komunitasnya; dan

f. melakukan pengawasan sesuai dengan mekanisme yang diatur atas pelaksanaan penanggulangan bencana.

(2) Setiap orang yang terkena bencana berhak mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar.

(3) Setiap orang berhak untuk memperoleh ganti kerugian karena terkena

bencana yang disebabkan oleh kegagalan konstruksi.

(40)

Bagian Kedua adalah Kewajiban Masyarakat Pasal 27 :

Setiap orang berkewajiban:

a.) menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis, memelihara keseimbangan, keserasian, keselarasan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup;

b.) melakukan kegiatan penanggulangan bencana; dan

c.) memberikan informasi yang benar kepada publik tentang penanggulangan bencana.

Sehingga dengan mengacu kepada ketentuan undang-undang tersebut diperoleh landasan hukum bahwa Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid- 19) dapat dikualifikasikan sebagai Bencana Non Alam.

Seiring dengan tuntutan perkembangan situasi dan kondisi yang semakin

mendesak, dan penanganan terhadap Penyebaran Corona Virus Disease 2019

(Covid-19) yang tidak dapat ditangani dengan kondisi ‘normal’, pada akhirnya

Presiden Joko Widodo pada tanggal 13 April 2020 menerbitkan Keputusan Presiden

Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non alam Penyebaran Corona

Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai Bencana Nasional. Pada beschikking ini,

Presiden merujuk pada dua Undang-Undang sebagai dasar pemberlakuannya, yakni

(41)

Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular dan Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

43

D. Dampak Yuridis dan Bisnis Akibat Dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 Tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Sebagai Bencana Nasional

Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 Tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Sebagai Bencana Nasional :

1.) Kesatu : menyatakan bencana nonalam yang diakibatkan oleh penyebaran corona virus disease 2019 (covid-19) sebagai bencana nasional.

2.) Kedua : penanggulangan bencana nasional yang diakibatkan oleh penyebaran corona virus disease 2019 (covid-l9) dilaksanakan oleh gugus tugas percepatan penanganan corona virus disease 2019 (covid-19) sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 tentang gugus tugas percepatan penanganan corona virus disease 2019 (covid-l9) sebagaimana telah diubah dengan keputusan presiden nomor 9 Tahun 2020 tentang perubahan atas Keputusan Presiden nomor 7 tahun 2020 tentang gugus tugas percepatan penanganan corona virus disease 2019 (covid-l9) melalui sinergi antar kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.

43 Wardatul Fitri. “Implikasi Yuridis Penetapan Status Bencana Nasional Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Terhadap Perbuatan Hukum Keperdataan”. Supremasi Hukum. Vol. 9, No. 1, Juni 2020. Halaman 81.

(42)

3.) Ketiga : gubernur, bupati, dan walikota sebagai ketua gugus tugas percepatan penanganan: corona virus disease 2019 (covid-19) di daerah, dalam menetapkan kebijakan di daerah masing-masing harus memperhatikan kebijakan pemerintah pusat.

4.) Keempat : Keputusan Presiden ini rnulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Oleh karena itu, lahirnya Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tanggal 13 April 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai Bencana Nasional inilah yang selanjutnya menjadi rujukan sekaligus landasan hukum bagi Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota untuk menetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Non Alam Pandemi COVID-19, melalui Surat Keputusan Kepala Daerah Gubernur/Bupati/Walikota di daerah masing-masing.

44

Dampak dari yuridis dan bisnis akibat dikeluarkannya keputusan presiden nomor 12 tahun 2020 tentang penetapan bencana nonalam penyebaran corona virus disease 2019 (covid-19) sebagai bencana nasional, banyaknya perusahaan dan perkantoran yang tutup dan melemahkan perekonomian negara serta rakyat agar menghentikan penyebaran virus corona.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003, didefenisikan bahwa penutupan perusahaan (lock out) adalah tindakan pengusaha untuk menolak pekerja/buruh seluruhnya atau sebagaian untuk menjalankan pekerjaan. Penutupan perusahaan (lock out) merupakan hak dasar pengusaha untuk

44 Ibid., Halaman 82.

(43)

menolak pekerja/buruh sebagaian atau seluruhnya untuk menjalankan pekerjaan sebagai akibat gagalnya perundingan. Pengusaha tidak dibenarkan melakukan penutupan perusahaan (lock out) sebagai tindakan balasan sehubungan adanya tuntutan normatif dari pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh.

Tindakan penutupan perusahaan (lock out) harus dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Penutupan perusahaan (lock out) dilarang dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang melayani kepentingan umum dan/atau jenis kegiatan yang membahayakan keselamatan jiwa manusia, meliputi rumah sakit, pelayanan jaringan air bersih, pusat pengendali telekomunikasi, pusat penyedia tenaga lsitrik, pengolahan minyak dan gas bumi, serta kereta api.

45

Tetapi sudah banyak sector-sektor yang hampir mengajukan kepailitan.

Terlebih belum adanya kepastian kapan wabah pandemi virus corona ini berakhir.

Jika semakin lama membiarkan kondisi wabah seperti ini dan pemerintah tidak memberikan relaksasi tekanan finansial yang efektif kepada pelaku usaha sektor riil yang terkena dampak, maka opsi gulung tikar akan semakin banyak dipilih oleh pengusaha.

Keadaan tersebut tentunya memaksa para pengusaha untuk mencari upaya lain untuk mengurangi kerugian yang lain, yang disebabkan karena dampak dari adanya penyebaran pandemi ini, salah satunya adalah melakukan pemutusan hubungan kerja.

45 Toman Sony Tambunan Dan Wilson R.G Tambunan. 2019. Hukum Bisnis. Cet 1. Jakarta:

Prenadamedia Group. Halaman 175.

(44)
(45)

37

BAB III

TINJAUAN UMUM PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

A. Jenis Perjanjian Kerja Menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan Di Indonesia

Jenis perjanjian kerja menurut dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan adalah perjanjian kerja waktu tertentu, perjanjian kerja waktu tidak tertentu, dan perjanjian kerja bersama yaitu terdapat dalam :

Pasal 56 :

(1) Perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu.

(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didasarkan atas :

a. jangka waktu; atau

b. selesainya suatu pekerjaan tertentu.

Pasal 1 ayat (21) : Perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yang

merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa

serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di

bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau

perkumpulan pengusaha yang memuat syarat syarat kerja, hak dan kewajiban kedua

belah pihak.

(46)

Pasal 124 :

(1) Perjanjian kerja bersama paling sedikit memuat : a. hak dan kewajiban pengusaha;

b. hak dan kewajiban serikat pekerja/serikat buruh serta pekerja/buruh;

c. jangka waktu dan tanggal mulai berlakunya perjanjian kerja bersama;

dan

d. tanda tangan para pihak pembuat perjanjian kerja bersama.

(2) Ketentuan dalam perjanjian kerja bersama tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.

(3) Dalam hal isi perjanjian kerja bersama bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka ketentuan yang bertentangan tersebut batal demi hukum dan yang berlaku adalah ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.

B. Asas-Asas Perjanjian Kerja Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan Di Indonesia

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan asas-asas perjanjian kerja yaitu terdapat dalam :

Pasal 3 : Pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas keterpaduan dengan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah.

Pasal 4 : Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan :

a. memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan

manusiawi;

(47)

b. mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah;

c. memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan; dan

d. meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.

Selain dari undang-undang ketenagakerjaan adapun beberapa asas yang berkaitan dengan perjanjian, yaitu:

46

a. Asas Konsensualitas;

Dengan asas ini maka suatu perjanjian pada dasarnya sudah ada sejak tercapainya kata sepakat diantara para pihak dalam perjanjian tersebut. Asas Kosensualisme yang terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata mengandung arti kemauan para pihak untuk saling mengikatkan diri dan kemauan ini membangkitkan kepercayaan bahwa perjanjian itu akan di penuhi. Eggens dalam Ibrahim menyatakan, asas konsensualitas merupakan suatu puncak peningkatan manusia yang tersirat dalam pepatah: “een man een man, een word een word”.

Selanjutnya dikatakan olehnya bahwa ungkapan “orang harus dapat di pegang ucapan”, merupakan tuntutan kesusilaan, akan tetapi Pasal 1320 KUHPerdata menjadi landasan hukum untuk penegakanya. Tidak terpenuhinya syarat konsensualisme dalam perjanjian menyebabkan perjanjian dapat di batalkan, karena tidak memenuhi syarat subyektif.

46 Aries Harianto. Op.,Cit. Halaman 197-198.

(48)

b. Asas Kekuatan Mengikatnya Perjanjian;

Yaitu bahwa para pihak harus memenuhi apa yang telah dijanjikan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1338 KUHPerdata, bahwa perjanjian yang dibuat secara sah sebagai Undang-Undang bagi yang membuatnya.

c. Asas Kebebasan Berkontrak;

Yang dimaksud dengan kebebasan berkontrak adalah adanya kebebasan seluas-luasnya yang oleh Undang-Undang diberikan kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian tentang apa saja, asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kepatutan dan ketertiban umum. (Pasal 1338 Jo 1337 KUHPerdata). Kebebasan berkontrak adalah asas yang esensial, baik bagi individu dalam mengembangkan diri baik di dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial kemasyarakatan, sehingga beberapa pakar menegaskan kebebasan berkontrak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang harus dihormati. Negara-negara yang mempunyai sistem hukum Common Law mengenal kebebasan berkontrak dengan istilah Freedom of Contract atau laisseiz faire.

d. Asas Itikad Baik dan Kepatutan;

47

Asas ini menegaskan bahwa para pihak dalam membuat perjanjian harus didasarkan pada itikad baik dan kepatutan, yang mengandung pengertian pembuatan perjanjian antara para pihak harus didasarkan pada kejujuran untuk mencapai tujuan bersama. Pelaksanaan perjanjian juga harus mengacu pada apa

47 Ibid.Halaman 199-200.

(49)

yang patut dan seharusnya diikuti dalam pergaulan masyarakat. Asas itikad baik dan kepatutan berasal dari hukum Romawi, yang kemudian di anut oleh Civil Law, bahkan dalam perkembangannya juga dianut oleh beberapa negara yang berfaham Common Law. Pengertian Itikad Baik dan Kepatutan berkembangan sejalan dengan perkembangan hukum kontrak Romawi, yang semula hanya memberikan ruang bagi kontrak-kontrak yang telah di atur dalam Undang-Undang (iudicia stricti iuris yang bersumber pada civil law). Diterimanya kontrak-kontrak yang didasarkan pada bonae fides yang mengharuskan diterapkanya asas itikad baik dan kepatutan dalam pembuatan dan pelaksanaan perjanjian. Masalah yang muncul, hingga saat ini belum satu kata untuk memberikan dasar yang tepat sebagai patokan apakah perjanjian telah dilaksanakan atas dasar itikad baik dan kepatutan atau belum.

Prakteknya di serahkan kepada Hakim untuk menilai hal tersebut. Hal ini juga terjadi di negara-negara Anglo Saxon, hakim-hakim di negara-negara anglo saxon belum mempunyai standar yang telah disepakati untuk mengukur asas tersebut.

Biasanya frase itikad baik dan kepatutan selalu dikaitkan dengan makna fairness,

reasonable standar of dealing, a common ethical sense. Perjanjian dapat dikatakan

sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila telah memenuhi syarat-syarat

perjanjian yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. Perlu diperhatikan bahwa

perjanjian yang memenuhi syarat yang ada dalam Undang-Undang diakui oleh

hukum, sebaliknya perjanjian yang tidak memenuhi syarat tidak diakui oleh hukum

walaupun diakui oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Karena itu selagi pihak-

pihak mengakui dan mematuhi syarat perjanjian itu berlaku diantara mereka.

Referensi

Dokumen terkait

Bantuan Semester Biaya Pendidikan Mahasiswa Akibat Pandemi Corona Virus DISEASE 2019 (COVID-19) adalah pemberian bantuan berupa uang dari Pemerintah Daerah

bahwa Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang menjadi pandemi global telah berdampak serius terhadap sendi-sendi ekonomi dan kesehatan masyarakat desa dan

Bahwa Surat Edaran Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Nomor 6 Tahun 2021 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan lnternasional Dalam Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019

Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau Dalam Rangka

1 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2021 Tentang Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019

Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)

(4) Adapun mekanisme pelaksanaan dan penatausahaan belanja tidak terduga dalam rangka Pemulihan Ekonomi Akibat Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Program

Pasien terkonfirmasi COVID-l9 tanpa gejala wajib melakukan isolasi terpusat di tempat yang ditunjuk oleh Satuan Tugas Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)