• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular (PTM) telah meningkat dengan tajam seiring dengan perubahan gaya hidup dan perilaku tidak s

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular (PTM) telah meningkat dengan tajam seiring dengan perubahan gaya hidup dan perilaku tidak s"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit tidak menular (PTM) telah meningkat dengan tajam seiring dengan perubahan gaya hidup dan perilaku tidak sehat masyarakat. Berbeda dengan penyakit akut, PTM kerap kali aru dirasakan pada waktu komplikasi sudah terjadi. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa lebih dari 70% penduduk yang hipertensi dan diabetes melitus tidak terdiagnosa (undiagnosed). Fenomena ini mengindikasikan bahwa beban sistem pelayanan kesehatan sebenarnya jauh lebih besar dari kondisi nyata saat ini.

Penyebab utama timbulnya penyakit tidak menular sangat terkait dengan gaya hidup dan perilaku tidak sehat, oleh karena itu upaya pencegahan dan pengendaliannya memerlukan upaya bersama secara lintas sektor didukung dengan keterlibatan masyarakat, termasuk akademisi, profesional dan dunia usaha, dengan dukungan politis.

Penanggulangan masalah ini perlu dilakukan secara komprehensif mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk paliatif. Oleh karena itu disusun Rencana Aksi Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian PTM yang bertujuan sebagai peta jalan bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam mengembangkan dan mengimplementasikan upaya-upaya untuk menurunkan beban penyakit tidak menular bagi penduduk di setiap tingkatan administrasi, dan juga menjadi sumber informasi bagi kementerian/lembaga dan sektor serta stakeholders terkait, sehingga dapat memberikan dukungan optimal sesuai dengan peran dan tanggung-jawabnya.

Rencana Aksi Kegiatan P2PTM 2015-2019 disusun selaras dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan periode 2015-2019 yang merupakan dokumen acuan dalam pelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Kementerian Kesehatan untuk kurun waktu lima tahun, yang berkaitan dengan amanah yang di emban oleh Presiden dalam Rencana Panjang Jangka Menengah Nasional (RPJMN) khususnya bidang kesehatan.

Dalam pengukur keberhasilan kinerja setiap tahunnya Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) sebagai salah satu satuan kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan RI, yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 64 tahun 2015 mengenai Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, memiliki kewajiban dalam menyusun laporan kinerja, sebagai upaya dalam meningkatkan transparansi, akuntabilitas dan efektifitas dari kebijakan dan program.

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), mewajibkan setiap entitas sebagai unsur kementerian lembaga penyelenggara negara mulai entitas satker sampai dengan entitas kementerian negara/ lembaga harus menyampaikan laporan kinerja. Penyusunan laporan kinerja disusun sesuai dengan peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat P2PTM Tahun 2018 disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban Direktorat P2PTM sebagaimana yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja tahun 2018. Target kinerja tahun 2018, merupakan penjabaran dari tujuan dan sasaran yang telah dituangkan dalam Rencana Aksi Kegiatan Pencegahan

(7)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 2 dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular Tahun 2015-2019, dan sesuai dengan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015–2019. Diharapkan dengan tersusunnya laporan kinerja ini dapat memberikan masukan dan umpan balik bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka meningkatkan kinerja Direktorat P2PTM.

B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, bahwa Dit. P2PTM mempunyai tugas Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan krteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Dit.PPTM menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pencegahan pencegahan dan pengendalian penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, jantung dan pembuluh darah, kanker dan kelainan darah, diabetes mellitus dan gangguan metabolik, dan gangguan indera dan fungsional;

2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, jantung dan pembuluh darah, kanker dan kelainan darah, diabetes mellitus dan gangguan metabolik, dan gangguan indera dan fungsional;

3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, jantung dan pembuluh darah, kanker dan kelainan darah, diabetes mellitus dan gangguan metabolik, dan gangguan indera dan fungsional;

4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, jantung dan pembuluh darah, kanker dan kelainan darah, diabetes mellitus dan gangguan metabolik, dan gangguan indera dan fungsional;

5. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, jantung dan pembuluh darah, kanker dan kelainan darah, diabetes mellitus dan gangguan metabolik, dan gangguan indera dan fungsional; dan

6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat

(8)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 3 C. STUKTUR ORGANISASI

Susunan organisasi Direktorat P2PTM berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan terdiri atas:

Subdirektorat Penyakit Paru Kronik Dan Gangguan Imunologi, 1. Subdirektorat Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, 2. Subdirektorat Penyakit Kanker dan Kelainan Darah,

3. Subdirektorat Penyakit Diabetes Mellitus dan Gangguan Metabolik, 4. Subdirektorat Gangguan Indera dan Fungsional;

5. Subbagian Tata Usaha; dan 6. Kelompok Jabatan Fungsional.

(9)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 4 D. SUMBER DAYA MANUSIA

Jumlah pegawai Direktorat P2PTM pada tahun 2018 adalah sebanyak 86 orang. Berikut ini merupakan gambaran pegawai Direktorat PPTM tahun 2018 berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur, golongan, dan pendidikan.

Grafik 1.1

Persentase Pegawai berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2018

Sebagian besar pegawai direktorat P2PTM merupakan perempuan dengan persentase sebesar 69,77% atau sebanyak 60 orang.

Grafik 1.2

Persentase Pegawai berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2018 0,00

10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00

laki-laki perempuan

30,23

69,77

Persentase

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00

<=30 31-40 41-50 51-55 >56

6,98

33,72

39,53

16,28

3,49

Persentase

(10)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 5 Berdasarkan kelompok umur, sebagian besar pegawai Direktorat P2PTM berumur antara 41-50 tahun yaitu sebesar 39,53% atau sebanyak 34 orang.

Grafik 1.3

Persentase Pegawai berdasarkan Golongan, Tahun 2018

Berdasarkan golongan, sebagian besar pegawai Direktorat P2PTM berada pada kelompok golongan III yaitu sebesar 62,24% yaitu sebanyak 61 orang.

Grafik 1.4

Persentase Pegawai berdasarkan Pendidikan, Tahun 2018

Berdasarkan tingkat pendidikan, pegawai Direktorat P2PTM terbanyak memiliki tingkat pendidikan S2 sebesar 54,65% atau 47 orang.

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00

S2 S1 D3 SMA

54,65

33,72

3,49

8,14

Persentase

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00

IV III II I

22,45

62,24

2,04 0,00

Persentase

(11)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 6 E. MAKSUD DAN TUJUAN

Tujuan penyusuan Laporan Kinerja Dit. P2PTM ini adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja Direktur P2PTM secara tertulis kepada Dirjen P2P atas pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan juga kinerja Dit. P2PTM Tahun 2018 dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan khususnya kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular sebagaimana telah dirumuskan dalam perjanjian kinerja tahun 2018 yang selaras dengan Rencana Aksi Kegiatan pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular tahun 2015-2019.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Berlandaskan pada PermenPAN dan RB No 53 tahun 2014, maka sistimatika penyajian laporan akuntabilitas kinerja Kementerian Kesehatan disusun sebagai berikut:

1. Executive Summary (Ikhtisar Eksekutif).

2. Bab I (Pendahuluan), menjelaskan gambaran umum Kementerian Kesehatan dan isu strategi yang diemban.

3. Bab II (Perencanaan dan Perjanjian Kinerja), menjelaskan tentang ikhtisar beberapa hal penting dalam perencanaan dan perj anjian kinerja (dokumen penetapan kinerja).

4. Bab III (Akuntabilitas Kinerja), menjelaskan tentang pencapaian sasaran kementerian kesehatan dengan pengungkapan dan penyajian dari hasil pengukuran kinerja serta dukungan anggaran dalam pencapaian program/kegiatan.

5. Bab IV (Penutup), berisi kesimpulan atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan

(12)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 7 BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

A. PERENCANAAN KINERJA

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa setiap Kementerian diwajibkan menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kementerian/ Lembaga yang disebut Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra KL) untuk periode lima tahun dan menyusun Rencana Pembangunan Tahunan Kementerian/Lembaga yang disebut Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL) untuk periode satu tahun.

Dit. P2PTM sebagai bagian dari Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Aksi Kegiatan Pengendalian Penyakit Tidak Menular yang selaras dengan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Rencana Aksi Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) berisikan tujuan, sasaran, kebijakan, dan rencana Kegiatan P2PTM yang menjadi pedoman untuk menyusun rencana kinerja tahunan.

a. TUJUAN DAN SASARAN 1) Tujuan

Terselenggaranya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular secara berhasil-guna dan berdaya-guna dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

2) Sasaran

Sasaran kegiatan pengendalian penyakit tidak menular adalah meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular pada akhir tahun 2019 yang ditandai dengan:

Tabel 2.1

Sasaran Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian PTM tahun 2015-2019 SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

TARGET 2015

(%)

2016 (%)

2017 (%)

2018 (%)

2019 (%) meningkatnya

pencegahan dan

pengendalian penyakit tidak menular

Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50%

sekolah

10 20 30 40 50

Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu

10 20 30 40 50

Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM

10 20 30 40 50

Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun

- 15 25 35 50

Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan katarak

- 5 10 20 30

(13)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 8 b. STRATEGI

Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular adalah sebagai berikut :

1) Advokasi dan Kemitraan;

2) Promosi Kesehatan dan Penurunan Faktor Risiko;

3) Penguatan Sistem Pelayanan Kesehatan; dan 4) Penguatan Surveilans, Monev dan Riset.

B. PERJANJIAN KINERJA

Perjanjian kinerja merupakan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja secara jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun. Perjanjian kinerja ditetapkan pada awal tahun antara Direktur Pencegahan dan Pengendalian PTM dengan Dirjen P2P dalam menetapkan target kinerja yang akan dicapai pada tahun berjalan. Target-target kinerja sasaran kegiatan yang ingin dicapai Dit. P2PTM dalam dokumen Perjanjian Kinerja Dit. P2PTM Tahun 2018, adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2

Perjanjian Kinerja Kegiatan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Tahun 2018 SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

2018 meningkatnya

pencegahan dan

pengendalian penyakit tidak menular

Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50%

sekolah

40

Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu

40 Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan

Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM

40 Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan

deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun

35

Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan katarak

20

Dengan alokasi anggaran Tahun 2018 Rp. 108.796.515.000,-.

(14)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 9 BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA

Pengukuran tingkat capaian kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara capaian kinerja dengan target yang telah ditetapkan pada dokumen Perjanjian Kinerja.

Pengukuran kinerja pada tahun 2018, ada 5 (lima) indikator kinerja yang diukur yaitu:

Tabel 3.1

Pengukuran Kinerja Kegiatan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Tahun 2018

Berikut ini akan dijelaskan capaian, upaya yang telah dilaksanakan, permasalahan, dan rencana tindak lanjut dari masing-masing indikator kinerja.

1. Persentase kabupaten/ kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50% sekolah

a. Definisi Operasional

Persentase kabupaten/ kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50% sekolah adalah kabupaten/kota yang telah melaksanakan kebijakan KTR yang dinilai dari minimal telah menerapkan KTR di 50% sekolah/

madrasah sesuai dengan peraturan perundangan yang mengatur tentang Kawasan Tanpa Rokok dibagi dengan jumlah kab/ kota di Indonesia.

SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (%)

REALISASI (%)

PENCAPAIAN (%) meningkatnya

pencegahan dan

pengendalian penyakit tidak menular

Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50%

sekolah

40 42,4

(218 kab/kota) 106

Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu

40

74,25 (7363 Puskesmas)

185,6 Persentase Desa/Kelurahan

yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM

40

43,92 % (35.749 Desa/Kelurahan)

109,8

Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun

35

51%

(4.977 Puskesmas)

145,7

Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan katarak

20

25,1 (2487 Puskesmas)

125,5

(15)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 10 b. Pengertian

1) Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50% sekolah adalah kabupaten/kota yang telah melaksanakan kebijakan KTR yang dinilai dari telah menerapkan KTR paling sedikit di 50%

sekolah/ madrasah sesuai dengan peraturan perundangan yang mengatur tentang Kawasan Tanpa Rokok.

2) Sekolah yang dimaksud adalah sekolah dan madrasah di level Sekolah Dasar dan sederajatnya, Sekolah Menengah Pertama dan sederajatnya, Sekolah Menengah Atas dan sederajatnya, baik negeri maupun swasta termasuk pondok pesantren dan sekolah berasrama.

3) Ruang lingkup kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) terdapat 7 tatanan termasuk di tatanan sekolah yang diatur dalam peraturan perundangan Kawasan Tanpa Rokok yang telah melakukan penerapan enforcement sesuai kriteria yaitu ditemukan tanda dilarang merokok di semua pintu masuk;

diseluruh lingkungan sekolah Tidak ditemukan orang merokok; Tidak ditemukan ruang khusus merokok; Tidak tercium bau asap rokok; Tidak ditemukan asbak dan korek api; Tidak ditemukan puntung rokok; Tidak ditemukan penjualan rokok termasuk kantin sekolah, tempat tunggu penjemput; dan Tidak ditemukan indikasi kerjasama dengan Industri tembakau dalam bentuk sponsor, promosi, iklan rokok (misalnya: serbet, tatakan gelas, asbak, poster, spanduk, billboard, dll).

c. Cara perhitungan/rumus Persentase Kab/

kota yang

melaksanakan kebijakan KTR minimal 50%

sekolah

=

jumlah Kab/ Kota yang melaksanakan kebijakan KTR di minimal 50% sekolah

x 100%

Jumlah kab/ kota di Indonesia d. Capaian Indikator

Pencapaian persentase kabupaten/ kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50% sekolah, mencapai target yang diharapkan. Dari target 40%, realisasi sebesar 42,4% atau sebanyak 218 kab/kota dari 514 kab/kota, sehingga pencapaian sebesar 106%. Sampai dengan tahun 2018 terdapat 340 kab/kota (67,5%) yang telah memiliki peraturan mengenai Kawasan Tanpa Rokok, baru 200 kab/kota (38,9%) dalam bentuk Perda Kawasan Tanpa Rokok dan 127 kab/kota (24,7%) dalam bentuk peraturan Bupati atau Walikota. Masih ada 174 (33,%) kab/kota baik yang belum memiliki peraturan, ataupun masih dalam bentuk surat edaran dan surat keputusan.

(16)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 11 Grafik 3.1

Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal di 50% sekolah yang ada di wilayahnya, Tahun 2018

Grafik 3.2

Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal di 50% sekolah yang ada di wilayahnya, berdasarkan provinsi Tahun 2018

0 10 20 30 40

Target Realisasi

40 42,4

Persentase

0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0% 70,0% 80,0% 90,0% 100,0%

Papua Barat Papua Sumatera Utara Nusa Tenggara Timur Sulawesi Tengah Aceh Jawa Timur Jawa Tengah Sulawesi Tenggara Bengkulu Sulawesi Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Utara Maluku Utara Jawa Barat Riau Kalimantan Barat Gorontalo Sulawesi Utara Kalimantan Selatan Jambi Sumatera Selatan Lampung Banten Maluku Sulawesi Barat Kalimantan Timur Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau Sumatera Barat Nusa Tenggara Barat DKI Jakarta DI Yogyakarta Bali Indonesia

13,8%

15,4%

21,2%

22,7%

23,1%

26,1%

26,3%

28,6%

29,4%

30,0%

33,3%

35,7%

40,0%

40,0% 48,1%

50,0%

50,0%

50,0%

53,3%

53,8%

54,5%

58,8%

60,0% 62,5%

63,6%

66,7%

70,0%

71,4%

71,4%

73,7%

80,0%

100,0%

100,0%

100,0%

42,4%

Persentase

(17)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 12 Sampai dengan tahun 2018 persentase kabupaten/kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal di 50% sekolah yang ada di wilayahnya, berdasarkan provinsi paling tinggi ada di Provinsi Bali (100%), DI Yogyakarta (100%), dan DKI Jakarta (100%), sedangkan yang terendah ada di Provinsi papua (13,8%).

Pencapaian dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2018 terjadi peningkatan jumlah kab/kota yang telah mengimplementasikan Kawasan Tanpa Rokok pada 50%

sekolah. Bila dilihat trend peningkatan dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2018, terlihat setiap tahunnya mencapai target yang diharapkan, kecuali pada tahun 2015 tidak mencapai target.

Grafik 3.3

Persentase Target dan Realisasi Kab/Kota yang Melaksanakan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Minimal 50% Sekolah Tahun 2015-2018

e. Upaya Yang dilakukan untuk mencapai indikator

Upaya dan kegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka peningkatan Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50% sekolah sebagai berikut :

 Advokasi dan sosialisasi terhadap pemangku kebijakan baik pusat maupun daerah yang belum memiliki kebijakan KTR dan mendorong terbitnya peraturan KTR di kab/kota dan juga implementasinya dalam melindungi perokok pemula dan masyarakat dari bahaya merokok oleh Ketua Aliansi Bupati Walikota Peduli KTR dan PTM ke Kabupaten Brebes, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Solok, dan Kabupaten Tangerang.

 Melaksanakan review implementasi Kawasan Tanpa Rokok di daerah yang telah memiliki Peraturan KTR sekaligus skreening/ deteksi dini dan konseling upaya berhenti merokok di sekolah meliputi: 78 kabupaten/kota dengan 3 SMP terpilih di masing-masing kabupaten/kota. Kawasan tanpa rokok merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa, baik individu, masyarakat, parlemen, maupun pemerintah, untuk melindungi generasi

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

2015 2016 2017 2018

10

20

30

40

8,4

21,2

30

42,4

Persentase

Target Realisasi

(18)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 13 sekarang maupun yang akan datang. Komitmen bersama dari lintas sektor dan berbagai elemen akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kawasan tanpa rokok. Kegiatan review implementasi kebijakan KTR perlu dilaksanakan secara rutin dan bersinergi bersama SKPD lainnya.

 Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan pendidikan dalam upaya implementasi KTR di sekolah dilaksanakan secara bertahap dan berjenjang, melalui TOT yang dilaksanakan di Pusat dan pelatihan yang dilakukan daerah melalui dana Dekonsentrasi dan juga APBD.

 Penyebaran informasi dan edukasi kepada masyarakat melalui media cetak dan elektronik. Salah satu upaya yang telah dilaksanakan adalah penayangan iklan layanan masyarakat mengenai dampak rokok dengan tujuan memberikan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan penyakit paru obstrukif kronik (PPOK) akibat dampak rokok. ILM ini ditayangkan di TV Nasional (TVRI), TV Daerah, dan TV Swasta.

 Penyedian layanan Quitline (layanan konsultasi upaya berhenti merokok melalui telpon tidak berbayar).

Kegiatan layanan Quitline merupakan layanan langsung kepada masyarakat yang ingin berhenti merokok melalui Toll Free 0800 177 6565. Total Klien yang memanfaatkan layanan Quitline selama 2018 ini berjumlah 16.836 penelpon atau rata-rata 1.530 klien/bulan. Penyebaran program ini pun terus meluas dimana rata-rata klien penelpon mewakili 20 propinsi setiap bulannya, bahkan pada bulan November 2018 asal penelpon telah mencapai 29 propinsi atau sekitar 85% dari total propinsi yang ada di Indonesia. Usia klien yang menelpon ke Layanan Quitline UBM selama tahun 2018 ini terbanyak di usia 25 -29 thn (39%) dan 20-24 thn (32%). Atau total 71 % usia penelpon adalah 20 – 30 thn. Ini menjadi indikasi bahwa kesadaran untuk berhenti merokok di kelompok usia produktif semakin meningkat.

Penyebaran informasi upaya berhenti merokok juga dilaksanakan melalui media sosial baik melalui facebook, Instagram, Path dan juga Tweeter

Facebook

@layananubm

: layanan upaya berhenti merokok dengan jumlah teman 1.568 teman dengan rata-rata 10 orang memberikan like setiap bulannya

Instagram

@layanan_ubm

: Media Sosial Instagram Layanan UBM diikuti 617 follower atau rata-rata 10 pengikut baru setiap bulannya Tweeter

@layanan ubm

: diikuti 301 pengikut selama selama Tahun 2018 dan semakin meningkat setiap bulannya

 Gerakan Masyarakat dalam pengendalian tembakau

Kegiatan ini bertujuan meningkatkan awareness masyarakat akan bahaya dampak tembakau, dengan memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang jatuh pada tanggal 31 Mei 2018, dengan tema Rokok penyebab sakit Jantung dan melukai hati keluarga dan sub tema Rokok penyebab penyakit jantung dan penyakit tidak menular lainnya yang memiskinkan keluarga.

Kegiatan dilaksanakan di Auditorium Balai Kota Kediri Jawa Timur dan Auditorium Siwabessy, Kemenkes Jakarta dengan pelantikan dan pengukuhan satgas kampung rumah bebas asap rokok di kelurahan kampung

(19)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 14 dalam kota kediri, launching perubahan PHW oleh Ibu Menkes dan penanyangan ILM melalui video conference oleh Ibu Menkes di 5 lokasi (Palangkaraya, Kebumen, Pringsewu, Kediri, Pangkal Pinang, kunjungan ke kampung rumah bebas asap rokok di kelurahan kampung dalam kota kediri.

Pemberian penghargaan kepada sekolah yang telah implementasi KTR, pemberian piagam penghargaan KTR kepada Gubernur dan Bupati Walikota yang telah memiilki Peraturan Daerah dan telah mengimplementasi KTR yaitu berupa Piagam Parama, Parahita, dan Paramesti, serta Pemberian piagam penghargaan KTR kepada Gubernur dan Bupati Walikota yang telah memiilki Peraturan Daerah dan telah mengimplementasi KTR serta melarang adanya iklan rokok media luar ruang berupa Piagam Awya Pariwara. Lomba cipta video pendek dalam rangka peringatan HTTS 2018 yang diikuti 29 peserta tingkat SMP dan SMA sederajat. Pemenang ada 6 orang, berasal dari SMAN 11 Yogyakarta, SMK Umar Fatah Rembang, SMAS Lentera Harapan Curug, SMAN 8 Kota Bekasi, SMK Batik Surakarta, SMKN 1 Kediri.

 Penyediaan sarana dan prasana dalam upaya pengendalian konsumsi rokok berupa alat screening untuk melihat kadar CO dalam pernapasan

Pengadaan alat bertujuan sebagai alat dalam memonitor paparan faktor risiko akibat rokok pada perokok aktif, pasif, serta memfasilitasi upaya masyarakat yang ingin berhenti merokok, meningkatkan penemuan faktor risiko pada skrining perilaku merokok di sekolah, sebagai alat untuk mengukur paparan faktor risiko penyakit kronik melalui deteksi dini di masyarakat, sebagai standarisasi peralatan di daerah dan sebagai sarana pelatihan bagi petugas di provinsi, kabupaten / kota dan puskesmas

f. Analisis Penyebab Keberhasilan

Persentase kab/kota yang telah mengimplementasikan kebijakan KTR pada 50%

sekolah mencapai target yang telah di tetapkan (106%). Hal ini merupakan pencapaian dari upaya-upaya yang telah dilakukan antara lain advokasi dan sosialisasi kepada Bupati/Walikota terkait perda KTR, advokasi dan sosialisasi penerapan aturan KTR dilingkungan sekolah, peningkatan kapasitas SDM dalam penyusunan Perda KTR di daerah (Dinkes, Bagian Hukum, Disdik, Akademisi), Peningkatas kapasitas SDM dalam penegakan kebijakan KTR yang telah ditetapkan, melaksanakan monitoring/ review implementasi di daerah yang telah mempunyai kebijakan KTR penerapan aturan KTR dilingkungan sekolah oleh dinkes dan satgas KTR Kab/Kota, melaksanakan layanan UBM (Upaya Berhenti Merokok) di Fasyankes dan mensosialisasikan layanan Quitline dinomor 08001776565 kepada seluruh masyarakat, dan memberikan penghargaan kepada daerah yang telah mempunyai kebijakan dan melakukan implementasi KTR.

g. Kendala/ Masalah yang dihadapi

1) Belum semua kementerian dan lembaga yang memiliki komitmen untuk mengendalikan konsumsi produk tembakau

2) Kegiatan advokasi dan sosialisasi di daerah dalam pengendalian konsumsi tembakau pada kab/ kota belum optimal.

3) Belum semua sekolah mengetahui dan menerapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 64 tahun 2015

4) Belum optimalnya koordinasi antara lintas program dan lintas sektor di tingkat kab/ kota dalam upaya pengendalian konsumsi rokok.

(20)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 15 5) Belum semua daerah memiliki kebijakan KTR dan belum optimalnya

penerapan kebijakan di daerah yang telah memiliki kebijakan KTR.

6) Sistem pencatatan pelaporan melalui surveilans berbasis web PTM belum optimal.

7) Penganggaran daerah yang belum optimal dalam memfasilitasi kegiatan- kegiatan terkait pengendalian konsumsi rokok

8) Masih rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan bahaya konsumsi rokok.

9) Penetapan dan implementasi kebijakan KTR belum menjadi prioritas daerah 10) Masih banyak pimpinan daerah yang mengandalkan CSR Perusahaan Rokok

untuk menopang keuangan daerah yang menyebabkan adanya benturan kepentingan

h. Pemecahan Masalah

1) Optimalisasi dukungan komitmen lintas sektor dan lintas program melalui upaya advokasi dan sosialisasi pengendalian tembakau serta mendorong pengembangan regulasi Kawasan Tanpa Rokok di berbagai tingkat pemerintahan yang didukung oleh semua pihak terkait dan masyarakat.

2) Untuk memaksimalkan Penerapan Kebijakan KTR di daerah dengan upaya sebagai berikut:

a. Optimalisasi dukungan stakeholder dan mitra kesehatan dalam rangka mencapai Implementasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) termasuk melaksanakan kebijakan KTR

b. Mendorong penegakan hukum (law enforcement) secara konsisten sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

c. Mengoptimalkan upaya advokasi dan sosialisasi melalui dukungan Audiensi dari Tim Aliansi Bupati/Walikota peduli Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan PTM kepada Bupati dan Walikota di Indonesia. Pertemuan ini bertujuan memberi dukungan dan membangun komitmen yang kuat dari masing-masing Bupati dan SKPD, termasuk pengaturan tentang iklan rokok yang sangat masif di kabupaten dan kota.

d. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam penegakan Kebijakan KTR yang telah ditetapkan.

e. Membangun komitmen masyarakat untuk menerapkan KTR di rumah tangga, RT/RW, Kelurahan/desa, dan Kecamatan melalui pemicuan/ FGD partisipatory

3) Meningkatkan penganggaran yang belum optimal dalam memfasilitasi kegiatan yang termasuk dalam indikator prioritas dalam pengendalian konsumsi tembakau, melalui APBN, APBD, Anggaran Dana Desa dan Dana Pajak Rokok, dan sumber penganggaran lainnya.

4) Mengoptimalkan sistem pencatatan pelaporan melalui Surveilans berbasis web PTM dalam pengendalian tembakau, seperti:

a. Tersedianya data perokok dari masyarakat melalui kegiatan POSBINDU PTM.

b. Tersedianya data perokok dan keluarga yang mempunyai anggota yang merokok melalui PIS-PK dan data kunjungan di FKTP

c. Tersedianya data perilaku merokok pada anak usia remaja, melalui kegiatan skrining merokok pada anak usia sekolah

d. Tersedianya data perokok yang sudah dilakukan layanan berhenti

merokok (UBM) di FKTP

(21)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 16 e. Tersedianya data implementasi KTR di sekolah dan tatanan yang

sudah ditetapkan

5) Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan bahaya konsumsi rokok, melalui:

a. Berbagai media Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dan berkoordinasi dengan seluruh stakeholder dan mitra kesehatan.

b. Mengoptimalkan dukungan masyarakat, lintas program dan lintas sektor untuk kegiatan promotif dan preventif

c. Optimalisasi dukungan stakeholder dan mitra kesehatan dalam rangka Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dalam bentuk melaksanakan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok

d. Melakukan sosialisasi dan optimalisasi layanan konseling berhenti merokok di FKTP dan melalui telepon (QUITLINE) di telepon tanpa bayar 0-800-177-6565

i. Efisiensi Sumber Daya

Efisiensi sumber daya dihitung dari capaian kinerja dikurangi realisasi anggaran.

Pada indikator Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50% sekolah, capaian kinerja sebesar 106%

dan realisasi anggaran sebesar 91,78%, sehingga kegiatan tersebut efisien dengan efisiensi sebesar 8,82%. Sumber daya terdiri dari Direktorat P2PTM, BTKL, LPLS didaerah (Satpol PP, Dinas Pendidikan, Satpol PP, Dinas Kesehatan) baik dari program PTM maupun promkes. Penyediaan sarana prasarana terdiri dari form observasi implementasi KTR di sekolah dan SKPD, Alat CO Analyzer dan Form skrining perilaku merokok anak sekolah.

2. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu (PANDU PTM)

a. Definisi operasional

Persentase Puskesmas yang melaksanakan PANDU PTM adalah jumlah Puskesmas yang melaksanakan PANDU PTM di bagi jumlah seluruh Puskesmas di Indonesia.

Pengertian

Puskesmas yang melaksanakan PANDU PTM adalah Puskesmas yang telah melaksanakan minimal tatalaksana penyakit Hipertensi dan DM terpadu dan atau telah melakukan pembinaan Posbindu PTM di wilayahnya. Ruang lingkup PANDU PTM adalah seluruh Puskesmas baik ditingkat kecamatan maupun di tingkat kelurahan atau FKTP yang melakukan pencegahan dan pengendalian PTM.

b. Cara perhitungan/rumus Persentase

Puskesmas yang melaksanakan PANDU PTM

=

Jumlah puskesmas yang melaksanakan PANDU PTM

x 100%

Jumlah puskesmas di Indonesia

(22)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 17 c. Capaian Indikator

Persentase Puskesmas yang melaksanakan PANDU PTM telah mencapai target yang diharapkan. Dari target 40%, realisasi sebesar 74,25% atau sebanyak 7.363 dari 9.916 Puskesmas, sehingga pencapaian indikator sebesar 186%. Capaian ini lebih besar dari target program.

Grafik 3.4

Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu Tahun 2018

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Target Realisasi

40

74

Persentase

(23)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 18 Grafik 3.5

Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu berdasarkan Provinsi, Tahun 2018.

Sistem Informasi surveilans berbasis web Direktorat P2PTM menunjukkan bahwa pada tahun 2018, provinsi dengan capaian tertinggi adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dimana seluruh puskesmas (100%) telah membina Posbindu di wilayah kerjanya. Terdapat 4 Provinsi yang belum mencapai target, yaitu Kalimantan Utara (26,3%), Papua Barat (31,00%), Maluku (35,2%), Papua (11,00%).

0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0% 70,0% 80,0% 90,0% 100,0%

Papua Kalimantan Utara Papua Barat Maluku Kalimantan Timur Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Maluku Utara Sulawesi Tengah Sumatera Utara Gorontalo Riau Sulawesi Barat Bengkulu Nusa Tenggara Timur Jawa Barat Sumatera Selatan Kalimantan Tengah Nusa Tenggara Barat DKI Jakarta Jawa Tengah Kalimantan Barat Sulawesi Selatan Lampung Jambi Aceh Sumatera Barat Banten Kepulauan Riau Bali Kalimantan Selatan Jawa Timur DI Yogyakarta Kep. Bangka Belitung Indonesia

11,0%

26,3%

31,0%

35,2%

40,2%

41,5%

44,3%

53,3%

54,7%

58,8%

64,1%

64,6%

64,7%

66,3%

69,9%

74,1%

78,4%

78,6%

83,1%

85,8%

86,6%

86,7%

87,7%

89,3%

89,5%

90,0%

90,2%

90,8%

91,4%

92,4%

95,3%

99,0%

99,2%

100,0%

74,3%

Persentase

(24)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 19 Grafik 3.6

Persentase puskesmas yang melaksanakan PANDU PTM Tahun 2015-2017

Dari grafik diatas terlihat persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM (PANDU PTM) telah mencapai target yang diharapkan setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan adanya keterpaduan sistim pelayanan dan rujukan mulai dari tingkat masyarakat (Posbindu PTM) sampai layanan di FKTP. Terdapat peningkatan capaian indikator pada tahun 2018 dibandingkan 2017.

d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator

Upaya dan kegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka peningkatan capaian Puskesmas yang melaksanakan PANDU PTM pada tahun 2018:

1) Meningkatkan kapasitas petugas pelaksana Pandu PTM di daerah melalui:

 Pelatihan Teknis Pelayanan Terpadu Penyakit Tidak Menular (PANDU PTM) bagi pengelola program dan tenaga kesehatan di Puskesmas terpilih dari 34 provinsi di Indonesia, dengan pembiayaan bersumber dari APBN.

 Melakukan peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan PANDU PTM di FKTP, baik bersumber APBN maupun APBD dalam rangka meningkatkan kualitas layanan P2PTM secara komprehensif, terintegrasi dan berkesinambungan.

2) Penguatan NSPK pelaksanaan Puskesmas Pandu PTM melalui penyelarasan kurikulum modul PANDU PTM dengan seluruh kurikulum modul dilingkup PTM

3) Melakukan workshop pencegahan dan pengendalian hipertensi yang dihadiri oleh seluruh pengelola program PTM dari 34 provinsi.

4) Melakukan berbagai kegiatan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang faktor risiko PTM dan Penyakit Tidak Menular, diantaranya adalah sebagai berikut:

 Peringatan Hari Hipertensi Dunia pada tanggal 17 Mei 2018 dengan tema

“Ketahui Tekanan Darah Anda”, Tahapan pelaksanaan dimulai dengan rapat persiapan media briefing tanggal 14 Mei 2018 di Jakarta. Pelaksanaan media briefing di Jakarta tanggal 16 Mei 2018 yang dihadiri oleh Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes, Biro

0 10 20 30 40 50 60 70 80

2015 2016 2017 2018

10

20

30

40 34,4

49,3 49,7

74

Persentase

(25)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 20 Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes, Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat Ditjen P2P dan internal Direktorat P2PTM dan 50 peserta dari Media elektronik, bloger kesehatan dan media cetak. Rangkaian kegiatan Bulan Pengukuran Tekanan Darah atau May Month Measurement (MMM) yang dilaksanakan bekerjasama dengan organisasi profesi Perhimpunan Hipertensi Indonesia (PERHI) dan seluruh dinas kesehatan provinsi selama 1 bulan yang dimulai dari 17 Mei 2018 hingga 17 Juni 2018. Talkshow di Kompas TV tanggal 17 Mei 2018 dengan narasumber dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), talkshow di Radio MNC Grup dengan narasumber dari Kementerian Kesehatan.

 Peringatan Hari Ginjal Dunia pada tanggal 8 Maret dengan tema “Kenali Gejala dan Tanda Penyakit Ginjal Anak”. Peringatan Hari Ginjal Dunia dilakukan dengan beberapa kegiatan, yaitu Media Briefing.

 Peringatan Hari Jantung, dalam bentuk media briefing dengan media elektronik, bloger kesehatan maupun media cetak, talkshow kesehatan di beberapa TV Nasional. Tahapan pelaksanaan dimulai dari rapat persiapan tanggal 24 Sepetmber 2018 di Jakarta dengan peserta dari Biro Umum, Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Biro Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), dan internal Direktorat P2PTM. Tanggal 25 September 2018 dialog interaktif (live) di Radio Republik Indonesia (RRI) bersama narasumber dari PERKI. Tema global “My Heart Your Heart” dan tema nasional “Hidup CERDIK, Jantung Sehat”. Media briefing tanggal 28 Septemer 2018 di Jakarta dengan jumlah peserta 50 orang dari media elektronik, bloger dan media cetak.

5) Melakukan kegiatan Monev PANDU PTM di 19 Provinsi di Indonesia sebagai bahan evaluasi peningkatan kualitas layanan.

6) Penyediaan alat dan bahan pemeriksaan lipid dengan 5 parameter 7) Pembuatan Media KIE berupa leaflet dan banner

8) Penayangan iklan layanan masyarakat yang ditayangkan di TV nasional, TV daerah dan TV swasta.

e. Analisa Penyebab Keberhasilan

Peningkatan persentase Puskesmas yang melaksanakan Pandu PTM dikarenakan adanya peningkatan jumlah Puskesmas yang melakukan pembinaan Posbindu PTM, selain itu juga terjadi peningkatan jumlah Posbindu PTM dari tahun 2017 sampai tahun 2018.

Pada tahun 2018 telah dilaksanakan akselerasi pelatihan teknis Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM untuk Puskesmas terpilih dari 34 provinsi di Indonesia.

Hal ini dilakukan karena terbatasnya alokasi anggaran di tingkat daerah untuk melakukan Pelatihan PANDU PTM. Diharapkan melalui pelatihan tersebut terjadi peningkatan kapasitas dan motivasi tenaga kesehatan di Puskesmas dalam melaksanakan PANDU PTM sehingga capaian program menjadi lebih baik.

f. Kendala/ Masalah yang Dihadapi

1) Belum semua Puskesmas mendapatkan pelatihan teknis Pandu PTM

2) Seringnya terjadi perpindahan atau mutasi pengelola program PTM di daerah yang telah dilatih program PPTM, sehingga menyebabkan pelaksanaan program kurang optimal.

(26)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 21 3) Belum optimalnya sistem pencatatan pelaporan melalui Sistem Informasi

Surveilans berbasis web PTM.

4) Pelayanan Pandu saat ini masih dilakukan pada minimal pelayanan Pandu PTM, sehingga perlu peningkatan kualitas Puskesmas Pandu PTM yang dapat melayani secara maksimal yaitu tidak hanya membina Posbindu, namun Puskesmas mampu melalukan upaya pencegahan dan pengendalian hipertensi dan DM terpadu atau PTM lainnya dengan menggunakan carta prediksi risiko.

g. Pemecahan Masalah

1) Melakukan peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan Pandu PTM di FKTP, baik bersumber APBN maupun APBD dalam rangka meningkatkan kualitas layanan P2PTM secara komprehensif, terintegrasi dan berkesinambungan.

2) Melakukan penguatan Tim Pelatih pada masing-masing provinsi.

3) Melakukan Monev Pandu PTM sebagai bahan evaluasi kualitas layanan.

4) Mengembangkan Pandu PTM di FKTP lainnya dibawah wilayah kerja Puskesmas (klinik pratama, prakter dokter, RS tipe D)

5) Memperkuat Dinas Kesehatan provinsi, Kabupaten/Kota untuk melakukan monitoring pelaksanaan Pandu PTM di Puskesmas.

6) Pemenuhan Sarana Prasarana pelaksanaan Pandu PTM di Puskemas melalui Dana Alokasi Khusus (DAK)

h. Efisiensi Penggunaan Sumber daya

Efisiensi sumber daya dihitung dari capaian kinerja dikurangi realisasi anggaran.

Pada indikator Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu (Pandu PTM), capaian kinerja sebesar 185,6% dengan realisasi sebesar 93%, sehingga kegiatan tersebut efisien dengan efisiensi sebesar 82%. Sumber daya terdiri dari Direktorat P2PTM, Lintas Program (Direktorat Gizi, Direktorat Promkes, Direktorat Kesjaor, Direktorat Kesga, Direktorat PKP, Direktorat Kesling, BPOM, Litbangkes, Direktorat Farmalkes), Lintas Sektor (Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Badan Standardisasi Nasional, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Gabungan Pengusaha Makan dan Minuman Indonesia, Asosiasi Minuman Ringan Indonesia), Dinas Kesehatan, Akademisi, organisasi profesi (Papdi, Perki, Pernefri, InaSH, Perdossi, Persagi, Persagi Pangan), Lembaga Swadaya masyarakat (Yastroki, YJI, Yagina, Yayasan Peduli Stroke). Penyediaan sarana prasarana pendukung Pandu PTM terdiri dari pemeriksaan rapid tes kadar kolesterol darah dengan lima parameter dan total kolesterol.

3. Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM

a. Definisi operasional

Persentase desa/ kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM adalah jumlah desa/ kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM dibagi jumlah desa/ kelurahan di Indonesia di kali seratus persen.

Pengertian

1) Desa/ kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM adalah desa/kelurahan yang menyelenggarakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM

(27)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 22 38

39 40 41 42 43 44

Target Realisasi

40

43,92

Persentase

2) Ruang lingkup kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM meliputi wawancara faktor risiko dan riwayat PTM keluarga, pengukuran LP, Tinggi badan, pengukuran IMT, pengukuran tekanan darah serta pemeriksaan kolesterol, pemeriksaan Gula darah sewaktu, Konseling dan penyuluhan serta rujukan bagi peserta yang ditemukan hasil pemeriksaan FR melebihi batas normal.

b. Cara perhitungan/rumus Persentase desa/

kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan

Terpadu (Posbindu) PTM

=

Jumlah desa/ kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos

Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM X 100%

Jumlah desa/ kelurahan di Indonesia

c. Capaian Indikator

Pencapaian Persentase desa/ kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM, sudah mencapai target yang diharapkan.

Target pada tahun 2018 sebesar 40%, realisasi 43,92 % (35.749 desa/ kelurahan) sehingga pencapaiannya sebesar 109,8% (grafik 3.7).

Grafik 3.7

Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM, Tahun 2018

(28)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 23 Grafik 3.8

Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM berdasarkan Provinsi, Tahun 2018

Provinsi yang memiliki persentase desa/ kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM tertinggi adalah Provinsi Bangka Belitung (100%), DKI Jakarta (99,63%), sedangkan yang terendah adalah Provinsi Papua (3,07%). Provinsi yang masih di bawah target (40%) sebanyak 17 provinsi atau 50% (Grafik 3.8)

0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0% 70,0% 80,0% 90,0% 100,0%

Papua Papua Barat Kalimantan Utara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Maluku Utara Bengkulu Nusa Tenggara Timur Riau Maluku Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Jawa Barat Jambi Sumatera Utara Jawa Tengah Banten Gorontalo Aceh Lampung Jawa Timur Kepulauan Riau Sumatera Selatan Nusa Tenggara Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sumatera Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Bali DI Yogyakarta DKI Jakarta Kep. Bangka Belitung Indonesia

3,1% 7,8%

9,7% 18,0% 18,7%

20,5% 27,5% 31,3%

32,6% 36,0%

36,9% 38,2% 38,3%

38,8% 40,3% 44,0%

44,0% 46,9%

48,2% 50,7% 56,6%

57,9% 60,3% 60,4%

62,7% 64,3%

65,5%

65,7% 66,7%

68,4% 70,7% 92,2%

99,6%

100,0%

43,9%

Persentase

(29)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 24 Grafik 3.9

Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Posbindu PTM Tahun 2015-2018

Pencapaian persentase desa/ kelurahan yang melaksanakan kegiatan Posbindu PTM dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2018 (grafik 3.9), trendnya selalu meningkat walaupun tidak mencapai target yang telah ditetapkan, kecuali pada tahun 2018 mencapai target yang telah ditetapkan.

d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator

Berikut upaya-upaya yang telah dilakukan tahun 2018, dalam mendukung mencapaian indikator tersebut:

1) Peningkatan kapasitas SDM melalui TOT dan Pelatihan Posbindu bagi petugas kesehatan dan pembekalan kader Posbindu

2) Penguatan surveilans faktor risiko PTM dari Posbindu PTM melalui sistem web.

3) Pemanfaatan dana dekon dan APBD dalam penyelenggaraan Posbindu PTM.

4) Pemanfaatan dana dekon untuk melakukan pelatihan peyelenggaraan Posbindu PTM bagi Nakes dan kader di daerah.

5) Penyediaan alat dan bahan dalam bentuk Posbindu kit.

6) Integrasi kegiatan Posbindu PTM melalui Gerakan Hidup Sehat yang di inisiasi oleh Kemenko PMK

7) Pembuatan Media Informasi elektronik tentang Posbindu PTM e. Analisa realisasi dan capaian indikator

Untuk mengupayakan agar kegiatan pencapaian indikator Posbindu terlaksana secara optimal, maka diperlukan komitmen pemerintah daerah untuk menggiatkan Posbindu PTM tidak hanya melalui kegiatan UKBM dan di masyarakat namun juga melalui kegiatan di institusi, SKPD/ OPD, sekolah, universitas, pabrik dan keterlibatan pihak swasta lainnya. Mengintegrasikan kegiatan posbindu dengan PIS-PK dan SPM.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

2015 2016 2017 2018

10

20

30

40

8,8

15,5

24,3

43,92

Persenatse

Target Realisasi

(30)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 25 f. Kendala/ masalah yang dihadapi:

1. Masih kurangnya sosialisasi dan advokasi tentang penyelenggaraan Posbindu PTM.

2. Belum berjalannya sistem surveilans faktor risiko PTM melalui Posbindu PTM.

3. Belum maksimalnya TOT dan pelatihan untuk semua provinsi daam penyelenggaraan Posbindu

4. Perpindahan atau mutasi petugas daerah yang telah dilatih program PPTM yang terlalu sering dan cepat, sehingga program PPTM didaerah menjadi kurang optimal.

5. Masih rendahnya komitmen pemangku kebijakan didaerah terhadap program pengendalian PTM.

6. Belum adanya regulasi yang dapat menjadi payung secara nasional dalam pelaksanan kegiatan Posbindu untuk mendapatkan dukungan dari lintas sektor sebagai stake holder terkait.

7. Dukungan lintas sektor sangat minimal, sedangkan kegiatan kemasyarakan seperti Posbindu PTM sangat membutuhan kepedulian dan dukungan lintas sektor baik pendanaan maupun sarana dan prasarananya.

8. Masih perlunya advokasi dan sosialisai yang bersifat masif dan terintegrasi dalam mendukung kegiatan Posbindu PTM

9. Minimnya pemanfaatan dana DAK dan Dana lainnya dalam menunjang kegiatan Posbindu di daerah.

g. Rencana Tindak lanjut

Berikut ini beberapa rencana tindak lanjut dalam meningkatkan kualitas indikator kinerja pada tahun berikutnya:

1) Peningkatan Kapasitas nakes dan kader Posbindu PTM melalui TOT, Workshop dan pelatihan.

2) Sosialisasi dan advokasi penyelenggaraan Posbindu PTM di daerah.

3) Penguatan sistem surveilans faktor risiko melalui Posbindu PTM berbasis web.

4) Mengintegrasikan kegiatan Posbindu PTM dengan kegiatan Program Indonesia Sehat melalui pendekatan Keluarga Sehat.

5) Mengintegrasikan kegiatan Posbindu PTM dalam Rumah Sehat Desa.

6) Meningkatkan kampanye GERMAS terintegrasi Posbindu PTM.

7) Penguatan sistem surveilans faktor risiko PTM berbasis web melalui TOT surveilains PTM yang telah tersertifikasi.

h. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya

Efisiensi pengunaan sumber daya dihitung dari capaian kinerja dikurangi realisasi anggaran. Pada indikator Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM, capaian kinerja sebesar 109,8% dan telah menghabiskan anggaran sebesar 83%, sehingga kegiatan tersebut efisien dengan efisiensi sebesar 26,7%.

4. Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun

a. Definisi operasional

Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 adalah jumlah puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dengan Pemeriksaan

(31)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 26 Payudara Klinis (SADANIS), dan leher rahim melalui metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) atau papsmear pada perempuan usia 30-50 tahun DIBAGI jumlah seluruh puskesmas DIKALI 100%.

Pengertian

1) Puskesmas adalah fasilitas pelayanan tingkat pertama yang melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker payudara dengan CBE/SADANIS dan kanker leher rahim dengan metode IVA pada perempuan usia 30 – 50 tahun.

2) Perempuan usia 30 sampai 50 tahun adalah perempuan usia subur yang memiliki usia 30 sampai 50 tahun dan sudah melakukan kontak seksual aktif (sudah menikah).

3) Program IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) adalah kegiatan deteksi dini kanker leher rahim dengan cara mengamati dan melihat leher rahim yang telah dipulas dengan asam asetat 3-5% yang ditandai dengan adanya bercak putih (aceto white epithelium) sebagai lesi prakanker.

4) Program SADANIS adalah kegiatan deteksi dini kanker payudara dengan cara pemeriksaan klinis payudara yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.

5) Papsmear adalah pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim (serviks) melalui pemeriksaan sitopatologi dengan menemukan perubahan morfologis dari sel-sel epithel leher rahim yang ditemukan pada keadaaan prakanker dan kanker.

b. Cara perhitungan/rumus Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50

=

Jumlah puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim

pada perempuan usia 30-50 x 100%

Jumlah seluruh puskesmas di Indonesia

c. Capaian Indikator

Pencapaian persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun mencapai target yang diharapkan. Target pada tahun 2018 sebesar 35% atau sebanyak 3414 puskesmas, realisasi 51% atau sebanyak 4977 puskesmas (grafik 3.10) Sebanyak 3.517.498 perempuan (9,4%) yang telah melakukan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara, dari hasil tersebut didapatkan sebanyak 3,2% IVA positif atau sebanyak 113.191 perempuan. Sedangkan pada pemeriksaan CBE/SADANIS ditemukan tumor mamae sebanyak 16.158 perempuan dengan curiga kanker payudara sebanyak 2.201 perempuan.

(32)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 27 Grafik 3.10

Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Kegiatan Deteksi Dini Kanker Payudara dan Leher Rahim pada Perempuan Usia 30-50, Tahun 2018

Grafik 3.11 menggambarkan sebaran puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 berdasarkan provinsi, tahun 2018. Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30- 50 yang tertinggi adalah Provinsi Bangka Belitung dan Bali sebesar 100%, sedangkan yang terendah adalah Provinsi Papua sebesar 2%. Sebanyak 29 provinsi telah mencapai target pada tahun 2018 atau sebesar 51%, dan 17 provinsi telah mencapai memiliki nilai diatas rata-rata nasional atau sebesar 51%

Pencapaian Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2018 (grafik 3.12), trendnya selalu meningkat dan selalu mencapai target yang telah ditetapkan.

0 10 20 30 40 50 60

Target Realisasi

35

51

Persentase

(33)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 28 Grafik 3.11

Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Kegiatan Deteksi Dini Kanker Payudara dan Leher Rahim pada Perempuan Usia 30-50 berdasarkan Provinsi,

Tahun 2018.

0,0% 5,0% 10,0% 15,0% 20,0% 25,0% 30,0%

Papua Sulawesi Tenggara Banten Gorontalo Aceh Jawa Barat Maluku Utara Sulawesi Barat Sumatera Utara Kalimantan Tengah Jawa Tengah Sulawesi Selatan Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Papua Barat Bengkulu Sulawesi Utara Maluku Kalimantan Timur DI Yogyakarta Kepulauan Riau Jambi Jawa Timur Sulawesi Tengah Riau Nusa Tenggara Barat DKI Jakarta Kalimantan Selatan Sumatera Selatan Kalimantan Utara Bali Lampung Sumatera Barat Kep. Bangka Belitung Indonesia

0,9%

1,3%

2,4%

2,6%

2,6%

3,0%

3,8%

4,0%

4,6%

4,7%

5,1%

5,1%

5,4%

6,1%

6,4%

6,8%

6,8%

7,1%

7,5%

7,6%

7,7%

8,2%

8,5%

8,9%

10,6%

13,2%

13,6%

15,3%

16,5%

16,5%

16,6%

17,5%

18,9%

25,4%

7,3%

Persentase

(34)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 29 Grafik 3.12

Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Kegiatan Deteksi Dini Kanker Payudara dan Leher rahim pada Perempuan Usia 30-50, Tahun 2016-2018

d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator

1) Kemitraan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kanker

Kementerian Kesehatan dalam hal ini subdit kanker dan BUKR telah melakukan upaya penguatan jejaring kemitraan baik lintas sektor maupun lintas program yang terdiri dari berbagai unsur organisasi profesi, LSM, Kementerian dan Lembaga, Dinas Kesehatan Provinsi, dan berbagai elemen masyarakat yang peduli terhadap pengendalian kanker di Indonesia.

Pertemuan dilakukan dalam bentuk koordinasi program sehingga dapat bersinergi dan terintegrasi satu sama lain dari masing masing unsur program.

Diharapkan dapat memperkuat jejaring kerja dalam kebijakan penanggulangan kanker di Indonesia. Kesepakatan yang didapat adalah pembagian tugas dan kelompok kerja.

Pertemuan penguatan hospis homecare paliatif kanker. Pertemuan dihadiri oleh Masyarakat Paliatif Indonesia (MPI) cabang Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jakarta, organisasi profesi pemerhati program kanker, Dinkes Prov DKI Jakarta, RSKD, RSUD dr. Soetomo, RS. Hasan Sadikin Bandung, RSCM, RS Fatmawati, RS Persahabatan, KPKN, LSM, Suku Dinas Kesehatan Prov. DKI Jakarta, Hukormas.

Inisaisi dan brain storming dalam pemahaman paliatif perlu terbentuk dan tersistem. Diharapkan DKI Jakarta, Jabar dan Jatim sebagai stimulan dalam pelaksanan paliatif. Hosepice tidak masuk dalam fasilitas kesehatan tapi masuk dalam UKBM maka perlu dibuatkan regulasinya. Perlunya pertemuan untuk memperkuat program paliatif dalam payung hukum terutama pada penertiban homecare dan hosepice yang tersebar di Indonesia. Siapa yang memutuskan untuk paliatif dan penyusunan kisi kisi homecare.

0 10 20 30 40 50 60

2016 2017 2018

15

25

35

16,1

26,8

51

Persentase

Target Realisasi

(35)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2018 30 2) Komunikasi, Informasi dan Edukasi tentang pencegahan dan pengendalian

Penyakit

Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pencegahan dan pengendalian penyakit kanker salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui penyebarluasan media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), seperti Leaflet, Poster dan Buku saku. Media KIE efektif digunakan pada saat kegiatan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka pencegahan dan pengendalian penyakit kanker.

Upaya untuk mendukung kegiatan pencegahan dan pengendalian kanker, diperlukan media KIE sebagai instrumen bantu yang berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan, kemampuan dan kepedulian baik petugas kesehatan di lapangan maupun masyarakat. Salah satu strategi dalam meningkatkan kepedulian semua pihak, maka dilakukan kampanye publik melalui peringatan hari-hari ataupun bulan berkaitan dengan kanker yang jatuh pada tanggal berbeda setiap tahunnya. Media KIE tersebut adalah leaflet SADARI, leaflet penemuan dini kanker pada anak, banner SADARI, baner Ayo Cegah Kanker. Cetakan NSPK terdiri dari Kurikulum Modul Deteksi Dini Thalassemia, Juknis Thalassemia, Acuan Pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Serviks, Pedoman Teknis Deteksi Dini Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim, Pedoman Nasional Pengendalian Kanker, Pedoman Nasional Paliatif Kanker, Petunjuk Teknis Program Paliatif Kanker Anak, Petunjuk Teknis Program Paliatif Kanker Pada Dewasa, Modul TOT Paliatif Kanker, Pedoman Penemuan Dini Kanker Pada Anak.

3) Melaksanakan Gerakan Masyarakat Sehat dalam Peduli Kanker

a. Gerakan Masyarakat Sehat Dalam Deteksi Dini Kanker Pada Perempuan Germas Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan sistematik dan terencana yang dilakukan secara bersama – sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian.

GERMAS merupakan gerakan nasional yang diprakarsai oleh Presiden RI yang mengedepankan upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif-rehabilitatif dengan melibatkan seluruh komponen bangsa dalam memasyarakatkan paradigma sehat. Untuk menyukseskan GERMAS, tidak bisa hanya mengandalkan peran sektor kesehatan saja namun juga peran serta kementerian dan lembaga di sektor berbagai sektor lain.

Pada tahap awal GERMAS secara nasional dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan yaitu melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari, mengkonsumsi buah dan sayur, sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih membiasakan pola hidup sehat di dalam keluarga. Kegiatan Sosialisasi GERMAS di laksanakan di 7 kabupaten/ kota yaitu Kabupaten Blitar di Desa Ngaglik, Kecamatan Srengat, Kota Lhokseumawe Desa Mon Geudong Kecamatan Banda Sakti, Kabupaten Aceh Utara di Dasa Jambo Aye, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Kabupaten Seluma di Desa Karang Anyar Kecamatan Aras Maras, Kabupaten Manggarai Barat di Desa

Referensi

Dokumen terkait

menjadi gula (proses hidrolisis). Salah satu langkah penting untuk biokonversi jerami menjadi etanol adalah memecah perlindungan lignin ini.. Proses biokonversi jerami menjadi

Penelitian yang dilakukan oleh Taylor dan Richardson (2012) menunjukan bahwa Pemanfaatan Tax Heaven berpengaruh signifikan negatif terhadap penghindaran pajak karena

Benih penjenis yang diciptakan oleh para pemulia memerlukan tiga generasi berikutnya untuk dapat digunakan oleh para petani Indonesia, tiga generasi pertama meliputi produksi

Kualitas percontoh air mengacu pada Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/ MENKES/SK/VII/2002 tentang Standar Kualitas Air Minum dan sistem Storage and Retrieval (STORET)

penggandaannya dalam formulir permohonan Bukti Pengajuan Permohonan Informasi Model B Pemberitahuan Tertulis (FM/AP/01/03) 4 Petugas Informasi menyampaikan Pemberitahuan

Sumari (Tergugat/Terbanding) yang berupa obyek sengketa, akan tetapi para Penggugat/para Pembanding bermaksud menarik kembali hibah yang telah diberikan kepada

DiskripsiSingkat MK Materiyangdibahasdalamperkuliahaninimeliputi:analisis dan desain dari elemen-elemen struktur beton bertulang berupa plat 2 arah, kolom, join, fondasi dan

Analisis dan Perancangan Sistem Basis Data Pembelian, Penjualan, dan Persediaan pada. PT Interjaya