1
Nurfatma Silvia,2020
Determinan Kualitas Hidup Pada Lansia Dengan Penyakit Kronis Di RW 04 Kelurahan Citayam Bogor UPN Veteran Jakarta, Fakultas Ilmu Kesehatan, Program Studi Keperawatan Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id – www.library.upnvj.ac.id – www.repository.upnvj.ac.id]
I.1 Latar Belakang
Pada tahun 2019, populasi lansia didunia secara menyeluruh berjumlah 703 juta jiwa orang tua yang berusia 65>. Asia Timur dan Tenggara adalah negara prioritas yang memiliki jumlah lansia terbanyak dengan populasi 260 juta jiwa, dan diikuti oleh negara Eropa dan Amerika Serikat yang berjumlah >200 juta jiwa (World Population Ageing 2019, 2019). Selama 3 dekade kedepan, jumlah lansia yang berusia 60> diperkirakan semakin meningkat menjadi 2 kali lipat yang akan mencapai ≥1,5 miliar, dan semakin meningkat menjadi 2 miliar pada tahun 2025 (Soósová, 2016). Begitu pula dengan Indonesia sama seperti negara-negara lainnya yang mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia. Pada tahun 2010, lansia dapat berjumlah 18 juta jiwa, kemudian tahun 2019 berjumlah 25,9 juta jiwa, dan selanjutnya akan diprediksi terus meningkat hingga tahun 2035 sampai mencapai 48,2 juta jiwa (Kemenkes, 2019).
Jika dalam lingkup provinsi dan kota yang peneliti akan ambil sesuai dengan tempat dimana penelitian dilaksanakan adalah provinsi Jawa Barat dan Kota Bogor. Tahun 2015 Jawa Barat diproyeksikan dengan jumlah penduduk lansia mencapai 3,77 juta jiwa, dan semakin meningkat sampai tahun 2017 dengan jumlah 49,02 juta jiwa, sampai dengan 2021 diperkirakan penduduk Jawa Barat akan mencapai 5,07 juta jiwa (10,04%) dari total seluruh penduduk Jawa Barat (Barat, 2017). Selain itu, populasi di Kota Bogor pada tahun 2017 jumlah usia tua dan lansia (>55 tahun) mencapai 56.364 jiwa (Wabarakatuh, 2017).
Jadi dapat disimpulkan bahwa saat ini seluruh negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia sedang memasuki periode aging population, yaitu dimana terjadinya peningkatan usia dan harapan hidup yang diikuti oleh peningkatan jumlah lansia dengan presentase 9,7%, dan negara yang menduduki
Nurfatma Silvia,2020
Determinan Kualitas Hidup Pada Lansia Dengan Penyakit Kronis Di RW 04 Kelurahan Citayam Bogor UPN Veteran Jakarta, Fakultas Ilmu Kesehatan, Program Studi Keperawatan Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id – www.library.upnvj.ac.id – www.repository.upnvj.ac.id]
paling atas dengan presentase 30% adalah negara Jepang, sementara negara- negara maju yang lainnya berada pada presentase 10% (Kemenkes, 2019).
Seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas disebut lansia. Lansia juga merupakan proses penuaan, dimana seseorang akan berubah secara fisik, psikologis dan sosial (Kholifah, 2016). Kondisi fisik, psikologis, dan sosial yang saling berakaitan ini adalah proses alami yang terjadi pada saat penuaan. Selain itu pula dapat berupa seperti kelemahan akibat menurunnya fungsi-fungsi organ tubuh, keterbatasan fungsional yang berkaitan dengan kegiatan individu sehari- hari, ketidakmampuan dalam melakukan segala hal, dan hambatan yang dapat dialami akibat penyakit kronik yang diderita (Laubujong, 2008 dalam Ekasari, Riasmini, & Hartini, 2018).
Penyakit kronis yang diderita oleh lansia di Indonesia dengan rentan usia 60-69 tahun mempunyai tingkatan yang terbilang tinggi, ada sebanyak 28,53%
yang memiliki masalah kesehatan yang berhubungan dengan penyakit kronis tersebut. Persentase jumlah lansia ini semakin terus meningkat (Badan Pusat Statistik, 2011). Penyakit hipertensi, diabetes melitus dan asam urat merupakan penyakit kronis yang tidak menular (RI, 2013). Hasil Riskesdas, (2013) juga menyebutkan penyakit terbanyak pada lansia diantaranya hipertensi, arthtritis, stroke, PPOK, gagal jantung, diabates melitus, kanker, jantung koroner, dan gagal
ginjal kronik, begitu pula berdasarkan laporan NICE Guideline, Multimordibity:
Clinical Assesment and Management 2016 (Harsono, 2019). Lansia yang tidak
mampu beradaptasi terhadap perubahan fungsi tubuh dan penyakit serta kegagalan dalam memenuhi tugas perkembangan akan mempengaruhi pandangan terhadap kualitas hidup lansia (Winahyu et al., 2017).
World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendeskripsikan
bahwa kualitas hidup merupakan suatu pendapat setiap individu tentang bagaimana jalan cerita kehidupannya yang mencangkup tujuan, harapan yang diinginkan, kasih sayang, nilai-nilai, serta kebudayaan (WHOQOL, 1997 dalam Netuveli & Blane, 2008). Ada beberapa determinan yang berpengaruh terhadap kualitas hidup, yaitu faktor demografi, faktor psikologi, dan faktor sosial (Sunaryo et al., 2016). Faktor demografi yang meliputi; usia, jenis kelamin, status perkwinan pendidikan terakhir, dan pekerjaan (Sunaryo et al., 2016).
Nurfatma Silvia,2020
Determinan Kualitas Hidup Pada Lansia Dengan Penyakit Kronis Di RW 04 Kelurahan Citayam Bogor UPN Veteran Jakarta, Fakultas Ilmu Kesehatan, Program Studi Keperawatan Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id – www.library.upnvj.ac.id – www.repository.upnvj.ac.id]
Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Rabbaniyah, (2016) meneliti faktor kualitas hidup berdasarkan faktor penyakit kronis dan faktor demografi yang menunjukkan bahwa lansia perempuan lebih tinggi menderita hipertensi daripada laki-laki, dengan persentase perempuan (76%) dan laki-laki (24%).
Faktor kualitas hidup yang didapat pada penelitian ini yaitu usia dan pentingnya olahraga dan salah satunya adalah senam lansia. Lansia yang mengikuti senam memiliki kualitas hidup yang baik pada usia 60-64 tahun dengan presentase (44%). Faktor psikologis yang meliputi; depresi, kecemasan dan stress, berdasarkan penelitian Rekawati, (2017) tentang depresi dengan kualitas hidup lansia, menunjukkan bahwa jumlah lansia yang mengalami tingkat depresi dalam kategori depresi sebesar 57,4% dan kategori tingkat normal 42,6%. Hasil kualitas hidup responden yang memiliki tingkat depresi normal memiliki presentase kategori baik (67,4%), dan tidak baik 32,6%, sedangkan kualitas hidup responden yang memiliki tingkat depresi tinggi dengan kategori baik memiliki presentase 43,1%, dan kategori tidak baik 56,9%.
Faktor sosial yang meliputi dukungan sosial, berdasarkan hasil 28 responden mendapatkan dukungan sosial kurang dengan frekuensi 17 orang dan presentase (60,7%), dukungan cukup dengan frekuensi 1 orang dan presentase (3,6%) serta cukup dengan frekuensi 10 orang dan presentase dukungan baik (35,7%). Data yang lain, ada sebanyak 28 responden didapatkan kualitas hidup dengan frekuensi 17 orang dan presentase (60,7%), kualitas hidup baik dengan frekuensi 1 orang dan presentase (3,6%) serta kualitas hidup sangat baik dengan frekuensi 10 orang dan presentase (35,7%). (Cahya, Harnida, & Indrianita, 2017).
Peneliti telah melakukan studi pendahuluan kepada warga lansia yang berusia >60 tahun disekitar tempat tinggalnya yang bertepatan di R T.02/ RW.04 Kelurahan Citayam mengenai kualitas hidup lansia yang menderita penyakit kronis berdasarkan faktor demografi, psikologis dan sosial dengan jumlah 8 orang lansia. Didapatkan pernyataan bahwa 3 orang lansia memiliki penyakit hipertensi dan sering mengkonsumsi obat captopril sejak 10-15 tahun yang lalu, akan tetapi mereka menganggap bahwa penyakit yang diderita adalah hal yang wajar karena perubahan usia yang dialami. Begitu pula dengan 3 orang lansia yang memiliki
Nurfatma Silvia,2020
Determinan Kualitas Hidup Pada Lansia Dengan Penyakit Kronis Di RW 04 Kelurahan Citayam Bogor UPN Veteran Jakarta, Fakultas Ilmu Kesehatan, Program Studi Keperawatan Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id – www.library.upnvj.ac.id – www.repository.upnvj.ac.id]
penyakit asam urat, perasaan stres terkadang muncul karena penyakit asam urat jika sedang kambuh sangat mengganggu kegiatan sehari-harinya, dan 2 orang lansia lainnya menganggap bahwa mereka merasa dirinya dalam keadaan sehat karena tidak memiliki penyakit kronik yang diderita, akan tetapi ada perasaan cemas karena merasa takut jika keadaan fisiknya berubah seperti akan halnya dengan teman sebaya. Dukungan keluarga dan masyarakat sekitar sangat membantu keadaan fisik maupun psikologis ke-6 lansia yang menderita hipertensi dan asam urat tersebut, karena mereka dikelilingi oleh keluarga dan tetangga yang perduli, jika penyakit sedang kambuh akan segera dibawa ke klinik-klinik terdekat, dan selalu mengingatkan untuk menjaga pola makan kepada lansia.
Peran perawat yang perlu dilakukan terhadap kualitas hidup lansia dengan penyakit kronik ini adalah sebagai pemberi perawatan care giver yaitu membantu dan mendukung lansia serta keluarga dalam mempertahankan pengobatan dan pengontrolan terhadap penyakit. Peran konselor yaitu perawat membantu lansia dan memberikan wawasan kepada keluarga untuk mengenali faktor-faktor yang dapat mengganggu faktor psikologisnya lansia. Peran edukator dengan perawat berperan sebagai pemberi pemahaman kepada lansia agar mampu meng- ungkapkan perasaan yang dapat membuat pikiran semakin negatif, dan keluarga juga mampu berperan dalam membantu lansia, dan selanjutnya adalah peran kolaborator yaitu hubungan antara kerja sama perawat dengan tim medis lainnya untuk memberikan asuhan keperawatan baik dalam tindakan menangani penyakit kronik yang diderita maupun konseling terhadap persepsi kualitas hidup lansia (Perry, 2009).
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Indonesia telah memasuki periode aging population, yaitu secara signifikan meningkatkan usia dan harapan hidup lansia. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60>
diikuti oleh perubahan yang terjadi pada masing-masing lansia. Perubahan ini termasuk kondisi fisik, psikologis, dan sosial. Perubahan terkait ini dapat berdampak pada kesehatan, di mana lansia sering menderita penyakit kronis pada lansia seperti hipertensi, diabetes mellitus dan asam urat. Lansia yang tidak dapat
Nurfatma Silvia,2020
Determinan Kualitas Hidup Pada Lansia Dengan Penyakit Kronis Di RW 04 Kelurahan Citayam Bogor UPN Veteran Jakarta, Fakultas Ilmu Kesehatan, Program Studi Keperawatan Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id – www.library.upnvj.ac.id – www.repository.upnvj.ac.id]
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada lansia juga akan berdampak pada kualitas hidup lansia.
Karena itu, peneliti tertarik untuk mengemukakan masalah tersebut disekitar tempat tinggalnya. Tujuannya, agar mampu memberikan gambaran tentang determinan kualitas hidup pada lansia dengan penyakit kronis di RW.04 Kelurahan Citayam Bogor, dan berharap agar kualitas hidup lansia disekitar dapat ditingkatkan menjadi lebih baik.
I.3 Tujuan Penulisan I.3.1 Tujuan Umum
Tujuan pada penelitian ini untuk diketahui adanya determinan kualitas hidup pada lansia dengan penyakit kronis di RW 04 Kelurahan Citayam Bogor.
I.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi gambaran karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan penyakit kronis (hipertensi, diabetes mellitus, dan asam urat)) di RW 04 Kelurahan Citayam Bogor
b. Untuk mengidentifikasi gambaran faktor psikologis (depresi, kecemasan, dan stres) pada lansia di RW 04 Kelurahan Citayam Bogor
c. Untuk mengindentifikasi gambaran dukungan sosial pada lansia di RW 04 Kelurahan Citayam Bogor
d. Untuk menganilisis karakteristik responden yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan penyakit kronis (hipertensi, diabetes mellitus, dan asam urat) dengan kualitas hidup pada lansia di RW 04 Kelurahan Citayam Bogor
e. Untuk menganalisis hubungan faktor psikologis (depresi, kecemasan, dan stres) dengan kualitas hidup pada lansia di RW 04 Kelurahan Citayam Bogor
f. Untuk menganalisis hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup pada lansia di RW 04 Kelurahan Citayam Bogor
Nurfatma Silvia,2020
Determinan Kualitas Hidup Pada Lansia Dengan Penyakit Kronis Di RW 04 Kelurahan Citayam Bogor UPN Veteran Jakarta, Fakultas Ilmu Kesehatan, Program Studi Keperawatan Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id – www.library.upnvj.ac.id – www.repository.upnvj.ac.id]
I.3 Manfaat penulisan
a. Bagi lansia untuk memberikan informasi dan menambah wawasan kepada responden tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup, seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, penyakit kronis (hipertensi, DM, dan asam urat), tingkat depresi, kecemasan, stres, dan dukungan sosial baik dari keluarga, teman sebaya maupun lingkungan.
b. Bagi keluarga lansia untuk memberikan informasi bahwa kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, sehingga keluarga dapat memperhatikan lansia baik dari segi kesehatan maupun psikologis.
Keluarga juga mampu membantu lansia dalam mengurangi tingkat depresi, kecemasan, dan stres.
c. Bagi pelayanan kesehatan masyarakat untuk memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup lansia, khususnya penyakit kronis (hipertensi, DM, dan asam urat) serta faktor psikologis (depresi, kecemasan, dan stres) sehingga di harapkan pelayanan kesehatan dapat meningkatkan layanan kesehatan medis maupun psikologis lansia.
d. Bagi pendidikan untuk menjadikan salah satu media pembelajaran dan sumber informasi terbaru mengenai perkembangan dalam keperawatan jiwa dan gerontik khususnya determinan kualitas hidup pada lansia dengan penyakit kornis.
e. Bagi metodologi menjadikan penelitian ini sebagai salah satu referensi dalam ilmu keperawatan jiwa dan gerontik untuk mengembangkan penelitian selanjutnya, agar lebih spesifik dan dapat melengkapi kekurangan yang ada.