• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAR Pengaruh Kegiatan Meronce Terhadap Perkembangan Kognitif Anak Di TK Pertiwi Singopadu, Sidoharjo, Sragen Kelompok A Tahun Pelajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGAR Pengaruh Kegiatan Meronce Terhadap Perkembangan Kognitif Anak Di TK Pertiwi Singopadu, Sidoharjo, Sragen Kelompok A Tahun Pelajaran 2012/2013."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAR F RUH KEGIA KOGNITI SIDO T FAKULTA UNIVERS ATAN MER IF ANAK D OHARJO, S TAHUN PE NASKA Di YUL A S KEGURU ITAS MUH RONCETE DI TK PERT

SRAGEN K ELAJARAN AH PUBLIK isusun Oleh LIANA DEW A520090084

(2)
(3)

ABSTRAK

PENGARUH KEGIATAN MERONCETERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK DI TK PERTIWI SINGOPADU,

SIDOHARJO, SRAGEN KELOMPOK A TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Yuliana Dewi, A520090084, Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta,

2013

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kegiatan meronce terhadap perkembangan kognitif. Perkembangan Kognitif anak dibatasi pada konsep bentuk, warna, ukuran dan pola di TK Pertiwi Singopadu, Sidoharjo, Sragen tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini adalah penelitian Eksperimen dengan jenis metode True Eksperimental yaitu pretest-posttest control group design. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok A di TK Pertiwi Singopadu, Sidoharjo, Sragen sejumlah 21 anak. Teknik pengumpulan data menggunakan Observation non participant. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan

uji independent samples test dengan bantuan SPSS 16.0 for windows. Pengujian

independent samples test menghasilkan nilai t hitung > t tabel yaitu 2.265 > 2.093.

Berdasarkan hasil ini, maka keputusan hasil uji hipotesisnya adalah Ho ditolak berarti menerima Ha. Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh kegiatan meronce terhadap perkembangan kognitif anak kelompok A di TK Pertiwi Singopadu, Sidoharjo, Sragen tahun ajaran 2012/2013.

(4)

PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan pasal 1

ayat 1 menyebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan sosial.

Pendidikan dilakukan secara sadar oleh sekelompok individu yang

mempunyai niat dan tekat untuk memberikan suatu ilmunya kepada peserta didik,

sehingga peserta didik tersebut yang awalnya belum tahu hingga menjadi tahu.

Pendidikan sangatlah penting untuk manusia karena dengan mengikuti pendidikan

manusia akan mendapatkan pengetahuan yang sebelumnya belum pernah di

dapatkannya. Selain itu dengan mengikuti pendidikan manusia akan menjadi

individu yang paham akan segala kekurangan dan kelebihan yang terdapat di

dalam dirinya, serta mampu mengembangkan segala kelebihannya itu secara

optimal.

Dalam pelaksanaan pendidikan ini diperlukan dukungan keterlibatan dari

berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan stake holder yang terdiri dari

guru, murid, kepala sekolah, tenaga administrasi, wali murid, dinas terkait, dan

pemerintah daerah. Semua harus bekerja sama dalam memperlancar dan

mempermudah pencapaian tujuan, baik tujuan akademis Maupun pembentukan

moral.

(UU No. 20 Tahun 2000 pasal 1 ayat 14) Pendidikan yang dilaksanakan

sebelum memasuki Sekolah Dasar (SD), Sekolah adalah Pendidikan Anak Usia

Dini. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembelajaran yang

ditunjukkan kepada anak usia sejak lahir sampai usia enam tahun dilaksanakan

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan memasuki

(5)

   

Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah memfasilitasi

pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dan menyeluruh sesuai

dengan norma-norma dan nilai kehidupan yang dianut. Melalui pendidikan yang

dirancang dengan baik, anak akan mampu mengembangkan segenap potensi yang

dimiliki, dari aspek fisik, sosial, moral, emosi kepribadian dan aspek-aspek yang

lain (Rahman, 2002:48). Dalam rumusan keputusan Menteri Pendidikan dan

kebudayaan RI Nomor 0486/U/1992 tentang TK bab II pasal 3 menyatakan bahwa

pendidikan TK bertujuan membantu meletakkan dasar-dasar kearah

perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang

diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan

untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 28 menyatakan pendidikan anak

usia dini diselenggarakan melalui tiga jalur pendidikan yaitu pendidikan formal

(Taman Kanak-kanak, Raudatul Athfal, bentuk lain yang sederajat), non formal

(Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak, atau bentuk lain yang sederajat),

dan informal yang berbentuk pendidikan keluarga yang diselenggarakan oleh

lingkungan. Jadi Taman Kanak-kanak salah satu bentuk sekolah di jalur formal.

Taman Kanak-kanak melayani anak usia 4-6 tahun yang berfungsi untuk

membantu meletakkan dasar-dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan dan

ketrampilan yang diperlukan bagi anak usia dini dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungan dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya, sehingga

siap memasuki pendidikan dasar. Aspek-aspek perkembangan anak yang terdapat

di TK harus dikembangkan secara optimal. Aspek perkembangan anak meliputi

Nilai Agama dan Moral, Fisik Motorik meliputi Motorik Halus dan Motorik

Kasar, Kognitif, Bahasa dan Sosial emosional. Salah satu aspek perkembangan

yang harus dikembangkan di TK adalah kemampuan kognitif dimana lingkup

perkembangan terdiri dari pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna,

ukuran dan pola, konsep bilangan, lambing bilangan, dan huruf.

Menurut Piaget dalam Sujiono (2008:22) bahwa kemampuan kognitif

dikembangkan bertujuan agar anak dapat melakukan eksplorasi terhadap dunia

(6)

tersebut anak akan melangsungkan hidupnya menjadi manusia yang utuh sesuai

kodratnya sebagai mahluk Tuhan yang harus memperdayakan apa yang ada di

dunia ini untuk kepentingan dirinya dan orang lain.

Kegiatan pembelajaran di TK pada aspek kognitif anak kelompok A dalam

lingkup perkambangan Konsep bentuk, warna, ukuran dan pola, sesuai dengan

kemampuan minimal yang harus dicapai anak antara lain anak diharapkan mampu

membedakan bentuk, anak diharapkan membedakan warna, anak diharapkan

mampu membedakan ukuran, dan anak diharapkan mampu mengurutkan pola.

Konsep-konsep itu merupakan dasar bagi pembelajaran kognitif, sesuai dengan

pola perkembangan yang sama namun pencapaian perkembangan dari tiap-tiap

anak adalah berbeda. Pendidik PAUD harus memahami perbedaan pencapaian

dari tiap-tiap anak dan mencari cara yang sesuai untuk mampu membantu

mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mencapai hasil

yang maksimal.

Pada kenyataanya anak-anak kelompok A pada TK Pertiwi Singopadu

Sragen masih bingung ketika diminta untuk menyebut dan membedakan konsep

sederhana seperti menyebutkan bilangan 1-10, menyebutkan warna, menyebutkan

bentuk, menyebutkan ukuran. Kondisi ini disebabkan karena guru masih

melakukan atau melaksanakan proses belajar mengajar bersifat informasi sepihak

dengan metode ceramah. Guru mendominasi kegiatan dalam proses belajar

mengajar, sementara anak hanya menjadi pendengar yang baik. Hal ini

menimbulkan kesan bahwa pelajaran kognitif hanya pelajaran yang bersifat

verbalisme. Kondisi tersebut menuntut guru untuk mengembangkan kemampuan

kognitif anak sesuai dengan tahap perkembangannya.

Upaya yang pernah dilakukan guru dalam mengembangkan kemampuan

kogitif anak dengan cara berhitung, menghubungkan kata dengan benda, bermain

puzzle, bermain maze. Namun kegiatan yang sudah dilakukan guru tersebut

kurang berpengaruh terhadap kemampuan kognitif anak, dikarenakan media yang

digunakan terbatas. Contohnya ketika bermain puzzle anak dibagi menjadi 4

(7)

   

puzzle, sehingga anak dalam melakukan permainan harus menunggu giliran dan

kurang optimal bermain puzzlenya.

Berdasarkan masalah diatas, maka peneliti mencari solusi dengan

menggunakan kegiatan meronce. Peneliti menggunakan kegiatan meronce karena

dalam satu kegiatan anak dapat mengenal berbagai konsep diantaranya konsep

bentuk, warna, ukuran, pola dan tentunya menyenangkan bagi anak. Maka peneliti

mengadakan penelitian berjudul “Pengaruh Kegiatan Meronce Terhadap

Perkembangan Kognitif Anak di TK Pertiwi Singopadu, Sidoharjo, Sragen

Kelompok A Tahun Pelajaran 2012/2013”

Pembatasan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah Kegiatan

meronce dibatasi pada meronce dengan media kertas bentuk geometri. Dan

Perkembangan kognitif dibatasi pada mengenal konsep bentuk, warna, ukuran dan

pola.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kegiatan meronce

terhadap perkembangan kognitif anak di TK Pertiwi Singopadu, Sidoharjo,

Sragen kelompok A tahun pelajaran 2012/2013.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan True Experimental yaitu dengan

Pretest-Posttest Control Group Design sebagai desain penelitian. Emzir (2012:96) mengemukakan Pretest-Posttest Control Group Design adalah design ini terdapat

dua kelompok yang yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Kemudian kedua kelompok tersebut diberi pretest untuk mengetahui keadaan

awal sebelum diberi perlakuan, setelah diberi perlakuan kemudian kedua

kelompok tersebut diberi posttest untuk mengetahui perbedaan kemampuan anak

setelah diberi perlakuan.

Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Randomisasi

Subjek dipilih secara random atau acak untuk dijadikan ke dalam 2 kelompok

yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Randomisasi dilakukan

(8)

punya kesempatan yang sama untuk menjadi kelompok eksperimen ata

kelompok kontrol. Pengambilan kertas warna tersebut dengan ketentuan

warna merah untuk kelompok kontrol dan warna kuning untuk kelompok

eksperimen.

2. Pretest (Observasi Awal)

Pada tahapan pretest, peneliti mengobservasi perkembangan kognitif anak

sebelum dilakukan perlakuan. Peneliti melakukan observasi awal dengan

menggunakan kegiatan mengelompokkan benda sesuai dengan bentuk

(lingkaran, segitiga dan segiempat), warna dan ukuran.

3. Perlakuan

Pada tahap ini peneliti memberikan perlakuan dengan menggunakan kegiatan

meronce pada anak. Perlakuan dilakukan selama 3x, selama pemberian

perlakuan meronce anak mampu dalam mengenal macam-macam warna,

bentuk, ukuran dan anak mampu mengurutkan pola kecil-besar-kecil.

4. Posttest (Observasi Akhir)

Pada tahap posttest, peneliti melakukan observasi akhir dilakukan setelah

diberikan perlakuan, dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

kegiatan meronce terhadap perkembangan kognitif anak sesudah pemberian

perlakuan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kegiatan yang

digunakan juga sama pada saat observasi awal yakni mengelompokkan benda

sesuai dengan bentuk (lingkaran,segitiga dan segiempat), warna, dan ukuran.

Penelitian ini dilakukan di TK Pertiwi Singopadu, Sidoharjo, Sregn yang

berjumlah 21 anak pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

Di dalam penelitian ini terdapat 2 variabel, yaitu variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah Ikegiatan

meronce, sedangkan variabel terikat (Y) adalah perkembangan kognitif.

Menurut Sugiyono (2011:204) menjelaskan bahwa dari segi proses

pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

(9)

   

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan pedoman observasi sebagai instrument penelitian. Langkah-langkah

dalam penyusunan instrument dimulai dari menyusun kisi-kisi indikator ke dalam

butir amatan, membuat kisi-kisi butir amatan, menyusun deskriptor level kinerja,

dan menuliskan ke dalam format pedoman observasi.

Data yang telah dikumpulkan akan dilakukan proses editing atau

pengecakan data, setelah itu data akan melalui proses codeing atau pemberian

kode. Dari data yang telah terkumpul kemudian dilakukan proses tabulasi ke

dalam skor-skor yang telah ditentukan. Teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Independent Samples Test

dengan bantuan program komputer SPSS 16.0 for windows. Uji ini digunakan

untuk menguji 2 sampel yang saling independent (tidak saling terikat).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data mengenai

perkembangan kognitif anak saat sebelum diberikan perlakuan dan setelah

diberikan perlakuan. Pada saat observasi awal (pretest) diperoleh skor

keseluruhan dari 11 anak sebesar 220. Dengan nilai rata-rata 20,0, skor terendah

18 dan skor tertinggi 22.

Perlakuan berupa pemberian kegiatan meronce, pemberian perlakuan

dilakukan sebanyak 3x. Pada hari pertama anak melakukan kegiatan meronce

bardasarkan stimulasi yang telah diberikan guru yakni meronce lingkaran kecil

dan segiempat besar, disini peneliti ingin mengetahuai kemampuan anak

membedakan dalam konsep ukuran.

Dihari kedua anak juga meronce sesuai stimulasi dari guru yakni meronce

bentuk lingkaran, segitiga, dan segiempat, disini peneliti ingin mengetahui

kemampuan anak dalam mengenal bentuk-bentuk geometri. Sama seperti di dari

pertama dan kedua, di hari ketiga anak juga meronce sesuai dengan apa yang telah

di stimulasikan guru yakni meronce sesuai dengan pola kecil-besar-kecil, disini

(10)

Selama 3 hari pemberian perlakuan, anak-anak kelompok eksperimen

berkembang kemampuan kognitifnya contohnya dalamkonsep warna, anak

mampu mengenal warna selain warna merah, kuning, hijau tatapi anak mampu

mengenal warna biru, coklat dan ungu. Kemudian dalam konsep bentuk anak

semakin paham bentuk lingkaran, segitiga dan segiempat. Dalam konsep pola

anak mampu mengurutkan beberapa pola kecil-besar-kecil dan besar-besar-kecil.

Pada saat observasi akhir (posttest) diperoleh skor keseluruhan dari 10

anak sebesar 249, dengan nilai rata-rata 22,6. Skor terendah 21 dan skor tertinggi

[image:10.612.188.432.321.641.2]

24.

Tabel 1. Perbandingan Perkembangan Kognitif Antara Observasi Awal dan Observasi Akhir

No

Observasi Awal Observasi Akhir Kelompok

Eksperimen

Kelompok

Eksperimen

1 20 23

2 21 24

3 18 21

4 22 21

5 19 22

6 20 22

7 20 24

8 19 22

9 22 24

10 21 23

11 18 23

Jumlah 220 249

Rata-rata

20,0 22,6

Hasil penelitian berdasarkan uji t diperoleh bahwa t hitung > t tabel yaitu

(11)

   

signifikan antara kegiatan meronce dengan kemampuan kognitif anak TK Pertiwi

Singopadu, Sidoharjo, Sragen kelompok A tahun ajaran 2012/2013. Hal ini sesuai

dengan apa yang dikatakan Musfiroh (2005:85) Meronce adalah suatu materi yang

diberikan pada anak prasekolah yaitu kegiatan memasukkan manik-manik ke

dalam benang agar melatih konsentrasi anak antara mata dan tangan serta pikiran.

Permainan ini selain merangsang kemampuan motorik halus juga dapat

merangsang kemampuan kognitif melalui pengenalan warna, ukuran, bentuk dan

pola.

SIMPULAN

Pembelajaran dengan menggunakan kegiatan meronce dapat merangsang,

meningkatkan dan mengembangkan kemampuan kognitif pada anak.

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa

“Terdapat pengaruh yang signifikan antara kegiatan meronce dengan kemampuan

kognitif anak TK Pertiwi Singopadu, Sidoharjo, Sragen kelompok A tahun ajaran

2012/2013. Kesimpulan ini berdasarkan uji t diperoleh bahwa t hitung > t tabel yaitu

2.265 > 2.093”.

DAFTAR PUSTAKA

Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif Dan Kualitatif. Jakarta : Rajagrafindo Persada

Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bermain Sambil Belajar Dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta: Universitas Terbuka

Rahman, Hibana S. 2002. Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta : Galah

Sujiono, Yuliani Nurani. 2008. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka

Gambar

Tabel 1. Perbandingan Perkembangan Kognitif Antara Observasi Awal dan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis ini menunjukan bahwa meskipun terjadi penurunan jumlah produksi susu kambing sebesar 74,29 persen pengembangan usaha tetap layak untuk dilaksanakan padahal

oleh seorang atau beberapa operator dengan sikap kerja atau posisi kerja

Lampiran 4 Pola penyebaran serbuk sari pada populasi kelapa berbuah kopyor yang dianalisis dalam penelitian : representasi induk jantan sebagai donor serbuk sari untuk lima

Daya gabung khusus yang baik adalah nilai pasangan persilangan lebih baik daripada nilai rata-rata keseluruhan pasangan yang terlibat (Poehlman dan Sleeper

Bertanggung jawab sepenuhnya untuk mencairkan dana PIP 2016 secara kolektif dari peserta didik di lembaga saya sesuai surat kuasa pencairan (terlampir). Bertanggung jawab

Due to this, the writer could complete this research paper entitled A DESCRIPTIVE STUDY ON TEACHING SPEAKING OF REPORT TEXT BASED ON SCHOOL LEVEL- BASED

eut rofikasi t erjadi akibat banyaknya nut rien yang masuk ke dalam suat u perairan dan mengakibat kan mat inya perairan t ersebut karena t idak t ersedianya oksigenb.

Puji dan syukur penulis ucapkan atas berkat dan kuasa Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan kasih penyertaannya yang tiada habis-habisnya sehingga penulis