UPAYA TAMAN BACAAN MASYARAKAT PANGERAN DIPONEGORO DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT DI DUSUN
SEMBEGO, MAGUWOHARJO, SLEMAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Muhamad Setiaji NIM 11102244019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
MOTTO
Anda akan menjadi sahabat orang-orang hebat dengan membaca
(penulis)
Satu buku yang and abaca, bisa jadi lebih berharga dari mobil mewah yang di
hadiahkan padamu
(penulis)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai dari satu urusan, kerjakanlah sungguh-sungguh urusan yang lain”
PERSEMBAHAN Atas karunia Allah SWT
Karya ini akan saya persembahkan untuk :
1. Bapak dan ibu tercinta atas dukungan moral dan material serta
pengorbanan tanpa pamrih yang telah diberikan.
2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan
ilmu pengetahuan yang begitu besar.
UPAYA TAMAN BACAAN MASYARAKAT PANGERAN DIPONEGORO DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT DI DUSUN
SEMBEGO, MAGUWOHARJO, SLEMAN, YOGYAKARTA Oleh:
Muhamad Setiaji NIM.11102244019
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Upaya taman bacaan masyarakat Pangeran Diponegoro dalam meningkatkan minat baca masyarakat di Dusun Sembego, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta, 2) Apa faktor pendukung dan penghambat yang dialami dalam meningkatkan minat baca masyarakat.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Setting penelitian di Taman Bacaan Masyarakat Pangeran Diponegoro yang berada di dusun Sembego, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah pengelola, anggota dan pembaca di TBM. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan, wawancara, dan
dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah display data,
reduksi data dan pengambilan kesimpulan. Trianggulasi dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dengan menggunakan cek, cek- re cek, dan cross cek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Upaya dalam meningkatkan minat
baca di Dusun Sembego, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta yaitu : a) Sosialisasi melalui lomba memasak yang ditujukkan untuk masyarakat umum;
b) memberikan motivasi melalui kegiatan pemberian hadiah(reward) yang
diberikan kepada pembaca terajin, kegiatan mendongeng bagi anak-anak, dan kegiatan lomba bagi anggota; serta c) Mengadakan kardus keliling, yaitu pengelola mengedarkan buku bacaan menggunakan media kardus ke rumah penduduk. 2) Faktor yang mempengaruhi upaya TBM yaitu a) faktor pendukung yang meliputi koleksi buku bacaan yang memadai, keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan kardus keliling, dan pelayanan pengelola yang ramah; b) faktor penghambat meliputi ruang TBM sempit yang menjadikan pembaca kurang nyaman, kurangnya tenaga pengelola, lingkungan yang kurang mendukung, kurangnya pendampingan pelaksanaan program.
KATA PENGANTAR
Puji syukur krhadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas
Negeri Yogyakarta.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari
adanya bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan
kesempatan penulis untuk melaksanakan kuliah di Universitas Negeri
Yogyakarta.
2. Dekan fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan fasilitas dan
sarana sehingga studi saya berjalan dengan lancar.
3. Ketua jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan
kelancaran dalam pembuatan skripsi.
4. Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah mendidik dan memberikan
ilmu pengetahuan sebagai bekal proses penelitian ini.
5. Ibu Dra S.W Septiarti, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
berkenan membimbing penulis hingga menyelesaikan skripsi.
6. Ibu Siti Maryatun, ibu Aida Qori dan ibu Astutik selaku pengelola
memberikan waktu dan kesempatan untuk ikut serta dalam proses
pembuatan skripsi ini.
7. Bapak, Ibu, Simbah, kakak dan adikku (Ana, Nurul, Yudha) atas do’a,
perhatian, kasih sayang, dan segala dukungannya.
8. Sahabat-sahabatku seluruh warga kost Setio yang telah memberikan
masukan dan motivasi untuk penulisan penelitian serta dukungan yang
diberikan selama ini.
9. Semua teman-teman PLS angkatan 2010 dan 2011 yang selalu
memberikan bantuan dan motivasi, semua kenangan dan pengalaman
kita akan menjadi cerita di masa depan.
10.Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam
penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang peduli terhadap pendidikan terutama pendididkan luar sekolah
dan bagi para pembaca umumnya. Amin
Yogyakarta, 12 oktober 2015
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……..……...………..…i
SURAT PERNYATAAN... iii
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 11
C. Pembatasan Masalah ... 12
D. Perumusan Masalah ... 12
E. Tujuan Penelitian ... 13
F. Manfaat Penelitian ... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14
A. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ... 14
1. Pengertian Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ... 14
2. Tujuan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ... 15
3. Program-program yang dikembangkan PKBM ... 16
B. Taman Bacaan Masyarakat Sebagai Pengembang Minat Baca ... 19
1. Pengertian Taman Bacaan Masyarakat ... 19
2. Tugas dan Fungsi Taman Bacaan Masyarakat ... 21
3. Tujuan Taman Bacaan Masyarakat ... 22
5. Peran Taman Bacaan Masyarakat ... 24
6. Sasaran dan Pengguna Taman Bacaan Masyarakat ... 25
7. Layanan Taman Bacaan Masyarakat ... 27
8. Ruang Lingkup Taman Bacaan Masyarakat ... 29
a. Pengelola Taman Bacaan Masyarakat ... 29
b. Koleksi Taman Bacaan Masyarakat ... 31
c. Petugas Taman Bacaan Masyarakat ... 32
d. Peraturan dan TataTertib TBM ... 33
e. Kegiatan Literasi dan Jenis Usaha TBM ... 33
C. Literasi ... 35
D. Minat Baca Masyarakat ... 39
E. Alur penelitian ... 43
F. Pertanyaan Penelitian ... 45
BAB III METODE PENELITIAN... 47
A. Pendekatan Penelitian ... 47
B. Setting, Waktu dan LamaPenelitian ... 48
C. Subjek Penelitian ... 49
D. Sumber dan Metode Pengumpulan Data ... 50
E. Instrument Pengumpulan Data ... 53
F. Teknik Analisis Data ... 54
G. Keabsahan Data ... 56
BAB IVHASIL PENELITIAN ... 58
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 58
1. Deskripsi Desa Maguwoharjo ... 58
2. PKBM Diponegoro ... 62
a. Visi, Misi, dan Tujuan... 62
b. Program kegiatan yang diselenggarakan ... 63
3. Taman Bacaan Masyarakat Pangeran Diponegoro ... 64
b. Struktur organisasi Taman Bacaan Masyarakat Pangeran Diponegoro ... 66
c. Keadaan Pengelola ... 66
d. Sarana Prasarana ... 66
e. Pembiayaan ... 67
f. Kerjasama ... 67
4. Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat Diponegoro ... 68
a. Pengolahan buku ... 68
b. Peraturan dan Tata tertib ... 72
B. Upaya Taman Bacaan Masyarakat Pangeran Diponegoro dalam Meningkatkan Minat Baca di Dusun Sembego, Maguwoharjo, Sleman Yogyakarta ... 74
1. Sosialisasi melalui kegiatan lomba memasak ... 75
2. Memberikan dorongan (motivasi) ... 79
3. Kegiatan kardus keliling ... 87
C. Faktor Pendukung Upaya Taman Bacaan Masyarakat Pangeran Diponegoro dalam Meningkatkan Minat Baca di Dusun Sembego, Maguwoharjo, Sleman Yogyakarta ... 89
1) Koleksi buku yang memadai ... 89
2) Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan kardus keliling ... 92
3) Pelayanan yang ramah ... 92
4) Rasa ingin menambah pengetahuan ... 93
D. Faktor penghambat Taman Bacaan Masyarakat Pangeran Diponegoro dalam Meningkatkan Minat Baca di Dusun Sembego, Maguwoharjo, Sleman Yogyakarta ... 94
1) Fasilitas ruang TBM sempit ... 94
2) Kurangnya Tenaga Pengelola ... 96
3) Lingkungan TBM yang kurang mendukung ... 97
4) Tidak adanya kegiatan bimbingan membaca ... 98
5) Kurangnya pendampingan Pelaksanaan Program ... 99
Pembahasan ... 101
2. Faktor Pendukung Upaya Taman Bacaan Masyarakat Pangeran Diponegoro dalam Meningkatkan Minat Baca di Dusun Sembego, Maguwoharjo, Sleman Yogyakarta
... 105
3. Faktor Penghambat Upaya Taman Bacaan Masyarakat Pangeran Diponegoro dalam Meningkatkan Minat Baca di Dusun Sembego, Maguwoharjo, Sleman Yogyakarta ... 107
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 111
A. Kesimpulan ... 111
B. Saran ... 113
DAFTAR PUSTAKA ... 114
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jenjang Pendidikan Penduduk Maguwoharjo……… 59
Tabel 2. Jenis Pekerjaan Penduduk Maguwoharjo………... 61
Tabel 3. Sarana dan prasarasa TBM………. 90
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1. Alur penelitian………43
2. Gambar 2. Peta Tata Ruang Maguwoharjo….….………...59
3. Gambar 3. Struktur organisasi TBM………….……….…………...66
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Dokumentasi………117
Lampiran 2. Pedoman Observasi……….118
Lampiran 3. Pedoman Wawancara……….….119
Lampiran 4. Catatan Lapangan………125
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Upaya mencerdaskan bangsa yang diamanatkan UUD 1945 ditempuh
pemerintah dan masyarakat baik pendidikan formal maupun non formal.
Prioritas sasaran pendidikan adalah warga masyarakat yang tidak pernah
sekolah/buta aksara, putus sekolah, dalam dan antar jenjang penduduk usia
produktif tidak sekolah dan tidak bekerja, penduduk miskin serta warga
masyarakat lainnya yang membutuhkan pendidikan.
Salah satu program pendidikan non formal dan Dalam rangka ikut
mencerdaskan kehidupan bangsa serta usaha melestarikan program Pendidikan
Non Formal melalui salah satu program pemberdayaan masyarakat dengan
Pengembangan gerakan literasi serta pengembangan budaya baca pada
masyarakat akan peningkatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih baik dan
berarah pada progress atas kehidupan serta berkepribadian, baik pribadi,
kelompok maupun dalam bermasyarakat. Hal ini merupakan tanggung jawab
Negara baik itu dari pusat maupun pada tingkatan daerah dan semua
komponen bangsa untuk memenuhinya, apalagi jika dikaitkan dengan amanat konstitusi kita yang menyatakan bahwa negara berwajiban “mencerdaskan
kehidupan bangsa”, (Alinea keempat Pembukaan UUD 1945).
Pada hakekatnya pendidikan tidak hanya diselenggarakan di pendidikan
formal saja, tetapi juga pendidikan nonformal. Hal ini disesuaikan dengan
pendidikan nasional, pasal 1 ayat (10) satuan pendidikan adalah kelompok
layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal,
nonformal dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan; ayat (11)
pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas dasar pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi; ayat (12) pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang;
ayat (13) pendidikan informal adalah pendidikan keluarga dan lingkungan.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka pendidikan nonformal adalah salah
satu sistem pendidikan yang telah diselenggarakan diindonesia. Melalui
pendidikan, masyarakat akan memiliki wawasan yang lebih luas dari pada
yang tidak berpendidikan.
Secara spesifik, kewajiban untuk meningkatkan minat baca masyarakat
diatur dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
Berdasarkan Pasal 7 UU Perpustakaan, Pemerintah berkewajiban untuk
mengembangkan sistem nasional perpustakaan sebagai upaya mendukung
sistem pendidikan nasional, menjamin kelangsungan penyelenggaraan dan
pengelolaan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar masyarakat, menjamin
ketersediaan layanan perpustakaan secara merata di tanah air.
Peran pendidikan nonformal dalam rangka pelayanan pendidikan
sepanjang hayat sangat dibutuhkan saat ini dan kedepan. Pada banyak hal
pendidikan nonformal dirasakan sebagai formula yang ideal serta lebih
nonformal sebagai bagian dari sistem pendidikan yang memiliki peran sangat
penting dalam rangka pengembangan dan implementasi belajar sepanjang
hayat (lifelong learning). Sampai dengan era globalisasi saat ini yang sangat
erat kaitannya dengan modernisasi dan selalu membutuhkan teknologi dan
informasi dalam pelaksanaannya serta dapat diartikan juga sebagai jaman
persaingan bebas baik dari segi perekonomian, pertahanan nasional,
perkembangan teknologi dan sebagainya.
Bangsa Indonesia dituntut untuk selalu meningkatkan perkembangan
teknologi dan informasi serta wawasan luas dari segala aspek tanpa
meninggalkan adat ketimuran yang selalu dianut oleh Bangsa Indonesia sejak
jaman sebelum kemerdekaan. Sebagai salah satu dari implementasi program
pemerintah yang turut mendukung pembangunan dunia pendidikan adalah
dengan peningkatan minat baca dan pengembangan model Taman Bacaan
Masyarakat (TBM) serta gerakan literasi.
Pengembangan program pendidikan berupa program Pengembangan
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) adalah salah satu program pemerintah yang
mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 26 ayat (4), tercantum bahwa
satuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan,
kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta
satuan pendidikan yang sejenis. Instrumen penunjang pemberantasan buta
aksara melalui Pendidikan Non Formal (PNF) melalui program budaya baca
Ditujukan untuk membantu peningkatan minat baca, budaya baca dan cinta
buku bagi warga belajar dan masyarakat. Pendidikan non formal diarahkan
untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada warga masyarakat yang
belum sekolah, buta aksara, putus sekolah dan warga masyarakat yang
kebutuhan pendidikannya tidak dapat terpenuhi melalui pendidikan formal.
Bangsa Indonesia sebagaimana sejarah dan faktanya sekarang adalah
bangsa yang lebih suka bertutur atau berbicara. Saat budaya ini masih melekat
pada masyarakat serta ketika kemajuan teknologi yang semakin maju dan tak
terbendung jadilah budaya bertutur ini bertransformasi menjadi budaya
menonton dan melihat. Budaya menonton, mengobrol, menggosip menjadi
budaya yang melekat erat pada masyarakat Indonesia. Ini berakibat pada
kebiasaan dan kegiatan akan membaca pada masyarakat yang kurang karena
budaya masa lalu yang masih melekat erat pada kehidupan, Berbagai fakta
menunjukan bahwa budaya baca masyarakat di Indonesia bisa dikatakan
rendah.
Melalui program Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sebagai salah satu
wahana pendidikan non formal, diharapakan mewujudkan masyarakat gemar
membaca, indikatornya masyarakat gemar membaca bagi yang baru melek
aksara, putus sekolah atau tamat sekolah tidak melanjutkan untuk
meningkatkan kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan memperluas
wawasan sebagai bekal untuk mengembangkan diri, bekerja atau berusaha
Membaca adalah hal yang sangat fundamental dalam proses belajar dan
pertumbuhan intelektual. Kualitas hidup seseorang dapat dilihat dari
bagaimana seseorang dapat memaksimalkan potensinya. Salah satu upaya
untuk memaksimalkan potensi diri adalah dengan membaca. Membaca pada
era globalisasi ini merupakan suatu keharusan yang mendasar untuk
membentuk perilaku seseorang. Kebiasaan membaca seseorang diakui atau
sangat berkaitan dengan minat baca yang dimilikinya. Lebih jauh jika
seseorang yang berminat terhadap sesuatu akan bersungguh-sungguh
melakukan sesuatu yang diminatinya untuk mendapatkan berbagai informasi
atau tujuan lain dari hasil bacaan itu.
Membaca mengajarkan bagaimana seharusnya pribadi bersikap maupun
bertindak dengan kemampuannya, dengan akal pikiran dan jiwanya. Melalui
membaca seseorang akan merasa kaya jiwanya. Banyak membaca akan
melahirkan individu-individu yang cerdas, dewasa dan matang. Namun
kenyataan dilapangan belum banyak masyarakat yang menyadari akan
pentingnya membaca.
Aktifitas membaca biasanya dilakukan untuk menelaah hasil pemikiran
seseorang melalui tulisan dengan tujuan untuk mencerahkan jiwa, menambah
informasi, atau bahkan memberikan solusi. Ketika dahulu Bangsa Indonesia
sedang terjajah, buta aksara tentunya tidak menjadi masalah, mengingat
susahnya mengenyam pendidikan, namun kini setelah 70 tahun Indonesia
merdeka dan semakin banyak masyarakat yang bisa menikmati pendidikan,
Namun hal ini sangat berbanding terbalik dengan kenyataan yang kita alami
sekarang. Kita bahkan dikenal sebagai bangsa yang rendah sekali minat
bacanya, padahal minat baca ini bisa menjadi tolak ukur tingkat kemajuan
pendidikan dan kualitas suatu bangsa. Namun tampaknya minat dan budaya
ini masih jauh dari perilaku bangsa kita.
Pengembangan budaya baca dalam masyarakat tidak hanya ditentukan
oleh keinginan dan sikap masyarakat terhadap bahan-bahan bacaan, tetapi juga
ditentukan oleh ketersediaan dan kemudahan akses terhadap bahan-bahan
bacaan. Ketersediaan bahan-bahan bacaan berarti tersedianya bahan-bahan
bacaan yang memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan kemudahan akses
adalah tersedianya sarana dan prasarana dimana masyarakat dapat dengan
mudah memperoleh bahan bacaan dan informasi tentang bahan bacaan salah
satu sarana tempat membaca yang ada di masyarakat adalah melalui Taman
Bacaan Masyarakat (TBM). Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat bertujuan memberi
kemudahan akses kepada warga masyarakat dalam memperoleh bahan bacaan.
Banyak informasi dan pengetahuan yang akan didapatkan setiap orang
dari membaca buku. Dari kalimat tersebut, muncul berbagai ungkapan yang
mendorong seseorang untuk mencari buku sebagai jawabanya. Misalnya buku
adalah jendela dunia Atau Membaca jadikan hidup lebih baik yang agaknya
semakin disosialisasikan Direktorat Pendidikan Masyarakat Departemen
Pendidikan Nasional terdengar klise, namun dengan membaca buku, wawasan,
Membaca merupakan hal penting yang berpengaruh dalam kehidupan
kita, seperti yang dinyatakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 19 Desember 2008 yang menyatakan bahwa “Negara yang maju berawal dari
masyarakat yang berwawasan luas dan terbuka yang salah satu faktor mendasarnya yaitu dengan membaca”. Sebagai tindak lanjut upaya serta
implementasi program pemerintah yang turut mendukung keberhasilannya
adalah dengan adanya pengembangan serta inovasi akan layanan perpustakaan
serta Taman Bacaan Masyarakat(TBM). Membaca memerlukan waktu luang
dan tempat dimana orang mudah mengaksesnya, keberadaannya dapat di
tempatkan pada garda depan dalam menumbuhkan minat baca masyarakat
sehingga masyarakat tidak canggung dan mudah di akses oleh masyarakat.
Permasalahan budaya membaca masyarakat yang rendah di sebabkan
berbagai faktor, antara laian: Faktor motivasi, Faktor ekonomi, Faktor
kebiasaan, Faktor kebudayaan, perkembangan teknologi , kurangnya
perhargaan dan layanan bacaan yang kurang serta faktor-faktor yang lainnya.
rendahnya minat baca disebabkan membaca perlu banyak waktu luang.
Sementara orang Indonesia waktunya lebih banyak tersita untuk bekerja demi
mempertahankan hidup dan meningkatkan kesejahteraan. Harga buku juga
ikut andil menjadi pemicu rendahnya tingkat membaca. Dengan harga buku
yang tidak murah, menyebabkan masyarakat enggan untuk membeli buku.
Masyarakat lebih memilih menggunakan uang mereka untuk membeli
Minat dan kegemaran membaca diperlukan dalam membangun
masyarakat belajar. Salah satu hambatan dalam menumbuhkembangkan minat
dan kegemaran membaca ialah keterbacaan bahan bacaan. Kesulitan
memahami bahan bacaan memperlemah dan kadang-kadang mematikan
motivasi membaca. Bahan bacaan yang tersedia sulit dipahami dilihat dari
bahasa yang dipergunakan dan konsep atau isi yang disampaikan terlalu sukar
untuk dipahami sehingga tidak menarik untuk dipelajari. Dengan perkataan
lain bahan bacaan tersebut mengandung keterbacaan yang rendah. Akan tetapi
tidak jarang terjadi hal demikian, kemampuan membaca pebelajarlah dijadikan
alasan rendahnya pemahaman. Atau ada kalanya kurangnya pemahaman itu
dianggap karena pebelajar kurang atau tidak konsentrasi ketika membaca.
Membangun minat (kecenderungan hati yang tinggi) terhadap aktifitas
membaca sehingga menjadi kebiasaan (habits) budaya baca Indonesia masih
perlu kerja keras. Secara makro Indonesia masih punya target pemberantasan
buta aksara yang cukup tinggi. Seperti angka buta aksara di Daerah Istimewa
Yogyakarta( DIY ) yang tergolong masih tinggi. Daerah Istimewa Yogyakarta
memang bukan merupakan kantong buta aksara, namun jumlah penduduk buta
aksara pada tahun 2013 masih banyak yaitu sekitar 82.076 jiwa, yang tersebar
di Kabupaten/Kota se-DIY dan dapat digolongkan pada kelompok umur 15-24
tahun, 25-44 tahun dan 45-59 tahun, ( portal.jogjaprov.go.id, tahun 2014).
Tahun 2014 tercatat 14 persen atau sekitar 266 ribu dari 1,9 juta warga
DIY yang berusia lebih dari 15 tahun masih dalam kondisi buta aksara.
masih dalam kondisi buta aksara 7,14 persen atau 66.079 dari 1,5 juta jiwa. Di
kabupaten sleman sebesar 5,45 persen warga dari total 1.120.417 masih belum
bisa membaca, dan rata-rata berusia lanjut, (Yogyakarta, Kompas.com).
Pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 kota Yogyakarta
menunjukkan penurunan angka buta aksara, namun kenyataan tersebut cukup
mencengangkan bahwasanya Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kota
pendidikan. Pada kenyataanya angka buta aksaranya masih cukup tinggi pada
usia produktif yaitu antara umur 15-59 tahun. Secara teori penduduk buta
aksara dapat terjadi karena lokasi penduduk yang sulit dijangkau sehingga
akses pendidikan menjadi rendah. Kementrian Pendididkan Nasional
menyatakan bahwa gerakan literasi dan budaya membaca yang menjangkau
masyarakat dapat di percepat dan di tingkatkan melalui program pemerintah
yakni salah satunya dengan taman bacaan masyarakat ( TBM ). Program
taman bacaan ini telah dirintis sejak tahun lima puluhan berupa program
kegiatan Taman Pustaka Rakyat (TPR), kemudian diperbaharui pada tahun
1992/1993 dengan adanya program kegiatan Taman Bacaan Masyarakat
(TBM).
Taman Bacaan Masyarakat merupakan lembaga yang menyediakan
bahan bacaan yang dibutuhkan masyarakat. Sebagai tempat penyelenggaraan
pembinaan kemampuan membaca dan belajar, sekaligus sebagai tempat untuk
mendapatkan informasi bagi masyarakat. Tetapi dalam kemajuan tekhnologi
seperti sekarang ini, fungsi taman bacaan kurang diperhatikan, banyak taman
membutuhkan keberadaan taman bacaan. Kurang minatnya masyarakat
terhadap taman bacaan disebabkan karena kurang efektifnya taman bacaan
dalam memberikan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya membaca.
Taman bacaan hanya menyediakan bacaan tanpa melakukan tindakan untuk
mengajak masyarakat agar ikut membaca.
Jumlah taman bacaan masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta pada
tahun 2013 tercatat berjumlah 254 TBM. Sedangkan yang berada di kabupaten
Sleman terdapat 57 TBM. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa layanan baca
bagi masyarakat sudah tersedia disemua daerah seperti di kabupaten Sleman
dan sekitarnya, akan tetapi perlu diketahui bahwa minat baca masyarakat
belum menunjukkan kearah yang positif.
Jika merujuk data yang pernah dikeluarkan Badan Pusat Statisitik (BPS)
pada tahun 2012 dijelaskan bahwa sebanyak 91,68 persen penduduk yang
berusia 10 tahun ke atas lebih menyukai menonton televisi, dan hanya sekitar
17,66 persen yang menyukai membaca surat kabar, buku atau majalah.
Konsumsi satu surat kabar di Indonesia dengan pembacanya mempunyai rasio
1 berbanding 45 orang (1:45). Tentu Rasio antara konsumsi satu surat kabar
dengan jumlah pembaca di Indonesia sudah sangat tertinggal jauh jika
dibandingkan dengan negara-negara lain, bahkan sangat tertinggal jika
dibandingkan dengan negara tetangga seperti Filipina yang tingkat
perbandingannya sudah mencapai 1:30, idealnya satu surat kabar dibaca oleh
Adanya pengembangan strategi Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang
dilakukan di Taman Bacaan Masyarakat Pangeran Diponegoro, didusun
Sembego, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta dengan berbagai faktor yang
mempengarui minat baca masyarakat yang rendah, peneliti tertarik untuk
mengamati, meneliti serta mencermati bagaimanakah Taman Bacaan
Masyarakat dinilai efektif dalam membantu mempercepat dalam
meningkatkan minat baca pada masyarakat serta upaya yang dilakukan dalam
meningkatkan minat baca tersebut dan memasyarakatkan layanan publik
berupa Taman Bacaan Masyarakat yang bertujuan menjadikan masyarakat
yang gemar membaca. Sehingga Peneliti mengambil judul
“UPAYA TAMAN BACAAN MASYARAKAT PANGERAN
DIPONEGORO DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA
MASYARAKAT DI DUSUN SEMBEGO, MAGUWOHARJO, SLEMAN
YOGYAKARTA”.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian diatas dapat diidentifikasi berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan upaya peningkatan minat baca melalui TBM :
1. Rendahnya minat baca sebagian besar masyarakat Sembego,
Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.
2. Tingkat keterbacaan atau kemampuan baca masyarakat Sembego,
Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta yang rendah.
3. Kesadaran akan pentingnya membaca buku bagi akses informasi dan
4. Mahalnya harga buku Ilmu Pengetahuan
5. kurang efektifnya Taman Bacaan Pangeran Diponegoro dalam
memberikan sosialisasi kepada masyarakat Sembego, Maguwoharjo,
Sleman, Yogyakarta akan pentingnya membaca
C. Pembatasan Masalah
Mengingat ada keterbatasan waktu, kemampuan dan dana, penelitian ini
membatasi hanya mengenai keefektifan Taman Bacaan Masyarakat Pangeran
Diponegoro dalam memberikan Sosialisasi kepada masyarakat Sembego,
Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta sebagai upaya meningkatkan minat baca.
D. Perumusan Masalah
Sebagaimana diuraikan pada latar belakang masalah, meskipun kehadiran
Taman Bacaan Masyarakat dirasa penting untuk meningkatkan minat baca seiring
upaya peningkatan literasi, namun keberadaanya belum menjadikan masyarakat
gemar membaca, meskipun tidak menutup kemungkinan ada beberapa TBM yang
dikelola masyarakat telah menunjukkan aktifitas yang sistematis, bermakna serta
digemari sebagai media bagi pengembangan kualitas hidup masyarakat sekitarnya.
Maka fokus penelitian yang akan dikaji dalam penelitian ini memiliki rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah upaya Taman Bacaan Masyarakat Pangeran
Diponegoro dalam meningkatkan minat baca masyarakat di Dusun
2. Apa faktor pendukung dan penghambat Upaya Taman Bacaan
Masyarakat Pangeran Diponegoro dalam meningkatkan minat baca
masyarakat di Dusun Sembego, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan upaya Taman Bacaan Masyarakat Pangeran
Diponegoro dalam Meningkatkan Minat Baca Masyarakat di Dusun
Sembego, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.
2. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat Upaya Taman
Bacaan Masyarakat Pangeran Diponegoro dalam meningkatkan minat
baca di Dusun Sembego, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Secara teoretis, penelitian ini dapat sebagai bahan informasi bagi
peneliti lain dan pengetahuan bagi jurusan Pendidikan Luar Sekolah
tentang Taman Bacaan Masyarakat.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan bagi Taman Bacaan Masyarakat terutama Taman Bacaan
Masyarakat Pangeran Diponegoro dalam meningkatkan minat baca dan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
1. Pengertian Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
PKBM sebagai sebuah lembaga yang mengedepankan belajar
masyarakat dan belajar sepanjang hayat serta mengembangkan budaya
belajar seharusnya berjalan dengan profesional dan didirikan tidak hanya
berdasar untuk menyerap atau menerapkan program-program yang
digulirkan pemerintah. Akan tetapi PKBM benar-benar merupakan wujud
dan sebuah lembaga pembelajaran yang utuh.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
definisi PKBM terus disempurnakan, UNESCO dalam Umberto
Sihombing (1999:111) mendefinisikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarkat
(PKBM) adalah sebuah lembaga pendidikan yang diselenggarakan diluar
sistem pendidikan formal diarahkan untuk masyarakat pedesaan dan
perkotaan dengan dikelola oleh masyarakat itu sendiri serta memberi
kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan berbagai model
pembelajaran dengan tujuan mengembangkan kemampuan dan
keterampilam masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidupnya.
Sedangkan menurut Umberto Sihombing (1999:112) menyebutkan bahwa
masyarakat, persyaratanya dan jadwal pelaksanaanya. Pelembagaan artinya menempatkan PKBM sebagai basis penyelenggaraan
program pendidikan masyarakat ditingkat operasional
(desa/kelurahan).
Pendapat hampir sama dikemukakan oleh Mustofa Kamil dalam
buku Pendidikan Nonformal (2011:86) yang menjabarkan bahwa:
PKBM adalah sebuah lembaga pendidikan yang dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat serta diselenggarakan diluar system pendidikan formal baik diperkotaan maupun dipedesaan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan belajar kepada seluruh lapisan masyarakat agar mereka mampu membangun dirinya secara mandiri sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa PKBM adalah
suatu lembaga yang dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat diluar
sistem pendidikan formal sebagai sumber pembelajaran masyarakat, serta
memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan berbagai
model pembelajaran dengan tujuan mengembangkan kemampuan dan
keterampilam masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidupnya
2. Tujuan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
Umberto Sihombing dalam bukunya Pendidikan Luar Sekolah Kini
dan Masa Depan (1999:116) menyebutkan bahwa tujuan pelembagaan
PKBM adalah untuk menggali, menumbuhkan, mengembangkan, dan
memanfaatkan seluruh potensi yang ada dalam masyarakat, untuk
sebesar-besarnya pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Maksud dari pernyataan
diatas yaitu masyarakat mampu mengembangkan potensi dirinya sendiri
dengan disediakannya lembaga PKBM, sehingga mampu menciptakan
pendidikan formal maupun yang telah putus sekolah dapat memperoleh
pendidikan yang sama melalui program-program yang diadakan dalam
PKBM. Misalnya saja lembaga kejar paket, program keaksaraan.
Pendidikan sejak usia dini juga terdapat di lembaga PKBM sebagai
bekal anak sebelum menempuh pendidikan formal. Selain itu juga
disediakan kursus-kursus untuk menciptakan keterampilan warga
masyarakat agar mampu bersaing dengan masyarakat yang memiliki
pendidikan tinggi dengan menciptakan lapangan kerja sendiri sesuai
potensi yang dimilikinya.
3. Program-program yang dikembangkan PKBM
Sesuai dengan fungsi dan tujuan PKBM, berbagai program
pendidikan nonformal dapat dikembangkan didalamnya. Program-program
tersebut antara lain :
a. Program keaksaraan Fungsional
Program ini bertujuan membelajarkan warga masyarakat
(warga belajar) agar dapat memanfaatkan kemampuan dasar baca,
tulis, berhitung dan kemampuan fungsionalnya dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam hal ini Taman Bacaan Masyarakat merupakan
salah satu sarana dan program sampingan yang pada intinya berperan
untuk menstimulasi dan mendukung ke arah keberlanjutan program
keaksaraan fungsional agar warga belajar tidak mengalami buta
b. Pengembangan Anak Usia Dini (early childhood)
Pembangunan anak di usia yang bisa dikatakan usia emas,
karena pengembangan sumber daya manusia dimulai saat usia dini,
sehingga PKBM memiliki kwajiban untuk mengembangkan program
tersebut sejalan dengan tujuan dan fungsi PKBM. PAUD dan TBM
merupakan salah satu mitra kerja orang tua dalam mengoptimalkan
pelayanan pendidikan bagi putra putrinya sejak usia dini.
c. Program Kesetaraan (equivalencey education)
Program kesetaraan adalah program yang melayani warga
masyarakat yang putus sekolah. Yang mempunyai jenjang dan
tingkatan yang sering disebut sekolah kejar paket. Seperti yang
disampaikan Mustofa Kamil (2011:96), Program ini sangat vital dalam
menjawab permasalahan mutu Sumber Daya Manusia. Sesuai dengan
fungsi dan peranan PKBM sebagai pusat kegiatan belajar masyarakat
memiliki peranan penting dalam mengembangan program-program
kesetaraan ditengah-tengah masyarakat.
Berdirinya program TBM di tengah-tengah pendidikan
kesetaraan dimana TBM memiliki andil sebagai sarana belajar bagi
masyarakat untuk memperoleh informasi dan mengembangkan
pengetahuan guna memenuhi minat dan kebutuhan belajarnya yang
d. Kelompok Belajar Usaha
Tujuan PKBM menurut Mustofa Kamil (2011:99) adalah
meningkatnya kualitas hidup masyarakat atau warga belajar dari sisi
ekonomi atau meningkatnya pendapatan (income generating). Maka
salah satu program yang dikembangkan PKBM adalah kelompok
belajar usaha, melalui program ini kmandirian warga belajar
(masyarakat) dalam mengembangkan keterampilan berusaha atau
dalam mengembangkan jiwa makaryanya (entrepreneurship) akan
mudah tercapai.
e. Kursus Keterampilan
Program kursus keterampilan dalam PKBM diadakan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, minimal program ini diarahkan bagi
warga belajar yang telah terbebas dari buta huruf atau telah
menyelesaikan program kesetaraan dasar paket A dan B, atau telah
lulus pendidikan sekolah formal (SD/MI, SMP/MTS)
Kemampuan dalam pengembangan program pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik dengan kondisi social budaya
spesifik yang dimilikinya menjadi tantangan bagi pendidikan
nonformal.
Ungkapan tersebut dapat dijabarkan bahwa kebutuhan
pendidikan adalah kesenjangan antara apa yang diingini oleh
seseorang, lembaganya atau masyarakatnya dengan kemampuan yang
dengan kenyataan. Oleh karena itu kehadiran Taman Bacaan
Masyarakat(TBM) di desa dan kelurahan-kelurahan adalah wujud
respon berkembangnya pendidikan nonformal di masyarakat.
Keberadaan TBM menjadi wahana berkembangnya literasi
(kemampuan baca) masyarakat. Masyarakat memiliki aksess terhadap
informasi serta bahan bacaan yang dibutuhkan. Buku-buku yang
menjadi sarana wajib yang harus dipenuhi oleh taman bacaan bisa
disediakan oleh pemerintah maupun swadaya masyarakat.
B. Taman Bacaan Masyarakat Sebagai Pengembang Minat Baca
1. Pengertian Taman Bacaan Masyarakat
TBM (Taman Bacaan Masyarakat) yang biasa terdapat di lembaga
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah lembaga
pembudayaan kegemaran membaca masyarakat yang menyediakan dan
memberikan layanan di bidang bahan bacaan, berupa buku, majalah,
tabloid, koran, komik, dan bahan multi media lain, yang dilengkapi dengan
ruangan untuk membaca, diskusi, bedah buku, menulis, dan kegiatan
literasi lainnya, dan didukung oleh pengelola yang berperan
sebagai motivator. TBM dapat dimanfaatkan oleh semua anggota
masyarakat yang berada disekitarnya sebagai jendela ilmu pengetahuan
dan sarana penambah wawasan masyarakat.
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) juga merupakan sebuah
tempat/wadah yang didirikan dan dikelola baik oleh masyarakat maupun
masyarakat sekitar sebagai salah satu sarana utama dalam perwujudan
konsep pembelajaran sepanjang hayat untuk mendukung peningkatan
kualitas hidup masyarakat sekitar TBM.
Menurut Muhsin Kalida, (2012:2) taman bacaan masyarakat (TBM)
yaitu suatu lembaga yang melayani kebutuhan masyarakat akan informasi
mengenai ilmu pengetahuan dalam bentuk bahan bacaan dan bahan
pustaka lainnya. Sedangkan menurut Sutarno NS (2006:43), TBM atau
Taman Bacaan Masyarakat merupakan salah satu embrio atau cikal bakal
jenis perpustakaan umum yang berkembang di Indonesia guna mendukung
program pemberantasan buta huruf.
TBM didirikan dengan kerjasama masyarakat sekitar. Masyarakat yang
belum memperoleh kesempatan sekolah secara formal dapat belajar di
TBM dengan pengarahan dari pengelola TBM itu sendiri. Sebagaimana
sebuah perpustakaan, TBM merupakan wahana belajar masyarakat
sepanjang hayat yang diselenggarakan tanpa membedakan golongan atau
agama serta kelompok masyarakat tertentu serta dibangun untuk
pencerdasan semua lapisan masyarakat tanpa kecuali. Seperti yang
tertuang dalam buku petunjuk teknis tentang pendirian TBM dalam rangka
memberikan pelayanan kepada masyarakat menuju masyarakat gemar
membaca. Sehingga pengetahuan masyarakat semakin bertambah dan
wawasan akan menjadi lebih luas dengan adanya kegiatan membaca.
Berdirinya Taman Bacaan Masyarakat tidak lepas dari peran
masyarakat yang sejak berapa tahun lalu difungsikan sebagai tempat
berseminya budaya baca sebenarnya telah diselenggarakan melalui
gerakan-gerakan nasional seperti gerakan Pemasyarakatan Minat Baca
sekitar tahun 2001. Gerakan tersebut diperkuat kembali tahun 2003 dengan
penandatanganan deklarasi pencanangan gerakan membaca nasional oleh
Presiden Megawati Soekarno Putri.
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) bila dilihat dari fungsinya
sebenarnya sama saja dengan perpustakaan umum, namun bedanya
perpustakaan sudah dilengkapi dengan sarana seperti gedung, koleksi,
sarana yang sudah memadai serta sudah dikelola dengan tenaga yang
memang berasal dari pendidikan ilmu perpustakaan. Sedangkan Taman
Bacaan Masyarakat kebanyakan belum memiliki sarana seperti gedung
yang permanen, koleksi yang memadai dan masih dalam bentuk dan
dikelola oleh pribadi-pribadi.
2. Tugas dan Fungsi Taman Bacaan Masyarakat
Tugas pokok TBM adalah menyediakan, mengolah, memelihara dan
mendayagunakan koleksi bahan bacaan, menyediakan sarana
pemanfaatannya dan melayani masyarakat pengguna yang membutuhkan
informasi dan bahan bacaan. Dalam memenuhi peranannya sebagai
sumber belajar yang dapat memfasilitasi pembelajaran seumur hidup,
TBM mempunyai fungsi sebagai tempat belajar dan mencari informasi
berhubungan dengan masalah pendidikan maupun tidak berhubungan
dengan pendidikan.
Menurut Buku pedoman Pengelolaan Taman bacaan Masyarakat
(2006: 2), fungsi taman bacaan masyarakat adalah :
1. Sarana pembelajaran bagi masyarakat untuk belajar mandiri, dan
sebagai penunjang kurikulum program Pendidikan Luar Sekolah, khususnya program keaksaraan.
2. Sumber informasi yang bersumber dari buku dan bahan bacaan Iainnya
yang sesuai dengan kebutuhan warga belajar dan masyarakat setempat.
3. Sumber penelitian dengan menyedikan buku-buku dan bahan bacaan
Iainnya dalam studi kepustakaan.
4. Sumber rujukan yang menyediakan bahan referensi bagi pembelajaran
dan kegiatan akademik Iainnya.
5. Sumber hiburan (rekreatif) yang menyediakan bahan-bahan bacaan
yang sifatnya rekreatif untuk memamfaatkan waktu senggang untuk
memperoleh pengetahuan/informasi baru yang menarik dan
bermamfaat.
Fungsi TBM terdiri dari fungsi pembelajaran, hiburan dan informasi.
TBM melaksanakan kegiatan pelayanannya bervariasi. Ada banyak nama
yang digunakan TBM, misalnya Rumah baca, pondok baca, perahu baca,
Warung baca, namun pada hakikatnya semua lembaga atau organisasi
tersebut melakukan fungsi yang sama dengan TBM.
3. Tujuan Taman Bacaan Masyarakat
Taman bacaan masyarakat tergolong dalam Perpustakaan Umum. Perpustakaan Umum menurut Reitz (2004) adalah “A library Or library
system that provides unrestricted acces and services free of channge to all
the resident of given community, distric, or goegrapic region, supported
Pengertian sederhana defenisi di atas menyatakan bahwa perpustakaan
umum adalah perpustakaan atau sistem perpustakaan yang menyediakan
akses yang tidak terbatas kepada sumberdaya perpustakaan dan layanan
gratis kepada warga masyarakat didaerah atau wilayah tertentu, yang
didukung oleh sebahagian dari dana masyarakat (pajak).
Pelayanan TBM ditujukan bagi semua warga masyarakat dalam rangka
meningkatkan pengetahuan, kecerdasan, kemampuan berpikir dan
keterampilannya melalui sumber-sumber informasi dan fasilitas yang
disediakan. Menurut buku pengelolaan Taman bacaan Masyarakat
(2006:1) tujuan taman bacaan masyarakat adalah :
a. Membangkitkan dan meningkatkan minat baca masyarakat sehingga
tercipta masyarakat yang cerdas dan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Menjadi sebuah wadah kegiatan belajar masyarakat
c. Mendukung peningkatan kemampuan aksarawan baru dalam
pembrantasan buta aksara sehingga tidak menjadi buta aksara kembali.
Beberapa uraian diatas, terlihat keberadaan TBM sebagai sumber
pembelajaran yang sangat penting, karena TBM tidak hanya sebagai
tempat membaca, namun juga untuk tempat mencari informasi, penambah
wawasan dan juga ilmu pengetahuan masyarakat.
4. Manfaat Taman Bacaan Masyarakat
TBM mempunyai manfaat sebagai media pengembangan budaya baca
masyarakat demi tercapainya masyarakat berbudaya baca yang
masyarakat itu sendiri. Menurut Buku pedoman Pengelolaan Taman
bacaan Masyarakat (2006: 1), manfaat taman bacaan masyarakat adalah :
1. Menumbuhkan minat, kecintaan dan kegemaran membaca.
2. Memperkaya pengalaman belajar bagi warga.
3. Menumbuhkan kegiatan belajar mandiri
4. Mempercepat proses penguasaan proses penguasaan teknik
5. Membantu pengembangan kecakapan membaca
6. Menambah wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
7. Melatih tanggungjawab melalui ketaatan terhadap aturan-aturan yang
ditetapkan
8. Membantu kelancaran penyelesaian tugas.
Beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manfaat taman
bacaan masyarakat adalah menumbuhkan minat baca dan kecintaan
membaca untuk memperkaya pengalaman belajar bagi warga masyarakat
dan menambah wawasan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain
memberikan kemudahan mendapatkan bahan bacaan yang dibutuhkan
masyarakat, TBM juga melakukan berbagai kegiatan untuk
menumbuhkembangkan minat dan kegemaran membaca apabila
melaksanakan fungsinya dengan baik.
5. Peran Taman Bacaan Masyarakat
Peran sebuah TBM adalah bagian dari tugas yang pokok yang harus
dijalankan di dalam taman bacaan masyarakat. Oleh karena itu peranan
yang harus dijalankan itu ikut menentukan dan mempengaruhi tercapainya
Visi dan Misi yang hendak dicapai. Setiap taman bacaan yang dibangun
sebaik-baiknya, peranan tersebut berhubungan dengan keberadaan, tugas
dan fungsinya.
Menurut Sutarno NS (2006: 68) peranan yang dapat dijalankan taman
bacaan masyarakat adalah secara umum taman bacaan masyarakat
merupakan sumber informasi, pedidikan, penelitian, ptreservasi dan
pelestarian khasanah budaya bangsa serta tempat rekreasi sehat, murah dan
bermanfaat.
Berdasarkan uraian diatas dapat digambarkan bahwa peran taman
bacaan masyarakat merupakan sumber informasi yang sangat penting bagi
pengetahuan dan sebagai sarana untuk membangun komunitas antara
sesama pngguna taman baca masyarakat. Taman Bacaan Masyarakat dapat
juga berperan sebagai pembimbing dan memberikan konsultasi kepada
pengguna dan pembinaan serta menanamkan pentingnya taman bacaan
masyarakat bagi orang banyak.
6. Sasaran dan Pengguna Taman Bacaan Masyarakat
Sasaran pengguna TBM adalah semua kalangan masyarakat baik
masyarakat sekitar TBM maupun masyarakat umum, karena setiap
individu anggota masyarakat memiliki hak azasi untuk mendapatkan
kehidupan yang lebih layak, memperoleh pengertian-pengertian dan
penjelasan-penjelasan yang baik hampir semua masalah yang penting.
Setiap anggota masyarakat itu sendiri harus menyediakan waktu yang
membina kecakapan, keterampilan, menambah ilmu pengetahuan, serta
budi pekerti yang baik untuk mencapai standar hidup yang lebih baik.
Mencapai standar hidup yang lebih baik dapat dicapai dengan cara
yang mudah, efisien, efektif dan ekonomis, yaitu selama dan setelah
menempuh pendidikan formal maupun nonformal adalah memanfaatkan
layanan-layanan baca yang tersedia, salah satunya dengan memanfaatkan
layanan baca yang berada di Taman Bacaan Masyarakat. Dalam Petunjuk
Teknis TBM ( 2010:10) Adapun sasaran pengguna TBM adalah:
(1). Warga belajar Pendidikan keaksaraan baik yang telah menyelesaikan program keaksaraan dasar atau yang saat ini sedang belajar di program Keaksaraan Usaha Mandiri. (2). Masyarakat yang sedang belajar di program PNFI (3). Masyarakat umum baik yang berkepentingan maupun tidak.
Ikatan pengguna dengan TBM semata-mata karena buku atau bahan
bacaan. Oleh karena itu tidak mudah bagi para petugas layanan baca untuk
membantu atau mengajak mereka agar mau membaca. Masyarakat harus
disediakan bahan-bahan bacaan yang dapat memenuhi seleranya sesuai
dengan kemampuan berbahasa mereka dan tingkat pengetahuannya. Ada
yang mencari informasi untuk kepentingan belajar, ada pula yang
membutuhkan informasi untuk hal-hal yang lebih mendalam sifatnya,
yaitu untuk kepentingan penelitian atau pengembangan ilmu pengetahuan
atau untuk keputusan secara teliti dan bijaksana. Ada pula yang membaca
7. Layanan Taman Bacaan Masyarakat
Kreativitas pengelola sangat diperlukan guna mempertahankan
keberadaan TBM di mata masyarakat. Kreativitas pengelola dalam
membuat sesuatu yang baru atau ide-ide baru, diperlukan guna
mengurangi tingkat kejenuhan pengunjung maupun pengelola. Selain itu
juga untuk menarik minat masyarakat untuk berkunjung, pihak pengelola
mengadakan kegiatan yang menarik bagi masyarakat agar menciptakan
partisipasi aktif dari mereka. TBM berperan sebagai motivator, artinya
pengelola TBM diharapkan dengan kreativitasnya dapat memberikan
layanan yang mampu menarik simpati dan mendorong masyarakat dan
khususnya pengunjung untuk mau dan mampu meningkatkan keterampilan
membaca. Layanan yang dapat diberikan TBM menurut buku juknis
pengajuan dan pengelolaan TBM (2012:8) adalah:
a. membaca di tempat, dengan menyediakan ruangan yang nyaman
didukung dengan variasi bahan bacaan bermutu sesuai dengan kebutuhan pengunjung. Untuk dapat menyediakan bahan bacaan sesuai dengan kebutuhan perlu berupaya untuk menemukenali minat dan karakteristik pengunjung;
b. meminjamkan buku, artinya buku dapat dibawa pulang untuk
dibaca di rumah, dan dalam waktu tertentu dan peminjam wajib mengembalikan buku;
c. pembelajaran, dengan menggunakan berbagai pendekatan,
misalnya:
(1). membimbing teknik membaca cepat (scanning dan skimming); (2). menemukan kalimat dan kata kunci dari bacaan;
(3). Belajar efektif;
d. Praktik keterampilan
Dengan buku keterampilan yang ada, masyarakat/pengunjung diajak untuk mempraktikkan bersama, seperti memasak dan membuat kerajian tangan.
Melaksanakan kegiatan literasi yang menyenangkan dan bermanfaat seperti: bedah buku, diskusi isu yang sedang berkembang, temu penulis, belajar menulis cerpen.
f. Melaksanakan lomba-lomba
Lomba kemampuan membaca (menceriterakan kembali buku yang telah dibaca), cerdas cermat.
Istilah pelayanan publik sering disebut dengan istilah pelayanan
kepada orang banyak (masyarakat), pelayanan sosial, pelayanan umum
dan pelayanan prima. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik, pengertian pelayanan public adalah:
Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan organisasi yang menyelenggarakannya, pelayanan publik
atau pelayanan umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh
organisasi privat, adalah semua penyediaan barang atau jasa publik
yang diselenggarakan oleh swasta, seperti misalnya rumah sakit
swasta, PTS dan perusahaan pengangkutan milik swasta.
b. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh
organisasi publik, yang dapat dibedakan lagi menjadi:
1. Bersifat primer, adalah semua penyediaan barang/jasa publik yang
merupakan satu-satunya penyelenggara dan pengguna/klien mau
tidak mau harus memanfaatkannya. Misalnya adalah pelayanan di
kantor imigrasi, pelayanan penjara dan pelayanan perizinan.
2. Bersifat sekunder, adalah segala bentuk penyediaan barang/jasa
publik yang diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi yang di
dalamnya pengguna/klien tidak harus mempergunakannya karena
adanya beberapa penyelenggara pelayanan.
Berdasarkan uraian diatas, Taman Bacaan Masyarakat masuk ke dalam
pelayanan publik bersifat sekunder yang diselenggarakan pemerintah
untuk melayani masyarakat. Dalam pelaksanaannya TBM tidak memaksa
siapapun untuk menggunakan sarana dan fasilitas yang disediakan.
8. Ruang Lingkup Taman Bacaan Masyarakat
a. Pengelola Taman Bacaan Masyarakat
Pengelola Taman Bacaan Masyarakat adalah sekelompok orang atas
dasar kesepakatan organisasi penyelenggara memiliki tanggungjawab
langsung untuk mengelola dan menjalankan Taman Bacaan Masyarakat.
Mengingat Taman Bacaan masyarakat (TBM) merupakan fasilitas penting
yang diperlukan masyarakat dalam menggali berbagai bahan bacaan, maka
diperlukan seorang pengelola yang mempunyai kriteria sebagai berikut
menurut buku Petunjuk Teknis TBM. 2010:17:
1. Mampu melaksanakan semua fungsi kepengelolaan Taman Bacaan
Masyarakat.
2. Mampu menyelenggarakan dan menjalin kerjasama dan kemitraan
dengan pihak lain.
4. Dapat bertanggungjawab terhadap pengelolaan keuangan Taman Bacaan Masyarakat.
5. Peduli terhadap kepentingan masyarakat.
6. Minimal berpendidikan SMA
7. Alamat tinggal berlokasi di wilayah Taman Bacaan Masyarakat
Hal penting yang sering tidak diperhatikan dalam mengelola sebuah
TBM, adalah pemasyarakatan TBM yang meliputi :
1. keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, pendirian dan
pengelolaan TBM.
2. keterlibatan masyarakat dalam sarana-prasarana dan bahan bacaan
TBM.
3. Menyelenggarakan layanan yang baik, memadai dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
4. Mengkomunikasikan keberadaan TBM baik melalui brosur
diletakkan ditempat berkumpulnya masyarakat atau menggunakan
media elektronik.
5. Membangun kemitraan dengan literasi terkait, organisasi social,
sekolah, perguruan tinggi, dan perpustakaan setempat.
Hasil penelitian dari S.W Septiarti tentang Pengembangan Budaya
Baca menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara pengelolaan TBM
yang berada di perkotaan dengan yang ada dipedesaan. Hanya saja secara
administrasi pengelolaan diperkotaan sedikit lebih tertata dibandingkan di
pedesaan apa lagi pada TBM yang terintegrasi dengan kegiatan
Sedangkan menurut Muhsin Kalida (2012:37) menyatakan:
TBM perlu mempersiapkan eksistensi dalam jangka waktu panjang, instrument untuk menjamin keberlanjutanya, perlu dana. Artinya lembaga ini bukan lahan proyek sekali jalan, lalu selesai. Karena ‘thalabul ‘ilmi minal mahdi ilal lahdi’, long life education, pendidikan itu sepanjang hayat, tidak boleh berhenti selama ruh masih dikandung badan. Sehingga tidak ada dalil bahwa, mengelola lembaga nirlaba berhenti karena masa pendidikan selesai. Kreasi dan keberlanjutan masih terus menerus dibutuhkan oleh masyarakat.
Pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa TBM dimana-mana
memiliki kesamaan atau tidak ada perbedaannya di semua daerah, dan
memerlukan persiapan dan eksistensi dalam jangka panjang serta
memerlukan dana untuk keberlanjutannya.
b. Koleksi Taman Bacaan Masyarakat
Koleksi taman bacaan masyarakat yang memadai, baik mengenai
jumlah, jenis dan mutunya, yang tersusun rapi, dengan sistem pengolahan
serta kemudahan akses atau temu kembali informasi, merupakan salah satu
kunci keberhasilan perpustakaan. Oleh karena itu taman bacaan masyarakat
perlu memiliki koleksi bahan pustaka yang relatif lengkap sesuai visi, misi,
perencanaan, starategis, kebijakan, dan tujuan. Koleksi bahan perpustakaan
yang baik adalah dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan pembaca.
Menurut Buku Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat (2006:
04) :
seperti agama, politik, kesenian, hukum, pendidikan, (disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat).
Kekuatan koleksi pustaka ini merupakan daya tarik bagi pemakai,
sehingga banyak dan lengkap koleksi bahan pustaka yang dibaca dan
dipinjam, akan semakin ramai pengunjung taman bacaan masyarakat dan
makin tinngi intensitas sirkulasi buku. Akhirnya makin besar pula proses
transfer informasi (transfer of information) dan disini taman bacaan
berfungsi sebagai media atau alat serta jembatan perantara antar sumber
informasi dengan masyarakat pemakai.
c. Petugas Taman Bacaan Masyarakat
Petugas adalah orang yang diberi tanggungjawab untuk memberikan
layanan langsung pada pengunjung.
Menurut (Gol A gong 2011:189) Petugas dapat diambil dari pengelola TBM yang ditugaskan untuk menjadi petugas TBM secara bergantian
dan terjadwal. Petugas dapat pula diambil dari
pekerja/pegawai/karyawan yang bekerja pada organisasi atau lembaga penyelenggara TBM. Apabila memungkinkan petugas dapat diambil secara khusus dengan diberi imbalan sesuai dengan kesepakatan yang memiliki kriteria sebagai berikut Memiliki kemampuan mengelola pengunjung (publik), Memiliki sikap ramah, suka menolong, supel, dan menarik, Memiliki pengetahuan tentang TBM (administrasi termasuk katalogisasi), Jujur, disiplin dan bertanggungjawab.
Petugas atau penjaga buku bajaan di TBM memang memiliki peranan
penting dalam menjalankan tugas dan fungsi TBM setiap harinya, maka dari
itu penjaga yang ramah, disiplin, jujur, bertanggung jawab serta memiliki
ilmu pengetahuan tentang TBM harus dimiliki oleh TBM untuk
d. Peraturan dan TataTertib TBM
Agar TBM dapat berjalan dengan baik maka diperlukan peraturan atau
tata tertib TBM. Tata tertib ini dibuat oleh pengelola TBM untuk ditaati,
baik oleh para pengguna maupun pengelola TBM.
Menurut Buku Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat
(2006: 18) peraturan dan tata tertib TBM meliputi:
1. Keanggotaan
Warga masyarakat yang berdomisili di sekitar lokasi TBM dianjurkan menjadi anggota TBM.
2. Hari dan jam buka TBM
Hari dan jam buka hendaknya disesuaikan dan mempertimbangkan aktivitas kerja anggota dan masyarakatnya. Idealnya jam buka TBm dilakukan sore haribahkan malam hari karena pagi hari anggota dan masyarakat pada umumnya mencari nafkah. Apabila kelompok warga masyarakat yang dilayani bekerja pada soreatau malam hari, jam layanan TBM dilakukan pada pagi hari.
3. Lama dan waktu peminjaman
Lama waktu peminjam harus ditetapkan, misalnya 3 hari, 7 hari atau 2 minggu untuk sekali meminjam dengan mempertimbangkan jumlah bahan bacaan yang ada di TBM.
4. Jumlah pinjaman
Sebutkan bahan pustaka/bacaan yang boleh dipinjam dalam jangka waktu sekali peminjaman. Misalnya 1 eksemplar atau 2 eksemplar. Sebutkan juga jenis koleksi yang dapat dipinjamkan. Majalah dan surat kabar serta buku refrensi pada umumnya tidak dipinjamkan. Jadi yang dapat dipinjamjakn adalah buku bacaan.
5. Sanksi pelanggaran
Sanksi pelanggaran juga disebutkan, misalnya skorsing tidak boleh pinjam buku beberapa hari, denda uang, atau mengganti dengan buku yang sama apabila buku yang terpinjam hilang pleh pengguan. Sanksi diberikan bukan dengan tujuan menghukum, tapimerupakan bagian dari proses pendidikan dan penegakan disiplin.
e. Kegiatan Literasi dan Jenis Usaha TBM
Kegiatan literasi atau program kreatif yang dimaksud di sini adalah
sebagai tempat layanan baca, tetapi juga sebagai tempat untuk melakukan
kegiatan edukatif lainnya.Misalnya dengan memberikan layanan Alat
Permainan Edukatif (APE) adalah salah satu bentuk upaya melakukan
kegiatan edukatif bagi anak-anak.Kegiatan literasi atau program kreatif
lainnya bertujuan untuk lebih meningkatkan peran dan partisipasi TBM
dalam kegiatan yang mendidik dan menghibur bagi masyarakat.
Menurut Petunjuk Teknis TBM (2010:18) Bentuk kegiatan literasi atau
program kreatif yang dapat dilakukan oleh TBM antara lain:
a. Lomba kreasi bagi remaja dan anak-anak, misalnya: lomba baca
puisi, menulis sinopsis, menulis artikel, fotografi, melukis, membuat cerpen, mendongeng, dan sebagainya.
b. Bedah buku, seminar, jumpa penulis dan tokoh dan kegiatan
sejenis lainnya. Kegiatan ini bertujuan agar TBM lebih dikenal oleh masyarakat sekitarnya.
c. Jurnalisme warga, majalah dinding, warta desa/kota, buletin adalah
bentuk-bentuk kegiatan literasi yang dapat dilakukan oleh TBM. Kegiatan ini di samping mengembangkan kemampuan masyarakat untuk menulis, meningkatkan gairah belajar masyarakat, juga sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan bahan bacaan bagi TBM dengan memanfaatkan potensi lokal.
d. Ketrampilan dan bimbingan belajar. Selain kegiatan literasi,
kegiatan kreatif lain yang dapat dilakukan oleh TBM adalah dengan memberikan ketrampilan bagi pengunjung, misalnya:, membuat perhiasan dari maink-manik, membuat tempat tissu, taplak, sarung bantal, dan keterampilan lain yang mudah, murah
dan bermanfaat bagi pengunjung. TBM juga dapat
menyelenggarakan kegiatan bimbingan belajar bagi masyarakat yang membutuhkan. Kegiatan ini dpaat dilakukan bekerjasama dengan pihak lain.
e. Kegiatan literasi atau program kretaif lain yang mendukung
keberadaan TBM seperti;parade musik dan seni, pentas hiburan rakyat, dan sebagainya.
Agar keberadaan Taman Bacaan Masyarakat dapat terus berjalan
sehingga tidak perlu secara terus menerus tergantung pada bantuan dana
oleh petugas Taman Bacaan Masyarakat sesuai dengan karakteristik
wilayah Taman Bacaan Masyarakatitu sendiri. Menurut (Gol A gong
2011:266):
Jenis-jenis usaha yang dapat dikembangkan antara lain Warung internet/warnet, Menjual buku-buku dengan harga murah, Conter pulsa, Warung makanan, Menjual berbagai kerajinan kerajinan, Bimbingan belajar, Konsultasi psikologi, Penjualan tiket, dan berbagai jenis usaha yang lainya.
Berdasarkaan penjelasan diatas dapat diartikan bahwa TBM tidak
hanya menjadi sumber belajar masyarakat dengan membaca saja, akan
tetapi TBM dapat dijadikan sebagai sarana saling mempererat hubungan
antar masyarakat yang satu dengan yang lain dengan mengadakan berbagai
jenis usaha yang dilakukan TBM untuk keberlangsungn TBM itu sendiri.
Dengan adanya usaha yang dikembangkan dalam TBM agar tetap
terlaksana tanpa tergantung dana dari pemerintah, secara tidak langsung
TBM mengadakan fungsi lain yaitu sebagai tempat berwirausaha.
C. Literasi
Literasi adalah kemampuan membaca dan menulis aksara secara tertulis
maupun tercetak. Pengetahuan dan kekuasaan (knowledge is power).
Penguasaan pengetahuan berarti juga penguasaan atas dunia. Demikian
urgensinya pengetahuan, dalam hal ini termasuk informasi, menjadi kekuatan
yang luar biasa karena informasi adalah salah satu sumber yang penting dan
berharga.
Masyarakat modern mengenal literasi sebagai kemampuan membaca
mau membaca. Adanya berbagai sumber baca dan media, internet semakin
mengembangkan budaya baca. Kemampuan membaca ini terkait dengan minat
baca. Orang tua yang melek aksara menyadari bahwa membaca merupakan hal
yang tidak terpisahkan dari kehidupan, membaca untuk mendapatkan
pengetahuan dan juga pengalaman.
Ide pembaharuan literasi yang dipaparkan pada dasarnya mengandung
komponen utama bahwa literasi tidak hanya literasi dalam pengertian
konvensional yaitu pengenalan angka dan huruf latin melainkan sebagai
literasi fungsional. Penekananya pada membaca dan minat baca. Jika buku
sudah menjadi gaya hidup, masyarakat tidak lagi berjarak dengan buku. Posisi
buku pun sudah dianggap sebagai kebutuhan sehari-hari. Dengan begitu
masyarakat tidak lagi menyikapi buku dengan kening kerut, karena setiap
kalangan, profesi, usia atau latar belakang lainya mempunyai buku
masing-masing. Artinya, buku tidak lagi dipandang secara elitis yang ditulis,
diterbitkan, dan dibaca oleh kalangan tertentu.
Menurut inkeles (1983:3) ciri-ciri manusia modern ada dua yang
eksternal dan internal. yang pertama berkaitan dengan lingkungan, yang kedua
tentang sikap, nilai-nilai dan perasaan. Perubahan eksternal mudah dikenali.
Urbanisasi, komunikasi massa, industrialisasi, kehidupan politik, dan
pendidikan, semua itu gejala-gejala modernisasi. Namun, sekalipun lingkungn
telah modern, tidak dengan sendirinya menjadi manusia modern. Baru kalau
berhasil mengubah cara berpikir, mengubah perasaan, mengubah perilaku,
dia bersedia membuka dirinya terhadap pengalaman baru, inovasi, dan
perubahan. Maka jendela dunia akan terbuka. Itu semua bisa terjadi pada
awalnya lewat bacaan karena manusia modern tidak hanya membatasi
wawasanya pada lingkungan dekatnya, tetapi ingin melebarkan wawasanya
kecakrawala lain. Ungkapan “membaca adalah jendela dunia” berarti
siapapun yang ingin membuka rahasia dunia ini seluas-luasnya, maka ia harus
membuka jendela dunia tersebut dengan membaca. Tidak bisa dihindari
bahwa dengan membaca bisa membuka sesuatu yang belum diketahui, menjadi penerang dalam kegelapan “buta” ilmu pengetahuan, menambah
wawasan. Membaca mampu membentuk pribadi-pribadi yang dinamis dan
berkualitas tinggi.
Membaca adalah proses untuk memperoleh pengertian dari kombinasi
beberapa huruf dan kata. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
kegiatan membaca bukanlah semata-mata proses visual saja, akan tetapi
melibatkan dua macam informasi, yaitu pertama yang datangnya dari apa yang
ada di depan mata kita, dan yang kedua datangnya dari belakang mata kita.
Hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang mampu membuat intisari
dari bacaan. Membaca juga merupakan kemampuan dan keterampilan untuk
membuat suatu penafsiran terhadap bahan yang dibaca.
Dalam mencari informasi dan memperoleh cakrawala pengetahuan,
membaca memperoleh arti penting. Telah terbukti, bahwa Membaca tidak
hanya sebagai proses mengeja huruf, kata, dan angka, melainkan proses
kebudayaan misalnya bahan bacaan atau tulisan. Di dalam ayat pertama yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad, kita dapat melihat dengan jelas, bahwa
membaca memang proses kebudayaan, yaitu: QS. al-Alaq/96: 1. Ayat yang
pertama kali turun ini tidak memerintahkan kita membaca nama Tuhan,
melainkan membaca dengan mendasarkan pada nama Tuhan. Membaca mesti
didasarkan pada kesadaran akan ketuhanan. Dengan begitu diharapkan akan
lahir kebudayaan yang Islami. Sehingga urgensitas membaca menemukan titik
labuhnya di sini. Selanjutnya, perlu adanya upaya-upaya serius agar membaca
dapat menjadi kegiatan yang menyenangkan.