• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA TAMAN BACAAN MASYARAKAT PANGERAN DIPONEGORO DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT DI DUSUN SEMBEGO, MAGUWOHARJO, SLEMAN, YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA TAMAN BACAAN MASYARAKAT PANGERAN DIPONEGORO DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT DI DUSUN SEMBEGO, MAGUWOHARJO, SLEMAN, YOGYAKARTA."

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA TAMAN BACAAN MASYARAKAT PANGERAN DIPONEGORO DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT DI DUSUN

SEMBEGO, MAGUWOHARJO, SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Muhamad Setiaji NIM 11102244019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

Anda akan menjadi sahabat orang-orang hebat dengan membaca

(penulis)

Satu buku yang and abaca, bisa jadi lebih berharga dari mobil mewah yang di

hadiahkan padamu

(penulis)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, maka apabila kamu telah

selesai dari satu urusan, kerjakanlah sungguh-sungguh urusan yang lain”

(6)

PERSEMBAHAN Atas karunia Allah SWT

Karya ini akan saya persembahkan untuk :

1. Bapak dan ibu tercinta atas dukungan moral dan material serta

pengorbanan tanpa pamrih yang telah diberikan.

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan

ilmu pengetahuan yang begitu besar.

(7)

UPAYA TAMAN BACAAN MASYARAKAT PANGERAN DIPONEGORO DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT DI DUSUN

SEMBEGO, MAGUWOHARJO, SLEMAN, YOGYAKARTA Oleh:

Muhamad Setiaji NIM.11102244019

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Upaya taman bacaan masyarakat Pangeran Diponegoro dalam meningkatkan minat baca masyarakat di Dusun Sembego, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta, 2) Apa faktor pendukung dan penghambat yang dialami dalam meningkatkan minat baca masyarakat.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Setting penelitian di Taman Bacaan Masyarakat Pangeran Diponegoro yang berada di dusun Sembego, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah pengelola, anggota dan pembaca di TBM. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan, wawancara, dan

dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah display data,

reduksi data dan pengambilan kesimpulan. Trianggulasi dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dengan menggunakan cek, cek- re cek, dan cross cek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Upaya dalam meningkatkan minat

baca di Dusun Sembego, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta yaitu : a) Sosialisasi melalui lomba memasak yang ditujukkan untuk masyarakat umum;

b) memberikan motivasi melalui kegiatan pemberian hadiah(reward) yang

diberikan kepada pembaca terajin, kegiatan mendongeng bagi anak-anak, dan kegiatan lomba bagi anggota; serta c) Mengadakan kardus keliling, yaitu pengelola mengedarkan buku bacaan menggunakan media kardus ke rumah penduduk. 2) Faktor yang mempengaruhi upaya TBM yaitu a) faktor pendukung yang meliputi koleksi buku bacaan yang memadai, keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan kardus keliling, dan pelayanan pengelola yang ramah; b) faktor penghambat meliputi ruang TBM sempit yang menjadikan pembaca kurang nyaman, kurangnya tenaga pengelola, lingkungan yang kurang mendukung, kurangnya pendampingan pelaksanaan program.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur krhadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas

Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari

adanya bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan

kesempatan penulis untuk melaksanakan kuliah di Universitas Negeri

Yogyakarta.

2. Dekan fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan fasilitas dan

sarana sehingga studi saya berjalan dengan lancar.

3. Ketua jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan

kelancaran dalam pembuatan skripsi.

4. Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah mendidik dan memberikan

ilmu pengetahuan sebagai bekal proses penelitian ini.

5. Ibu Dra S.W Septiarti, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

berkenan membimbing penulis hingga menyelesaikan skripsi.

6. Ibu Siti Maryatun, ibu Aida Qori dan ibu Astutik selaku pengelola

(9)

memberikan waktu dan kesempatan untuk ikut serta dalam proses

pembuatan skripsi ini.

7. Bapak, Ibu, Simbah, kakak dan adikku (Ana, Nurul, Yudha) atas do’a,

perhatian, kasih sayang, dan segala dukungannya.

8. Sahabat-sahabatku seluruh warga kost Setio yang telah memberikan

masukan dan motivasi untuk penulisan penelitian serta dukungan yang

diberikan selama ini.

9. Semua teman-teman PLS angkatan 2010 dan 2011 yang selalu

memberikan bantuan dan motivasi, semua kenangan dan pengalaman

kita akan menjadi cerita di masa depan.

10.Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam

penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pihak-pihak yang peduli terhadap pendidikan terutama pendididkan luar sekolah

dan bagi para pembaca umumnya. Amin

Yogyakarta, 12 oktober 2015

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……..……...………..…i

SURAT PERNYATAAN... iii

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Pembatasan Masalah ... 12

D. Perumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 13

F. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

A. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ... 14

1. Pengertian Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ... 14

2. Tujuan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ... 15

3. Program-program yang dikembangkan PKBM ... 16

B. Taman Bacaan Masyarakat Sebagai Pengembang Minat Baca ... 19

1. Pengertian Taman Bacaan Masyarakat ... 19

2. Tugas dan Fungsi Taman Bacaan Masyarakat ... 21

3. Tujuan Taman Bacaan Masyarakat ... 22

(11)

5. Peran Taman Bacaan Masyarakat ... 24

6. Sasaran dan Pengguna Taman Bacaan Masyarakat ... 25

7. Layanan Taman Bacaan Masyarakat ... 27

8. Ruang Lingkup Taman Bacaan Masyarakat ... 29

a. Pengelola Taman Bacaan Masyarakat ... 29

b. Koleksi Taman Bacaan Masyarakat ... 31

c. Petugas Taman Bacaan Masyarakat ... 32

d. Peraturan dan TataTertib TBM ... 33

e. Kegiatan Literasi dan Jenis Usaha TBM ... 33

C. Literasi ... 35

D. Minat Baca Masyarakat ... 39

E. Alur penelitian ... 43

F. Pertanyaan Penelitian ... 45

BAB III METODE PENELITIAN... 47

A. Pendekatan Penelitian ... 47

B. Setting, Waktu dan LamaPenelitian ... 48

C. Subjek Penelitian ... 49

D. Sumber dan Metode Pengumpulan Data ... 50

E. Instrument Pengumpulan Data ... 53

F. Teknik Analisis Data ... 54

G. Keabsahan Data ... 56

BAB IVHASIL PENELITIAN ... 58

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 58

1. Deskripsi Desa Maguwoharjo ... 58

2. PKBM Diponegoro ... 62

a. Visi, Misi, dan Tujuan... 62

b. Program kegiatan yang diselenggarakan ... 63

3. Taman Bacaan Masyarakat Pangeran Diponegoro ... 64

(12)

b. Struktur organisasi Taman Bacaan Masyarakat Pangeran Diponegoro ... 66

c. Keadaan Pengelola ... 66

d. Sarana Prasarana ... 66

e. Pembiayaan ... 67

f. Kerjasama ... 67

4. Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat Diponegoro ... 68

a. Pengolahan buku ... 68

b. Peraturan dan Tata tertib ... 72

B. Upaya Taman Bacaan Masyarakat Pangeran Diponegoro dalam Meningkatkan Minat Baca di Dusun Sembego, Maguwoharjo, Sleman Yogyakarta ... 74

1. Sosialisasi melalui kegiatan lomba memasak ... 75

2. Memberikan dorongan (motivasi) ... 79

3. Kegiatan kardus keliling ... 87

C. Faktor Pendukung Upaya Taman Bacaan Masyarakat Pangeran Diponegoro dalam Meningkatkan Minat Baca di Dusun Sembego, Maguwoharjo, Sleman Yogyakarta ... 89

1) Koleksi buku yang memadai ... 89

2) Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan kardus keliling ... 92

3) Pelayanan yang ramah ... 92

4) Rasa ingin menambah pengetahuan ... 93

D. Faktor penghambat Taman Bacaan Masyarakat Pangeran Diponegoro dalam Meningkatkan Minat Baca di Dusun Sembego, Maguwoharjo, Sleman Yogyakarta ... 94

1) Fasilitas ruang TBM sempit ... 94

2) Kurangnya Tenaga Pengelola ... 96

3) Lingkungan TBM yang kurang mendukung ... 97

4) Tidak adanya kegiatan bimbingan membaca ... 98

5) Kurangnya pendampingan Pelaksanaan Program ... 99

Pembahasan ... 101

(13)

2. Faktor Pendukung Upaya Taman Bacaan Masyarakat Pangeran Diponegoro dalam Meningkatkan Minat Baca di Dusun Sembego, Maguwoharjo, Sleman Yogyakarta

... 105

3. Faktor Penghambat Upaya Taman Bacaan Masyarakat Pangeran Diponegoro dalam Meningkatkan Minat Baca di Dusun Sembego, Maguwoharjo, Sleman Yogyakarta ... 107

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 111

A. Kesimpulan ... 111

B. Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 114

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jenjang Pendidikan Penduduk Maguwoharjo……… 59

Tabel 2. Jenis Pekerjaan Penduduk Maguwoharjo………... 61

Tabel 3. Sarana dan prasarasa TBM………. 90

(15)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1. Alur penelitian………43

2. Gambar 2. Peta Tata Ruang Maguwoharjo….….………...59

3. Gambar 3. Struktur organisasi TBM………….……….…………...66

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Dokumentasi………117

Lampiran 2. Pedoman Observasi……….118

Lampiran 3. Pedoman Wawancara……….….119

Lampiran 4. Catatan Lapangan………125

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upaya mencerdaskan bangsa yang diamanatkan UUD 1945 ditempuh

pemerintah dan masyarakat baik pendidikan formal maupun non formal.

Prioritas sasaran pendidikan adalah warga masyarakat yang tidak pernah

sekolah/buta aksara, putus sekolah, dalam dan antar jenjang penduduk usia

produktif tidak sekolah dan tidak bekerja, penduduk miskin serta warga

masyarakat lainnya yang membutuhkan pendidikan.

Salah satu program pendidikan non formal dan Dalam rangka ikut

mencerdaskan kehidupan bangsa serta usaha melestarikan program Pendidikan

Non Formal melalui salah satu program pemberdayaan masyarakat dengan

Pengembangan gerakan literasi serta pengembangan budaya baca pada

masyarakat akan peningkatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih baik dan

berarah pada progress atas kehidupan serta berkepribadian, baik pribadi,

kelompok maupun dalam bermasyarakat. Hal ini merupakan tanggung jawab

Negara baik itu dari pusat maupun pada tingkatan daerah dan semua

komponen bangsa untuk memenuhinya, apalagi jika dikaitkan dengan amanat konstitusi kita yang menyatakan bahwa negara berwajiban “mencerdaskan

kehidupan bangsa”, (Alinea keempat Pembukaan UUD 1945).

Pada hakekatnya pendidikan tidak hanya diselenggarakan di pendidikan

formal saja, tetapi juga pendidikan nonformal. Hal ini disesuaikan dengan

(18)

pendidikan nasional, pasal 1 ayat (10) satuan pendidikan adalah kelompok

layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal,

nonformal dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan; ayat (11)

pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang

yang terdiri atas dasar pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan

tinggi; ayat (12) pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar

pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang;

ayat (13) pendidikan informal adalah pendidikan keluarga dan lingkungan.

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka pendidikan nonformal adalah salah

satu sistem pendidikan yang telah diselenggarakan diindonesia. Melalui

pendidikan, masyarakat akan memiliki wawasan yang lebih luas dari pada

yang tidak berpendidikan.

Secara spesifik, kewajiban untuk meningkatkan minat baca masyarakat

diatur dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.

Berdasarkan Pasal 7 UU Perpustakaan, Pemerintah berkewajiban untuk

mengembangkan sistem nasional perpustakaan sebagai upaya mendukung

sistem pendidikan nasional, menjamin kelangsungan penyelenggaraan dan

pengelolaan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar masyarakat, menjamin

ketersediaan layanan perpustakaan secara merata di tanah air.

Peran pendidikan nonformal dalam rangka pelayanan pendidikan

sepanjang hayat sangat dibutuhkan saat ini dan kedepan. Pada banyak hal

pendidikan nonformal dirasakan sebagai formula yang ideal serta lebih

(19)

nonformal sebagai bagian dari sistem pendidikan yang memiliki peran sangat

penting dalam rangka pengembangan dan implementasi belajar sepanjang

hayat (lifelong learning). Sampai dengan era globalisasi saat ini yang sangat

erat kaitannya dengan modernisasi dan selalu membutuhkan teknologi dan

informasi dalam pelaksanaannya serta dapat diartikan juga sebagai jaman

persaingan bebas baik dari segi perekonomian, pertahanan nasional,

perkembangan teknologi dan sebagainya.

Bangsa Indonesia dituntut untuk selalu meningkatkan perkembangan

teknologi dan informasi serta wawasan luas dari segala aspek tanpa

meninggalkan adat ketimuran yang selalu dianut oleh Bangsa Indonesia sejak

jaman sebelum kemerdekaan. Sebagai salah satu dari implementasi program

pemerintah yang turut mendukung pembangunan dunia pendidikan adalah

dengan peningkatan minat baca dan pengembangan model Taman Bacaan

Masyarakat (TBM) serta gerakan literasi.

Pengembangan program pendidikan berupa program Pengembangan

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) adalah salah satu program pemerintah yang

mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 26 ayat (4), tercantum bahwa

satuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan,

kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta

satuan pendidikan yang sejenis. Instrumen penunjang pemberantasan buta

aksara melalui Pendidikan Non Formal (PNF) melalui program budaya baca

(20)

Ditujukan untuk membantu peningkatan minat baca, budaya baca dan cinta

buku bagi warga belajar dan masyarakat. Pendidikan non formal diarahkan

untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada warga masyarakat yang

belum sekolah, buta aksara, putus sekolah dan warga masyarakat yang

kebutuhan pendidikannya tidak dapat terpenuhi melalui pendidikan formal.

Bangsa Indonesia sebagaimana sejarah dan faktanya sekarang adalah

bangsa yang lebih suka bertutur atau berbicara. Saat budaya ini masih melekat

pada masyarakat serta ketika kemajuan teknologi yang semakin maju dan tak

terbendung jadilah budaya bertutur ini bertransformasi menjadi budaya

menonton dan melihat. Budaya menonton, mengobrol, menggosip menjadi

budaya yang melekat erat pada masyarakat Indonesia. Ini berakibat pada

kebiasaan dan kegiatan akan membaca pada masyarakat yang kurang karena

budaya masa lalu yang masih melekat erat pada kehidupan, Berbagai fakta

menunjukan bahwa budaya baca masyarakat di Indonesia bisa dikatakan

rendah.

Melalui program Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sebagai salah satu

wahana pendidikan non formal, diharapakan mewujudkan masyarakat gemar

membaca, indikatornya masyarakat gemar membaca bagi yang baru melek

aksara, putus sekolah atau tamat sekolah tidak melanjutkan untuk

meningkatkan kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan memperluas

wawasan sebagai bekal untuk mengembangkan diri, bekerja atau berusaha

(21)

Membaca adalah hal yang sangat fundamental dalam proses belajar dan

pertumbuhan intelektual. Kualitas hidup seseorang dapat dilihat dari

bagaimana seseorang dapat memaksimalkan potensinya. Salah satu upaya

untuk memaksimalkan potensi diri adalah dengan membaca. Membaca pada

era globalisasi ini merupakan suatu keharusan yang mendasar untuk

membentuk perilaku seseorang. Kebiasaan membaca seseorang diakui atau

sangat berkaitan dengan minat baca yang dimilikinya. Lebih jauh jika

seseorang yang berminat terhadap sesuatu akan bersungguh-sungguh

melakukan sesuatu yang diminatinya untuk mendapatkan berbagai informasi

atau tujuan lain dari hasil bacaan itu.

Membaca mengajarkan bagaimana seharusnya pribadi bersikap maupun

bertindak dengan kemampuannya, dengan akal pikiran dan jiwanya. Melalui

membaca seseorang akan merasa kaya jiwanya. Banyak membaca akan

melahirkan individu-individu yang cerdas, dewasa dan matang. Namun

kenyataan dilapangan belum banyak masyarakat yang menyadari akan

pentingnya membaca.

Aktifitas membaca biasanya dilakukan untuk menelaah hasil pemikiran

seseorang melalui tulisan dengan tujuan untuk mencerahkan jiwa, menambah

informasi, atau bahkan memberikan solusi. Ketika dahulu Bangsa Indonesia

sedang terjajah, buta aksara tentunya tidak menjadi masalah, mengingat

susahnya mengenyam pendidikan, namun kini setelah 70 tahun Indonesia

merdeka dan semakin banyak masyarakat yang bisa menikmati pendidikan,

(22)

Namun hal ini sangat berbanding terbalik dengan kenyataan yang kita alami

sekarang. Kita bahkan dikenal sebagai bangsa yang rendah sekali minat

bacanya, padahal minat baca ini bisa menjadi tolak ukur tingkat kemajuan

pendidikan dan kualitas suatu bangsa. Namun tampaknya minat dan budaya

ini masih jauh dari perilaku bangsa kita.

Pengembangan budaya baca dalam masyarakat tidak hanya ditentukan

oleh keinginan dan sikap masyarakat terhadap bahan-bahan bacaan, tetapi juga

ditentukan oleh ketersediaan dan kemudahan akses terhadap bahan-bahan

bacaan. Ketersediaan bahan-bahan bacaan berarti tersedianya bahan-bahan

bacaan yang memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan kemudahan akses

adalah tersedianya sarana dan prasarana dimana masyarakat dapat dengan

mudah memperoleh bahan bacaan dan informasi tentang bahan bacaan salah

satu sarana tempat membaca yang ada di masyarakat adalah melalui Taman

Bacaan Masyarakat (TBM). Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang

diselenggarakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat bertujuan memberi

kemudahan akses kepada warga masyarakat dalam memperoleh bahan bacaan.

Banyak informasi dan pengetahuan yang akan didapatkan setiap orang

dari membaca buku. Dari kalimat tersebut, muncul berbagai ungkapan yang

mendorong seseorang untuk mencari buku sebagai jawabanya. Misalnya buku

adalah jendela dunia Atau Membaca jadikan hidup lebih baik yang agaknya

semakin disosialisasikan Direktorat Pendidikan Masyarakat Departemen

Pendidikan Nasional terdengar klise, namun dengan membaca buku, wawasan,

(23)

Membaca merupakan hal penting yang berpengaruh dalam kehidupan

kita, seperti yang dinyatakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 19 Desember 2008 yang menyatakan bahwa “Negara yang maju berawal dari

masyarakat yang berwawasan luas dan terbuka yang salah satu faktor mendasarnya yaitu dengan membaca”. Sebagai tindak lanjut upaya serta

implementasi program pemerintah yang turut mendukung keberhasilannya

adalah dengan adanya pengembangan serta inovasi akan layanan perpustakaan

serta Taman Bacaan Masyarakat(TBM). Membaca memerlukan waktu luang

dan tempat dimana orang mudah mengaksesnya, keberadaannya dapat di

tempatkan pada garda depan dalam menumbuhkan minat baca masyarakat

sehingga masyarakat tidak canggung dan mudah di akses oleh masyarakat.

Permasalahan budaya membaca masyarakat yang rendah di sebabkan

berbagai faktor, antara laian: Faktor motivasi, Faktor ekonomi, Faktor

kebiasaan, Faktor kebudayaan, perkembangan teknologi , kurangnya

perhargaan dan layanan bacaan yang kurang serta faktor-faktor yang lainnya.

rendahnya minat baca disebabkan membaca perlu banyak waktu luang.

Sementara orang Indonesia waktunya lebih banyak tersita untuk bekerja demi

mempertahankan hidup dan meningkatkan kesejahteraan. Harga buku juga

ikut andil menjadi pemicu rendahnya tingkat membaca. Dengan harga buku

yang tidak murah, menyebabkan masyarakat enggan untuk membeli buku.

Masyarakat lebih memilih menggunakan uang mereka untuk membeli

(24)

Minat dan kegemaran membaca diperlukan dalam membangun

masyarakat belajar. Salah satu hambatan dalam menumbuhkembangkan minat

dan kegemaran membaca ialah keterbacaan bahan bacaan. Kesulitan

memahami bahan bacaan memperlemah dan kadang-kadang mematikan

motivasi membaca. Bahan bacaan yang tersedia sulit dipahami dilihat dari

bahasa yang dipergunakan dan konsep atau isi yang disampaikan terlalu sukar

untuk dipahami sehingga tidak menarik untuk dipelajari. Dengan perkataan

lain bahan bacaan tersebut mengandung keterbacaan yang rendah. Akan tetapi

tidak jarang terjadi hal demikian, kemampuan membaca pebelajarlah dijadikan

alasan rendahnya pemahaman. Atau ada kalanya kurangnya pemahaman itu

dianggap karena pebelajar kurang atau tidak konsentrasi ketika membaca.

Membangun minat (kecenderungan hati yang tinggi) terhadap aktifitas

membaca sehingga menjadi kebiasaan (habits) budaya baca Indonesia masih

perlu kerja keras. Secara makro Indonesia masih punya target pemberantasan

buta aksara yang cukup tinggi. Seperti angka buta aksara di Daerah Istimewa

Yogyakarta( DIY ) yang tergolong masih tinggi. Daerah Istimewa Yogyakarta

memang bukan merupakan kantong buta aksara, namun jumlah penduduk buta

aksara pada tahun 2013 masih banyak yaitu sekitar 82.076 jiwa, yang tersebar

di Kabupaten/Kota se-DIY dan dapat digolongkan pada kelompok umur 15-24

tahun, 25-44 tahun dan 45-59 tahun, ( portal.jogjaprov.go.id, tahun 2014).

Tahun 2014 tercatat 14 persen atau sekitar 266 ribu dari 1,9 juta warga

DIY yang berusia lebih dari 15 tahun masih dalam kondisi buta aksara.

(25)

masih dalam kondisi buta aksara 7,14 persen atau 66.079 dari 1,5 juta jiwa. Di

kabupaten sleman sebesar 5,45 persen warga dari total 1.120.417 masih belum

bisa membaca, dan rata-rata berusia lanjut, (Yogyakarta, Kompas.com).

Pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 kota Yogyakarta

menunjukkan penurunan angka buta aksara, namun kenyataan tersebut cukup

mencengangkan bahwasanya Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kota

pendidikan. Pada kenyataanya angka buta aksaranya masih cukup tinggi pada

usia produktif yaitu antara umur 15-59 tahun. Secara teori penduduk buta

aksara dapat terjadi karena lokasi penduduk yang sulit dijangkau sehingga

akses pendidikan menjadi rendah. Kementrian Pendididkan Nasional

menyatakan bahwa gerakan literasi dan budaya membaca yang menjangkau

masyarakat dapat di percepat dan di tingkatkan melalui program pemerintah

yakni salah satunya dengan taman bacaan masyarakat ( TBM ). Program

taman bacaan ini telah dirintis sejak tahun lima puluhan berupa program

kegiatan Taman Pustaka Rakyat (TPR), kemudian diperbaharui pada tahun

1992/1993 dengan adanya program kegiatan Taman Bacaan Masyarakat

(TBM).

Taman Bacaan Masyarakat merupakan lembaga yang menyediakan

bahan bacaan yang dibutuhkan masyarakat. Sebagai tempat penyelenggaraan

pembinaan kemampuan membaca dan belajar, sekaligus sebagai tempat untuk

mendapatkan informasi bagi masyarakat. Tetapi dalam kemajuan tekhnologi

seperti sekarang ini, fungsi taman bacaan kurang diperhatikan, banyak taman

(26)

membutuhkan keberadaan taman bacaan. Kurang minatnya masyarakat

terhadap taman bacaan disebabkan karena kurang efektifnya taman bacaan

dalam memberikan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya membaca.

Taman bacaan hanya menyediakan bacaan tanpa melakukan tindakan untuk

mengajak masyarakat agar ikut membaca.

Jumlah taman bacaan masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta pada

tahun 2013 tercatat berjumlah 254 TBM. Sedangkan yang berada di kabupaten

Sleman terdapat 57 TBM. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa layanan baca

bagi masyarakat sudah tersedia disemua daerah seperti di kabupaten Sleman

dan sekitarnya, akan tetapi perlu diketahui bahwa minat baca masyarakat

belum menunjukkan kearah yang positif.

Jika merujuk data yang pernah dikeluarkan Badan Pusat Statisitik (BPS)

pada tahun 2012 dijelaskan bahwa sebanyak 91,68 persen penduduk yang

berusia 10 tahun ke atas lebih menyukai menonton televisi, dan hanya sekitar

17,66 persen yang menyukai membaca surat kabar, buku atau majalah.

Konsumsi satu surat kabar di Indonesia dengan pembacanya mempunyai rasio

1 berbanding 45 orang (1:45). Tentu Rasio antara konsumsi satu surat kabar

dengan jumlah pembaca di Indonesia sudah sangat tertinggal jauh jika

dibandingkan dengan negara-negara lain, bahkan sangat tertinggal jika

dibandingkan dengan negara tetangga seperti Filipina yang tingkat

perbandingannya sudah mencapai 1:30, idealnya satu surat kabar dibaca oleh

(27)

Adanya pengembangan strategi Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang

dilakukan di Taman Bacaan Masyarakat Pangeran Diponegoro, didusun

Sembego, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta dengan berbagai faktor yang

mempengarui minat baca masyarakat yang rendah, peneliti tertarik untuk

mengamati, meneliti serta mencermati bagaimanakah Taman Bacaan

Masyarakat dinilai efektif dalam membantu mempercepat dalam

meningkatkan minat baca pada masyarakat serta upaya yang dilakukan dalam

meningkatkan minat baca tersebut dan memasyarakatkan layanan publik

berupa Taman Bacaan Masyarakat yang bertujuan menjadikan masyarakat

yang gemar membaca. Sehingga Peneliti mengambil judul

“UPAYA TAMAN BACAAN MASYARAKAT PANGERAN

DIPONEGORO DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA

MASYARAKAT DI DUSUN SEMBEGO, MAGUWOHARJO, SLEMAN

YOGYAKARTA”.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian diatas dapat diidentifikasi berbagai permasalahan yang

berkaitan dengan upaya peningkatan minat baca melalui TBM :

1. Rendahnya minat baca sebagian besar masyarakat Sembego,

Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.

2. Tingkat keterbacaan atau kemampuan baca masyarakat Sembego,

Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta yang rendah.

3. Kesadaran akan pentingnya membaca buku bagi akses informasi dan

(28)

4. Mahalnya harga buku Ilmu Pengetahuan

5. kurang efektifnya Taman Bacaan Pangeran Diponegoro dalam

memberikan sosialisasi kepada masyarakat Sembego, Maguwoharjo,

Sleman, Yogyakarta akan pentingnya membaca

C. Pembatasan Masalah

Mengingat ada keterbatasan waktu, kemampuan dan dana, penelitian ini

membatasi hanya mengenai keefektifan Taman Bacaan Masyarakat Pangeran

Diponegoro dalam memberikan Sosialisasi kepada masyarakat Sembego,

Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta sebagai upaya meningkatkan minat baca.

D. Perumusan Masalah

Sebagaimana diuraikan pada latar belakang masalah, meskipun kehadiran

Taman Bacaan Masyarakat dirasa penting untuk meningkatkan minat baca seiring

upaya peningkatan literasi, namun keberadaanya belum menjadikan masyarakat

gemar membaca, meskipun tidak menutup kemungkinan ada beberapa TBM yang

dikelola masyarakat telah menunjukkan aktifitas yang sistematis, bermakna serta

digemari sebagai media bagi pengembangan kualitas hidup masyarakat sekitarnya.

Maka fokus penelitian yang akan dikaji dalam penelitian ini memiliki rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah upaya Taman Bacaan Masyarakat Pangeran

Diponegoro dalam meningkatkan minat baca masyarakat di Dusun

(29)

2. Apa faktor pendukung dan penghambat Upaya Taman Bacaan

Masyarakat Pangeran Diponegoro dalam meningkatkan minat baca

masyarakat di Dusun Sembego, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan upaya Taman Bacaan Masyarakat Pangeran

Diponegoro dalam Meningkatkan Minat Baca Masyarakat di Dusun

Sembego, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.

2. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat Upaya Taman

Bacaan Masyarakat Pangeran Diponegoro dalam meningkatkan minat

baca di Dusun Sembego, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Secara teoretis, penelitian ini dapat sebagai bahan informasi bagi

peneliti lain dan pengetahuan bagi jurusan Pendidikan Luar Sekolah

tentang Taman Bacaan Masyarakat.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan bagi Taman Bacaan Masyarakat terutama Taman Bacaan

Masyarakat Pangeran Diponegoro dalam meningkatkan minat baca dan

(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

1. Pengertian Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

PKBM sebagai sebuah lembaga yang mengedepankan belajar

masyarakat dan belajar sepanjang hayat serta mengembangkan budaya

belajar seharusnya berjalan dengan profesional dan didirikan tidak hanya

berdasar untuk menyerap atau menerapkan program-program yang

digulirkan pemerintah. Akan tetapi PKBM benar-benar merupakan wujud

dan sebuah lembaga pembelajaran yang utuh.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi

definisi PKBM terus disempurnakan, UNESCO dalam Umberto

Sihombing (1999:111) mendefinisikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarkat

(PKBM) adalah sebuah lembaga pendidikan yang diselenggarakan diluar

sistem pendidikan formal diarahkan untuk masyarakat pedesaan dan

perkotaan dengan dikelola oleh masyarakat itu sendiri serta memberi

kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan berbagai model

pembelajaran dengan tujuan mengembangkan kemampuan dan

keterampilam masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidupnya.

Sedangkan menurut Umberto Sihombing (1999:112) menyebutkan bahwa

(31)

masyarakat, persyaratanya dan jadwal pelaksanaanya. Pelembagaan artinya menempatkan PKBM sebagai basis penyelenggaraan

program pendidikan masyarakat ditingkat operasional

(desa/kelurahan).

Pendapat hampir sama dikemukakan oleh Mustofa Kamil dalam

buku Pendidikan Nonformal (2011:86) yang menjabarkan bahwa:

PKBM adalah sebuah lembaga pendidikan yang dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat serta diselenggarakan diluar system pendidikan formal baik diperkotaan maupun dipedesaan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan belajar kepada seluruh lapisan masyarakat agar mereka mampu membangun dirinya secara mandiri sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa PKBM adalah

suatu lembaga yang dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat diluar

sistem pendidikan formal sebagai sumber pembelajaran masyarakat, serta

memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan berbagai

model pembelajaran dengan tujuan mengembangkan kemampuan dan

keterampilam masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidupnya

2. Tujuan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

Umberto Sihombing dalam bukunya Pendidikan Luar Sekolah Kini

dan Masa Depan (1999:116) menyebutkan bahwa tujuan pelembagaan

PKBM adalah untuk menggali, menumbuhkan, mengembangkan, dan

memanfaatkan seluruh potensi yang ada dalam masyarakat, untuk

sebesar-besarnya pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Maksud dari pernyataan

diatas yaitu masyarakat mampu mengembangkan potensi dirinya sendiri

dengan disediakannya lembaga PKBM, sehingga mampu menciptakan

(32)

pendidikan formal maupun yang telah putus sekolah dapat memperoleh

pendidikan yang sama melalui program-program yang diadakan dalam

PKBM. Misalnya saja lembaga kejar paket, program keaksaraan.

Pendidikan sejak usia dini juga terdapat di lembaga PKBM sebagai

bekal anak sebelum menempuh pendidikan formal. Selain itu juga

disediakan kursus-kursus untuk menciptakan keterampilan warga

masyarakat agar mampu bersaing dengan masyarakat yang memiliki

pendidikan tinggi dengan menciptakan lapangan kerja sendiri sesuai

potensi yang dimilikinya.

3. Program-program yang dikembangkan PKBM

Sesuai dengan fungsi dan tujuan PKBM, berbagai program

pendidikan nonformal dapat dikembangkan didalamnya. Program-program

tersebut antara lain :

a. Program keaksaraan Fungsional

Program ini bertujuan membelajarkan warga masyarakat

(warga belajar) agar dapat memanfaatkan kemampuan dasar baca,

tulis, berhitung dan kemampuan fungsionalnya dalam kehidupan

sehari-hari. Dalam hal ini Taman Bacaan Masyarakat merupakan

salah satu sarana dan program sampingan yang pada intinya berperan

untuk menstimulasi dan mendukung ke arah keberlanjutan program

keaksaraan fungsional agar warga belajar tidak mengalami buta

(33)

b. Pengembangan Anak Usia Dini (early childhood)

Pembangunan anak di usia yang bisa dikatakan usia emas,

karena pengembangan sumber daya manusia dimulai saat usia dini,

sehingga PKBM memiliki kwajiban untuk mengembangkan program

tersebut sejalan dengan tujuan dan fungsi PKBM. PAUD dan TBM

merupakan salah satu mitra kerja orang tua dalam mengoptimalkan

pelayanan pendidikan bagi putra putrinya sejak usia dini.

c. Program Kesetaraan (equivalencey education)

Program kesetaraan adalah program yang melayani warga

masyarakat yang putus sekolah. Yang mempunyai jenjang dan

tingkatan yang sering disebut sekolah kejar paket. Seperti yang

disampaikan Mustofa Kamil (2011:96), Program ini sangat vital dalam

menjawab permasalahan mutu Sumber Daya Manusia. Sesuai dengan

fungsi dan peranan PKBM sebagai pusat kegiatan belajar masyarakat

memiliki peranan penting dalam mengembangan program-program

kesetaraan ditengah-tengah masyarakat.

Berdirinya program TBM di tengah-tengah pendidikan

kesetaraan dimana TBM memiliki andil sebagai sarana belajar bagi

masyarakat untuk memperoleh informasi dan mengembangkan

pengetahuan guna memenuhi minat dan kebutuhan belajarnya yang

(34)

d. Kelompok Belajar Usaha

Tujuan PKBM menurut Mustofa Kamil (2011:99) adalah

meningkatnya kualitas hidup masyarakat atau warga belajar dari sisi

ekonomi atau meningkatnya pendapatan (income generating). Maka

salah satu program yang dikembangkan PKBM adalah kelompok

belajar usaha, melalui program ini kmandirian warga belajar

(masyarakat) dalam mengembangkan keterampilan berusaha atau

dalam mengembangkan jiwa makaryanya (entrepreneurship) akan

mudah tercapai.

e. Kursus Keterampilan

Program kursus keterampilan dalam PKBM diadakan sesuai

dengan kebutuhan masyarakat, minimal program ini diarahkan bagi

warga belajar yang telah terbebas dari buta huruf atau telah

menyelesaikan program kesetaraan dasar paket A dan B, atau telah

lulus pendidikan sekolah formal (SD/MI, SMP/MTS)

Kemampuan dalam pengembangan program pembelajaran yang

sesuai dengan kebutuhan peserta didik dengan kondisi social budaya

spesifik yang dimilikinya menjadi tantangan bagi pendidikan

nonformal.

Ungkapan tersebut dapat dijabarkan bahwa kebutuhan

pendidikan adalah kesenjangan antara apa yang diingini oleh

seseorang, lembaganya atau masyarakatnya dengan kemampuan yang

(35)

dengan kenyataan. Oleh karena itu kehadiran Taman Bacaan

Masyarakat(TBM) di desa dan kelurahan-kelurahan adalah wujud

respon berkembangnya pendidikan nonformal di masyarakat.

Keberadaan TBM menjadi wahana berkembangnya literasi

(kemampuan baca) masyarakat. Masyarakat memiliki aksess terhadap

informasi serta bahan bacaan yang dibutuhkan. Buku-buku yang

menjadi sarana wajib yang harus dipenuhi oleh taman bacaan bisa

disediakan oleh pemerintah maupun swadaya masyarakat.

B. Taman Bacaan Masyarakat Sebagai Pengembang Minat Baca

1. Pengertian Taman Bacaan Masyarakat

TBM (Taman Bacaan Masyarakat) yang biasa terdapat di lembaga

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah lembaga

pembudayaan kegemaran membaca masyarakat yang menyediakan dan

memberikan layanan di bidang bahan bacaan, berupa buku, majalah,

tabloid, koran, komik, dan bahan multi media lain, yang dilengkapi dengan

ruangan untuk membaca, diskusi, bedah buku, menulis, dan kegiatan

literasi lainnya, dan didukung oleh pengelola yang berperan

sebagai motivator. TBM dapat dimanfaatkan oleh semua anggota

masyarakat yang berada disekitarnya sebagai jendela ilmu pengetahuan

dan sarana penambah wawasan masyarakat.

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) juga merupakan sebuah

tempat/wadah yang didirikan dan dikelola baik oleh masyarakat maupun

(36)

masyarakat sekitar sebagai salah satu sarana utama dalam perwujudan

konsep pembelajaran sepanjang hayat untuk mendukung peningkatan

kualitas hidup masyarakat sekitar TBM.

Menurut Muhsin Kalida, (2012:2) taman bacaan masyarakat (TBM)

yaitu suatu lembaga yang melayani kebutuhan masyarakat akan informasi

mengenai ilmu pengetahuan dalam bentuk bahan bacaan dan bahan

pustaka lainnya. Sedangkan menurut Sutarno NS (2006:43), TBM atau

Taman Bacaan Masyarakat merupakan salah satu embrio atau cikal bakal

jenis perpustakaan umum yang berkembang di Indonesia guna mendukung

program pemberantasan buta huruf.

TBM didirikan dengan kerjasama masyarakat sekitar. Masyarakat yang

belum memperoleh kesempatan sekolah secara formal dapat belajar di

TBM dengan pengarahan dari pengelola TBM itu sendiri. Sebagaimana

sebuah perpustakaan, TBM merupakan wahana belajar masyarakat

sepanjang hayat yang diselenggarakan tanpa membedakan golongan atau

agama serta kelompok masyarakat tertentu serta dibangun untuk

pencerdasan semua lapisan masyarakat tanpa kecuali. Seperti yang

tertuang dalam buku petunjuk teknis tentang pendirian TBM dalam rangka

memberikan pelayanan kepada masyarakat menuju masyarakat gemar

membaca. Sehingga pengetahuan masyarakat semakin bertambah dan

wawasan akan menjadi lebih luas dengan adanya kegiatan membaca.

Berdirinya Taman Bacaan Masyarakat tidak lepas dari peran

(37)

masyarakat yang sejak berapa tahun lalu difungsikan sebagai tempat

berseminya budaya baca sebenarnya telah diselenggarakan melalui

gerakan-gerakan nasional seperti gerakan Pemasyarakatan Minat Baca

sekitar tahun 2001. Gerakan tersebut diperkuat kembali tahun 2003 dengan

penandatanganan deklarasi pencanangan gerakan membaca nasional oleh

Presiden Megawati Soekarno Putri.

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) bila dilihat dari fungsinya

sebenarnya sama saja dengan perpustakaan umum, namun bedanya

perpustakaan sudah dilengkapi dengan sarana seperti gedung, koleksi,

sarana yang sudah memadai serta sudah dikelola dengan tenaga yang

memang berasal dari pendidikan ilmu perpustakaan. Sedangkan Taman

Bacaan Masyarakat kebanyakan belum memiliki sarana seperti gedung

yang permanen, koleksi yang memadai dan masih dalam bentuk dan

dikelola oleh pribadi-pribadi.

2. Tugas dan Fungsi Taman Bacaan Masyarakat

Tugas pokok TBM adalah menyediakan, mengolah, memelihara dan

mendayagunakan koleksi bahan bacaan, menyediakan sarana

pemanfaatannya dan melayani masyarakat pengguna yang membutuhkan

informasi dan bahan bacaan. Dalam memenuhi peranannya sebagai

sumber belajar yang dapat memfasilitasi pembelajaran seumur hidup,

TBM mempunyai fungsi sebagai tempat belajar dan mencari informasi

(38)

berhubungan dengan masalah pendidikan maupun tidak berhubungan

dengan pendidikan.

Menurut Buku pedoman Pengelolaan Taman bacaan Masyarakat

(2006: 2), fungsi taman bacaan masyarakat adalah :

1. Sarana pembelajaran bagi masyarakat untuk belajar mandiri, dan

sebagai penunjang kurikulum program Pendidikan Luar Sekolah, khususnya program keaksaraan.

2. Sumber informasi yang bersumber dari buku dan bahan bacaan Iainnya

yang sesuai dengan kebutuhan warga belajar dan masyarakat setempat.

3. Sumber penelitian dengan menyedikan buku-buku dan bahan bacaan

Iainnya dalam studi kepustakaan.

4. Sumber rujukan yang menyediakan bahan referensi bagi pembelajaran

dan kegiatan akademik Iainnya.

5. Sumber hiburan (rekreatif) yang menyediakan bahan-bahan bacaan

yang sifatnya rekreatif untuk memamfaatkan waktu senggang untuk

memperoleh pengetahuan/informasi baru yang menarik dan

bermamfaat.

Fungsi TBM terdiri dari fungsi pembelajaran, hiburan dan informasi.

TBM melaksanakan kegiatan pelayanannya bervariasi. Ada banyak nama

yang digunakan TBM, misalnya Rumah baca, pondok baca, perahu baca,

Warung baca, namun pada hakikatnya semua lembaga atau organisasi

tersebut melakukan fungsi yang sama dengan TBM.

3. Tujuan Taman Bacaan Masyarakat

Taman bacaan masyarakat tergolong dalam Perpustakaan Umum. Perpustakaan Umum menurut Reitz (2004) adalah “A library Or library

system that provides unrestricted acces and services free of channge to all

the resident of given community, distric, or goegrapic region, supported

(39)

Pengertian sederhana defenisi di atas menyatakan bahwa perpustakaan

umum adalah perpustakaan atau sistem perpustakaan yang menyediakan

akses yang tidak terbatas kepada sumberdaya perpustakaan dan layanan

gratis kepada warga masyarakat didaerah atau wilayah tertentu, yang

didukung oleh sebahagian dari dana masyarakat (pajak).

Pelayanan TBM ditujukan bagi semua warga masyarakat dalam rangka

meningkatkan pengetahuan, kecerdasan, kemampuan berpikir dan

keterampilannya melalui sumber-sumber informasi dan fasilitas yang

disediakan. Menurut buku pengelolaan Taman bacaan Masyarakat

(2006:1) tujuan taman bacaan masyarakat adalah :

a. Membangkitkan dan meningkatkan minat baca masyarakat sehingga

tercipta masyarakat yang cerdas dan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

b. Menjadi sebuah wadah kegiatan belajar masyarakat

c. Mendukung peningkatan kemampuan aksarawan baru dalam

pembrantasan buta aksara sehingga tidak menjadi buta aksara kembali.

Beberapa uraian diatas, terlihat keberadaan TBM sebagai sumber

pembelajaran yang sangat penting, karena TBM tidak hanya sebagai

tempat membaca, namun juga untuk tempat mencari informasi, penambah

wawasan dan juga ilmu pengetahuan masyarakat.

4. Manfaat Taman Bacaan Masyarakat

TBM mempunyai manfaat sebagai media pengembangan budaya baca

masyarakat demi tercapainya masyarakat berbudaya baca yang

(40)

masyarakat itu sendiri. Menurut Buku pedoman Pengelolaan Taman

bacaan Masyarakat (2006: 1), manfaat taman bacaan masyarakat adalah :

1. Menumbuhkan minat, kecintaan dan kegemaran membaca.

2. Memperkaya pengalaman belajar bagi warga.

3. Menumbuhkan kegiatan belajar mandiri

4. Mempercepat proses penguasaan proses penguasaan teknik

5. Membantu pengembangan kecakapan membaca

6. Menambah wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

7. Melatih tanggungjawab melalui ketaatan terhadap aturan-aturan yang

ditetapkan

8. Membantu kelancaran penyelesaian tugas.

Beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manfaat taman

bacaan masyarakat adalah menumbuhkan minat baca dan kecintaan

membaca untuk memperkaya pengalaman belajar bagi warga masyarakat

dan menambah wawasan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain

memberikan kemudahan mendapatkan bahan bacaan yang dibutuhkan

masyarakat, TBM juga melakukan berbagai kegiatan untuk

menumbuhkembangkan minat dan kegemaran membaca apabila

melaksanakan fungsinya dengan baik.

5. Peran Taman Bacaan Masyarakat

Peran sebuah TBM adalah bagian dari tugas yang pokok yang harus

dijalankan di dalam taman bacaan masyarakat. Oleh karena itu peranan

yang harus dijalankan itu ikut menentukan dan mempengaruhi tercapainya

Visi dan Misi yang hendak dicapai. Setiap taman bacaan yang dibangun

(41)

sebaik-baiknya, peranan tersebut berhubungan dengan keberadaan, tugas

dan fungsinya.

Menurut Sutarno NS (2006: 68) peranan yang dapat dijalankan taman

bacaan masyarakat adalah secara umum taman bacaan masyarakat

merupakan sumber informasi, pedidikan, penelitian, ptreservasi dan

pelestarian khasanah budaya bangsa serta tempat rekreasi sehat, murah dan

bermanfaat.

Berdasarkan uraian diatas dapat digambarkan bahwa peran taman

bacaan masyarakat merupakan sumber informasi yang sangat penting bagi

pengetahuan dan sebagai sarana untuk membangun komunitas antara

sesama pngguna taman baca masyarakat. Taman Bacaan Masyarakat dapat

juga berperan sebagai pembimbing dan memberikan konsultasi kepada

pengguna dan pembinaan serta menanamkan pentingnya taman bacaan

masyarakat bagi orang banyak.

6. Sasaran dan Pengguna Taman Bacaan Masyarakat

Sasaran pengguna TBM adalah semua kalangan masyarakat baik

masyarakat sekitar TBM maupun masyarakat umum, karena setiap

individu anggota masyarakat memiliki hak azasi untuk mendapatkan

kehidupan yang lebih layak, memperoleh pengertian-pengertian dan

penjelasan-penjelasan yang baik hampir semua masalah yang penting.

Setiap anggota masyarakat itu sendiri harus menyediakan waktu yang

(42)

membina kecakapan, keterampilan, menambah ilmu pengetahuan, serta

budi pekerti yang baik untuk mencapai standar hidup yang lebih baik.

Mencapai standar hidup yang lebih baik dapat dicapai dengan cara

yang mudah, efisien, efektif dan ekonomis, yaitu selama dan setelah

menempuh pendidikan formal maupun nonformal adalah memanfaatkan

layanan-layanan baca yang tersedia, salah satunya dengan memanfaatkan

layanan baca yang berada di Taman Bacaan Masyarakat. Dalam Petunjuk

Teknis TBM ( 2010:10) Adapun sasaran pengguna TBM adalah:

(1). Warga belajar Pendidikan keaksaraan baik yang telah menyelesaikan program keaksaraan dasar atau yang saat ini sedang belajar di program Keaksaraan Usaha Mandiri. (2). Masyarakat yang sedang belajar di program PNFI (3). Masyarakat umum baik yang berkepentingan maupun tidak.

Ikatan pengguna dengan TBM semata-mata karena buku atau bahan

bacaan. Oleh karena itu tidak mudah bagi para petugas layanan baca untuk

membantu atau mengajak mereka agar mau membaca. Masyarakat harus

disediakan bahan-bahan bacaan yang dapat memenuhi seleranya sesuai

dengan kemampuan berbahasa mereka dan tingkat pengetahuannya. Ada

yang mencari informasi untuk kepentingan belajar, ada pula yang

membutuhkan informasi untuk hal-hal yang lebih mendalam sifatnya,

yaitu untuk kepentingan penelitian atau pengembangan ilmu pengetahuan

atau untuk keputusan secara teliti dan bijaksana. Ada pula yang membaca

(43)

7. Layanan Taman Bacaan Masyarakat

Kreativitas pengelola sangat diperlukan guna mempertahankan

keberadaan TBM di mata masyarakat. Kreativitas pengelola dalam

membuat sesuatu yang baru atau ide-ide baru, diperlukan guna

mengurangi tingkat kejenuhan pengunjung maupun pengelola. Selain itu

juga untuk menarik minat masyarakat untuk berkunjung, pihak pengelola

mengadakan kegiatan yang menarik bagi masyarakat agar menciptakan

partisipasi aktif dari mereka. TBM berperan sebagai motivator, artinya

pengelola TBM diharapkan dengan kreativitasnya dapat memberikan

layanan yang mampu menarik simpati dan mendorong masyarakat dan

khususnya pengunjung untuk mau dan mampu meningkatkan keterampilan

membaca. Layanan yang dapat diberikan TBM menurut buku juknis

pengajuan dan pengelolaan TBM (2012:8) adalah:

a. membaca di tempat, dengan menyediakan ruangan yang nyaman

didukung dengan variasi bahan bacaan bermutu sesuai dengan kebutuhan pengunjung. Untuk dapat menyediakan bahan bacaan sesuai dengan kebutuhan perlu berupaya untuk menemukenali minat dan karakteristik pengunjung;

b. meminjamkan buku, artinya buku dapat dibawa pulang untuk

dibaca di rumah, dan dalam waktu tertentu dan peminjam wajib mengembalikan buku;

c. pembelajaran, dengan menggunakan berbagai pendekatan,

misalnya:

(1). membimbing teknik membaca cepat (scanning dan skimming); (2). menemukan kalimat dan kata kunci dari bacaan;

(3). Belajar efektif;

d. Praktik keterampilan

Dengan buku keterampilan yang ada, masyarakat/pengunjung diajak untuk mempraktikkan bersama, seperti memasak dan membuat kerajian tangan.

(44)

Melaksanakan kegiatan literasi yang menyenangkan dan bermanfaat seperti: bedah buku, diskusi isu yang sedang berkembang, temu penulis, belajar menulis cerpen.

f. Melaksanakan lomba-lomba

Lomba kemampuan membaca (menceriterakan kembali buku yang telah dibaca), cerdas cermat.

Istilah pelayanan publik sering disebut dengan istilah pelayanan

kepada orang banyak (masyarakat), pelayanan sosial, pelayanan umum

dan pelayanan prima. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik, pengertian pelayanan public adalah:

Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan organisasi yang menyelenggarakannya, pelayanan publik

atau pelayanan umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh

organisasi privat, adalah semua penyediaan barang atau jasa publik

yang diselenggarakan oleh swasta, seperti misalnya rumah sakit

swasta, PTS dan perusahaan pengangkutan milik swasta.

b. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh

organisasi publik, yang dapat dibedakan lagi menjadi:

1. Bersifat primer, adalah semua penyediaan barang/jasa publik yang

(45)

merupakan satu-satunya penyelenggara dan pengguna/klien mau

tidak mau harus memanfaatkannya. Misalnya adalah pelayanan di

kantor imigrasi, pelayanan penjara dan pelayanan perizinan.

2. Bersifat sekunder, adalah segala bentuk penyediaan barang/jasa

publik yang diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi yang di

dalamnya pengguna/klien tidak harus mempergunakannya karena

adanya beberapa penyelenggara pelayanan.

Berdasarkan uraian diatas, Taman Bacaan Masyarakat masuk ke dalam

pelayanan publik bersifat sekunder yang diselenggarakan pemerintah

untuk melayani masyarakat. Dalam pelaksanaannya TBM tidak memaksa

siapapun untuk menggunakan sarana dan fasilitas yang disediakan.

8. Ruang Lingkup Taman Bacaan Masyarakat

a. Pengelola Taman Bacaan Masyarakat

Pengelola Taman Bacaan Masyarakat adalah sekelompok orang atas

dasar kesepakatan organisasi penyelenggara memiliki tanggungjawab

langsung untuk mengelola dan menjalankan Taman Bacaan Masyarakat.

Mengingat Taman Bacaan masyarakat (TBM) merupakan fasilitas penting

yang diperlukan masyarakat dalam menggali berbagai bahan bacaan, maka

diperlukan seorang pengelola yang mempunyai kriteria sebagai berikut

menurut buku Petunjuk Teknis TBM. 2010:17:

1. Mampu melaksanakan semua fungsi kepengelolaan Taman Bacaan

Masyarakat.

2. Mampu menyelenggarakan dan menjalin kerjasama dan kemitraan

dengan pihak lain.

(46)

4. Dapat bertanggungjawab terhadap pengelolaan keuangan Taman Bacaan Masyarakat.

5. Peduli terhadap kepentingan masyarakat.

6. Minimal berpendidikan SMA

7. Alamat tinggal berlokasi di wilayah Taman Bacaan Masyarakat

Hal penting yang sering tidak diperhatikan dalam mengelola sebuah

TBM, adalah pemasyarakatan TBM yang meliputi :

1. keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, pendirian dan

pengelolaan TBM.

2. keterlibatan masyarakat dalam sarana-prasarana dan bahan bacaan

TBM.

3. Menyelenggarakan layanan yang baik, memadai dan sesuai dengan

kebutuhan masyarakat.

4. Mengkomunikasikan keberadaan TBM baik melalui brosur

diletakkan ditempat berkumpulnya masyarakat atau menggunakan

media elektronik.

5. Membangun kemitraan dengan literasi terkait, organisasi social,

sekolah, perguruan tinggi, dan perpustakaan setempat.

Hasil penelitian dari S.W Septiarti tentang Pengembangan Budaya

Baca menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara pengelolaan TBM

yang berada di perkotaan dengan yang ada dipedesaan. Hanya saja secara

administrasi pengelolaan diperkotaan sedikit lebih tertata dibandingkan di

pedesaan apa lagi pada TBM yang terintegrasi dengan kegiatan

(47)

Sedangkan menurut Muhsin Kalida (2012:37) menyatakan:

TBM perlu mempersiapkan eksistensi dalam jangka waktu panjang, instrument untuk menjamin keberlanjutanya, perlu dana. Artinya lembaga ini bukan lahan proyek sekali jalan, lalu selesai. Karena ‘thalabul ‘ilmi minal mahdi ilal lahdi’, long life education, pendidikan itu sepanjang hayat, tidak boleh berhenti selama ruh masih dikandung badan. Sehingga tidak ada dalil bahwa, mengelola lembaga nirlaba berhenti karena masa pendidikan selesai. Kreasi dan keberlanjutan masih terus menerus dibutuhkan oleh masyarakat.

Pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa TBM dimana-mana

memiliki kesamaan atau tidak ada perbedaannya di semua daerah, dan

memerlukan persiapan dan eksistensi dalam jangka panjang serta

memerlukan dana untuk keberlanjutannya.

b. Koleksi Taman Bacaan Masyarakat

Koleksi taman bacaan masyarakat yang memadai, baik mengenai

jumlah, jenis dan mutunya, yang tersusun rapi, dengan sistem pengolahan

serta kemudahan akses atau temu kembali informasi, merupakan salah satu

kunci keberhasilan perpustakaan. Oleh karena itu taman bacaan masyarakat

perlu memiliki koleksi bahan pustaka yang relatif lengkap sesuai visi, misi,

perencanaan, starategis, kebijakan, dan tujuan. Koleksi bahan perpustakaan

yang baik adalah dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan pembaca.

Menurut Buku Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat (2006:

04) :

(48)

seperti agama, politik, kesenian, hukum, pendidikan, (disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat).

Kekuatan koleksi pustaka ini merupakan daya tarik bagi pemakai,

sehingga banyak dan lengkap koleksi bahan pustaka yang dibaca dan

dipinjam, akan semakin ramai pengunjung taman bacaan masyarakat dan

makin tinngi intensitas sirkulasi buku. Akhirnya makin besar pula proses

transfer informasi (transfer of information) dan disini taman bacaan

berfungsi sebagai media atau alat serta jembatan perantara antar sumber

informasi dengan masyarakat pemakai.

c. Petugas Taman Bacaan Masyarakat

Petugas adalah orang yang diberi tanggungjawab untuk memberikan

layanan langsung pada pengunjung.

Menurut (Gol A gong 2011:189) Petugas dapat diambil dari pengelola TBM yang ditugaskan untuk menjadi petugas TBM secara bergantian

dan terjadwal. Petugas dapat pula diambil dari

pekerja/pegawai/karyawan yang bekerja pada organisasi atau lembaga penyelenggara TBM. Apabila memungkinkan petugas dapat diambil secara khusus dengan diberi imbalan sesuai dengan kesepakatan yang memiliki kriteria sebagai berikut Memiliki kemampuan mengelola pengunjung (publik), Memiliki sikap ramah, suka menolong, supel, dan menarik, Memiliki pengetahuan tentang TBM (administrasi termasuk katalogisasi), Jujur, disiplin dan bertanggungjawab.

Petugas atau penjaga buku bajaan di TBM memang memiliki peranan

penting dalam menjalankan tugas dan fungsi TBM setiap harinya, maka dari

itu penjaga yang ramah, disiplin, jujur, bertanggung jawab serta memiliki

ilmu pengetahuan tentang TBM harus dimiliki oleh TBM untuk

(49)

d. Peraturan dan TataTertib TBM

Agar TBM dapat berjalan dengan baik maka diperlukan peraturan atau

tata tertib TBM. Tata tertib ini dibuat oleh pengelola TBM untuk ditaati,

baik oleh para pengguna maupun pengelola TBM.

Menurut Buku Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat

(2006: 18) peraturan dan tata tertib TBM meliputi:

1. Keanggotaan

Warga masyarakat yang berdomisili di sekitar lokasi TBM dianjurkan menjadi anggota TBM.

2. Hari dan jam buka TBM

Hari dan jam buka hendaknya disesuaikan dan mempertimbangkan aktivitas kerja anggota dan masyarakatnya. Idealnya jam buka TBm dilakukan sore haribahkan malam hari karena pagi hari anggota dan masyarakat pada umumnya mencari nafkah. Apabila kelompok warga masyarakat yang dilayani bekerja pada soreatau malam hari, jam layanan TBM dilakukan pada pagi hari.

3. Lama dan waktu peminjaman

Lama waktu peminjam harus ditetapkan, misalnya 3 hari, 7 hari atau 2 minggu untuk sekali meminjam dengan mempertimbangkan jumlah bahan bacaan yang ada di TBM.

4. Jumlah pinjaman

Sebutkan bahan pustaka/bacaan yang boleh dipinjam dalam jangka waktu sekali peminjaman. Misalnya 1 eksemplar atau 2 eksemplar. Sebutkan juga jenis koleksi yang dapat dipinjamkan. Majalah dan surat kabar serta buku refrensi pada umumnya tidak dipinjamkan. Jadi yang dapat dipinjamjakn adalah buku bacaan.

5. Sanksi pelanggaran

Sanksi pelanggaran juga disebutkan, misalnya skorsing tidak boleh pinjam buku beberapa hari, denda uang, atau mengganti dengan buku yang sama apabila buku yang terpinjam hilang pleh pengguan. Sanksi diberikan bukan dengan tujuan menghukum, tapimerupakan bagian dari proses pendidikan dan penegakan disiplin.

e. Kegiatan Literasi dan Jenis Usaha TBM

Kegiatan literasi atau program kreatif yang dimaksud di sini adalah

(50)

sebagai tempat layanan baca, tetapi juga sebagai tempat untuk melakukan

kegiatan edukatif lainnya.Misalnya dengan memberikan layanan Alat

Permainan Edukatif (APE) adalah salah satu bentuk upaya melakukan

kegiatan edukatif bagi anak-anak.Kegiatan literasi atau program kreatif

lainnya bertujuan untuk lebih meningkatkan peran dan partisipasi TBM

dalam kegiatan yang mendidik dan menghibur bagi masyarakat.

Menurut Petunjuk Teknis TBM (2010:18) Bentuk kegiatan literasi atau

program kreatif yang dapat dilakukan oleh TBM antara lain:

a. Lomba kreasi bagi remaja dan anak-anak, misalnya: lomba baca

puisi, menulis sinopsis, menulis artikel, fotografi, melukis, membuat cerpen, mendongeng, dan sebagainya.

b. Bedah buku, seminar, jumpa penulis dan tokoh dan kegiatan

sejenis lainnya. Kegiatan ini bertujuan agar TBM lebih dikenal oleh masyarakat sekitarnya.

c. Jurnalisme warga, majalah dinding, warta desa/kota, buletin adalah

bentuk-bentuk kegiatan literasi yang dapat dilakukan oleh TBM. Kegiatan ini di samping mengembangkan kemampuan masyarakat untuk menulis, meningkatkan gairah belajar masyarakat, juga sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan bahan bacaan bagi TBM dengan memanfaatkan potensi lokal.

d. Ketrampilan dan bimbingan belajar. Selain kegiatan literasi,

kegiatan kreatif lain yang dapat dilakukan oleh TBM adalah dengan memberikan ketrampilan bagi pengunjung, misalnya:, membuat perhiasan dari maink-manik, membuat tempat tissu, taplak, sarung bantal, dan keterampilan lain yang mudah, murah

dan bermanfaat bagi pengunjung. TBM juga dapat

menyelenggarakan kegiatan bimbingan belajar bagi masyarakat yang membutuhkan. Kegiatan ini dpaat dilakukan bekerjasama dengan pihak lain.

e. Kegiatan literasi atau program kretaif lain yang mendukung

keberadaan TBM seperti;parade musik dan seni, pentas hiburan rakyat, dan sebagainya.

Agar keberadaan Taman Bacaan Masyarakat dapat terus berjalan

sehingga tidak perlu secara terus menerus tergantung pada bantuan dana

(51)

oleh petugas Taman Bacaan Masyarakat sesuai dengan karakteristik

wilayah Taman Bacaan Masyarakatitu sendiri. Menurut (Gol A gong

2011:266):

Jenis-jenis usaha yang dapat dikembangkan antara lain Warung internet/warnet, Menjual buku-buku dengan harga murah, Conter pulsa, Warung makanan, Menjual berbagai kerajinan kerajinan, Bimbingan belajar, Konsultasi psikologi, Penjualan tiket, dan berbagai jenis usaha yang lainya.

Berdasarkaan penjelasan diatas dapat diartikan bahwa TBM tidak

hanya menjadi sumber belajar masyarakat dengan membaca saja, akan

tetapi TBM dapat dijadikan sebagai sarana saling mempererat hubungan

antar masyarakat yang satu dengan yang lain dengan mengadakan berbagai

jenis usaha yang dilakukan TBM untuk keberlangsungn TBM itu sendiri.

Dengan adanya usaha yang dikembangkan dalam TBM agar tetap

terlaksana tanpa tergantung dana dari pemerintah, secara tidak langsung

TBM mengadakan fungsi lain yaitu sebagai tempat berwirausaha.

C. Literasi

Literasi adalah kemampuan membaca dan menulis aksara secara tertulis

maupun tercetak. Pengetahuan dan kekuasaan (knowledge is power).

Penguasaan pengetahuan berarti juga penguasaan atas dunia. Demikian

urgensinya pengetahuan, dalam hal ini termasuk informasi, menjadi kekuatan

yang luar biasa karena informasi adalah salah satu sumber yang penting dan

berharga.

Masyarakat modern mengenal literasi sebagai kemampuan membaca

(52)

mau membaca. Adanya berbagai sumber baca dan media, internet semakin

mengembangkan budaya baca. Kemampuan membaca ini terkait dengan minat

baca. Orang tua yang melek aksara menyadari bahwa membaca merupakan hal

yang tidak terpisahkan dari kehidupan, membaca untuk mendapatkan

pengetahuan dan juga pengalaman.

Ide pembaharuan literasi yang dipaparkan pada dasarnya mengandung

komponen utama bahwa literasi tidak hanya literasi dalam pengertian

konvensional yaitu pengenalan angka dan huruf latin melainkan sebagai

literasi fungsional. Penekananya pada membaca dan minat baca. Jika buku

sudah menjadi gaya hidup, masyarakat tidak lagi berjarak dengan buku. Posisi

buku pun sudah dianggap sebagai kebutuhan sehari-hari. Dengan begitu

masyarakat tidak lagi menyikapi buku dengan kening kerut, karena setiap

kalangan, profesi, usia atau latar belakang lainya mempunyai buku

masing-masing. Artinya, buku tidak lagi dipandang secara elitis yang ditulis,

diterbitkan, dan dibaca oleh kalangan tertentu.

Menurut inkeles (1983:3) ciri-ciri manusia modern ada dua yang

eksternal dan internal. yang pertama berkaitan dengan lingkungan, yang kedua

tentang sikap, nilai-nilai dan perasaan. Perubahan eksternal mudah dikenali.

Urbanisasi, komunikasi massa, industrialisasi, kehidupan politik, dan

pendidikan, semua itu gejala-gejala modernisasi. Namun, sekalipun lingkungn

telah modern, tidak dengan sendirinya menjadi manusia modern. Baru kalau

berhasil mengubah cara berpikir, mengubah perasaan, mengubah perilaku,

(53)

dia bersedia membuka dirinya terhadap pengalaman baru, inovasi, dan

perubahan. Maka jendela dunia akan terbuka. Itu semua bisa terjadi pada

awalnya lewat bacaan karena manusia modern tidak hanya membatasi

wawasanya pada lingkungan dekatnya, tetapi ingin melebarkan wawasanya

kecakrawala lain. Ungkapan “membaca adalah jendela dunia” berarti

siapapun yang ingin membuka rahasia dunia ini seluas-luasnya, maka ia harus

membuka jendela dunia tersebut dengan membaca. Tidak bisa dihindari

bahwa dengan membaca bisa membuka sesuatu yang belum diketahui, menjadi penerang dalam kegelapan “buta” ilmu pengetahuan, menambah

wawasan. Membaca mampu membentuk pribadi-pribadi yang dinamis dan

berkualitas tinggi.

Membaca adalah proses untuk memperoleh pengertian dari kombinasi

beberapa huruf dan kata. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

kegiatan membaca bukanlah semata-mata proses visual saja, akan tetapi

melibatkan dua macam informasi, yaitu pertama yang datangnya dari apa yang

ada di depan mata kita, dan yang kedua datangnya dari belakang mata kita.

Hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang mampu membuat intisari

dari bacaan. Membaca juga merupakan kemampuan dan keterampilan untuk

membuat suatu penafsiran terhadap bahan yang dibaca.

Dalam mencari informasi dan memperoleh cakrawala pengetahuan,

membaca memperoleh arti penting. Telah terbukti, bahwa Membaca tidak

hanya sebagai proses mengeja huruf, kata, dan angka, melainkan proses

(54)

kebudayaan misalnya bahan bacaan atau tulisan. Di dalam ayat pertama yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad, kita dapat melihat dengan jelas, bahwa

membaca memang proses kebudayaan, yaitu: QS. al-Alaq/96: 1. Ayat yang

pertama kali turun ini tidak memerintahkan kita membaca nama Tuhan,

melainkan membaca dengan mendasarkan pada nama Tuhan. Membaca mesti

didasarkan pada kesadaran akan ketuhanan. Dengan begitu diharapkan akan

lahir kebudayaan yang Islami. Sehingga urgensitas membaca menemukan titik

labuhnya di sini. Selanjutnya, perlu adanya upaya-upaya serius agar membaca

dapat menjadi kegiatan yang menyenangkan.

Gambar

Tabel. 1 Jenjang Pendidikan Penduduk Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta
Tabel Yogyakarta
Tabel 3. Daftar Sarana yang dimiliki TBM Pangeran Diponegoro

Referensi

Dokumen terkait

Kepuasan kerja juga sangat mempengaruhi betah atau tidaknya seorang karyawan bekerja disuatu perusahaan, jika karyawan sudah merasa puas atas pekerjaan yang ia jalani dan

We found that polarization of identity based on religiosity occurred due to social dynamics that were manufactured by campaign strategies and staff, politicians,

Penjual memastikan kembali produk Tupperware (ukuran, warna) agar sesuai dengan keinginan konsumen. Penjual tetap memahami sikap konsumen dengan banyaknya pertanyaan/

In conclusion, this research find that among 14 project type that proposed in Pozible as crowdfunding platform, only Video Games has a significant factor to influence

Latar belakang dari penelitian ini adalah 1) penulis ingin mengetahui tingkat persebaran HIV/AIDS di Dunia umumnya, khususnya Negara maju seperti Amerika. Dikarenakan awal

bahwa bank berdasarkan prinsip syari’ah atau bank syari’ah atau bank Islam, seperti halnya bank konvensional, yang juga berfungsi sebagai suatu lembaga

The results of the Pearson correlation matrix as presented in Table 2 show that there is a strong correlation among the attributes of public governance, namely

diperhatikan mengingat bagaimana kondisi lingkungan bencana yang biasanya sulit untuk dijangkau. Untuk hal ini komunikasi menjadi hal mendasar yang diperlukan