• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pekerja Sosial Masyarakat Pendamping Kelompok Usaha Bersama (KUBE)Dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin Di Desa Toto Mulyo Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Pekerja Sosial Masyarakat Pendamping Kelompok Usaha Bersama (KUBE)Dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin Di Desa Toto Mulyo Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur Tahun 2013"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT PENDAMPING KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DALAM PEMBERDAYAAN

KELUARGA MISKIN DI DESA TOTO MULYO KECAMATAN WAY BUNGUR KABUPATEN

LAMPUNG TIMUR TAHUN 2013

Oleh

AHLAN FAHRIADI

Hasil pra riset menunjukkan indikasi peran PSM secara normatif berjalan baik, namun KUBE binaanya tidak berjalan baik. Hasil penelitian sejenis sebelumnya tidak membedakan peran PSM secara normatif dan yang diharapkan sehingga memunculkan pro dan kontra. Hipotesis dirumuskan peran PSM secara normatif berjalan baik namun peran yang diharapkan tidak berjalan baik. Adapun tujuan penelitian ini adalah menguji hipotesis tersebut. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

(2)

usaha, PSM tidak mempromosikan hasil produksi KUBE binaanya. Tahap evaluator PSM tidak membuat laporan perkembngan KUBE.

Hasil penelitian menunjukkan peran PSM yang diharapkan tidak berjalan baik. Tahap perencanaan, PSM tidak berhasil mengembangkan jenis usaha UEP dan tidak berhasil meningkatkan motivasi anggota KUBE. Tahap pelaksanaan, pengisian buku administrasi tidak lengkap. Tahap perkembangan KUBE, PSM tidak berhasil melaksanakan bimbingan menabung, IKS dan LKM. Tahap kemitraan usaha, PSM tidak mempromosikan hasil produksi KUBE binaanya. Tahap evaluator PSM tidak berhasil mengevaluasi keseluruhan kegiatan KUBE. Berdasarkan hipotesis penelitian diatas, peran PSM secara normatif dan yang diharapkan tidak berjalan baik.

(3)

ABSTRACT

THE ROLE OF SOCIAL WORKER COMMUNITY GUIDE OF JOINT VENTURES GROUP (KUBE) IN EMPOWERING POOR FAMILY IN

TOTO MULYO VILLAGE WAY BUNGUR SUB DISTRICT EAST LAMPUNG DISTRICT YEAR 2013

By

AHLAN FAHRIADI

The results of pre-research showed the indications the role of PSM normatively goes well, but KUBE under its assistance is not going well. The results of previous similar studies did not distinguish the role of PSM normatively and the expected role, so brings up the pros and cons. The hypothesis formulated that PSM as a normative role worked but expected role is not going well. The purpose of this study was to test the hypothesis. This research is a descriptive study with qualitative approach.

(4)

under its assistance. In evaluating phase, PSM does not make KUBE development report.

The results showed the expected role of PSM is not running well. In planning phase, PSM does not successfully develop business type of UEP and increase the

KUBE members’ motivation. Implementation phase, filling the administration

book was incomplete. KUBE developmental phase, PSM does not successfully implement the guidance for saving, IKS and LKM. Business partnerships phase, PSM does not promote the production of KUBE under its assistance. Phase of evaluating, PSM unsuccessfully evaluates the overall activities of KUBE. Based on the above research hypothesis, both roles of PSM as normative and as expected is not going well.

(5)

WAY BUNGUR KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

TAHUN 2013

Oleh

AHLAN FAHRIADI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)
(7)
(8)
(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Taman Negeri, Lampung Timur pada tanggal 05 April 1992. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Ratiban, S.Pd dan Ibu Rusminah, S.Pd. Penulis menempuh pendidikan formal di SD Negeri 2 Taman Negeri pada tahun 1998 dan menyelesaikan studinya pada tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah SMP Negeri 1 Purbolinggo yang diselesaikan pada tahun 2007 dan melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Purbolinggo yang selesai pada tahun 2010.

Tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik, Universitas Lampung melalui jalur Mandiri. Pada awal tahun 2013 penulis mengikuti pengabdian kepada masyarakat melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Tegineneng, Kabupaten Tanggamus.

(10)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini kepada

Allah SWT yang telah begitu banyak memberikan

Rahmat dan Hidayah-Nya kepada seluruh ciptaan-Nya

Ayah dan Ibu Tercinta, serta keluarga besar yang telah

mendoakan dan menyayangiku sepenuh hati serta

mendukung dengan penuh keikhlasan

Mbak dan adikku tersayang, Puji Hartati, S,Pd dan

Resti Utami

Sahabat-sahabatku, terimakasih atas doa dan

dukungan yang diberikan.

(11)

MOTO

Wahai orang-orang yang beriman!

Mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya

Allah beserta orang-orang yang sabar.

(Al Baqarah ayat 153)

Tidak ada niat Tuhan untuk mempersulit kita.

Masalah dan hambatan adalah penguat dan pengingat.

Jika kita tidak menguatkan diri,kita dilemahkan.

Jika kita tidak meluruskan diri, kita tersesat.

(Mario Teguh)

(12)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Peran Pekerja Sosial Pendamping Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin di desa Toto Mulyo Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur Tahun 2013” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana di Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Agus Hadiawan selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas lampung.

2. Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si, Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

3. Robi Cahyadi K, S.IP., M.A selaku dosen Pembimbing Akademik.

4. Drs. Piping Setia Priangga, M.Si selaku dosen pembimbing utama, atas motivasi, saran, dan masukannya.

(13)

7. Staf Akademik, Staf Kemahasiswaan dan Petugas Ruang Baca.

8. Purwianto, S.Pd selaku TKSK Kecamatan Way Bungur yang telah membantu selama penelitian.

9. Agus Imron selaku PSM Desa Toto Mulyo yang telah banyak memberikan bantuan dan kemudahan selama penelitian.

10.Seluruh Informan yang telah bersedia memberikan informasi dan kemudahan selama penelitian.

11.Teristimewa untuk Ayah, Ibu, Mbak dan Adikku tersayang, yang telah mendoakan, mendukung dengan sepenuh hati.

12.Sahabat istimewa Yuliani S.Pd dan Luki Nugroho S.Pd atas saran dan motivasinya.

13.Sahabat terbaik selama di kampus ini Edo Putra Fitriadi, Harizon, Yulius Leonardo, Rini Wulandari S.I.P, Resti Agustina, Retno Mahdita Putri, S.I.P , Eka Mala Sari, S.I.P, Rike Prisina, S.I.P, Nur Astriani, Syarifudin, Agus Priyadi, Ayu Mira Asih, S.I.P, Ikhwan Efrizal, S.I.P dan yang tak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas kebersamaan dan persahabatan yang terjalin. Semoga persahabatan ini tidak berakhir seiring berakhirnya masa studi kita. Aamiin

14.Seluruh sejawat perjuangan mahasiswa Ilmu Pemerintahan 2010 atas kesediaannya dalam membantu dalam kelancaran penelitian ini.

(14)

dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, Aamiin.

Bandar Lampung, Mei 2015 Penulis

(15)

xiv A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Peran ... 11

B. Tinjauan Pekerja Sosial... 13

C. Tinjauan Pemberdayaan ... 25

D. Tinjauan Keluarga Miskin ... 27

E. Tinjauan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) ... 31

F. Kerangka Pikir ... 34

III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 38

B. Sumber Data... 38

C. Fokus Penelitian ... 39

D. Lokasi Penelitian ... 43

E. Informan ... 43

F. Teknik Pengumpulan Data ... 44

G. Teknik Pengolahan data ... 44

H. Teknik Analisis Data... 45

IV. GAMBARAN UMUM A. Sejarah Desa Toto Mulyo ... 46

B. Kelompok Usaha Bersama Desa Toto Mulyo ... 49

C. Gambaran Umum Informan ... 53

(16)

xv VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 84

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88

LAMPIRAN A. Panduan Wawancara Bidang Pelayanan dan BanSos ... 91

B. Panduan Wawancara PSM ... 97

C. Panduan Wawancara Ketua KUBE UM 2 ... 102

D. Panduan Wawancara Ketua KUBE UM 3 ... 106

E. Panduan Wawancara Bendahara KUBE UM 6 ... 110

F. Panduan Wawancara Anggota KUBE UM 5 ... 114

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nama-Nama Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

di Desa Toto Mulyo ... 4

2. Nama-Nama Kepala Desa yang pernah menjabat di Desa Toto Mulyo ... 47

3. Hasil Wawancara Peran Perencana ... 60

4. Hasil Wawancara Peran Motivator ... 63

5. Hasil Wawancara Peran Fasilitator ... 64

6. Hasil Wawancara Peran Pembimbing ... 66

7. Hasil Wawancara Peran Pemberi Informasi ... 68

8. Hasil Wawancara Peran Evaluator ... 70

9. Laporan Hasil Kegiatan KUBE UM 6 ... 122

10.Buku Tamu UM 2 ... 123

11.Dana Bantuan KUBE Kab. Lam Tim Tahun 2013 ... 124

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir ... 37

2. Struktur Organisasi KUBE ... 52

3. Kolam KUBE UM 7 ... 72

4. Papan Nama KUBE ... 78

5. Wawancara Dengan Agus Imron (PSM) ... 126

6. Kondisi Kolam Kekurangan Air ... 126

7. Wawancara Dengan Bagian Bidang Pelayanan dan BanSos ... 127

8. Wawancara Dengan Ketua KUBE UM 2 ... 128

9. Papan Nama KUBE UM 6 ... 129

10. Lokasi Kolam Yang Tidak Dipasang Papan Nama KUBE ... 129

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah mewujudkan kesejahteraan umum sebagai mana tercantum dalam Undang-Undang 1945 alinea ke 4. Kesejahteraan umum diwujudkan melalui program pembangunan masyarakat yang berkelanjutan dan merata di segala bidang kehidupan bernegara. Menurut Sukirno (dalam Widiastuti, 2008:1) menyatakan bahwa kesejahteraaan bersifat subyektif dimana setiap orang mempunyai pedoman, tujuan, dan cara hidup yang berbeda terhadap faktor- faktor yang menentukan kesejahteraan. Seseorang dapat dikatakan hidup sejahtera jika orang tersebut mampu mencukupi kebutuhan hidup, baik secara material maupun spiritual.

(20)

meningkat menjadi ketimpangan antar daerah, antar sektor dan antar penduduk.

Pendapat ini didukung oleh Chambers (dalam Suyanto 2013:12) mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu integrated concept yang memiliki lima dimensi, yaitu : 1) kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan (powerless), 3) kerentanan terhadap situasi darurat (state of emergency), 4) ketergantungan (dependence), 5) keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun

sosiologis. Menurut Suharto (2005:135) kemiskinan merujuk pada kurangnya jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan-kesempatan peningkatan produktivitas. Definisi kemiskinan ini juga dapat diartikan sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat seperti faktor-faktor internal dan eksternal.

Oleh karena itu, Kementerian Sosial sebagai lembaga yang berfokus pada program pembangunan kesejahteraan sosial melaksanakan kegiatan yang bertujuan untuk memberdayakan kelompok masyarakat miskin di Indonesia. Salah satu program yang dilaksanakan adalah menyelenggarakan Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) dengan pendekatan Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Adapun bentuk program yang dilaksanakan adalah Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS) dengan penguatan modal usaha untuk memfasilitasi kelompok fakir miskin yang telah diwadahi dalam KUBE untuk mengelola Usaha Ekonomi Produktif (UEP)

(21)

Lampung yang mendapat bantuan program P2FM adalah Kabupaten Lampung Timur. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lampung Timur Tahun 2013 mencatat jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) sebanyak 25.156 KK. Dari data dapat dilihat masih ada keluarga miskin di Kabupaten Lampung Timur yang perlu mendapat bantuan dari pemerintah, baik pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten/kota.

Melalui program pemberdayaan keluarga miskin dirancang untuk mengurangi terjadi peningkatan kemiskinan yang lebih besar, dalam konteks pembangunan kesejahteraan sosial berarti peningkatan kapasitas (capacity building) agar para penerima pelayanan sosial memiliki kemampuan dan kepercayaan diri dalam memenuhi kebutuhan dasar. Usaha penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan keluarga miskin yang dilaksanakan pemerintah salah satunya adalah program pengembangan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Program ini ditujukan untuk memotivasi keluarga miskin agar lebih maju, mampu bekerjasama dalam kelompok, mendayagunakan potensi sumber sosial lokal dan memperkuat budaya kewirausahaan.

(22)

Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 84/HUK/1997 (Departemen Sosial RI 2009:3) tentang pelaksanaan pemberian bantuan sosial keluarga miskin dan penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lintas kabupaten/kota yang mengacu pada pasal 10 UU No.32 tahun 2004, maka pemberdayaan untuk keluarga miskin dapat dilaksanakan oleh pemerintah. Pelaksanaan program pemberdayaan fakir miskin melalui KUBE pemerintah mempunyai mekanisme pelaksanaan program yaitu adanya pembina teknis wilayah dengan dukungan anggaran APBD atau sering disebut Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dengan fungsi melakukan pendampingan terhadap keluarga miskin dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial.

Pada tahun 2013 Kabupaten Lampung Timur mendapat bantuan program KUBE yang pelaksanaanya di lakukan oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lampung Timur. Departemen Sosial RI (2005:39) menyatakan PSM dibentuk dan ditentukan oleh ketua Tim Pembina (Bupati/Walikota). PSM berguna untuk memecahkan masalah, mengembangkan KUBE agar tumbuh, berkembang dan mandiri. Adapun nama-nama KUBE yang ada di Desa Toto Mulyo Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur sebagai berikut:

(23)

3 Usaha Mandiri 5 Toto Mulyo

4 Usaha Mandiri 6 Toto Mulyo

5 Usaha Mandiri 7 Toto Mulyo

Sumber : Kecamatan Way Bungur tahun 2013

KUBE diatas merupakan kelompok usaha binaan dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lampung Timur tahun 2013. KUBE ini dibentuk bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi keluarga miskin. Pemerintah Kabupaten Lampung Timur merespon adanya keluarga miskin dengan memberikan bantuan modal usaha agar kelompok miskin dapat menggali dan mengembangkan potensi alam setempat yaitu di bidang perikanan. Berdasarkan atas proposal KUBE yang diajukan menyatakan alasan memilih usaha bidang perikanan karena ketersedian pakan alami ikan , adanya sumber air, mudahnya akses trasportasi dan tingginya permintaan pasar.

Oleh karena itu, KUBE yang ada di Desa Toto Mulyo akan mengelola pembesaran ikan gurame, dengan jumlah anggota 10 orang per kelompok. Akan tetapi, kondisi masyarakat yang minim pengetahuan, keterbatasan modal usaha serta pengalaman yang kurang memadai menyebabkan keluarga miskin tersebut kesulitan mengembangkan dan memanfaatkan sumber lokal yang ada. Oleh karena itu, PSM harus mendampingi keluarga miskin tersebut agar berkembang lebih baik.. PSM harus memahami etika serta wajib menjalankan tahapan-tahapan norma yang berlaku.

(24)

PSM dalam pemberdayaan keluarga miskin dapat dikatakan berhasil jika telah menjalankan kegiatan-kegiatan pemberdayaan sesuai aturan normatif dan masyarakat miskin menjadi mandiri dan nantinya dapat lepas dari bantuan pemerintah. Meskipun, proses pelaksanaan pendampingan fakir miskin terkadang antara teori dengan pelaksanaan PSM di lapangan tidak berjalan sesuai yang diharapkan.

Berdasarkan hasil pra-riset penulis pada tanggal 25 Februari 2014 di KUBE Usaha Mandiri 6 Desa Toto Mulyo menunjukkan adanya indikasi ketidaksesuaian antara pemilihan jenis usaha yang dikembangkan anggota KUBE dengan potensi alam yang ada. Adapun beberapa penelitian sebelumnya terkait peran PSM dalam pendampingan KUBE diantaranya sebagai berikut:

(25)

Sedangkan peran pendamping pada KUBE Tangsi Baru hanya berjalan pada awal bantuan BLPS diterima dan peran yang dilakukan tidak berkesinambungan. Adapun peran yang dilaksanakan pendamping KUBE

”Bina Tani” yakni sebagai pemberi informasi, motivator, fasilitator, dan

pembimbing.

2. Penelitian yang dilakukan Untung Basuki (1997:173) tentang peranan pembina kelompok dalam pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta yang diukur dari kondisi kehidupan keluarga miskin, efektivitas peranan pembina kelompok dalam pengembangan KUBE serta hubungan antara pelaksanaan peranan pembina kelompok tersebut terhadap kinerja KUBE binaan mereka.

Hasil penelitian menyatakan pertama; kondisi kehidupan keluarga miskin di daerah ini umumnya dicirikan dengan pemilikan tanah pertanian yang kecil (dibawah 0,50 ha). Kedua; program BKS yang ditunjukkan untuk mengatasai masalah kemiskinan melalui pendekatan KUBE masih dihadapkan pada kinerja para pembina kelompok yang belom semua dapat berperan secara efektif. Ketiga; intensitas pembinaan yang tinggi oleh pembina kelompok KUBE akan diikuti dengan prestasi KUBE binaan yang tinggi. Sebaliknya intensitas pembinaan yang rendah oleh pembina kelompok KUBE akan diikuti kinerja yang rendah pula.

(26)

menyatakan pelaksanaan peran PSM dalam pemberdayaan keluarga miskin dilakukan enam tahap pendampingan yaitu perencana, pembimbing, pemberi informasi, motivator, fasilitator, evaluator.

Dari beberapa penelitian diatas, semuanya melakukan penelitian dengan pembahasan yang sama yaitu mengenai peran pendamping KUBE dalam pemberdayaan keluarga miskin. Namun beberapa penelitian diatas belum ada yang secara khusus membahas atau membagi peran pendamping KUBE dalam pemberdayaan keluarga miskin dilihat dari aspek normatif dan yang diharapkan dengan berdasarkan buku pedoman umum pendampingan KUBE. Perbedaan penelitian dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya yaitu selain penelitian ini membagi peran pendamping KUBE secara normatif dan yang diharapkan, lokasi penelitiannya pun berbeda. Yaitu di Desa Toto Mulyo Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur tahun 2013.

(27)

Berdasarkan Perbedaan hasil penelitian diatas menarik peneliti untuk mengkaji kembali peran PSM dalam pemberdayaan keluarga miskin namun di ukur dari sisi aturan (normatif) dan peran yang diharapkan (keberhasilan PSM) sesuai buku pedoman umum pemberdayaan KUBE yang berlaku. Adapun pendamping KUBE yang dimaksud adalah PSM Desa Toto Mulyo yang menjalankan fungsi sosialnya sehingga peneliti tertarik untuk meneliti subyek diatas dengan judul :

“Peran Pekerja Sosial Pendamping Kelompok Usaha bersama (KUBE) dalam

Pemberdayaan Fakir Miskin di Desa Toto Mulyo, Kecamatan Way Bungur, Kabupaten Lampung Timur tahun 2013”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: a. Bagaimana peran normatif PSM dalam memberdayakan keluarga miskin

di Desa Toto Mulyo Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur dapat dinyatakan berjalan baik ?

b. Bagaimana peran PSM yang diharapkan dalam memberdayakan keluarga miskin di Desa Toto Mulyo Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur dinyatakan tidak berjalan baik ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian untuk menguji hipotesis yang menyatakan :

(28)

b. Peran PSM yang diharapkan diindikasikan tidak berjalan baik dalam pemberdayaan Keluaga Miskin di Desa Toto Mulyo Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Keterujian hipotesis pro dan kontra dari hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan :

1. Peran normatif PSM sudah berjalan dengan baik dalam memberdayakan Keluarga Miskin di Desa Toto Mulyo Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur.

2. Peran PSM yang diharapkan dinyatakan tidak berjalan baik dalam pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Toto Mulyo Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur.

(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Mengenai Peran

Peran adalah kata kerja yang merupakan kata dasar dari kata “ Peranan” Menurut

Kamus Bahasa Indonesia ( 1999: 751) Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Dalam Terminologi ilmu sosial dan politik kata ini diartikan sebagai seperangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Menurut Taneko (1986: 23) menyatakan yang di maksud peran adalah kegiatan organisasi yang berkaitan dengan menjalankan tujuan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Jika peran dikaitkan dengan sesuatu yang bersifat kolektif dalam masyarakat seperti sekelompok orang atau organisasi berarti seperangkat tingkah laku dari kelompok tertentu yang memiliki pengaruh terhadap masyarakat.

(30)

status sosialnya dalam masyarakat. Menurut Soekanto (2002: 243) memberikan arti peranan sebagai aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan. Peranan paling sedikit mencakup tiga hal:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat diartikan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

(31)

Berdasarkan Pendapat diatas, penulis dapat menyimpulkan yang dimaksud dengan peran adalah kegiatan individu, elite, lembaga atau organisasi yang memiliki tujuan tertentu, melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukan atau status sosialnya sehingga memunculkan kepercayaan masyarakat.

B. Tinjauan Pekerja Sosial

Menurut Suharto (2005:93) Pekerja sosial merupakan satu strategi yang sangat menentukan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan prinsip keberhasilan pekerja sosial, yaitu membantu orang agar mampu membangun dirinya sendiri. Peran seorang pekerja sosial seringkali diwujudkan dalam kapasitasnya sebagai pendamping bukan sebagai penyembuh atau pemecah masalah (Problem solver) secara langsung, oleh karena itu pekerja sosial sebagai agen perubah yang turut terlibat membantu memecahkan persoalan dalam pemberdayaan.

(32)

Pendampingan sosial adalah suatu proses menjalin relasi sosial antara pendamping dengan KUBE, LKM- KUBE, dan masyarakat sekitarnya. Dalam rangka memecahkan masalah, mempererat dukungan, mendayagunakan berbagai sumber dan potensi dalam pemenuhan kebutuhan hidup, serta meningkatkan akses anggota terhadap pelayanan sosial dasar, lapangan kerja, dan fasilitas pelayanan publik lainnya. KUBE sebagai kelompok dari keluarga-keluarga fakir miskin membutuhkan pendampingan dari orang yang lebih tahu dan lebih terampil daripada mereka. KUBE di dalam melaksanakan usaha sosial-ekonomisnya, sering dihadapkan pada berbagai kendala dan masalah, sehingga membuthkan orang yang ahli, namun orang tersebut harus dekat secara fisik, sosial, dan emosional dengan mereka.

Berdasarkan pendapat diatas maka penulis dapat menyimpulkan yang dimaksud dengan pendamping sosial adalah seseorang atau kelompok yang memiliki kemampuan (skill) khusus dibidangnya sendiri sehingga dapat bekerja sama dengan KUBE fakir miskin karena kedekatan secara fisik, sosial dan emosional.

1. Tujuan Pendampingan Pekerja sosial

(33)

a. Meningkatnya kemampuan KUBE dalam menemukenali permasalahan, potensi para anggota dan sumber daya sosial ekonomi yang ada di lingkungannya.

b. Meningkatnya kemampuan KUBE dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pemecahan masalah dan kesejahteraan sosial. c. Meningkatnya akses para anggota KUBE terhadap lapangan kerja,

pelayanan sosial dasar, dan fasilitas pelayanan publik lainnya.

d. Terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga fakir miskin ( sandang, pangan, papan, lapangan pekerjaan, pendidikan dasar, pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan dasar, air bersih dan sanitasi lingkungan, serta kebutuhan dasar lainnya.

e. Meningkatnya kemampuan KUBE dalam mempertanggung-jawabkan kegiatan usaha ekonomi dan usaha kesejahteraan sosial yang dilakukan secara bersama-sama.

2. Unsur-Unsur Pendampingan

a. Tokoh lokal, yaitu pemimpin lokal yang bertindak untuk menggerakkan dan mendayagunakan potensi KUBE. Pemimpin lokal ini bisa tokoh agama,pekerja sosial, pemimpin formal maupun informal.

b. Kelompok swadaya masyarakat, dalam hal ini adalah KUBE yang akan menjadi sasaran sekaligus pelaku.

c. Dana masyarakat (keswasembadaan)

(34)

e. Pengetahuan dan kearifan lokal, artinya pendampingan perlu memperhatikan keunikan lokal.

f. Teknologi tepat guna yang dapat dimanfaatkan, termasuk didalamnya penggunaan teknologi tepat guna.

g. Mitra usaha nasional dan lokal/ setempat yang dapat diajak ikut serta dalam memberikan jaminan lapangan kerja, pendampingan usaha ekonomi, bimbingan teknis, akses pasar, jaminan sosial, dan sebagainya.

Dalam pelaksanaan tugas-tugas pendampingan sosial, pendamping sosial senantiasa berinteraksi dan bermitra kerja (partnership) dengan berbagai pihak, antara lain sebagai berikut :

1. Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat/LSM lokal, yang diutamakan berasal dan hidup serta bekerja dari lingkungan tempat KUBE fakir miskin berada.

2. Konsultan teknis, yaitu petugas, pengurus orsos, seseorang yang dengan kemampuannya dapat dijadikan konsultasi teknis kepada pendamping sosial KUBE.

(35)

4. Pemilik sumber, yaitu berbagai jaringan kerja, yang berupa lembaga/ badan/ instansi/ perorangan yang diperkirakan dapat memberikan system dukungan terhadap pelaksanaan pendampingan sosial KUBE fakir miskin.

3. Lingkup Pendampingan Pekerja Sosial

Lingkup pendampingan Sosial dikaitkan dengan proses pembentukan dan pengembangan KUBE, yaitu :

1. Tahap persiapan, meliputi :

a. Orientasi dan observasi, yang ditujukan untuk mengetahui secara garis besar suatu lingkungan (calon lokasi) penduduk dengan berbagai permasalahan sosial, kebutuhannya dan sumber potensi desa yang mungkin mendukung pelaksanaan kegiatan.

b. Registrasi dan identifikasi, tujuannya mengetahui gambaran nyata, latar belakang daerah dan jenis kebutuhan masyarakat daerah tersebut. c. Perencanaan program, yaitu menetapkan tujuan yang hendak dicapai

guna mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat dan menemukan calon sasaran KBS.

(36)

e. Bimbingan pengenalan masalah, ditujukan untuk menumbuhkan kemampuan dan keterampilan calon keluarga KBS dalam menghadapi masalah.

f. Bimbingan motivasi sosial, ditujukan untuk membangkitkan niat berusaha dan mengatasi masalah sosial yang dihadapi serta memilih pemecahan masalah.

g. Penilaian dan analisis, ditujukan untuk mengapresiasikan seluruh rangkaian kegiatan pada tahap persiapan (prakondisi) sehingga hasil penilaian ini dapat digunakan untuk tahap selanjutnya.

2. Tahap Pelaksanaan pemberi bantuan stimulan UEP, meliputi :

a. Seleksi Calon Keluarga Binaan (KBS), ditujukan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang calon KBS kemudian di kualifikasi dan kuantifikasi.

b. Diskusi penentuan jenis usaha, ditujukan untuk menggali harapan calon KBS, sesuai kebutuhan nyata mereka untuk mengelola suatu jenis usaha yang cocok dan sesuai kemampuan dan SDA disekitarnya. c. Latihan keterampilan berusaha, yang ditujukan untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan, baik teori maupun praktek sehingga dapat mengelola jenis usaha UEP.

(37)

e. Pemberian bantuan santunan hidup artinya keluarga anggota KUBE agar memiliki kondisi fisik dan kesehatan baik selama mengikuti pelatihan.

f. Pemberian modal usaha ekonomi produktif (UEP) berupa bantuan stimulan modal usaha.

g. Pemberian bantuan bahan rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni. h. Peningkatan kemampuan KUBE dalam memenuhi kebutuhan dasar

hidupnya.

3. Tahap bimbingan usaha Kelompok meliputi : a. Bimbingan menabung dan mendapatkan kredit.

b. Bimbingan pemupukan modal usaha agar usahanya semakin berkembang.

c. Bimbingan pemasaran, agar KUBE mampu memasarkan UEP nya. d. Bimbingan kerjasama antar kelompok, ditujukan untuk pemecahan

masalah permodalan.

e. Evaluasi, ditujukan untuk mengetahui apakah program sudah dilaksanakan sesuai rencana yang telah ditetapkan, hambatan-hambatannya apa dan bentuk penyimpangan yang terjadi.

4. Tahap Kemitraan Usaha, meliputi :

(38)

mendukung kemitraan usaha baik sumber daya alam, sosial maupun manusia.

b. Pendataan dan identifikasi, ditujukan untuk mengetahui keberhasilan nyata KUBE yang akan diikuti mitra usaha.

c. Seleksi, menetapkan KUBE mana yang berhasil dan pantas mendapat modal pengembangan usaha.

d. Bimbingan organisasi kemitraan usaha, yang ditujukan untuk memotivasi anggota KUBE agar lebih mampu mengembangkan usaha maupun meningkatkan penghasilan .

e. Pelaksanaan kemitraan usaha, ditujukan untuk persiapan administrasi atau pembuatan proposal.

f. Perluasan jaringan kemitraan usaha, yang ditujukan untuk mempermudah KUBE berkembang secara mandiri.

g. Pelaporan, Monitoring dan Evaluasi, yang ditujukan untuk memperoleh keterangan bahan tentang tingkat pencapaian sasaran dan tujuan, efektivitas, dan efisiensi, serta nilai-nilai dari pelaksanaan kegiatan kemitraan usaha.

5. Tahap Monitoring dan evaluasi, meliputi :

(39)

b. Evaluasi, Ditujukan untuk memberikan penilaian apakah tujuan pendampingan telah tercapai dan apakah indikator-indikator keberhasilan yang ditetapkan telah terpenuhi.

4. Jenis Pekerja Sosial

Menurut Herbert (BIMTEK,2012) pendamping sosial adalah Perorangan, kelompok atau lembaga yang memiliki kompetensi untuk bekerjasama dengan KUBE dan LKM KUBE Fakir Miskin dalam mengembangkan berbagai gagasan dan aksi mencapai tujuan kelompok tersebut. Pendamping sosial terdiri dari:

a. Pendamping sosial Lokal adalah pendamping sosial hasil seleksi dari warga masyarakat dimana Kube FM dilaksanakan.

b. Pendamping Sosial Profesional adalah hasil seleksi pendamping sosial dari masyarakat umum, baik dari unsur orsos/LSM maupun instansi social

5. Kriteria Integritas Pekerja Sosial :

a. Berjiwa Sosial, mempunyai hasrat dan tekad yang kuat untuk membantu fakir miskin.

b. Bermotivasi tinggi,memiliki semangat dan dorongan yang tinggi untuk menyelesaikan tugas yang diembannya.

(40)

6. Kriteria Kapasitas Pekerja Sosial Profesional : a. Tingkat Pendidikan S1 atau D.IV.

b. Mempunyai wawasan dan pengetahuan tentang pembangunan kesos. c. Mempunyai pengetahuan dan keterampilan pekerjaan sosial yang

diperoleh melalui pendidikan formal dan atau non formal.

d. Mempunyai kemampuan manajerial, baik dalam perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, kepemimpinan maupun pengontrolan ( Monitoring )

7. Fungsi dan Tugas Pekerja Sosial

a. Fungsi Administrasi dan Kepemimpinan, dengan tugas – tugas :

1. Tugas Perencanaan yaitu mampu menyusun rencana kegiatan pendampingan.

2. Tugas Pencatatan atau pendataan, yaitu mampu mencatat atau mendata masalah dan kebutuhan serta kondisi obyektif yang dihadapi dalam pendampingan.

3. Tugas Pelaporan dan Dokumentasi, yaitu mampu menyusun laporan terhadap berbagai kegiatan pendampingan.

(41)

b. Fungsi Operasional

Pendampingan sosial menjalankan fungsi yang terkait dengan jalannya kegiatan pendampingan baik secara langsung maupun tidak langsung. Tugas – tugas yang harus dijalankan adalah :

1. Tugas Penyuluhan

2. Tugas Penguatan Kapasitas Fakir Miskin

3. Tugas Pelayanan, yaitu dalam memanfaatkan fasilitas umum dan sosial bagi fakir miskin dan masyarakat sekitar.

c. Fungsi Koordinasi dan Kerjasama

Pendamping sosial melakukan berbagai upaya untuk menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan fakir miskin.Tugas yang harus dilaksanakan :

1. Tugas Kemitraan

yaitu menjalin kerjasama dengan pihak –pihak terkait. 2. Tugas Kemitraan ,

yaitu menjalin kerjasama dengan pihak –pihak terkait. 3. Tugas Aksessibilitas,

yaitu menciptakan suasana yang kondusif dan membuka informasi atau peluang kepada warga FM dampingan.

4. Tugas Rujukan ,

(42)

8. Peran Pendampingan Pekerja sosial

Menurut Buku Pedoman Umum Program Pemberdayaan Fakir Miskin (DEPSOS RI:93) dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan kegiatan pendampingan sosial, para pendamping sosial dapat menjalankan berbagai peran berikut ini :

a. Perencana. Perencanaan memerlukan visi yang berorientasi ke depan sebagai kekuatan pendorong dalam mengembangkan potensi dan peningkatan kemampuan. Pendamping sosial bertugas membantu KUBE menetapkan tujuan yang efektif.

b. Pembimbing. Sebagai pembimbing, pendamping sosial dituntut kemampuan dan keterampilannya untuk mengajak, mengarahkan, dan membina KUBE, sehingga mengerti, memahami, dan melaksanakan hasil bimbingan secara aktif dan kreatif.

c. Pemberi informasi. Pendamping sosial memberikan penjelasan tentang gambaran umum program pengentasan kemiskinan, manfaat melakukan aktivitas dengan pendekatan KUBE, cara mengembangkan KUBE, cara mengembangkan keuangan mikro, kerjasama dengan pendamping sosial, menjalin kemitraan, dan sebagainya.

(43)

partisipasi anggota KUBE, sehingga diharapkan dapat merubah pola pikir, sikap, dan mengembangkan potensinya melalui upaya pemberdayaan.

e. Fasilitator. Pendamping sosial memberikan berbagai kemudahan, baik berupa barang, peralatan, maupun ketentuan, sihingga KUBE meningkatkan kemampuan melaksanakan berbagai aktivitas sosial, ekonomi, dan kelembagaan, serta mengatasi berbagai kendala dan masalah.

f. Evaluator. Pendamping sosial dapat memberikan penilaian, saran, dan masukan kepada KUBE tentang pilihan mana yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Disamping itu, pendamping sosial juga dapat memberikan penilaian terhadap keseluruhan program guna meningkatkan kualitas program pendampingan.

C. Tinjauan Pemberdayaan

(44)

Menurut Suharto (2010: 59-60) pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam mengerjakan tugas- tugasnya.

Menurut Sumodiningrat dan Nugroho (2005:120-121) Dalam memberdayakan masyarakat, ada tiga strategi yang dapt digunakan sebagai berikut :

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Sudut pandangnya adalah setiap masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan, dalam arti tidak ada masyarakat tanpa potensi atau tanpa daya. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong (encourage), memotivasi dan membangkitkan kesadaran (awareness).

(45)

3. Memberdayakan berarti melindungi. Perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah merupakan hal yang mendasar dalam upaya pemberdayaan masyarakat.melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi interaksi, karena ini akan memperlemah daya yang dimiliki masyarakat.

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan yang dimaksud pemberdayaan adalah proses pemberian kekuasaan kepada masyarakat miskin agar dapat memperbaiki kehidupan ekonomi, sosial, kesehatan dan lainnya melalui pembinaan, pendampingan dari pemerintah menuju kearah kemandirian masyarakat itu sendiri.

D. Tinjauan Keluarga Miskin

Dalam konsep Sosiologi menurut Tumanggor (dalam Wulandari 2004:26) menyatakan bahwa keluarga adalah unit terkecil yang menjadi pendukung dan pembangkit lahirnya bangsa dan masyarakat. Selain itu keluarga adalah umat terkecil yang memiliki pimpinan dan anggot, mempunyai pembagian tugas dan kerja, seta memiliki hak dan kewajiban bagi masing-masing anggotanya. Sedangkan Levitan dalam Suyanto (2013:1) mendefinisikan kemiskinan sebagai kekurangan barang-barang dan pelayanan- pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak.

(46)

(vulnerability).kedua adalah masalah tertutupnya akses ke berbagai peluang

sumber daya produktif, termasuk modal, SDA, bahkan kesempatan kerja. Ketiga, masalah ketidakpercayaan, perasaan impotensi emosional, dan sosial dalam menghadapi kekuasaan dalam hal-hal yang menyangkut pembuatan keputusan yang berhubungan dengan dirinya.

Keempat, kemiskinan juga berarti rendahnya ketahanan fisik dan intelektual karena keterbatasan kandungan fisik dan non-fisik. Kelima, Kemiskinan berbentuk ketergantungan, baik secara fisik, sosial, maupun ekonomi pada pihak

lain. Keenam, adanya sebuah system nilai “kemiskinan” yang diwariskan dari

suatu generasi ke generasi kemudian disebut sebagai kemiskinan kultural. Menurut Departemen sosial RI (2009:14) Indikator kemiskinan yang menjadi sumber data program pemberdayaan fakir miskin mengacu pada kriteria rumah tangga Fakir miskin yang diterbitkan oleh BPS meliputi sebanyak 14 variabel, yaitu :

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per-orang.

2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bamboo/rumbia/kayu berkualitas

rendah/tembok tanpa plester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama- sama dengan rumah tangga lain.

(47)

6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindungi/sungai/air hujan.

7. Bahan bakaruntuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.

8. Hanya mengkonsumsi daging/ayam/susu satu kali dalam seminggu. 9. Hanya membeli 1 (stel) pakaian baru dalam satu setahun.

10.Hanya sanggup makan 1 (satu) atau 2 (dua) kali sehari. 11.Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas.

12.Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas lahan 0,5 hektar, buruh tani, nelayan, buruh perkebunan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000/per bulan.

13.Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD

14.Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp. 500.000 seperti : sepeda motor (kredit/ non kredit), emas, ternak, kapal motor atau barang modal lainnya.

Berdasarkan tingkat kerentanan kemiskinan, maka maslah kemiskinan dapat dibagi menjadi :

1. Hampir Miskin

(48)

2. Miskin

Seseorang atau rumah tangga yang masuk kategori miskin apabila memenuhi sebanyak 9 s/d 12 variabel dari indikator diatas.

3. Sangat Miskin

Seseorang atau rumah tangga yang masuk sangat miskin/fakir miskin apabila memenuhi sebanyak 12 s/d 14 variabel dari indikator diatas.

Dengan melihat banyaknya ukuran yang dapat dipakai untuk menentukan seseorang atau sekelompok orang untuk disebut miskin atau tidak miskin maka umumnya para ahli akan merasa kesulitan dalam mengklasifikasi masyarakat menurut garis kemiskinan. Di bawah ini penulis menampilkan ciri- ciri kemiskinan menurut Suyanto (2013:5) sebagai berikut :

1. Mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup, modal ataupun keterampilan.

2. Mereka umumnya tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri.pendapatan yang diperoleh tidak cukup untuk membeli tanah garapan ataupun modal usaha.

(49)

4. Banyak diantara mereka yang tinggal di pedesaan dan tidak mempunyai tanah garapan, atau kalaupun ada relatif kecil sekali. Umumnya mereka berprofesi sebagai buruh tani atau pekerja kasar di luar pertanian.

5. Banyak diantara mereka yang hidup di kota masih berusia muda dan tidak mempunyai keterampilan atau skill dan pendidikan. Sedangkan kota di negara berkembang tidak siap menampung urbanisasi.

Dari beberapa uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat miskin adalah masyarakat yang pada umumnya dalam kondisi pendapatan rendah, tingkat pendidikan rendah, tinggal di pedesaan, dan kurangnya keterampilan (skill) sehingga perlu adanya pengembangan baik fisik maupun non-Fisik seperti nilai, sikap,kesadaran dan kepercayaan kepada pemerintah.

E. Tinjauan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) 1. Pembentukan KUBE

Bersumber dari Departement Sosial RI (2005:51) KUBE dibentuk dilandasi

oleh nilai filosofi “dari” “oleh” dan “untuk” masyarakat. Artinya keberadaan

KUBE di desa atau kota semuanya berasal dari masyarakat. Pembentukannya melibatkan masyarakat setempat dan peruntukkannya juga untuk anggota masyarakat setempat.

(50)

sumber-sumber potensial alam yang tersedia dan sesuai dengan kemampuan SDM (anggota KUBE)

2. Tujuan Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Sumodinigrat (2009:89) menyatakan KUBE diarahkan kepada upaya mengurangi kemiskinan melalui:

a. Peningkatan kemampuan berusaha para anggota KUBE secara bersama dalam kelompok.

b. Peningkatan pendapatan atau peningkatan kemampuan anggota kelompok KUBE di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari ditandai dengan meningkatkan pendapatan keluarga, meningkatkan kualitas pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, dapat melaksanakan kegiatan keagamaan dan meningkatkan pemenuhan kebutuhan sosial lainnya.

c. Pengembangan usaha.

(51)

3. Kriteria Anggota KUBE adalah : a. Penghasilan rendah, sangat miskin. b. Ketergantungan pada bantuan pangan c. Keterbatasan kepemilikan pakaian d. Tidak mampu membiayai pengobatan

e. Tidak mampu membiayai pendidikan dasar 9 tahun f. Tidak memiliki harta yang dapat dimanfaatkan hasilnya g. Tinggal di rumah yang tidak layak huni.

h. Sulit memperoleh air bersih.

i. Sudah Nikah/usia produktif 17 s/d 55 tahun.

4. Jumlah Anggota KUBE

a. Jumlah anggota KUBE dapat bervariasi, tergantung kebutuhan nyata di lapangan/ situasi dan kondisi lokal dan kesepakatan kelompok itu sendiri.. b. Jumlah KUBE terdiri dari 5-10 KK.

c. Karena sifat suatu kegiatan dan kepentingan tertentu, kelompok KUBE terdiri dari kelompok besar ( gabungan kelompok kecil) namun pembinaan tetap pada kelompok kecil.

5. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kelompok KUBE a. Kedekatan tempat tinggal.

(52)

e. Memiliki motivasi yang sama.

f. Keberadaan kelompok-kelompok masyarakat sudah tumbuh.

6. Struktur dan Kepengurusan KUBE

a. Struktur organisasi suatu bentuk tanggung jawab yang harus dijalan.

Siapa mengerjakan apa, “ siapa berkewajiban dan bertanggung jawab

apa”?

b. Struktur KUBE sangat tergantung pada kegiatan atau jenis usaha yang dijalankan oleh KUBE tersebut.

c. Perumusan struktur KUBE terdiri dari : Ketua. Sekretaris dan bendahara. d. Kepengurusan dipilih dari hasil musyawarah atau kesepakatan bersama.

7. Kewajiban Anggota

a. Mengikuti dan mentaati semua ketentuan-ketentuan yang ada yang sudah disepakati.

b. Mewujudkan tujuan yang ingin dicapai bersama. c. Membangun kerjasama dengan berbagai pihak.

d. Memanfaatkan dana bantuan modal usaha dengan penuh tanggung jawab.

F. Kerangka Pikir

(53)

Kesejahteraan dan kemiskinan merupakan dua hal yang berbeda namun saling terkait. Kesejahteraan akan meningkat apabila kemiskinan berkurang sebaliknya jika kemiskinan meningkat maka kesejahteraan masyarakat menurun. Oleh karena itu, dalam mengurangi kemiskinan diperlukan usaha dari pemerintah dan masyarakat itu sendiri.

Kementerian Sosial Republik Indonesia sebagai lembaga yang berfokus pada program pembangunan kesejahteraan sosial telah merancang dan mengimplementasikan program penanganan kemiskinan. Salah satunya adalah menyelenggarakan Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) dengan pendekatan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dengan pemberian modal usaha serta mendayagunakan sumber potensi lokal dari aspek sekonomi dan sosial. KUBE akan dikembangkan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) adalah kegiatan ekonomi pada skala kecil dengan jenis usaha ternak, perikanan, pertanian, industri rumah tangga, jasa dan usaha ekonomi lainnya.

(54)

berkembang, dan mandiri. Pekerja sosial adalah pemandu yang mempengaruhi segala aktivitas anggota KUBE.

(55)
(56)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu metode penelitian yang dihasilkan dari data-data yang dikumpulkan dan berupa kata-kata dan merupakan suatu penelitian alamiah. Menurut sugiyono (2013:1) metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

B. Sumber Data

Sumber data yang penulis peroleh dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer

Data primer yaitu data yang bersumber dari hasil penelitian langsung di lokasi penelitian atau di lapangan yang berupa hasil wawancara. Data diperoleh secara langsung dari sumber asli yaitu informan yang ditentukan sendiri oleh peneliti.

2. Data Sekunder

(57)

C. Fokus Penelitian

Moloeng (2006: 92) menyatakan fokus penelitian merupakan pedoman untuk mengambil data apa saja yang relevan dengan permasalahan penelitian. Fokus penelitian harus konsisten dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang diterapkan terlebih dahulu. Penelitian ini difokuskan pada dua hal sebagai berikut :

1. Tahapan peran normatif pendampingan yang dilakukan PSM dalam program pemberdayaan Keluarga Miskin sebagai berikut :

a. Tahap Persiapan meliputi ; 1. Peran perencana

PSM sebagai kekuatan pendorong dalam mengembangkan potensi dan peningkatan kemampuan KUBE, menetapkan tujuan dan merumuskan perencanaan yang efektif, dengan terlebih dahulu memperoleh gambaran awal tentang struktur sosial-ekonomi masyarakat setempat seperti mengidentifikasi masalah KUBE, seleksi anggota KUBE, menetapkan anggota KUBE dan membantu menetapkan jenis Usaha KUBE.

2. Peran motivator

(58)

b. Tahap Pelaksanaan meliputi ;

Peran PSM sebagai fasilitator, PSM memberikan berbagai kemudahan, baik berupa

barang, peralatan, maupun ketentuan, sihingga KUBE meningkatkan kemampuan melaksanakan berbagai aktivitas sosial, ekonomi, dan kelembagaan, serta mengatasi berbagai kendala dan masalah diantaranya memfasilitasi penyusunan rencana kegiatan KUBE, memfasilitasi penataan manajemen kelembagaan KUBE ( administrasi, pembukuan, keuangan) dan Memfasilitasi musyawarah KUBE.

c. Tahap Bimbingan meliputi ;

Peran PSM sebagai pembimbing, PSM sebagai pendamping KUBE dituntut kemampuan dan keterampilannya dalam mengajak dan membina anggota KUBE agar mengerti, memahami dan melaksanakan hasil bimbingan secara aktif dan kreatif diantaranya membantu KUBE dalam memecahkan masalah UEP, melaksanakan bimbingan menabung dan mendapatkan kredit, bimbingan Iuran Kesetiakawanan Sosial (IKS) dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM).

d. Tahap Kemitraan Usaha meliputi ;

Peran PSM sebagai pemberi informasi, PSM sebagai pemberi informasi terkait gambaran umum program pengentasan kemiskinan, manfaat melakukan aktivitas dengan pendekatan KUBE menjalin kemitraan usaha dengan pihak tertentu misalnya dalam mempromosikan hasil UEP KUBE.

e. Tahap Evaluator

(59)

keseluruhan program guna meningkatkan kualitas program pendampingan seperti membuat laporan perkembangan pengelolaan UEP yang telah dilaksanakan oleh anggota KUBE, monitoring dan evaluasi pelaksanaan program Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

2. Tahapan peran PSM yang diharapkan dalam pemberdayaan Keluarga Miskin sebagai berikut :

a. Tahap Persiapan meliputi ; 1. Peran perencana

Keberhasilan peran PSM sebagai kekuatan pendorong dalam mengembangkan potensi dan peningkatan kemampuan KUBE, menetapkan tujuan dan merumuskan perencanaan yang efektif, dengan terlebih dahulu memperoleh gambaran awal tentang struktur sosial-ekonomi masyarakat setempat seperti mengidentifikasi masalah KUBE, seleksi anggota KUBE, menetapkan anggota KUBE dan membantu menetapkan jenis Usaha KUBE.

2. Peran motivator

(60)

b. Tahap Pelaksanaan meliputi ;

Peran PSM sebagai fasilitator, Keberhasilan peran PSM memberikan berbagai kemudahan, baik berupa barang, peralatan, maupun ketentuan, sihingga KUBE meningkatkan kemampuan melaksanakan berbagai aktivitas sosial, ekonomi, dan kelembagaan, serta mengatasi berbagai kendala dan masalah diantaranya memfasilitasi penyusunan rencana kegiatan KUBE, memfasilitasi penataan manajemen kelembagaan KUBE ( administrasi, pembukuan, keuangan) dan Memfasilitasi musyawarah KUBE.

c. Tahap Bimbingan meliputi ;

1. Peran PSM sebagai pembimbing

Keberhasilan peran PSM sebagai pendamping KUBE dituntut kemampuan dan keterampilannya dalam mengajak dan membina anggota KUBE agar mengerti, memahami dan melaksanakan hasil bimbingan secara aktif dan kreatif diantaranya membantu KUBE dalam memecahkan masalah UEP, melaksanakan bimbingan menabung dan mendapatkan kredit, bimbingan Iuran Kesetiakawanan Sosial (IKS) dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM).

d. Tahap Kemitraan Usaha meliputi ;

(61)

e. Tahap Evaluator

Peran PSM sebagai evaluator, Keberhasilan peran PSM dalam memberikan penilaian, saran, dan masukan kepada KUBE tentang pilihan mana yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Di samping itu, pendamping sosial juga dapat memberikan penilaian terhadap keseluruhan program guna meningkatkan kualitas program pendampingan seperti membuat laporan perkembangan pengelolaan UEP yang telah dilaksanakan oleh anggota KUBE, monitoring dan evaluasi pelaksanaan program Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

D. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Desa Toto Mulyo Kecamatan Way bungur Kabupaten Lampung Timur. alasan penulis mengambil lokasi tersebut karena di lokasi tersebut belum pernah diadakan penelitian mengenai peran PSM sebagai Pendamping KUBE dalam pemberdayaan keluarga miskin.

E. Informan

Informan pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagian Pelayanan dan Bantuan Sosial Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lampung Timur.

(62)

7. Anggota KUBE UM 5.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah tata cara pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan kepada responden secara langsung di lapangan guna mendapatkan jawaban yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Sehingga data yang didapatkan mempunyai keakuratan dan peneliti dapat langsung mengetahui hal- hal yang berhubungan dengan kegiatan penelitian. Oleh karena itu, dalam penelian ini dugunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara

Menurut Sugiyono (2013:73) Teknik ini digunakan dengan maksud bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.

2. Studi Dokumentasi

Studi ini digunakan untuk memperoleh data sekunder yang dianggap relevan dan berguna bagi kepentingan penelitian ini diantanya, buku- buku pengetahuan, pendapat ahli, peraturan pemerintah, Surat Keputusan, perundang- undangan.

G. Teknik Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan data yang meliputi: 1. Editing

(63)

yang diedit dalam penelitian ini berupa data hasil wawancara dengan Bagian Pelayanan dan Bantuan Sosial, PSM Toto Mulyo, Ketua KUBE, anggota KUBE, Bendahara KUBE.

2. Interpretasi

Interpretasi yaitu mendeskripsikan hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti dari lokasi penelitian berupa data primer dan kemudian diinterpretasikan untuk kemudian dilakukan penarikan kesimpulan sebagai hasil penelitian. Interpretasi data dalam penelitian ini dilakukan dengan memasukkan kesimpulan yang didapat dari hasil wawancara.

H. Teknik Analisis Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya adalah menyusun data secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Dalam melakukan analisis, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu teknik analisis data dimana penulis terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari PSM ataupun aktifitas KUBE.

(64)

IV. GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Desa Toto Mulyo

Pada tanggal 17 Mei 1953 Desa Toto Mulyo resmi menjadi Desa Definitif dan masuk wilayah Kecamatan Purbolinggo utara ( sekarang Kecamatan Way Bungur). Pembentukan desa dipimpin oleh tokoh adat setempat yaitu Bapak Saleh. Beliau merupakan salah satu warga transmigrasi yang berasal dari Blitar, Jawa Timur. Jumlah penduduk desa pada awalnya kurang lebih 130 KK dengan jumlah jiwa kurang lebih 380 orang. Luas wilayah kurang lebih 550 Ha dengan jumlah penduduk 207 jiwa.

Desa Toto Mulyo diberi nama sesuai dengan urutan abjad nama wilayah

kecamatan Purbolinggo Utara yaitu huruf “M” yang berhubungan dengan

tempat desa berada. Kata Toto dalam bahasa jawa berarti “tertata” dan Mulyo

berarti “sejahtera”. Sehingga dapat diartikan Desa Toto Mulyo berarti Desa

yang tertata dan kehidupan masyarakatnya sejahtera.

1. Sejarah Pemerintah Desa

(65)

Kesatuan Republik Indonesia. Dalam menjalankan tugas pemerintahan tentunya harus berpegang kepada aturan yang lebih tinggi, baik dari pemerintah Kecamatan, Kabupaten/Kota/Propinsi atau pemerintah Pusat.

Pemerintah Desa Toto Mulyo selaku pelayan masyarakat harus merespon keluhan mayarakatnya dengan cara ikut andil dalam mewujudkan kesejahteraan. Untuk mewujudkan cita-cita itu diperlukan seorang pemimpin yang arif dan bijaksana. Desa Toto Mulyo memiliki Kepala Desa. yang bertanggung jawab terhadap baik dan buruknya suatu pemerintahan desa. Adapun nama-nama Kepala Desa Toto Mulyo yang pernah memerintah sebagai berikut :

Tabel 2. NAMA-NAMA KEPALA DESA YANG PERNAH MENJABAT DI DESA TOTO MULYO

Sumber: Monografi Desa Toto Mulyo

2. Kondisi Geografis

Desa Toto Mulyo memiliki luas wilayah 550 Ha. Luas wilayah tersebut sampai saat ini masih di dominasi oleh lahan pertanian yang cocok untuk

No Nama Masa Bhakti

1 Saleh 1953-1961

2 Muradi 1961-1966

3 Sastro Prawiro 1966-1968

4 Samsu 1968-1970

11 Ahmat Kholik 2008-2013

(66)

tanaman padi seluas 290 Ha, sedangkan sebagian yang lain merupakan pemukiman penduduk seluas 74 Ha, perkebunan 10 Ha, perladangan seluas 50 Ha, rawa 30 Ha dan tanah desa 23 Ha. Desa Toto Mulyo denga jumlah penduduk 2.141 jiwa merupakan hasil sensus penduduk pada tahun 2010. Adapun batas-batas luas wilayahnya sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Desa Taman Negeri

 Sebelah Timur : Desa Tegal Ombo

 Sebelah Selatan : Desa Tanjung Intan  Sebelah Barat : Desa Tambah Luhur

3. Kondisi Sosial

a. Kondisi Kehidupan Beragama

Masyarakat Desa Toto Mulyo menganut agama sebagai berikut :  Agama Islam : 2107 orang

 Kristen : 34 orang

b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu indikator penentuan berhasilnya suatu daerah dalam pembangunan. Pendidikan berkaitan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Adapun tingkat pendidikan masyarakat di Desa Toto Mulyo sebagai berikut :

 Belum Sekolah : 233 orang

 SD : 432 orang

 SLTP/sederajat : 341 orang

(67)

 D-3 : 3 orang

 S1 : 20 orang

 S2 : 2 orang

 Buta Huruf : 12 orang

4. Kondisi Ekonomi

Jenis mata pencaharian masyarakat desa bermacam-macam seperti, petani 359 orang, buruh tani 216 orang, wiraswasta 40 orang, pegawai negeri 14 orang, pengrajin 12 orang, pedagang 20 orang, peternak 200 orang, tenaga medis 2 orang.

5. Iklim

Suhu udara rata-rata berkisar antara 32º C. Jumlah bulan hujan 4 bulan. Bentang wilayah desa datar. Desa Toto Mulyo tidak memiliki sungai maupun terletak dekat laut. Sebagian besar penduduknya bertani dan peternak.

B. Kelompok Usaha Bersama Desa Toto Mulyo 1. Profil Kelompok Usaha Bersama

(68)

pengembangan usaha ekonomi produkti (UEP). Hal ini disebabkan oleh banyaknya masyarakat desa usia produktif dengan tingkat pendidikan rendah, kesulitan memperoleh pekerjaan (menganggur) sehingga mengakibatkan kemiskinan.

Kelompok Usaha Bersama yang ada di Desa Toto Mulyo sepakat mengelola jenis usaha pembesaran ikan Gurame. Pemilihan jenis usaha Budidaya ikan Gurame terkait dengan ketersediaan sumber daya yang ada pada kelompok dan kondisi wilayah. Ketersediaan pakan alami ikan yang melimpah, tingginya permintaan pasar serta mudahnya akses transportasi menjadi dasar jenis usaha ini dipilih oleh masyarakat di Desa Toto Mulyo.

Pada tahun 2013 Kelompok Usaha Bersama di Desa Toto Mulyo mendapat bantuan pemberdayaan dari Dinas Sosial Provinsi Lampung melalui Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lampung Timur berupa modal usaha pembesaran ikan Gurame. Jumlah anggota KUBE masing-masing kelompok sebanyak 10 orang. Anggota KUBE merupakan orang-orang yang telah memenuhi kriteria dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lampung Timur.

2. Visi, Misi, dan Tujuan KUBE

(69)

a. Visi

1. Menumbuhkembangkan semangat wirausaha bagi pelaku usaha bersama.

2. Menunjukan kemandirian usaha soaial dala meningkatkan ekonomi keluarga

3. Meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin pedesaan. b. Misi

1. Membangun kebersaman antar sesama anggota kelompok

2. Menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial anggota dan masyarakat.

3. Meningkatkan taraf hidup kesejahteraan ekonomi keluarga sekaligus meningkatkan status sosial di masyarakat.

c. Tujuan

1. Meningkatkan motivasi dan kerjasama diantara anggota KUBE dalam rangka mengelola dan mengembangkan usaha yang dilakukan anggota.

2. Meningkatkan pendapatan anggota KUBE sehingga mampu mengatasi masalah-masalah keluarga yang terjadi.

3. Meningkatkan kepedulian anggota KUBE dalam menangani permasalahan-permasalahan sosial yang ada di lingkungan. 4. Meningkatnya kesejahteraan sosial anggota KUBE dan dapat

menjadi wadah pengembangan usaha bersama.

(70)

3. Kegiatan Pemasaran

Pada dasarnya Kelompok Usaha Bersama Desa Toto Mulyo memiliki harapan besar terhadap hasil pembesaran ikan Gurame yang dilakukan oleh anggota KUBE dari segi ekonomi dapat meningkat dan berkelanjutan.

a. Target Pemasaran

Target pemasaran adalah agen-agen pasar. b. Aspek Harga

Harga jual ikan Gurame tergantung pada harga pasar, kesehatan ikan, harga pakan, bobot ikan. Oleh karena itu, penjualan dilakukan dengan melihat situasi dan kondisi harga pasar terlebih dahulu. c. Jalur Pemasaran

Kelompok Usaha Bersama memasarkan hasil produksinya melalui agen-agen yang di rekomendasikan Pekerja Sosial Masyarakat.

KUBE AGEN PASAR

d. Struktur Organisasi KUBE

Gambar 2. Struktur Organisasi KUBE. KETUA

BENDAHARA SEKRETARIS

(71)

C. Gambaran Umum Informan

Data dalam penelitian ini menggunakan data primer berupa hasil wawancara dengan beberapa informan yang sudah paham di bidangnya masing-masing. informan yang dipilih yaitu informan yang benar-benar mengetahui kegiatan pemberdayaan KUBE di Desa Toto Muyo.

1. Informan Bidang Pelayanan dan Bantuan Sosial (wawancara dilakukan tanggal 23 September 2014)

Nama : Dra. Supiyah

Alamat : Desa Tanjung Kesuma, Purbolinggo.

Umur : 40 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Jabatan : Bagian Pelayanan dan bantuan Sosial di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Lampung Timur.

2. Informan Pekerja Sosial (wawancara dilakukan tanggal 25 september 2014)

Nama : Agus Imron Suaidi Alamat : Toto Mulyo

Umur : 34 Tahun

Jenis kelamin : Laki-Laki

Jabatan : Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)

3. Informan Ketua KUBE Usaha Mandiri 2 (wawancara dilakukan tanggal 28 September 2014 dan 5 November 2014)

(72)

Alamat : Toto Mulyo Umur : 54 Tahun Jenis kelamin : Laki-laki

Jabatan : Ketua KUBE UM 2

b. Nama : Sujoko Alamat : Toto Mulyo Umur : 51 Tahun Jenis Kelamin : Laki-Laki

Jabatan : Ketua KUBE UM 3

4. Informan Pemelihara KUBE (wawancara dilakukan tanggal 25 september 2014 dan 5 Juni 2014)

a. Nama : Mulyanto Alamat : Toto Mulyo Umur : 45 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki

Jabatan : Anggota KUBE UM 5

b. Nama : Abu Sofyan Alamat : Toto Mulyo Umur : 32 Tahun Jenis kelamin : Laki-laki

(73)

c. Nama : Trisno Alamat : Toto Mulyo Jenis Kelamin : Laki-laki

(74)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan temuan penulis dengan cara pengumpulan data melalui wawancara informan dan dokumentasi. Penulis menolak hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan peran PSM secara normatif berjalan baik dalam memberdayakan keluarga miskin melalui program KUBE di Desa Toto Mulyo Kecamatan Way bungur Kabupaten Lampung Timur. Akan tetapi, penulis menerima hasil penelitian sebelumnya yaitu peran PSM yang diharapkan belum berjalan dengan baik. Peran PSM meliputi peran perencana, motivator, fasilitator, pembimbing, pemberi informasi dan evaluator. Adapun dijelaskan melalui tahapan-tahapan pendampingan dibawah ini :

1. Tahap perencanaan meliputi ; a. Peran Perencana

(75)

yang diharapkan tidak berjalan baik yaitu dalam rangka memperbaiki kehidupan ekonomi dan sosial.

Hal terpenting dalam peran perencanaan diantaranya mengetahui kebutuhan keluarga miskin, memilih anggota KUBE, memilih lokasi KUBE, dan menentukan jenis usaha. Namun, peran yang diharapkan tidak terwujud karena penentuan jenis usaha UEP mengalami hambatan dan tidak sesuai dengan potensi alam lokasi KUBE.

b. Peran Motivator

Peran PSM sebagai motivator diantaranya memberikan semangat dan dorongan kepada keluarga miskin untuk menjadi anggota KUBE yang terus berkembang sampai mandiri. Namun, peran yang diharapkan tidak terwujud karena pemberian motivasi dan monitoring perkembangan KUBE tidak dilakukan secara berkesinambungan dan cenderung tidak jelas waktunya.

2. Tahap Pelaksanaan meliputi ;

Peran Fasilitator, Peran PSM dalam fasilitator diantaranya memfasilitasi

manajemen kelembagaan KUBE dan memfasilitasi musyawarah KUBE. Namun, peran PSM yang diharapkan belum terwujud karena PSM tidak membuat rencana kegiatan KUBE dan masih terdapat KUBE yang belum mengisi buku-buku administrasi yang diberikan.

3. Tahap Bimbingan Usaha Kelompok meliputi ;

Peran Pembimbing, Peran PSM dalam pembimbingan diantaranya

(76)

bimbingan menabung. Namun, peran yang diharapkan tidak terwujud karena PSM belum berhasil dalam melaksanakan bimbingan tabungan KUBE, membentuk IKS dan membentuk Lembaga Keuangan Mikro. 4. Tahap Kemitraan Usaha meliputi ;

Peran pemberi Informasi, PSM sebagai pendamping KUBE secara

normatif maupun yang diharapkan belum mampu mempromosikan hasil usaha binaanya kepada agen-agen, pasar, dan investor demi terjalin hubungan yang saling menguntungkan.

5. Tahap evaluator meliputi ;

Peran Evaluator, PSM dalam melaksanakan peran evaluasi yaitu dari

(77)

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Perlu adanya pemisahan peran PSM secara normatif dan peran dilapangan. Pemisahan akan memudahkan kontrol pemerintah terhadap implementasi kebijakan publik dari aspek akademik dan praktis.

2. PSM sebagai pendamping KUBE sebaiknya lebih cermat dan teliti dalam memilih jenis usaha yang sesuai dengan potensi lokasi KUBE.

3. PSM sebaiknya membuat jadwal monitoring kegiatan KUBE.

4. Sebaiknya anggota KUBE menjalankan UEP sesuai dengan minat dan keterampilan yang dimiliknya.

5. PSM perlu memberikan sangsi dengan tegas kepada anggota KUBE yang tidak mengisi buku administrasi KUBE demi memudahkan memonitoring perkembangan KUBE.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir
Tabel 2. NAMA-NAMA KEPALA DESA YANG PERNAH MENJABAT DI DESA TOTO MULYO
Gambar 2. Struktur Organisasi KUBE.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam konteks berarsitektur dan membangun ruang hidup material' bahasa ibunya adalah kearifan lokal dengan senantiasa menggunakan material lokal dan memuliakannya

Oleh sebab itu peran tenaga pendidik dan pengelola serta tenaga kesehatan sangat mempengaruhi terutama dalam hal penyampaian informasi tentang pelaksanaan

Relasi ini digunakan apabila terdapat dua atau lebih aktor melakukan hal yang sama (use case yang sama). Use case tersebut kemudian dipisahkan dan dihubungkan dengan

Penelitian ini akan difokuskan pada perancangan dan pembuatan lampu lisrik bertenaga surya sistem ganda berdaya 1000 watt yang mampu menghasilkan intensitas cahaya tinggi

Belanda tdk komitmen pada point 2 isi KMB, ternyata 1 th kemudian menjadi 20 th, perjuangan yang dilakukan untuk membebaskan Irian Barat adalah:. Kabinet Nasir pada

Catatan tersebut kemudian dibukukan dan diserahkan kepada kita (QS. Allah SWT melakukan pengawasan melalui diri kita sendiri. Ketika kelak nanti meninggal maka anggota

siswa mencapai 87 %. Penelitian yang dilakukan oleh Yennita dkk, bahwa dengan penerapan strategi pembelajaran kreatif produktif di kelas X MAN 1 Pekanbaru dinyatakan

Semenjak hadirnya dana Bantuan Operasional Sekolah yang diberikan oleh Pemerintah maupun Bantuan pendidikan untuk Siswa Miskin, banyak perubahan yang terjadi pada masyarakat