• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bergesernya Tanggung Jawab orangtua dalam Menyekolahkan Anak sebagai Realisasi Nilai Anakhon Hi do Hamoraon di Ahupada Masyarakat Batak Toba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bergesernya Tanggung Jawab orangtua dalam Menyekolahkan Anak sebagai Realisasi Nilai Anakhon Hi do Hamoraon di Ahupada Masyarakat Batak Toba"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group

Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan . Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Buku Panduan Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Tahun 2013

Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Ihromi, T.O. 1999. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Maliki, Zainuddin. 2008. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik, Modern, Postmodern dan Poskolonial. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada

Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto. 2004. Sosiologi Teks Pengantar & Terapan. Jakarta: Prenada Media Group

(2)

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2011. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media Group

Saripuddin, Didin dan Udin S.Winataputra. 2010 . Interpretasi Sosiologis dalam Pendidikan. Bandung: Karya Putra Darwati

Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2002. Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba.Yogyakarta : Jendela

Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2011. Pemikiran Tentang Batak Setelah 150 Tahun agama Kristen di Sumatera utara. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan : Grasindo Monoratama

Su’adah. 2005. Sosiologi Keluarga. Malang: UMM Press

Sztompka, Piotr. 2010. Sosiologi Perubahan Sosial .Jakarta : Prenada Media Group

Sumber Internet :

Ahmed Fernanda Desky. 2013. PEMANFAATAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) BAGI SISWA KURANG MAMPU . Medan: (Jurnal: http /repository.usu.ac.id) diakses pada tanggal tanggal 05 September 2015

(3)

Pardosi, Imanuel. 2014. Orientasi Orangtua dalam Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini di YPN Putra Sejahtra. Medan :(Jurnal Skripsi: http/Repository. Usu.ac.id) diakses pada tanggal 27 september 2015, pukul 17.45 wib

Sihaloho, Magdalena. 2010. PANDANGAN PETANI YANG MENGALAMI GAGAL PANEN DI DESA PARBABA SAMOSIR TERHADAP KELANJUTAN

PENDIDIKAN ANAK. Medan: (Jurnal Skripsi : http/ Repository.usu.ac.id) diakses pada tanggal 27 September 2015)

related:www.smeru.or.id/newslet/2006/news19.pdf pelaksanaan bantuan operasional sekolah. Diakses pada tanggal 08- 10- 2014 pada hari rabu pukul 20.00 wib

tanggal 27 september 2015, pada pukul 18.37 wib.

(4)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam melakukan penyusunan suatu laporan selalu melakukan metode penelitian, dimana metode merupakan suatu cara,tahapan atau aturan yang digunakan sebagai suatu pedoman dalam menulis suatu karangan ataupun karya ilmiah lainnya. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

3.1. Jenis Penelitian

(5)

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Pematang Panei, Kecamatan Panombeian Panei, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Adapun alasan Peneliti melakukan penelitian ditempat tersebut karena pada daerah tersebut terjadi suatu pergeseran tanggung jawab menyekolahkan anak sebagai realisasi Nilai “Anakhon Hi do Hamoraon Di Ahu “ oleh karena adanya Bantuan Operasional Sekolah( BOS).

3.3. Unit Analisis dan Informan

3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis data adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek penelitian atau unsuryang menjadi fokus penelitian (Bungin , 2007: 76). Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah masyarakat Desa Pematang Panei.

3.3.2 Informan

Informan merupakan subjek memahami permasalahan penelitian sebagai pelaku maupun orang yang memahami permasalahan penelitian ( Bungin, 2007: 76). dalam penelitian ini yang menjadi informan penelitian adalah :

1. Informan Kunci

(6)

terdiri dari Sekolah Dasar(SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama(SLTP) serta pihak penyalur dana Bantuan Operasional Sekolah( BOS).Kriteria ini ditetapkan untuk menjawab dan menggali informasi mengenai Penerapan Program Bantuan Operasional Sekolah(BOS) dan Bergesernya Tanggung Jawab Menyekolahkan Anak Sebagai Realisasi Nilai “ Anakhon Hi Do Hamoraon di Ahu” Pada Masyarakat Batak Toba.

2. Informan Biasa

Adapun yang menjadi informan biasa adalah masyarakat sekitar di Desa Pematang Panei seperti Tokoh Masyarakat, dan masyarakat biasa.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan data primer dan data sekunder yaitu sebagai berikut :

3.4.1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengumpulan data secara langsung. Pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara :

1.Observasi

(7)

gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian pada saat peristiwa yang sedang berlangsung di lapangan,metode observasi langsung ini digunakan jika informan tidak dapat menjelaskan mengenai tindakannya.observasi dilakukan dengan mengamati objek dilapangan yaitu masyarakat Batak Toba penerima Bantuan Operasional Sekolah(BOS) di Desa Pematang Panei.

2. Wawancara Mendalam

Wawancara Mendalam yaitu proses Tanya jawab yang dilakukan peneliti terhadap informan penelitian. hal ini dilakukan untuk menggali informasi mengenai permasalahan penelitian lebih mendalam, lebih lengkap dan rinci dari informan.wawancara dilakukan dengan memberikan pertannyaan kepada informan secara spesifik dengan panduan Interview guide.

3.4,2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua atau pihak lain terkait dengan permasalahan penelitian. Data ini dapat diperoleh melalui sumber–sumber bacaan seperti buku, majalah, surat kabar, dokumen-dokumen, serta laporan penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian yang dianggap relevan dan keabsahan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Interpretasi Data

(8)

dilakukan melalui upaya mengolah data, memadukan atau menggabungkannya, membuat rangkuman, menemukan apa yang penting.untuk dipelajari atau ditafsirkan dan memutuskan untuk menceritakannya kepada orang lain yang dikomunikasikan melalui penulisan laporan penelitian.

Data-data yang telah diperoleh dari lapangan dalam rangkaian atau proses penelitian selanjutnya diurutkan,dikelompokkan kedalam kategori-kategori, diatur, dan dipelajari untuk kemudian ditulis dalam bentuk laporan secara seksama untuk mendapatkan kesimpulan dan hasil penelitian yang baik.

3.6 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi √

2 Acc Judul Penelitian √

3 PenyusunanProposal Penelitian √ √ √ 4 Seminar Proposal Penelitian √

5 Revisi Proposal Penelitian √ 6 Penelitian Lapangan dan

Interpretasi data

√ √ √ √

7 Penilisan Laporan Akhir √ √ √ √

8 Bimbingan √ √ √ √ √

9 Sidang Meja Hijau √

(9)

Dalam penelitian ini, peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti dalam melakukan penelitian ilmiah. Terutama dalam melakukan wawancara mendalam terhadap informan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengalaman dan keterbatasan waktu yang dimiliki informan dalam proses wawancara yang dikarenakan oleh kesibukan informan sehari-hari.

(10)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak Geografis Desa

Desa Pematang Panei merupakan salah satu Desa yang menjadi bagian wilayah Kecamatan Panombeian Panei. di Desa ini memiliki jumlah penduduk yang cukup besar dibandingkan desa lain di kecamatan Panombeian Panei, Secara geografis desa ini berada di dataran tinggi atau 1.400 meter diatas permukaan laut, Udara yang dingin dan bersih serta hawa sejuk lingkungan pertanian dan perkebunan masyarakat dapat dirasakan di desa ini. Secara umum, rumah–rumah penduduk dikelilingi oleh kawasan pertanian dan perladangan. Luas wilayah desa ini yaitu 17.50 km², dimana luas wilayah tersebut 70 % didominasi lahan basah untuk pertanian yang tersebar luas mengelilingi desa sampai ke perbatasan desa sekitarnya. Sebagian besar penduduk desa hidup dan bekerja di bidang pertanian. Komoditas pertanian yang utama adalah padi dan sayur–mayur. Adapun bidang pekerjaan lain di luar pertanian adalah bidang ekonomi seperti pedagang, kuli bangunan dan juga di bidang pemerintahan seperti Pegawai Negeri Sipil, Polisi, TNI yang jumlahnya sedikit. Adapun letak geografis desa, yaitu:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Nagori Bosar

(11)

san dengan Desa Pematang Siantar d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jangger Leto

Dilihat dari tipologi wilayah, desa ini dapat digolongkan kedalam desa swasembada. Ini dicerminkan dari fasilitas dan sarana yang terdapat di desa ini yang telah memenuhi syarat. Fasilitas dan sarana umum yang ada cukup memadai dan hasil dari pertaniannya juga cukup banyak terutama yang berasal dari tanaman sawah misalnya padi, dan sebelumnya banyak bantuan yang telah diberikan oleh pihak pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun program CSR (Corporate Social Responsibility) yang diberikan oleh Bank Indonesia terutama di daerah Kecamatan Panombeian Panei.

Sebelumnya pada tahun 2008 semenjak kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat itu Kecamatan Panombeian Panei dan beberapa desa didalamnya termasuk Desa Pematang Panei menjadi sorotan penting dari masyarakat dan banyak pembangunan yang dilakukan pemerintah pada saat itu baik dari pertanian maupun infrastruktur lainnya karena pada saat itu hasil pertanian dari Kecamatan Panombeian Panei cukup memuaskan.

(12)

sarana jalan tetapi mereka tidak pernah termotivasi untuk sekedar merawat apalagi memperbaikinya. Perbaikan jalan sebagai sarana penghubung kegiatan sehari-hari mereka dianggap bukan menjadi kewajiban mereka melainkan kewajiban pihak pemerintah.

Pemerintah daerah juga kurang memperhatikan kondisi jalan yang rusak padahal lokasi kantor pemerintahan Kecamatan melewati daerah ini namun perhatian untuk memperbaiki jalan ini kurang. Dengan kondisi jalan yang rusak parah tersebut dapat membuat kerugian baik waktu maupun materi dalam mendistribusikan hasil-hasil pertanian desa ini dan banyak hal yang juga merugikan masyarakat misalnya transportasi menyulitkan untuk anak-anak pergi bersekolah dan orangtua yang bekerja diluar.

Hal yang sangat memprihatinkan di Desa Pematang Panei ini merupakan Kondisi jalan yang rusak dan banyak ditutupi oleh rumput lalang serta sesekali berlumpur bahkan jika terjadi hujan menjadi semakin parah dan membuat jalan semakin rusak. Selain itu hal lain yang juga sangat memprihatinkan saat ini yaitu masalah pertanian di Desa Pematang Panei ini kurang memuaskan dan bisa dikatakan semakin turun, hal ini disebabkan oleh tidak serentaknya pola tanam masyarakat, banyak lahan pertanian yang dijual dan menjadi permukiman atau perumahan dan jangka waktu panen dalam setahun itu hanya sekali disebabkan oleh kurangnya semangat kerja para masyarakat petani di Desa Pematang Panei ini.

(13)

maupun peningkatan perkeonomian masyarakat serta adanya gebrakan dari Pemerintah untuk mendorong semangat masyarakat Petani untuk meningkatkan hasil pertanian di desa ini. Beberapa Tahun belakangan ini, masyarakat Petani Kecamatan Panombeian Panei terutama Desa Pematang Panei lagi mendapatkan bantuan bibit, pupuk, traktor sawah, dan masih banyak lagi bentuk bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk Kecamatan ini terutama Desa Pematang Panei. Kondisi jalan di Desa Pematang Panei ini masih sangat rusak perlu bantuan dari pemerintah baik jalan penghubung antar Dusun atau lingkungan maupun penghubung antar desa.

Jarak tempuh dari Desa Pematang Panei ke Kota Pematang Siantar tidaklah terlalu jauh yaitu ± 5 kilometer dan perlu memakan waktu 15-20 menit ke Kota Pematang Siantar dengan menggunakan Bus maupun Sepeda Motor. Namun jarak dari Desa Pematang Panei ke pusat pemerintahan Kabupaten Simalungun cukup jauh sekitar ±16kilometer dan perlu memakan waktu 30 menit-1 jam lama perjalanan dan kondisi jalannya masi belum bagus dan sempit.

(14)

4.1.2 Sarana dan Prasarana Desa Pematang Panei

Desa Pematang Panei dapat dikatakan sebagai salah satu desa yang mengalami kemajuan pembangunan yang pesat baik dari segi perbaikan jalan, irigasi untuk pertanian, bantuan untuk pertanian, dan sarana angkutan umum yang sudah banyak. Pembangunan yang dilakukan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah cukup membantu desa ini keluar dari keterasingan dan ketertinggalannya dari desa lain. Kondisi di Desa Pematang Panei juga sudah ramai dengan keberadaan hotel, mall, perumahan serta pusat hiburan juga karena jaraknya dengan kota besar Pematang Siantar cukup dekat. Dari pengamatan Pembangunan fasilitas umum cukup terpenuhi walaupun masih terdapat beberapa kekurangan, sarana dan prasarana desa, antara lain:

1. Jalan

(15)

2. Listrik

Pada masyarakat Desa Pematang Panei ini sudah dapat merasakan Fasilitas listrik yang telah digunakan masyarakat sejak tahun ±1980 sampai dengan sekarang. Walaupun demikian, Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai penyedia belum sepenuhnya dapat menyediakan sesuai kebutuhan masyarakat desa. Masyarakat desa ini sudah merasakan sangat terbantu dengan adanya listrik yang lancar di desa ini karena dapat mendorong lancarnya kegiatan masyarakat desa ini seperti beternak, berjualan, buat lingkungan pendidikan, terutama buat sekolah-sekolah bahwa para siswa atau anak sekolah tidak terganggu dalam proses belajar dan kegiatan operasional sekolah bisa berjalan, buat tempat-tempat ibadah juga serta membuat lingkungan Desa Pematang Panei lebih terang karena adanya lampu-lampu jalan disetiap tiang listrik yang dibuat.

3. Air Bersih

(16)

4. Transportasi

Letak strategis Desa Pematang Panei ini menyebabkan banyaknya transportasi yang tersedia dikarenakan posisi desa ini berada di jalur lintas antar Kota Kabupaten dan juga lintas Provinsi. Ketersediaan transportasi massal bagi masyarakat sudah banyak. Angkutan umum yang langsung menuju kota besar dan ke pusat Pemerintahan Kabuputen juga ada serta transportasi untuk lintas Provinsi juga ada. Jika ingin berpergian keluar Kota atau mau lintas Provinsi juga udah sangat mudah dari desa ini dengan menggunakan angkutan umum maupun Bus-bus lintas.

5. Tempat Ibadah

Tempat ibadah yang ada di Desa Pematang Panei ini terdapat Gereja yang berjumlah tiga buah diantaranya: Satu Gereja Huria Kristen Batak Protestan(HKBP), satunya lagi Gereja KristenProtestan Indonesia (GKPI) dan ada Gereja Kristen Protestan Simalungun ( GKPS). Kondisi tempat ibadah di desa ini masih sangat bagus karena bangunan Gerejanya masih sangat muda dan jemaat yang paling banyak pun berasal dari Desa Pematang Panei saja karena letak tempat ibadahnya tepat di desa ini.

6. Kesehatan

(17)

Pematang Panei lebih mengutamakan berobat ke Klinik yang ada di kota maupun ke Rumah Sakit yang ada di Kota Pematang Siantar dikarenakan jaraknya dekat dan fasilitas kesehatan pun banyak dijumpai.

7. Irigasi Pertanian

(18)

8. Aula

Desa Pematang Panei memiliki aula yang ketepatan posisi aulanya tepat bersebelahan dengan Kantor Kepala Desa. walaupun kondisi aula desa yang tidak bagus lagi dan sempit namun aula tersebut masih digunakan untuk musyawarah atau rapat desa, rapat tentang pembahasan masalah pertanian, untuk acara-acara penting seperti musyawarah dengan pihak pemerintahan pusat maupun dengan pihak Kepolisian dan TNI.

9. Sekolah

(19)

yang menjadi lokasi penelitian di Desa Pematang Paneiyang memiliki dua sekolah yaitu Sekolah Dasar(SD) 091301 dan Sekolah Dasar(SD) 091307 yang mendapatkan Bantuan Operasional Sekolah(BOS) yang diberikan oleh pemerintah. Dan jumlah siswa yang dimilik SD 091301 adalah berjumlah 136 0rang dan untuk SD 091307 berjumlah 89 0rang dan jumlah siswa di SMP N 2 berjumlah 760 dan SMP Swasta GKPS Berjumlah 39. SMP swasta GKPS ini merupakan sekolah tertua yang ada di desa ini dan peminat untuk masuk sekolah ini sangat sedikit, dikarenakan kondisi sekolahnya yang tidak layak lagi.

Tabel 4

Jumlah Siswa Berdasarkan Sekolah

No Nama Sekolah Laki-laki Perempuan Jumlah

1 SD Negeri 091301 79 57 136

2 SD Negeri 091307 52 37 89

3 SMP Negeri 2 402 358 760

4 SMP GKPS 22 17 39

Sumber: Hasil wawancara dari pihak sekolah yang di Desa Pematang Panei

4.1.3 Jumlah Penduduk Desa Pematang Panei

(20)

387 Kepala Rumah Tangga, Sedangkan jumlah penduduk laki–laki adalah 1.298 orang atau 61,30 % dan perempuan adalah 1.088 orang atau 38,70 %.

Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk Desa Pematang Panei dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1

Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

NO Kelompok Usia Laki- laki Perempuan Jumlah Persentase 1 0- 14 Tahun 410 orang 283 orang 693 orang 29,05 2 15- 65 Tahun 931 orang 678 orang 1609orang 67,43 3 66Tahunkeatas 35 orang 49 orang 84 orang 3,52

Jumlah 1376 orang 1010 orang 2386orang 100 Sumber : Statistik Desa Pematang Panei Tahun 2010 (Data dari kantor kepala

desa)

(21)

sawah, kebun, sayur-sayuran dn sebagainya, namun pada usia 15-65 tahun ini ada juga para anak yang putus sekolah atau tidak mau merantau mencari pekerjaan dan anak-anak tersebut hanya bekerja sebagai kuli bangunan. Tabel dibawah ini juga akan menunjukkan komposisi penduduk Desa Pematang Panei yang usia 15 tahun keatas dan beserta jenis pekerjaan yang dimilikinya.

Tabel 4.2

Komposisi penduduk Desa Pematang Panei yang usia 15 tahun keatas dan beserta jenis pekerjaan

NO

Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase

1 Sekolah 79 4,92

2 Pertanian 1387 86,20

3 Jasa/ Pemerintahan 19 1.18

4 Industri 8 0.49

5 Perdagangan 25 1.56

6 Transportasi 11 0.68

7 Konstruksi/ Bangunan 31 1.93

8 Lain-lain 49 3.04

Jumlah 1609 100

Sumber : Statistik Desa Pematang Panei 2010( Data dari Kantor Kepala Desa)

(22)

atau sekitar 4,92% dan untuk yang lainnya seperti pada bidang konstruksi penduduk yang bekerja pada bidang tersebut berjumlah 31 orang atau sekitar 1,93%. Pada bidang konstruksi ini juga didominasi oleh para pemuda yang tidak bisa melanjutkan sekolah kejenjang perguruan tinggi dan tidak mau pergi merantau mencari pekerjaan sehingga membuat para pemuda tersebut memilih untuk bekerja pada konstruksi atau ada juga sebagai kuli bangunan.

Berikut ini akan disajikan data komposisi penduduk berdasarkan tamatan atau pendidikan tertinggi yang ditamatkan atau dimiliki oleh masyarakat Desa Pematang Panei.

Tabel 4.3

Data komposisi penduduk berdasarkan tamatan atau pendidikan tertinggi

NO Pendidikan Masyarakat Jumlah Persentase 1 Tidak Tamat Sekolah Dasar( SD

)

386 18.34

2 SD 712 33.79

3 SLTP 394 18.69

4 SLTA/SMA 538 25.54

5 Diploma I – IV 20 0.94

6 Sarjana 57 2.70

JUMLAH 2107 100

Sumber: Data Statistik Desa Pematang Panei 2010

(23)

sekolah di desa ini pada saat itu dan kurangnya minat masyrakat untuk bersekolah dan lebih mengutamakan bekerja.

Namun tingkat pendidikan masyarakat yang tamat dari SMA juga sudah banyak karena pada saat ini fasilitas pendukung pendidikan misalnya sekolah sudah ada dan orangtua juga semakin semangat menyekolahkan anak karena biaya pendidikan anak sudah gratis dan banyak dibantu pemerintah sehingga terjadi peningkatan tamatan SMA pada masayarakat. Namun untuk tingkatan Sarjana di desa ini masih sangat sedikit hanya berjumlah 57 orang atau sekitar 2,70 % hal tersebut terjadi karena besarnya biaya kuliah sehingga mengurangi minat dan kemampuan masyarakat untuk berkuliah.Pada masyarakat Desa Pematang Panei ini lebih identik atau dominan masyarakatnya berasal dari suku Batak Toba, kemudian ada juga Simalungun, Karo dll. Berikut ini akan disajikan komposisi penduduk berdasarkan suku/ etnis.

Tabel 4.4

Komposisi penduduk berdasarkan suku/ etnis

No Suku / Etnis Jumlah Persentase

1 Batak Toba 2149 90,06

2 Simalungun 176 7,39

3 Karo 31 1,30

4 Nias 14 0,58

5 Lainnya 16 0.67

Jumlah 2386 100

Sumber: Statistik Desa Pematang Panei tahun 2010

(24)

Pematang Panei ini merupakan bagian wilayah dari Kabupaten Simalungun yang diidentikkan dengan Suku Simalungun namun yang lebih banyak atau dominan khusus di Desa Pematang Panei ini adalah Suku atau etnis Batak Toba. Pada masyarakat ini juga dalam berinteraksi dengan sesame menggunakan bahasa Batak Toba dan pembangunan di Desa Pematang Panei ini juga tidak terlepas dari peranan masyarakat terutama yang berasal dari Suku Batak Toba dan juga campur tangan dari semua suku atau etnis yang ada di desa ini.

Tabel 4.5

Komposisi masyarakat Desa Pematang Panei berdasarkan agama

No Agama Jumlah Persentase

1 Islam 19 0,79

2 Kristen Protestan 2214 92,80

3 Katolik 153 6,41

4 Hindu 0 0

5 Budha 0 0

6 Lainnya 0 0

Jumlah 2386 100

Sumber : Statistik Desa Pematang Panei tahun 2010

(25)

Desa Pematang Panei merupakan salah satu desa yang juga sebagian masyarakatnya lebih besar bertumpu pada sektor pertanian atau bertani. Pada masyarakat ini juga lebih mnegutamakan bertani dengan lahan basah atau bersawah menanam padi dibandingkan berkebun atau lahan kering, dikarenakan menurut masyarakat kalau lahan basah misalnya menanam padi lebih menjamin keuntungan dan bisa sebagai harapan hidup dari para petani.

Tabel 4.6

Jenis penggunaan lahan di Desa Pematang Panei

No Jenis Penggunaan Lahan Jumlah (Ha) Persentase

1 Pekarangan atau Halaman 25 2,31

2 Lahan Basah 914 84,78

3 Lahan Kering 127 11,78

4 Lainnya 12 1,13

Jumlah 1078 100

Sumber : Statistik Desa Pematang Panei tahun 2010

(26)

pendapatan masyarakat. Desa Pematang Panei juga memiliki sebanyak 387 Rumah Tangga yang sebagian besar masyarakatnya bekerja di sektor Pertanian dan menggunakan lahannya sebagai lahan pertanian.

Tabel 4.7

Jumlah Rumah Tangga yang bekerja sebagai Petani

NO Rumah Tangga yang Bertani Jumlah Persentase 1 Rumah Tangga yang bertani 296 76,48 2 Rumah Tangga Bukan bertani 71 18,35

3 Rumah Tangga Buruh tani 20 5,17

Jumlah 387 100

Sumber : Statistik Data Desa Pematang Panei tahun 2010

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa rumah tangga yang bertani yang ada di Desa Pematang Panei ini berjumlah 296 rumah tangga atau sekitar 76,48% dan rumah tangga yang bukan bertani itu ada sekitar 71 rumah tangga atau 18,35 %. Dari data diatas menunjukkan bahwa terlihat masyarakat Desa Pematang Panei itu lebih dominan dalam sektor pertanian dan banyak yang bekerja sebagai petani.

4.1.4 Kondisi Sosial Budaya Desa Pematang Panei

(27)

lembaga desa dan masyarakat. sampai pada saat ini juga lembaga adat di Desa Pematang Panei ini masih tetap ada dan selalu melakukan tugas serta tanggung jawabnya dalam mengatur hubungan masyarakat agar tetap harmonis.

Pada Masyarakat Desa Pematang panei nilai-nilai adat masih tetap dilakukan oleh asyarakat dan masih terus dipegang teguh akan tetapi penerapannya bisa berbeda-beda tergantung masyarakat itu sendiri bagaimana meletakkan nilai-nilai adat itu dalam kehidupannya sendiri. Namun pada saat ini tidak bisa dipungkiri kalau perubahan pada masyarakat itu sudah ada, hal tersebut terjadi karena perkembangan teknologi dan sikap masyarakat yang semakin lebih tidak peduli. contohnya perubahan yang terjadi itu seperti pada masyarakat Desa Pematang Panei ini ada dikenal Nilai “Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” atau anak adalah harta yang paling berharga pada masyarakat Desa Pematang Panei sudah mulai memudar.

(28)

Pada masyarakat Desa Pematang Panei ada kebiasaan kalau panen itu harus 2-3 kali dalam setahun, jadi masyarakat sebelumnya harus lebih bekerja keras, bergotong- royong sama-sama agar dapat mencapai tujuan tersebut. intinya di desa ini bisa panen 2-3 kali dalam setahun supaya hasilnya dapat digunakan untuk mencukupi semua kebutuhan anak-anaknya dan hasilnya bisa digunakan untuk tabungan untuk kebutuhan keluarga. Namun pada saat ini hal tersebut tidak bisa tercapai lagi dikarenakan orangtua di desa ini semakin malas untuk berjuang panen 2-3 kali dalam setahun demi anak-anaknya atau kebutuhan keluarganya. Orangtua seolah-olah meletakkan tanggung jawab atau bebannya kepada pemerintah baik membiayai kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan untuk pendidikan anak-anak di desa ini.

Ada lagi budaya masyarakat yang saat ini sudah memudar yaitu “Acara Gondang Naposo” atau pesta pemuda yang dilakukan untuk meningkatkan semangat para pemuda baik yang masih sekolah atau yang sudah bekerja. Budaya tersebut tersebut sudah memudar karena pemuda sudah tidak mau melakukan dan tidak mau berusaha mengadakan acara “ Gondang Naposo” dan juga orangtua tidak mau mendorong dan mendukung anak-anaknya untuk mengadakan acara tersebut. sedangkan acara tersebut sangat berguna untuk membangkitkan solidaritas antar pemuda dan membangkitkan semangat pemuda untuk berusaha lebih baik lagi yang mana di pekerjaan supaya sukses maupun di sekolah juga bisa menjadi generasi yang cerdas.

(29)

Marsuan” atau mendoakan penanaman padi yang akan dilakukan serentak dan di desa ini biasanya dilakukan secara bersama-sama dan dipimpin oleh seorang pengurus Gereja yang berasal dari desa ini sendiri dan juga dipimpin oleh tokoh masyarakat serta diikuti oleh semua masyarakat. ada juga budaya yang masih melekat pada masyarakat Desa Pematang Panei ini yaitu Budaya “ Natal Parsautaon” atau natal yang dilakukan oleh desa ini sendiri yang dibentuk dan dilakukan secara bersama-sama baik anak-anak, pemuda maupun orangtua. Pada “ Natal Parsautaon” ini terlihat bahwa baik orangtua, pemuda maupun anak-anak semua bekerja sama untuk mengadakan pesta “ Natal Parsautaon” ini. adanya sistem gotong royong yang dilakukan untuk mensukseskan acara ini baik mnegumpulkan uang, memberikan sumbangan beras, ikan, minuman, dan juga ada bantuan dari anak-anak perantau untuk membuat “ Natal Parsautaon” dan acara yang dibuat pun rutin setiap tahunnya . dengan adanya “Natal Parsautaon” ini membangun hubungan yang harmonis antarmasyarakat dan membangun solidaritas antarpemuda di desa .

4.1.5 Gambaran Masyarakat Desa Pematang Panei

4.1.5.1 Interaksi Sosial Masyarakat Desa Pematang Panei

(30)

aktivitas-aktivitas sosial. Menurut Gillin dan Gillin interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara perorangan dengan sekelompok manusia (Soekanto, 1987 : 51). Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai, pada saat itu mereka saling menegur, berjabat tangan, saling bercerita, atau bahkan berkelahi. Walaupun orang-orang bertatap muka tersebut tidak berbicara atau tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, oleh karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syarat orang-orang bersangkutan, yang disebabkan oleh misalnya bau keringat, minyak wangi, suara berjalan dan sebagainya.

(31)

(STM) di desa ini yang menjadi wadah buat masyarakat dalam melakukan interaksi sosial yang sesungguhnya dan pada STM ini juga masyarakat lebih bersatu dan melakukan kerjasama dalam pembangunan desa baik dari pembangunan kemajuan pertanian maupun dari segi budaya atau adat istiadat.

4.1.5.2 Pendidikan Masyarakat Desa Pematang Panei

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan merupakan upaya mencerdaskan bangsa, menanamkan nilai-nilai moral dan agama, membina kepribadian, mengajarkan pengetahuan, melatih kecakapan, ketrampilan, memberikan bimbingan, arahan, tuntutan, teladan, disiplin dan lain-lain.

(32)

sekolah yang memadai. Dari data yang didapat dari Masyarakat Desa Pematang Panei bahwa memang masyarakat banyak yang berasal dari tamatan Sekolah Dasar(SD) namun tingkat yang tamat dari Sekolah Menengah atas(SMA) juga sudah banyak. Pada saat ini juga di Desa Pematang Panei antusias masyarakat untuk pendidikan sangat tinggi yang mana orangtua terlihat bersaing atau berusaha agar anak-anaknya dapat bersekolah. Pendidikan bagi masyarakat Desa Pematang Panei ini juga menjadi aspek yang sangat penting dalam memajukan dan membangun desa ini. hal ini terlihat dari anak yang sudah berhasil dari pendidikan dan memperoleh pekerjaan sehingga menyumbangkan bantuan untuk desa ini dan hal tersebut lebih dikenal dengan istilah “Marsipature Huta na Be”. Dengan pendidikanlah masyarakat desa ini mampu memperbaiki kondisi dan memajukan Desa Pematang Panei ini.

4.1.5.3 Kegiatan Masyarakat Desa Pematang Panei

(33)

Kegiatan pada bidang pendidikan juga menjadi hal yang utama di desa ini seperti anak-anak yang bersekolah atau sebagian orangtua yang bekerja sebagai tenaga pendidik atau Guru. Masyarakat Desa Pematang Panei ini juga disibukkan dengan kegiatan-kegiatan pesta baik acara pernikahan maupun acara kematian, yang mana masyarakat desa ini ikut terlibat aktif dalam penyelenggaran pesta atau acara tersebut. kegiatan-kegiatan lainnya juga berlangsung di desa ini seperti Kegiatan Pemuda(terutama pada bidang olahraga), Kegiatan di Gereja(terutama bidang pelayanan) dan ada juga kegiatan Masyarakat yang bergotong royong di akhir tahun.

4.1.5.4 Upaya yang dilakukan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak

Antusias orangtua di Desa Pematang Panei ini juga sangat tinggi dalam pendidikan sehingga dalam mewujudkan pendidikan yang berhasil pada anak maka peran orangtua sangat besar dalam memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan pendidikan atau biaya pendidikan anak-anaknya. Oleh karena biaya pendidikan saat ini terutama pada tingkat Sekolah Dasar(SD) sampai tingkat Sekolah Menengah Atas(SMA) sudah di subsisdi oleh pemerintah maka orangtua tidak kesulitan lagi menacari dana untuk biaya pendidikan anak-anak terutama di Desa Pematang Panei ini.

(34)

orangtua dapat terbantu dan tidak terbebani lagi dengan biaya pendidikan di sekolah. Namun orangtua juga seperti biasanya bekerja baik bertani, berdagang maupun sebagai Pegawai Negeri agar dapat memenuhi kebutuhan atau biaya pendidikan anak. Misalnya dalam bidang pertanian, orangtua akan lebih meningkatkan hasil pertanian untuk dapat membiayai pendidikan anak-anaknya dan orangtua juga bekerja sampingan untuk menambah pendapatannya demi memenuhi kebutuhan atau biaya anak-anaknya.

(35)

4.2 Profil Informan dan Temuan Data di Desa Pematang Panei

4.2.1 Masyarakat yang Mendapatkan Bantuan Operasional Sekolah

a. Mangatas Tampubolon

(36)

penumpang sedangkan Istrinya juga jika bekerja di sawah orang lain maka dia akan memperoleh gaji Rp. 70.000 sehari. Informan ini mengatakan sangat terbantu dengan kehadiran Bantuan Operasional Sekolah(BOS) yang diberikan oleh pemerintah. Informan juga mengharapkan agar Bantuan yang diberikan oleh pemerintah dapat meringankan beban dari informan untuk menyekolahkan anak-anaknya.

b. Rame Purba

(37)

Pendapatan terbesar keluarga informan ini adalah berasal dari penghasilan suaminya yang bekerja sebagai penggiling padi atau pemanen padi. Dalam sehari kalau musim panen padi suaminya bisa berpenghasilan sebanyak Rp. 200.000- 400.000 per harinya jadi dalam sebulan itu kalau musim panen padi suami dari Informan ini bisa berpenghasilan sebanyak 6 juta – 8 juta sebulan bersihnya dan ditambah lagi sawah yang dimilikinya dan dikelola sendiri.karena pendapatan suaminya yang lumayan besar tentunya Informan, dalam hal ini istrinya terkadang kebanyakan di rumah saja sebagai ibu rumah tangga. Dalam kehidupannya sehari-hari pun keluarga informan ini serba berkecukupan walaupun suaminya bekerja pada sektor pertanian dan untuk kebutuhan pendidikan anak-anaknya juga tidak terlalu membebani juga buat beliau karena untuk biaya sekolah anaknya juga masih sangat minim. Informan ini sangat bersyukur dengan kehadiran Bantuan Operasional Sekolah(BOS), karena pendapatan atau hasil pencaharian dari informan ini bisa digunakan untuk keperluan rumah tangga lainnya dan informan juga tidak kesulitan mencari biaya untuk sekolah anak-anaknya.

c. Relli Simanjuntak

(38)

bekerja sebagai Tukang atau kuli bangunan. Usia dari Informan ini 32 tahun dan memiliki 3(tiga) orang anak yang terdiri dari satu anak perempuan yang paling besar dan duanya lagi laki-laki. Anaknya perempuan yang paling besar tahun ini baru tamat Sekolah Dasar dan akan melanjut ke Sekolah Menengah Pertama(SMP) dan satu masih duduk di bangku Sekolah Dasar(SD) sedangkan yang satunya lagi masih balita. Beliau memiliki Rumah pribadi, sawah yang dikelola sendiri, dan memiliki penghasilan yang tergolong mencukupi untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Informan ini memiliki pendapatan sebulannya sekitar Rp.1.000.000 dari pekerjaannya sebagai buruh tani atau ikut membantu mengerjakan sawah milik orang lain dan suaminya memiliki pendapatan sekitar Rp. 2.500.000/ per bulannya. Tentunya jika dijumlahkan pendapatan dari keluarga Informan ini sekitar Rp.3.500.000 perbulannya dan belum lagi pendapatan dari hasil panen padi dalam setengah tahun itu. Jadi pendapatan dari pekerjaan sehari-harinya digunakan informan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya serta hasil panen dari sawah mereka gunakan untuk keperluan kebutuhan rumah seperti membeli perabot rumah, dan lainnya.

(39)

kebutuhan pendidikan lainnya karena beliau mengetahui adanya Bantuan Sekolah yang diberikan pemerintah ke semua sekolah dan mengadakan sekolah gratis ke semua siswa-siswi. Informan ini juga sudah merasakan manfaat hadirnya Bantuan Operasional sekolah yang membebaskan biaya membeli buku paket, uang sekolah, uang ujian, uang les sore dan biaya-biaya yang dibutuhkan sekolah tidak dari orangtua lagi namun sudah dibiayai oleh pemerintah. Informan ini mengatakan sangat bersyukur dengan kehadiran Bantuan Operasional Sekolah(BOS), Karena beban informan semakin berkurang mencari uang untuk biaya sekolah anak-anaknya dan informan ini sangat berantusias menyekolahkan anak-anaknya dikarenakan adanya Bantuan yang diberikan oleh pemerintah.

d. Rikton Sipayung

(40)

membeli sebidang sawah di desa ini maka istrinya hanya fokus bertani saja, dan yang masih berdagang sampai saat ini adalah suami atau informan ini saja.

Semenjak memiliki sawah informan juga menyempatkan waktunya ke sawah misalnya pada hari minggu atau pada waktu dia istirahat dari berdagangnya. Informan ini mengatakan bahwa hasilnya dari berdagang tersebutlah dia gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dia gunakan untuk modalnya bertani juga. Beliau mengatakan penghasilannya dari berdagang bersihnya sekitar ± Rp. 200.000 sehari, namun dengan penghasilannya yang cukup itu informan juga mengalami kesulitan ketika anaknya yang berlima itu masih sekolah dan tentunya membutuhkan biaya yang besar juga. Tapi setelah dua orang anaknya telah tamat dan pergi merantau beban dia sudah berkurang.

(41)

e. Pantun Mangatur Siahaan

Informan ini merupakan penduduk asli Desa Pematang Panei, informan ini usianya 41 tahun dan pekerjaannya sebagai wiraswasta dan istrinya informan ini bekerja sebagai petani dan informan ini memiiki 4(empat) orang anak. Tiga laki-laki dan Satu perempuan. anaknya yang pertama yaitu laki-laki yang sekarang masih duduk SMA Kelas 2 dan anaknya yang perempuan sekarang naik kekelas 3 SMP dan satu anaknya masih duduk dibangku Sekolah Dasar dan satu lagi belum sekolah. Informan ini kesehariannya bekerja sebagai wiraswasta (pemborong di bangunan) Informan ini ada juga usaha kolam ikan di desa ini. Selain itu juga informan ini memiliki sebidang sawah yang ditanami padi dan sayur-sayuran serta beliau juga memiliki tanaman cabe yang dibuat di sawahnya.

(42)

merasakan ringannya biaya sekolah jika di Sekolah Negeri. Informan ini mengatakan sangat bersyukur karena adanya Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

f. Almer Purba

Informan ini merupakan salah satu pendatang ke Desa Pematang Panei ini namun karena menikahi gadis desa ini maka beliau menetap di desa ini juga kurang lebih 11 tahun. Informan ini saat ini sudah berusia 38 tahun dan pekerjaannya sebagai petani, sedangkan istrinya juga bekerja sebagai petani. Informan ini memiliki 3(Tiga) orang anak yang mana dua orang anaknya masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) dan satunya lagi masih belum sekolah. Informan ini dan istrinya kesehariannya hanya sebagai petani dan terkadang jika mereka tidak sibuk kesawahnya sendiri maka mereka akan mencari gaji kesawah orang lain. namun itu juga belum cukup, mereka juga harus mencari nafkah dari menjual kolang kaling dan menjual Tuak agar mendapat uang tambahan.

(43)

kontrak rumah, membayar sewa sawah ditambah lagi biaya hidup sehari-harinya. Informan ini sangat bersyukur dengan kehadiran Bantuan Operasional Sekolah(BOS) karena beban informan ini semakin berkurang dalam menyekolahkan anak-anaknya. Dan informan hanya terfokus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan tidak lagi memikirkan biaya sekolah karena sudah ditanggung oleh pemerintah.

4.2.2 Pihak Penyalur Bantuan Operasional Sekolah. a. Lamria Tampubolon Spd

Informan ini merupakan Kepala Sekolah dari salah satu Sekolah Dasar yang ada di desa ini yaitu SD NEGERI 091307 Pematang Panei, beliau telah menjabat sebagai kepala SD ini selama ± 10 tahun, usia beliau 59 tahun dan Informan tinggal di daerah JL.Parapat, kelurahan matio Kota Pematang Siantar. Selama kepemimpinannya di SD N 091307 ini suka dukanya telah Informan ini rasakan dan Informan juga dikenal sebagai Kepala Sekolah yang tegas di Sekolah ini. Namun beliau juga mengatakan sedikit banyaknya ada yang tidak menyukainya sebagai Kepala Sekolah baik itu Guru-Gurunya, murid-muridnya dan orangtua dari murid juga. Informan mengatakan walaupun ada yang tidak suka dengan Informan ini tapi dia tetap tabah dan tegar menjalankan tugasnya sebagai Kepala Sekolah atau pimpinan di SD 091307 ini.

(44)

paling ironisnya lagi yang adalah wartawan yang ingin menjatuhkan beliau karena dituduh menggelapkan uang pembangunan gedung sekolah, dituduh juga korupsi Dana Bantuan Operasional Sekolah(BOS). Informan mengatakan sudah kebal dengan tekanan-tekanan yang ada namun terkadang juga Informan merasa sedih dengan tuduhan-tuduhan yang tidak jelas itu. Informan ini mengatakan Bantuan Operasional Sekolah(BOS) yang diberikan oleh pemrintah dapat meringankan beban orangtua siswa namun juga akan menimbulkan kemalasan bagi orangtua untuk bekerja.

b. Ramot Sormin Spd

Informan ini merupakan Kepala Sekolah dari SMP Negeri 2 yang ada di Kecamatan Panombeian Panei. walaupun letak SMP ini jauh dari Desa Pematang Panei namun peneliti memilih sekolah ini karena sebelumnya ada juga anak-anak dari desa ini sekolah di SMP N 2 ini. informan ini sudah berusia 51 tahun dan sebelumnya pernah menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah dan menjadi Kepala Sekolah itu masih sekitar 7 tahun. Peran dan tanggung jawab Informan disekolah ini sangat besar dan informan ini mengakui bahwa selama dia punya jabatan disekolah ini selalu ada rintangan dan masalah yang dihadapinya. Informan juga mengalami tekanan dari berbagai pihak baik itu dari pihak wartawan, pihak Guru-guru, orangtua murid dan murid-muridnya juga.

(45)

terhadap siswa maupun Guru-gurunya dan yang paling mengerikan sering dituduh telah mengkorupsikan uang atau bantuan yang diberikan pemerintah, misalnya saja karena kondisi gedung sekolah yang sudah buruk masyarakat sudah mengecap informan ini sudah korupsi. Belum lagi misalnya semenjak hadirnya Bantuan Operasional Sekolah atau BOS ini, seringkali orangtua menanyakan dan mempersoalkan masalah bantuan ini.

c. Riama Sihombing Spd

Informan ini merupakan Wakil Kepala Sekolah SD NEGERI 091301 Pematang Panei dan Informan ini sekarang berusia 56 tahun. Informan ini masih dua tahun belakangan ini menjadi Wakil Kepala Sekolah di SD 091301 ini dan Kepala Sekolah SD ini juga baru 2 tahun diangkat menjadi Kepala Sekolah di SD ini. walaupun tergolong masih baru menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah namun Informan ini juga memiliki banyak pengalaman sampai dengan saat ini. SD 091301 ini merupakan salah satu SD terbaik juga di Kecamatan Panombeian Panei jadi informan merasa bangga bisa menjadi Guru dan sudah menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah saat ini.

(46)

masih minimnya buku-buku pelajaran yang ada. Beliau mengatakan dengan adanya Bantuan Operasional Sekolah itu membuat sekolah ini bisa berbenah diri lebih baik lagi.

4.2.3 Tokoh Pendidikan yang ada di Desa Pematang Panei

a. Rengsi Manatap Simbolon

Informan ini merupakan seorang perempuan yang sebelumnya pensiunan dari Dinas Pendidikan, Informan sekarang berumur 62 tahun dan Informan sudah menjalani dua tahun masa pensiunnya. Sekarang informan ini sebagai wiraswasta karena memiliki usaha rumah makannya yang dikelola oleh anaknya sendiri. Sewaktu Informan masih aktif bertugas di bagian Dinas Pendidikan Kabupaten Simalungun, informan ini melihat begitu banyaknya persoalan-persoalan yang terjadi di dunia pendidikan terutama di daerah Kecamatan Panombeian Panei tepatnya di Desa Pematang Panei. Informan ini mengatakan banyak persoalan yang muncul seperti korupsi yang tersembunyi dibagian dinas pendidikan tersebut, selain itu kurangnya fasilitas pendukung untuk kemajuan pendidikan di desa ini, kurangnya peran orangtua mengontrol anak-anaknya sehingga ada yang putus sekolah, kurangya minat anak untuk melanjut keperguruan tinggi.

(47)

bahwa dia mengetahui Program Dana Bantuan Operasional Sekolah yang diberikan pemerintah untuk mendorong kemajuan pendidikan didesa ini dan membantu orangtua meringankan bebannya menyekolahkan anak-anaknya.

b. Minar Saragi

Informan ini merupakan seorang pensiunan Guru Sekolah Dasar dan usia Informan saat ini 67 tahun. Sebelumnya Informan ini sebelumnya hanya tamatan SPG atau SMA, pekerjaan Informan saat ini hanya sebagai petani saja. informan ini bekerja sebagai petani hanya membuatnya tetap ada kegiatan atau beraktivitas saja dan informan ini memiliki pandangan seputar masalah pendidikan di Desa Pematang Panei ini. informan ini dulunya adalah seorang Guru di SD 091301 dan sampai 30 tahun dia gunakan tenaganya sebagai Guru atau pengajar. Informan ini mengatakan banyak hal yang telah berubah didunia pendidikan saat ini seperti semakin banyaknya kegiatan korupsi yang dilakukan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab terhadap dana-dana yang dibutuhkan sekolah, banyaknya bantuan yang diberikan Pemerintah semakin membuat para siswa semakin manja dan orangtuanya pun semakin malas untuk bekerja.

(48)

atau kurang mampu maka bantuan ini sangat diharapkan oleh masyarakat Desa Pematang Panei.

4.2.4 Tokoh Masyarakat a. Haposan Manurung

Informan ini merupakan seorang tokoh masyarakat yang mengemban tugasnya di Kantor Kepala Desa dan saat ini beliau menjabat sebagai (PLT Kepala Desa) Pematang Panei. Informan mengisi jabatan Kepala Desa karena masa jabatan Kepala Desa Pematang Panei yang sebelumnya adalah Ramli Siahaan telah berakhir hampir setahun lebih. Informan juga melanjutkan program-program kerja dari Kepala Desa yang lama dan juga dibantu oleh semua unsur dari masyarakat. meskipun tugas yang dilaksanakan oleh informan ini berat namun dia tetap kuat dan tidak putus asa untuk mengemban tugasnya dan melayani segala kebutuhan atau keluh kesah dari masyarakat. walaupun demikian ada juga beberapa masyarakat atau dari kalangan tertentu yang tidak menyukai Informan sebagai Plt Kepala Desa di Desa Pematang Panei ini.

(49)

membantu penghasilan dari informan ini. Informan ini mengatakan selama menjabat sebagai sebagai Plt Kepala Desa begitu berat tanggung jawab dan tekanan yang dia rasakan.

Informan ini mengatakan Desa Pematang Panei ini merupakan desa yang memiliki kemampuan untuk mengelola lahan pertanian. Hal ini terlihat ketika hasil pertanian yang dimiliki oleh petani beberapa tahun ini dapat dikatakan memuaskan. Namun menurut informan juga selama beliau menjabat sebagai Plt Kepala Desa di Desa Pematang Panei ini, masyarakat desa ini begitu banyak perubahan yang terjadi beberapa tahun belakangan ini. Informan selalu mengajak masyarakat untuk bekerja bersama-sama untuk meningkatkan kembali dan membangun kembali pertanian di desa ini supaya semakin majunya. Masyarakat terlihat acuh tak acuh terhadap pembangunan di desa ini dan ketergantungan masyarakat terhadap bantuan dari pemerintah itu cukup besar.

(50)

Data Informan Berdasarkan Nama, Jenis Kelamin, Suku, Usia, Pekerjaan, Pendidikan 11 Minar Saragi Perempuan Batak

Toba

4.3.1 Arti Pendidikan Bagi Masyarakat Desa Pematang Panei

(51)

kehidupan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Tanpa pendidikan, maka diyakini bahwa manusia sekarang tidak berbeda dengan generasi manusia masa lampau, yang dibandingkan dengan manusia sekarang, telah sangat tertinggal baik kualitas hidup maupun proses-proses pemberdayaannya. Secara ekstrem dapat dikatakan bahwa maju mundurnya suatu bangsa akan ditentukan oleh bagaimana pendidikan yang dijalani oleh masyarakat bangsa tersebut (Sanaky, 2010). Pendidikan sebagai suatu usaha yang dilakukan individu dan masyarakat untuk mentransmisikan nilai-nilai, kebiasaan dan bentuk ideal kehidupan mereka kepada generasi muda untuk membantu mereka dalam meneruskan aktivitas kehidupan secara efektif dan berhasil, Ahmed(1990).

Bagi masyarakat Desa Pematang Panei pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dan yang utama bagi anak-anaknya. Orangtua di desa ini berkeingian anak-anaknya menjadi anak yang berhasil dan mempunyai pendidikan yang tinggi. Untuk mewujudkan keinginan tersebut orangtua harus bekerja keras, pola hidup hemat atau menabung, membimbing belajar, serta merencanakan masa depan anak. Pada umumnya masyarakat menginginkan anaknya dapat memperoleh pendidikan tinggi, Masalah pentingnya pendidikan ini juga disampaikan oleh salah seorang informan peneliti: Rame Purba (Perempuan, 39 tahun)

(52)

Ahu’ harus bisa anak-anak saya lebih tinggi sekolahnya dari saya… walaupun saya harus berhutang menyekolahkan anak-anak saya”…

Hal tersebut juga senada dengan perkataan dari salah seorang informan peneliti yaitu: Relli Simanjuntak(Perempuan, 32 tahun)

“ ai Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu itulah yang membuat saya menjadi semangat karena saya bekerja hanya untuk anak-anak saya , untuk sekolahnya juga…jadi apapun akan saya usahakan biar anak-anak saya ini bisa sekolah.. tidak penting bagi saya harta yang banyak, asal lah anak-anak saya ini berhasil dan sukses makanya harus bisa saya sekolahkan”

Hal tersebut juga serupa dengan pernyataan dari informan berikut : Haposan Manurung(Perempuan, 39 tahun)

“ masyarakat di Desa Pematang Panei ini sangat peduli terhadap pendidikan anak-anak, orangtua semangat untuk menyuruh anak-anaknya sekolah karena kalau sudah tamat nanti bisa bekerja dan membantu orangtua makanya pendidikan bagi masyarakat di desa ini merupakan hal yang

prioritas” (Wawancara 18 Mei 2015)

Oleh karena itu dengan pendidikan seseorang mampu merubah statusnya yang mana sebelumnya dia berada dikelas bawah akan berubah menjadi kelas menengah atau kelas atas. Maka sebagai orangtua tentunya mempunyai tanggung jawab yang penting dalam mendukung dan mendorong anak-anaknya untuk bersekolah serta selalu memberikan arahan, bimbingan kepada anak-anaknya agar nantinya anak tersebut bisa menjadi anak berhasil. Seperti ungkapan dari salah seorang informan berikut ini: Mangatas Tampubolon(Laki-laki, 43 tahun)

(53)

bersakit-sakit mencari uang untuk menyekolahkan mereka”( Wawancara 06 Mei 2015)

Namun kenyataannya saat ini di Desa Pematang Panei ini banyak yang sudah tamat SMA tidak melanjut ke perguruan tinggi, karena sebagian orangtua berpendapat dan ada juga yang pasrah kalau biaya ke perguruan tinggi itu mahal dan tidak bisa menyekolahkan anak-anaknya. Seperti penuturan dari seorang informan berikut: Rengsi Manatap Simbolon (Perempuan, 62 Tahun)

“ orangtua di desa ini kalau pas lagi giliran ada uangnya atau musim-musim panen padi bukannya ditabung biar bisa anaknya suatu saat bisa kuliah, ini tidak .. malah orangtua kalau udah ada uangnya malah beli kebaya baru, baju barulah, peralatan rumah barulah, semuanya digunakan untuk kebutuhan rumah saja bukannya disisihkan untuk ditabung biar bisa anak-anaknya nanti kuliah.. ini pas giliran anaknya tamat SMA orangtua malah merasa kurang mampu atau menjadi seperti orang miskin sekali untuk membiayai anaknya kuliah tidak bisa”( Wawancara 26 september 2015).

Hal tersebut berkaitan dengan penuturan dengan salah seorang informan berikut: Pantun Mangatur Siahaan(Laki-laki, 41 Tahun)

“ karena biaya pendidikan anak-anak saya ini gratis dan dibiayai pemerintah tentulah beban saya semakin berkurang apalagi untuk biaya sekolah.. bisalah pendapatan yang saya dapat baik yang dari bertani maupun dari usaha saya itu digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.. melengkapi yang kurang untuk kebutuhan sehari-harinya.. kalau biaya sekolah anak untuk melanjut itu nanti bisa dipikirkan lagi dicari dari mana”( Wawancara 27 September 2015)

Hal tersebut juga senada dengan penuturan dari informan berikut: Rame Purba (Perempuan, 39 Tahun)

“ untunglah ada Bantuan Operasional Sekolah ini… yang aturannya penghasilan saya sebelumnya untuk biaya sekolah kan ini karena ada bantuan itu gak ada lagi biaya sekolah.. bisalah penghasilan saya itu digunakan untuk menambahi kebutuhan sehari-harinya.. membeli perlengkapan rumah yang dibutuhkan…yah kalau misalnya banyak uang bisa digunakan untuk mencicil membeli sawah lagi.”(Wawancara 27 September 2015)

(54)

Relli Simanjuntak (Perempuan, 32 tahun)

ai Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu itulah yang membuat saya menjadi semangat karena saya bekerja hanya untuk anak-anak saya, untuk sekolahnya juga. jadi apapun akan saya usahakan biar anak-anak saya ini bisa sekolah. tidak penting bagi saya harta yang banyak, asal lah anak-anak saya ini berhasil dan sukses makanya harus bisa saya sekolahkan.

Mangatas

Tampubolon (Laki-laki, 43 tahun)

Anak-anak saya ini kalau bisa saya sekolahkan sampai kuliah, harus bisa jadi sarjana biar tidak sama seperti kami ini hanya sebagai petani sama supir angkutan umum karena menurut saya pendidikan itu sangat penting biar kehidupan kami tidak tetap seperti ini. sama seperti yang dibilang orang-orang ‘Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu’ harus bisa bersakit-sakit mencari uang untuk menyekolahkan mereka

4.3.2 Nilai Anak Bagi Masyarakat Batak Toba

(55)

orangtua. Seperti penuturan dari informan berikut ini: Mangatas Tampubolon (Laki-laki, 43 tahun)

“ Bagi saya itu ‘Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu’ saya harus bisa bekerja keras walaupun bersakit-sakit mencari uang untuk menyekolahkan mereka, karena jika anak-anak saya berhasil nantinya kan saya juga yang bangga..apalagi kalau sudah berhasil, punya jabatan, kaya tetunya kan saya sangat senanglah..(Wawancara 06 Mei 2015)

Hal senada juga disampaikan oleh informan berikut: Rame Purba(Perempuan, 39 tahun)

“ tekad saya harus bisa anak-anak saya ini tamat sekolah nanti langsung kuliah ataupun bekerja nantinya… makanya dari sekarang ini saya harus bekerja keras dalam bertani dan mendorong supaya anak-anak mau bersekolah seperti yang dibilang lagu itu ‘Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu’ harus bisa anak-anak saya lebih tinggi sekolahnya dari saya… walaupun saya harus berhutang menyekolahkan anak-anak saya…(Wawancara 08 Mei 2015)

Informan berikut ini juga mengatakan hal yang sama : Relli Simanjuntak (Perempuan, 32 tahun)

“ Sebagai orangtua harus saya lah yang bertanggung jawab buat pendidikan anak-anak saya…tidak akan lepas tanggung jawab saya untuk menyekolahkan anak-anak saya ini sampai kejenjang yang lebih tinggi pun sekolahnya bakalan saya tanggung jawab… walaupun ada bantuan kan gak mungkin saya Cuma tidur dirumah, harus bekerja keraslah saya …kalau gak, mau makan apa nanti kami.. gak perlu beli kebaya mahal,tas mahal asal lah anak saya ini bisa sekolah. “ ai Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu itulah yang membuat saya menjadi semangat karena saya bekerja hanya untuk anak-anak saya , untuk sekolahnya juga…jadi apapun akan saya usahakan biar anak-anak saya ini bisa sekolah.. tidak penting bagi saya harta yang banyak, asal lah anak-anak saya ini berhasil dan sukses makanya harus bisa saya sekolahkan”(Wawancara 09 Mei 2015)

(56)

adalah harta yang tertinggi baginya. Pada masyarakat Batak Toba anak dalam keluarga adalah harta yang sangat berharga yang menjadi kebahagiaan bagi setiap keluarga pada Masyarakat Batak Toba, sehingga orangtua pada masyarakat Batak Toba Bekerja keras demi menyekolahkan anaknya supaya menjadi anak yang berhasil. Seperti yang diungkapkan oleh informan berikut: Rikton Sipayung(Laki-laki, 48 tahun)

“ Walaupun harus makan ikan asin asal lah anak-anak saya ini bisa sekolah… harus bekerja keras dan semangatlah untuk menyekolahkan mereka ini , nanti kan kalau mereka berhasil bisa gak usah kerja lagi kami jadi petani , berjualan udah bisa lah mereka ini diandalkan nantinya. Anak itu lebih berharga dari segalanya makanya saya sangat sayang sekali sama mereka ini…saya tidak mau mereka ketinggalan dari teman-teman mereka ..semampu saya akan saya usahakan buat kebahagiaan anak-anak saya ini.. harus bisa anak saya ini lebih baik dari anak-anak yang lain yang ada di desa ini”(Wawancara 13 Mei 2015)

Hal senada juga disampaikan oleh informan berikut: Pantun Mangatur Siahaan(Laki-laki, 41 tahun)

menurut saya“Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” jadi saya harus bertanggungjawab penuh atas masa depan anak-anak saya ini”jadi apapun akan saya lakukan demi mencukupi kebutuhan anak saya walaupun saya harus banting tulang mencari nafkah dan saya hanya fokus memikirkan kebahagiaan dan kesuksesan anak-anak saya ini karena jika mereka sukses atau bahagia tentunya saya sebagai orangtua akan bangga..(Wawancara 14 Mei 2015)

Hal yang serupa juga dikatakan oleh informan berikut: Haposan Manurung(Perempuan, 39 tahun)

(57)

Posisi anak dalam keluarga Batak Toba itu sangat dijunjung tinggi dan lebih penting atau diutamakan dikarenakan bahwa anak itu adalah harta yang sangat berharga dan harus diperjuangkan oleh masyarakat Batak Toba. Seperti Nilai atau lagu “Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” pada masyarakat Batak Toba yang menjadi semangat yang tinggi buat orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya dan betapa berharganya anak itu bagi orangtua. Seperti yang diungkapkan oleh informan saya berikut ini: Almer Purba(Laki-laki, 38 tahun)

“ seperti yang dibilang orang kita batak toba…’Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu’ inilah yang membuat saya semangat tetap memperjuangkan sekolah anak- anak dan kebutuhan keluarga saya… saya harus tetap semangat bekerja dan tetap mengutamakan kepentingan kebutuhan keluarga… sampai kapanpun saya akan bekerja keras walaupun harus menjualan Tuak sampai tengah malam demi menambahi penghasilan saya dan saya juga akan terus mengusahakan supaya anak-anak saya ini tetap bisa sekolah dan tidak ketinggalan dan bisa menjadi anak-anak yang sukses”( Wawancara 15 Mei 2015)

Nilai Anak Bagi Masyarakat Batak Toba

Haposan Manurung (Perempuan,39 tahun)

anak itu sesuatu yang sangat berharga pada masyarakat batak toba, posisi anak itu sangat dijunjung tinggi bagi masyarakat. seperti lagu “ Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” bahwa orangtua harus bekerja keras demi mencukupi kebutuhan anak-anaknya, walupun harus bersakit-sakit dan tidak bisa membeli apapun barang berharga namun orangtua harus tetap bisa menafkahi anak-anaknya terutama pada bidang pendidikan dan untuk masyarakat Desa Pematang Panei itu bahwa Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu menjadi penguat bagi oranngtua menyekolahkan anak-anaknya

Mangatas Tampubolon (Laki-laki,43 tahun)

(58)

4.3.3 Peran Orangtua dalam Pendidikan anak

Selama anak belum dewasa, orangtua mempunyai peranan pertama dan utama bagi anak-anaknya terutama dalam hal pendidikan. Untuk membawa anak kepada kedewasaan orangtua harus member conroh yang baik karena anak suka mengimitasi kepada orangtuanya. Di masyarakat, orangtua akan banyak menjalankan fungsi pendidikan, karena mungkin diharapkan bahwa sewaktu-waktu anak-anak akan memikul tanggung jawab pengelolaan harta milik keluarga dan nantinya bisa membantu orangtua serta harapan lain dari orangtua yaitu anaknya bisa hidup lebih baik dari mereka. Orangtua sangat berpengaruh terhadap kepribadian anak, sebab waktu terbanyak anak adalah di keluarga dan di dalam keluarga itu lah diletakkan sendi-sendi dasar pendidikan. (Abdullah idi, 2004).

(59)

memberikan pengawasan kepada anak. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari salah seorang informan berikut: Pantun Mangatur Siahaan(Laki-laki, 41 tahun)

“ harus bekerja keras mencari uang, mengawasi dan mendidik anak-anak itulah tugas yang paling penting biar anak-anak saya ini bisa sekolah.. kalau perlu apa yang dibutuhkan anak-anak saya untuk sekolah akan saya penuhi semampu saya”(Wawancara 14 Mei 2015)

Tanggung jawab orangtua juga tidak hanya memenuhi kebutuhan sekolah saja atau mencari uang saja namun orangtua harus lebih berperan dalam pendidikan anak-anaknya. Peran orangtua sangat besar buat anak-anaknya baik di lingkungan keluarga maupun di sekolah. Anak-anak yang berhasil, tidak terlepas dari peran orangtuanya yang sangat besar, orangtua perlu memberikan kasih sayang serta perhatian terhadap anak-anaknya. Mendidik anak atau mengajari anak juga menjadi bagian dari peran orangtua walaupun sebenarnya itu tugas sekolah atau guru-guru di lingkungan pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari informan berikut: Relli simanjuntak(Perempuan, 32 Tahun)

“ tanggung jawab saya itu besar buat anak-anak saya… memenuhi kebutuhan sekolahnya, mengawasi anak-anak saya , mendidik mereka juga biar menjadi anak yang baik dan jadi anak yang berhasil nantinya.. saya juga harus lebih perhatian terhadap anak-anak saya walaupun saya sedang sibuk bekerja” (Wawancara 09 Mei 2015)

Hal tesebut sesuai dengan penuturan dari informan berikut: Rikton Sipayung(Laki-laki, 48 tahun)

(60)

belajar, mengajari anak-anak juga menjadi tanggung jawab saya..”(Wawancara 13 Mei 2015)

Namun semenjak hadirnya Program Bantuan Operasional Sekolah(BOS) orangtua di Desa Pematang Panei ini semakin melonggarkan tanggung jawabnya dan peran dalam memenuhi kebutuhan akan pendidikan anak-anaknya semakin berkurang. Tidak hanya memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya namun tanggung jawab mengajar atau mendidik anak-anaknya juga sepenuhnya diberikan kepada pihak sekolah. Hal tersebut sesuai dengan penuturan dari salah seorang informan berikut: Lamria Tampubolon Spd (Perempuan, 59 Tahun)

“ orangtua di desa ini terkadang kurang bersyukur kalau ada bantuan dari pemerintah buat sekolah anak-anaknya.. bukannya makin rajin bekerja malah ini orangtua manja jadinya karna tidak memikirkan biaya sekolah anak-anaknya…tidak hanya itu orangtua berfikir karena ada bantuan itu jadi mendidik dan mengawasi anak-anaknya menjadi tanggung jawab orangtua sepenuhnya.. masa menyampul buku paket aja harus sekolah.. seharusnya kan bisa orangtua juga, maunya semuanya serba gratis dan bebas tanggung jawab”(Wawancara 04 Mei 2015)

Peran orangtua dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya seharusnya tidak boleh berkurang, dan walaupun dengan adanya Program Bantuan Operasional Sekolah ini orangtua harus lebih bertanggung jawab baik dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya, mendidik serta memberikan perhatian penuh terhadap anak-anaknya. Seperti penuturan dari informan berikut: Rengsi Manatap Simbolon (Perempuan, 62 tahun)

(61)

seperti dulu kerja sama orangtuanya mencari uang walaupun harus ke kampung orang yang jauh..orangtua juga berperanlah membiayai anak-anaknya, mendidik anak-anaknya juga..karena bukan tanggung jawab pemerintah atau sekolah aja sepenuhnya itu”(Wawancara 05 Mei 2015).

Kehadiran Program Bantuan Operasional Sekolah ini tentunya bisa memberikan keringan bagi orangtua untuk membiayai anak-anaknya, tapi tidak melonggarkan tanggung jawabnya dalam mencari nafkah untuk biaya sekolah anak-anaknya dan tidak meletakkan sepenuhnya tanggung jawab mendidik anak-anaknya kepada pihak sekolah karena peran orangtua juga sangat besar dalam mendidik, mengontrol dan mengajar anak-anaknya walaupun tidak berada di lingkungan sekolah.

Peran Orangtua dalam Pendidikan anak

Relli simanjuntak (Perempuan,32 Tahun)

tanggung jawab saya itu besar buat anak-anak saya, memenuhi kebutuhan sekolahnya, mengawasi anak-anak saya , mendidik mereka juga biar menjadi anak-anak yang baik dan jadi anak yang berhasil nantinya. saya juga harus lebih perhatian terhadap anak-anak saya walaupun saya sedang sibuk bekerja

Lamria

Tampubolon Spd (Perempuan, 59 Tahun)

orangtua di desa ini terkadang kurang bersyukur kalau ada bantuan dari pemerintah buat sekolah anak-anaknya, bukannya makin rajin bekerja malah ini orangtua manja jadinya karna tidak memikirkan biaya sekolah anak-anaknya. tidak hanya itu orangtua berfikir karena ada bantuan itu jadi mendidik dan mengawasi anak-anaknya menjadi tanggung jawab orangtua sepenuhnya, masa menyampul buku paket aja harus sekolah. seharusnya kan bisa orangtua juga, maunya semuanya serba gratis dan bebas tanggung jawab

Rengsi Manatap Simbolon

(Perempuan, 62 tahun)

(62)

duduk-duduk sambil main judi, ibu-ibunya lebih suka merumpi sama tetangga.. tidak ada lagi seperti dulu kerja sama orangtuanya mencari uang walaupun harus ke kampung orang yang jauh. orangtua juga berperanlah membiayai anaknya, mendidik anak-anaknya juga..karena bukan tanggung jawab pemerintah atau sekolah aja sepenuhnya itu

4.3.4 Ketergantungan Masyarakat Desa Pematang Panei terhadap Pemerintah dalam menyekolahkan anak-anaknya

Teori yang mendasari ketergantungan ini adalah teori karl marx yang melihat dua kelas yang memiliki posisi yang berbeda yang satu menguasai yang lain. Kelas proletar dikuasai oleh kelas borjuis yang menyebabkan kelas proletar menjadi tergantung dengan kelas borjuis yang memiliki modal yang kuat. Dikotomi posisi ini kemudian digunakan untuk menganalogikan hubungan yang terjadi antara negara maju dan negara dunia ketiga. Dan menurut teori ketergantungan selama negara dunia ketiga melakukan hubungan dengan dengan negara maju maka selamanya mereka akan mengalami situasi ketergantungan dan keterbelakangan.

(63)

semua bantuan-bantuan yang ada terutama bantuan pada pendidikan. orangtua mengharapkan bantuan pada bidang pendidikan misalnya ketergantungan terhadap Bantuan Operasional Sekolah yang diberikan oleh pemerintah.

Ketergantungan terhadap bantuan tersebut dialami oleh informan berikut : Mangatas Tampubolon(Laki-laki, 43 tahun)

“ Seharusnya bantuan untuk anak-anak sekolah itu tidak cukup hanya memperbaiki sekolah, menyediakan buku paket serta uang sekolah gratis……tapi harus ada lah berupa bantuan uang langsung yang diberi biar bisa mencukupi kebutuhan sekolah anak…terusss kenapa anak saya tidak dapat uang BLSM itu …anak saya kan juga butuh …seharusnya harus adil lah pemerintah ini….”(Wawancara 06 Mei 2015)

Hal tersebut juga senada dengan pernyataan informan berikut: Rame Purba(Perempuan, 39 tahun)

“ Bantuan seperti inilah yang sangat penting buat orangtua… tidak membeli buku paket lagi, uang sekolahpun tidak ada, tidak membayar uang les soe pokoknya biaya sekolah gratis.. terutama saya pada sekarang ini udah naik BBM tentu program BOS ini menjadi andalan masyarakat meringankan beban orangtua mencari nafkah buat biaya sekolah..(Wawancara 08 Mei 2015)

Informan berikut ini juga mengatakan hal yang sama : Rikton Sipayung(Laki-laki, 48 tahun)

(64)

yang berbasis pada kemampuan diri atau lebih berusaha lagi lebih mandiri agar dapat mencapai pembangunan yang otonom dan bebas dari ketergantungan. Saat ini juga pada masyarakat Indonesia terutama ketergantungan pada pemerintah sudah semakin tinggi hal tersebut tampak pada pemerintahan sekarang yang begitu banyak memberikan bantuan kepada masyarakat baik untuk peningkatan kesejahteraan dan kesehatan, bidang pertanian, bidang usaha, bidang pendidikan. Hal tersebut juga akan menimbulkan masyarakat yang nantinya akan semakin nyaman untuk tergantung pada pemerintah.

Pada masyarakat Desa Pematang Panei semakin ketergantungan terhadap pemerintah, hal tersebut terlihat pada masyarakat yang begitu berharap menanti hadirnya berbagai bantuan dari pemerintah misalnya Bantuan Langsung Tunai(BLT), Bantuan untuk bidang pertanian, serta Bantuan untuk bidang pendidikan seperti Bantuan Langsung Siswa Miskin(BLSM) dan Bantuan Operasional Sekolah(BOS).orangtua semakin malas bekerja dan melonggarkan tanggung jawabnya dalam memenuhi kebutuhan hidup dan pendidikan anak-anaknya. Ada sifat dari orangtua itu hanya berharap menanti bantuan dan mereka sangat senang untuk dibantu sedangkan orangtua susah mengembangkan potensi yang ada.

Hal tersebut senada dengan pernyataan informan berikut : Lamria Tampubolon Spd(Perempuan, 59 tahun)

(65)

sekolah anaknya yang terutama SD ini tidak ada …orangtua murid yang mampu juga semakin tergantung karena bantuan ini membuat dia semakin sedikit pengeluarannya buat pendidikan anak-anaknya”..(Wawancara 04 Mei 2015)

Pernyataan dari informan diatas juga sama dengan informan berikut: Ramot Sormin Spd(Laki-laki, 51 tahun)

“ mungkin karena Bantuan Operasional Sekolah ini membuat orangtua semakin nyaman dan tidak perlu terbebani lagi memenuhi kebutuhan sekolah anak-anaknya… saya takutnya orangtua bakalan lepas tanggung jawab karena sepenuhnya sudah ditanggung oleh pemerintah…. Padahalkan masih banyak yang harus dilakukan orangtua dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya”(Wawancara 04 Mei 2015)

Informan berikut ini juga menyatakan bahwa orangtua semakin tergantung dan malas dalam bekerja karena hanya berharap pada bantuan saja. informan: Rengsi Manatap Simbolon(Perempuan, 62 tahun)

“ Bantuan Operasional Sekolah itu tidak ada gunanya menurutku.. karena ujung-ujungnya membuat orangtua semakin malas dan tanggung jawabnya untuk menyekolahkan anaknya tinggal sedikit… ada prinsip masyarakat kalau nantinya ada sesuatu yang ditunggu dari pemerintah untuk membantu …apa gak bangkrut pemerintah asik memberikan bantuan … gratis semua tanpa membuahkan hasil”( Wawancara 05 Mei 2015)

4.3.5 Respon Masyarakat Desa Pematang Panei dengan hadirnya Bantuan

Operasional Sekolah (BOS)

(66)

menyekolahkan anak-anaknya. Orangtua di Desa Pematang Panei ini sangat senang dan antusias mendorong anak-anaknya sekolah karena mendapat bantuan dari pemerintah. Orangtua juga dalam hal ini sangat mendukung tujuan program dari Dana BOS ini yaitu mencerdaskan anak bangsa dan meminimalisir tingkat anak yang putus sekolah karena financial orangtuanya.

Seperti penuturan dari informan berikut: Pantun Mangatur Siahaan(Laki-laki, 41 tahun)

“Saya merasa semangat menyekolahkan anak saya karena adanya BOS, orangtua yang kurang mampu juga merasa berkuranglah bebannya dengan adanya BOS itu .. seperti anak saya yang SD aja tidak bayar uang sekolah, uang pembangunan, uang buku paket, uang ujian pokoknya gratislah semua… tapi anak saya yang SMP ininya maunya di Swasta karena bagus katanya… coba kalau dia di Negeri bisa uang sekolahnya itu digunakan biaya les sorenya diluar. Bayangkan saja kalau orangtuanya petani…sekalinya dalam setahun panen terus harus bayar uang sekolahnya, beli buku bacaan,bayar uang les mulai dari anaknya SD sampai SMA kan kasihan orangtuanya.. saya senanglah adanya BOS yang diberi pemerintah ini.. saya sendiri berkeinginan kalau bantuan seperti ini berkelanjutan sampai Kuliah(Wawancara 14 Mei 2015)

Menurut informan, yang harus bertanggung jawab menyekolahkan anak-anak di desa ini yaitu orangtua karena menurut informan sampai kapanpun peran orang tidak pernah lepas dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya terutama kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Informan juga mengatakan akan semakin semangat dan bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan sekolah anak-anak walaupun sudah dibantu oleh pemerintah.

Gambar

Tabel 4
Tabel 4.2 Komposisi penduduk Desa Pematang Panei yang usia 15 tahun keatas dan
Tabel 4.3 Data komposisi penduduk berdasarkan tamatan atau pendidikan tertinggi
Tabel 4.4 Komposisi penduduk berdasarkan suku/ etnis
+4

Referensi

Dokumen terkait

Investasi pada produk unit link mengandung risiko, termasuk namun tidak terbatas pada risiko politik, risiko perubahan peraturan pemerintah atau perundang-undangan lainnya,

Dengan membawa data-data perusahaan sebagaimana yang tercantum dalam format isian2. kualifikasi sehingga panitia dapat melakukan pembuktian sebagaimana perihal

Pembuktian dilakukan oleh Direktur atau yang mewakili dengan membawa surat tugas/surat kuasa. Demikian agar

Uraian teori yang disusun bisa dengan kata-kata penulis secara bebas dengan tidak mengurangi makna teori tersebut; dapat juga dalam bentuk kutipan dari tulisan orang lain, yaitu

1.. pendidikan yang tinggi akan berusaha keras memperoleh pekerjaan yang baik untuk memenuhi kebutuhannya. b) tingkat pendidikan non formal di Desa Margasari dan Desa Muara

Informan dalam penelitian ini terdiri atas 10 orang mahasiswa prodi bimbingan dan konseling semester dua yang sedang mengampuh mata kuliah antropologi semester Genap

Upaya hukum terhadap akibat yang timbul dari pembatalan perkawinan terhadap suami dan istri yang dibatalkan perkawinannya bisa bersatu kembali sebagai suami dan istri

ﺔﻟﺎﺳر ﺖﻣﺪﻗ ﻻ ﺎﻧﺎﺟﺮﺳ ﺔﺟرد ﻰﻠﻋ لﻮﺼﺤﻠﻟ ﺔﺑﻮﻠﻄﳌا طوﺮﺸﻟا ﺾﻌﺑ لﺎﻤﻜﺘﺳ ﺔﻴﺑﱰﻟا ﺔﻴﻠﻛ ﰱ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟا ﺔﻐﻠﻟا ﻢﺴﻗ ﺔﻴﻣﻼﺳﻹا ﺔﻴﺑﱰﻟا ﺔﻴﻣﻮﻜﳊا ﺔﻴﻣﻼﺳﻹا ﻦﻳﺪﻟا